referat rheumatoid artritis gafuran

Upload: gafuran-lavazquez

Post on 15-Oct-2015

101 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

REFERAT ILMU PENYAKIT DALAM

TRANSCRIPT

  • 5/25/2018 Referat Rheumatoid Artritis Gafuran

    1/25

    1

    BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM REFERAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN MEI 2014

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    REUMATOID ARTRITIS

    OLEH :

    Abdul Gafur Zulkarnain, S.Ked

    10542 0059 09

    PEMBIMBING :

    dr. Zakaria Mustari, Sp.PD

    DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

    BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    2014

  • 5/25/2018 Referat Rheumatoid Artritis Gafuran

    2/25

    2

    HALAMAN PENGESAHAN

    Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :

    Nama : Abdul Gafur Zulkarnain, S.Ked

    NIM : 10542 0059 09

    Judul Referat : Reumatoid Artritis

    Telah menyelesaikan tugas tersebut dalam rangka kepaniteraan klinik pada

    bagian Ilmu Penyakit Dalam Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

    Sungguminasa, Mei 2014

    Pembimbing

    (dr. Zakaria Mustari, Sp.PD)

  • 5/25/2018 Referat Rheumatoid Artritis Gafuran

    3/25

    3

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena segala limpahan rahmat dan

    hidayah-Nya serta segala kemudahan yang diberikan dalam setiap kesulitan

    hamba-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Referat ini dengan judul

    Reumatoid Artritis. Tugas ini ditulis sebagai salah satu syarat dalam

    menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Dalam.

    Berbagai hambatan dialami dalam penyusunan referat ini. Namun berkatbantuan saran, kritikan, dan motivasi dari pembimbing serta teman-teman

    sehingga tugas ini dapat terselesaikan.

    Secara khusus penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih banyak

    kepada dr. Zakaria Mustari Sp.PD, selaku pembimbing yang telah banyak

    meluangkan waktu dengan tekun dan sabar dalam membimbing, memberikan

    arahan dan koreksi selama proses penyusunan tugas ini hingga selesai.

    Penulis menyadari bahwa lapsus ini masih jauh dari yang diharapkan oleh

    karena itu dengan kerendahan hati penulis akan senang menerima kritik dan saran

    demi perbaikan dan kesempurnaan tugas ini.

    Semoga Referat ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis secara

    khusus.

    Sungguminasa, Mei 2014

    Penulis

  • 5/25/2018 Referat Rheumatoid Artritis Gafuran

    4/25

    4

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

    HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii

    KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

    DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3

    II.1 Definisi ............................................................................................ 3

    II.2 Epidemiologi ................................................................................... 3

    II.3 Etiologi ............................................................................................ 3

    II.4 Patofisiologi ..................................................................................... 4

    II.5 Gambaran Klinik ............................................................................. 7

    II.6 Diagnosis ......................................................................................... 9

    II.7 Pemeriksaan Penunjang ................................................................... 10

    II.8 Penatalaksanaan ............................................................................... 11

    II.9 Prognosis ......................................................................................... 14

    II.10 Diagnosis Banding ........................................................................ 14

    BAB III KESIMPULAN .................................................................................. 19

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 20

  • 5/25/2018 Referat Rheumatoid Artritis Gafuran

    5/25

    5

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Artritis Rematoid (AR) adalah penyakit multisistem kronik yang

    penyebabnya tidak diketahui. Walaupun manifestasi sistemiknya bervariasi,

    Gambaran khas AR adalah peradangan sinovia (sinovitis) yang menetap, biasanya

    mengenai sendi perifer dengan distribusi simetrik. Potensi peradangan sinovium

    untuk menyebabkan destruksi tulang rawan dan dan erosi tulang yang selanjutnya

    deformitas sendi merupakan tanda utama penyakit ini. Sekalipun memiliki potensi

    destruktif, perjalanan penyakit AR dapat cukup bervariasi.1,3

    Prevalensi AR adalah sekitar 1 persen populasi (berkisar antara 0,3-21

    persen). Perempuan terkena sekitar tiga kali lebih sering daripada laki-laki.

    Prevalensi meningkat dengan bertambahnya usia, dan perbedaan jenis kelamin

    hilang pada kelompok usia lebih tua. AR ditemukan diseluruh dunia dan

    mengenai semua ras. Awitan umumnya terjadi selama dekade keempat dan kelima

    dalam hidup, dengan 80 persen pasien menderita penyakit antara usia 35 dan 50

    tahun. Insidensi AR pada perempuan berusia 60 sampai 64 tahun adalah enam kali

    lipat dibandingkan dengan insidensi pada perempuan berusia 18 sampai 29 tahun.3

    Penyebab AR masih belum diketahui. Kemungkinan AR merupakan

    manifestasi respon terhadap suatu agen infeksiosa pada pejamu yang secara

    genetis rentan telah diperkirakan. Karena distribusi AR yang mendunia,

    organisme infeksiosa dihipotesiskan terdapat di mana-mana. Mekanisme

  • 5/25/2018 Referat Rheumatoid Artritis Gafuran

    6/25

    6

    Penyebab lain yang potensial pada AR adalah terganggunya toleransi diri normal

    yang menimbulkan reaktivasi terhadap antigen diri di dalam sendi, misalnya

    kolagen tipe II atau hilangnya mekanisme kontrol imunoregulatorik yang

    menyebabkan pengaktifan sel T poliklonal.3

    Penatalaksanaan medis AR terdiri atas tiga pendekataan umum. Yang

    pertama adalah penggunaan aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid (AINS)

    lain, analgesik sederhana, dan bila perlu glukokortikoid dosis rendah. Pendekataan

    kedua denganobat imunosupresif dan sitotoksik yang telah terbukti

    menghilangkan proses penyakit pada sebagian pasien. Pendekatan ke tiga dengan

    mencakup penggunaan sejumlah modalitas eksperimental seperti iradiasi limfosit

    total, limfoplasmafaresis, pemberian obat imunosupresif siklosporin, dan

    pemberian antibodi monoklonal terhadap sel T dan subset sel T.3

  • 5/25/2018 Referat Rheumatoid Artritis Gafuran

    7/25

    7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Definisi

    Artritis Reumatoid adalah penyakit inflamasi sistemik yang kronis dan

    terutama menyerang persendian perifer serta otot-otot, tendon, ligamen, dan

    pembuluh darah yang ada disekitarnya. Penyakit ini adalah salah satu penyakit

    rematik inflamatorik yang tersering dan ditandai oleh terjadinya proliferasi

    inflamatorik kronik lapisan dalam sinovium sendi diartrodial, yang menyebabkan

    kerusakan tulang rawan dan erosi tulang progresif.1,2

    II.2 Epidemiologi

    Prevalensi artritis reumatoid adalah sekitar 1% dalam populasi umum di

    Amerika Serikat; Angka prevalensi serupa juga dijumpai di tempat lain. Penyakit

    ini terjadi sekitar tiga kali lebih sering pada wanita ketimbang pada pria dan

    memiliki awitan puncak pada dekade kelima sampai keenam kehidupan.2

    II.3 Etiologi

    Walaupun faktor penyebab artritis reumatoid yang sebenarnya hingga kini

    tetap belum diketahui dengan pasti. Teori yang mungkin terdapat meliputi

  • 5/25/2018 Referat Rheumatoid Artritis Gafuran

    8/25

    8

    1. Aktivasi imun yang abnormal (terjadi pada individu yang secara

    genetik memiliki kerentanan) sehingga timbul inflamasi, fiksasi

    komplemen, dan proliferasi sel di dalam persendian serta selubung

    tendon.2

    2. Sejumlah agen diperkirakan yaitu infeksi Mycoplasma, Virus Eipstein-

    Barr, sitomegalovirus, parvovirus, dan virus rubella, tetapi bukti yang

    meyakinkan apakah agen tersebut menyebabkan Artritis Reumatoid

    belum ada.3

    3. Pembentukan antibodi imunoglobulin (Ig) M terhadap IgG tubuh

    sendiri (yang dinamakan faktor reumatoid); faktor reumatoid akan

    menggumpal menjadi kompleks dan menimbulkan inflamasi yang

    menyebabkan kerusakan kartilago serta memicu respon imun lain.2

    II.4 Patofisiologi

    Sejumlah besar kerusakan patologis yang menandai artritis reumatoid

    terpusatdi sekitar lapisan sinovium sendi. Sinovium normal trdiri atas lapisan tipis

    sel (ketebalan satu sampai tiga lapisan) dan interstisium di bawahnya, yang

    mengandung pembuluh darah tetapi dengan sedikit sel. Sinovium dalam keadaan

    normal mnyediakan nutrien dan pelumas bagi tulang rawan sendi. Sinovium

    artritis reumatoid, sebaliknya, sangat abnormal , dengan lapisan dalam yang

    sangat menebal (ketebalan 8-10 sel) yang terdiri atas sel-sel aktif dan interstisium

    yang sangat inflamatorik dan dipenuhi sel B, sel T, dan makrofag serta perubahan

    vaskular (termasuk trombosis dan neovaskularisasi). Di tempat-tempat

  • 5/25/2018 Referat Rheumatoid Artritis Gafuran

    9/25

    9

    persambungan sinovium dan tulang rawan sendi, jaringan sinovium pada artritis

    reumatoid ( disebut pannus) menginvasi dan merusak tulang rawan dan tulang

    sekitar.1

    Meskipun penyebab artritis reumatoid masih belum jelas, telah teridentifikasi

    beberapa komponen penting dalam patogenesisnya. Seperti telah di bahas

    sebelumnya, fase inisiasi perlu dibedakan dari fase propagasi penyakit serta perlu

    disadari bahwa fenotipe artritis reumatoid mencetrminkan fenotipe yang bersifat

    self-sustaining.1

    A. Faktor Genetik

    Concordance rate pada kembar bervariasi antara 15% dan 35%, yang

    menunjukkan peran faktor genetik dalam patogenesis artritis reumatoid. Yang

    paling menonjol pada faktor genetik ini adalah keterlibatan suatu subset spesifik

    alel MHC kelas II yang keberadaanya tampaknya menentukan keparahan penyakit

    (pasien yang homozigot untuk alel-alel terkait penyakit mengidap yang paling

    parah). Molekul-molekul MHC ini berfungsi sebagai tempat untuk menyajikan

    antigen (peptida) ke sel T CD4. Alel-alel terkait-penyakit (termasuk dalam

    serotipe HLA-DR4/DRI) memiliki kesamaan dalam suatu sekuens di sepanjang

    alur penyaji-antigen yang dinamai shared epitopes. Terdapat postulat bahwa

    alel-alel ini menyajikan antigen-antigen penting ke sel T, yang berperan dalam

    memicu dan memperparah penyakit .Namun belum terdapat antigen spesifik yang

    berhasil diidentifikasi.1,2

  • 5/25/2018 Referat Rheumatoid Artritis Gafuran

    10/25

    10

    B. Faktor Non-Genetik

    Faktor lingkungan dan infeksi Meskipun banyak patogen bakteri dan virus

    telah diteliti sebagai kemungkinan pemicu artritis reumatoid, peran infeksi

    spesifik sebagai penyebabnya tidak terbukti. Hal yang dapat diterima adalah

    bahwa berbagai patogen infeksi mungkin menimbulkan perubahan-perubahan

    non-spesifik-patogen di sendi yang berkaitan dengan inisiasi penyakit pada orang

    yang rentan.1

    Autoimunitas Walaupun terdapat cukup banyak bukti tentang peran suportif

    autoimunitas dalam menimbulkan fenotipe artritis reumatoid (misal adanya

    autoantibodi seperti faktor reumatoid imunoglobulin G dan manfaat terapi yang

    ditunjukkan pada sel T aktif), antigen-antigen penting yang memacu respons

    tersebut serta mekanisme pelepasanya masih belum jelas.2

    Pengeluaran sitokin pada artritis reumatoid sangat condong ke pengaruh TH1.

    Meskipun profil sitokin pada sinovium artritis reumatoid sangat kompleks, dengan

    banyak sitokin pro- dan anti-inflamasi yang diekspresikan secara bersamaan

    (mis.,TNF-,IL-1,IL-6, granulocyte-macrophage colony stimulating faktor [GM-

    CSF]), studi-studi secara persuasif membuktikan bahwa TNF- adalah suatu

    sitokin yang penting dalam propigasi lesi inflamatorik artritis reumatoid (lihat

    selanjutnya). Karena itu, jika jalur-jalur di sebelah hilir dari TNF- dihambat

    dengan resesprot TNF larut atau antibodi monoklonal terhadap TNF-, banyak

    pasien yang mengalami perbaikan signipikan pada sinovitis inflamatorik maupun

    rasa nyaman secara keseluruhan. Hal yang menarik, efek terapi anti-TNF terbatas

  • 5/25/2018 Referat Rheumatoid Artritis Gafuran

    11/25

    11

    selama pengobatan, dan gejala dan tanda peradangan cepat kambuh setelah terapi

    dihentikan.2

    Tampak gambaran peradangan cairan sinovial

    II.5 Gambaran Klinik

    Gejala klinis utama Artritis Reumatoid adalah poliartritis yang

    mengakibatkan terjadinya kerusakan pada rawan sendi dan tulang disekitarnya.

    Kerusakan ini terutama mengenai sendi perifer pada tangan dan kaki yang

    umumnya bersifat simetris. Adapun Kriteria American Rheumatism Association

    untuk Artritis Reumatoid Revisi Tahun 1987 adalah sebagai berikut.4

    Pasien dikatakan menderita AR jika memenuhi sekurang-kurangnya kriteria 1 sampai 4 yang

    diderita sekurang-kurangnya 6 minggu.4

  • 5/25/2018 Referat Rheumatoid Artritis Gafuran

    12/25

    12

    Manifestasi klinis terbagi atas manifestasi artrikuler dan ekstra artikuler.

    Manifestasi artrikuler berupa gangguan stabilitas persendian dapat jelas terlihat

    pada subluksasio persendian MCP akibat terjadinya gaya tarik tendon sepanjang

    aksis rotasi sehingga menyebabkan terbentuknya deviasi ulnar yang khas. Artritis

    rematoid yang melibatkan Vertebra servikal yang sering dijumpai pada C4-C5atau

    C5-C6. Keterlibatan persendian pergelangan tangan, MCP, dan PIP hampir selalu

    dijumpai pada AR. Kelainan Panggul akibat AR umumnya sulit dideteksi dalam

    keadaan dini. Jika destruksi rawan sendi terjadi pada sendi panggul akan

    berkembang lebih cepat dibandingkan gangguan pada persendian lainnya.

    Penebalan sinovial dan efusi lutut umumnya mudah dideteksi pada pemeriksaan.

    Kaki dan Pergelangan tangan merupakan penyangga berat badan, keterlibatan ini

    akan menimbulkan disfungsi dan rasa nyeri yang lebih berat jika terlibat AR.4

    Untuk Manifestasi Ekstraartikuler berupa gangguan kardiovaskuler,

    gangguan gastrointestinal, ginjal, sistem saraf, hematologi, vaskulitis kutis sebagai

    lesi purpura atau ekimosis pada kulit, kelainan mata pada AR berupa konjungtiva

    sica, episcleritis, ataupun skleritis, gejala respiratorius seperti nyeri tenggorokan,

    nyeri menelan, efusi pleura, dan pnemonitis interstisial.4

    Perbandingan gambaran morfologik artritis reumatoid dan osteoartritis5

  • 5/25/2018 Referat Rheumatoid Artritis Gafuran

    13/25

    13

    Gambaran klinik Artritis Rematoid

    II.6 Diagnosis

    Diagnosis AR mudah ditegakkan pada orang yang memperlihatkan penyakit

    sampai 2 tahun setalah awitan .gambaran khas berupa poliartritis meradang

    simetrik bilateral yang mengenai sendi besar dan kecil ekstremitas atas dan bawah

    tanpa mengenai kerangka sumbu kecuali vertebra servikalis menyiratkan

    diagnosis. Gambaran konstitusi yang mengisyaratkan sifat meradang dari penyakit

    ini, misalnya kaku sendi pada pagi hari, menyongkong diagnosis. Pembuktian

    adanya nodus subkutis juga membantu diagnosis. Selain itu, adanya faktor

    rematoid, cairan sinovium yang meradang disertai peningkatan jumlah leukosit

    polimorfonukleus, serta temuan radiografik berupa demineralisasi tulang juksta

    artikularis dan erosi sendi yang terkena menyongkong diagnosis.3

    Diagnosis agak lebih sulit di tegakan pada awal perjalanan penyakit sewaktu

    hanya ada gejala konstitusi dan artralgia atau artritis intermiten dengan distribusi

    asimetrik. Diperlukan periode pengamatan sebelum diagnosis ditegakkan.

    Diagnosis pasti AR terutama bergantung pada gambaran klinis khas dan eksklusif

  • 5/25/2018 Referat Rheumatoid Artritis Gafuran

    14/25

    14

    proses peradangan lain. Temuan faktor rematoid atau peningkatan laju endap

    darah saja, terutama pada orang berusia lanjut dengan sendirinya merupakan bukti

    adanya AR.3

    II.7 Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan penunjang yang menunjukkan artritis rematoid meliputi

    1. Evaluas radiografik berupa foto rontgen yang memperlihatkan demineralisasitulang dan pembengkakan jaringan lunak (stadium awal), perubahan kartilago

    serta penyempitan rongga sendi dan akhirnya destruksi kartilago serta tulang,

    dan erosi, subluksasio, serta deformitas (stadium lanjut).2

    Gambaran radiologis Rematoid Artritis

    2. Titer faktor reumatoid positif pada 75% hingga 80% pasien (titer 1:160 ataulebih tinggi). Bila titernya tinggi, menentukan pasien yang beresiko mengalami

    penyakit sistemik berat.1

    3. Analisis cairan sinovial memastikan adanya artritis meradang. Cairan biasanyakeruh, dengan penurunan viskositas, peningkatan kandungan protein, dan

  • 5/25/2018 Referat Rheumatoid Artritis Gafuran

    15/25

    15

    konsentrasi glukosa yang m enurun ringan atau normal. Jumlah sel darah putih

    biasanya lebih dari 10.000/l.3

    4. Laju endap darah dan kadar C-reaktif protein yang memperlihatkan kenaikanpada 85% hingga 90% pasien (yang mungkin berguna untuk memantau respon

    penyakit terhadap terapi karena kenaikan keduanya seringkali sejajar dengan

    aktivitas penyakit).1

    5. Hitung darah lengkap yang biasanya memperlihatkan anemia sedang,leukosistosis ringan dan trombositosis ringan.1

    II. 8 Penatalaksanaan

    Konsep pengobatan pada pasien pada pasien AR ditujukan untuk.3

    1. Menghilangkan gejala inflamasi aktif baik lokal maupun sistemik2. Mencegah destruksi jaringan3. Mencegah terjadinya deformitas dan memelihara fungsi persendian agar

    tetap dalam keadaan baik.

    4. Mengembelikan kelainan fungsi organ dan persendian yang terlibat agarsedapat mungkin menjadi normal kembali.

    Penatalaksanaan medis AR terdiri dari tiga pendekataan umum. Yang

    pertama adalah penggunaan aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) lain,

    analgesik sederhana, dan bila perlu glukokortikoid dosis rendah untuk mengontrol

    gejala dan tanda proses peradangan lokal. Obat lini kedua lainnya adalah obat

    imunosuppresif dan sitotoksik yang telah terbukti menghilangkan proses penyakit

    pada sebagian pasien.3

  • 5/25/2018 Referat Rheumatoid Artritis Gafuran

    16/25

    16

    Terdapat beberapa obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) untuk

    mengobati AR. Obat tersebut antara lain adalah etodolak, fenoprofen, ibuprofen,

    indometasin, ketoprofen, nabumeton, meklofenamat, diklofenak, piroksikam,

    oksaprosin, , dan flurbiprofen. Karena kapasitasnya menghambat aktivasi enzim

    siklooksigenase sehingga menghambat pembentukan prostaglandin, prostasiklin,

    dan tromboksan maka obat ini memiliki sifat analgesik, antiinflamasi, dan

    antipiretik.3

    Efek samping obat tersebut berupa efek samping pada saluran cerna

    berupa gastritis, dan ulkus peptikum karena iritasinya, azotemia, disfungsi

    trombosit, eksaserbasi rhinitis alergi dan asma, berkaitan dengan hambatan

    aktifitas siklooksigenase, sedang yang lain, ruam, gangguan fungsi hati, dan

    depresi sum sum tulang mungkin tidak.6

    Golongan obat yang lain tampaknya berpengaruh pada perjalanan penyakit

    AR. Obat lain yaitu antimalaria, D-penisilamin, dan sulfasalazin. Obat ini

    memiliki efek analgesik atau antiinflamasi non spesifik langsung yang minimal,

    sehingga AINS harus terus diberikan. Manfaat terapi DMARD biasanya muncul

    setelah beberapa bulan atau tahun. Hampir dua pertiga pasien memperlihatkan

    perbaikan klinis setelah pemberian salah satu dari obat ini. Tiap-tiap obat ini

    memiliki toksisitas yang cukup bermakna sehingga pasien perlu dipantau dengan

    cermat.3

    Walaupun terapi glukokortikoid dapat memberikan terapi simptomatik

    efektif pada pasien AR, terapi glukokortikoid sistemik harus dihindari sedapat

    mungkin karena tidak merubah perjalanan penyakit pada pemberian jangka

  • 5/25/2018 Referat Rheumatoid Artritis Gafuran

    17/25

    17

    panjang. Prednison dosis rendah (kurang dari 7,5 mg/dL) di anjurkan sebagai

    terapi tambahan untuk mengontrol gejala, tetapi berbagai percobaan tidak dapat

    membuktikan efikasi obat ini. Pada beberapa pasien mungkin dapat di berikan

    kortikosteroid dosis tinggi secara pulsa tiap bulan.3

    Obat imunosupresif azatioprin dan siklofosfamid terbukti efektif dalam

    pengobatan AR dan memiliki efek serupa dengan yang diperlihatkan oleh

    DMARD. Namun, obat-obat ini tampaknya tidak lebih efektif dari pada DMARD.

    Selain itu, obat-obat itu menimbulkan berbagai efek samping toksik, dan

    siklofosfamid tampaknya menyebabkan pasie mudah mengalami neoplasma

    maligna. Dengan demikian, obat ini di cadangkan untuk pasien yang nyata-nyata

    gagal diterapi dengan DMARD, kadang-kadang penyakit ekstrasendi, misalnya

    vaskulitis rematoid, memerlukan terapi imunosupresif sitotoksin.3,6

    Metotreksat, suatu antagonis asam folat, yang diberikan dengan dosis

    rendah intermiten (7,5 sampai 15 mg sekali seminggu), mungkin juga berguna

    dalam terapi AR. Percobaan terakhir membuktikan efikasi metotreksat dan

    mengisyaratkan bahwa awitan kerjanya lebih cepat dari pada DMARD. Pasien

    cenderung bertahan dengan terapi metotreksat daripada dengan DMARD karena

    respons klinis yang lebih baik dan toksisitas yang lebih rendah. Uji klinis jangka

    panjang mengisyaratkan bahwa metotreksat tidak menginduksi remisi , tetapi

    hanya menekan gejala selagi diberikan. Perbaikan maksimum muncul setelah 6

    bulan terapi, dengan perbaikan tambahan minimal kemudian. Toksisitas utama

    adalah gangguan saluran makanan, ulkus oral, kelainan fungsi hati yang

  • 5/25/2018 Referat Rheumatoid Artritis Gafuran

    18/25

    18

    tampaknya tergantung dosis dan reversibel, dan fibrosis hati yang mungkin timbul

    perlahan sehingga memerlukan biopsi hati untuk deteksi dininya.3,6

    Pembedahan juga berperan dalam penatalaksanaan pasien yang mengalami

    kecacatan sendi berat. Walaupu antroplasti dan pengantian sendi total dapat

    dilakukan pada sejumlah sendi, tindakan ini paling barhasil bila di lakukan di

    sendi lutut dan panggul. Tujuan realistik tindakan ini adalah menghilangkan

    nyeri, memperbaiki kecacatan, dan memperbaiki fungsi. Bedah tangan

    rekonstruktif dapat memberikan perbaikan kosmetik dan keuntungan fungsional.

    Sinovektomi artrosokopik atau terbuka mungkin berguna untuk sebagian pasien

    yang mengalami monoartritis persisten, terutama disendi lutut. Walaupun

    sinovektomi mungkin memberikan perbaikan gejala jangka pendek, belum

    terdapat bukti bahwa tindakan ini dapat menghambat destruksi tulang atau

    perjalanan alamiah penyakit. Selain itu, tenosinovektomi dini pada pergelangan

    tangan dapat mencegah ruptur tendon.3,6

    II. 9. Prognosis

    Prognosis penyakit tersebut bervariasi, sebagian besar penderita membaik

    dengan terapi standar dalam tahun pertama. Sebagian kecil menjadi cacat total

    walupun diberikan semua terapi.7

    II. 10 Diagnosis Banding

    1. Osteoartritis

    Sebagai bentuk artritis yang umum ditemukan. Osteoartritis (sering disebut

    pula dengan istilah penyakit degeneratif sendi) merupakan keadaan kronis yang

  • 5/25/2018 Referat Rheumatoid Artritis Gafuran

    19/25

    19

    menyebabkan degenerasi kartilago tulang dan pembentukan tulang baru sebagai

    reaksi atas degenerasi tersebut didaerah tepi serta daerah subkondrium sendi.

    Biasanya osteoartritis menyerang sendi-sendi yang menyangga berat tubuh atau

    weight bearing joint(sendi lutut, sendi kaki, sendi paha, vertebra lumbalis).7

    Penyebab osteoartritis tidak diketahui dan kelainan yang terjadi berupa

    degenerasi tulang rawan sendi. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya

    penyakit ini antara lain ialah obesitas, trauma atau infeksi pada sendi, penggunaan

    sendi yang berlebihan (pada atlit), dan penyakit sinovial. Kelainan patologik

    menunjukkan penipisan dan fragmentasi pada tulang rawan sendi. Permukaan

    sendi yang sebelumnya licin, akan menjadi tidak beraturan dan terbentuk celah-

    celah yang mencapai tulang subkondral. Apabila tulang rawan sendi mengalami

    erosi, akan terlihat tulang subkondral menebal dan mengkilat serta gading

    (eburnation). Hilangnya tulang rawan sendi merangsang pembentukan tulang baru

    yang biasanya berupa nodul pada pinggiran tulang disebut osteofit.7,8

    Klinis akan menimbulkan rasa nyeri dan kekakuan pada sendi, tanpa tanda-

    tanda radang. Krepitasi merupakan gejala yang khas dan terjadi karena pergesekan

    antara tulang-tulang subkondral. Pada sendi-sendi interfalangs distal terbentuk

    tonjolan-tonjolan osteofit yang disebut tonjolan heberden.

    Temuan yang membantu penegakan diagnosis osteoartritis meliputi :2

    1. Keadaan tidak ada gejala sistemik (menyingkirkan kemungkinan gangguan

    peradangan sendi).

  • 5/25/2018 Referat Rheumatoid Artritis Gafuran

    20/25

    20

    2. Artroskopi yang memperlihatkan bone spurs dan penyempitan rongga

    sendi.

    3. Peningkatan laju endap darah (pada sinovitis yang luas).

    Foto rontgen sendi yang terkena akan membantu memastikan diagnosis,

    namun pada stadium awal, foto tersebut mungkin masih tampak normal. Secara

    khas foto tersebut akan memperlihatkan.7

    1. Penyempitan rongga atau bagian tepi sendi2. Endapan tulang mirip kista dalam rongga serta tepi sendi dan sklerosis

    rongga subkondrium.

    3. Deformitas tulang akibat degenerasi atau kerusakan sendi4. Fusi atau penyatuan sendi

    Tampak penyempitan celah sendi

    2. Gout

    Gout, juga disebut artritis gout, merupakan penyakit metabolik yang ditandai

    oleh pengendapan senyawa urat di dalam sendi sehingga timbul peradangan sendi

  • 5/25/2018 Referat Rheumatoid Artritis Gafuran

    21/25

    21

    yang nyeri. Penyakit ini terutama ditemukan pada kaki, khususnya ibu jari kaki,

    pergelangan kaki dan kaki bagian tengah tetapi dapat mengenai setiap sendi.

    Penyakit ini berkembang menjadi kronis, disertai pembentukan tofus dan terjadi

    nefropati. Pirai di bagi atas bentuk primer 90% dan yang sekunder 10%.8

    Pirai primer terutama mengenai pria berusia lanjut dan ada kecenderungan

    bersifat herediter. Penyebab gangguan metabolisme asam urat tidak diketahui.

    Faktor yang menunjang terjadinya pirai primer antara lain ialah peminum alkohol

    yang berat, obesitas dan obat-obatan, misalnya tiazida.7,8

    Pirai sekunder terdapat pada penyakit yang disertai pemecahan purin yang

    berlebihan, sehingga sintesis asam urat meningkat. Hal ini sering terjadi pada

    penderita leukimia terutama awal pada awal pengobatan yang menimbulkan

    nekrosis pada sel dan diikuti dengan pelepasan asam nukleat yang akan

    mengalami katabolisme menjadi asam urat.8

    Tanda dan gejala penyakit gout yang dapat terjadi meliputi

    1.Nyeri sendi akibat endapan asam urat dan inflamasi2. Eritema dan bengkak pada sendi akibat endapan asam urat iritasi3. Tofus pada ibu jari kaki, pergelangan kaki, dan daun telinga akibat

    endapan urat.

    4. Kenaikan suhu akibat inflamasi.Hasil pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosis

    penyakit gout antara adalah8

  • 5/25/2018 Referat Rheumatoid Artritis Gafuran

    22/25

    22

    1. Kristal monosodium urat yang terbentuk mirip jarum dalam cairan sinovial(yang terlihat melalui aspirasi jarum suntik) atau dalam potongan jaringan

    dengan endapan tofus.

    2. Hiperurisemia (kadar asam urat yang lebih dari 420mol/mmol kreatinin)3. Kenaikan kadar asam urat dalam urin 24 jam (biasanya lebih tinggi pada

    gout sekunder dibanding gout primer)

    4. Foto rontgen pada awalnya tampak normal; pada penyakit gout yangkronis, foto rontgen memperlihatkan kerusakan pada kartilago sendi dan

    tulang subkondrium. Pergeseran keluar bagian tepi yang mengantung dari

    kontur merupakan ciri khas penyakit gout.

    Gout pada persendian

    Gambaran radiologis gout

  • 5/25/2018 Referat Rheumatoid Artritis Gafuran

    23/25

    23

    BAB III

    KESIMPULAN

    Artritis Reumatoid adalah penyakit inflamasi sistemik yang kronis dan

    terutama menyerang persendian perifer serta otot-otot, tendon, ligamen, dan

    pembuluh darah yang ada disekitarnya. Penyakit ini adalah salah satu penyakit

    rematik inflamatorik yang tersering dan ditandai oleh terjadinya proliferasi

    inflamatorik kronik lapisan dalam sinovium sendi diartrodial, yang menyebabkan

    kerusakan tulang rawan dan erosi tulang progresif. Diagnosis AR mudah

    ditegakkan pada orang yang memperlihatkan penyakit sampai 2 tahun setalah

    awitan .gambaran khas berupa poliartritis meradang simetrik bilateral yang

    mengenai sendi besar dan kecil ekstremitas atas dan bawah, kaku sendi pada pagi

    hari, menyongkong diagnosis. Pembuktian adanya nodus subkutis juga membantu

    diagnosis. Selain itu, adanya faktor rematoid, cairan sinovium yang meradang

    disertai peningkatan jumlah leukosit polimorfonukleus, serta temuan radiografik

    berupa demineralisasi tulang juksta artikularis dan erosi sendi yang terkena

    menyongkong diagnosis. Prognosis penyakit tersebut bervariasi, sebagian besar

    penderita membaik dengan terapi standar dalam tahun pertama. Sebagian kecil

    menjadi cacat total walupun diberikan semua terapi.

  • 5/25/2018 Referat Rheumatoid Artritis Gafuran

    24/25

    24

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Stephen J. Mcphee. Patofisiologi Penyakit Pengantar menuju KedokteranKlinis. Medikal Multimedia Indonesia. Hal 746-51

    2. Jenni P kowalak, William Wels, dkk .Buku Ajar Patofisiologi.Penerbit BukuKedokteran EGC.2011. Hal 496-501

    3. Isselbacher, Braunwald.Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. BukuKedokteran EGC. McgrawHill. Hal 1840-1847

    4. Aru W, Sudoya, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Makassar:Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UI. Hal 1180-1174

    5. Robbins, Kumar.Buku Ajar Patologi Edisi 7.. EGC : Jakarta : 2004. Hal 846-866

    6. Mark H Wartz, Buku Ajar Diagnosis Fisik. Penerbit Buku Kedokteran EGC.2000, Hal 342-343.

    7. I Made Nasar,Buku Ajar Patologi, 2th edition. Penerbit Sagung Seto. Hal 520-526.

    8. Lindon Saputra. Kapita selekta Kedokteran Klinik. Penerbit Binarupa aksara;2009. Hal 272-273.

  • 5/25/2018 Referat Rheumatoid Artritis Gafuran

    25/25

    25