referat ptbd baru
DESCRIPTION
percutaneous transhepatic biliary drainageTRANSCRIPT
7/16/2019 REFERAT PTBD BARU
http://slidepdf.com/reader/full/referat-ptbd-baru 1/23
REFERAT
“Peran Radiologi Intervensional:Percutaneous Transh epatic Bi l iary Drainage ”
Oleh:I Putu Juniartha Wisnu W. 081 071 0055Cahya Firly Nanda 081 071 3057Vishnu Varathan 081 071 4045
Hakky Arsy Eriawan 081 071 3067
Pembimbing:
dr. Islana Gadis Yulidani, Sp.Rad
DEPARTEMEN LABORATORIUM RADIOLOGIRUMAH SAKIT Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA2013
7/16/2019 REFERAT PTBD BARU
http://slidepdf.com/reader/full/referat-ptbd-baru 2/23
DAFTAR ISI
Judul ………………………………………………………………………………………………
Daftar Isi …………………………………………………………………………………………. i
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang …………………………………………………………………………. 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Hepar …………………………………………………………………………. 3
2.2. Fisiologi Hepar …………………………………………………………………………. 3
2.3. Definisi Abses Hepar …………………………………………………………………..
2.4. Prevalensi Abses Hepar……………………………………………………………….
2.5. Etiologi Abses Hepar …………………………………………………………………..
2.6. Patofisiologi Abses Hepar ……………………………………………………………..
2.7. Manifestasi Klinis Abses Hepar ……………………………………………………….
2.8. Diagnosis Abses Hepar ……………………………………………………………….
2.9. Manajemen Abses Hepar ……………………………………………………………..
2.10. Liver Abscess Drainage dengan Guiding Ultrasonografi Abdomen ………………
2.11. Prosedur Drainase Abses Hepar …………………………………………………….
2.12. Hasil Drainase Abses Liver …………………………………………………………...
2.13. Kelebihan Drainase Abses Liver Perkutan dengan Guiding USG Abdomen ……
BAB 3 KESIMPULAN ………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
7/16/2019 REFERAT PTBD BARU
http://slidepdf.com/reader/full/referat-ptbd-baru 3/23
1
BAB I
LATAR BELAKANG
Penyakit dalam sistem bilier merupakan penyakit yang sering terjadi di Indonesia.
Penyakit dalam sistem bilier dapat terkait dengan adanya infeksi, obstruksi, maupun kedua –
duanya serta dapat menimbulkan keradangan pada kandung empedu. Penyakit batu empedu
(cholelitiasis) sudah merupakan masalah kesehatan yang penting di negara barat sedangkan di
Indonesia baru mendapatkan perhatian di klinis, sementara publikasi penelitian batu empedu
masih terbatas. Sebagian besar pasien dengan batu empedu tidak mempunyai keluhan. Risiko
penyandang batu empedu untuk mengalami gejala dan komplikasi relatif kecil. (Lesmana, 2005)
Radang kandung empedu atau kolesistitis akut adalah reaksi inflamasi akut dinding
kandung empedu yang disertai dengan keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan, dan
demam. Obstruksi pada sistem bilier sering disebabkan oleh adanya batu dalam kandung
empedu maupun batu yang bermigrasi melalui duktus sistikus ke dalam saluran empedu
menjadi batu saluran empedu sekunder. Walaupun belum ada data epidemiologi penduduk,
insidens keradangan kandung empedu (kolesistitis) maupun obstruksi karena batu empedu
(kolelitiasis) di Indonesia relatif lebih rendah dibandingkan negara – negara lain (Lesmana,
2005).
Di negara barat 10-15% pasien dengan batu kandung empedu juga disertai dengan
batu saluran empedu. Di Prancis, 80.000 tindakan cholecystectomi dilakukan setiap tahunnya
untuk menangani pasien dengan cholelitiasis, namun prevalensinya sampe saat ini masih
belum diketahui dengan jelas (Xavier et al , 2005). Peningkatan frekuensi kejadian cholelitiasis
terlihat pada wanita di atas usia 40 tahun, demikian pula pada jumlah kehamilan masa lalu,
penggunaan estrogen sebelumnya, diabetes, dan puasa dalam waktu yang cukup lama
(contoh: pada pasien dengan total parenteral nutrition (TPN)), penurunan berat badan dalam
waktu cepat, dan kondisi hemolisis (Ferri, 2013).
Percuteneus Tranhepatic Biliary Drainage (PTBD) adalah sebuah prosedur yang dapat
dilaksanakan untuk membuka sumbatan saluran empedu. Saluran empedu merupakan sebuah
jaringan seperti pipa dari liver, menuju kandung empedu, pankreas, dan usus halus (Ferri,
2013). PTBD telah menjadi teknik yang aman dan efektif untuk dekompresi traktus biliaris yang
mengalami obstruksi. Selain itu teknik ini dapat menunjukkan level abnormalitas dan terkadang
dapat membantu mendiagnosis etiologinya. PTBD juga merupakan metode yang efektif sebagai
terapi primer maupun paliatif untuk berbagai abnormalitas bilier yang ditunjukkan oleh
cholangiography (Saad et al , 2010).
7/16/2019 REFERAT PTBD BARU
http://slidepdf.com/reader/full/referat-ptbd-baru 4/23
2
Pengaliran bilier transhepatik biasanya bersifat darurat dan sementara sebagai salah
satu alternatif untuk mengatasi sepsis pada kolangitis berat, atau mengurangi ikterus berat
pada obstruksi saluran empedu distal karena keganasan. Pada pasien dengan pipa T pada
saluran empedu dapat juga dimasukkan koledokoskop dari luar untuk membantu mengambil
batu intrahepatik. (De Jong, 1997)
Referat ini bertujuan untuk menambah referensi mengenai tindakan radiologis intervensi
sebagai sarana untuk membantu diagnosis maupun sebagai sarana untuk memandu tindakan
agar tindakan yang dilakukan memiliki tingkat efektifitas yang baik serta membantu menurunkan
angka mortalitas khususnya pada penyakit obstruksi bilier.
7/16/2019 REFERAT PTBD BARU
http://slidepdf.com/reader/full/referat-ptbd-baru 5/23
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Hepar
Hepar merupakan organ pencernaan yang terletak di epigastrium kanan, menyatu
dengan saluran bilier dan kandung empedu.Berat hepar pada orang dewasa sehat berkisar
antara 1400 – 1600 gram.Batas atas kira – kira sejajar dengan xiphosternal joint , sedikit
melengkung ke atas pada setiap sisi. Bagian kiri mencapai spasium interkostalis V, 7 – 8 cm
dari linea mediana, dan di sebelah kanan kosta V, melengkung ke bawah menuju batas kanan
yang memanjang dari kosta VII sampai kosta XI di linea mid aksilaris. Batas inferior mengikuti
garis yang menghubungkan ekstremitas inferior kanan dan ekstremitas superior kiri.Permukaan
hepar luar dibungkus dengan kapsul jaringan fibrosa dan dilingkupi oleh peritoneum visceral
(Sloane, 2004).
Gambar 1. Anatomi Hepar dalam Perspekti f Organ Lain
Secara anatomis hepar terbagi menjadi 4 lobus yaitu lobus kanan, lobus kiri, lobus
kuadratus, dan lobus kaudatus.Masing – masing lobus dibentuk oleh lobulus – lobulus yang
merupakan unit fungsional dasar dari hepar.Secara keseluruhan, hepar dibentuk oleh sektiar
100.000 lobulus dengan struktur serupa dan terdiri dari hepatosit, saluran sinusoid yang
7/16/2019 REFERAT PTBD BARU
http://slidepdf.com/reader/full/referat-ptbd-baru 6/23
4
dikelilingi oleh endotel vaskuler dan sel kuppfer yang merupakan bagian dari sistem
retikuloendothelial.Struktur ini berbentuk heksagonal dengan diameter 1 – 2 mm yang
mengelilingi vena sentral.Pada tiap sudut struktur heksagonal terdapat traktus portal yang
masing – masing mengandung cabang – cabang arteri hepatika, vena porta, dan duktus biliaris
intra hepatic (Sloane, 2004).
Oleh garis khayal dari tiap sudut heksagonal sampai ke vena sentral,tiap lobulus
akan terbagi menjadi 6 area yang disebut asinus yang berbentuk segitiga dengan vena sentral
sebagai puncak. Berdasarkan letaknya terhadap suplai darah arteri hepatik, maka parenkim
asinus dibagi menjadi 3 zona, yaitu: zona 1 (periportal), zona 2 (midzonal), zona 3 (zona
sentral). Zona 1 adalah daerah yang paling dekat dengan suplai darah dari arteri hepatic,
sedangkan zona 3 adalah daerah asinus hepar yang paling dekat dengan vena sentral.
Pembagian zona ini sangat berarti secara fungsional karena mempengaruhi gradient komponen
di dalam darah dan hepatosit, yang meliputi: kadar oksigen darah dan heterogenitas kadar
protein di dalam hepatosit (Sloane, 2004).
Gambar 2. Anatomi Pemb uluh Darah dan Traktus B i l iar is dalam Hepar
2.2. Anatami Kandung Empedu
Empedu yang dihasilkan hepatosit akan disekresikan hepatosit akan disekresikan ke
dalam kanalikuli dan selanjutnya ditampung dalam suatu saluran kecil empedu yang terletak di
dalam hati yang secara perlahan akan membentuk saluran yang lebih besar lagi. Saluran kecil
7/16/2019 REFERAT PTBD BARU
http://slidepdf.com/reader/full/referat-ptbd-baru 7/23
5
ini memiliki epitel kubis yang bisa mengembang secara bertahap bila saluran empedu
membesar. Saluran empedu intrahepatik secar perlahan menyatu membentuk saluran yang
besar yang dapat menyalurkan empedu ke delapan segmen hati. Di dalam segmen hati kanan,
gabungan cabang – cabang ini membentuk sebuah saluran di anterior dan superior yang
kemudian bergabung membentuk duktus hepatikus kanan. Pada beberapa orang, duktus
hepatikus kanan berada ± 1 cm di luar hati. Duktus ini kemudian bergabung dengan 3 segmen
dari segmen hati kiri (duktus hepatikus kiri) menjadi duktus hepatikus komunis.
Setelah penggabungan dengan duktus sistikus dari kandung empedu, duktus hepatikus
menjadi duktus koledokus. Pada beberapa keadaan, dinding duktus koledokus menjadi besar
dan lumennya melabar sampai mencapai ampula. Biasanya panjang duktus koledokus sekitar 7
cm dengan diameter berkisar antara 4 – 12 mm. Kandung empedu menerima suplai darah
terbesar dari jalinan pembuluh darah cabang arteri hepatika kanan. Kandung empedu dapat
menampung ± 50 ml cairan empedu dengan ukuran panjang 8 – 10 cm dan terdiri atas fundus,
korpus, dan kolum. Lapisan mukosanya membentuk cekungan kecil dekat dengan kolum yang
disebut kantong Hartman, yang bisa menjadi tempat tertimbunnya batu empedu.
Gambar 3. Anatom i Sistem Bil iar is
7/16/2019 REFERAT PTBD BARU
http://slidepdf.com/reader/full/referat-ptbd-baru 8/23
6
2.3. Fisiologi Hepar
Hepar mempunyai beberapa fungsi penting sebagai berikut (Sloane, 2004):
- Sekresi
o Hepar memproduksi empedu yang berperan dalam emulsifikasi dan absorpsi
lemak.
- Metabolisme
o Hepar memetabolisme protein, lemak, dan karbohidrat tercerna.
Hepar berperan penting dalam mempertahankan homeostatic gula darah.
Hepar menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dan mengubahnya
kembali menjadi glukosa jika diperlukan tubuh.
Hepar mengurai protein dari sel – sel tubuh dan sel darah merah yang
rusak. Organ ini membentuk urea dari asam amino berlebih dan sisa
nitrogen.
Hepar menyintesis lemak dari karbohidrat dan protein, dan terlibat dalam
penyimpanan dan pemakaian lemak.
Hepar menyintesis unsur – unsur pokok membran sel (lipoprotein,
kolesterol, dan fosfolipid).
Hepar menyintesis protein plasma dan faktor – faktor pembekuan darah.
Organ ini juga menyintesis bilirubin dari produk penguraian hemoglobin
dan mensekresinya ke dalam empedu.
-Penyimpanan
o Hepar menyimpan mineral, seperti zat besi dan tembaga, serta vitamin larut
lemak (A, D, E, dan K) dan hepar menyimpan toksin tertentu (contohnya
pestisida) serta obat yang tidak dapat diuraikan dan diekskresikan.
- Detoksifikasi
o Hepar melakukan inaktivasi hormone dan detoksifikasi toksin dan obat. Hati
memfagosit eritrosit dan zat asing yang terdisintegrasi dalam darah.
- Produksi panas
o Berbagai aktivitas kimia dalam hepar menjadikan hepar sebagai sumber utama
panas tubuh, terutama saat tidur.
- Penyimpanan darah
o Hepar merupakan reservoar untuk sekitar 30% curah jantung dan, bersama
dengan limpa, mengatur volume darah yang diperlukan tubuh (Ethel, 2004).
7/16/2019 REFERAT PTBD BARU
http://slidepdf.com/reader/full/referat-ptbd-baru 9/23
7
Gambar 4. Fisiologi Hepar
2.4. Fisiologi Empedu dan Sistem Biliaris
Empedu
Cairan empedu dihasilkan di lobulus hepar dan disekresikan ke dalam jaringan
kanalikuli yang kompleks, saluran empedu kecil, dan saluran empedu besar yang mana cairan
empedu ini mengalir bersama saluran limfatik dan cabang dari vena porta serta arteri hepatik.
Beberapa duktus bilier interlobuler ini berikutnya bersatu untuk membentuk duktus bilier
berdinding dan membentuk duktus hepatik kanan maupun kiri, yang mana kesemuanya
bergabung membentuk duktus hepatis komunis. Duktus hepatis komunis ini bergabung dengan
duktus cystikus dari Gallbladder untuk membentuk Common bile duct (CBD), yang mana
memasuki duodenum melalui ampulla vateri. (Harrison, 2005)
Empedu berperan dalam membantu pencernaan dan absorpsi lemak, ekskresi
metabolit hati dan produk sisa seperti kolesterol, bilirubin dan logam berat. Sekresi empedu
membutuhkan aktifitas hepatosit (sumber empedu primer) dan kolangosit yang terletak
sepanjang duktulus empedu. Epitel bilier berperan dalam menghasilkan 40% dari 600 ml
produksi empedu setiap hari (Amirudin, 2002)
Cairan empedu merupakan cairan isotonik dengan komposisi elektrolit menyerupai
plasma darah. Komposisi elektrolit kandung empedu empedu berbeda dari empedu hati karena
sebagian besar anorganik anion, klorida dan bikarbonat, telah dihapus oleh reabsorpsi melintasi
epitel kandung empedu. Sebagai hasil dari reabsorpsi air, Total konsentrasi zat terlarut empedu
meningkat dari 3 sampai 4 g / dL pada hati empedu dan 10 sampai 15 g / dL pada kandung
empedu empedu. Komponen zat terlarut utama empedu oleh mol persen termasuk empedu
7/16/2019 REFERAT PTBD BARU
http://slidepdf.com/reader/full/referat-ptbd-baru 10/23
8
asam (80%), lesitin dan fosfolipid jejak lainnya (16%), dan kolesterol tanpa esterifikasi (4,0%).
Dalam keadaan lithogenic kolesterol nilai dapat setinggi 8 sampai 10%. Konstituen lainnya
termasuk terkonjugasi bilirubin, protein (IgA, metabolit hormon, dan protein lain dimetabolisme
di hati), elektrolit, lendir, dan, sering, obat-obatan dan metabolitnya. (Harrison, 2005)
Asam empedu mempunyai kegunaan seperti deterjen dalam mengemulsi lemak,
membantu kerja enzim pancreas dan penyerapan lemak intraluminal. Konjugasi garam – garam
empedu selanjutnya direabsorpsi oleh transpor aktif spesifik dalam ileum terminalis, walaupun
sekitar 20% empedu intestinal dikonjugasi oleh bakteri ileum. Empedu yang tidak direabsorbsi
akan memetabolisme bakteri dalam kolon dan ±50% akan direabsorbsi kembali.
Bilirubin, suatu pigmen kuning dengan sebuah struktur tetrapirol yang tidak larut dalam
air berasal dari sel – sel darah yang telah hancur (75%), katabolisme protein – protein hem lain
(22%), dan inaktivasi eritropoiesis sumsum tulang (3%). Bilirubin yang tidak terkonjugasi akan
ditransport ke dalam sirkulasi sebagai sebuah kompleks dengan albumin, walaupun sejumlah
kecil dialirkan ke dalam sirkulasi secara terpisah. Bilirubin larut lemak akan diubah menjadi larut
air oleh hati melalui beberapa langkah yang terdiri dari fase pengambilan spesifik, konjugasi,
dan ekskresi.
Sebenarnya bilirubin terkonjugasi tidak direabsorbsi dari duktus biliaris atau usus
melainkan pada kolon. Kolon dapat menkonjugasi bilirubin dan mengkonversi menjadi tetrapirol
larut air yang dikenal sebagai urobilinogen. Kira – kira setengah dari urobilinogen akan
direabsorbsi dan diekskresi oleh ginjal dan dikeluarkan bersama feses sebagai sterkobilin.
Traktus Bil iaris
Sesaat setelah empedu diekskresi oleh hepatosit, empedu tersebut akan mengalami
modifikasi pada saat melalui saluran biliaris. Modifikasi tersebut meliputi, penarikan air melalui
proses osmosis paraseuler ke dalam empedu, pemisahan glutation menjadi asam amino yang
dapat diabsorbsi kembali (seperti glukosa dan beberapa asam organik), dan sekresi bikarbonat
dan ion – ion klorida secara aktif ke dalam empedu oleh mekanisme yang bergantung pada
regulator transmembran fibrosis sistik (RTFC).
Kandung Empedu
Kandung empedu mempunyai peranan penting dalam pencernaan lemak. Kandung
emoedu menampung ± 50 ml empedu yang dapat dibuat kembali dalam merespons
pencernaan makanan. Dalam keadaan puasa, kira – kira setengah dari empedu secara terus –
menerus dialirkan ke dalam kandung empedu untuk disimpan. Selam empedu berada dalam
7/16/2019 REFERAT PTBD BARU
http://slidepdf.com/reader/full/referat-ptbd-baru 11/23
9
kandung empedu, maka akan terjadi peningkatan konsentrasi empedu oleh karena terjadinya
proses reabsorpsi ion – ion natrium, kalsium, klorida, dan bikarbonat, diikuti oleh difusi air
sehingga terjadi penurunan pH intrasistik. Kandung empedu mampu menurunkan volume jika
diisi empedu 80 – 90%.
2.5. Patofisiologi dalam Sistem Bilier
Semua gejala yang berkaitan dengan patologi traktus bilier adalah akibat dari obstruksi,
infeksi atau kedua-duanya. Obstruksi bisa menjadi ekstramural (e.g kanker pankreas),
intramural (cholangiocarcinoma), atau intraluminal (kholedocholithiasis). Sebenarnya infeksi
yang dimaksudkan disini adalah sama seperti infeksi di tempat lain pada tubuh kita, dan
biasanya disebabkan oleh tiga factor utama iatu, host susceptible, inoculum yang mencukupi,
dan stasis. Gejala yang sangat berkaitan dengan system bilier dalam manusia adalah seperti
nyeri abdomen, jaundice, panas, nausea serta muntah.
Nyeri abdomen
Batu empedu dan inflamasi daripada hempedu itu sendiri merupakan kasus kasus yang sangat
frekuen yang menyebabkan nyeri abdomen daripada penyakit system bilier. Obstruksi akut
daripada hempedu oleh kalkuli menyebabkan kolik biliary, yang merupakan satu misnomer
yang sangat umum, kerana tiada rasa kolik pada epigastrium atau quadran kanan atas. Kolik
biliary mempunyai rasa nyeri tang konstan yang membina intensity dan menyebabkan nyeri
yang bisa menjalar ke belakang, interskapular atau bahu kanan. Nyerinya kayak seperti
bandlike yang bisa menyebabkan rasa muntah dan nausea. Ini kerana hempedu yang normal
akan mengalami konstraksi terhadap obstruksi luminal seperti batu hempedu yang mengenai
leher hempedu, duktus kistik, atau the common bile duct.
7/16/2019 REFERAT PTBD BARU
http://slidepdf.com/reader/full/referat-ptbd-baru 12/23
10
Rasa nyerinya yang dipicu oleh makanan yang berlemak, tetapi juga disebabkan oleh
makan yang lain dan berlangsung secara spontan. Terdapat juga assosiasi dengan makanan
yang terdapat pada 50% pasien dan dalam pasien pasien ini rasa nyerinya itu akan muncul
lebih daripada satu jam selepas makan.
Rasa nyeri pada biliary kolik yang dibedakan sama dengan kolekcystitis akut. Walaupun kolik
biliary bisa melokalisasi pada daerah kuadran atas dan rasa nyerinya oleh kolicytisis akut
disebabkan dengan rasa sentuh, somatic dan selalu muncul dengan rasa panas dengan
leukocytosis. Irritasi bahagian visceral dan parietal kolecysitis akan menyebabkan positif
Murphy’s sign. Daripada pemeriksaan fisika, ia menjadi satu indicator bagi kolecystitis akut.
Jaundice
Apabila konsentrasi bilirubin melebihi 2.5mg/dl, satu pigmen yang berwarna kuning mewarnai
sclera dan menjadi bukti. Jaundice akan menyebabkan terjadinya warna pada kulit berubah,
dengan serum bilirubin yang melebihi 5 mg/dl/ Perubahan dalam warna menyebabkan pigmen
bile dalam urin dan itu merupakan satu perubahan yang dikenali pasien. Kausa yang biasanya
terjadi peningkatan produksi bilirubin dapat menyebabkan hemolitik anemia dan merupakan
kausa untuk hemolysis yang meliputu sepsis, luka bakar, reaksi transfuse dan medikasi.
Ekskresi bilirubin menyebabkan intrahepatic kolestasis dan konjugasi hiperbilirubinemia dan
kondisi seperti viral atau alkoholik cirrhosis dan kolestasis disebabkan obat.
Panas
Peningkatan suhu badan yang melebihi >38 celcius menandakan adanya satu inflamasi
berlaku. Kontaminasi oleh bakteria adalah satu gambaran khusus untuk koleksystisis akut atau
koledocholithiasis dengan obstruksi dan berlanjutan pecutaneus atai endoskopik
kolangiographi. Kombinasi daripada kuadran kanan atas adalah seperti nyeri abdomen,
jaundice, panas dna dikenali sebagai Charcot’s triad yang merupakan satu infeksi yang aktif
dengan tambahan adanya penurunan tingkat kesedaran dan hipotensi menandakan kolangitis
yang parah dan dinamakan sebagai pentad of Reynolds.
2.6. Kolesistitis
2.6.1. Definisi Kolesistitis
Radang kandung empedu atau kolesistitis akut adalah reaksi inflamasi akut dinding
kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan, dan demam.
7/16/2019 REFERAT PTBD BARU
http://slidepdf.com/reader/full/referat-ptbd-baru 13/23
11
2.6.2. Etiologi dan Patogenesis
Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis akut adalah stasis cairan
empedu, infeksi kuman, dan iskemia dinding kandung empedu. Penyebab utama kolesistitis
akut adalah batu kandung empedu (90%) yang terletak di duktus sistikus yang menyebabkan
stasis cairan empedu, sedangkan sebagian kecil kasus timbul tanpa adanya batu empedu
(kolesistitis akut akalkulus). Mekanisme stasis di duktus sistikus yang dapat menyebabkan
kolesistitis akut kemungkinan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain kepekaatan cairan
empedu, kolesterol, lisolesitin, dan prostaglandin yang merusak lapisan mukosa dinding
kandung empedu diikuti oleh reaksi inflamasi dan supurasi. Kolesistitis akut akalkulus dapat
timbul pada pasien yang dirawat cukup lama dan mendapat nutrisi secara parenteral, pada
sumbatan karena keganasan kandung empedu, batu di saluran empedu, atau merupakan salah
satu komplikasi penyakit lain seperti demam tifoid dan diabetes mellitus.
2.6.3. Manifestasi Klinis
Keluhan yang agak khas untuk serangan kolesistitis akut adalah kolik perut di sebelah
kanan atas epigastrium dan nyeri tekan serta kenaikan suhu tubuh. Kadang – kadang rasa sakit
menjalar ke pundak atau skapula kanan dan dapat berlangsung sampai 60 menit tanpa reda.
Berat ringannya keluhan sangat bervariasi tergantung dari adanya kelainan inflamasi yang
ringan sampai dengan gangrene atau perforasi kandung empedu. Pada pemeriksaan fisis
teraba masa kandung empedu, nyeri tekan disertai tanda – tanda peritonitis lokal atau disebut
Murphy sign. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya leukositosis serta kemungkinan
peninggian serum transaminase dan fosfatase alkali. Apabila keluhan nyeri bertambah hebat
disertai suhu tinggi dan menggigil serta leukositosis berat, kemungkinan terjadi empyema dan
perforasi kandung empedu perlu dipertimbangkan.
2.6.4. Diagnosis
Foto polos abdomen tidak dapat memperlhatkan gambaran kolesistitis akut, hanya pada
15% pasien kemungkinan dapat terlihat batu radiopaque oleh karena mengandung kalsium
cukup banyak. Kolesistografi oral tidak dapat memperlihatkan gambaran kandung empedu bila
ada obstruksi sehingga pemeriksaan ini tidak bermanfaat untuk kolesistitis akut. Pemeriksaan
ultrasonografi (USG) sebaiknya dikerjakan secara rutin dan sangat bermanfaat untuk
memperlihatkan besar, bentuk, penebalan dinding kandung empedu, batu, dan saluran empedu
ekstra hepatik. Nilai kepekaan dan ketepatan USG mencapai 90 – 95%.
7/16/2019 REFERAT PTBD BARU
http://slidepdf.com/reader/full/referat-ptbd-baru 14/23
12
Skintigrafi saluran empedu menggunakan zat radioaktif HIDA atau 99n Tc 6
Iminodiacetic acid mempunyai nilai sedikit lebih rendah dari USG tapi teknik ini tidak mudah.
Terlihatnya gambaran duktus koledokus tanpa adanya gambaran kandung empedu pada
pemeriksaan kolesistografi oral atau scintigrafi sangat menyokong kolesistitis akut.
Pemeriksaan CT scan abdomen kurang sensitif dan mahal tetapi mampu untuk memperlihatkan
adanya abses perikolesistik yang masih kecil yang mungkin tidak terlihat pada pemeriksaan
USG.
2.6.5. Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk nyeri perut kanan atas yang perlu dipikirkan antara lain
penjalaran nyeri saraf spinal, kelainan organ di bawah diafragma seperti apendiks yang
retrosekal, sumbatan usus, perforasi ulkus pepitkum, pankreatitis akut, dan infark miokard.
2.7. Kolesistitis Kronik
Kolesistitis kronik lebih sering dijumpai dan sangat erat hubungannya dengan lithiasis
dan lebih sering timbul secara perlahan - lahan
2.7.1. Gejala Klinis
Diagnosis kolesistitis kronik sering sulit ditegakkan oleh karena gejalanya sangat minim
dan tidak menonjol seperti dispepsiam rasa penuh di epigastrium, dan nausea khususnya
setelah makan makanan berlemak yang tinggi, yang kadang – kadang hilang setelah
bersendawa. Riwayat penyakit batu empedu di keluarga, ikterusm dan kolik berulang, nyeri
lokal di daerah kandung empedu disertai Murphy sign positif dapat menyokong penegakan
diagnosis.
2.7.2 Diagnosis
Pemeriksaan kolesistografi oral, ultrasonografi dan kolangiografi dapat memperlihatkan
kolelitiasis dan fungsi kandung empedu. Endoscopic retrograde choledochopancreaticography
(ERCP) sangat bermanfaat untuk memperlihatkan adanya batu di kandung empedu dan duktus
koledokus.
2.7.3. Penyakit Batu Empedu
Sebagian besar pasien dengan batu empedu tidak mempunyai keluhan. Resiko
penyandang batu empedu untuk mengalami gejala dan komplikasi relative kecil. Walaupun
7/16/2019 REFERAT PTBD BARU
http://slidepdf.com/reader/full/referat-ptbd-baru 15/23
13
demikian sekali batu empedu mulai menimbulkan serangan nyeri kolik yang spesifik maka
resiko untuk mengalami masalah dan penyulit akan terus meningkat. Batu empedu umumnya
ditemukan di dalam kandung empedu, tetapi batu tersebut dapat bermigrasi melalui duktus
sistikus ke dalam saluran empedu menjadi batu saluran empedu dan disebut sebagai batu
saluran empedu sekunder. Pada beberapa keadaan, batu saluran empedu dapat terbentuk
primer di dalam saluran empedu intra atau ekstra hepatik tanpa melibatkan kandung empedu.
Batu saluran empedu primer lebih banyak ditemukan pada pasien di wilayah Asia dibandingkan
dengan pasien di Negara barat. Perjalanan batu saluran empedu sekunder belum jelas namun
komplikasi akan lebih sering dan berat dibandingkan batu kandung empedu asimtomatik.
2.7.4. Patogenesis dan Tipe Batu
Menurut gambaran makroskopik dan komposisi kimianya, batu saluran empedu dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kategori mayor yaitu (1) batu kolesterol di mana komposisi
kolesterol melebihi 70% (2) batu pigmen coklat atau batu calcium bilirubinate yang mengandung
Ca – bilirubinate sebagai komponen utama dan (3) batu pigmen hitam yang kaya kan residu
hitam tidak terekstraksi. Ada 3 faktor yang berperan dalam pathogenesis batu kolesterol, yaitu
(1) hipersaturasi kolesterol dalam kandung empedu (2) percepatan terjadinya kristalisasi
kolesterol, dan (3) gangguan motilitas kandung empedu dan usus. Adanya pigmen di dalam inti
batu kolesterol berhubungan dengan lumpur kandung empedu pada stadium awal
pembentukan batu. Pathogenesis batu pigmen melibatkan infeksi saluran empedu, stasis
empedu, malnutrisi, dan faktor diet. Kelebihan aktivitas β – glucoronidase bakteri dan manusia
(endogen) memegang peran kunci dalam pathogenesis batu pigmen pada pasien di Negara
timur. Hidrolisis bilirubin oleh enzim tersebut akan membentuk bilirubin tak terkonjugasi yang
akan mengendap sebagai calcium bilirubinate. Enzim β – glucoronidase bakteri berasal dari
kuman E. coli dan kuman lainnya di saluran empedu. Enzim ini dapat dihambat oleh
glucarolactoone yang konsentrasinya meningkat pada pasien dengan diet rendah rotein dan
rendah lemak.
2.7.5. Gejala Batu Kandung Empedu
Pasien dengan batu empedu dapat dibagi menjadi 3 kelompok: pasien dengan batu
asimptomatik, pasien dengan batu empedu simptomatik, dan pasien dengan komplikasi batu
empedu (kolesistitis akut, icterus, kolangitis, dan pankreatitis). Sebagian besar (80%) pasien
dengan batu empedu tidak memperlihatkan gejala baik waktu diagnosis maupun selama
pemantauan. Studi perjalanan penyakit dari 1307 pasien dengan batu empedu selama 20 tahun
7/16/2019 REFERAT PTBD BARU
http://slidepdf.com/reader/full/referat-ptbd-baru 16/23
14
memperlihatkan bahwa sebanyak 50% pasien tetap asimtomatik, 30% mengalami kolik bilier,
dan 20% mendapat komplikasi. Gejala batu empedu yang dapat dipercaya adalah kolik bilier.
Keluhan ini didefinisikan sebagai nyeri di perut atas berlangsung lebih dari 30 menit dan kurang
dari 12 jam. Biasanya lokasi nyeri di perut atas atau epigastrium tetapi bisa juga di kiri dan
prekordial.
2.7.6. Diagnosis
Sebelum dikembangkannya pencitraan mutakhir seperti ultrasonografi, sejumlah pasien
dengan penyakit batu empedu sering salah diagnosis sebagai gastritis atau hepatitis berulang.
Dewasa ini ultrasonografi merupakan pencitraan pilihan pertama untuk mendiagnosis batu
kandung empedu dengan sensitifitas tinggi melebihi 95% sedangkan untuk deteksi batu saluran
empedu sensitifitasnya relative rendah bekisar antara 18 – 74%. Nilai diagnostic ultrasonografi
dalam mendiagnosis batu saluran empedu telah dibandingkan dengan endoscopic retrograde
cholangio pancreatography (ERCP) sebagai acuan metode standar kolangiografi direk. Secara
keseluruhan akurasi ultrasonografi untuk batu saluran empedu adalah sebesar 77%. ERCP
sangat bermanfaat dalam mendeteksi batu saluran empedu dengan sensitivitas 90%,
spesifisitas 98%, dan akurasi 96%, tetapi prosedur ini invasive dan dapat menimbulkan
komplikasi pankreatitis dan kolangitis yang dapat berakibat fatal.
2.8. Penatalaksanaan Bilier Obstruktif dengan Percutaneous Transhepatic B il iary
Drainage (PTBD)
Percutaneous transhepatic biliary drainage (PTBD) telah menjadi teknik yang aman dan
efektif. Teknik ini telah dilakukan untuk dekompresi obstruksi traktus biliaris dan mengurangi
nyeri jaundice dan gatal serta dapat digunakan dalam penatalaksanaan cholangitis. PTBD juga
digunakan untuk menangani penyakit bilier benigna. Tindakan ini memiliki komplikasi namun
dapat dilakukan terapi konservatif. Mortalitas yang terkait dengan prosedur adalah <2% pada
hampir seluruh studi.
Percutaneous transhepatic biliary drainage (PTBD) merupakan metode yang efektif
untuk terapi primer maupun paliatif untuk banyak kelainan bilier yang ditunjukkan dengan biliary
cholangiography yang dilakukan sebelumnya. PTBD merupakan prosedur terapeutik berupa
kanulasi steril pada radicle bilier perifer setelah pungsi perkutan dengan manipulasi wire dan
kateter yang dipandu dengan pencitraan, kemudian dilakukan pemasangan tube atau stent
untuk drainase external atau internal.
7/16/2019 REFERAT PTBD BARU
http://slidepdf.com/reader/full/referat-ptbd-baru 17/23
15
Terapi perkutan dari lesi bilier biasanya dibagi dalam tingkatan dan memerlukan
beberapa tahapan untuk mencapai target terapi. PTBD dikatakan berhasil apabila kita dapat
menempatkan tube atau stent dengan menggunakan panduan pencitraan untuk drainase
empedu secara continuous.
2.8.1. Indikasi PTBD
Drainase bilier yang adekuat
o Untuk dekompresi percabangan bilier yang mengalami obstruksi.
o Untuk mengalihkan empedu dan meletakkan stent pada defek duktus bilier.
Menyediakan akses portal ke traktus biliaris untuk tujuan terapi termasuk sebagai
berikut:
o Striktur biliaris yang melebar/ meluas.
o Mengeluarkan batu duktus biliaris.
o Lesi ganas dari stent.
o Brachytherapy/ phototherapy.
o Mengambil sampel jaringan endoluminal atau benda asing.
Menyediakan akses portal menuju traktus biliaris untuk tujuan diagnosis jangka
menengah maupun jangka panjang.
2.8.2. Prosedur PTBD Secara Umum
Percutaneous drainase bilier transheptic (PTBD) adalah prosedur untuk mengalirkan
saluran empedu di hadapan penyumbatan atau kerusakan yang mencegah drainase empedu
normal. Penyumbatan dapat didiagnosis dengan transhepatik cholangiogram perkutan (PCTA).
Menggunakan fluoroskopi (live x-ray), jarum dipandu ke dalam saluran empedu, di mana
agen kontras disuntikkan untuk memungkinkan visualisasi pada monitor. Sebuah kateter
ditempatkan ke dalam saluran empedu untuk memungkinkan empedu mengalir keluar ke dalam
kantong di luar tubuh. Untuk mencegah kesulitan pengeringan lebih lanjut, stent dapat
ditempatkan dalam empedu diblokir atau dibatasi saluran untuk terus terbuka dan
memungkinkan empedu mengalir bebas.
Prosedur berbasis jarum
Anda akan ditempatkan pada meja pemeriksaan di suite radiologi, yang berisi peralatan
untuk pencitraan. Anda akan terhubung ke monitor untuk menonton tekanan darah dan denyut
jantung selama prosedur. Sebuah IV akan disisipkan oleh Crna (bersertifikat mendaftar perawat
7/16/2019 REFERAT PTBD BARU
http://slidepdf.com/reader/full/referat-ptbd-baru 18/23
16
anestatist) sehingga obat penenang dapat diberikan. Daerah kecil di mana jarum akan
memasuki tubuh Anda akan dicukur dan disterilkan, kemudian ditutup dengan tirai bedah.
Anestesi lokal akan diterapkan sebelum jarum memasuki kulit Anda. Anestesi lokal diterapkan
dengan jarum, sehingga Anda akan merasa cocokan peniti kecil.
Setelah daerah ini mati rasa, jarum dipandu melalui kulit Anda untuk lokasi yang tepat di mana
pengobatan yang dibutuhkan. Bimbingan ini dilakukan dengan mengamati jarum dengan hidup
x-ray, disebut fluoroscopy. Anda mungkin merasa sedikit tekanan, tapi tidak ada
ketidaknyamanan yang serius. Setelah pengobatan telah dilakukan, jarum dicabut. Meja ujian
Anda akan didorong ke daerah pemulihan sampai Anda merasa nyaman dan siap untuk pergi.
Bagaim ana cara Siapkan?
1. Jika Anda mengambil pengencer darah setiap hari, staf Radiologi Intervensi akan
menghubungi Anda dan memberitahu Anda ketika Anda harus berhenti minum pengencer
darah Anda.
2. Jangan makan apapun setelah tengah malam. Anda dapat mengambil Anda obat pagi
normal dengan seteguk air.
3. Jika Anda mengambil insulin, staf kami akan memberikan petunjuk tentang cara untuk
menyesuaikan dosis sebelum prosedur. Uji gula darah Anda di pagi hari sebelum datang ke
departemen radiologi. Kami juga akan memeriksa kembali gula darah Anda.
4. Anda akan perlu memiliki pekerjaan darah sebelum prosedur. Seringkali, ini akan dilakukan
pagi prosedur di rumah sakit.
5. Berencana untuk tinggal di rumah sakit setidaknya selama 24 jam setelah ujian sehingga kita
dapat menonton Anda erat.
6. Jika Anda sedang hamil atau berpikir Anda mungkin hamil, silakan kirim radiolog.
7. Pastikan untuk memberitahu radiolog jika Anda memiliki alergi terhadap pewarna kontras,
antibiotik, agen anestesi, atau obat-obatan lain yang Anda mungkin telah diambil sebelumnya.
Beritahu radiolog jika Anda alergi terhadap iodine atau Lateks.
Bagaimana Prosedur Selesai?
Hal ini dilakukan di Departemen IR. Sebelum kita mulai, dokter akan menjelaskan
prosedur untuk Anda dan meminta persetujuan Anda untuk melakukannya. Sekali lagi, pastikan
untuk memberitahu dokter jika Anda memiliki alergi terhadap pewarna kontras, antibiotik, agen
anestesi, lateks, atau obat-obatan lain yang mungkin telah diambil sebelumnya.
Intravena (IV) kateter akan dimulai dan Anda akan diberi antibiotik. Kemudian, Anda akan
7/16/2019 REFERAT PTBD BARU
http://slidepdf.com/reader/full/referat-ptbd-baru 19/23
17
diberikan cairan melalui infus. Prosedur ini dilakukan dengan obat penenang berat dan obat
nyeri. Banyak kali pasien akan "tidur". Akan ada perawat atau anestesi memeriksa denyut nadi,
tekanan darah, dan suhu. Jarum dan tabung ditempatkan menggunakan
USG menunjukkan struktur jauh di dalam tubuh dengan merekam gema gelombang suara.
Fluoroscopy, ujian struktur yang mendalam dengan cara x-ray. Setelah review Anda x-
ray dan penggunaan teknik di atas, dokter akan menandai daerah di sisi kanan Anda. Kulit
Anda akan dibersihkan dengan sabun. Anda akan ditutupi dengan tirai steril untuk membantu
mencegah infeksi. Para dokter akan memakai baju dan masker steril. Menggunakan
fluoroskopi, jarum kecil ditempatkan dalam hati. Para dokter akan menghapus jarum dan
menggantinya dengan tabung lunak (kateter) di saluran empedu yang perlu dipelajari. Setelah
menempatkan tabung ke dalam saluran empedu, sejumlah kecil kontras (sinar-x dye) akan
diberikan untuk melihat bagaimana empedu mengalir. Fluoroskopi akan digunakan untuk
melihat saluran ketika kontras berjalan masuk Gambar-gambar di bawah ini menunjukkan
bagaimana tabung ditempatkan:
(A) Jarum ditempatkan ke dalam hati dan saluran empedu.
(B) Sebuah kawat pemandu melewati jarum dan turun ke dalam saluran empedu.
(C) Jarum akan dihapus dari saluran empedu dan hati melalui kawat panduan.
(D) The plastik lembut empedu kateter tabung akan melewati kawat pemandu dan ke
saluran empedu.
(E) Ujung tabung empedu dapat tetap berada di luar tubuh Anda untuk mengalirkan empedu
ke dalam tas. Jika hal ini terjadi, tabung empedu diikat pada permukaan kulit dengan
jahitan. Ganti ditempatkan di atas tabung dan disimpan di tempat dengan pita.
2.8.3. Teknik PTBD
Setelah melakukan pemeriksaan rutin darah, profilaksis antibiotik, premedikasi analgesik
atau sedative, precautions steril, dan informed consent. Kemudian dilakukan cholangiografi
transhepatik menggunakan jarum halus diagnostik konvensional 21G. Peneliti memodifikasi
teknik dan instrumentasi untuk PTBD seperti yang dilakukan oleh Goodwin et al . Jarum halus
tersebut dilengkapi dengan panduan ultrasonografi menuju duktus biliaris kiri atau kanan yang
mengalami dilatasi lewat parenkim liver. Pada semua prosedur, pasien diletakkan dalam posisi
supine. Rute intercostal midaxillary dipilih untuk dekompresi dengan penyisipan jarum halus
pada daerah kanan dan epigastrium ke dalam duktus biliaris. Setelah dilakukan pungsi pada
duktus, radicle dari biliaris perifer diperjelas dengan injeksi 5mL kontras yang non – ionik,
7/16/2019 REFERAT PTBD BARU
http://slidepdf.com/reader/full/referat-ptbd-baru 20/23
18
osmolaritas rendah, yang diencerkan. Setelah opasifikasi dari duktus biliaris, guidewire dengan
panjang 60 cm, 0,018 inch dimasukkan lewat lumen dari jarum halus untuk akses menuju
duktus biliaris yang telah dilakukan pungsi.
Guidewire kemudian dimasukkan ke dalam hilum liver dan ke common bile duct . Jarum
kemudian dilepas dan kateter triaxial set dimasukkan di atas guidewire. Setelah inner stylet
dilepaskan, jarum berukuran 0,018 inch digantikan dengan guidewire hidrofilik dengan ujung J
ukuran 0,035. Pada awalnya dilakukan rekanalisasi obstruksi duktus biliaris dengan guidewire
yang dikombinasikan dengan berbagai macam kateter. Ketika rekanalisasi berhasil, kateter
bilier yang didesain khusus dengan ujung cincin dan banyak lubang, dimasukkan di atas
guidewire untuk mencapai drainase bilier internal – external. Jika usaha pertama untuk
melakukan rekanalisasi segmen yang mengalami obstruksi tidak berhasil, digunakan kateter
untuk drainase eksternal. Setelah mengeluarkan kurang lebih 20 mL cairan empedu, dilakukan
pencitraan cholangiography dengan menyuntikkan 10 mL medium kontras non – ionik untuk
memvisualisasikan bagian yang mengalami obstruksi serta memastikan posisi dari kateter.
Drainase eksternal kemudian diubah menjadi drainase internal – external dalam jangka
waktu 5 hari setelah dekompresi duktus biliaris dan pengurangan edema. Kateter yang
digunakan untuk drainase berukuran 8F. Kurang lebih 10 hari setelah PTBD, semua struktur
ganas yang tidak dapat dilakukan operasi dilebarkan dengan menggunakan stent metal yang
dapat dikembangkan dengan menggunakan balon kateter dengan ukuran yang sesuai (6 – 10
mm). Setelah drainase internal adekuat, seluruh katater dilepas.
2.9. Komplikasi Biliari Obstruktif
Jaundice obsruktif terkait dengan terjadinya disfungsi ginjal dan derajat nya tergantung
pada intensitas obstruksi bilier. Sebanyak kurang lebih 25% pasien mengalami disfungsi ginjal
sebelum dilakukan PTBD. Disfungsi ginjal yang terkait dengan jaundice obstruktif dapat terkait
baik dengan terganggunya hemodinamik sistemik atau efek nefrotoksik langsung dari empedu.
Penurunan volume ekstraseluler dirasa merupakan faktor penting yang mempegaruhi fungsi
ginjal pada jaundice obstruktif. Karena adanya penurunan ekstraseluler pada pasien dengan
jaundice, dapat terlihat adanya peningkatan aktivuta endothelin – 1 yang memicu terjadinya
vasokontriksi ginjal dan penurunan GFR.
Lebih jauh, jaundice obstruktif terkait dengan terganggunya fungsi jantung. Tertahannya
empedu dan kerusakan hepar dapat berperan dalam efek chronotropik dan inotropic secara
independen. Efek ini dapat berperan dalam pathogenesis yang terjadi dalam sirkulasi dan
kerentanan dalam gagal ginjal akut pada pasien dengan jaundice obstruktif.
7/16/2019 REFERAT PTBD BARU
http://slidepdf.com/reader/full/referat-ptbd-baru 21/23
19
Efek dari jaundice obstruktif pada pembuluh darah vaskuler perifer pada manusia dan
hewan adalah menurunnya resistensi vaskuler dengan tekanan darah yang normal atau rendah
dan hipotensi sebagai respon terhadap penurunan volume. Perubahan ini dapat terjadi
sekunder karena reaktivitas dari pembuluh darah. Penurunan perfusi ginjal dapat ditunjukkan
dengan adanya tekanan darah sistemik normal atau adanya gangguan hemodinamik sistemik.
7/16/2019 REFERAT PTBD BARU
http://slidepdf.com/reader/full/referat-ptbd-baru 22/23
20
BAB III
KESIMPULAN
7/16/2019 REFERAT PTBD BARU
http://slidepdf.com/reader/full/referat-ptbd-baru 23/23
21
DAFTAR PUSTAKA
De Jong, Wim, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 1997 hal : 776-778.
Ferri, Fred. 2013. Ferri’s Clinical Advisor 2013. Elsevier Inc: Alpert Medical School,
Brown University
Lesmana, Laurentius. 2005. Buku Ajar Penyakit Dalam PAPDI: Penyakit Batu Empedu.Jakarta: EGC
Pridady. 2005. Buku Ajar Penyakit Dalam PAPDI:Kolesistitis. Jakarta: EGC
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Xavier, Francois., Bosc, Caroli., Deveau., Christiane. 1999. Prevalence of CholelitiasisVol 44. No. 7 pp 1322-1329. Wake Forest School of Medicine : Prancis