referat fraktur di bedah

28
REFLEKSI KASUS FRAKTUR HUMERUS Disusun Oleh: Subur Widiyanto Pembimbing: dr. Rudiansyah, Sp.B BAGIAN ILMU BEDAH PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

Upload: subur-widiyanto

Post on 02-Aug-2015

511 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Fraktur Di Bedah

REFLEKSI KASUS

FRAKTUR HUMERUS

Disusun Oleh:

Subur Widiyanto

Pembimbing:

dr. Rudiansyah, Sp.B

BAGIAN ILMU BEDAH

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2012

Page 2: Referat Fraktur Di Bedah

BAB I

PENDAHULUAN

Saat ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di

pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan dekade ini

(2000-2010) menjadi dekade Tulang dan Persendian. Penyebab fraktur terbanyak adalah

karenan kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas ini, selain menyebabkan fraktur,

menurut WHO, juga menyebabkan kematian 1,25 juta orang setiap tahunnya, dimana

sebagian besar korbannya adalah remaja atau dewasa muda.

Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis,

baik yang bersifat total maupun parsial. Fraktur tidak selalu disebabkan oleh trauma berat;

kadang-kadang trauma ringan saja dapat menimbulkan fraktur bila tulangnya sendiri terkena

penyakit tertentu. Juga trauma ringan yang terus menerus dapat menimbulkan fraktur. Fraktur

patologik adalah fraktur yang terjadi pada tulang yang sebelumnya telah mengalami proses

paotologik, misalnya tumor tulang primer atau sekunder, mieloma multipel, kista tulang,

osteomielitis, dan sebagainya. Trauma ringan saja sudah dapat menimbulakan fraktur. Fraktur

stress disebabkan oleh trauma ringan tetapi terus menerus, misalnya fraktur fibula pada pelari

jarak jauh, frkatur tibia pada penari balet, dan sebagainya.

ii

Page 3: Referat Fraktur Di Bedah

BAB II

PEMBAHASAN

1. FRAKTUR

A. Anatomi

 Ujung atas humerus mempunyai caput yang membentuk sekitar duapertiga kepala

sendi dan bersendi dengan cavitas glenoidalis scapula. Tepat dibawah caput humeri

terdapat collum anatomicum. Dibawah collum terdapat sulcus bicipitalis. Pada

pertemuan ujung atas humerus dan corpus humeri terdapat penyempitan collum

chirurgicum. Sekitar pertengahan permukaan lateral corpus humeri terdapat peninggian

kasar yang dinamakan tuberositas deltoidea. Dibelakang dan bawah tuberositas terdapat

sulcus spiralis yang ditempati n.radialis.

Ujung bawah humerus mempunyai epicondylus medialis dan lateralis untuk

perlekatan otot dan ligamentum: capitulum humeri yang bulat bersendi dengan caput

radii: dan trochlear yang berbentuk katrol bersendi dengan incisura trochlearis ulnae.

Diatas capitulum terdapat fossa radii yang menerima caput radii waktu siku fleksio.

Diatas trochlear, dianterior terdapat fossa coronoidea yang selama pergerakan yang sama

menerima processus coronoideus ulna. Diatas trochlear, diposterior terdapat fossa

olecranii, yang menerima olecranon tulang ulna sewaktu art.cubiti dalam keadaan

ekstensio.

Pada lengan bawah terdapat dua tulang yaitu radius dan ulna. Kedua tulang

lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh ligamentum

anulare yang melingkari kapitulum radius di proksimal, dan di distal oleh sendi

radioulnar yang mengandung fibrokartilago triangularis (triangular fibro cartilage

complex = TFCC).Membrana interossea memperkuat hubungan ini sehingga radius dan

ulna merupakan satu kesatuan yang kuat. Oleh karena itu patahan yang hanya mengenai

satu tulang agak jarang terjadi atau jika patahnya hanya mengenai satu tulang hampir

selalu disertai dislokasi sendi radioulnar yang dekat dengan patahan tersebut.

B. Definisi

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan epifisis dan

atau tulang rawan sendi. Fraktur dapat terjadi akibat peristiwa trauma tunggal, tekanan

yang berulang-ulang, atau kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik).

iii

Page 4: Referat Fraktur Di Bedah

C. Etiologi

Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang mengalami kepatahan, kita

harus mengetahui kondisi fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan

tulang patah. Tulang kortikal mempunyai struktur yang dapat menahan kompresi dan

tekanan memuntir (shearing).

Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan

membengkok, memutar dan tarikan. Trauma dapat bersifat :

1) Trauma langsung : Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang

dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat

komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.

2) Trauma tidak langsung : Disebut trauma tidak langsung apabila trauma

dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan

tangan extensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini

biasanya jaringan lunak tetap utuh.

3) Tekanan pada tulang dapat berupa :

a) Tekanan berputar yang dapat menyebabkan fraktur bersifat spiral atau oblik

b) Tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal

c) Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur impaksi,

dislokasi, atau fraktur dislokasi

d) Kompresi vertikal dapat menyebabkan fraktur komunitif atau memecah

misalnya pada bahan vertebra.

e) Trauma langsung disertai dengan resistensi pada satu jarak tertentu akan

menyebabkan fraktur oblik atau fraktur Z

f) Fraktur oleh karena remuk

g) Trauma karena tarikan pada ligamen atau tendo akan menarik sebagian

tulang.

D. Patofisiologi

Fraktur traumatik yaitu yang terjadi karena trauma yang tiba-tiba. Fraktur

patologis dapat terjadi hanya tekanan yang relatif kecil apabila tulang telah melemah

akibat osteoporosis atau penyakit lainnya. Fraktur stres yang terjadi karena adanya

trauma yang terus menerus pada suatu tempat tertentu.

iv

Page 5: Referat Fraktur Di Bedah

E. Klasifikasi Fraktur

1) Klasifikasi etiologis

a) Fraktur traumatik

Yang terjadi karena trauma yang tiba-tiba

b) Fraktur patologis

Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis di dalam

tulang

c) Fraktur stres

Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat tertentu.

2) Klasifikasi klinis

a) Fraktur tertutup (simple fracture)

Adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.

b) Fraktur terbuka (compound fracture)

Adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui lika pada

kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam) atau from

without (dari luar)

c) Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture)

Adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi, misalnya malunion, delayed

union, nonunion, infeksi tulang.

3) Klasifikasi radiologis

Klasifikasi ini berdasarkan atas :

a) Lokalisasi (gambar 2.1)

- Diafisial

- Metafisial

- Intra-artikuler

- Fraktur dengan dislokasi

v

Page 6: Referat Fraktur Di Bedah

Gambar 2.1. klasifikasi fraktur menurut lokalisasi

a. Fraktur diafisis c. Dislokasi dan fraktur

b. Fraktur metafisis d. Fraktur intra-artikule

b) Konfigurasi (gambar 2.2)

o Fraktur fisura

o Faktur oblik

o Fraktur transversal

o Fraktur komunitif

o Fraktur segmental

o Fraktur green stick

o Fraktur kompresi

o Fraktur impaksi

o Fraktur impresi

o Fraktur patologis

vi

Page 7: Referat Fraktur Di Bedah

Gambar 2.2. klasifikasi fraktur sesuai konfigurasi.

c) Menurut ekstensi (gambar 2.3)

o Fraktur total

o Fraktur tidak total (fraktur crack)

o Fraktur buckle atau torus

o Fraktur garis rambut

o Fraktur green stick

d) Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya (gambar 2.4)

1) Tidak bergeser (undisplaced)

2) Bergeser (displaced)

Bergeser dapat terjadi dalam 6 cara :

a) Bersampingan

b) Angulasi

c) Rotasi

d) Distraksi

e) Over-riding

f) Impaksi

Gambar 2.4 Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya

e) Terbuka-tertutup

1) Fraktur tertutup : bilamana tidak ada luka yang menghubungkan fraktur

dengan udara luar atau permukaan kulit.

vii

Page 8: Referat Fraktur Di Bedah

2) Fraktur terbuka : bila terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur

dengan udara luar atau permukaan kulit.

Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat yang ditentukan oleh berat ringannya

luka dan berat ringannya patah tulang.

Grade I             : luka biasanya kecil, luka tusuk yang bersih pada tempat

tulang menonjol keluar. Terdapat sedikit kerusakan pada jaringan lunak,

tanpa penghancuran dan fraktur tidak kominutif.

Grade II            : luka > 1 cm, tetapi tidak ada penutup kulit. Tidak banyak

terdapat kerusakan jaringan lunak, dan tidak lebih dari kehancuran atau

kominusi fraktur tingkat sedang.

Grade III           :  terdapat kerusakan yang luas pada kulit, jaringan lunak

dan struktur neurovaskuler, disertai banyak kontaminasi luka.

III A    :   tulang yang mengalami fraktur mungkin dapat ditutupi

secara memadai oleh jaringan lunak.

III B    :   terdapat pelepasan periosteum dan fraktur kominutif yang

berat.

III C   :   terdapat cedera arteri yang perlu diperbaiki, tidak peduli

berapa banyak kerusakan jaringan lunak yang lain.

viii

Page 9: Referat Fraktur Di Bedah

F. Fraktur Humerus

Fraktur humerus dapat terjadi pada:

1. Fraktur Epifisis Humerus

Fraktur epifisis humerus merupakan fraktur lempeng epifisis tipe II (Salter-

Harris).Biasanya terjadi pada anak-anak yang jath dalam posisi hiperekstensi,

misalnya jatuh pada saat mengendarai sepeda/kuda.

Klasifikasi: (Menurut Neer-Horowitz)

Grade I           : pergeseran fraktur kurangdari 5 mm

Grade II          : pergeseran epifisis 1/3 terhadapfragmen distal

Grade III         : pergeseran 2/3

GradeIV          : pergeseran melebihi 2/3

Tujuh puluh persen fraktur epifisis adalah grade I dan II.

2. Fraktur Metafisis Humerus

Biasanya tidak mengalami pergeseran,terapi konservatif merupakan pilihan

pengobatan. Fraktur metafisis dengan pergeseran yang jauh biasanya bagian distal

menembus ke arah muskulus deltoid sampai subkutan. Pada keadaan ini biasanya

memerlukan operasi untuk melepaskan fragmen.

3. Fraktur Diafisis Humerus

Fraktur diafisis humerus terjadi karena trauma langsung atau trauma putar

pada daerah humerus. Gambaran klinis fraktur ini adalah terdapat pembengkakan

dan nyeri pada daerah humerus. Harus diperhatikan apakah fraktur humerus ini

disertai kelumpuhan saraf nervus radialis yang jarang ditemukan pada anak-anak.

4. Fraktur Supracondyler  Humerus

Fraktur ini biasanya ditemukan pada anak-anak. Paling sering ditemukan

setelah fraktur antebraki. Fragmen distal dapat tertarik ke posterior atau anterior.

Pergeseran posterior (tipe ekstensi) menunjukkan cedera yang luas, biasanya

jatuh pada tangan yang terentang. Humerus patah tepat di atas kondilus. Fragmen

distal terdesak ke belakang. Ujung fragmen proksimal yang bergerigi menyodok

jaringan lunak ke bagian anterior, kadang-kadang mencederai arteri brachialis atau

nervus medianus.

Pergeseran anterior (tipe fleksi) jarang terjadi, diperkirakan akibat benturan

langsung saat siku dalam keadaan fleksi.

ix

Page 10: Referat Fraktur Di Bedah

Fraktur terlihat paling jelas dalam foto lateral.pada fraktur yang bergeser ke

posterior, garis fraktur berjalan secara oblik ke bawah dan ke depan  dan fragmen

distal bergeser ke belakang dan miring ke belakang.

Klasifikasi

o   Tipe 1 : Terdapat fraktur tanpa adanya pergeseran dan hanya retak berupa garis.

o    Tipe 2 : Tidak ada pergeseran fragmen, hanya terjadi perubahan sudut antara

humerus dan kondilus lateralis.

o   Tipe 3 : Terdapat pergeseran fragmen tetapi segmen posterior masih utiuh serta

masih kontak antara dua fragmen.

Tipe 4 : Pergeseran kedua fragmen dan tidak ada kontak sama sekali.

G. Pathways

H. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Radiologis

Dilakukan foto rontgen sinar X pada posisi AP, ataupun lateral. Untuk melihat

adanya fraktur naviculare dilakukan foto oblik khusus 45° dan 135° atau foto ulang 1

minggu setelah kejadian karena mungkin retak tidak terlihat pada cedera baru.

x

Page 11: Referat Fraktur Di Bedah

Untuk fraktur-fraktur dengan tanda-tanda klasik, diagnosis  dapat dibuat secara

klinis sedangkan pemeriksaan radiologis tetap diperlukan untuk melengkapi deskripsi

fraktur dan dasar untuk tindakan selanjutnya.

Untuk fraktur-fraktur  yang tidak memberikan tanda-tanda klasik memang

diagnosanya  harus dibantu pemeriksaan  radiologis baik rontgen biasa  ataupun

pemeriksaan canggih seperti MRI, misalnya untuk fraktur tulang belakang  dengan

komplikasi neurologis.  Foto rontgen minimal  harus 2 proyeksi  yaitu AP dan lateral. AP

dan lateral harus benar-benar AP dan lateral.  Posisi yang salah akan memberikan

interpretasi yang salah.  Untuk pergelangan tangan atau sendi panggul  diperlukan posisi

axial pengganti lateral.  Untuk acetabulum diperlukan proyeksi khusus alar  dan

obturator.

Pada investigasi fraktur humerus distal dengan foto rontgen x-ray dilihat adakah

soft tissue swelling, kemudian dicari adakah fraktur pada os humerus dimanakah

tempatnya, apakah di diafisis, metafisis, atau epifisis, apakah komplit atau inkomplit,

bagaimana konfigurasinya, apakah transversal, oblik, spiral, atau kominutif, apakah

hubungan antar fragmennya displaced atau undisplaced, lalu adakah dislokasi pada

pertautan tulang-tulang tersebut

Pada pemeriksaaan sendi siku dapat dilakukan dengan foto polos dan foto lateral.

a) Foto polos

Sudut Baumann

Pada tulang immatur, kondilus humerus lateral mengalami angulasi ke arah

metafisis. Sudut antara garis epifiseal dan garis yang tegak lurus terhadap aksis

longitudinal humerus disebut sudut baumann, yang normalnya 8-20 derajat. Biasanya

sudut ini dibandingkan antara siku kiri dan siku kanan apabila ada kecurigaan fraktur

di daerah itu.

Sudut angkat

Merupakan sudut yang dibentuk antara aksis longitudinal humerus dan lengan

bawah pada proyeksi AP. Normalnya 15 derajat pada anak-anak dibawah atau sama

dengan 4 tahun dan pada orang dewasa 17,8 derajat.

b) Foto lateral

Sudut kondilohumeral lateral

Digunakan pada tulang immatur, dibentuk antara aksis longitudinal humerus

dan aksis kondilus lateralis. Normalnya 40 derajat dan simetris kanan dan kiri.

xi

Page 12: Referat Fraktur Di Bedah

Garis anterior humeral

Adalah garis lurus yang dibuat dari bagian depan korteks diafisis humerus ke

kondilus lateralis.

Pada foto rontgen fraktur epifisis humerus, ditemukan adanya pemisahan

epifisis dan metafisis, dimana epifisis bersama-sama dengan sebagian metafisis yang

tetap terletak dalam ruang sendi, sedang bagian distal tertarik ke proksimal.

I. Diagnosis

Menegakkan diagnosis fraktur dapat secara klinis meliputi anamnesis lengkap

dan melakukan pemeriksaan fisik yang baik, namun sangat penting untuk

dikonfirmasikan dengan melakukan pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen untuk

membantu mengarahkan dan menilai secara objektif keadaan yang sebenarnya.

1. Anamnesa : ada trauma

Bilamana tidak ada riwayat trauma berarti fraktur patologis. Trauma harus

diperinci jenisnya, besar-ringannya trauma, arah trauma  dan posisi penderita atau

ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme trauma).

Dari anamnesa  saja dapat diduga :

o Kemungkinan politrauma

o Kemungkinan fraktur multipel

o Kemungkinan fraktur-fraktur tertentu, misalnya : fraktur colles,

fraktur supracondylair  humerus, fraktur collum femur.

o Pada anamnesa ada nyeri  tetapi  tidak jelas pada fraktur inkomplit

o Ada gangguan  fungsi, misalnya : fraktur femur, penderita tidak dapat

berjalan. Kadang-kadang fungsi masih dapat bertahan pada fraktur

inkomplit  dan fraktur impacted ( impaksi tulang kortikal ke dalam tulang

spongiosa).

2. Pemeriksaan umum

Dicari kemungkinan kompikasi umum, misalnya : shock pada  fraktur

multipel, fraktur pelvis atau fraktur terbuka, tanda-tanda sepsis pada fraktur terbuka

terinfeksi.

3. Pemeriksaan status lokalis

Tanda-tanda fraktur yang klasik  adalah untuk tulang panjang. Fraktur tulang-

tulang kecil misalnya: naviculare manus, fraktur avulsi, fraktur intraartikuler, fraktur

xii

Page 13: Referat Fraktur Di Bedah

epifisis. Fraktur tulang-tulang yang dalam misalnya odontoid-cervical, cervical, dan

acetabulum mempunyai tanda-tanda tersendiri.

J. Penatalaksanaan

Secara umum prinsip pengobatan fraktur ada 4:

1. Recognition, diagnosis dan penilaian fraktur

Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan

anamnesis, pemeriksan klinis dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu

diperhatikan:

Lokalisasi fraktur

Bentuk fraktur

Menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan

Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan

2.    Reduction; reduksi fraktur apabila perlu

Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi yang dapat

diterima. Pada fraktur intraartikuler diperlukan reduksi anatomis dan sedapat

mungkin mengembalikan fungsi normal dan mencegah komplikasi seperti kekakuan,

deformitas, serta perubahan osteoartritis di kemudian hari.

Posisi yang baik adalah :

alignment yang sempurna

aposisi yang sempurna

3.    Retention; imobilisasi fraktur

4. Rehabilitation; mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin

Pilihan Terapi

Ada 2 terapi, pilihan berdasarkan banyak faktor seperti bentuk fraktur, usia penderita,

level aktivitas, dan pilihan dokter sendiri.

1. Pilihan terapi pada fraktur tertutup adalah terapi konservatif atau operatif.

a) Terapi konservatif

1.    Proteksi saja

Untuk penanganan fraktur dengan dislokasi fragüen yang minimal

atau dengan dislokasi yang tidak akan menyebabkan  cacat di kemudian

hari.

2.    Immobilisasi saja tanpa reposisi

xiii

Page 14: Referat Fraktur Di Bedah

Misalnya pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkomplit dan

fraktur dengan kedudukan yang baik.

3.    Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips            

Ini dilakukan pada fraktur dengan dislokasi fragmen yang

berarti.  Fragüen distal dikembalikan ke kedudukan semula terhadap

fragüen proksimal dan dipertahankan dalam kedudukan yang stabil dalam

gips.

4.     Traksi

Ini dilakukan pada fraktur yang akan terdislokasi kembali di

dalam gips. Cara ini dilakukan pada fraktur dengan otot yang kuat.  Traksi

dapat untuk reposisi secara perlahan dan fiksasi hingga sembuh atau

dipasang gips estela tidak sakit lagi. Pada anak-anak dipakai  kulit (traksi

Hamilton Russel/traksi Bryant). Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan

beban < 5 kg, untuk anak-anak waktu dan beban tersebut mencukupi

untuk dipakai sebagai traksi definitif, bilamana tidak maka diteruskan

dengan immobilisasi gips. Untuk orang dewasa traksi definitif harus traksi

skeletal berupa balanced traction.

b) Terapi operatif

1) Terapi operatif dengan reposisi secara tertutup dengan bimbingan

radiologis.

1.    Reposisi tertutup – fiksasi externa

Setelah reposisi berdasarkan control radiologis intraoperatif

maka dipasang fiksasi externa. Untuk fiksasi fragmen patahan tulang,

digunakan pin baja yang ditusukkan pada fragmen tulang, kemudian

pin baja tadi disatukan secara kokoh dengan batangan logam di luar

kulit.

2.    Reposisi tertutup dengan control radiologis diikuti fiksasi interna.

Fragmen direposisi secara non operatif dengan meja traksi.

Setelah tereposisi dilakukan pemasangan pen secara operatif.

2) Terapi operatif dengan membuka frakturnya

1.    Reposisi terbuka dan fikasasi interna /ORIF (Open Reduction and

Internal Fixation)

Fiksasi interna yang dipakai bisa berupa pen di dalam sumsum

tulang panjang, bisa juga berupa plat dengan skrup di permukaan

xiv

Page 15: Referat Fraktur Di Bedah

tulang. Keuntungan ORIF adalah bisa dicapai reposisi sempurna dan

bila dipasang fiksasi interna yang kokoh, sesudah operasi tidak perlu

lagi dipasang gips dan segera bisa dilakukan immobilisasi.

Kerugiannya adalah reposisi secara operatif ini mengundang resiko

infeksi tulang.

Indikasi ORIF:

a. Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair necrosis

tinggi.

b. Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup

c. Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan.

d. Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih

baik dengan operasi, misalnya fraktur femur.

2.    Excisional arthroplasty

Membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi.

3.    Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis dilakukan pada

fraktur kolum femur.

2. Terapi pada fraktur terbuka

Fraktur terbuka adalah suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan

segera. Tindakan harus sudah dimulai dari fase pra rumah sakit:

-   pembidaian

-   menghentikan perdarahan dengan perban tekan

-   menghentikan perdarahan dengan perban klem.

Tiba di UGD rumah sakit harus segera diperiksa menyeluruh oleh karena

40% dari fraktur terbuka merupakan polytrauma. Tindakan life-saving harus selalu

di dahulukan dalam kerangka kerja terpadu.

Tindakan terhadap fraktur terbuka:

1.    Nilai derajat luka, kemudian tutup luka dengan kassa steril serta pembidaian

anggota gerak, kemudian anggota gerak ditinggikan.

2.    Kirim ke radiologi untuk menilai jenis dan kedudukan fraktur serta tindakan

reposisi terbuka, usahakan agar dapat dikerjakan dalam waktu kurang dari 6

jam (golden period 4 jam)

3.    Penderita diberi toksoid, ATS atau tetanus human globulin.

Tindakan reposisi terbuka:

1.    Pemasangan torniquet di kamar operasi dalam pembiusan yang baik.

xv

Page 16: Referat Fraktur Di Bedah

2.    Ambil swab untuk pemeriksaan mikroorganisme dan kultur/ sensitifity test.

3.    Dalam keadaan narkose, seluruh ekstremitas dicuci selama 5-10 menit dan

dicukur.

4.    Luka diirigasi dengan cairan Naci steril atau air matang  5-10 liter. Luka

derajat 3 harus disemprot hingga bebas dari kontaminasi.

5.    Tutup luka dengan doek steril

6.    Ahli bedah cuci tangan dan seterusnya

7.    Desinfeksi anggota gerak

8.    Drapping

9.    Debridement luka (semua kotoran dan jaringan nekrosis kecuali neirovascular

vital termasuk fragmen tulang lepas dan kecil) dan diikuti reposisi terbuka,

kalau perlu perpanjang luka dan membuat incisi baru untuk reposisi tebuka

dengan baik.

10.  Fiksasi:

a. Fiksasi interna untuk fraktur yang sudah dipertahankan reposisinya

(unstable fracture) minimal dengan Kischner wire

b. Intra medular nailing atau plate screw sesuai dengan indikasinya seperti

pada operasi elektif, terutama yang dapat dilakukan dalam masa golden

period untuk fraktur terbuka grade 1-2

c. Tes stabilitas pada tiap tindakan. Apabila fiksasi interna tidak memadai

(karena sifatnya hanya adaptasi) buat fiksasi luar (dengan gips spalk atau

sirkular)

d. Setiap luka yang tidak bisa dijahit, karena akan menimbulkan ketegangan,

biarkan terbuka dan luka ditutup dengan dressing biasa atau dibuat

sayatan kontra lateral.

Untuk grade 3 kalau perlu:

Pasang fikasasi externa dengan fixator externa (pin/screw dengan K

nail/wire dan acrylic cement). Usahakan agar alignment dan panjang

anggota gerak sebaik-baiknya. Apabila hanya dipasang gips, pasanglah

gips sirkuler dan kemudian gips dibelah langsung (split) setelah selesai

operasi.

e. Buat x-ray setelah tindakan

xvi

Page 17: Referat Fraktur Di Bedah

K. Prognosis

Prognosis dari fraktur humerus, radius dan ulna untuk kehidupan adalah bonam.

Pada sisi fungsi dari lengan yang cedera, kebanyakan pasien kembali ke performa

semula, namun hal ini sangat tergantung dari gambaran frakturnya, macam terapi yang

dipilih, dan bagaimana respon tubuh terhadap pengobatan. Hampir semua penderita akan

merasakan kaku dan nyeri di pergelangan tangan pada satu atau dua bulan setelah gips

dilepas atau pembedahan, hal ini dapat berlanjut sampai dua tahun bahkan lebih terutama

pada trauma kecepatan tinggi, pasien di atas 50 tahun, atau pasien yang memiliki

osteoartritis. Namun kekakuan yang terjadi hanya ringan dan tidak mempengaruhi

keseluruhan fungsi lengan.

Bahaya besar pada fraktur suprakondilus adalah cedera pada arteri brachialis,

iskemia perifer dapat terjadi dengan segera dan hebat. Sering disertai edema lengan

bawah dan kompartemen sindrom yang makin menghebat yang mengakibatkan nekrosis

otot dan saraf tanpamenyebabkan gangren perifer. Nyeri hebat ditambah satu tanda

positif (nyari saat ekstensi jarisecar pasif, lengan bawah yang nyeri tekan dan tegang, tak

ada nadi dan tumpulnya sensasi) membutuhkan tindakan yang cepat. Jika tidak tertangani

dengan cepat dan baik maka prognosisnya dapat menjadi jelek.

Lesi saraf jarang terjadi pada fraktur tertutup. Apabila terjadi, bisa mengenai

saraf radialis, ulnaris, maupun medianus atau cabangnya. Cedera saraf radialis ditemukan

pada fraktur Monteggia, sedangkan cedera saraf medianus sering terjadi pada fraktur

radius distal.

Malunion sering terjadi, humerus tumbuh lurus miring ke belakang atau ke

samping.Kemiringan ke arah depan atau belakang akan membatasi fleksi dan ekstensi.

Kemiringan ke arah samping atau rotasi tidak dikoreksi akan mengarah terjadinya

deformitas varus, yang tampak buruk dan kadang membutuhkan osterotomi. Jika

mengarah ke deformitas valgus dapat menyebabkan kelumpuhan nervus ulnaris.

Komplikasi infeksi yang menyebabkan osteomielitis biasanya merupakan akibat

dari fraktur terbuka meskipun tidak jarang terjadi setelah reposisi terbuka.

xvii

Page 18: Referat Fraktur Di Bedah

BAB III

KESIMPULAN

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan epifisis dan atau

tulang rawan sendi. Fraktur dapat terjadi akibat peristiwa trauma tunggal, tekanan yang

berulang-ulang, atau kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik).

Pada investigasi fraktur humerus distal dengan foto rontgen x-ray dilihat adakah soft

tissue swelling, kemudian dicari adakah fraktur pada os humerus dimanakah tempatnya,

apakah di diafisis, metafisis, atau epifisis, apakah komplit atau inkomplit, bagaimana

konfigurasinya, apakah transversal, oblik, spiral, atau kominutif, apakah hubungan antar

fragmennya displaced atau undisplaced, lalu adakah dislokasi pada pertautan tulang-tulang

tersebut.

Prognosis dari fraktur humerus, radius dan ulna untuk kehidupan adalah bonam. Pada

sisi fungsi dari lengan yang cedera, kebanyakan pasien kembali ke performa semula, namun

hal ini sangat tergantung dari gambaran frakturnya, macam terapi yang dipilih, dan

bagaimana respon tubuh terhadap pengobatan. Hampir semua penderita akan merasakan kaku

dan nyeri di pergelangan tangan pada satu atau dua bulan setelah gips dilepas atau

pembedahan, hal ini dapat berlanjut sampai dua tahun bahkan lebih terutama pada trauma

kecepatan tinggi, pasien di atas 50 tahun, atau pasien yang memiliki osteoartritis. Namun

kekakuan yang terjadi hanya ringan dan tidak mempengaruhi keseluruhan fungsi lengan.

xviii

Page 19: Referat Fraktur Di Bedah

DAFTAR PUSTAKA

1. Reksoprodjo, Soelarto. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Fakultas Kedoktran

Universitas Indonesia. Jakarta: Binarupa Aksara. 1995

2. Apley AG, Solomon L. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Jakarta:

Widya Medika. 1995.

3. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar: Bintang

Lamumpatue. 2003.

4. Bergman, Ronald, Ph.D. Anatomy of First Aid: A Case Study Approach. Available

from:http://www.anatomyatlases.org/firstaid/ThighInjury.shtml

5. Sjamsuhidajat R,  Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC. 2004.

6. John L. Triplane fracture. Available

from: http://www.emedicine.com/sports-/TOPIC38.HTM

7. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi ketiga. Jakarta: Media

Aesculapius. 2000.

8. Snell, Anatomi Klinik. Bagian 2. Edisi ketiga. Jakarta: EGC. 1998

xix