[referat] astrocytoma
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma
1/19
Bagian Ilmu Radiologi Palu, September 2015
FKIK Universitas Tadulako
Rumah Sakit Umum Anutapura Palu
REFERAT
ASTROCYTOMA
Nama : Ahmad Rahmat Ramadhan, S.Ked
Stambuk : N 111 14 055
Pembimbing Klinik : 1. dr. Dafriana Darwis,M.Kes.,Sp.Rad
2. dr. Masyita,M.Kes.,Sp.Rad
BAGIAN ILMU RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2015
-
7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma
2/19
2
ASTROSITOMA
I. PENDAHULUAN
Tumor adalah pertumbuhan abnormal jaringan tubuh. Tumor bisa
menjadi kanker (Malignant) dan bisa juga tidak menjadi kanker (Benign ).
Tumor bisa tumbuh di jaringan tubuh manapun, misalnya tumor yang berada
di saraf pusat. Tumor di saraf pusat banyak macamnya, menurut WHO tumor
yang berada di sistem saraf terbagi menjadi 6 yaitu, tumor jaringan saraf
epitel, tumor kranial dan saraf paraspinal, tumor menings, limfoma dan
hematohoietic, tumor sel germ, tumor reio sellar, dan tumor metastasis.
Astrosit tumor adalah salah satu bagian dari tumor jaringan saraf epitel.(1)
Astrositoma berasal dari kata astrosit, yaitu merupakan sel glia yang
paling besar dan oma, yang berarti keganasan. Sehingga Astrositoma berarti
keganasan dari sel astrosit. Astrositoma merupakan tumor otak yang paling
sering dan mencakup 60% dari neoplasma glial.(2)
Tumor ini berasal dari sel-sel neuroglial astrosit dan dapat timbul baik
dari vermis atau lobus lateral pada cerebellum. Astrositoma kebanyakan
ditemukan berbatas tegas dan cenderung berupa kistik, dengan neoplasma
terbatas pada nodul dengan intramural yang kecil. Kadang-kadang,
astrositoma membentuk massa tumor padat yang melibatkan otak kecil,
vermis, dan bagian otak yang terbuhubung dari lesi.(3)
II. INSIDENS DAN EPIDEMIOLOGI
Sekitar 30% dari tumor sistem saraf pusat primer pada anak-anak
adalah astrositoma pada fossa posterior. Tumor saraf jarang terjadi. Ketika
ini terjadi di masa kanak-kanak, astrositoma sering dalam bentuk sederhana,
lesi berkembang pesat yang melibatkan otak kecil (medulloblastoma).
Biasanya, perilaku neoplasma sistem saraf pusat tidak dapat dengan mudah
dikategorikan ke dalam jinak dibandingkan ganas, karena (1) banyak lesi
mungkin menunjukkan pertumbuhan lamban dan menyebabkan kematian
hanya dalm tahunan setelah diagnosis, dan (2) sebagian besar neoplasma
-
7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma
3/19
3
sistem saraf pusat tidak bermetastasis ke luar sistem saraf pusat namun
masih memberi efek massa akhirnya mematikan intracerebral. Mayoritas
neoplasma sistem saraf pusat juga menunjukkan lokasi intrakranial yang
spesifik dan usia relatif didefinisikan dengan onset yang baik.(4)
Astrositoma merupakan tumor SSP yang paling sering terjadi,
insidensinya sekitar 60% dari tumor otak yang lain di SSP. Ditemukan
sebanyak 10% dari neoplasma pada seluruh tubuh, 80% terletak di
intracranial, 20% terletak didalam kanalis spinalis. Low-grade astrositoma
insidensinya 25% dari seluruh glioma pada hemisfer serebri. Dan dominan
pada pria : wanita = 1,18 : 1.Astrositoma anaplastik rata-rata terjadi pada
usia 41 tahun dan sering terjadi pada laki-laki.(1)
III.
ANATOMI
a. Cerebrum Tampak Lateral
Gambar 3.1 Cerebrum Tampak Lateral (5)
-
7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma
4/19
4
b.
Cerebrum tampak medial
Gambar 3.2 Cerebrum tampak medial (5)
c. Cerebrum tampak inferior
Gambar 3.3 Cerebrum tampak inferior (5)
-
7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma
5/19
5
d.
Cerebellum tampakan Superior dan Inferior
Gambar 3.4 Cerebellum Superior et Inferior.(5)
e. Cerebellum potongan sagital
Gambar 3.5 Cerebellum Potongan Sagital.(5)
-
7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma
6/19
6
IV.
ETIOPATOGENESIS
Efek regional astrositoma berupa kompresi, invasi, dan destruksi
parenkim otak. Hipoksia arteri dan vena, kompetisi nutrien, pelepasan
produk metabolisme akhir (misalnya, radikal bebas, perubahan elektrolit,
neurotransmitter), dan pelepasan dan perekrutan sel-sel mediator (misalnya,
sitokin) mengganggu fungsi parenkim normal. Peningkatan tekanan
intrakranial (TIK) disebabkan langsung oleh efek massa, peningkatan
volume darah, atau peningkatan volume cairan serebrospinal (CSF) dapat
memediasi gejala sisa klinis sekunder. Tanda dan gejala neurologis yang
timbul pada astrositoma akibat dari gangguan fungsi sistem saraf pusat
(SSP). Defisit neurologis fokal (misalnya, kelemahan, kelumpuhan, defisit
sensorik, kelumpuhan saraf kranial) dan kejang merupakan bermacam-
macam karakteristik lokasi dari lesi.(6)
Infiltrasi low-grade astrositoma tumbuh lebih lambat dibandingkan
dengan malignant yang lain. Waktu penggandaan untuk low-grade
astrositoma diperkirakan 4 kali dari astrositoma anaplastik. Pada beberapa
tahun sering terjadi intervensi antara gejala awal dan pembentukan
diagnosis low-grade astrositoma. Salah satu seri terbaru memperkirakan
interval menjadi sekitar 3,5 tahun. Klinis ditandai dengan penurunan
bertahap dalam setengah dari kasus, penurunan bertahap dalam sepertiga
kasus, dan penurunan mendadak dalam 15% kasus. Kejang pada umumnya
adalah gejala awal pada sekitar setengah dari pasien dengan low-grade
astrositoma.(6)
Transformasi maligna dari sel epitel saraf adalah proses yang
bertahap yang didorong oleh perubahan genetik akusisi yang berurutan.
Satu karena diharapkan semuan neoplasma astrositik, glioblastoma harus
berisi perubahan genetik yang besar, dan hal ini memang terjadi. Pada
dasarnya kombinasi yang berbeda dari mutasi TP53, hilangnya
heterozigositas (LOH) pada kromosom 10 dan 17p dan amplifikasi EGFR,
adanya kumpulan glioblastoma dengan perubahan genetik yang berbeda,
-
7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma
7/19
7
telah menjadi korelasi dengan jalur klinis untuk glioblastoma (glioblastoma
primer dan sekunder).(1)
V.
DIAGNOSIS
a. GAMBARAN KLINIK
Gejala tumor intrakranial dapat dibagi dalam :
(1)
Gangguan kesadaran akibat tekanan intrakranial yang meninggi
Tekanan intrakranial yang meningkat secara progresif menimbulkan
gangguan kesadaran dan manifestasi disfungsi batang otak yang dinamakan
sindrom unkus atau sindrom kompresi diensefalon ke lateral, sindrom
kompresi sentral rostrokaudal terhadap batang otak dan herniasi serebelum
di foramen magnum. Sebelum tahap stupor atau koma tercapai, tekanan
intrakranial yang meninggi sudah menimbulkan gejala umum.(7)
(2) Gejala-gejala umum tekanan intrakranial yang meninggi
Gejala ini terdiri dari :
- Sakit kepala, merupakan gejala umum yang bisa dirasakan pada setiap
tahap tumor intrakranial. Sifat sakit kepala itu nyeri berdenyut-denyut
atau rasa penuh di kepala seolah-olah kepala mau meledak. Nyerinya
paling hebat terjadi di pagi hari. Nyeri kepala merupakan gejala dini
tumor intrakranial pada kira-kira 20% dari penderita. Lokalisasi nyeri
yang unilateral dapat sesuai dengan lokasi tumornya sendiri. Tumor di
fossa kranii posterior hampir semuanya menimbulkan sakit kepala pada
tahap dini, yang berlokasi di kuduk sampai daerah suboksipital.
Sebaliknya tumor supratentorial jarang menimbulkan sakit kepala di
oksiput, kecuali biamana tumor supratentorial sudah berherniasi di
tentorium.(7)
- Muntah, gejala muntah sering timbul pada pagi hari dengan sifat
muntah pada penderita dengan tekanan intrakranial yang meninggi
adalah khas, yaitu proyektil atau muncrat dan tidak didahului oleh
mual.(7)
-
7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma
8/19
8
-
Kejang fokal, dapat merupakan manifestasi pertama tumor intrakranial
pada 15% penderita. Kejang umum dapat timbul sebagai manifestasi
tekanan intrakranial yang melonjak secara cepat, terutama sebagai
manifestasi glioblastoma multiforme. Kejang tonik yang sesuai dengan
serangan rigiditas deserebrasi biasanya timbul pada tumor di fossa
kranii posterior dan secara tidak tepat dinamakan oleh para ahli
neurologi dahulu cerebellar fits.(7)
- Gangguan mental, tumor serebri dapat mengakibatkan demensia,
apatia, gangguan watak dan inteligensi, bahkan psikosis, tidak peduli
pada lokasinya.(7)
- Perasaan abnormal di kepala, banyak penderita dengan tumor
intrakranial merasakan berbagai macam perasaan yang samar, seperti
enteng di kepala,pusing, atau tujuh keliing.(7)
(3)Tanda-tanda lokalisatorik yang menyesatkan
Suatu tumor intrakranial dapat menimbulkan manifestasi yang tidak sesuai
dengan fungsi tempat yang didudukinya. Tanda-tanda itu ialah :
- Kelumpuhan saraf otak, karena desakan tumor saraf otak dapat tertarik
atau tertekan. Suatu tumor dapat mendesak batang otak sehingga
mengalami gangguan. Saraf otak yang sering terkena secara tidak
langsung pada tumor intrakranial ialah saraf otak ke 3,4, dan ke 6.(7)
- Refleks patologik yag positif pada kedua sisi, dapat ditemukan pada
penderita dengan tumor di dalam salah satu hemisferium saja.
Fenomena ini dapat dijelaskan oleh adanya penggeseran mesensefalonke sisi kontralateral, sehingga pedunkulus serebri pada sisi kontralateral
itu mengalami kompresi dan refleks patologik pada sisi tumor menjadi
positif.(7)
- Gangguan mental, dapat timbul pada setiap penderita dengan tumor
intrakranial yang berlokasi dimanapun.(7)
- Gangguan endokrin, dapat timbul karenan proses desak ruang di daerah
hipofisis.(7)
-
7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma
9/19
9
-
Ensefalomalasia, terjadi akibat kompresi arteri serebral oleh suatu
tumor dapat terjadi di daerah yang agak jauh dari tempat tumor sendiri,
sehingga gejala defisit yang timbul, misalnya hemianopsia atau afasia,
tidak dapat dianggap sebagai gejala lokalisatorik.(7)
(4)
Tanda-tanda lokalisatorik yang benar atau simptom fokal.
- Simptom fokal dari tumor di lobus frontalis, sakit kepala merupakan
manifestasi dini, sedangkan papiledema dan muntah timbul pada tahap
lanjut,bahkan mungkin tidak akan muncul sama sekali. Gangguan
mental dapat timbul sehubung dengan tumor intrakranial di daerah
manapun, sedangkan gejala kompensatorik terhadap kemunculan
inteligensi biasanya berupa Witselsucht. Kejang tonik fokal yang
dinamakan kejang adversif merupakan simptom fokal lobus frontalis.
(7)
- Simptom fokal tumor di daerah presentral, tumor yang menduduki girus
presentralis seringkali bertindak sebagai perangsang terhadap daerah
motorik, sehingga menimbulkan kejang lokal pada sisi kontralateral
sebelum munculnya manifestasi tekanan intrakranial yang meninggi.
Bilamana tumor di daerah presentral sudah menimbulkan destruksi
struktural, maka manifestasinya berupa hemiparesis kontralateral. Jika
tumor tumbuh di falks serebri setinggi daerah presentralis, maka
paraparesis akan dijumpai. Juga gangguan miksi lebih sering dan erat
berlokasi dengan tumor di fissura sagitalis daripada di bagian lain dari
otak.(7)
- Simptom fokal dari tumor di lobus temporalis, biasanya kurang
menonjol terutama lobus temporalis kanan yang diduduki. Kecuali
bagian terdepan lobus temporalis yaitu unkus yang terkena, muncullah
serangan yang dinamakan uncinate fit. Hemianopsia kuadran atas
kontralateral harus dinilai sebagai tanda lokalisatorik yang khas bagi
lesi di lobus temporalis apabila ditemukan juga gejala-gejala peserta
yang menunjuk kepada tumor di daerah lobus temporalis,yaitu yang
-
7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma
10/19
10
berupa tinitus, halusinasi auditorik dan afasia sensorik, berupa apraksia.
(7)
- Simptom fokal dari tumor di lobus parietalis, tumor yang menduduki
daerah korteks lobus parietalis dapat merangsang korteks sensorik,
sebelum manifestasi lain dijumpai.(7)
- Simptom fokal dari tumor di lobus oksipitalis, tumor yang menempati
sangat jarang. Bila ada maka gejala yang muncul adala sakit kepala di
oksiput. Bisa juga menyebabkan gangguan medan penglihatan dan
agnosia visual.(7)
-
Simptom fokal dari tumor di korpus kalosum, gejala yang khas terdiri
dari gangguan mental terutama cepat lupa. Demensia yang timbul
sering disertai kejang umum atau fokal tergantung pada luas dan lokasi
tumor.(7)
(5)Tanda-tanda fisik diagnostik pada tumor intrakranial.
- Papiledema, timbul pada tekanan intrakranial yang meninggi atau
akibat penekanan pada nervus optikus oleh tumor secara langsung.
(8)
- Pada anak-anak, tekanan intrakranial yang meningkat dapat
memperbesar ukuran kepala dengan terenggangnya sutura. Pada
perkusi terdengar bunyi kendi yang rengat. Dan pada tumor jaringan
vaskular atau malformasi vaskular, auskultasi kepala dapat
menghasilkan terdengarnya bising.(7)
- Hipertensi intrakranialmengakibatkan iskemia dan gangguan-gangguan
kepada pusat vasomotorik serebral, sehingga menimbulkan bradikardia
dan tekanan darah yang meningkat secara progresif.(7)
- Irama dan frekuensi pernapasan berubah akibat melonjaknya tekanan
intrakranial. Kompresi batang otak dari luar mempercepat pernapasan
yang diselingi oleh pernapasan jenis Cheyne-strokes.(7)
-
7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma
11/19
11
b.
GAMBARAN RADIOLOGI
i. CT SCAN
Gambar. 5.2.1 Astrositoma. Gambaran otak dengan menggunakan Computed
Tomography (CT) kontras dan non-kontras diperoleh dari pasien yang sama dan
menunjukkan astrositoma menyebabkan sebagian besar jaringan sekitarnya
edema. (A) CT scan non kontras menunjukkan sebagian besar area yang
mengalami kepadatan rendah akibat dari tumor dan edema (panah). CT scan
kontras (B) menunjukkan peningkatan tumor (panah) dikelilingi oleh daerah
gelap atau low-density edema.(8)
-
7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma
12/19
12
ii.
MRI
Gambar 5.2.2 Astrositoma. Astrositoma Grade II pada pria usia 30-tahun. Tanpa
peningkatan bobot-T2 pada MRI menunjukkan area yang berbatas tegas dengan
peningkatan sinyal intensitas pada lobus temporal kiri.(9)
-
7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma
13/19
13
iii.
NUKLIR
Gambar 5.2.3 Astrositoma. (A) Gambar pada pasien setelah reseksi
frontoparietal, densitas tinggi pada lobus kiri. Positron Emission Tomogrphy
(PET) menunjukkan peningkatan aktivitas di wilayah lobus frontoparietal,
konsisten dengan kekambuhan. (B) Foto pada pasien lain sedang dievaluasi
untuk kekambuhan pada astrositoma bermutu tinggi. Gambar menunjukkan
tidak ada peningkatan aktivitas normal untuk menyarankan kekambuhan.(9)
c. PATOLOGI ANATOMI
Astrositoma sangat beragam berdasarkan tingkat diferensiasi, dengan
tingkat keganasan yang sering berhubungan dengan peningkatan usia pasien.
Umumnya, tumor ini menunjukkan ekspresi dari Glial Fibrillary Acid Protein(GFAP), yang mencerminkan asal mereka dari sel glial astrosit, meskipun
buruk lesi dibedakan mungkin menunjukkan beberapa kehilangan molekul ini.
Astrositomas yang dikelompokkan menjadi empat kelas (Kriteria WHO),
berdasarkan temuan patologis.(10)
-
7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma
14/19
14
Gambar 5.3 Spesimen anatomi dengan low-grade Astrositoma.(6)
Grade I Astrositoma (Pilokistik Astrositoma)
Grade I astrositoma sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda
dan menunjukkan prognosis yang paling menguntungkan dari semua
astrositoma. Pada tahap ini mungkin dibatasi dan berpotensi jinak. Pilokistik
Astrositoma sering terjadi di fossa posterior (situs yang paling umum pada
neoplasma otak anak), meskipun ketiga ventrikel, hipotalamus, thalamus danmungkin terlibat. Hasilnya tergantung pada sejauh mana reseksi, dengan tumor
sepenuhnya di reseksi memiliki hampir 100% 10-tahun kelangsungan hidup.
Pilokistik Astrositoma sering mikrositik dan menunjukkan daerah bundel
paralel fibrillar (piloid atau hairlike) proses yang positif bagi GFAP. Selain itu,
serat Rosenthal, yang sangat eosinophilic, tidak teratur, shattered appearing
agregasi pada proses glial, dan eosinofilik intraseluler atau ekstraseluler berupa
butiran protein (badan granular eosinofilik) dapat diidentifikasi.(10)
Grade II Astrositoma (Diffuse Astrositoma)
Astrositoma grade II (diffuse astrositomas) 20% dari semua neoplasma SSP
dan mempengaruhi sumsum tulang belakang, saraf optik, ventrikel ketiga, otak
tengah, pons, dan otak pada orang dewasa muda, dan hemispher cerebri pada
orang dewasa. Rata-rata onset usia adalah antara 20 dan 40 tahun. Lesi ini
sering buruk ditandai dengan sel-sel tumor yang membaur dengan jaringan
parenkim normal dan menyajikan adanya margin yang berbeda. Neoplasma
-
7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma
15/19
15
terdiri dari korteks hiperseluler mengandung infiltrasi, kecil, hiperkromatik, sel
glial tunggal, yang menunjukkan inti pleomorfik dan jarang ada angka mitosis.
Pasien dengan grade II astrositomas menunjukkan sebuah harapan rata-rata
hidup dari 5 tahun, dan transformasi ke astrositoma kelas yang lebih tinggi
dapat terjadi.(10)
Grade III Astrositoma (Anaplastik Astrositoma)
Grade III astrositoma (astrositoma anaplastik) sering terjadi pada pasien
antara usia 30 sampai 40 tahun dan paling sering mempengaruhi hemispher
cerebri. Mikroskopis, tumor ini ditandai dengan sel pleomorfik, cellularity
lebih besar, dan aktivitas mitosis sederhana. Pada kelas ini tidak menunjukkan
proliferasi mikrovaskuler atau nekrosis coagulative (membedakan mereka dari
tumor kelas IV). Cepatnya pertumbuhan lesi memberi harapan hidup 2 sampai
3 tahun.(10)
Kelas IV Astrocytoma
Kelas IV astrocytomas, juga disebut glioblastoma multiforme, didapkan
pada 40% dari semua neoplasma SSP primer dan paling sering terjadi pada
pasien yang berusia lebih dari 40 tahun. Lesi ini dapat mempengaruhi setiap
bagian otak dan dapat menyeberangi midline otak melalui corpus callosum dan
memberikan efek butterflylikepada pencitraan radiografi. Mikroskopis, lesi ini
ditandai oleh sel nyata pleomorfik, mitosis, palisading nekrosis, dan proliferasi
vaskular glomeruloid (proliferasi endotel dalam lumen pembuluh darah). Lesi
ini sangat agresif dan harapan hidup hanya 18 bulan.(10)
d.
LABORATORIUM
Tumor otak primer biasanya tidak menghasilkan kelainan serologi seperti
tingkat sedimentasi tinggi atau antigen tumor spesifik yang terkait dengan
kanker sistemik. Sebaliknya, metastase ke sistem saraf, tergantung pada jenis
dan luasnya tumor primer, dapat berhubungan dengan tanda-tanda sistemik
dari keganasan. Pungsi lumbal dapat menimbulkan herniasi otak pada pasien
dengan lesi massa dan harus dilakukan hanya pada pasien dengan dugaan
infeksi CNS1 atau metastasis meningeal. Temuan dalam cairan serebrospinal
-
7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma
16/19
16
(CSF) dari pasien dengan tumor sistem saraf primer dan metastasis mungkin
termasuk peningkatan tekanan pembukaan, tingkat protein tinggi, dan
pleositosis limfositik ringan. CSF jarang mengandung sel-sel ganas, dengan
pengecualian penting dari metastasis leptomeningeal, limfoma SSP primer, dan
tumor neuroectodermal primitif, termasuk medulloblastoma.(11)
VI.
DIAGNOSIS BANDING (8)
Astrositoma Cerebritis Oligodendroglioma
Lesi WM pada hemisfer,
biasanya tidak terdapat
penyerapan kontras
Terdapat massa fokal
atau difus
Sulit dibedakan tanpa
biopsi
Terdapat edema dengan
karakteristik penyerapan
patch
Biasanya terlihat difusi
restriktif
Biasanya onsetnya akut
Massa kortikal dengan
terdapatnya penyerapan
variabel
Biasanya tampak seperti
Ca++
Kemungkinanan tak
terbedakan dari
pemeriksaan radiologis
VII. PENATALAKSANAAN
Tidak ada obat spesifik yang direkomendasikan untuk pengobatan
kelas rendah glioma; Namun, kondisi tertentu (dalam pengaturan kelas
rendah astrocytoma) biasanya memerlukan pengobatan. Untuk kejang,
pasien biasanya dimulai pada fenitoin atau carbamazepine. Edema
vasogenik sekitar tumor biasanya diobati dengan steroid. Ketika pemberian
steroid, biasanya beberapa bentuk agen antiulcer digunakan.(11)
Glukokortikoid menurunkan volume edema sekitar tumor otak dan
meningkatkan fungsi neurologis; deksametason (12 sampai 20 mg/hari
-
7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma
17/19
17
dalam dosis terbagi secara oral atau intravena) digunakan karena memiliki
aktivitas mineralokortikoid relatif sedikit.(12)
Tumor yang melibatkan korteks serebral atau hippocampus dapat
menghasilkan epilepsi. Oleh karena itu antikonvulsan digunakan terapi dan
profilaksis; fenitoin, karbamazepin, dan asam valproik sama-sama efektif.
Jika tumor subkortikal di lokasi, antikonvulsan profilaksis tidak
diperlukan.(12)
Glioma dan tumor otak primer limfoma terkait dengan peningkatan
risiko trombosis vena dalam dan emboli paru, mungkin karena tumor ini
mensekresikan faktor prokoagulan ke sirkulasi sistemik. Meskipun
perdarahan dalam glioma adalah sebuah temuan histopatologi sering, pasien
tampak tanpa peningkatan risiko pendarahan intracranial gejala setelah
pengobatan dengan antikoagulan. Profilaksis dengan dosis rendah heparin
subkutan harus dipertimbangkan untuk pasien dengan tumor otak yang
memiliki imobilitas tungkai bawah, yang menempatkan mereka pada risiko
trombosis vena dalam.(12)
VIII. PROGNOSIS
Astrocytoma ganas merupakan salah satu tumor yang paling
dahsyat yang mempengaruhi anak-anak dan orang dewasa. Operasi dan
radio konvensional ajuvan kemoterapi dan memiliki efek minimal terhadap
mengubah prognosis buruk, yang tetap pada kisaran rata-rata hanya 9-12
bulan. Astrositoma ganas terdiri dari pleomorfik, astrosit infiltratif
hiperproliferatif, dengan daerah nekrosis, peningkatan tumor angiogenesis
dan daerah kerusakan sawar darah otak. Karakteristik patologis heterogen
menimbulkan hambatan utama untuk manajemen yang efektif dari glioma.
Selain heterogenitas patologis, ada heterogenitas molekul terkait, ekspresi,
interaksi, dan pentingnya fungsional otak.(13)
-
7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma
18/19
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Kleihus P, Cavenee Webster K,. Pathology and Genetics of Tumours of the
Nervous System. International Agency for Research on Cancer (IARC)
World health Organization. International Society of Neuropathology (ISN).
Lyon. 2007. Hal 1-13.
2. Khandelwal, Niranjan, Veena Chowdhury, Arun Kumar Gupta. 2010.
Diagnostic Radiology: Neuroradiology Including Head and Neck Imaging
,3th Edition. Jaypee Brothers Medical Publishers. New Delhi.
3.
Menkes, John H, Harvey B. Sarnat. 2000. Child Neurology, 6th Edition.Lippincott-Williams & Wilkins. California.
4. Gunderman, Richard B. 2006. Essential Radiology: Clinical Presentation,
Pathophysiology, and Imaging, 2nd Edition. Thieme. New York.
5. Netter, Frank H. 2006. Atlas of Human Anatomy, 6th Edition. Saunders
Elsevier. Philadelphia.
6. Kennedy B. Astrocytoma. Emedicine: [online]. 2015 [cited 25 September
2015]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/283453-overview
7. Mardjono M, Sidharta P editors. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat;
2008. p. 396-401
8. Grainger, Ronald G., David Allison, Andreas Adam, Adrian K. Dixon. 2001.
Grainger & Allisons Diagnostic Radiology: A Textbook of Medical
Imaging, 4th Edition. Harcourt Health Sciences. London.
9. Ferkith, Djamil, L Gill Naul. Brain Imaging in Astrocytoma. Emedicine:
[online]. 2013 [cited 25 September 2015]. Available from:http://emedicine.medscape.com/article/336695-overview#showall
10. Rubin, Emanuel, Howard M. Resiner. 2009. Essentials of Rubins Pathology,
5th Edition. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia.
11. Jallo, I Geroge, Tarakad S. Ramachandran. Low-Grade Astrocytoma.
Emedicine: [online]. 2014 [cited 25 September 2015]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1156429-overview#showall
-
7/24/2019 [REFERAT] Astrocytoma
19/19
19
12.
Lullmann, Heinz, Klaus Mohr, Lutz Hein, Detlef Bieger. 2005. Color Atlas of
Pharmacology, 3rd Edition. Thieme Stuttgart. New York.
13. Dings, Hao et al. A Review of Astrocytoma Models. Naurosurg Focus 8 (4):
Article 1, 2000. Department of Molecular and Medical Genetics.
Washington University Shool of Medicine.