presentasi neurologi

Upload: novie-arlisma

Post on 12-Jul-2015

81 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ASSALAMUALAIKUM WR.WB

BISMILLAH

PEMBIMBING :dr. iJUN SP.s DISUSUN OLEH : ahmad samsuri Dyah fitrah maya sari Eliyah Fithri aini s Nova wijaya

IDENTITAS PASIEN Nama Umur Jenis kelamin Agama Alamat Pekerjaan TGL masuk POLI

: Ny.M : 60 tahun : perempuan : Islam : KAMPUNG SAWAH RT 08/9 SETU BEKASI : ibu rumah tangga : 8 NOVEMBER 2011

ANAMNESA Keluhan utama

: pusing pada kepala yang berlebihan

Keluhan tambahan

: terasa nyeri pada kepala,leher terasa kaku dan tidak dapat menutup mata sebelah kiri.

Riwayat penyakit sekarang:

Pasien datang ke poli saraf RSUD kab Bekasi dengan keluhan kepala pusing terasa cekot cekot sampai ke mata, telinga dan leher sejak 4 hari yang lalu. Pusing dirasakan hilang timbul, leher terasa kaku lalu pasien mengurut lehernya tetapi tidak ada perubahan. Keluhan tersebut membuat muka pasien sebelah kiri bengkak, mulut pelo kekanan , lalu mata sebelah kiri tidak bisa menutup dan pasien juga tidak bisa senyum. Pasien pernah berobat ke rumah sakit ke dokter umum dan pasien diberi obat 3 macam tetapi tidak ada perubahan.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Pasien belum pernah

menderita penyakit seperti ini sebelumnya. Riwayat hipertensi (+) Riwayat DM (+)

Riwayat penyakit keluarga Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan

yang sama.

PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum Kesadaran

: Tampak sakit ringan : GCS E4M6V5 = 15 (Compos

Mentis) Vital sign Tekanan Darah Nadi Respirasi Suhu

: 140/80 mmHg : 84 x/mnt : 22x/mnt : 36,oc

PEMERIKSAAN NEUROLOGISKesadaran (GCS) : E4M6V5 = 15 (Compos Mentis) Rangsang Meningeal : tidak ada kelainan Fungsi Motorik: Kekuatan : SUPERIOR 5 / 5 INFERIOR 5/5 Gerak : SUPERIOR DAN INFERIOR BAIK Tonus : SUPERIOR DAN INFERIOR BAIK

Fungsi Sensorik

: Raba SUPERIOR DAN INFERIOR +/+ nyeri : superior dan inferior +/+: BPR + /+ , TPR + / + , KPR + /+ , APR + / + : Hoffman -/Chaddock -/Tromner -/Babinski -/-

Reflek Fisiologi Reflek Patologis

Pemeriksaan neurologis ditemukan paresis N.VII tipe perifer. Mengerutkan dahi Memejamkan mata Mengembangkan cuping hidung Tersenyum Bersiul Mengencangkan kedua bibir

: negative : negative : negative : negative : negative : negative

DIAGNOSIS Diagnosis klinis Diagnosis topis Diagnosis etiologis

: Bells palsy : Kanalis fasialis : idiopatik

TERAPI- Aspilet 2x 1 - Pletal 2x 1 - Mecobelamin 2x 1 - MTAC: meloksikal : tramadol : amitriptilin : clobazam

PEMERIKSAAN ANJURANFoto thorak

CT-Scan kepalaFisioterapi

PROGNOSAQuo ad vitam

: ad bonam

Quo ad funtionam : dubia ad bonam

DefinisiBells palsy adalah kelumpuhan fasialis perifer akibat proses non-supuratif, nonneoplasmatik, non-degeneratif primer namun sangat mungkin akibat edema jinak pada bagian nervus fasialis di foramen stilomastoideus atau sedikit proksimal dari foramen tersebut, yang mulanya akut dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.

Epidemiologi Di Indonesia, insiden Bells palsy secara pasti sulit

ditentukan. Data yang dikumpulkan dari 4 buah Rumah sakit di Indonesia didapatkan frekuensi Bells palsy sebesar 19,55 % dari seluruh kasus neuropati dan terbanyak pada usia 21 30 tahun. Lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. Tidak didapati perbedaan insiden antara iklim panas maupun dingin, tetapi pada beberapa penderita didapatkan adanya riwayat terpapar udara dingin atau angin berlebihan

Etiologi Banyak kontroversi mengenai etiologi dari Bells palsy, tetapi ada 4 teori yang dihubungkan dengan etiologi Bells palsy yaitu : Teori Iskemik vaskuler Nervus fasialis dapat menjadi lumpuh secara tidak langsung karena gangguan regulasi sirkulasi darah di kanalis fasialis. Teori infeksi virus

Virus yang dianggap paling banyak bertanggungjawab adalah Herpes Simplex Virus (HSV), yang terjadi karena proses reaktivasi dari HSV (khususnya tipe 1).

Teori herediter Bells palsy terjadi mungkin karena kanalis fasialis yang sempit pada keturunan atau keluarga tersebut, sehingga menyebabkan predisposisi untuk terjadinya paresis fasialis. Teori imunologi Dikatakan bahwa Bells palsy terjadi akibat reaksi imunologi terhadap infeksi virus yang timbul sebelumnya atau sebelum pemberian imunisasi.

Patofisologi Apapun sebagai etiologi Bells palsy, proses akhir yang

dianggap bertanggungjawab atas gejala klinik Bells palsy adalah proses edema yang selanjutnya menyebabkan kompresi nervus fasialis. Gangguan atau kerusakan pertama adalah endotelium dari kapiler menjadi edema dan permeabilitas kapiler meningkat, sehingga dapat terjadi kebocoran kapiler kemudian terjadi edema pada jaringan sekitarnya dan akan terjadi gangguan aliran darah sehingga terjadi hipoksia dan asidosis yang mengakibatkan kematian sel. Kerusakan sel ini mengakibatkan hadirnya enzim proteolitik, terbentuknya peptida-peptida toksik dan pengaktifan kinin dan kallikrein sebagai hancurnya nukleus dan lisosom. Jika dibiarkan dapat terjadi kerusakan jaringan yang permanen

Manifestasi klinis Biasanya timbul secara mendadak, penderita

menyadari adanya kelumpuhan pada salah satu sisi wajahnya pada waktu bangun pagi, bercermin atau saat sikat gig/berkumur atau diberitahukan oleh orang lain/keluarga bahwa salah satu sudutnya lebih rendah. Bells palsy hampir selalu unilateral. Gambaran klinis dapat berupa hilangnya semua gerakan volunter pada kelumpuhan total. Pada sisi wajah yang terkena, ekspresi akan menghilang sehingga lipatan nasolabialis akan menghilang, sudut mulut menurun, bila minum atau berkumur air menetes dari sudut ini, kelopak mata tidak dapat dipejamkan sehingga fisura papebra melebar serta kerut dahi menghilang

Bila penderita disuruh untuk memejamkan matanya maka

kelopak mata pada sisi yang lumpuh akan tetap terbuka (disebut lagoftalmus) dan bola mata berputar ke atas. Keadaan ini dikenal dengan tanda dari Bell (lagoftalmus disertai dorsorotasi bola mata). Karena kedipan mata yang berkurang maka akan terjadi iritasi oleh debu dan angin, sehingga menimbulkan epifora. Dalam mengembungkan pipi terlihat bahwa pada sisi yang lumpuh tidak mengembung. Disamping itu makanan cenderung terkumpul diantara pipi dan gusi sisi yang lumpuh.Selain kelumpuhan seluruh otot wajah sesisi, tidak didapati gangguan lain yang mengiringnya, bila paresisnya benarbenar bersifat Bells palsy .

Diagnosis Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa serta

beberapa pemeriksaan fisik, dalam hal ini yaitu pemeriksaan neurologis. Anamnesa : Rasa nyeri. Gangguan atau kehilangan pengecapan. Riwayat pekerjaan dan adakah aktivitas yang dilakukan pada malam hari di ruangan terbuka atau di luar ruangan. Riwayat penyakit yang pernah dialami oleh penderita seperti infeksi saluran pernafasan, otitis, herpes, dan lain-lain.

Prognosis Sembuh spontan pada 75-90 % dalam beberapa

minggu atau dalam 1-2 bulan. Kira-kira 10-15 % sisanya akan memberikan gambaran kerusakan yang permanen

Terapi a)

Terapi medikamentosa : Golongan kortikosteroid sampai sekarang masih kontroversi. Juga dapat diberikan neurotropik. b) Terapi operatif : Tindakan bedah dekompresi masih kontroversi c) Rehabilitasi Medik Tujuan rehabilitasi medik adalah : Meniadakan keadaan cacat bila mungkin Mengurangi keadaan cacat sebanyak mungkin Melatih orang dengan sisa keadaan cacat badan untuk dapat hidup dan bekerja dengan apa yang tertinggal

TERIMA KASIH

Wassalam