ppt biofar

34
Topikal Piroxicam In Vitro Release and In Vivo Anti-Inflammatory and Analgesic Effects from Palm Oil Esters-Based Nanocream

Upload: hannaefa

Post on 24-Nov-2015

50 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Presentasi

TRANSCRIPT

Topikal Piroxicam In Vitro Release and In Vivo Anti-Inflammatory and Analgesic Effects from Palm Oil Esters-Based Nanocream

Bahan Metode PenelitianPembuatan nanocream piroxicamUji In Vitro metode Franz difusi sel dengan membran selulosa asetatUji In Vitro metode Franz difusi sel dengan kulit tikusUji aktivitas antiinflamasiUji aktivitas analgesikPiroxicam

Senyawa non steroid yang berfungsi anti-inflamasi dan analgesiktidak larut air dan memiliki nilai pKa 5,3Strukturnya memiliki cincin piridin yang tergolong amida dan memiliki nilai pKa 1,86 sehingga piroxicam dapat dikategorikan sebagai zwitterionic drugPiroxicam terionisasi pada pH 7,4 dan pH fisiologis dan memiliki nilai log P 1,8.Palm OilPalm oil esters merupakan bahan hasil modifikasi. Sintesis Palm oil melalui reaksi dengan olyel alkohol untuk menghasilkan rantai ester panjang dari trigliserid Palm oil asli. Palm oil esters dilaporkan dapat menghidrasi kulit 40,7% setelah 90 menit pemakaian.Penelitian ini dilakukan untuk melihat kesesuaian POEs sebagai fase internal pada formulasi sediaan piroxicam topikal nanocream. Kemudian membandingkan efek fase eksternal terhadap sediaan ini pada permeasi kulit. Setelah itu juga melakukan perbandingan antara sediaan tersebut dengan sediaan di pasaran. tikus jantan Sprague-dawley dengan berat 180-200g dipilih secara acak dibagi menjadi empat kelompok, masing-masing kelompok 6 ekor. rambut pada permukaan dorsal tikus dicukur, lalu formula F2, F3, pembanding, dan kontrol di oleskan pada bagian kulit yang sebelumnya telah dicukur secara pelahan selama 15 detikHewan coba ditempatkan pada kandang polypropylene, suhu 251C, kelembaban 605% serta makanan dan minuman yang mudah diaksesvolume edema diukur pada jam ke 2, 4, 6 setelah injeksi karagenan.Setelah 5 jam, 1ml suspensi karagenan 1% diinjeksikan pada subplantarAktivitas antiinflamasiAktivitas analgesikPenelitian ini dilakukan sama dengan anti-inflamasi, perbedaannnya pada ambang nyeri. Ambang nyeri diukur pada jam ke 2 dan 4 setelah diinduksikan karagenan.

Bahan KH2PO4, NaOH, ortho-phosphoric, HCl, asetonitril, POEs, tween 80, tween 85, span 20, span 85,natrium benzoate, piroxicam, membrane selulosa asetat dengan diameter pori 0,2m dan diameter 13 ml. u/ Formulasi pembanding : piroxicam 0,5%, carbopol, propilenglycol dan TEASebagai pembanding disiapkan piroxicam gel yang telah diformulasi dengan cara mendispersikan sejumlah polimer kedalam media pelarutnya lalu ditambahkan obat yang juga telah dilarutkan dalam media yang sesuai. Dalam hal ini piroksikam dilarutkan dalam sistem cosolvent antara propilen glikol dan etanol yang selanjutnya dicampurkan dalam carbopol yang telah didispersikan sebelumnya.

Kondisi kromatografi yang digunakan untuk analisis:fase gerak terdiri dari 5 mM dinatrium hidrogen fosfat (di adjust pada pH 3 dengan asam ortofosfat) , metanol , asetonitril , dan asetat glasial asam pada rasio 27:20:52:1Flow rate :1 mL /min Detektor uv-vis 350 nmWaktu retensi piroksikam : 4,7 menitNilai LOD : 0,035 mg / mL dan LOQ : 0,0625 mg / mL .Result and Discussion

Evaluasi sediaan Ukuran partikel semua formula menunjukan hasil < 140nm Formula F3 menunjukan hasil yang stabil selama 3 bulan pada suhu 40, 25, dan 5 C.Formula F1 tidak digunakan pada percobaan selanjutnya karena mengalami presipitasi setelah 7 hari formulasi

Uji In Vitro metode Franz difusi sel dengan membran selulosa asetatTransfer obat formula f3 mencapai 100% sedangkan formula F2 hanya sebesar 80% dalam waktu 8 jamPerbedaan tersebut dipengaruhi oleh pH pada fase eksternal dari nanocream yang menyebabkan terjadinya perbedaan kelarutanKelarutan piroxicam 10x lebih tinggi pada dapar pH 7,4 dibandingkan pada dapar pH 6. Kelarutan yang lebih tinggi ini menyebabkan obat dapat ditransfer melewati membrane lebih cepatSehingga partisi piroksikam dari fase minyak menuju dapar pH 7,4 menjadi lebih tinggi sehingga menyebabkan kecepatan transfer obat yang lebih tinggi.

Dalam hal ini berarti obat harus berdifusi dari fase dalam menuju fase luar selanjutnya molekul obat akan direleaseMeningkatnya kelarutan obat pada fase luar maka partisi obat dari fase dalam menuju fase luar dapat terjadi karena adanya suatu gaya yang mendorong untuk meningkatkan release molekul obatSediaan pembanding menunjukkan profil pelepasan yang hampir sama dengan formula F3 sebesar 96% namun pembanding memiliki waktu mula pelepasan yang lebih lambat

Secara statistik terdapat perbedaan bermakna antara T50% antar formula F3 dan pembandingPerbedaan tersebut dapat terjadi karena proses swelling polimer yang terkandung dalam formula pembanding, pengembangan terjadi karena adanya cairan yang berdifusi sehingga memperlambat proses pelepasanProfil pelepasan obat pada pembanding lebih tinggi dibandingkan dengan formula F2

Uji In Vitro metode Franz difusi sel dengan kulit tikus

Transfer piroxicam formula F3 lebih tinggi dibandingkan F2 dalam melewati membrane selulosa asetat Peningkatan pH pada fase eksternal memiliki efek pada peningkatan permeasi obat melewati kulit yang tinggiPeningkatan pH pada sediaan topikal yang mengandung NSAIDs menunjukan peningkatan fluks sebanyak 10 kali lipatSemakin tinggi absorbsi NSAIDs yang terionisasi berhubungan dengan efek pasangan ion antara ion obat dengan komponen kulit bagian luar seperti asam lemak pada kulit sehingga menyebabkan lebih lipofilikPiroxicam dapat membentuk pasangan ion dengan komponen dapar pada fase eksternal nanocream yang menghasilkan lipofilisitas lebih tinggi dan penetrasi yang lebih baikFluks formula F2 dan F3 dibandingkan karena kedua formula mengandung jumlah minyak dan surfaktan yang samaPOEs memiliki efek oklusif yang dapat menginduksi hidrasi kulit yang dikombinasikan dengan efek hidrasi oleh air sehingga menyebabkan peningkatan porositas kulit yang dapat meyebabkan meningkatnya absorbsiSurfaktan yang digunakan yaitu tween 80dan span 20, dapat berfungsi sebagai peningkat permeasi pada berbagai model kulit

Aktivitas Anti-Inflamasi

NSAIDs yang diberikan secara topikal mengalami penetrasi kedalam kulit secara lambat dan dalam jumlah kecil masuk kedalam sirkulasi sitemikBioavaibilitas NSAIDs setelah pemakaian topikal umumnya lebih kecil 5-15% dibandingkan secara oralPenggunaan NSAID secara topikal menyebabkan konsentrasi yang relatif tinggi pada dermis dibandingkan secara oral

Formula F3 menunjukan efek antiinflamasi yang lebih tinggi secara bermakna (P < 0,05) dibandingkan dengan Formula control, pembanding, dan Formula F2 pada 2, 4, 6 jam setelah injeksi kareegenanFluks formula F3 yang melintasi kulit hampir 3,3 kali lipat lebih tinggi dari formula pembandingSemakin besar fluks maka semakin besar aktivitas anfiinflamasiPermeabilitas yang lebih tinggi menunjukan jumlah piroxicam yang besar yang tersedia untuk efek antiinflamasi pada area yang disuntik

Formula F2 juga menunjukan efek yang lebih besar dibandingkan formula pembanding.Formula F2 dan F3 menunjukan aktivitas antiinflamasi yang lebih tinggi dibandingkan fomula pembanding, hal ini mungkin disebabkan oleh ukuran partikel yang kecil dan efek kumulatif dari bahan tambahan yang dapat meningkatkan permeabilitas obatAktivitas Analgesik

Formula F3 memiliki aktivitas analgesik yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, pembanding dan F2Formula yang menghasilkan fluks yang tinggi dan cepat dapat menghasilkan efek analgesik yang lebih tinggi.

Kesimpulan Formula F3 memiliki laju transfer obat yang tinggi dalam melewati membrane selulosa asetat dibandingkan Formula F2 dan pembanding pada jam awal permeasi. Formula F3 dan pembanding menunjukan pelepasan obat 100% setelah 8 jam permeasi. Formula F3 juga menunjukkan fluks yang lebih tinggi dibandingkan F2, hal ini disebabkan karena partisi obat dari fase internal (minyak) ke fase eksternal (dapar) pada sistem emulsi. Nilai pH yang lebih tinggi pada fase eksternal Formula F3 menunjukkan ketersediaan piroxicam yang lebih tinggi pada fase eksternal sehingga terjadi pelepasan obat yang lebih tinggi dari formula F3 daripada F2.