potensi minyak atsiri bunga lawang (illicium verum

10
http://doi.org/10.22435/blb.V15i1.408. 13 Potensi Minyak Atsiri Bunga Lawang (Illicium verum) sebagai Repelen Nyamuk Aedes aegypti Potency of Star Anise (Illicium verum) Essential Oil as Aedes aegypti Mosquito Repellent Eva Lestari*, Bondan Fajar Wahyudi, Adil Ustiawan, Dian Indra Dewi Balai Litbang Kesehatan Banjarnegara Jalan Selamanik Nomor 16A Banjarnegara, Jawa Tengah, Indonesia *E_mail: [email protected] Received date: 07-09-2018, Revised date: 28-03-2019, Accepted date: 28-05-2019 ABSTRAK Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Kasus DBD di Indonesia tahun 2017 terdapat 68.407 kasus dengan kematian sebanyak 493 orang. Angka kesakitan DBD tahun 2017 adalah 26,10 per 100.000 penduduk. DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan Aedes aegypti. Beberapa jenis tanaman baik batang, daun maupun bunganya dapat digunakan sebagai bahan alami pengusir nyamuk Ae. aegypti. Bunga lawang (Illicium verum) mempunyai kandungan senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai penolak nyamuk. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui potensi minyak atsiri bunga lawang sebagai repelen nyamuk Ae. aegypti. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan rancangan penelitian post test only with control group design. Pengujian daya tolak minyak atsiri bunga lawang dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40% dan 50% diujikan terhadap nyamuk Ae. aegypti betina dengan umur 3-5 hari. Hasil penelitian menunjukkan persentase daya tolak minyak atsiri bunga lawang konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40% dan 50% selama 6 jam pengamatan adalah 58,1%; 63,51%; 59,95%; 49,45%; dan 65,32%. Minyak atsiri bunga lawang pada konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40% dan 50% mampu memberikan perlindungan terhadap gigitan nyamuk Ae. aegypti selama 1 sampai 2 jam. Kata kunci: repelen, bunga lawang (Illicium verum), Aedes aegypti, minyak atsiri, Demam Berdarah Dengue ABSTRACT Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is still a become public health problem in the world. In 2017, there were 68,407 cases with 493 deaths DHF cases in Indonesia . The incidence rate of DHF in 2017 was 26,10/100,000 population. DHF was caused by dengue virus which was transmitted through the bites of Aedes aegypti. Several types of plants such as stems, leaves, and flowers can be used as natural ingredients for repelling Ae. aegypti, Star anise (Illicium verum) has a chemical compound that can be used as a mosquito repellent. The purpose of this study was to know the potential of star anise essential oil as repellents of Ae. aegypti. This study was an experimental study with post test only with control group design. The experiment to test the repellency of star anise essential oil was carried out using concentrations of 10%, 20%, 30%, 40%, and 50% on 3-5 days old female Ae. aegypti. The result of this study showed that repellency index of star anise essential oil at concentration 10%, 20%, 30%, 40% and 50% during 6 hours were 58.1%; 63.51%; 59.95%; 49.45% and 65.32%. Star anise essential oil at concentration 10%, 20%, 30%, 40%, and 50% can provide protection against the bites of Ae. aegypti for 1 until 2 hours. Keywords: repellent, star anise (Illicium verum), Aedes aegypti, essential oil, Dengue Hemorrhagic Fever PENDAHULUAN Insidensi Deman Berdarah Dengue (DBD) terus meningkat di seluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir. Menurut laporan World Health Organization (WHO) (2015) terdapat 390 juta infeksi Dengue di seluruh dunia setiap tahunnya. 1 Deman Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis. 2 Kasus DBD di Indonesia tahun 2017 terdapat 68.407 kasus dengan kematian sebanyak 493 orang, sedangkan angka kesakitan DBD tahun 2017 adalah 26,10 per 100.000 penduduk. 3 Dengue ditransmisikan oleh gigitan nyamuk Aedes betina yang terinfeksi dengan virus Dengue. Aedes aegypti merupakan vektor

Upload: others

Post on 19-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Potensi Minyak Atsiri Bunga Lawang (Illicium verum

http://doi.org/10.22435/blb.V15i1.408.

13

Potensi Minyak Atsiri Bunga Lawang (Illicium verum) sebagai Repelen Nyamuk

Aedes aegypti

Potency of Star Anise (Illicium verum) Essential Oil as Aedes aegypti Mosquito Repellent

Eva Lestari*, Bondan Fajar Wahyudi, Adil Ustiawan, Dian Indra Dewi

Balai Litbang Kesehatan Banjarnegara Jalan Selamanik Nomor 16A Banjarnegara, Jawa Tengah, Indonesia

*E_mail: [email protected]

Received date: 07-09-2018, Revised date: 28-03-2019, Accepted date: 28-05-2019

ABSTRAK Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Kasus DBD di

Indonesia tahun 2017 terdapat 68.407 kasus dengan kematian sebanyak 493 orang. Angka kesakitan DBD tahun

2017 adalah 26,10 per 100.000 penduduk. DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan Aedes aegypti. Beberapa jenis tanaman baik batang, daun maupun bunganya dapat digunakan sebagai bahan

alami pengusir nyamuk Ae. aegypti. Bunga lawang (Illicium verum) mempunyai kandungan senyawa kimia yang

dapat digunakan sebagai penolak nyamuk. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui potensi minyak atsiri bunga

lawang sebagai repelen nyamuk Ae. aegypti. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium

dengan rancangan penelitian post test only with control group design. Pengujian daya tolak minyak atsiri bunga

lawang dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40% dan 50% diujikan terhadap nyamuk Ae. aegypti betina dengan

umur 3-5 hari. Hasil penelitian menunjukkan persentase daya tolak minyak atsiri bunga lawang konsentrasi 10%,

20%, 30%, 40% dan 50% selama 6 jam pengamatan adalah 58,1%; 63,51%; 59,95%; 49,45%; dan 65,32%.

Minyak atsiri bunga lawang pada konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40% dan 50% mampu memberikan perlindungan

terhadap gigitan nyamuk Ae. aegypti selama 1 sampai 2 jam.

Kata kunci: repelen, bunga lawang (Illicium verum), Aedes aegypti, minyak atsiri, Demam Berdarah Dengue

ABSTRACT

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is still a become public health problem in the world. In 2017, there were

68,407 cases with 493 deaths DHF cases in Indonesia . The incidence rate of DHF in 2017 was 26,10/100,000

population. DHF was caused by dengue virus which was transmitted through the bites of Aedes aegypti. Several

types of plants such as stems, leaves, and flowers can be used as natural ingredients for repelling Ae. aegypti,

Star anise (Illicium verum) has a chemical compound that can be used as a mosquito repellent. The purpose of

this study was to know the potential of star anise essential oil as repellents of Ae. aegypti. This study was an

experimental study with post test only with control group design. The experiment to test the repellency of star

anise essential oil was carried out using concentrations of 10%, 20%, 30%, 40%, and 50% on 3-5 days old

female Ae. aegypti. The result of this study showed that repellency index of star anise essential oil at concentration 10%, 20%, 30%, 40% and 50% during 6 hours were 58.1%; 63.51%; 59.95%; 49.45% and

65.32%. Star anise essential oil at concentration 10%, 20%, 30%, 40%, and 50% can provide protection against

the bites of Ae. aegypti for 1 until 2 hours.

Keywords: repellent, star anise (Illicium verum), Aedes aegypti, essential oil, Dengue Hemorrhagic Fever

PENDAHULUAN

Insidensi Deman Berdarah Dengue

(DBD) terus meningkat di seluruh dunia dalam

beberapa tahun terakhir. Menurut laporan

World Health Organization (WHO) (2015)

terdapat 390 juta infeksi Dengue di seluruh

dunia setiap tahunnya.1 Deman Berdarah

Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan

subtropis.2 Kasus DBD di Indonesia tahun

2017 terdapat 68.407 kasus dengan kematian

sebanyak 493 orang, sedangkan angka

kesakitan DBD tahun 2017 adalah 26,10 per

100.000 penduduk.3

Dengue ditransmisikan oleh gigitan

nyamuk Aedes betina yang terinfeksi dengan

virus Dengue. Aedes aegypti merupakan vektor

Page 2: Potensi Minyak Atsiri Bunga Lawang (Illicium verum

BALABA Vol. 15 No. 1, Juni 2019: 13-22

14

utama DBD.1 Biasanya nyamuk betina

menggigit pada siang hari, dengan dua puncak

aktivitas antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-

17.00. Tidak seperti nyamuk lain, Ae. aegypti

mempunyai kebiasaan menghisap darah

berulang kali (multiple bites). Dengan

demikian nyamuk ini sangat efektif sebagai

penular penyakit.4

Upaya pencegahan terhadap transmisi

virus Dengue adalah menghindari gigitan

nyamuk.5 Perlindungan terhadap gigitan

serangga terutama nyamuk dapat dilakukan

dengan cara mengurangi habitat

perkembangbiakan nyamuk, menggunakan

pakaian yang terlindung dari serangan

nyamuk, dan penggunaan pestisida, termasuk

senyawa penolak serangga/repelen.6,7

Repelen merupakan pestisida yang tidak

bersifat membunuh tetapi hanya mengusir

serangga.8 Repelen digunakan dengan cara

menggosokkannya pada kulit atau

menyemprotkannya pada pakaian. Standar

repelen tidak mengganggu pemakainya, tidak

melekat atau lengket di kulit, baunya

menyenangkan pemakainya dan orang

sekitarnya, tidak menimbulkan iritasi pada

kulit, tidak beracun, tidak membahayakan,

tidak merusak pakaian dan daya pengusir

terhadap serangga bertahan cukup lama.9

Repelen yang banyak digunakan oleh

masyarakat untuk menolak serangga adalah

repelen sintetik yang merupakan hasil sintesis

di laboratorium, seperti N,N-dietil-m-

toluamida (DEET).6 Mengingat penggunaan

repelen sintetik menimbulkan banyak efek

negatif, maka upaya pencarian senyawa alami

yang dapat digunakan sebagai repelen lebih

diutamakan.6 Repelen hayati dapat digunakan

untuk melindungi dari gigitan serangga yang

bersifat aman dan ramah lingkungan.10,11

Bahan alami yang di dalamnya

terkandung senyawa sebagai repelen adalah

bunga lawang. Bunga lawang merupakan jenis

rempah yang mempunyai bentuk seperti

bintang bersudut delapan dengan ujung berisi

biji pipih. Buahnya dipetik sebelum terlalu

masak dan dikeringkan dengan bantuan cahaya

matahari. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah

tropik dan subtropik dengan ketinggian hingga

2.000 m, curah hujan 1.500-2.200 mm, suhu

12-18°C, dan pH 4-5.12 Dalam ekstrak bunga

lawang terkandung senyawa linalool yang

mempunyai daya antinyamuk dari aroma khas

yang ditimbulkannya.13,14 Zat kimia linalool

merupakan sejenis alkali yang bersifat stabil,

senyawa minyak atsiri, mudah menguap. Zat

ini sering dimanfaatkan sebagai salah satu

pewangi sabun dan minyak wangi. Selain

aromanya yang tidak disukai nyamuk, linalool

juga bisa mengakibatkan iritasi pada bagian

tubuh nyamuk.15 Linalool juga dapat merusak

sistem saraf serangga.16

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui

potensi minyak atsiri bunga lawang sebagai

repelen nyamuk Ae. aegypti.

METODE

Jenis penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif yang menggunakan desain

penelitian eksperimental laboratorium dengan

rancangan penelitian post test only with control

group design. Waktu penelitian dilakukan

selama 9 bulan mulai bulan Februari-Oktober

2015. Populasi dalam penelitian ini adalah

semua nyamuk dewasa Ae. aegypti yang

dikembangbiakkan di Laboratorium

Entomologi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara.

Sampel penelitian adalah nyamuk Ae. aegypti

betina berusia 3-5 hari. Total jumlah nyamuk

uji sebanyak 625 ekor. Minyak atsiri yang

digunakan untuk uji repelen berasal dari bunga

lawang yang diperoleh dari pedagang di Pasar

Johar Semarang.

Pembuatan minyak atsiri dilakukan di

Laboratorium Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Terpadu Universitas

Sebelas Maret Solo, dengan metode destilasi

uap.17 Dalam penelitian ini bunga lawang

kering yang digunakan sebanyak 6,5 kg.

Bunga lawang dimasukkan kedalam panci

steam dengan kapasitas 0,5 kg selama kurang

lebih 3 jam pada suhu 100°C. Sebelum panci

dipanaskan, pompa air dihubungkan dengan

pipa pendingin. Uap akan melewati pipa

pendingin, kemudian tertampung pada labu.

Cairan yang dihasilkan akan terpisah antara

Page 3: Potensi Minyak Atsiri Bunga Lawang (Illicium verum

Potensi Minyak........(Lestari, dkk)

15

minyak atsiri dengan air. Minyak atsiri yang

dihasilkan sebanyak 160 ml ditampung dalam

botol penyimpanan.

Pengujian daya tolak nyamuk

menggunakan minyak atsiri bunga lawang

konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40% dan 50%

yang diencerkan menggunakan parafin cair.

Parafin cair atau mineral oil merupakan

minyak kental yang tidak berwarna dan tidak

berasa18 sehingga dapat larut dalam minyak

atsiri bunga lawang.

Penarikan sampel menggunakan metode

Rancangan Acak Lengkap (RAL).19 Pengujian

daya tolak menggunakan lima orang probandus

(relawan). Lengan kiri setiap relawan masing-

masing diolesi minyak atsiri konsentrasi 10%,

20%, 30%, 40% dan 50%, sebagai kontrol

adalah lengan kanan relawan tanpa olesan

minyak atsiri bunga lawang.

Pengujian dilakukan di Laboratorium

Entomologi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara.

Selama pengujian dilakukan pengamatan mulai

jam ke-0 hingga jam ke-6 terhadap jumlah

nyamuk dewasa yang hinggap pada lengan

perlakuan dan kontrol. Selain itu juga

dilakukan pengukuran suhu dan kelembaban

ruangan tiap jam pengamatan. Pengamatan

dimulai pada jam 09.00 hingga 15.00. Jumlah

nyamuk dewasa yang digunakan sebanyak 25

ekor pada setiap kandang uji ukuran 50x35x40

cm3 dengan sekat dan dua lubang untuk

memasukkan kedua lengan relawan uji dimana

lengan kiri untuk perlakuan dan lengan kanan

sebagai kontrol. Waktu yang dibutuhkan setiap

jam pengujian adalah 5 menit. Pengulangan

dilakukan sebanyak 5 kali. Pada akhir

pengujian dihitung persentase daya proteksi

sebagai proporsi jumlah nyamuk dewasa yang

hinggap pada lengan perlakuan dengan jumlah

nyamuk dewasa yang hinggap pada lengan

kontrol.

Persentase Daya Tolak (%)20

= ∑C - ∑T x 100%

∑C

Keterangan:

C = jumlah nyamuk dewasa hinggap pada

lengan kontrol

T = jumlah nyamuk dewasa hinggap pada

lengan perlakuan20

Pelaksanaan penelitian ini telah

mendapatkan persetujuan etik dari Komisi Etik

Penelitian Kesehatan, Badan Litbang

Kesehatan, Kemenkes RI Nomor

LB.02.01/5.2/KE.039/2014.

HASIL

Hasil pengujian daya tolak minyak atsiri

bunga lawang (konsentrasi 10%, 20%, 30%,

40% dan 50%) terhadap nyamuk dewasa Ae.

aegypti yang dilakukan selama 6 jam

pengamatan mulai jam ke-0 hingga jam ke-6

disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Rata-Rata Jumlah Nyamuk Hinggap pada Lengan Perlakuan dan Kontrol pada Jam ke-0 hingga Jam

ke-6

Jam

ke-

Konsentrasi

10% 20% 30% 40% 50%

Lengan perlakuan

Lengan kontrol

Lengan perlakuan

Lengan kontrol

Lengan perlakuan

Lengan kontrol

Lengan perlakuan

Lengan kontrol

Lengan perlakuan

Lengan kontrol

0 214 12,6 128 7,2 101 4,6 88 4 96 1

1 179 39,8 193 41,6 114 29,2 144 45,4 144 28,8

2 164 49,4 213 61,2 131,6 48,6 169 66,8 161 33,4

3 215 53 182 83,6 151 53,6 123 82,8 163 49,2

4 138 81,6 185 73,2 147 69,2 143 95,8 149 71,2

5 153 106 190 97,2 126 89,8 122 99,8 131 59,2

6 153 125,4 155 97,4 128 76 169 105 111 86,4

Page 4: Potensi Minyak Atsiri Bunga Lawang (Illicium verum

BALABA Vol. 15 No. 1, Juni 2019: 13-22

16

Tabel 1 menunjukkan jumlah nyamuk

yang hinggap pada lengan perlakuan dan

kontrol di masing-masing konsentrasi minyak

atsiri bunga lawang. Tidak terdapat

kecenderungan penurunan jumlah nyamuk

yang hinggap pada lengan perlakuan dari

konsentrasi rendah ke yang lebih tinggi. Dari

data tersebut dapat dihitung persentase daya

tolak minyak atsiri bunga lawang yang

disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Daya Tolak Minyak Atsiri Bunga Lawang pada Jam ke-0 hingga Jam ke-6

Jam ke- Konsentrasi

10% 20% 30% 40% 50%

0 94,11 94,37 95,44 95,45 98,96

1 77,76 78,45 74,39 68,47 80,00

2 69,88 71,27 63,07 60,47 79,25

3 75,35 54,07 64,50 32,68 69,82

4 40,87 60,43 52,92 33,01 52,21

5 30,72 48,84 28,73 18,20 54,81

6 18,04 37,16 40,62 37,87 22,16

Rata-Rata 58,10 63,51 59,95 49,45 65,32

Dari Tabel 2 dapat dilihat pada jam ke-0

daya tolak masing-masing konsentrasi

memiliki daya tolak lebih dari 90%. Daya

tolak memiliki kecenderungan menurun pada

pengamatan jam berikutnya. Semakin lama

waktu pengamatan maka daya tolaknya

semakin rendah. Pola penurunan daya tolak

minyak atsiri bunga lawang pada masing-

masing konsentrasi dapat dilihat pada Gambar

1. Rata-rata konsentrasi menunjukkan

penurunan daya tolak nyamuk dari jam ke-0

hingga jam ke-6. Namun, pada beberapa

konsentrasi yaitu 30% dan 40% daya tolak

nyamuk mengalami peningkatan kembali pada

jam ke-6.

Gambar 1. Pola Penurunan Daya Tolak Minyak Atsiri Bunga Lawang pada Jam ke-0 hingga Jam ke-6

Page 5: Potensi Minyak Atsiri Bunga Lawang (Illicium verum

Potensi Minyak........(Lestari, dkk)

17

Gambar 2. Rata-Rata Daya Tolak Minyak Atsiri Bunga Lawang pada Masing-Masing Konsentrasi

Gambar 2 menunjukkan bahwa daya tolak

minyak atsiri bunga lawang konsentrasi

terendah (10%) hingga konsentrasi tertinggi

(50%) tidak menunjukkan kecenderungan

peningkatan daya tolak. Konsentrasi yang

mempunyai daya tolak paling tinggi yaitu

konsentrasi 50% dengan rata-rata persentase

daya tolak 65,32%.

Pengukuran suhu dan kelembaban

ruangan juga dilakukan selama pengujian

berlangsung. Hasil pengukuran suhu dan

kelembaban ruangan dapat dilihat pada Tabel

3. Suhu ruangan pada saat pengujian cukup

stabil dengan rentang 26-28°C dan

kelembaban sekitar 69-74%.

Tabel 3. Rata-Rata Suhu dan Kelembaban Ruangan Saat Pengujian

Jam ke- Suhu

(0C)

Kelembaban (%)

0 26,2 74,4

1 26,7 73,2

2 27,3 73

3 27,6 70,8

4 27,9 69,4

5 28,1 68,8

6 27,9 71

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan minyak

atsiri bunga lawang mampu menolak nyamuk

dewasa Ae. aegypti. Daya tolak hingga jam ke-

2 masih menunjukkan hasil yang cukup baik.

Hal ini selaras dengan hasil penelitian Wei et

al. pada tahun 2014 yang mengemukakan

bahwa ekstrak bunga lawang mempunyai

aktivitas repelensi dan toksisitas dalam

menyerang serangga.21 Penelitian Chaiyasit

melaporkan minyak atsiri yang potensial untuk

adultisida berasal dari tanaman celery (Apium

graveolens), caraway (Carum carvi), zedoary

(Curcuma zedoaria), long pepper (Piper

longum), dan Chinese star anise atau bunga

lawang (I. verum). Kelima tanaman ini dapat

digunakan untuk melawan Aedes aegypti.22

Selain itu ekstrak tanaman bunga lawang dapat

Page 6: Potensi Minyak Atsiri Bunga Lawang (Illicium verum

BALABA Vol. 15 No. 1, Juni 2019: 13-22

18

dipakai sebagai larvasida terhadap Culex

quinquefasciatus dengan konsentrasi 50,54

ppm.23

Akan tetapi jika dilihat

keefektivitasannya, minyak atsiri bunga

lawang kurang efektif digunakan sebagai

repelen karena persentase daya tolaknya

kurang dari 90% selama 6 jam pengamatan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah melalui

Komisi Pestisida Departemen Pertanian tahun

1995, suatu zat dikatakan efektif sebagai

repelen jika pengamatan yang dilakukan

selama 6 jam daya tolaknya ≥ 90%.20,24

Berdasarkan hasil identifikasi senyawa

menggunakan metode Gas Chromatography

Mass Spectrometry (GCMS), minyak atsiri

bunga lawang mengandung 1,8-Cineole

(0,83%), linalool (0,71%) dan limonene

(3,51%). Senyawa-senyawa tersebut dapat

digunakan sebagai penolak nyamuk.25

Senyawa 1,8-Cineole terbukti efektif melawan

gigitan nyamuk Culex pipiens molestus dengan

perlindungan selama 2 jam.26 Sedangkan

linalool menghasilkan bau yang tidak disukai

oleh nyamuk.16

Senyawa lain yang terdapat dalam bunga

lawang antara lain trans-anethole, cis-

anethole, estragole, alpha-terpineol,

anisaldehyde, dll.13,27 Minyak atsiri bunga

lawang didominasi senyawa trans-anethole

dengan persentase sekitar 80-90%21,28,29,30,

sedangkan senyawa lain yang berpotensi

sebagai penolak nyamuk memiliki persentase

yang kecil sehingga daya tolaknya kurang

maksimal.

Penelitian yang dilakukan Zhi Long Liu

tahun 2011 di China menunjukkan bahwa

minyak atsiri bunga lawang dalam menolak

Blatella germanica termasuk dalam kategori

repelensi kelas I dengan daya tolak 0,1-20%.31

Komponen utama minyak atsiri bunga lawang

adalah trans-Anethole. Anethole yang

terkandung dalam minyak atsiri bunga lawang

merupakan repelen yang lemah.32

Beberapa faktor yang mempengaruhi

efektivitas repelen antara lain komponen bahan

kimia aktif, komposisi, dosis, metode aplikasi,

titik didih, kecepatan penguapan, jenis

serangga target, aktivitas dan kondisi fisik

individu (misalnya pori-pori tubuh), dan faktor

lingkungan (suhu, kelembaban, sirkulasi udara,

iklim dan curah hujan).33

Semakin lama waktu pengamatan

menunjukkan kecenderungan daya tolak yang

semakin menurun pada setiap jam pengamatan.

Hal ini disebabkan adanya penguapan minyak

atsiri yang dioleskan pada lengan relawan.

Disamping sifat minyak atsiri yang mudah

menguap, hilangnya minyak atsiri pada kulit

disebabkan oleh adanya abrasi, absorpsi, dan

keringat.33

Minyak atsiri mempunyai sifat mudah

menguap sehingga diperlukan suatu formula

yang dapat membuat minyak atsiri lebih tahan

lama setelah dioleskan di kulit. Penelitian

Hodijah dan Widawati tahun 2013 tentang

repelen, menggunakan losion yang

ditambahkan pada minyak atsiri daun nilam

untuk menolak nyamuk Ae. aegypti, Culex sp.

dan Anopheles sp. Sediaan losion digunakan

agar minyak atsiri dapat menempel lebih lama

di permukaan kulit.34 Modifikasi senyawa

turunan diperlukan untuk mendapatkan

formulasi yang dapat membuat repelen

menjadi tahan lama.35

Faktor lain yang dapat mempengaruhi

efektivitas repelen yaitu hilangnya kandungan

senyawa dalam bahan tanaman yang

digunakan sebagai repelen.36 Aktivitas dan

kondisi fisik individu (pori-pori kulit) juga

dapat mempengaruhi efektivitas repelen. Kulit

mengekskresikan keringat yang dikeluarkan

melalui pori-pori. Keringat mengandung asam

laktat yang diketahui sebagai atraktan/penarik

nyamuk dalam mencari makan (host-

seeking).37 Besar pori-pori kulit tiap individu

berbeda, hal ini dapat mempengaruhi

ketertarikan nyamuk untuk hinggap.

Sedangkan faktor lingkungan yang dapat

mempengaruhi efektivitas repelen adalah suhu

dan kelembaban ruangan. Suhu dan

kelembaban berkaitan dengan proses

metabolisme dan keadaan oviparitas yang

menjadi penentu keaktivan nyamuk dalam

mendeteksi host untuk menghisap darah.38

Selama pengujian berlangsung suhu ruangan

Page 7: Potensi Minyak Atsiri Bunga Lawang (Illicium verum

Potensi Minyak........(Lestari, dkk)

19

antara 26-28°C dan kelembaban sekitar 69-

74%. Suhu dan kelembaban ruangan dengan

rentang tersebut masih sesuai untuk aktivitas

nyamuk dalam menggigit. Suhu dan

kelembaban optimal untuk aktivitas menggigit

nyamuk adalah pada suhu 25°C dan

kelembaban antara 70-90%.39 Hasil penelitian

Syahribulan tahun 2010 mengenai waktu

aktivitas menghisap nyamuk Aedes sp.

menyatakan bahwa aktivitas nyamuk tertinggi

ditemukan pada suhu 28°C dan kelembaban

86%.40

KESIMPULAN

Minyak atsiri bunga lawang pada

konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40% dan 50%

dapat dijadikan sebagai alternatif pengusir

nyamuk Ae. aegypti karena mampu

memberikan perlindungan selama 1 sampai 2

jam terhadap gigitan nyamuk Ae. Aegypti.

SARAN

Perlu penelitian lebih lanjut untuk

mencari dosis minyak atsiri bunga lawang

yang efektif dalam menolak nyamuk Ae.

aegypti. Minyak atsiri bunga lawang dapat

dimurnikan atau dikombinasikan dengan

senyawa lain atau formula yang membuat

minyak atsiri lebih tahan lama dalam menolak

nyamuk.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada

Kepala Balai Litbang P2B2 Banjarnegara, Dra.

Blondine Christina, M.Kes, Prof. Dr. Amrul

Munif, M.Sc, Prof. Dr. Yanni Sudiyani, M.Agr

selaku pembimbing dan Bina Ikawati, SKM,

M.Kes atas saran dan masukan yang diberikan.

Dr. Sayekti Wahyuningsih, M.Si selaku

Kepala Laboratorium MIPA Terpadu UNS,

Bapak Widyo Wartono selaku dosen kimia

UNS, serta tim teknis dan relawan uji Balai

Litbang P2B2 Banjarnegara.

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Dengue and severe dengue [Internet].

2015 [cited 2015 Nov 4]. Available from:

http://www.who.int/.

2. Kementerian Kesehatan RI. Demam berdarah

dengue di Indonesia tahun 1968-2009. Bul

Jendela Epidemiol. 2010;2:1–14.

3. Kementerian Kesehatan RI. Profil kesehatan

Indonesia tahun 2017. Jakarta; 2018.

4. Depkes RI. Pencegahan dan pemberantasan

demam berdarah dengue di Indonesia. Jakarta:

Direktorat Jenderal PP dan PL; 2005.

5. Medikanto BR, Setyaningrum E. Pengaruh

ekstrak daun legundi (Vitex trifolia L.) sebagai

repellent terhadap nyamuk Aedes aegypti. Med J Lampung Univ. 2013;2(4):35–43.

6. Mustanir, Rosnani. Isolasi senyawa bioaktif

penolak (repellent) nyamuk dari ekstrak

aseton batang tumbuhan legundi (Vitex

trifolia). Littro. 2008;XIX(2):174–80.

7. CDC. Avoid dengue by preventing mosquito

bites [Internet]. 2018 [cited 2018 Sep 24].

Available from:

https://www.cdc.gov/features/avoid-

dengue/index.html.

8. Djojosumarto P. Pestisida dan aplikasinya.

Jakarta: PT Agromedia Pustaka; 2008.

9. Soedarto. Entomologi kedokteran. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1992.

10. Maia MF, Moore SJ. Plant-based insect

repellents : a review of their efficacy,

development and testing. Malar J.

2011;10(Suppl 1):S11.

11. Ramar M, Ignacimuthu S, Paulraj MG.

Mosquito knock-down and adulticidal

activities of essential oils by vaporizer,

impregnated filter paper and aerosol methods.

Int J Mosq Res. 2014;1(3):26–32.

12. Joker D, Luu NDT. Illicium verum Hook. f.

Seed Leaflet. 2002;52.

13. Saraswathy A, Vidhya B, Amala K. Comparative HPTLC fingerprint profile of

Illicium verum. J Pharmacogn Phytochem.

2013;1(5):96–105.

14. Tambwe MM, Mbeyela EM, Massinda BM,

Moore SJ, Maia MF. Experimental hut

evaluation of linalool spatial repellent agar gel

against Anopheles gambiae sensu stricto

mosquitoes in a semi-field system in

Bagamoyo, Tanzania. Parasites and Vectors.

Page 8: Potensi Minyak Atsiri Bunga Lawang (Illicium verum

BALABA Vol. 15 No. 1, Juni 2019: 13-22

20

2014;7:550.

15. Ekowati D, Abid AN, Merari J. Uji aktivitas

minyak atsiri kulit buah jeruk nipis (Citrus

aurantifolia, Swingle) dalam sediaan lotion

sebagai repelan terhadap nyamuk Aedes

aegypti. Biomedika. 2013;6(1):18-23. doi:

10.31001/biomedika.v6i1.241.

16. Sanjaya Y, Adisenjaya, Yusuf H, Wijayanti L.

Efektivitas daya tolak ekstrak Geranium Radula Cavan terhadap nyamuk Aedes aegypti

(Linn.). Bionatura-Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati

dan Fis. 2014;16(2):62–7.

17. Cassel E, Vargas RMF, Martinez N, Lorenzo

D, Dellacassa E. Steam distillation modeling

for essential oil extraction process. Ind Crops

Prod. 2009;29(1):171–6.

18. Yovita VSR. Optimasi parafin cair sebagai

emolien dan gliserol sebagai humektan dalam sediaan krim ekstrak kulit buah manggis

(Garcinia mangostana L.) serta uji aktivitas

antioksidan. Tesis. Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta;

2016.

19. Supranto J. Teknik sampling untuk survei dan

eksperimen. Jakarta: PT Rineka Cipta; 2000.

20. Kementerian Pertanian. Metode standar

pengujian efikasi pestisida rumah tangga dan

pengendalian vektor. Jakarta: Direktorat Pupuk dan Pestisida, Dirjen Prasarana dan

Sarana Pertanian; 2012.

21. Wei L, Hua R, Li M, Huang Y, Li S, He Y.

Chemical composition and biological activity

of star anise Illicium verum extracts against

maize weevil, Sitophilus zeamais adults. J

insect Sci. 2014;14(80):1–13.

22. Chaiyasit D, Choochote W. Essential oils as

potential adulticides against two populations of Aedes aegypti, the laboratory and natural

field strains, in Chiang Mai Province,

Northern Thailand. Parasitol Res.

2006;99(6):715–21.

23. Mario Vargas V. An update on published

literature (period 1992-2010) and botanical

categories on plant essential oils with effects

on mosquitoes (Diptera: Culicidae). Bol

Malariol y Salud Ambient. 2012;52(2):143–

93.

24. Marina R, Astuti EP. Potensi daun pandan

(Pandanus amaryllifolius) dan repellen

nyamuk Aedes albopictus. Aspirator.

2012;4(2):85–91.

25. Lestari E, Wahyudi BF, Ustiawan A, Dewi DI.

Daya tolak bunga lawang (Illicium verum)

terhadap nyamuk Aedes aegypti. Laporan

Akhir Penelitian Risbinkes. Banjarnegara:

Balai Litbang P2B2 Banjarnegara; 2015.

26. Traboulsi AF, El-Haj S, Tueni M, Taoubi K,

Nader NA, Mrad A. Repellency and toxicity

of aromatic plant extracts against the mosquito Culex pipiens molestus (Diptera: Culicidae).

Pest Manag Sci. 2005;61(6):597–604.

27. Chouksey D, Sharma P, Pawar RS. Biological

activities and chemical constituents of Illicium

verum hook fruits (Chinese star anise). Der

Pharm Sin. 2010;1(3):1–10.

28. Orwa. Illicium verum. In: Agroforesty

Database 40. 2009. p. 1–5.

29. Renaninggalih R, Mulkiya K, Sadiyah ER.

Karakterisasi dan pengujian aktivitas penolak

nyamuk minyak atsiri daun kecombrang

(Etlinera elatior (Jack) R. M. Smith). In:

Prosiding SnaPP 2014 Sains, Teknologi dan

Kesehatan. 2014. p. 483–90.

30. Zongliang H. Anethole development trends.

In: Conference Proceedings at the IFEAT

International Conference in Singapore

Essential Asia. 2012. p. 103–11.

31. Liu ZL, Yu M, Li XM, Wan T, Chu SS.

Repellent activity of eight essential oils of

chinese medicinal herbs to Blattella

germanica L . ACG Publ Rec Nat Prod.

2011;5(3):176–83.

32. Tunc I, Erler F. Repellency and repellent

stability of essential oil constituents against

Tribolium confusum. J Plant Dis Prot.

2003;110(4):394–400.

33. Hadi S, Christina B. Uji efikasi repelen “X”

terhadap nyamuk Aedes aegypti, Culex

quinquefasciatus dan Anopheles aconitus di

laboratorium. J Vektora. 2009;1(2):102–9.

34. Hodijah DN, Widawati M. Potential topical

natural repellent agains Ae. aegypti, Culex sp.

and Anopheles sp. mosquitoes. Heal Sci J

Indones. 2014;5(1):44–8.

35. Iovinella I, Pelosi P, Conti B. A rationale to

design longer lasting mosquito repellents. Parasitol Res. 2014;113:1813–20.

36. Winangsih, Prihastanti E, Parman S. Pengaruh

Page 9: Potensi Minyak Atsiri Bunga Lawang (Illicium verum

Potensi Minyak........(Lestari, dkk)

21

metode pengeringan terhadap kualitas

simplisia lempuyang wangi (Zingiber

aromaticum L.). Bul Anat dan Fisiol.

2013;21(1):19–25.

37. Cahyadi A. Daya tolak infusa daun pandan

wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)

terhadap petetakan telur nyamuk Aedes spp.

Naskah Publikasi. Fakultas Kedokteran

Universitas Tanjungpura. Pontianak; 2013.

38. Reiter P. Climate change and mosquito-borne

disease. Environ Health Perspect.

2001;109(Supplement 1):141–61.

39. Hendri J, Santya RNRE, Prasetyowati H.

Distribusi dan kepadatan vektor demam

berdarah dengue (DBD) berdasarkan

ketinggian tempat di Kabupaten Ciamis Jawa

Barat. J Ekol Kesehat. 2015;14(1):17–28.

40. Syahribulan, Biu FM, Hassan MS. Waktu

aktivitas menghisap darah nyamuk Aedes

aegypti dan Aedes albopictus di Desa

Pa’lanassang Kelurahan Barombing Makassar

Sulawesi Selatan. J Ekol Kesehat.

2012;11(4):306–14.

Page 10: Potensi Minyak Atsiri Bunga Lawang (Illicium verum

BALABA Vol. 15 No. 1, Juni 2019: 13-22

22