potensi limbah bungkil jarak pagar (jatropha curcas linn) sebagai termisida organik ramah lingkungan
TRANSCRIPT
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
POTENSI LIMBAH BUNGKIL JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn)
SEBAGAI TERMISIDA ORGANIK RAMAH LINGKUNGAN
BIDANG KEGIATAN
PKM Penelitian
Diusulkan oleh :
Ketua kelompok : Jauhar Khabibi (E24070052/2007)
Anggota kelompok: Nurhasanah (E24060556/2006)
Ahmad Werdhi Kausar (E24070007/2007)
Ina Suhartina (E24070020/2007)
Dedi Dendi Wijaya (E24070029/2007)
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
HALAMAN PENGESAHAN INSTITUSI
1. Judul Kegiatan : Potensi Limbah Bungkil Jarak (Jatropha curcas
Linn) Sebagai Termisida Organik Ramah
Lingkungan.
2. Bidang Kegiatan : () PKM-P.
3. Bidang Ilmu : () Pertanian.
4. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Jauhar Khabibi.
b. NIM : E24070052
c. Jurusan : Teknologi Hasil Hutan.
d. Universitas/Institut/Politeknik : Institut Pertanian Bogor.
e.Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jalan Balio No. 9 RT/RW 01/07,
Dramaga, Bogor 16680/085645273634
f. Alamat email : [email protected]
5. Anggota Pelaksana Kegiatan : 4 orang.
6. Dosen Pembimbing
a. Nama Lengkap dan Gelar : Prof. Dr. Ir. Fauzi Febrianto, MS.
b. NIP : 19630209 198903 1 002
c.Alamat Rumah dan No Tel./HP : KPP IPB Alam Sinarsari Blok C No. 76
Cibeureum, Dramaga, Bogor
/0251-8622220.
7. Biaya Kegiatan Total
a. DIKTI : Rp. 7000.000
b. Sumber Lain : -
8. Jangka Waktu Pelaksanaan : 4 Bulan.
Bogor, 21 Oktober 2009
Menyetujui,
Ketua Departemen Hasil Hutan Ketua Pelaksana Kegiatan
( Dr. Ir. Dede Hermawan, MSc) (Jauhar Khabibi)
NIP. 19630711 199103 1 002 NIM. E24070052
Wakil Rektor Dosen Pembimbing
Bidang Akademik dan Kemahasiswaan IPB
(Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS) (Prof. Dr. Ir. Fauzi Febrianto, MS)
NIP. 19581228 198503 1 003 NIP. 19630209 198903 1 002
TARGET LUARAN Luaran yang diharapkan dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah
membuktikan bahwa limbah jarak pagar (Jatropha curcas Linn) mempunyai sifat
anti rayap sehingga dapat digunakan sebagai bahan anti rayap organik yang ramah
lingkungan. Selain itu, juga untuk mendapatkan informasi ilmiah tentang sifat anti
rayap dari limbah Jatropha curcas Linn. sehingga informasi ilmiah tersebut dapat
digunakan sebagai bahan publikasi ilmiah.
METODE
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan,
Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian
ini akan dilaksanakan mulai dari bulan Februari sampai dengan Mei 2010.
2. Bahan dan Alat
a. Bahan
Bahan baku utama yang digunakan adalah limbah bungkil jarak pagar
(Jatropha curcas). Bahan pelarut yang digunakan adalah etil asetat, etanol, n-
heksan, aseton dan aquades. Bahan lainnya yang digunakan adalah aluminium
foil, alkohol 70%, kertas selulosa, kain hitam, karet gelang dan pasir. Pada waktu
uji keawetan alami yang diperoleh dari ekstraksi limbah bungkil jarak pagar
digunakan rayap tanah (Coptotermes curvignathus).
b. Alat
Alat-alat yang digunakan antara lain golok, willey mill (alat untuk
membuat serbuk agar diperoleh ukuran tertentu), mesh screen ukuran 40-60 mesh,
stoples besar (diameter 20 cm dan tinggi 30 cm), spatula, rotary vacuum
evaporator, funnel saparator, petridish, timbangan, oven, labu erlenmeyer, gelas
piala, gelas ukur, suntikan, masker, kain kasa, sarung tangan , kertas label, botol
tempat pengumpanan terhadap rayap dan botol penyimpan hasil ekstraksi.
3. Persiapan Bahan
Limbah bungkil jarak pagar yang diperoleh dari pabrik pengolahan
biodisel dari jarak pagar dijemur di bawah sinar matahari selama beberapa hari
sampai kering udara dengan kadar air 12% sampai 15%. Bahan yang telah
dikeringkan digiling dengan menggunakan Willey Mill atau dengan grinder.
Setelah itu serbuk disaring dengan menggunakan ayakan serbuk mekanik untuk
mendapatkan ukuran serbuk 40-60 mesh. Sebelum dilakukan proses ekstraksi,
dilakukan pengukuran kadar air serbuk kering tanur sampai diperoleh kadar air
kering udara.
4. Proses Ekstraksi
Sebanyak 2000 gram serbuk bungkil jarak pagar dalam keadaan kering
udara yang berukuran 40-60 mesh dimasukkan ke dalam stoples besar dan sedikit
demi sedikit dimasukkan pelarut aseton sehingga seluruh serbuk terendam dengan
perbandingan tinggi serbuk dan pelarut 1 : 3. Campuran ini diaduk sesering
mungkin dengan menggunakan spatula kemudian disimpan. Setelah 48 jam
larutan ekstraknya disaring ke botol lain. Ekstraksi ini dilakukan berulang kali
sehingga diperoleh larutan ekstrak yang jernih dan disimpan dalam wadah yang
tertutup rapat.
Ekstrak aseton yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan rotary
evaporator pada suhu 30-40˚C sehingga mencapai volume 1 liter. Dari jumlah 1
liter tersebut diambil 10 ml dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer yang kering
dan telah diketahui beratnya untuk diuapkan hingga kering. Selanjutnya dilakukan
pengeringan dengan oven pada suhu ± 150˚C selam 3 jam sehingga beratnya
konstan. Setelah dingin lalu ditimbang untuk mengetahui berat kering ekstrak
aseton yang diperoleh. Dari 990 ml aseton yang tersisa, diambil 50 ml dan
dievaporasikan sehingga volumenya menjadi 100 ml. Ekstrak aseton ini
difraksinasi secara berturut-turut dengan pelarut n-heksan, etil asetat dan etanol.
Fraksinasi yang dilakukan adalah dengan cara memasukkan larutan yang
telah kental ke dalam funnel separator, kemudian ditambah dengan pelarut n-
heksan sebanyak 75 ml dan aquades 20 ml. Campuran ini dikocok dan dibiarkan
sehingga terjadi pemisahan, fraksi terlarut n-heksan dipisahkan dari residu dan
dimasukkan ke dalam botol yang tertutup rapat. Fraksinasi dilakukan selama 3
kali. Residu hasil fraksinasi dengan n-heksan yang tertinggal dalam funnel
separator selanjutnya ditambahkan lagi dengan pelarut etil asetat sebanyak 75 ml.
selanjutnya dikocok dan dibiarkan sampai terjadi pemisahan seperti halnya
fraksinasi dengan n-heksan. Setelah terjadi pemisahan, fraksi terlarut etil asetat
dipisahkan dan disimpan pada botol yang tertutup rapat. Fraksinasi ini dilakukan
selama 3 kali.
Tahapan terakhir dari fraksinasi bertingkat ini adalah dengan
menggunakan pelarut etanol. Residu hasil fraksinasi dengan pelarut etanol
selanjutnya difraksinasi dengan pelarut asetat sebanyak 75 ml. fraksinasi ini
dilakukan sama seperti fraksinasi dengan tiga pelarut sebelumnya dan dilakukan
sebanyak tiga kali fraksinasi. Untuk lebih jelasnya tahap fraksinasi bertingkat
dengan empat macam diatas secara skematis dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.
Potongan biji
jarak pagar
Fraksi terlarut
n-heksan
Fraksi terlarut
etil asetat
Fraksi terlarut
etanol
Fraksi tak
terlarut
Residu
Residu
Ekstrak aseton
Gambar 1. Skema ekstraksi dan fraksinasi dari bungkil jarak pagar
5. Penentuan Kadar Ekstraktif
Larutan hasil ekstraksi dengan pelarut aseton, n-heksan, etil asetat, etanol
dan residu, dikeringkan pada suhu antara 40-60˚C. Kadar ekstraktif dari hasil
ekstrasi masing-masing pelarut dihitung terhadap berat kering tanur srbuk dengan
menggunakan rumus (Lestari 2003), yaitu :
Kadar ekstraktif = (Wa / Wb) x 100%
Keterangan: Wa = berat padatan ekstraktif (gr)
Wb = berat kering tanur serbuk (gr)
6. Pembuatan Konsentrasi Larutan Ekstrak
Setelah memperoleh padatan zat ekstraktif yang dilakukan dengan
pengeringan di dalam oven pada suhu 40-60˚C dan dikering udarakan, tahap
selanjutnya adalah pembuatan konsentrasi larutan ekstrak dengan menggunakan
pelarut aseton pada masing-masing fraksi. Setiap fraksi telarut dan residu dirubah
menjadi beberapa taraf konsentrasi larutan ekstrak yaitu 0%, 2%, 4%, 6%, 8% dan
10% (Sutarmaji 2005). Taraf konsentrasi 0% digunakan sebagai kontrol pada yang
akan diumpankan ke rayap. Penentuan konsentrasi larutan ekstrak dibuat
berdasarkan perbandingan berat padatan ekstrak.
7. Pengujian Sifat Anti Rayap
a. Persiapan contoh uji
Pengujian terhadap rayap dilakukan dengan menggunakan metode
pengujian dengan rayap kayu kering. Kayu ukuran 2.5 cm x 2.5 cm x 5 cm
dikeringkan pada suhu 103 ± 2˚C selama 24 jam untuk mengetahui berat kering
tanurnya. Setelah dikerngkan contoh uji ditimbang untuk mengetahui berat
awalnya (Bko). Jumlah contoh uji sebanyak 72 buah yaitu kombinasi 6
konsentrasi larutan (0%, 2%, 4%, 6%, 8% dan 10%), 4 jenis pelarut dan 3 kali
ulangan.
b. Pemberian ekstrak pada contoh uji
Pemberian ekstrak pada contoh uji dilakukan dengan cara penambahan
larutan ekstraktif pada kertas uji sesuai dengan perbandingan berat zat ekstraktif
terhadap berat kertas (w/w) dengan konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10% pada
cawan petri sampai pelarut menguap atau mencapai kering udara.
c. Pengumpanan terhadap rayap
Kertas uji yang telah diberi larutan ekstrak bungkil jarak pagar
dimasukkan ke dalam botol uji dengan media berupa pasir sebanyak 10 gram
dengan ukuran 30 mesh sampai 50 mesh dengan panambahan air aquades
sebanyak 2 ml untuk menjaga kelembaban. Sebanyak 50 ekor rayap kayu kering
yang terdiri atas 45 ekor kasta pekerja dan 5 ekor rayap prajurit dimasukkan ke
dalam botol dan didiamkan selama 4 minggu di tempat yang gelap. Selama 4
minggu tersebut, dilakukan pengamatan untuk mengetahui tingkat mortalitas
rayap tanah.
Penutup botol (kain hitam)
Botol uji
Rayap kayu kering (50 ekor)
Kayu sengon 2.5cmx2.5cmx5cm
Gambar 2. Metode pengumpanan contoh uji
d. Perhitungan mortalitas rayap
pengujian efektivitas ekstraksi terhadap daya tahan rayap dilakukan
selama 4 minggu pengumpanan. Data yang diambil adalah mortalitas rayap tanah
setiap minggu pengumpanan, sedangkan perhitungan persentase mortalitas
menggunakan rumus (Lestari 2003), yaitu :
Ki = Mi x 100%
50
Keterangan : Ki = Persentase kematian rayap pada contoh uji ke-i
Mi = Jumlah mortalitas rayap pada contoh uji ke-i
e. Perhitungan presentase penurunan berat contoh uji Pengujian aktivitas zat ekstraktif sebagai antifeedant rayap dilakukan
setelah melewati masa pengumpanan selama 4 minggu. Laju konsumsi dinyatakan
dalam bentuk kehilangan berat contoh uji dihitung pada akhir pengamatan.
Sebelum dilakukan penumbangan berat, contoh uji harus dibersihkan dahulu agar
tidak ada kotoran yang mempengaruhi berat kertas tersebut dan juga rayap yang
mati tidak menempel di contoh uji.
Setelah 28 hari, umpan yang tersisa dikeluarkan dari dalam botol gelas,
dibersihkan dan dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 103±2ºC sampai
beratnya konstan. Penimbangan dilakukan untuk mendapatkan berat akhir kertas
uji (W2) sehingga dapat diketahui persen kehilangan berat kertas uji, dengan
menggunakan rumus, yaitu :
Kehilangan berat umpan (%) = { (W1-W2) / W1} x 100%
Keterangan : W1 = Berat umpan awal (gr)
W2 = Berat umpan akhir (gr)
8. Analisis Data
Pada penelitian ini, untuk mengetahui pengaruh jenis pelarut ekstrak dan
konsentrasi larutan ekstraktif terhadap kehilangan berat contoh dan mortalitas
rayap dilakukan analisis statistik faktorial dengan 2 faktor, yaitu : faktor A
(Konsentrasi ekstrak dengan 6 taraf yaitu 0%, 2%, 4%, 6%, 8% dan 10%) dan
faktor B (jenis pelarut ekstrak dengan 4 taraf yaitu aseton, n-hexane, etil asetat
dan eti-eter) yang masing-masing menggunakan 3 kali ulangan. Tingkat
konsentrasi 0% digunakan sebagai kontrol perlakuan pada pengujian taraf
perbedaan konsentrasi dan jenis pelarut yang digunakan. Model rancangan
percobaan statistik yang akan digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
Yijk = µ + Ai + Bj(i) + ε(ijk)
i = 1, 2, 3, 4 ; j = 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan k = 1, 2, 3
Dimana :
Yijk = Respon karena pengaruh taraf ke-i faktor B (konsentrasi ekstrak)
yang terserang.
µ = Nilai rata-rata.
Ai = Pengaruh taraf ke I faktor A (Jenis pelarut ekstrak).
Bj(i) = Penngaruh taraf ke j faktor B (Konsentrasi larutan ekstrak).
ε(ijk) = Kesalahan percobaan pada taraf ke-j faktor B yang terserang pada taraf
ke-i faktor A pada ulangan ke-k atau galat percobaan.
Analisis data di atas dapat menggunakan software computer berupa SPSS, excel
dan minitab sehingga dapat diketahui pengaruh dari hasil ektrak dari limbah
bungkil jarak pagar dengan pelarut tertentu yang menggunakan perlakuan kadar
konsentrasi yang diberikan pada contoh uji yang telah diumpankan ke rayap.
KETERCAPAIAN TARGET LUARAN
Target yang telah dicapai dari selama kurang lebih 1,6 bulan menjalani penelitian
ini antara lain, yaitu : 1. Ekstrak aseton, 2. Ekstrak n-heksan, 3. Ekstrak etil asetat,
dan 4. Ekstrak etanol dari limbah bungkil jarak. Dari ekstrak ini perlu dicari kadar
ekstrak kering untuk membuat konsentrasi ekstrak. Setelah didapatkan konsentrasi
yang di inginkan dilakukan pengujian terhadap rayap kayu kering. Pelaksanan
kegiatan saat ini telah mencapai 60 %.
PERMASALAHAN DAN PENYELESAIANNYA
a. Administratif.
Tidak ditemukan adanya permasalahan administratif dalam penelitian ini.
b. Teknis. Kendala dalam hal pelarut, pelarut etil eter tidak digunakan dalam proses
ekstraksi, karena etil eter sangat mudah menguap pada suhu kamar,
sehingga pelarut etil eter diganti menjadi pelarut etanol. Kendala lain
dalam hal penggunaan laboratorium, karena dalam penggunaan alat di
laboratorium harus bergantian dengan praktikan lainnya. Selain itu, kami
juga mengganti jenis rayap tanah menjadi rayap kayu kering karena
adanya kemiripan tema dengan PKM yang diajukan oleh kelompok lain.
c. Organisasi Pelaksana. Tim terdiri dari 4 orang dimana pengordiniran tugas dibagi menjadi 3
orang yang bekerja di lapangan sedangkan 1 orang akan mengurus bagian
administrasi. Tapi ketika pelaksanaan hal ini sering terkendala oleh jadwal
kuliah dan praktikum untuk dilakukan disiang hari sehingga sedikit
terkendala oleh kesesuaian jadwal.
d. Keuangan. Tidak ditemukan adanya permasalahan keuangan dalam penelitian ini
PENGGUNAAN BIAYA
Jumlah Satuan
Harga
Satuan
(Rp)
Harga
Total
(Rp)
Sub Total
(Rp)
1. Bahan baku
a. Habis sekali pakai
Limbah bungkil jarak 10 Kg 1.000 100.000
1.540.000
Aseton 15 Liter - 700.000
n-heksan 5 Liter - 150.000
etanol 5 Liter - 175.000
Etil asetat 5 Liter - 175.000
Aguades 20 Liter - 200.000
b. Tidak habis sekali pakai
Saringan 4 Buah 10.000 40.000
2. Pembelian peralatan penunjang
Gomus + B3
Pisau Buah
924.000
Golok Buah
Gunting 5 Buah 15.000 75.000
Karung beras Buah
Marker 3 Buah 6.000 18.000
Trash bag 10 lembar 2.000 20.000
Label 4 Buah 4.500 18.000
Alat tulis 5 Buah 2.000 10.000
Aluminium foil 5 lembar 25.000 125.000
Corong kecil 3 Buah 4.000 12.000
Kuas 5 Buah 11.000 55.000
Masker plastik 3 Buah 60.000 180.000
Ember 1 Buah 25.000 25.000
Toples kecil 72 Buah 3000 216.000
Papan tulis Buah
Botol bening 10 Buah 10.000 100.000
Kain kasa 1 gulung 15.000 15.000
Karet gelang 2 bungkus 10.000 20.000
Sarung tangan 5 pasang 7.000 35.000
4. Biaya lain-lain
a. Studi pustaka
760.000
Internet 10 Jam 3.000 30.000
b. Pembuatan
proposal 60.000
c. Sewa
laboratorium
d. Pemeliharaan
alat laboratorium 300.000
e. Biaya
transportasi 200.000
f. Pembuatan
laporan
Flashdisk 1 Buah 125.000 125.000
Sewa komputer 30 Jam 1.500 45.000
Copy dan jilid eksemplar
g. Dokumentasi
Sewa kamera Buah
Baterai Pack
Jumlah biaya total 3.224.000
Keterangan : Masih terdapat beberapa peralatan yang belum dibeli.
DOKUMENTASI KEGIATAN
Persiapan Bahan Baku
Penyaringan serbuk jarak Penimbangan serbuk jarak
Serbuk yang telah diberi larutan aseton
Perolehan Ekstrak Aseton
Penyaringan serbuk rendaman aseton Ekstrak aseton yang diperoleh
Evaporasi ekstrak aseton
Proses fraksinasi dan evaporasi
fraksinasi dengan n-heksan Pengambilan ekstrak n-heksan
Evaporasi ekstrak Ekstrak n-heksan
Pengocokan saat Fraksinasi Evaporasi
Ekstrak etil asetat