perubahan fungsi mental pada lansia 2

Upload: regiliana-purnamawati-rahayu

Post on 01-Mar-2016

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Keperawatan Jiwa

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa lansia bukan hanya dihadapkan pada permasalahan kesehatan jasmaniah saja, tapi juga permasalahan gangguan mental dalam menghadapi usia senja. Sejalan dengan semakin baiknya status kesehatan masyarakat, usia harapan hidup masyarakat Indonesia juga semakin tinggi, sehingga mengakibatkan jumlah lansia juga semakin bertambah.

Saat ini, jumlah lansia yang ada di Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik mencapai 18,7 juta orang (8,5%) dari jumlah penduduk Indonesia. Jumlah ini akan menjadikan Indonesia menempati urutan ke-4 terbanyak negara berpolulasi lansia setelah Cina, India dan Amerika. Berdasarkan Survei Kesehatan Depkes RI, menyatakan, gangguan mental pada usia 55-64 tahun mencapai 7,9%, sedangkan yang berusia di atas 65 tahun 12,3%. Angka ini diperkirakan akan semakin meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Karenanya pengenalan masalah mental sejak dini merupakan hal yang penting, sehingga beberapa gangguan masalah mental pada lansia dapat dicegah, dihilangkan atau dipulihkan.

Jika tidak didiagnosis dan diobati tepat waktu kondisi tersebut dapat mengalami perburukan dan membutuhkan penanganan yang kompleks. Kepandaian menyiasati dapat menjadikan masa tua yang menyenangkan, produktif dan energik tanpa harus merasa tua dan tidak berdaya.

Dengan penjelasan di atas, kami tertarik untuk membahas gangguan fungsi mental pada lansia lebih lanjut. Kami sebagai calon perawat tertarik untuk membahas tentang asuhan keperawatan gangguan fungsi mental pada lansia.1.2 Rumusan Masalah

Dalam tulisan ini kami merumuskan masalah sebagai berikut ;1. Apa pengertian mental ?2. Aspek-aspek apa saja yang ada di Mental ?3. Aspek-aspek apa saja Yang Mempengaruhi Perubahan Fungsi Mental Pada Lansia ?4. Masalah apa saja Di Bidang Psikogeratri ?5. Apa Factor-faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Mental ?1.3 Tujuan Dari PermasalahanSetelah selesai membaca bab ini pembaca diharapkan mengetahui serta dapat memahami tentang perubahan fungsi mental pada lanjut usia.

1.4 Metodelogi Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah dengan menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan mencari sumber dari berbagai literature baik itu buku maupun dari berbagai media elektronik.1.5 Sistematika PenulisanAdapun sistematika dari penulisan makalah ini terdiri dari:

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

1.4 Metodologi Penulisan

1.5 Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKABAB II

PEMBAHASAN2.1 Pengertian Mental

Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur (usia 60 tahun ke atas) pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Pada kelompok yang dikategorikan lansi ini akan terjadi suatu proses yang disebut aging proses.

Mental berasal dari kata latin yaitu mens, mentis yang artinya: jiwa, nyawa, sukma, roh, semangat (Kartini Kartono, 1987:3). Sedangkan dalam kamus psikologi Kartini Kartono, (1987:278) mengemukakan: mental adalah yang berkenaan dengan jiwa, batin ruhaniah. Dalam pengertian aslinya menyinggung masalah: pikiran, akal atau ingatan. Sedangkan sekarang ini digunakan untuk menunjukkan penyesuaian organisme terhadap lingkungan dan secara khusus menunjuk penyesuaian yang mencakup fungsi-fungsi simbolis yang disadari oleh individu.

Pengertian mental dalam kamus besar bahasa Indonesia, (1991:647) adalahBerkenaan dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan atau tenaga, Bukan bersifat badan atau tenaga: bukan hanya pembangunan fisik yang diperhatikan melainkan juga pembangunan batin dan watak.

Mental secara istilah dapat diartikan dengan semangat jiwa yang tegar, yang aktif, yang mempengaruhi perilaku hidup dan kehidupan manusia (Mawardi Labay El- Sulthani, 2001:2).

Melihat dari pernyataan diatas, maka mental bisa diartikan sesuatu yang berada dalam tubuh (fisik) manusia yang dapat mempengaruhi perilaku, watak dan sifat manusia di dalam kehidupan pribadi dan lingkungannya.Teori Ericson Usia LanjutTahap Erikson : Integrity vs Despair (Integritas dan Kekecewaan)Periode Perkembangan : masa akhir dewasa (60 tahunan)Karakteristik :Masa untuk melihat kembali apa yang telah kita lakukan dalam kehidupan kita, harapan positif.1.Kehidupan baik : merasa puas / integritas.2.Masa lalu negatif : keputusasaan.3.Memaknai yang terjadi, merevisi dan memperluas pemahaman. Pada tahap ini, memiliki tiga makna biologis, emosional dan terpencil.Masa ini dimulai sekitar usia 60, ketika seseorang mulai meninggalkan masa-masa aktif di masyarakat dan bersiap untuk hidup lebih menyendiri. Sangat berbeda dengan rata-rata orang yang ketakutan dengan datangnya usia tua, maka bagi Erikson, ini adalah masa yang sama pentingnya dengan fase-fase sebelumnya. Bahkan, masa ini merupakan masa yang paling penting karena ini adalah masa terakhir di mana kita harus bersiap untuk meninggalkan dunia ini. Tugas kita saat ini adalah mengembangkan "ego integrity", Integritas Diri, suatu rasa harga diri untuk tidak takut mati karena telah melalui hidup.Lawan dari rasa integritas diri ini adalah Despair atau rasa putus asa. Orang-orang yang putus asa pada masa usia lanjut ini ditandai dengan :1.meluapnya rasa jijik pada diri mereka sendiri,2.jijik terhadap kegagalan mereka,3.jijik dengan cara mereka menyia-nyiakan hidup.4.Orang-orang ini seringkali penuh amarah pada mereka yang juga gagal, menganggap itu hasil kebodohan Orang-orang itu sendiri.5.Namun juga marah dan iri pada yang berhasil.Intinya, sebagian besar Orang-orang ini putus asa dan memandang hidup dengan negatif.Kenapa putus asa? karena masa-masa ini memang penuh dengan hal-hal yang membuat kita bisa sengsara secara emosional. Fisik yang makin melemah membuat banyak orang lanjut usia makin tergantung pada orang lain. Celakanya ketergantungan ini dibarengi oleh berkurangnya kemampuan cari uang dan menurunnya manfaat bagi orang lain.

Wanita mengalami hal khusus dengan datangnya menopause dan banyak yang melihat datangnya menopause ini sebagai masa pintu gerbang menuju masa tua yang dipenuhi oleh penyakit-penyakit sepertikanker payudara, kanker rahim, dan osteoporosis.Lelaki yang hidup dari kepedulian dan kepekaan orang sekeliling sebagai pencari uang kini hilang kemampuan cari uangnya padahal keinginan diperdulikan semakin besar. Kemudian, teman dan saudara mulai menghilang, ada yang meninggal, ada yang pindah diboyong keluarganya ke tempat lain dan ada yang levelnya sudah ganti (jadi jauh lebih kaya atau jauh lebih miskin) sehingga menjadi sulit berhubungan lagi.Paling berat adalah memory dan regret. Sangat jarang ada orang tua yang tidak menyesali masa lalunya, masa di mana mereka seharusnya melakukan hal yang seharusnya. Rata-rata mereka berharap melakukan hal-hal yang kini akhirnya berdampak buruk seperti:1.bersekolah lebih giat,2.tidak berteman dengan si A,3.lebih sayang pada anak atau menantunya, dll.Yang unik dari kenangan ini adalah bahwa mereka tidak punya kesempatan untuk memperbaiki sehingga ada penyesalan tapi tidak ada pengobatan. Mereka yang berhasil mengembangkan Ego Integrity, masih memiliki penyesalan tetapi mereka telah berdamai dengan masa lalu, menerima bahwa ada hal yang bisa mereka lakukan dengan lebih baik, dan ada hal yang mereka telah lakukan sebaik mungkin, dilihat dari konteks saat itu. Dan mereka ini siap apabila harus meninggal. Kalau mereka yang "Despair" atau putus asa ini memiliki rasa "Disdain" atau jijik pada hidup, maka mereka yang putus asa ini menginginkan keluarganya berhasil supaya tidak seperti dia. Tetapi caranya agak cenderung memaksa, memarahi dan menyesali sehingga membuat orang-orang di dekatnya kebingungan melayaninya karena melakukan kesalahan terus.2.2 Aspek-aspek Mental

Manusia adalah makhluk yang pada dasarnya baik dan selalu ingin kembali pada kebenaran yang sejati, karena pada diri manusia mempunyai. Aspek-aspek jiwa yang bisa mempengaruhi segala sikap dan tingkah laku manusia. Bertolak dari pernyataan maka aspek-aspek manusia dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Kartini Kartono (2000:6) mengemukakan bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia adalah keinginan, tindakan, tujuan, usaha-usaha, dan perasaan.

Keinginan: perihal yang diinginkan.

Tindakan : perbuatan; sesuatu yang dilakukan. Sesuatu yang dilaksanakan untuk mengatasi sesuatu.

Tujuan : arah yang dituju, maksud atau tuntutan.

Usaha

: kegiatan untuk mengarahkan tenaga, pikiran atau badan

untuk mencapai suata maksud.

Perasaan : hasil/ perbuatan merasa dengan panca indera. Rasa/keadaan batin dalam menghadapi sesuatu.

2. Zakiah Darajat (1990:32) berpendapat bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia adalah kehendak, sikap, dan tindakan.

Kehendak: kemauan, keinginan dan harapan yang keras.

Sikap

: posisi mental (perasaan terhadap bahasa sendiri/bahasa orang lain).

Tindakan: perbuatan; sesuatu yang dilakukan. Sesuatu yang Dilaksanakan untuk mengatasi sesuatu.

3. Mawardi Labay El-Shuthani (2001:3) memandang bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia adalah segala sesuatu yang menentukan sifat dan karakter manusia.

Sifat

: rupa/keadaan yang nampak pada suatu benda/lahiriah

Karakter : sifat-sifat kejiwaan, akhlak/budi pekerti yang membedakan

seseorang dari yang lain, tabiat, watak, dan mempunyai kepribadian.4. Ibnu Sina (1996:116) berpendapt bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia adalah kesadaran diri, amarah, dan keinginan.

Kesadaran diri : kesadaran seseorang/keadaan dirinya sendiri.

Amarah

: sangat tidak senang.

Keinginan

: perihal yang diinginkan.

5. Al Ghazali (1989:7) mengemukakan bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia adalah yang merasa, yang mengetahui dan yang mengenal.

Merasa : mengalami rangsangan yang mengenai (menyentuh) indra

(seperti yang dialamu lidah, kulit/badan).6. Hanna Djuhamham Bastaman (2001:64) memandang bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia adalah berpikir, berkehendak, merasa, dan berangan-angan.

Berpikir : menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan

dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang.

Berkehendak : kemauan, keinginan dan harapan yang keras.

Merasa : mengalami rangsangan yang mengenai (menyentuh)

indra (seperti yang dialamu lidah, kulit/badan).

Berangan-angan : mempunyai angan-angan (pikiran/ingatan).

2.3 Aspek-aspek Yang Mempengaruhi Perubahan Fungsi Mental Pada Lansia

Masalah kesehatan mental pada lansia dapat berasal dari 4 aspek yaitu fisik, psikologik, sosial dan ekonomi. Masalah tersebut dapat berupa emosi labil, mudah tersinggung, gampang merasa dilecehkan, kecewa, tidak bahagia, perasaan kehilangan, dan tidak berguna. Lansia dengan problem tersebut menjadi rentan mengalami gangguan psikiatrik seperti depresi, ansietas (kecemasan), psikosis (kegilaan) atau kecanduan obat. Pada umumnya masalah kesehatan mental lansia adalah masalah penyesuaian. Penyesuaian tersebut karena adanya perubahan dari keadaan sebelumnya (fisik masih kuat, bekerja dan berpenghasilan) menjadi kemunduran.

Aspek psikologi merupakan faktor penting dalam kehidupan seseorang dan menjadi semakin penting dalam kehidupan seorang lansia. Aspek psikologis ini lebih menonjol daripada aspek materiil dalam kehidupan seorang lansia. Pada umumnya, lansia mengharapkan: panjang umur, semangat hidup, tetap berperan sosial, dihormati, mempertahankan hak dan hartanya, tetap berwibawa, kematian dalam ketenangan dan diterima di sisi-Nya, dan masuk surga. Keinginan untuk lebih dekat kepada Allah merupakan kebutuhan lansia. Proses menua yang tidak sesuai dengan harapan tersebut, dirasakan sebagai beban mental yang cukup berat.

Aspek sosial yang terjadi pada individu lanjut usia, meliputi kematian pasangan hidupnya/teman-temannya, perubahan peran seorang ayah/ibu menjadi seorang kakek/nenek, perubahan dalam hubungan dengan anak karena sudah harus memerhitungkan anak sebagai individu dewasa yang dianggap sebagai teman untuk dimintai pendapat dan pertolongan, perubahan peran dari seorang pekerja menjadi pensiunan yang sebagian besar waktunya dihabiskan di rumah.

Aspek ekonomi berkaitan dengan status sosial dan prestise. Dalam masyarakat sebagai seorang pensiunan, perubahan pendapatan karena hidupnya tergantung dari tunjangan pensiunan. Kondisi-kondisi khas yang berupa penurunan kemampuan ini akan memunculkan gejala umum pada individu lanjut usia, yaitu perasaan takut menjadi tua.

Pada umumnya, perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status, dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya dan sangat tergantung pada sikap mental individu dalam menghadapi masa pensiun. Dalam kenyataan ada yang menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah pasrah terhadap pensiun.

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa aspek mental yang ada pada diri manusia adalah aspek-aspek yang dapat menentukan sifat dan karakteristik manusia itu sendiri. Perbuatan dan tingkah laku manusia sangat ditentukan oleh keadaan jiwanya yang merupaka motor penggerak suatu perbuatan. Oleh sebab itu aspek-aspek mental tersebut bisa manusia kendalikan melalui proses pendidikan.

2.4 Factor-faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Mental

1. Perubahan fisik,

a. Sel : jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan interseluler menurun

b. Kardiovaskuler: katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya retensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat

c. Persarafan: saraf pancaindera mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stres. Berkurang atau hilangnya lapisan mielin akson, sehingga menyebabkan berkurangnya respon motorik dan reflek

d. Pendengaran: membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran. Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan.

e. Penglihatan: respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun, katarak

f. Belajar dan memori: kemampuan belajar masih ada tetapi relatif menurun. Memori menurun karena proses encoding menurun

g. Intelegensi: secara umum tidak berubah

2. Kesehatan umum

Keadaan fisik lemah dan tidak berdaya sehingga harus bergantung pada orang lain. Terjadi banyak perubahan dalam penampilan lansia, seperti pada bagian kepala dengan rambut yang menipis dan berubah menjadi putih atau abu-abu, tubuh yang membungkuk dan tampak mengecil, bagian persendian dengan pangkal tangan menjadi kendur dan terasa berat, sedangkan ujung tangan tampak mengerut.

Selain itu, fungsi pancaindera terjadi perubahan seperti ada penurunan dalam kemampuan melihat objek, kehilangan kemampuan mendengar bunyi dengan nada yang sangat tinggi, penurunan sensitivitas papil-papil pengecap (terutama terhadap rasa manis dan asin), penciuman menjadi kurang tajam, dan kulit yang semakin kering dan mengeras menyebabkan indra peraba di kulit semakin peka.

Pada kemampuan motorik, lansia mengalami penurunan kekuatan yang paling nyata, yaitu pada kelenturan otot-otot tangan bagian depan dan otot-otot yang menopang tegaknya tubuh, lansia pun cepat merasa lelah. Terdapat juga penurunan kecepatan dalam bergerak dan lansia cenderung menjadi kaku. Hal ini menyebabkan sesuatu yang dibawa dan dipegangnya tertumpah dan jatuh.

3. Lingkungan

Berkaitan dengan lingkungan sekitar, seperti keluarga dan teman. Lansia tidak jarang merasa emptiness (kesendirian, kehampaan) ketika keluarganya tidak ada yang memperhatikannya. Selain itu, ketika ada lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan pada lansia kapan ia akan meninggal. 2.5 Masalah Di Bidang Psikogeratri

1. Kecemasan

a. Pengertian

Gangguan kecemasan pada lansia adalah berupa gangguan panik, fobia, gangguan obsesif kondlusif, gangguan kecemasan umum, gangguan stress akut, gangguan stress pasca traumatik

b. Gejala kecemasan

1) Perasaan khawatir atau takut yang tidak rasional terhadap kejadian yang akan terjadi

2) Sulit tidur sepanjang malam

3) Rasa tegang dan cepat marah

4) Sering mengeluh akan gejala yang ringan atau takut/khawatir terhadap penyakit yang berat, misalnya kanker dan penyakit jantung yang sebenarnya tidak dideritanya

5) Sering membayangkan hal-hal yang menakutkan

6) Merasa panic terhadap masalah yang ringan

c. Tindakan untuk mengatasi kecemasan

1) Cobalah untuk mendapatkan dukungan keluarga dengan rasa kasih saying

2) Bicaralah tentang rasa khawatir lansia dan cobalah untuk menentukan penyebab mendasar (dengan memandang lansia secara holistic).

3) Cobalah untuk mengalihkan penyebab dan berikan rasa aman dengan penuh empati

4) Bila penyebabnya tidak jelas dan mendasar, berikan alas an-alasan yang dapat diterima olehnya

5) Konsultasikan dengan dokter bila penyebabnya tidak dapat ditentukan atau bila telah dicoba dengan berbagai cara tetapi gejala menetap.

2. Depresi

a. Pengertian

Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan komponen psikologis seperti rasa sedih, susah, merasa tidak berguna, gagal, putus asa dan penyesalan atau berbentuk penarikan diri, kegelisahan atau agitasi (Afda Wahywlingsih dan Sukamto). Depresi adalah kondisi umum yang terjadi pada lansia dan alasan terjadinya kondisi ini dapat dilihat pada saat mengkaji kondisi sosial, kejadian hidup, dan masalah fisik pada lansia. Memang, depresi sering disalahartikan sebagai demensia. Kemampuan mental klien dengan depresi tetap utuh, sedangkan pada klien demensia, terjadi peningkatan kerusakan kognitif.

b. Tipe depresi

Terdapat 2 tipe depresi yaitu eksogen atau depresi reaktif dan deprsesi endogen.

1) Depresi endogen mungkin akan terjadi pada awitan awal dalam hidupnya. Individu dengan depresi endogen betul-betul dapat mengalami gangguan mental bahkan mengalami delusi, dan sering kali mencoba bunuh diri. Bunuh diri adalah pengalaman yang biasa pada lansia, terutama laki-laki. Oleh karena itu, semua ancaman ini harus ditangani dengan serius.

2) Klien dengan depresi eksogen biasanya mendapat dukungan yang cukup pada stuasi depresi, seperti setelah berduka karena kehilangan atau selama tinggal di rumah sakit. Kadang-kadang dapat dilakukan sesuatu terhadap penyebab depresi yang dialami lansia yang ketakutan untuk kembali ke rumah setelah tinggal dirumah sakit. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan memastikan bahwa mereka mendapat cukup dukungan di rumah.

c. Penyebab depresi pada lansia:

1) Penyakit fisik

2) Penuaan

3) Kurangnya perhatian dari pihak keluarga

4) Gangguan pada otak (penyakit cerebrovaskular)

5) Faktor psikologis, berupa penyimpangan perilaku oleh karena cukup banyak lansia yang mengalami peristiwa kehidupan yang tidak menyenangkan atau cukup berat.

6) Serotonin dan norepinephrine

7) Zat-zat kimia didalam otak (neurotransmitter) tidak seimbang. Neurotransmitter sendiri adalah zat kimia yang membantu komunikasi antar sel-sel otak.

d. Factor pencetus depresi pada lansia:

1) Faktor biologic, misalnya faktor genetik, perubahan struktural otak, faktor risiko vaskular, kelemahan fisik.

2) Faktor psikologik yaitu tipe kepribadian, relasi interpersonal, peristiwa kehidupan seperti berduka, kehilangan orang dicintai, kesulitan ekonomi dan perubahan situasi, stres kronis dan penggunaan obat-obatan tertentu.

e. Gejala depresi pada lansia:

1) Secara umum tidak pernah merasa senang dalam hidup ini. Tantangan yang ada, proyek, hobi, atau rekreasi tidak rnemberikan kesenangan.

2) Keluhan fisik biasanya terwujud pada perasaan fisik seperti:

a) Distorsi dalam perilaku makan. Orang yang mengalami depresi tingkat sedang cenderung untuk makan secara berlebihan, namun berbeda jika. kondisinya telah parah seseorang cenderung akan kehilangan gairah makan.

b) Nyeri (nyeri otot dan nyeri kepala).

c) Berat badan berubah drastic

d) Gangguan tidur. Tergantung pada tiap orang dan berbagai macam faktor penentu, sebagian orang mengalami depresi sulit tidur. Tetapi dilain pihak banyak orang mengalami depresi justru terlalu banyak tidur.

e) Sulit berkonsentrasi. Kapasitas menurun untuk bisa berpikir dengan jernih dan untuk mernecahkan masalah secara efektif. Orang yang mengalami depresi merasa kesulitan untuk memfokuskan perhatiannya pada sebuah masalah untuk jangka waktu tertentu. Keluhan umum yang sering terjadi adalah, "saya tidak bisa berkonsentrasi".

f) Keluarnya keringat yang berlebihan.

g) Sesak napas.

h) Kejang usus atau kolik.

i) Muntah.

j) Diare.

k) Berdebar-debar.

l) Gangguan dalam aktivitas normal seseorang. Seseorang yang mengalami depresi mungkin akan mencoba melakukan lebih dari kemampuannya dalam setiap usaha untuk mengkomunikasikan idenya. Dilain pihak, seseorang lainnya yang mengalami depresi mungkin akan gampang letih dan lemah.

m) Kurang energi. Orang yang mengalami depresi cenderung untuk mengatakan atau merasa, "saya selalu merasah lelah" atau "saya capai".

3) Secara biologik dipacu dengan perubahan neurotransmitter, penyakit sistemik dan penyakit degeneratif.

4) Secara psikologik gejalanya:

a) Kehilangan harga diri/ martabat.

b) Kehilangan secara fisik prang dan benda yang disayangi.

c) Perilaku merusak diri tidak langsung. contohnya: penyalahgunaan alkohol/ narkoba, nikotin, dan obat-obat lainnya, makan berlebihan, terutama kalau seseorang mempunyai masalah kesehatan seperti misalnya menjadi gemuk, diabetes, hypoglycemia, atau diabetes, bisa juga diidentifikasi sebagai salah satu jenis perilaku merusak diri sendiri secara tidak langsung.

d) Merasa putus asa dan tidak berarti. Keyakinan bahwa seseorang mempunyai hidup yang tidak berguna, tidak efektif. orang itu tidak mempunyai rasa percaya diri. Pemikiran seperti, "saya menyia-nyiakan hidup saya" atau saya tidak bisa rncncapai banyak kemajuan", seringkali terjadi.

e) Mempunyai pemikiran ingin bunuh diri.

5) Gejala social ditandai oleh kesulitan ekonomi seperti tak punya tempat tinggal.

3. Insomnia

a. Pengertian

Kebiasaan atau pola tidur lansia dapat berubah, yang terkadang dapat mengganggu kenyamanan anggota keluarga lain yang tinggal serumah. Perubahan pola tidur dapat berubah tiak bisa tidur sepanjang malam dan sering terbangun pada malam hari, sehingga lansia melakukan kegiatannya pada malam hari.

b. Penyebab insomnia pada lansia

1) Kurangnya kegiatan fisik dan mental sepanjang hari sehingga mereka masih semangat sepanjang malam

2) Tertidur sebentar-sebentar sepanjang hari

3) Gangguan cemas dan depresi

4) Tempat tidur dan suasana kamar kurang nyaman

5) Sering berkemih pada waktu malam karena banyak minum pada malam hari

6) Infeksi saluran kemih

4. Paranoid

a. Pengertian

Lansia terkadang merasa bahwa ada orang yang mengancam mereka, membicarakan, serta berkomplot ingin melukai atau mencuri barang miliknya

b. Gejala Paranoid

1) Perasaan curiga dan memusuhi anggota keluarga, teman-teman, atau orang-orang di sekelilingnya

2) Lupa akan barang-barang yang disimpannya kemudian menuduh orang-orang di sekelilingnya mencuri atau menyembunyikan barang miliknya

3) Paranoid dapat merupakan manifestasi dari masalah lain, seperti depresi dan rasa marah yang ditahan

Tindakan yang dapat dilakukan pada lansia dengan paranoid adalah memberikan rasa aman dan mengurangi rasa curiga dengan memberikan alas an yang jelas dalam setiap kegiatan. Konsultasikan dengan dokter bila gejala bertambah berat.

5. Demensia

a. Pengertian

Demensia ialah kemunduran fungi mental umum, terutama intelegensi, disebabkan oleh kerusakan jaringan otak yang tidak dapat kembali lagi (irreversible) (Maramis, 1995). Demensia adalah gangguan progresif kronik yang dicirikan dengan kerusakan berat pada proses kognitif dan disfungsi kepribadian serta perilaku (Isaac, 2004). Menurut Roger Watson, demensia adalah suatu kondisi konfusi kronik dan kehilangan kemampuan kognitif secara global dan progresif yang dihubungkan dengan masalah fisik.

b. Jenis demensia:

1) Demensia jenis alzheimer

a.) Patofisiologi: Otopsi menunjukkan adanya plak amiloid (plak senil atau neuritik) di jaringan otak atau adanya kekusutan neurofibriler (akumulasi simpul filamen saran pada neuron. Adanya plak dan kekusutan tersebut berkaitan dengan sel saraf, hilangnya sambungan antar neuron dan akhimya atrofi serebral.

b.) Penyebab

Genetika:

Adanya gen abnormal saja tidak cukup untuk memprediksi demensia jenis alzheimer. Penyakit alzheimer familial memiliki awitan sangat dini (usia 30-40 th) dan bertanggung jawab atas 20% dari semua kasus demensia jenis ini. Penyakit ini berkaitan denga gengen abnormal dikromosom 1, 14 dan 21. Adanya apolipoprotein E 4 (apo, E 4) dikromosom 19 terjadi 2 kali lebih banyak pada penderita demensia jenis alzheimer dibanding populasi umum.

Modal toksin:

Sebagian peneliti meyakini bahwa akumulasi alumunium pada otak akibat pajanan alat-alat dan produk alumunium dapat menyebabkan demensia jenis alzheimer. Bukti untuk teori ini masih sedikit.

Abnormalitas neurotransmiter atau reseptor :

Kehilangan asetil kolin (neurotransmiter kolinergik mayor) berkaitan dengan gejala-gejala gangguan kognitif (demensia). (peningkatan kadar asetin kolin merupakan dasar untuk terapi obat yang disetujui FDA untuk demensia).Tahap Perilaku Afek Perubahan Kognitif

Ringan Sulit menyelesaikan tugas

Penurunan aktivitas yang mengarah pada tujuan

Kurang memperhatikan penampilan pribadi dan

aktivitas sehari-hari

Menarik diri dari aktivitas social yang biasa

Sering mencari benda-benda

karena lupa meletakannya;

dapat menuduh orang lain telah mencurinya Cemas

Depresi

Frustasi

Curiga

Ketakutan Kehilangan ingatan tentang

peristiwa yang baru saja terjadi (lupa akan janji

temu dan percakapan)

Disorientasi waktu

Berkurangnya kemampuan konsentrasi

Sulit mengambil keputusan

Kemampuan penilaian buruk

Sedang Perilakunya tidak pantas secara sosial

Kurang perawatan diri (misal mandi, toileting, berpakaian, berdandan)

Berkeluyuran atau mondar-mandir

Senang menimbun barang-barang

Hiperoralitas

Mengalami

gangguan siklus tidur-bangun Mood labil Datar

Apatis

Agitasi

Katas tropi Paranoia Kehilangan ingatan tentang hal-hal yang baru atau lama (amnesia)

Konfabulasi

Disprientasi waktu, tempat dan orang

Sedikit agnosia, apraksia dan afasia

Berat Penurunan kemampuan ambulasi dan aktivitas motorik lainnya

Penurunan kemampuan menelan

Sama sekali tidak bisa mengurus diri (misalnya membutuhkan perawatan yang konstan)

Tidak mengenali lagi keberadaan pemberi asuhan Datar, apatis Reaksi Katastropik occasional dapat berlanjut. Semua perubahan kognitif berlanjut sejalan dengan meningkatnya amnesia, agnosia, aprasia dan afasia.2) Demensia vaskular (multi-infark) ditandai dengan gejala-gejala demensia pada tahun pertama terjadinya gejala neurologik fokal. Klien diketahui mengalami faktor resiko penyakit vaskuler (misalnya hipertensi, fibrilasi atrium, diabetes).

3) Jenis demensia yang lain berkaitan dengan kondisi medis umum, seperti penyakit parkinson, penyakit pick, koreahuntingtown dan penyakit Creutzfeldt-jakob. Demensia yang disebabkan kondisi-kondisi tersebut dicatat sesuai penyakitnya yang spesifik.

c. Gejala demensia:

1) Afasia: kehilangan kemampuan berbahasa; kemampuan berbicara memburuk dan klien sulit "menemukan" kata-kata.

2) Apraksia: rusaknya kemampuan melakukan aktivitas motorik sekalipun fungsi sensoriknya tidak mengalami kerusakan.

3) Agnosia: kegagalan mengenali atau mengidentifikasi objek atau benda urnurn walaupun fungsi sensoriknya tidak mengalami kerusakan.

4) Konfabulasi: mengisi celah-celah ingatannya dengan fantasi yang diyakini oleh individu yang terkena.

5) Sundown sindrom: memburuknya disorientasi di malam hari.

6) Reaksi katastrofik: respon takut atau panik dengan potensi kuat inenyakiti diri sendiri atau orang lain.

7) Perseveration phenomenon: perilaku berulang, meliputi mengulangi kata-kata orang lain.

8) Hiperoralitas: kebutuhan untuk mencicipi dan mengunyah benda-benda yang cukup kecil untuk dimasukkan ke mulut.

9) Kehilangan memori: awalnya hanya kehilangan memori tentang hal-hal yang baru terjadi, dan akhirnya gangguan ingatan masa lalu.

10) Disorientasi waktu, tempat dan orang.

11) Berkurangnya kemampuan berkonsentrasi atau mempelajari materi baru.

12) Sulit mengambil keputusan.

13) Penilaian buruk: individu ini mungkin tidak mempunyai kewaspadaan lingkungan tentang keamanan dan keselamatan.

d. Etiologi demensia

Faktor-faktor yang berkaitan dengan demensia adalah:

1) Kondisi akut yang tidak diobati atau tidak dapat disembuhkan. Bila kondisi akut yang menyebabkan delirium tidak atau tidak dapat diobati, terdapat kemungkinan bahwa kondisi ini akan menjadi kronik dan karenanya dapat dianggap sebagai demensia.

2) Penyakit vaskuler, seperti hipertensi, arteriosklerosis, dan aterosklerosis dapat menyebabkan stroke.

3) Penyakit parkinson: demensia menyerang 40% dari pasien-pasien ini.

4) Gangguan genetika: koreahuntington atau penyakit pick.

5) Penyakit prior (protein yang terdapat dalam proses infeksi penyakit Creutzfeldt-jakob).

6) lnfeksi Human Imunodefisiensi Virus (HIV) dapat menyerang Sistem saraf pusat (SSP), menyebabkan ensefalopati HIV atau kompleks demensia AIDS.

7) Gangguan struktur jaringan otak, seperti tekanan normal, hidrocephalus dan cidera akibat trauma kepala.6. AlzheimerAlzheimer merupakan penyakit dementia primer yang tersering. Penyakit Alzheimer (AD) adalah penyakit yang bersifat degeneraif dan progresif pada otak yang menyebabkan cacat spesifik pada neuron, serta mengakibatkan gangguan memori, berfikir, dan tingkah laku (Price dan Wilson, 2006).a. EtiologiPenyebab penyakit Alzheimer yang pasti pada saat ini belum diketahui. Sedangkan, Usia dan riwayat keluarga adalah faktor resiko yang sudah terbukti untuk penyakit Alzheimer. Bila anggota keluarga ada yang menderita penyakit ini, maka diklasifikasikan sebagai familiar atau Alzheimer Disease Familial (FAD). Penyakit Alzheimer yang timbul tanpa diketahui ada riwayat familiarnya disebut sporadic atau Alzheimer Disease Sporadic (ADS). AD juga digambarkan sebagai:1. awitan dini (gejala pertama muncul sebelum usia 65 tahun, yaitu dalam kisaran 30-60 tahun).AD awitan dini ini jarang terjadi yaitu angka kejadiannya sekitar 5% sampai 10%. AD awitan dini ini cenderung terjadi dalam keluarga, yang dipercayai sebagai penyebab sebenarnya adalah karena adanya mutasi gen yang diwasirkan secara autosomal. Sejauh ini, tiga gen awitan dini mutasi penyebab AD telah diidentifikasi pada tiga kromosom yang berbeda. Yaitu kromosom nomer 21, 14, dan 1.2. awitan lambat (gejala pertama muncul pada usia lebih dari 65 tahun).Para ahli mengemukakan bahwa lebih dari satu gen yang terlibat dalam meningkatkan risiko seseorang untuk terkena AD awitan lambat.Penyakit Alzheimer dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:1. Faktor geneticBeberapa peneliti mengungkapkan 50% prevalensi kasus alzheimer ini diturunkan melalui gen autosomal dominant. Individu keturunan garis pertama pada keluarga penderita alzheimer mempunyai resiko menderita demensia 6 kali lebih besar dibandingkan kelompok kontrol normal. Pemeriksaan genetika DNA pada penderita alzheimer dengan familial early onset terdapat kelainan lokus pada kromosom 21 diregio proximal log arm, sedangkan pada familial late onset didapatkan kelainan lokus pada kromosom 19. Begitu pula pada penderita down syndrome mempunyai kelainan gen kromosom 21, setelah berumur 40 tahun terdapat neurofibrillary tangles (NFT), senile plaque dan penurunan marker kolinergik pada jaringan otaknya yang menggambarkan kelainan histopatologi pada penderita alzheimer. Hasil penelitian penyakit alzheimer terhadap anak kembar menunjukkan 40-50% adalah monozygote dan 50% adalah dizygote. Keadaan ini mendukung bahwa faktor genetik berperan dalam penyaki alzheimer. Pada sporadik non familial (50-70%), beberapa penderitanya ditemukan kelainan lokus kromosom 6, keadaan ini menunjukkan bahwa kemungkinan faktor lingkungan menentukan ekspresi genetika pada alzheimer.2. Faktor infeksiAda hipotesa menunjukkan penyebab infeksi virus pada keluarga penderita alzheimer yang dilakukan secara immuno blot analisis, ternyata diketemukan adanya antibodi reaktif. Infeksi virus tersebut menyebabkan infeksi pada susunan saraf pusat yang bersipat lambat, kronik dan remisi. Beberapa penyakit infeksi seperti Creutzfeldt-Jacob disease dan kuru, diduga berhubungan dengan penyakit alzheimer. Hipotesa tersebut mempunyai beberapa persamaan antara lain:1) manifestasi klinik yang sama2) Tidak adanya respon imun yang spesifik3) Adanya plak amyloid pada susunan saraf pusat4) Timbulnya gejala mioklonus5) Adanya gambaran spongioform3. Faktor lingkunganFaktor lingkungan juga dapat berperan dalam patogenesa penyakit alzheimer. Faktor lingkungan antar alain, aluminium, silicon, mercury, zinc. Aluminium merupakan neurotoksik potensial pada susunan saraf pusat yang ditemukan neurofibrillary tangles (NFT) dan senile plaque (SPINALIS). Hal tersebut diatas belum dapat dijelaskan secara pasti, apakah keberadaan aluminum adalah penyebab degenerasi neurosal primer atau sesuatu hal yang tumpang tindih. Pada penderita alzheimer, juga ditemukan keadan ketidak seimbangan merkuri, nitrogen, fosfor, sodium, dengan patogenesa yang belum jelas. Ada dugaan bahwa asam amino glutamat akan menyebabkan depolarisasi melalui reseptor N-methy D-aspartat sehingga kalsium akan masuk ke intraseluler (Cairan-influks) danmenyebabkan kerusakan metabolisma energi seluler dengan akibat kerusakan dan kematian neuron.4. Faktor imunologis60% pasien yang menderita alzheimer didapatkan kelainan serum protein seperti penurunan albumin dan peningkatan alpha protein, anti trypsin alphamarcoglobuli dan haptoglobuli. Terdapat hubungan bermakna dan meningkat dari penderita alzheimer dengan penderita tiroid. Tiroid Hashimoto merupakan penyakit inflamasi kronik yang sering didapatkan pada wanita muda karena peranan faktor immunitas.5. Faktor traumaBeberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan penyakit alzheimer dengan trauma kepala. Hal ini dihubungkan dengan petinju yang menderita demensia pugilistik, dimana pada otopsinya ditemukan banyak neurofibrillary tangles.6. Faktor neurotransmiterPerubahan neurotransmitter pada jaringan otak penderita alzheimer mempunyai peranan yang sangat penting seperti:1) AsetilkolinPenelitian terhadap aktivitas spesifik neurotransmiter dengan cara biopsi sterotaktik dan otopsi jaringan otak pada penderita alzheimer didapatkan penurunan aktivitas kolinasetil transferase, asetikolinesterase dan transport kolin serta penurunan biosintesa asetilkolin. Adanya defisit presinaptik dan postsynaptik kolinergik ini bersifat simetris pada korteks frontalis, temporallis superior, nukleus basalis, hipokampus. Kelainan neurottansmiter asetilkoline merupakan kelainan yang selalu ada dibandingkan jenis neurottansmiter lainnya pada penyakit alzheimer, dimana pada jaringan otak/biopsinya selalu didapatkan kehilangan cholinergik Marker. Pada penelitian dengan pemberian scopolamin pada orang normal, akan menyebabkan berkurang atau hilangnya daya ingat. Hal ini sangat mendukung hipotesa kolinergik sebagai patogenesa penyakit alzheimer.2) NoradrenalinKadar metabolisma norepinefrin dan dopimin didapatkan menurun pada jaringan otak penderita alzheimer. Hilangnya neuron bagian dorsal lokus seruleus yang merupakan tempat yang utama noradrenalin pada korteks serebri, berkorelasi dengan defisit kortikal noradrenergik. Hasil biopsi dan otopsi jaringan otak penderita alzheimer menunjukkan adanya defisit noradrenalin pada presinaptik neokorteks. Konsentrasi noradrenalin menurun baik pada post dan ante-mortem penderita alzheimer.3) DopaminPengukuran terhadap aktivitas neurottansmiter regio hipothalamus, dimana tidak adanya gangguan perubahan aktivitas dopamin pada penderita alzheimer. Hasil ini masih kontroversial, kemungkinan disebabkan karena potongan histopatologi regio hipothalamus setia penelitian berbeda-beda.4) SerotoninDidapatkan penurunan kadar serotonin dan hasil metabolisme 5 hidroxi-indolacetil acid pada biopsi korteks serebri penderita alzheimer. Penurunan juga didapatkan pada nukleus basalis dari meynert. Penurunan serotonin pada subregio hipotalamus sangat bervariasi, pengurangan maksimal pada anterior hipotalamus sedangkan pada posterior peraventrikuler hipotalamus berkurang sangat minimal. Perubahan kortikal serotonergik ini berhubungan dengan hilangnya neuron-neuron dan diisi oleh formasi NFT pada nukleus rephe dorsalis.5) MAO (Monoamine Oksidase)Enzim mitokondria MAO akan mengoksidasi transmitter mono amine. Aktivitas normal MAO terbagi 2 kelompok yaitu MAO A untuk deaminasi serotonin, norepineprin dan sebagian kecil dopamin, sedangkan MAO B untuk deaminasi terutama dopamin. Pada penderita alzheimer, didapatkan peningkatan MAO A pada hipothalamus dan frontais sedangkan MAO B meningkat pada daerah temporal danmenurun pada nukleus basalis dari meynert.b. Tanda dan GejalaKejanggalan awal biasanya dirasakan oleh penderita sendiri, mereka sulit mengingat nama atau lupa meletakkan suatu barang. Mereka juga sering kali menutup-nutupi hal itu dan meyakinkan diri sendiri bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan biasanya akan dirasakan oleh orang-orang di sekitar mereka yang mulai khawatir akan penurunan daya ingat. Mereka awalnya belum mencurigai adanya problem besar di balik kepikunan yang dialami pasien, tetapi kemudian tersadar bahwa kondisinya sudah parah. Gejala klinis pada penyakit Alzheimer dapat terlihat sebagai berikut :1. Kehilangan daya ingat/memoriPada orang tua normal, dia tidak ingat nama tetangganya, tetapi dia tahu orang itu adalah tetangganya. Pada penderita Alzheimer, dia bukan saja lupa nama tetangganya tetapi juga lupa bahwa orang itu adalah tetangganya.2. Kesulitan melakukan aktivitas rutin yang biasaSeperti tidak tahu bagaimana cara membuka baju atau tidak tahu urutan-urutan menyiapkan makanan.3. Kesulitan berbahasa.Umumnya pada usia lanjut didapat kesulitan untuk menemukan kata yang tepat, tetapi penderita Alzheimer lupa akan kata-kata yang sederhana atau menggantikan suatu kata dengan kata yang tidak biasa.4. Disorientasi waktu dan tempat.Kita terkadang lupa kemana kita akan pergi atau hari apa saat ini, tetapi penderita Alzheimer dapat tersesat pada tempat yang sudah familiar untuknya, lupa di mana dia saat ini, tidak tahu bagaimana cara dia sampai di tempat ini, termasuk juga apakah saat ini malam atau siang.5. Penurunan dalam memutuskan sesuatu atau fungsi eksekutifMisalnya tidak dapat memutuskan menggunakan baju hangat untuk cuaca dingin atau sebaliknya.6. Salah menempatkan barang.Seseorang secara temporer dapat salah menempatkan dompet atau kunci. Penderita Alzheimer dapat meletakkan sesuatu pada tempat yang tidak biasa, misal jam tangan pada kotak gula.7. Perubahan tingkah laku.Seseorang dapat menjadi sedih atau senang dari waktu ke waktu. Penderita Alzheimer dapat berubah mood atau emosi secara tidak biasa tanpa alasan yang dapat diterima.8. Perubahan perilakuPenderita Alzheimer akan terlihat berbeda dari biasanya, ia akan menjadi mudah curiga, mudah tersinggung, depresi, apatis atau mudah mengamuk, terutama saat problem memori menyebabkan dia kesulitan melakukan sesuatu.9. Kehilangan inisiatifDuduk di depan TV berjam-jam, tidur lebih lama dari biasanya atau tidak menunjukan minat pada hobi yang selama ini ditekuninya.Awitan dari perubahan mental penderita alzheimer sangat perlahanlahan, sehingga pasien dan keluarganya tidak mengetahui secara pasti kapan penyakit ini mulai muncul.Terdapat beberapa stadium perkembangan penyakit alzheimer yaitu:a. Stadium I (lama penyakit 1-3 tahun)Memori : ingatan tergangguKepribadian : ketidakpedulian, lekas marah sesekaliMotor sistem : normalEEG : normalCT/MRI : normalPET : hipometabolisme posterior bilateralb. Stadium II (lama penyakit 3-10 tahun)Memori : ingatan terakhir sangat tergangguKepribadian : ketidakpedulian, lekas marah sesekaliMotor sistem : gelisah, mondar-mandirEEG : latar belakang irama lambatCT/MRI : normal

PET : hipometabolisme frontal dan parietal bilateralc. Stadium III (lama penyakit 8-12 tahun)Fungsi intelektual : sangat memburukMotor sistem : anggota tubuh kaku dan postur fleksiEEG : difus lambatPET : hipometabolisme frontal dan parietal bilateral2.6 Pendekatan Perawatan Lanjut Usia

Dalam pendekatan pelayanan kesehatan pada kelompok lanjut usia sangat perlu ditekankan pendekatan yang dapat mencakup sehat fisik, psikologis, spiritual dan sosial. Hal tersebut karena pendekatan dari satu aspek saja tidak akan menunjang pelayanan kesehatan pada lanjut usia yang membutuhkan suatu pelayanan yang komprehensif. Pendekatan inilah yang dalam bidang kesehatan jiwa (mental health) disebut pendekatan eklektik holistik, yaitu suatu pendekatan yang tidak tertuju pada pasien semata-mata, akan tetapi juga mencakup aspek psikososial dan lingkungan yang menyertainya. Pendekatan Holistik adalah pendekatan yang menggunakan semua upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia, secara utuh dan menyeluruh.1. Pendekatan fisik

Perawat mempunyai peranan penting untuk mencegah terjadinya cedera sehingga diharapkan melakukan pendekatan fisik, seperti berdiri disamping klien, menghilangkan sumber bahaya dilingkungan, memberikan perhatian dan sentuhan, bantu klien menemukan hal yang salah dalam penempatannya, memberikan label gambar atau hal yang diinginkan klien. 2. Pendekatan psikologis

Disini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip Tripple, yaitu sabar, simpatik dan service.

Hal itu perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi karena bersama dengan semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan, perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran diwaktu siang, dan pergeseran libido.

Perawat harus sabar mendengarkan cerita dari masa lampau yang membosankan, jangan menertawakan atau memarahi klien lanjut usia bila lupa melakukan kesalahan . Harus diingat kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan tertentu. Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bila melakukannya secara perlahan lahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehinga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar di masa lanjut usia ini mereka puas dan bahagia.3. Pendekatan spiritual

Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungan lansia dengan Tuhan atau agama yang dianutnya dalam keadaan sakit atau mendeteksi kematian. Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi kematian. Seorang dokter mengemukakan bahwa maut sering kali menggugah rasa takut. Rasa semacam ini didasari oleh berbagai macam faktor, seperti ketidakpastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit dan kegelisahan kumpul lagi dengan keluarga dan lingkungan sekitarnya. Dalam menghadapi kematian setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara dalam mengahadapi hidup ini. Adapun kegelisahan yang timbul diakibatkan oleh persoalan keluarga, perawat harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa kalaupun keluarga tadi ditinggalkan , masih ada orang lain yang mengurus mereka. Sedangkan rasa bersalah selalu menghantui pikiran lanjut usia.4. Pendekatan social

Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama klien usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi pendekatan social ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Penyakit memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lanjut usia untuk mengadakan konunikasi dan melakukan rekreasi, misal jalan pagi, nonton film, atau hiburan lain. Tidak sedikit klien tidak tidur terasa, stress memikirkan penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang dirumah sehingga menimbulkan kekecewaan, ketakutan atau kekhawatiran, dan rasa kecemasan.

Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian diantara lanjut usia, hal ini dapat diatasi dengan berbagai cara yaitu mengadakan hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia di Panti Werda.

BAB IIIPENUTUPA. Kesimpulan

Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur (usia 60 tahun ke atas) pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Mental dapat diartikan sesuatu yang berada dalam tubuh (fisik) manusia yang dapat mempengaruhi perilaku, watak dan sifat manusia di dalam kehidupan pribadi dan lingkungannya. Pada lansia bukan hanya dihadapkan pada permasalahan kesehatan jasmaniah saja, tapi juga permasalahan gangguan mental dalam menghadapi usia senja. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental pada lansia seperti perubahan fisik, kesehatan umum dan lingkungan. Pada lansia sering muncul masalah-masalah yang berkaitan dengan perubahan fungsi mental seperti kecemasan, depresi, insomnia, paranoid, demensia dan alzhaimer.Masalah-masalah tersebut dapat berdampak pada kelangsungan hidup lansia sehingga penting bagi perawat untuk menanganinya. Berdasarkan masalah diatas dapat muncul beberapa diagnose keperawatan seperti : gangguan pola tidur b.d ansietas; gangguan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori, degenerasi neuron irreversible; risiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi fisiologis daan kognitif; perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi dan atau integrasi sensori ( defisit neurologist); kurang perawatan diri : hygiene nutrisi, dan atau toileting berhubungan dengan ketergantungan fisiologis dan atau psikologis.Teori Ericson Usia LanjutTahap Erikson : Integrity vs Despair (Integritas dan Kekecewaan)Periode Perkembangan : masa akhir dewasa (60 tahunan)Karakteristik :Masa untuk melihat kembali apa yang telah kita lakukan dalam kehidupan kita, harapan positif.1.Kehidupan baik : merasa puas / integritas.2.Masa lalu negatif : keputusasaan.3.Memaknai yang terjadi, merevisi dan memperluas pemahaman. Pada tahap ini, memiliki tiga makna biologis, emosional dan terpencil.Kesehatan Mental Usia Lanjut1