perlakuan akuntansi aset tetap menurut psap no. …
TRANSCRIPT
PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP MENURUT PSAP
NO. 07 PADA PERWAKILAN BKKBN
PROVINSI JAWA TIMUR
ARTIKEL ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian
Program Pendidikan Diploma 3
Program Studi Akuntansi
Oleh :
ONY FAMELA CRISTY
NIM : 2017410033
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS
SURABAYA
2020
PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH
Nama : Ony Famela Cristy
Tempat, Tanggal Lahir : Sidoarjo, 25 September 1999
NIM : 2017410033
Program Studi : Akuntansi
Program Pendidikan : Diploma 3
Judul : PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP
MENURUT PSAP NO.07 PADA PERWAKILAN
BKKBN PROVINSI JAWA TIMUR
Disetujui dan diterima baik oleh:
Dosen Pembimbing,
Tanggal:
(Putri Wulanditya , SE., M.Ak., CPSAK).
NIDN : 0727068503
Ketua Program Studi Diploma 3,
Tanggal :
Dr. Kautsar Riza Salman, SE., M.Si., Ak.
NIDN : 0726117702
1
FIXED ASSET ACCOUNTING TREATMENT ACCORDING TO PSAP N0. 07 AT
REPRESENTIVE OF BKKBN JAVA PROVINCE
Ony Famela Cristy
2017410033
STIE Perbanas Surabaya
ABSTRACT
One form of government accountability to the community, one of which is the
presentation of accountable and transparent financial statements. All relevant laws and
regulations mandate that in the framework of accountability for the implementation of
the Indonesian / Regional Government Budget (APBN/D), each reporting entity must
submit financial reports in accordance with Government Accounting Standards (SAP).
This study has the aim that all government agencies can present financial statements
that can be accounted for on the basis of a good understanding of the applicable
provisions. This study uses primary and secondary data that is processed by comparing
the treatment of fixed assets implemented by the Representatives of the National
Population and Family Planning Board (BKKBN) of East Java Province with PSAP No.
07 concerning Fixed Assets. Based on the research conducted, it can be concluded that
some of the accounting treatments for fixed assets that are applied include the
classification, recognition, measurement, and depreciation are in accordance as stated
in PSAP No. 07 of Fixed Assets. In addition, there is a misunderstanding regarding the
exchange of fixed assets which should be allowed to be allowed. And there is no
information about the termination of assets before the assets will be written off after
successfully being sold through the auction process.
Keywords: Fixed Asset, PSAP No.07, BKKBN.
PENDAHULUAN
Pemerintah dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara
konsisten berupaya untuk meningkatkan
kesejahteraan warga negaranya.
Pemerintah berupaya menerapkan good
governance. Good governance diartikan
sebagai pelayanan publik yang efisien,
sistem pengadilan yang dapat
diandalkan, pemerintahan yang
bertanggung jawab (accountable) pada
publiknya (Zeyn, 2011). Sebagai bentuk
pertanggungjawaban, pemerintah
berusaha memberi informasi kepada
pihak-pihak melalui penyajian laporan
keuangan. Laporan keuangan disusun
untuk menyediakan informasi yang
relevan mengenai posisi keuangan dan
transaksi-transaksi yang dilakukan oleh
suatu entitas selama satu periode
pelaporan (Bina et al., 2014). Merujuk
pada Undang-undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara dalam
Pasal 32 mengamanatkan bahwa bentuk
dan isi laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN/APBD disusun dan
disajikan sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP)
2
(Indonesia, 2010). SAP dinyatakan
dalam bentuk Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintah (PSAP).
Perwakilan Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) Provinsi Jawa Timur
merupakan Lembaga Pemerintah
NonKementrian yang melaksanakan
tugas pemerintahan dibidang keluarga
berencana dan keluarga sejahtera sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Pemahaman
dalam melakukan perlakuan akuntansi
aset tetap dibutuhkan oleh setiap
instansi. Pemahaman yang kurang dapat
menimbulkan risiko kelalaian dan
kurang maksimalnya terhadap
pencatatan aset tetap. Kurangnya
pemahaman terhadap perlakuan
akuntansi terjadi pada pertukaran aset
tetap. Perlakuan akuntansi menurut
PSAP No.07 tentang Aset Tetap
menjelaskan bahwa suatu aset tetap
dapat diperoleh melalui pertukaran atau
pertukaran sebagian aset tetap yang
tidak serupa atau aset lainnya (PSAP
NO.07, 2010). Pemahaman yang kurang
terhadap pertukaran aset menimbulkan
perspektif bahwa aset tetap tidak boleh
dilakukan pertukaran. Dengan hal ini,
pemahaman yang baik menyebabkan
kesesuaian terhadap perlakuan
akuntansi yang diterapkan dengan yang
seharusnya diterapkan. Secara garis
besar, seluruh peraturan perundang-
undangan yang terkait mengamanatkan
bahwa rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara/Daerah (APBN/D),
maka setiap entitas pelaporan harus
menyampaikan laporan keuangan sesuai
dengan SAP.
Berdasarkan uraian pada latar
belakang diatas, maka rumusan masalah
penelitian ini, yaitu: “Bagaimana
perlakuan akuntansi atas aset tetap yang
diterapkan oleh Perwakilan BKKBN
Provinsi Jawa Timur?”
Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui perlakuan
akuntansi atas aset tetap yang meliputi
pengakuan, pengukuran, pencatatan,
penyajian dan pengungkapan yang
diterapkan di lingkungan Perwakilan
BKKBN Provinsi Jawa Timur.
Penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan evaluasi
dalam melakukan perlakuan akuntansi
atas aset tetap sesuai dengan peraturan
yang berlaku, dapat digunakan sebagai
bahan acuan dan referensi dalam
melakukan penelitian dalam bidang
yang relevan.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Aset Tetap
Aset tetap adalah aset berwujud
yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 12 (dua belas) bulan untuk
digunakan, atau dimaksudkan untuk
digunakan, dalam kegiatan pemerintah
atau dimanfaatkan oleh masyarakat
umum (PSAP NO.07, 2010). Aset tetap
merupakan salah satu pos di neraca di
samping aset lancar, investasi jangka
panjang, dana cadangan, dan aset
lainnya (Halim & Kusufi, 2014).
Sedangkan menurut PSAK (Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan) No.16,
Aset Tetap adalah aset berwujud yang
dimiliki untuk digunakan dalam
produksi atau penyediaan barang dan
jasa, untuk direntalkan kepada pihak
lain, atau untuk tujuan administratif,
dan diperkirakan untuk digunakan
selama lebih dari satu periode.
Klasifikasi dan Kriteria
Aset tetap diklasifikasikan
berdasarkan kesamaan dalam sifat atau
fungsinya dalam aktivitas operasi
entitas. Klasifikasi aset tetap menurut
paragraf 7 dalam PSAP Nomor 07
adalah sebagai berikut: (1) Tanah yang
dikelompokkan sebagai aset tetap ialah
tanah yang diperoleh dengan maksud
3
untuk dipakai dalam kegiatan
operasional pemerintah dan dalam
kondisi siap pakai (2) Peralatan dan
mesin yang mencakup mesin-mesin dan
kendaraan bermotor, alat elektronik, dan
seluruh inventaris kantor dan peralatan
lainnya yang nilainya signifikan dan
masa manfaatnya lebih dari 12 bulan
dan dalam kondisi siap pakai (3)
Gedung dan bangunan yang diperoleh
dengan maksud untuk tujuan dipakai
dalam kegiatan operasional pemerintah
dan dalam kondisi siap dipakai (4)
Jalan, irigasi dan jaringan yang
dibangun oleh pemerintah serta dimiliki
dan/atau dikuasai oleh pemerintah dan
dalam kondisi siap dipakai (5) Aset
tetap lainnya mencakup aset tetap yang
tidak dapat dikelompokkan ke dalam
kelompok aset tetap diatas (6)
Konstruksi dalam pengerjaan mencakup
aset yang sedang dalam proses
pembangunan namun pada tanggal
laporan keuangan belum selesai
seluruhnya.
Aset tetap diakui pada saat
manfaat ekonomi masa depan dapat
diperoleh dan nilainya dapat diukur
dengan handal. Untuk dapat diakui
sebagai aset tetap, PSAP No. 07
mengatur kriteria suatu aset diakui
sebagai aset tetap sebagai berikut: (1)
Berwujud (2) Mempunyai masa manfaat
lebih dari dua belas bulan (3) Biaya
perolehan aset dapat diukur secara andal
(4) Tidak dimaksudkan untuk dijual
dalam operasi normal entitas (5)
Diperoleh atau dibangun dengan
maksud untuk digunakan. Paragraf 50
dalam PSAP No.07 menjelaskan bahwa
pengeluaran setelah perolehan awal
suatu aset tetap yang memperpanjang
masa manfaat atau yang kemungkinan
besar memberi manfaat ekonomik di
masa yang akan datang dalam bentuk
kapasitas, mutu produksi, atau
peningatan standar kinerja, harus
ditambahkan pada nilai tercatat aset
yang bersangkutan. Pedoman
kapitalisasi aset untuk aset tetap atau
barang milik negara telah tertuang pada
Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 181/PMK.06/2016
Tentang Penatausahaan Barang Milik
Negara.
Pengukuran Aset Tetap
Aset tetap pemerintah dinilai atau
diukur dengan nilai perolehan, kecuali
aset tetap yang diperoleh sebelum
neraca awal atau neraca pertama kali
disusun atau nilai perolehan tidak dapat
diperoleh secara memadai. Nilai
perolehan meliputi seluruh
biaya/belanja yang dikeluarkan untuk
perolehan aset tersebut sampai siap
digunakan. Sebagai contoh, aset tetap
yang diperoleh dari pembelian dinilai
dengan biaya perolehan yang dapat
meliputi harga aset tetap tersebut
ditambah dengan biaya lain terkait
dengan aset tersebut dapat digunakan
seperti biaya pengiriman, biaya
penyiapan, atau biaya lain bila ada.
Apabila nilai perolehan aset tetap
tersebut tidak dapat diketahui dengan
andal, maka nilai wajar digunakan
sebagai pengukuran aset tetap.
Pertukaran, Penghentian
Penggunaan dan Penggunaan Aset
Tetap
Suatu aset tetap hasil pertukaran
dapat diakui apabila kepenguasaan atas
aset telah berpindah dan nilai perolehan
aset hasil pertukaran tersebut dapat
diukur dengan andal. Terhadap aset
tetap yang diperoleh melalui pertukaran
dengan aset tetap yang serupa, yang
memiliki manfaat yang serupa dan
memiliki nilai wajar yang serupa, maka
aset yang baru diperoleh dicatat sebesar
nilai tercatat (carrying amount) aset
yang dilepas (Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan, 2014). PSAP
No. 07 menjelaskan, aset tetap yang
4
tidak digunakan dalam kegiatan
operasional pemerintah, dengan kata
lain dihentikan dari penggunaan aktif,
maka tidak memenuhi kriteria dan tidak
dapat dikelompokkan sebagai aset tetap.
Metode penyusutan yang digunakan
harus dapat menggambarkan manfaat
ekonomik atau kemungkinan jasa
(service potential) yang akan mengalir
ke pemerintah. Nilai penyusutan untuk
masing-masing periode diakui sebagai
pengurang nilai tercatat aset tetap dan
Diinvestasikan dalam Aset Tetap (PSAP
NO.07, 2010). Aset tetap pemerintah
selain tanah dan konstruksi dalam
pengerjaan dapat disusutkan. Metode
penyusutan dapat dilakukan dengan
metode garis lurus (straight line
method), metode saldo menurun ganda
(double declining balance method), atau
metode unit produksi (unit of
production method).
Penyajian dan Pengungkapan
PSAP No.07 mengatur bahwa
laporan keuangan harus
mengungkapkan untuk masing-masing
jenis aset tetap sebagai berikut
(Ratmono & Sholihin, 2017 : 164): (a)
Dasar penilaian yang digunakan untuk
menentukan nilai tercatat (carrying
amount). (b) Rekonsiliasi jumlah
tercatat pada awal dan akhir periode
yang menunjukkan; penambahan,
pelepasan, akumulasi penyusutan dan
perubahan nilai, jika ada, mutasi aset
tetap lainnya. (c) Informasi penyusutan,
meliputi; nilai penyusutan, metode
penyusutan, masa manfaat atau tarif
penyusutan, nilai tercatat bruto dan
akumulasi penyusutan pada awal dan
akhir periode.
Selain itu PSAP 07 juga mengatur
bahwa laporan keuangan pemerintah
juga harus mengungkapkan; (a)
Eksistensi dan batasan hak milik atas
aset tetap (b) Kebijakan akuntansi untuk
kapitalisasi yang berkaitan dengan aset
tetap (c) Jumlah pengeluaran pada pos
aset tetap dalam konstruksi dan (d)
Jumlah komitmen untuk akuisisi aset
tetap.
METODE PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mendapatkan bukti tentang
perlakuan akuntansi aset tetap
berdasarkan PSAP yang berlaku.
Rancangan penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif menggunakan analisis
deskriptif dengan menggambarkan
objek penelitian sesuai dengan fakta-
fakta lapangan yang diperoleh. Batasan
dari penelitian ini adalah bagaimana
kesesuaian perlakuan akuntansi aset
tetap yang dilakukan oleh Perwakilan
BKKBN Provinsi Jawa Timur. Objek
penelitian yang diteliti akan difokuskan
terhadap aset tetap yang dimiliki oleh
instansi/lembaga terkait. Pemilihan
objek penelitian dan penentuan periode
data yang dipilih berfungsi menjadi
kontrol terhadap penelitian sehingga
pembahasan permasalahan menjadi
fokus terhadap permasalahan yang akan
diteliti.
Penelitian ini menggunakan data
primer dan sekunder. Jenis data primer
seperti melakukan observasi dan
wawancara untuk mendapatkan
informasi dan penjelasan dari
narasumber. Jenis data sekunder yaitu
data yang diperoleh melalui buku dan
jurnal. Data yang diperlukan dalam
penelitian ini meliputi: Daftar list aset
tetap, Jurnal Umum, Neraca dan bukti
pendukung lainnya. Demikian, untuk
mendapatkan data yang berfungsi
sebagai bukti pendukung dalam
penelitian ini penulis menggunakan
teknik pengumpulan data sebagai
berikut: (1) Observasi yaitu dengan
melakukan pengamatan langsung ke
objek penelitian untuk melihat dari
dekat kegiatan yang dilakukan. (2)
5
Wawancara yaitu percakapan yang
dilakukan oleh kedua belah pihak antara
pewawancara dan terwawancara.
Wawancara dilakukan menggunakan
pedoman daftar pertanyaan yang telah
disesuaikan dengan topik pembahasan
penelitian. (3) Dokumentasi yaitu
dengan menyelidiki benda-benda
tertulis seperti buku-buku, majalah,
dokumen, peraturan-peraturan, data-
data yang diperoleh. Dalam pelaksanaan
dokumentasi, peneliti mengumpulkan
data-data yang diperlukan kemudian
dilakukan perbandingan dengan teori
dan peraturan-peraturan yang
berhubungan dengan penelitian.
Terdapat empat teknik analisis
data untuk menjawab rumusan masalah.
Pertama, Teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu
mengecek daftar aset tetap dengan fakta
yang ada di lapangan. Daftar aset tetap
berisi berbagai jenis aset tetap yang
dimiliki oleh tempat penelitian. Daftar
aset tetap ini nantinya akan menjadi
acuan untuk melihat kesesuian aset
tetap yang dimiliki dengan kondisi yang
sebenarnya. Kedua, yaitu
mengidentifikasi jawaban dan catatan-
catatan yang dibutuhkan dari partisipan
untuk menganalisis perlakuan akuntansi
aset tetap. Pada tahap ini data-data
dikumpulkan dari hasil wawancara dari
partisipan. Jawaban dan catatan
kemudian dikelompokkan sesuai
dengan masing-masing topik dan
menjadi dasar untuk perbandingan
selanjutnya. Ketiga, yaitu
membandingkan perlakuan akuntansi
aset tetap menurut PSAP No.07 dengan
yang diterapkan untuk melihat
kesesuaian perlakuan aset tetap. Data-
data yang diperoleh dari partisipan
dilakukan perbandingan dengan PSAP
No.07 atas perlakuan akuntansi aset
tetap untuk melihat kesesuaian
pencatatannya. Keempat, yaitu menarik
hasil kesimpulan apakah perlakuan aset
tetap sudah sesuai dengan standar yang
telah ditentukan. Pada tahap terakhir,
dilakukan interpretasi atas temuan hasil
perbandingan yang telah dilakukan.
Hasil perbandingkan akan menunjukkan
apakah pencatatan yang dilakukan telah
sesuai dengan standar yang berlaku.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Subjek Penelitian
Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) merupakan Lembaga
Pemerintah Nonkementerian yang
berada dibawah dan bertanggungjawab
kepada Presiden melalui Menteri
Kesehatan, yang bergerak di bidang
pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana.
BKKBN telah berdiri menjalankan
tugas dari pemerintah semenjak tahun
1950. Organisasi keluarga berencana
dimulai dari pembentukan Perkumpulan
Keluarga Berencana pada tanggal 23
Desember 1957 di gedung Ikatan
Dokter Indonesia. Nama perkumpulan
itu sendiri berkembang menjadi
Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia (PKBI) atau Indonesia
Planned Parenthood Federation (IPPF).
Kemudian organisasi ini terus
berkembang dan mengalami reformasi
dan berubah nama menjadi Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN).
Perwakilan BKKBN Provinsi
Jawa Timur beralamat di Jl. Airlangga
No.31-33, Airlangga, Kec. Gubeng,
Surabaya, Jawa Timur. Dalam
menjalankan tugasnya Perwakilan
BKKBN Provinsi Jawa Timur memiliki
beberapa bidang yang mempunyai tugas
dan fungsi yang berbeda sebagai
penggerak kegiatan administrasi dan
operasional instansi. Komponen
Bidang-bidang tersebut yaitu Kepala
BKKBN, Sekretariat Badan, Bidang
Pengendalian Penduduk (dalduk),
6
Bidang Keluarga Berencana dan
Kesehatan Reproduksi (KB-KR),
Bidang Keluarga Sejahtera dan
Pemberdayaan Keluarga (KS-PK),
Bidang Advokasi, penggerakan dan
informasi (Adpin), dan Bidang
Pelatihan dan Pengembangan.
Hasil Penelitian
Perwakilan BKKBN Provinsi
Jawa Timur menggunakan Standar
Keuangan yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah yaitu Standar Akuntansi
Pemerintah dengan basis akrual.
Standar Akuntansi Pemerintah berbasis
akrual adalah Standar Akuntansi
Pemerintah yang mengakui pendapatan,
beban, aset, utang, dan ekuitas dalam
pelaporan finansial berbasis akrual,
serta mengakui pendapatan, belanja, dan
pembiayaan dalam pelaporan,
pelaksanaan anggaran berdasarkan basis
yang ditetapkan dalam APBN/APBD
(Indonesia, 2010).
Pengklasifikasian Aset Tetap
Pengklasifikasian terhadap aset
tetap yang dilakukan oleh Perwakilan
BKKBN Provinsi Jawa Timur mengacu
terhadap Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor
181/PMK.06/2016 Tentang
Penatausahaan Barang Milik Negara
dan Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor
102/PMK.02/2018 Tentang Klasifikasi
Anggaran. Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor
181/PMK.06/2016 Tentang
Penatausahaan Barang Milik Negara
pada Pasal 40 menjelaskan bahwa
kapitalisasi BMN (Barang Milik
Negara) berupa aset tetap mencakup
biaya perolehan BMN berupa aset tetap
hingga siap pakai dan peningkatan
kapasitas/efisiensi dan penambahan
masa manfaat dengan nilai satuan
minimum kapitalisasi Rp 1.000.000
untuk peralatan dan mesin, atau aset
tetap renovasi peralatan dan mesin serta
nilai satuan minimum kapitalisasi Rp
25.000.000 untuk gedung dan bangunan
atau aset tetap renovasi gedung dan
bangunan. Dikelompokkan ke aset
tetap jika memiliki masa manfaat lebih
dari 1 tahun.
Aset tetap yang telah selesai
dilaksanakan pembeliannya diakui
sebagai belanja modal yang
dipergunakan atau dimaksudkan untuk
dipergunakan untuk operasional
Kegiatan suatu Satker atau
dipergunakan oleh masyarakat/publik,
tercatat sebagai aset
Kementerian/Lembaga terkait dan
bukan dimaksudkan untuk
dijual/diserahkan kepada
masyarakat/Pemda. Aset tetap
digolongkan sesuai dengan
kelompoknya, apakah termasuk tanah,
bangunan, peralatan dan mesin dan
sebagainya.
Pengakuan Aset Tetap
Aset tetap pada Perwakilan
BKKBN Provinsi Jawa Timur diakui
sebesar nilai perolehan yang
dikeluarkan untuk memperoleh aset
tersebut. Pengakuan aset tetap secara
andal apabila telah tejadi perpindahan
kepemilikan secara sah. Aset tetap yang
diakui setelah terjadi perpindahan
kepemilikan adalah tanah dan
kendaraan bermotor yang memiliki
bukti kepemilikan. Aset tetap lainnya
yang tidak memiliki bukti kepemilikan
diakui pada saat terjadinya pembayaran
atau penguasaanya berpindah setelah itu
dicatat melalui aplikasi SIMAK-BMN
(Sistem Informasi Manajemen dan
Akuntansi Barang Milik Negara). Aset
tetap yang telah didapatkan dari proses
jual-beli sebelum digunakan, dicatat
oleh operator SIMAK-BMN. Setelah
selesai dicatat di Aplikasi SIMAK-
BMN, aset tetap dilabel dahulu sebelum
7
digunakan. Sehingga, aset tetap dapat
digunakan oleh penggunanya hanya
setelah selesai dicatat di SIMAK-BMN
dan dilabel. Proses pencatatan ini
berlaku bagi semua jenis aset tetap.
Pengukuran Aset Tetap
Pengukuran aset tetap yang
dilakukan oleh Perwakilan BKKBN
Provinsi Jawa Timur dicatat sebesar
harga perolehan. Harga perolehan aset
tetap tercatat pada kwitansi atau nota
pembelian yang diterima. Biaya
perolehan peralatan dan mesin
mencakup harga pembelian, biaya
pemasangan, biaya pengangkutan dan
biaya lainnya yang dibutuhkan sampai
aset tetap siap dipakai. Biaya aset tetap
yang lain dicatat sebesar harga
perolehan serta biaya-biaya yang
melekat sampai aset tersebut siap untuk
dipakai.
Penyusutan Aset Tetap
Penyusutan aset tetap yang
dilakukan oleh Perwakilan BKKBN
Provinsi Jawa Timur mengacu terhadap
Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 295 / KM.6 / 2019
Tentang Tabel Masa Manfaat Dalam
Rangka Penyusutan Barang Milik
Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas
Pemerintah Pusat. Aset tetap yang telah
dicatat di SIMAK-BMN, secara
otomatis disusutkan melalui otorisasi
operator SIMAK. Umur manfaat aset
tetap berbeda-beda tergantung dari
klasifikasi aset tetap tersebut. Berikut
tabel yang menjelasan masa manfaat
dari peralatan dan mesin yang dimiliki:
Tabel 1.1
Tabel Masa Manfaat Peralatan dan
Mesin
Uraian
Umur / Masa
Manfaat
Tahun Semester
Transportable 7 14
Generating Set
Portable
Generating Set 7 14
Portable Water
Pump 7 14
Pompa Air 7 14
Pompa Lainnya 7 14
Sedan 7 14
Jeep 7 14
Station Wagon 7 14
Mini Bus (<14
orang) 7 14
Tiang Bendera 5 10
Bendera Negara 5 10
Alat Rumah
Tangga 5 10
Meja Kerja
Kayu 5 10
Rak Kayu 5 10
Truck +
attachment 7 14
Pick up 7 14
Sepeda Motor 7 14
Mobil Unit
Penerangan
Darat
7 14
Mobil Unit
Kesehatan
Masyarakat
7 14
Telephone
Mobile 5 10
Portable Air
Conditioner 5 10
Mimbar/Podium 5 10
Publik Astari
(Pembatas
Antrian)
5 10
Microphone 5 10
Kabel UTP 4 8
Kursi Fiber
Glass/Plastik 5 10
Kursi Kayu 5 10
Mesin Absensi 5 10
Sumber: Perwakilan BKKBN Provinsi
Jawa Timur
8
Penghentian Aset Tetap
Aset tetap pada Perwakilan
BKKBN Provinsi Jawa Timur dilakukan
penghapusan apabila terjadi beberapa
kondisi, seperti telah melebihi batas
masa manfaat, tidak dimanfaatkan lagi,
atau telah digantikan fungsinya oleh
aset tetap yan lain. Satker K/L (Satuan
kerja Kementerian/Lembaga) yang akan
melakukan penghapusan BMN selain
tanah/bangunan harus melaui beberapa
administrasi. Penghapusan aset tetap
dilaksanakan melalui KPKNL (Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara dan
Lelang). Satker K/L menginventarisasi
BMN selain tanah dan bangunan yang
akan dihapuskan. Satker K/L
membentuk tim penghapusan/penjualan
BMN dan melakukan taksiran harga
dari aset tetap tersebut.
Penaksiran harga merupakan
kewenangan Pengelola barang, maka
penaksiran harga dilakukan oleh Penilai
KPKNL. Satker K/L yang sesuai
kewenangannya mengajukan
persetujuan penjualan BMN dan
ditujukan kepada pengelola barang,
dalam hal ini KPKNL. KPKNL
selanjutnya melakukan survey lapangan
dan penilaian ulang jika dipandang
perlu. Jika disetujui, KPKNL
menerbitkan Surat Persetujuan
Penjualan BMN, jika ditolak diterbitkan
Surat Penolakan. Pelaksanaan lelang
dilakukan setelah ditetapkan
penajadwalan oleh KPKNL.
Pelaksanaan lelang dilaksanakan sampai
dengan penunjukkan pembeli dan
pelunasan harga barang lelang. Ketika
pelaksanaan lelang selesai, maka
KPKNL menerbitkan Risalah Lelang
sebagai dasar untuk penghapusan BMN
selain tanah/bangunan.
Pembahasan
Perlakuan Akuntansi Aset Tetap
Perwakilan BBKBN Provinsi
Jawa Timur telah menganut Standar
Keuangan yang ditetapkan oleh
Pemerintah yaitu Standar Akuntansi
Pemerintahan berbasis akrual yang telah
dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 71 Tahun
2010. Pencatatan berbasis akrual diakui
ketika terjadi penambahan pendapatan,
beban, aset, utang, ekuitas serta
mengakui pendapatan, belanja, dan
pembiayaan dalam pelaporan anggaran
diakui secara bersama dalam satu
waktu. Bisa dikatakan bahwa barang
modal dalam hal ini aset tetap yang
masuk harus sama dengan anggaran
yang dikeluarkan untuk membeli barang
tersebut.
Pengklasifikasian Aset Tetap
Pengklasifikasian aset telah
diterapkan dengan baik dari segi nilai
aset tetap, penggolongan kelompok dan
masa manfaat dari aset tersebut. Aset
diklasifikasikan menjadi aset tetap jika
memiliki kriteria nilai diatas Rp
1.000.000, memiliki masa manfaat lebih
dari 1 tahun. Khusus untuk aset gedung
dan bangunan harus memiliki nilai
diatas diatas Rp 25.000.000.
Aset tetap diklasifikasikan
berdasarkan fungsinya. Sehingga aset
yang berupa alat inventaris kantor dan
kendaraan bermotor maka digolongkan
kedalam Peralatan dan Mesin. Adapun
aset tetap yang tidak bisa digolongkan
kedalam Tanah, Perlatan dan Mesin,
atau Gedung dan Bangunan maka
digolongkan kedalam aset tetap lainnya.
Hal ini telah sesuai.
Pengakuan Aset Tetap
Aset tetap diakui setelah terjadi
pemindahan hak kepemilikan atau
penguasaannya berpindah. Saat hak
kepemilikan berpindah, maka harus
dibuktikan dengan bukti kepemilikan
dari aset tersebut. Setelah itu, aset tetap
harus dicatat di SIMAK-BMN.
9
Selain itu, aset tetap harus
dilakukan PSP (Penetapan Status
Pengguna Barang), dapat dikatakan PSP
memiliki arti yang sama dengan akta
lahir. Setelah aset tetap dicatat di
SIMAK-BMN, dilakukan labelisasi atas
nama instansi. Setelah dilakukan
beberapa proses tersebut, aset tetap siap
digunakan untuk operasional kantor.
Hal ini telah sesuai.
Pengukuran Aset Tetap
Aset tetap diukur sebesar biaya
perolehan. Biaya perolehan tercantum
pada kwitansi yang didapatkan dari
proses jual-beli. Harga yang tercantum
dalam kwitansi termasuk harga satuan,
pajak, dan biaya-biaya yang melekat.
Jika tidak diketahui besaran nilai
perolehan, maka aset tetap diukur
dengan nilai wajar. Aset tetap yang
diukur menggunakan nilai wajar,
contohnya aset donasi atau lainnya.
Tetapi hal ini sangatlah jarang terjadi,
karena pada umumnya aset tetap
diperoleh atas proses jual-beli. Hal ini
telah sesuai.
Penyusutan Aset Tetap
Penyusutan yang dilakukan sesuai
dengan arahan Tabel Masa Manfaat
mengacu terhadap Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor
295 / KM.6 / 2019. Penyusutan dihitung
secara otomatis oleh aplikasi SIMAK-
BMN. Aset tetap yang disusutkan
termasuk semua aset tetap kecuali tanah
dan kontruksi dalam pengerjaan.
Penyusutan aset tetap dapat
menggunakan metode garis lurus atau
saldo menurun. Metode penyusutan
disesuaikan dengan kebutuhan satker.
Perlakuan akuntansi tentang penyusutan
telah sesuai.
Penghentian Aset Tetap
Penghentian aset tetap merupakan
proses atau langkah yang dilakukan
sebelum melakukan penghapusan aset
tetap. Dikarenakan aset tetap tersebut
tidak dipergunakan lagi dalam kegiatan
operasional satker yang bersangkutan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
narasumber, informasi yang diterima
mengenai penghapusan aset tetap
melalui proses lelang yang dilaksanakan
melalui KPKNL.
Tidak ada informasi yang
didapatkan apakah dilakukan
penghentian aset sebelum dilelang.
Menurut PSAP No.07 aset tetap yang
dihentikan dari operasional satker
dikarenakan beberapa hal, harus
dipindahkan ke pos aset lainnya sesuai
nilai tercatat. Selanjutnya, penghapusan
aset tetap dilakukan atas dasar Risalah
Lelang yang diterbitkan oleh KPKNL.
PENUTUP
Simpulan
Perwakilan BKKBN Provinsi
Jawa Timur yang merupakan Lembaga
Pemerintah NonKementerian,
menggunakan Standar Akuntansi
Pemerintahan dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan
pemerintah sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
Pengklasifikasian aset tetap ditentukan
dari awal pembelian dengan kriteria
tertentu dan digolongkan sesuai dengan
jenisnya. Aset tetap yang dimiliki yaitu:
1)Tanah, 2)Peralatan dan Mesin,
3)Gedung dan Bangunan, 4)Jaringan
5)Aset tetap lainnya, 6)Konstruksi
dalam pengerjaan.
Pengakuan aset tetap terjadi saat
pemindahan kepemilikan dan
tercatatnya aset pada SIMAK-BMN.
Pengukuran aset tetap dicatat
berdasarkan harga perolehan.
Penyusutan aset tetap dilakukan secara
otomatis dengan menggunakan aplikasi
SIMAK-BMN. Berdasarkan hal tersebut
perlakuan akuntansi atas aset tetap yang
diterapkan meliputi pengklasifikasian,
10
pengakuan, pengukuran, dan
penyusutan telah sesuai sebagaimana
yang tertera pada PSAP No. 07 atas
Aset Tetap.
Selanjutnya, mengenai pertukaran
aset tetap tidak pernah dilakukan karena
tidak diperbolehkan. Hal ini
mengindikasikan bahwa kurangnya
pemahaman atas pertukaran aset tetap
yang seharusnya boleh dilakukan
menjadi tidak diperbolehkan. Selain itu,
tidak ada informasi mengenai
dilakukannya penghentian aset tetap
terhadap aset tetap yang akan dilelang.
Penghentian aset dilakukan melalui
penghapusan aset yang didasarkan dari
Risalah Lelang yang diberikan oleh
KPKNL setelah aset tetap berhasil
terjual dalam proses lelang.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan
kesimpulan yang telah dijelaskan
terdapat saran yang ditujukan pada
penelitian selanjutnya yaitu: (1) Jika
penelitian selanjutnya ingin mengambil
topik yang relevan, disarankan agar
mengambil ditempat Perwakilan yang
berbeda. (2) Jika penelitian selanjutnya
ingin meneliti ditempat yang sama,
disarankan agar mengambil topik yang
berbeda.
Implikasi Penelitian
Implikasi dari penelitian ini yaitu
Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa
Timur dapat mempertahankan
pencatatan dan penyajian laporan
keuangan sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintah. Serta dapat
memahami perlakuan akuntansi atas
aset tetap mengenai hal yang boleh
dilakukan dan hal yang tidak boleh
dilakukan. Maka dari itu, kemungkinan
risiko terhadap kesalahpahaman
penafsiran dan pencatatan akan menjadi
kecil.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. (2011). Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Halim, A., & Kusufi, M. S. (2014).
Akuntansi Sektor Publik-Akuntansi
Keuangan Daerah. Jakarta:
Salemba Empat.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2018.
Standar Akuntansi Keuangan.
Jakarta
Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan. Buletin Teknis
Standar Akuntansi Pemerintahan
Nomor 15 tentang Akuntansi Aset
Tetap Berbasis Akrual. 2014.
Jakarta.
Moleong, L. J. (2006). Metodologi
Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:
PT Remaja Rosdakarya.
Nurdin, I., dan Hartati, S. (2019).
Metodologi Penelitian Sosial.
Surabaya: Media Sahabat
Surabaya.
Ratmono, D., & Sholihin, M. (2017).
Akuntansi Keuangan Daerah
Berbasis Akrual (Kedua).
Jogjakarta: UPP STIM YKPN.
Republik Indonesia. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan.
Jakarta.
Zeyn, E. (2011). Pengaruh Good
Governance dan Standar Akuntansi
Pemerintahan terhadap
Akuntabilitas Keuangan dengan
Komitmen Organisasi sebagai
Pemoderasi. Jurnal Reviu
Akuntansi Dan Keuangan, 1(1),
21–36. Diunduh dari
http://ejournal.umm.ac.id/index.ph
p/jrak/article/view/497/521