perlakuan akuntansi aset biologis berdasarkan ias …
TRANSCRIPT
203
PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS BERDASARKAN IAS NO. 41
DAN PSAK NO. 69
Siti Maghfiroh
Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Jl.Gajayana 50 Malang Telp. 0341-551354 Email:[email protected]
Abstract
The goal research is knowing biology asset accounting treatment in recognition,
measurement, and display in financial statement and also to know comparison biology asset company accounting treatment based on Financial Accounting
Standard, IAS 41 Agricultutreand PSAK 69 Agriculture. This research uses qualitative descriptive approach with case study approach that conducted in PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero). This research is Ex Post Facto research that
this goal research is to research event in the past and then trace to the back from that data to discover pre-factors or determine enable causes to event that
researched. Research subject is PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero). Research result shows that PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) that moves in plantation field recognize biology asset as plantation plant is classified to “immature plant”
and “produce plant”. Biology asset is being measured by result cost and display in constant asset. PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) still doesn’t apply IAS 41
Agriculture and PSAK 69 Agriculture, depend on financial statement of company that measure biological asset in result cost with unproper price.
Keywords: Biology Asset, Financial Statement, IAS 41, PSAK 69
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan akuntansi aset biologis dalam
hal pengakuan, pengukuran dan penyajian dalam laporan keuangan dan juga bertujuan untuk mengetahui perbandingan perlakuan akuntansi aset biologis perusahaan berdasarkan Standar Akuntasi Keuangan yaitu IAS 41Agriculture dan
PSAK 69 Agrikultur.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara XII
(Persero). Penelitian yang merupakan jenis penelitian Ex Post Facto yaitu penelitian yang dilakukan bertujuan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang melalui data tersebut untuk menemukan faktor-faktor yang
mendahului atau menentukan sebab-sebab yang mungkin atas peristiwa yang diteliti. Subyek penelitian adalah PT.Perkebunan Nusantara XII (Persero). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa PT.Perkebunan Nusantara XII (Persero) yang bergerak dibidang perkebunan mengakui aset biologis berupa tanaman perkebunan dikelompokkan menjadi Tanaman Belum Menghasikan dan Tanaman Menghasilkan. Aset biologis
diukur berdasarkan biaya perolehan dan disajikan pada neraca dalam pos Aset Tidak Lancar. PT.Perkebunan Nusantara XII (Persero) masih belum menerapkan IAS 41
Agriculture dan PSAK 69 Agrikultur , terlihat pada laporan keuangan perusahaan yang mengukur aset biologisnya pada biaya perolehan bukan dengan nilai wajar.
204 Siti Maghfiroh
El-Muhasaba, Vol. 8, No. 2, 2017
Kata kunci: Aset Biologis, Laporan Keuangan, IAS 41, PSAK 69
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki keunggulan sebagai produsen komoditas pertanian, terutama dari subsektor perkebunan yang selama ini dijadikan sebagai komoditas andalan ekspor dalam perdagangan Internasional. Data
statistik tahun 2016 menunjukkan bahwa sebanyak 32,88% penduduk di Indonesia bekerja di bidang agrikultur. Pertanian di Indonesia menghasilkan berbagai macam
tumbuhan komoditi ekspor antara lain padi, jagung, kedelai, sayur-sayuran, cabai, ubi, dan singkong. Di samping itu, Indonesia juga dikenal dengan hasil perkebunannya antara lain karet, kelapa sawit, tembakau, kapas, kopi, dan tebu.
Industri perkebunan di Indonesia umumnya dikelola oleh dua jenis perusahaan. Yang pertama adalah industri perkebunan yang dimiliki dan dikelola oleh
swasta/perusahaan publik. Sedangkan yang kedua adalah industri perkebunan yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sahamnya sebagian besar dimiliki oleh negara atau bahkan dimiliki secara keseluruhan. Pada saat sekarang ini,
sudah tidak sedikit lagi perusahaan agrikultur di Indonesia. Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (https://www.sahamok.com) ada 10 perusahaan agrikultur yang
mendaftarkan namanya dalam daftar pasar saham diantaranya:
1. Astra Agro Lestari Tbk
2. Austindo Nusantara Jaya Tbk
3. Eagle High Plantations Tbk (d.h BW Plantation Tbk)
4. PT. Dharma Satya Nusantara Tbk
5. Golden Plantation Tbk
6. Gozco Plantation Tbk
7. Jaya Agra Wattie Tbk
8. PP London Sumatera Indonesia Tbk
9. Multi Agro Gemilang Plantation Tbk
10. Provident Agro Tbk
Aset yang dimiliki oleh perusahaan agrikultur mempunyai perbedaan dengan perusahaan yang bergerak dibidang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari
adanya aktivitas pengelolaan serta transformasi biologis atas tanaman untuk menghasilkan suatu produk yang dapat dikonsumsi atau diproses lebih lanjut.
Pada umumnya, karena karakteristiknya yang unik, perusahaan yang bergerak dalam bidang agrikultur mempunyai kemungkinan yang cukup besar untuk menyampaikan informasi pada laporan keuangan yang lebih bias dibandingkan
dengan perusahaan yang bergerak dibidang lain terutama dalam hal pengakuan, pengukuran, penyajian, serta pengungkapan mengenai aset tetapnya. Namun,
perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan mempunyai aset yang memiliki karakteristik yang unik. Aset tersebut disebut aset biologis.
Perlakuan Akuntansi Aset Biolgis 205
El-Muhasaba, Vol. 8, No. 2, Juli 2017
Ridwan (2011:3) menyatakanaset biologis merupakan aset yang unik, karena
mengalami transformasi pertumbuhan bahkan setelah aset biologis menghasilkan output. Transformasi biologis terdiri atas proses pertumbuhan, degenerasi, produksidan
prokreasi yang menyebabkanperubahansecarakualitatifdankuantitatifdalamkehidupantumbuhandanhewan. Aset biologis dapat menghasilkan asetbaru yang terwujuddalamagricultural
produceatauberupa ctambahanasetdalamkelas yang sama. Adanya transformasi biologis tersebut, makadiperlukanpengukuran yang
dapatmenunjukkannilaidariasettersebutsecarawajarsesuaidengankontribusinyadalammenghasilkanalirankeuntunganekonomisbagiperusahaan.
MenurutAmanah (20skm9qi9k-3jk989`9juh8h7114:6) dalamaplikasinya,
asetbiologisdapatdiukurmenggunakanbiayahistorisdannilaiwajar.Biayahistorisdidasarkanpadahargaperolehanawaldariasettersebut.ixnxd95nyf,metodebiayahistorisdianggapkura
ngmampumenyampaikaninformasi yang wajarterkaitnilaiasetterkini. Seperti yang diungkapkanArgiles, Blandon, danMonllau (2005), organisasiakuntansiduniasepertiInternational Accounting Standar Board (IASB), USA
Financial Accounting Standard Board (FASB), Accounting Regulatory Committee (ARC), danEuropean Financial Reporting Advisory Group (EFRAG)
mendorongkonvergensistandarakuntansiinternasionalberdasarkanhargapasar, bukanmenggunakanmetodetradisional yang biasadikenaldenganbiayahistoris.
Usaha dibidang perkebunan mengalami perkembangan yang pesat dan semakin
dinamika akhir-akhir ini. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut, seperti perkembangan teknologi perkebunan yang semakin maju, meningkatnya
permintaan hasil perkebunan, dan munculnya otonomi daerah yang berdampak terhadap pengelola hasil perkebunan. Selain itu semakin meningkatnya tuntutan transparansi dan akuntabilitas seiring dengan keterbukaan informasi yang difasilitasi oleh keberadaan
teknologi komunikasi dan informasi yang semakin maju dan semakin murah.
Oleh karena itu, usaha perkebunan sangat membutuhkan suatu alat manajemen.
Salah satu alat manajemen yang umum diketahui adalah laporan keuangan. Saat ini, permintaan publik terhadap informasi laporan keuangan juga semakin tinggi. Menurut PSAK No 1 tentang penyajian laporan keuangan (2015:12) Laporan keuangan bertujuan
untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna
dalam pengambilan keputusan ekonomik. Pentingnyaporsilaporankeuangandalampengelolaansebuahindustrimembuatkeberadaanlaporankeuangansangatdibutuhkan, tentunyaditunjangdengan output kualitasinformasi
yang baik pula.
Secaraumum, bisadisimpulkanbahwalaporan
keuangandapatdikatakanbaikjikadapatmemberikaninformasi yang relevan, andal, dapatdibandingkan, danlengkap (PSAK,2015) Kelengkapanlaporankeuanganbisadilihatdarikeberadaan lima
elemenlaporankeuanganyaitu: laporanlabarugikomprehensif, laporanperubahanekuitas, laporanposisikeuangan, laporanaruskas, dancatatanataslaporankeuangan.
Mengingatbetapapentingnyaperanandarilaporankeuangan, makamutlakbagientitasuntukmelakukanpenyusunanlaporankeuangandenganbaik, benar,
206 Siti Maghfiroh
El-Muhasaba, Vol. 8, No. 2, 2017
dansesuaistandar.Hal iniditunjukkanuntukmengurangiterjadinyaasimetriinformasi di
kalanganpenggunalaporankeuangan.
Dalammenyusunlaporankeuanganmetodeakuntansimenjadisalahsatuhal yang
harusdiperhatikan.Metodeakuntansi yang digunakanharussesuaidenganjenisindustri yang dijalankanolehentitastersebut. Perbedaan jenis industri dan skala kegiatan entitas menyebabkan pemilihan dan penggunaan metode akuntansi yang berbeda pula. Untuk
beberapa jenis industri yang mempunyai karakteristik khusus, perbedaan penggunaan metode akuntansi sangat mungkin terjadi. Letak keunikan industri tersebut bisa terjadi
pada sisi perlakuan aset, pengelolaan komoditas entitas, struktur permodalan, atau lainnya.
Dalamindustriperkebunan, asetmenjadibagian yang
cukupmenarikperhatian.Berbedadenganperusahaanmanufakturpadaumumnya, perusahaan yang bergerakdibidangperkebunanmemilikiaset yang
berbentukmakhlukhidup (tumbuhandanhewan). Proses pengakuan, pengukuran, penyajiandanpengungkapanatasaset yang umumnyabendamati. Dibutuhkanpemahaman yang lebih detail, karenaasetbiologisakanmengalamiklasifikasi yang berulang di
sepanjangumurekonomisnyaakibattransformasibentukasettersebut.
IAS 41 dan PSAK 69 merupakan standar yang unik, jika standar yang lain
memiliki klasifikasi aset berupa benda mati yang dapat berupa gedung, mesin, kendaraan, dan lain-lain, IAS 41 Dan PSAK 69 justru standar yang mengatur tentang perlakuan akuntansi berupa aset biologis (hewan atau tanaman hidup). Penerapan IAS
41 dan PSAK 69 merupakan hal yang masih baru bagi perusahaan agrikultur atau perkebunan di Indonesia.
Pada penelitian ini, obyek penelitian yang dipilih adalah PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis perlakuan akuntansi aset biologis berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dalam
hal pengakuan, pengukuran, dan penyajian. PT.Perkebunan Nusantara XII (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor perkebunan di
Indonesia yang bergerak dibidang usaha agribisnis perkebunan dengan komoditas berupa teh, karet, kopi arabika, kopi robusta, kakao edel, dan kakao bulk.
Tujuan dari penelitian ini didasarkan pada rumusan masalah di atas yaitu:
1. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi aset biologis (pengakuan, pengukuran, dan penyajian) pada PT.Perkebunan Nusantara XII (Persero) Surabaya.
2. UntukmengetahuiperbandinganperlakuanakuntansiasetbiologispadaPT.Perkebunan Nusantara XII (Persero) Surabaya denganIAS 41 Agriculture dan PSAK 69 Agrikultur.
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Transparansi
Terdapat beberapa teori yang mendasari pada perlakuan IAS 41 dan PSAK 69 ini yaitu teori transparansi. karena IAS 41 dan PSAK 69 adalah standar baru yang akan diterapkan dalam perusahaan perkebunan.Transparansi dibangun atas dasar arus
informasi yang bebas. Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga, dan infomasi perlunya dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan informasi yang
tersedia harus memadai agar dapat mengerti dan dipantau
Perlakuan Akuntansi Aset Biolgis 207
El-Muhasaba, Vol. 8, No. 2, Juli 2017
(http://repository.widyatama.ac.id). Ada beberapa pengertian tentang transparansi
publik yaitu: Menurut Andrianto (2012) menyatakan bahwa transparansi adalah sebagai berikut:
“Keterbukaan secara sungguh-sungguh, menyeluruh dan memberi tempat bagi partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam proses pengelolaan sumber daya publik”.
Menurut Hafidz (2070) menyatakan bahwa transparansi adalah sebagai berikut:
“Keterbukaan dan kejujuran kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan
bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintahan dalam sumberdaya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.”
Berdasarkan definisi diatas dapat dikatakan bahwa transparansi merupakan keterbukaan pemerintah kepada masyarakat untuk mengakses informasi berdasarkan pertimbangan
bahwa masyarakat memliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintahan tersebut.
AsetBiologis
MenurutArgilesdanSlofdalamAmanah (2014:20)
menjabarkanpengertiandariasetbiologis (biological assets) yaitu:
“Biological asset are defined as living animals and plants that are controlled as a result of past events, agricultural produce as the harvested product of biological
assets awaiting sale, processing, or consumption, and agricultural land as that is used directly to support and sustain biological assets in agricultural activity.”
Ataujikaditerjemahkanyaitu:
“Asetbiologisdidefinisikansebagaihewandantumbuhanhidup yang dikendalikansebagaiakibatdariperistiwamasalalu, hasilpertaniansebagaiproduk yang
dipanendariasetbiologismenunggupenjualan, pengolahan, ataukonsumsi, danlahanpertaniansebagailahan yang
digunakansecaralangsunguntukmendukungdanmempertahankanaset biologisdalamkegiatanpertanian.”
Berdasarkandefinisiasetbiologis di
atasdapatdisimpulkanbahwaasetbiologismerupakantanamanhiduppertanianmaupunperkebunandanhewanternak yang diolahdandimilikiolehperusahaandengantujuan agar
perusahaanmendapatkanmanfaat di masamendatang.
IAS 41 Agriculture
IAS 41 diterbitkan oleh International Accounting Standard Committee (IASC) pada bulan Februari 2001 dan efektif berlaku 1 Januari 2003. Standar ini mengatur perlakuan
akuntansi, penyajian laporan keuangan, dan pengungkapan pada kegiatan agrikultur. Kegiatan agrikultur merupakan pengelolaan transformasi hewan atau tanaman hidup (aset biologis) suatu entitas untuk dijual, menjadi produk pertanian, atau menjadi aset
biologis tambahan.
208 Siti Maghfiroh
El-Muhasaba, Vol. 8, No. 2, 2017
Ruang Lingkup IAS 41
IAS 41diterapkan untuk memperhitungkan aktivitas agrikultur berikut ini (IAS 41:1):
1. Aset biologis,
2. Produk agrikultur pada saat titik panen, dan
3. Hibah pemerintah.
PSAK 69 Agrikultur
PSAK 69 adalah standar akuntansi yang dikeluarkan oleh
DewanStandarAkuntansiKeuangan yang memberikan aturan dan pedoman akuntansi pada sektor perkebunan. Standar ini mulai digunakan pada 1 Januari 2016. PSAK 69 menerapkan untuk produk agrikultur, yang merupakan hasil panen dari aset biologis
milik entitas, pada titik panen. Selanjutnya, berlaku diterapkan untuk produk agrikultur tersebut.
RuangLingkup PSAK 69 Agrikultur
PSAK 69diterapkan untuk memperhitungkan aktivitas agrikultur berikut (IAS 41:1):
1. AsetBiologis, kecualitanamanproduktif (bearer plants)
2. Produkagrikulturpadatitikpanen
3. Hibahpemerintah
Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah rangkuman hasil operasi dan kinerja suatu perusahaan yang berupa data-data keuangan dan non keuangan perusahaan selama satu periode.
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum. Dengan demikian tidak sepenuhnya dapat
memenuhi kebutuhan informasi tiap pemakai.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian Ex Post Facto (Ikbar, 2012:182) yaitu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke
belakang melalui data tersebut untuk menemukan faktor-faktor yang mendahului atau menentukan sebab-sebab yang mungkin atas peristiwa yang diteliti.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan tahunan dan informasi lainnya yang berhubungan dengan aktivitas agrikultur, khususnya perlakuan aset biologis. Data
penelitian diperoleh dari berbagai sumber, antara lain :
1. Situs resmi PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) (www.ptpn12.com)
2. Laporan tahunan PT.Perkebunan Nusantara XII (Persero).
Perlakuan Akuntansi Aset Biolgis 209
El-Muhasaba, Vol. 8, No. 2, Juli 2017
3. Berbagai website lainnya, artikel, buku, dan penelitian terdahulu terkait
denganperlakuanakuntansi asetbiologis.
Teknik analisis deskriptif kualitatif, data yang diperoleh dianalisis secara
kualitatif, yaitu dengan mengkaji, memaparkan, menelaah, dan menjelaskan data-data yang diperoleh pada PT. Perkebunan Nusantara XII (PTPN XII) untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh tentang proses pengakuan dan pengukuran aset
biologis berupa tanaman perkebunan pada PTPN XII hingga tersaji ke dalam laporan keuangan. Adapun langkah-langkah analisis data yang dilakukan diantaranya:
Mengumpulkan data dan informasi yang diperoleh dari objek penelitian berupa laporan keuangan, membandingkan data, apakah sesuai dengan penerapan IAS dan PSAK tentang Agrikultur, membuat kesimpulan perlakuan akuntansi aset biologis kegiatan
penelitian.
PEMBAHASAN
Pengakuan dan Pengukuran Aset Biologis berupa Tanaman Perkebunan
Nusantara XII (Persero)
Pengakuan Aset Biologis
Aset biologis berupa tanaman perkebunan pada PT. Perkebunan Nusantara XII
(Persero) meliputi tanaman karet, kopi arabika, kopi robusta, kakao edel, kakao bulk, dan Teh. Dalam laporan keuangan PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) pengakuan aset biologis berupa tanaman perkebunan dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok
yaitu tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan.
Pengukuran
Aset Biologis berupa Tanaman Belum Menghasilkan diukur berdasarkan biaya
perolehannya. Biaya perolehan didapat dari mengkapitalisasi semua biaya yang dikeluarkan seperti biaya input, biaya proses dan biaya tidak langsung. Sedangkan
Tanaman Menghasilkan (TM) pengukuran hanya mereklasifikasi dari biaya perolehan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM). Kapitalisasi biaya-biaya mulai dari Pembibitan hingga TBM seperti yang dilakukan pada TBM tidak lagi dilakukan Tanaman
Menghasilkan karena biaya-biaya tersebut dianggap tidak lagi memberikan kontribusi bagi perkembangan Tanaman Menghasilkan. Produk agrikultur yang dihasilkan dari
TM diukur berdasarkan biaya perolehannya. biaya perolehan didapat dari mengkapitalisasi biaya-biaya yang dikeluarkan ketika panen hingga sampai ke produk agrikultur ini siap untuk dijual.
Tanaman Menghasilkan telah dilakukan penyusutan. Penyusutan dilakukan dengan metode garis lurus, yaitu besaran nilai penyusutan akan tetap sama dari tahun ke
tahun hingga masa manfaat atau nilai ekonomis tanaman perkebunan telah habis. Sedangkan produk agrikultur hasil dari TM akan diakui sebagai persediaan oleh perusahaan.
Penyajian
Aset Biologis berupa Tanaman Menghasilkan dan Tanaman Belum
Menghasilkan dalam Laporan Keuangan PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) disajikan pada Neraca dalam kolom Aset Tidak Lancar. Persediaan berupa produk agrikultur disajikan pada kolom Aset Lancar.
210 Siti Maghfiroh
El-Muhasaba, Vol. 8, No. 2, 2017
Pencatatan yang harus dilakukan oleh PT.Perkebunan Nusantara XII adalah sebagai
berikut:
1.Jurnal untuk mencatat tahap pembibitan
Pembibitan xxx
Kas xxx
2.Jurnal untuk mencatat Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
TBM xxx
Biaya/Kas xxx
3.Jurnal untuk mencatat Tanaman Menghasilkan
Tanaman Menghasilkan xxx
Tanaman Belum Menghasilkan xxx
4. Jurnal untuk mencatat penyusutan pada Tanaman Menghasilkan
Biaya penyusutan TM xxx
Akumulasi Penyusutan TM xxx
5. Jurnal untuk mencatat pengakuan produk agrikultur kedalam akun persediaan
Persediaan xxx
Kas xxx
Perbandingan Perlakuan Akuntansi Aset Biologis Perusahaan berdasarkan
Standar Akuntansi Keuangan
Setelah dijabarkan secara mendalam terkait perlakuan akuntansi aset biologis PT.Perkebunan Nusantara XII (Persero), kemudian akan dilihat perbandingan antara
perusahaan dengan kedua standar. Hal ini dimaksudkan agar dapat memberikan kesimpulan dalam memperlakukan aset biologisnya.
Tabel 4.4
Analisis Perbandingan Perlakuan Akuntansi Aset Biologis PT.Perkebunan
Nusantara XII (Persero) dengan IAS 41
Indikator Menurut Perusahaan Menurut IAS 41 Analisis
Ruang
Lingkup
Pelaporan
Perusahaan tidak hanya
mengatur aset biologis dalam hal pengakuan, pengukuran dan penyajian
IAS 41 hanya
mengatur perlakuan akuntansi dan pengungkapan yang
Secara umum hampir
sama perlakuan aset biologisnya, hanya saja pada perusahaan tidak
Perlakuan Akuntansi Aset Biolgis 211
El-Muhasaba, Vol. 8, No. 2, Juli 2017
dalam laporan keuangan.
Namun aset biologis juga
di atur pada titik panen hingga menjadi produk
jadi.
berhubungan dengan perkebunan hanya
sampai pada titik panen.
hanya mengatur aktivitas agrikultur saja
tetapi juga mengatur aktivitas setelah panen.
Deskripsi
aset biologis
Perusahaan
mendeskripsikan aset biologis tanaman perkebunan. Tanaman
perkebunan merupakan tanaman karet, teh, kakao
dan kopi yang diklasifikasikan sebagai tanaman belum
menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan
(TM).
Entitas dianjurkan
untuk memberikan deskripsi yang dihitung berdasarkan
kelompok aset biologisnya untuk
membedakan aset biologis berdasarkan umur tanamannya.
Pendeskripsiannya
sudah sesuai dengan IAS 41. Aset biologis dikelompokkan
berdasarkan umur tanaman.
Pengakuan
Aset
Biologis
Perusahaan mengakui adanya penyusutan
tanaman perkebunannya pada Tanaman
Menghasilkan (TM). Aset biologis yang dicatat dalam perusahaan adalah
aset tanaman belum menghasilkan (TBM) dan
tanaman menghasilkan (TM). Hasil aset biologis diakui sebagai persediaan.
Aset biologis
diakui menjadi aset
biologis dewasa (mature biological
assets) dan aset biologis belum dewasa (immature
biological assets).
Perusahaan mengakui aset biologsnya sesuai
dengan IAS 41, perbedaannya hanya
terletak pada istilah saja.
Pengukuran
Aset
Biologis
Untuk tanaman belum menghasilkan diukur
berdasarkan biaya perolehan. Biaya perolehan diperoleh dari
seluruh biaya yang berhubungan dengan
pengembangan perkebunan seperti biaya input, biaya proses dan
biaya tidak langsung.
Pengukuran aset biologis belum
dewasa diawal
periode diukur dengan
menggunakan nilai
wajar (fairvalue) pada harga pasar aktiva
sejenis.
Reklasifikasi aset
biologis belum
Pengukuran aset biologis Tanaman
belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan pada
perusahaan pada dasarnya belum
menggunakan nilai wajar.
212 Siti Maghfiroh
El-Muhasaba, Vol. 8, No. 2, 2017
Sedangkan Tanaman menghasilkan diperoleh
dari biaya perolehan dari Tanaman Belum
Menghasilkan yang kemudian direklasifikasi ke Tanaman
Menghasilkan.
dewasa menjadi
aset biologis dewasa
diukur berdasarkan nilai dari reklasifikasi
aset biologis belum dewasa
yang sebelumnya
telah diukur dengan
menggunakan nilai
wajar.
Penyajian
Aset
Biologis
Aset Biologis berupa
tanaman perkebunan
disajikan pada neraca
dalam pos aset tidak lancar berupa tanaman
belum menghasilkan
(TBM) dan tanaman
menghasilkan (TM).
Sedangkan untuk produk
agrikultur, disajikan di
dalam Aset Lancar dengan nama akun Persediaan.
Aset biologis disajikan dalam
neraca pada pos aset tidak lancar dengan
Mengklasifikasikan
jenis aset biologisnya ke dalam aset biologis
belum dewasa (immature biological assets) dan
aset biologis dewasa (mature biological assets).
Perusahaan dalam menyajikan aset
biologisnya dalam neraca sudah sesuai dengan IAS 41.
Tabel 4.5
Analisis Perbandingan Perlakuan Akuntansi Aset Biologis PT.Perkebunan
Nusantara XII (Persero) dengan PSAK 69
Indikator Menurut Perusahaan Menurut PSAK 69 Analisis
Ruang
Lingkup
Pelaporan
Perusahaan tidak hanya mengatur aset biologis dalam
hal pengakuan, pengukuran dan penyajian dalam laporan keuangan.
Namun aset biologis juga di atur pada titik panen hingga
menjadi produk barangjadi
PSAK 69 mengatur perlakuan akuntansi
dan pengungkapan yang berhubungan dengan aktivitas
agrikultur, hasil dari panen dari aset biologis
milik entitas, pada titik panen sampai menjadi produk agrikultur.
Secara umum hampir sama
perlakuan aset biologisnya, hanya saja pada perusahaan
tidak hanya mengatur aktivitas
agrikultur saja tetapi juga mencakup hasil dari panen yang
diakui sebagai
Perlakuan Akuntansi Aset Biolgis 213
El-Muhasaba, Vol. 8, No. 2, Juli 2017
persediaan.
Deskripsi
Aset
Biologis
Perusahaan mendeskripsikan aset biologis tanaman perkebunan. Tanaman
perkebunan merupakan tanaman karet, teh, kakao dan
kopi yang dikalsifikasikan sebagai tanaman belum menghasilkan (TBM) dan
tanaman menghasilkan (TM).
entitas dianjurkan untuk memberikan deskripsi yang dihitung
berdasarkan kelompok aset biologisnya untuk
membedakan aset biologis berdasarkan umur tanamannya.
Penerapan sudah sesuai dengan PSAK 69Aset biologis
dikelompokkan
berdasarkan umur
tanaman.
Pengakuan
Aset
Biologis
Perusahaan mengakui adanya
penyusutan tanaman perkebunannya pada Tanaman Menghasilkan
(TM). Aset biologis yang dicatat dalam perusahaan
adalah aset tanaman belum menghasilkan (TBM) dan
tanaman menghasilkan (TM).
Hasil aset biologis dicatat sebagai persediaan
Aset biologis
diklasifikasikan
menjadi aset biologis
dewasa (mature
biological assets) dan
aset biologis belum
dewasa (immature
biological assets).
Perusahaan
mengakui aset biologisnya sesuai dengan PSAK 69,
perbedaannay hanya terletak pada istilah
saja.
Pengukuran
Aset
Biologis
Untuk tanaman belum menghasilkan diukur berdasarkan biaya perolehan.
Untuk Tanaman Belum Menghasilkan diperoleh dari
seluruh biaya yang berhubungan dengan pengembangan perkebunan
seperti biaya input, biaya proses dan biaya tidak
langung.
Sedangkan Tanaman
menghasilkan diperoleh dari biaya perolehan dari
Tanaman Belum Menghasilkan yang kemudian direklasifikasi ke
Tanaman Menghasilkan.
Pada saat pengakuan awal, dan pada tanggal pelaporan berikutnya
pada nilai wajar dikurangi estimasi
biaya penjualannya. Kecuali jika nilai wajar tidak bisa diukur secara
andal.
Perusahaan mencatat tanaman perkebunannya
dalam TBM dan TM, namun pada
dasarnya belum menggunakan nilai wajar. Perusahaan
mengukur aset biologisnya
berdasarkan biaya perolehan yang berhubungan dengan
pengembangan perkebunan dan
dikapitalisasi sampai produk komersial telah dicapai.
214 Siti Maghfiroh
El-Muhasaba, Vol. 8, No. 2, 2017
Penyajian
Aset
Biologis
Aset Biologis berupa
tanaman perkebunan
disajikan pada neraca
dalam pos aset tidak lancar
berupa tanaman
belum menghasilkan
(TBM) dan tanaman
menghasilkan (TM).
Sedangkan untuk produk
agrikultur, disajikan di
dalam Aset Lancar dengan nama akun Persediaan
Seluruh keuntungan
atau kerugian yang dialami dari perubahan nilai wajar dari
penilaian aset biologis yang dihasilkan pada
saat panen disajikan pada periode terjadinya.
Penyajian aset
biologis dalam neraca sudah sesuai
dengan PSAK 69,
yaitu dengan memisahkan aset
biologis yang belum
produktif dengan aset biologis yang
telah menghasilkan produk agrikultur.
Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan kedua standar
akuntansi keuangan antara IAS 41 Agriculture dan PSAK 69 Agrikultur terletak pada ruang lingkup aset biologis, dimana jika IAS 41 Agriculture hanya mengatur perlakuan
akuntansi dan pengungkapan yang berhubungan dengan kegiatan pertanian hanya sampai pada titik panen saja, selebih dari titik panen diatur dalam IAS 2 Persediaan. Sedangkan PSAK 69 mengatur perlakuan akuntansi sampai menjadi produk agrikultur
namun perusahaan dalam laporan keuangannya hanya mengakui produk agrikultur sebagai persediaan. Dalam hal ini, Perusahaan belum menerapkan kedua standar
tersebut dan perlakuan nya hampir sama dengan kedua standar tersebut hanya saja perbedaannya terletak pada istilah saja.
KESIMPULAN
Dari paparan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
Aset biologis berupa tanaman perkebunan pada PT. Perkebunan Nusantara XII
(Persero) meliputi tanaman karet, kopi arabika, kopi robusta, kakao edel, kakao bulk, dan Teh. Dalam laporan keuangan PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) pengakuan aset biologis berupa tanaman perkebunan dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok
yaitu Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM).Aset Biologis berupa Tanaman Belum Menghasilkan diukur berdasarkan biaya perolehannya.
Biaya perolehan didapat dari mengkapitalisasi semua biaya yang dikeluarkan seperti biaya input, biaya proses dan biaya tidak langsung. Sedangkan Tanaman Menghasilkan (TM) pengukuran hanya mereklasifikasi dari biaya perolehan Tanaman Belum
Menghasilkan (TBM). Kapitalisasi biaya-biaya mulai dari Pembibitan hingga TBM seperti yang dilakukan pada TBM tidak lagi dilakukan Tanaman Menghasilkan karena
biaya-biaya tersebut dianggap tidak lagi memberikan kontribusi bagi perkembangan. Aset Biologis berupa Tanaman Menghasilkan dan Tanaman Belum Menghasilkan
Perlakuan Akuntansi Aset Biolgis 215
El-Muhasaba, Vol. 8, No. 2, Juli 2017
dalam Laporan Keuangan PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) disajikan pada
Neraca dalam kolom Aset Tidak Lancar.
Secara umum, perlakuan akuntansi aset biologis mulai dari pengakuan,
pengukuran diawal periode dan pada tanggal neraca sampai penyajian aset biologis yang dilakukan oleh PT.Perkebunan Nusantara XII (Persero) hampir sama dengan perlakuan akuntansi yang diatur dalam IAS 41 Agriculture dan PSAK 69 Agrikultur
hanya saja perbedaannya terletak pada istilah saja. Pada dasarnya perusahaan belum menerapkan kedua standar tersebut, terlihat pada laporan keuangan perusahaan yang
mengukur aset biologisnya pada biaya perolehan bukan dengan nilai wajar.
SARAN
Perusahaan PT.Perkebunan Nusantara XII (Persero) diharapkan dapat terus meningkatkan kualitas informasi laporan keuangan, khususnya pada aset biologisnya.
Meskipun belum menerapkan IAS 41 dan PSAK 69, Namun perusahaan dapat mulai belajar dalam menggunakan perhitungan nilai wajar. Metode ini dianggap sebagai metode paling relevan untuk menghitung nilai aset biologis karena disesuaikan dengan
kondisi nilai pasar. Perusahaan tidak dapat memperlihatkan nilai yang sesungguhnya karena aset dicatat sebesar biaya yang dikeluarkan.Laporan keuangan dapat dikatakan
baik jika dapat memberikan informasi yang relevan, andal, dapat dibandingakan dan lengkap.
Selain itu untuk penelitian kedepannya, penulis sangat mengharapkan adanya
perbaikan. Observasi mendalam sangat di harapkan agar dapat menghasilkan informasi yang lebih mendalam pula, tidak hanya mengandalkan laporan tahunan perusahaan
semata.
DAFTAR PUSTAKA
Amanah, Dian Nurul Martha. (2014) .Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis pada
Industri Perkebunan.Skripsi (tidak dipublikasikan).Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.Malang
Argiles, Josep Maria; Slof Eric Jhon.(2001).New Oportunities For Farm Accounting.Artikel.https://poseidon01.ssrn.com diperoleh tanggal 24 Desember 2016
Argiles, Josep Maria; Josep Garcia Blandon; Teresa Monllau. (2005) .Fair Value and Historic Cost Accounting of Biological Assets. Artikel.www.scopus.com
diperolehtanggal 24Desember 2016
Ikatan Akuntan Indonesia. (2015) .Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat
Ikatan Akuntansi Indonesia. (2015) .Standar Akuntansi Keangan No.1 Penyajian Laporan Keuangan.Jakarta
Ikbar, Yanuar. (2012). Metode Penelitian Sosial Kualitatif (cet. ke-1).Bandung:PT.Refika Aditama
International Accounting Standard Committe. (2009) .International Accounting
Standard 41 Agriculture consolidated version of 16 September 2009.England.
216 Siti Maghfiroh
El-Muhasaba, Vol. 8, No. 2, 2017
Laporan Tahunan PT.Perkebunan Nusantara XII (Persero) Tahun 2015.
PT. Perkebunan Nusantara I-XIV dan PT. Rajawali Nusantara Indonesia.2011.Pedoman
Akuntansi Perkebunan BUMN.Jakarta
Ridwan, Achmad ABD. (2011) .Perlakuan Akuntansi Aset Biologis PT.Perkebunan
Nusantara XIV Makassar (Persero).Universitas Hasanuddin.
https://www.sahamok.com/emiten/sektor-pertanian/sub-sektor-perkebunan/ di akses 18
April 2017