perlakuan akuntansi aset biologis berdasarkan ias …

14
203 PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS BERDASARKAN IAS NO. 41 DAN PSAK NO. 69 Siti Maghfiroh Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Jl.Gajayana 50 Malang Telp. 0341-551354 Email:[email protected] Abstract The goal research is knowing biology asset accounting treatment in recognition, measurement, and display in financial statement and also to know comparison biology asset company accounting treatment based on Financial Accounting Standard, IAS 41 Agricultutreand PSAK 69 Agriculture. This research uses qualitative descriptive approach with case study approach that conducted in PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero). This research is Ex Post Facto research that this goal research is to research event in the past and then trace to the back from that data to discover pre-factors or determine enable causes to event that researched. Research subject is PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero). Research result shows that PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) that moves in plantation field recognize biology asset as plantation plant is classified to “immature plant” and “produce plant”. Biology asset is being measured by result cost and display in constant asset. PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) still doesn’t apply IAS 41 Agriculture and PSAK 69 Agriculture, depend on financial statement of company that measure biological asset in result cost with unproper price. Keywords: Biology Asset, Financial Statement, IAS 41, PSAK 69 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan akuntansi aset biologis dalam hal pengakuan, pengukuran dan penyajian dalam laporan keuangan dan juga bertujuan untuk mengetahui perbandingan perlakuan akuntansi aset biologis perusahaan berdasarkan Standar Akuntasi Keuangan yaitu IAS 41Agriculture dan PSAK 69 Agrikultur.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero). Penelitian yang merupakan jenis penelitian Ex Post Facto yaitu penelitian yang dilakukan bertujuan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang melalui data tersebut untuk menemukan faktor-faktor yang mendahului atau menentukan sebab-sebab yang mungkin atas peristiwa yang diteliti. Subyek penelitian adalah PT.Perkebunan Nusantara XII (Persero). Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT.Perkebunan Nusantara XII (Persero) yang bergerak dibidang perkebunan mengakui aset biologis berupa tanaman perkebunan dikelompokkan menjadi Tanaman Belum Menghasikan dan Tanaman Menghasilkan. Aset biologis diukur berdasarkan biaya perolehan dan disajikan pada neraca dalam pos Aset Tidak Lancar. PT.Perkebunan Nusantara XII (Persero) masih belum menerapkan IAS 41 Agriculture dan PSAK 69 Agrikultur , terlihat pada laporan keuangan perusahaan yang mengukur aset biologisnya pada biaya perolehan bukan dengan nilai wajar.

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS BERDASARKAN IAS …

203

PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS BERDASARKAN IAS NO. 41

DAN PSAK NO. 69

Siti Maghfiroh

Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Jl.Gajayana 50 Malang Telp. 0341-551354 Email:[email protected]

Abstract

The goal research is knowing biology asset accounting treatment in recognition,

measurement, and display in financial statement and also to know comparison biology asset company accounting treatment based on Financial Accounting

Standard, IAS 41 Agricultutreand PSAK 69 Agriculture. This research uses qualitative descriptive approach with case study approach that conducted in PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero). This research is Ex Post Facto research that

this goal research is to research event in the past and then trace to the back from that data to discover pre-factors or determine enable causes to event that

researched. Research subject is PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero). Research result shows that PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) that moves in plantation field recognize biology asset as plantation plant is classified to “immature plant”

and “produce plant”. Biology asset is being measured by result cost and display in constant asset. PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) still doesn’t apply IAS 41

Agriculture and PSAK 69 Agriculture, depend on financial statement of company that measure biological asset in result cost with unproper price.

Keywords: Biology Asset, Financial Statement, IAS 41, PSAK 69

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan akuntansi aset biologis dalam

hal pengakuan, pengukuran dan penyajian dalam laporan keuangan dan juga bertujuan untuk mengetahui perbandingan perlakuan akuntansi aset biologis perusahaan berdasarkan Standar Akuntasi Keuangan yaitu IAS 41Agriculture dan

PSAK 69 Agrikultur.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara XII

(Persero). Penelitian yang merupakan jenis penelitian Ex Post Facto yaitu penelitian yang dilakukan bertujuan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang melalui data tersebut untuk menemukan faktor-faktor yang

mendahului atau menentukan sebab-sebab yang mungkin atas peristiwa yang diteliti. Subyek penelitian adalah PT.Perkebunan Nusantara XII (Persero). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa PT.Perkebunan Nusantara XII (Persero) yang bergerak dibidang perkebunan mengakui aset biologis berupa tanaman perkebunan dikelompokkan menjadi Tanaman Belum Menghasikan dan Tanaman Menghasilkan. Aset biologis

diukur berdasarkan biaya perolehan dan disajikan pada neraca dalam pos Aset Tidak Lancar. PT.Perkebunan Nusantara XII (Persero) masih belum menerapkan IAS 41

Agriculture dan PSAK 69 Agrikultur , terlihat pada laporan keuangan perusahaan yang mengukur aset biologisnya pada biaya perolehan bukan dengan nilai wajar.

Page 2: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS BERDASARKAN IAS …

204 Siti Maghfiroh

El-Muhasaba, Vol. 8, No. 2, 2017

Kata kunci: Aset Biologis, Laporan Keuangan, IAS 41, PSAK 69

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki keunggulan sebagai produsen komoditas pertanian, terutama dari subsektor perkebunan yang selama ini dijadikan sebagai komoditas andalan ekspor dalam perdagangan Internasional. Data

statistik tahun 2016 menunjukkan bahwa sebanyak 32,88% penduduk di Indonesia bekerja di bidang agrikultur. Pertanian di Indonesia menghasilkan berbagai macam

tumbuhan komoditi ekspor antara lain padi, jagung, kedelai, sayur-sayuran, cabai, ubi, dan singkong. Di samping itu, Indonesia juga dikenal dengan hasil perkebunannya antara lain karet, kelapa sawit, tembakau, kapas, kopi, dan tebu.

Industri perkebunan di Indonesia umumnya dikelola oleh dua jenis perusahaan. Yang pertama adalah industri perkebunan yang dimiliki dan dikelola oleh

swasta/perusahaan publik. Sedangkan yang kedua adalah industri perkebunan yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sahamnya sebagian besar dimiliki oleh negara atau bahkan dimiliki secara keseluruhan. Pada saat sekarang ini,

sudah tidak sedikit lagi perusahaan agrikultur di Indonesia. Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (https://www.sahamok.com) ada 10 perusahaan agrikultur yang

mendaftarkan namanya dalam daftar pasar saham diantaranya:

1. Astra Agro Lestari Tbk

2. Austindo Nusantara Jaya Tbk

3. Eagle High Plantations Tbk (d.h BW Plantation Tbk)

4. PT. Dharma Satya Nusantara Tbk

5. Golden Plantation Tbk

6. Gozco Plantation Tbk

7. Jaya Agra Wattie Tbk

8. PP London Sumatera Indonesia Tbk

9. Multi Agro Gemilang Plantation Tbk

10. Provident Agro Tbk

Aset yang dimiliki oleh perusahaan agrikultur mempunyai perbedaan dengan perusahaan yang bergerak dibidang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari

adanya aktivitas pengelolaan serta transformasi biologis atas tanaman untuk menghasilkan suatu produk yang dapat dikonsumsi atau diproses lebih lanjut.

Pada umumnya, karena karakteristiknya yang unik, perusahaan yang bergerak dalam bidang agrikultur mempunyai kemungkinan yang cukup besar untuk menyampaikan informasi pada laporan keuangan yang lebih bias dibandingkan

dengan perusahaan yang bergerak dibidang lain terutama dalam hal pengakuan, pengukuran, penyajian, serta pengungkapan mengenai aset tetapnya. Namun,

perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan mempunyai aset yang memiliki karakteristik yang unik. Aset tersebut disebut aset biologis.

Page 3: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS BERDASARKAN IAS …

Perlakuan Akuntansi Aset Biolgis 205

El-Muhasaba, Vol. 8, No. 2, Juli 2017

Ridwan (2011:3) menyatakanaset biologis merupakan aset yang unik, karena

mengalami transformasi pertumbuhan bahkan setelah aset biologis menghasilkan output. Transformasi biologis terdiri atas proses pertumbuhan, degenerasi, produksidan

prokreasi yang menyebabkanperubahansecarakualitatifdankuantitatifdalamkehidupantumbuhandanhewan. Aset biologis dapat menghasilkan asetbaru yang terwujuddalamagricultural

produceatauberupa ctambahanasetdalamkelas yang sama. Adanya transformasi biologis tersebut, makadiperlukanpengukuran yang

dapatmenunjukkannilaidariasettersebutsecarawajarsesuaidengankontribusinyadalammenghasilkanalirankeuntunganekonomisbagiperusahaan.

MenurutAmanah (20skm9qi9k-3jk989`9juh8h7114:6) dalamaplikasinya,

asetbiologisdapatdiukurmenggunakanbiayahistorisdannilaiwajar.Biayahistorisdidasarkanpadahargaperolehanawaldariasettersebut.ixnxd95nyf,metodebiayahistorisdianggapkura

ngmampumenyampaikaninformasi yang wajarterkaitnilaiasetterkini. Seperti yang diungkapkanArgiles, Blandon, danMonllau (2005), organisasiakuntansiduniasepertiInternational Accounting Standar Board (IASB), USA

Financial Accounting Standard Board (FASB), Accounting Regulatory Committee (ARC), danEuropean Financial Reporting Advisory Group (EFRAG)

mendorongkonvergensistandarakuntansiinternasionalberdasarkanhargapasar, bukanmenggunakanmetodetradisional yang biasadikenaldenganbiayahistoris.

Usaha dibidang perkebunan mengalami perkembangan yang pesat dan semakin

dinamika akhir-akhir ini. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut, seperti perkembangan teknologi perkebunan yang semakin maju, meningkatnya

permintaan hasil perkebunan, dan munculnya otonomi daerah yang berdampak terhadap pengelola hasil perkebunan. Selain itu semakin meningkatnya tuntutan transparansi dan akuntabilitas seiring dengan keterbukaan informasi yang difasilitasi oleh keberadaan

teknologi komunikasi dan informasi yang semakin maju dan semakin murah.

Oleh karena itu, usaha perkebunan sangat membutuhkan suatu alat manajemen.

Salah satu alat manajemen yang umum diketahui adalah laporan keuangan. Saat ini, permintaan publik terhadap informasi laporan keuangan juga semakin tinggi. Menurut PSAK No 1 tentang penyajian laporan keuangan (2015:12) Laporan keuangan bertujuan

untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna

dalam pengambilan keputusan ekonomik. Pentingnyaporsilaporankeuangandalampengelolaansebuahindustrimembuatkeberadaanlaporankeuangansangatdibutuhkan, tentunyaditunjangdengan output kualitasinformasi

yang baik pula.

Secaraumum, bisadisimpulkanbahwalaporan

keuangandapatdikatakanbaikjikadapatmemberikaninformasi yang relevan, andal, dapatdibandingkan, danlengkap (PSAK,2015) Kelengkapanlaporankeuanganbisadilihatdarikeberadaan lima

elemenlaporankeuanganyaitu: laporanlabarugikomprehensif, laporanperubahanekuitas, laporanposisikeuangan, laporanaruskas, dancatatanataslaporankeuangan.

Mengingatbetapapentingnyaperanandarilaporankeuangan, makamutlakbagientitasuntukmelakukanpenyusunanlaporankeuangandenganbaik, benar,

Page 4: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS BERDASARKAN IAS …

206 Siti Maghfiroh

El-Muhasaba, Vol. 8, No. 2, 2017

dansesuaistandar.Hal iniditunjukkanuntukmengurangiterjadinyaasimetriinformasi di

kalanganpenggunalaporankeuangan.

Dalammenyusunlaporankeuanganmetodeakuntansimenjadisalahsatuhal yang

harusdiperhatikan.Metodeakuntansi yang digunakanharussesuaidenganjenisindustri yang dijalankanolehentitastersebut. Perbedaan jenis industri dan skala kegiatan entitas menyebabkan pemilihan dan penggunaan metode akuntansi yang berbeda pula. Untuk

beberapa jenis industri yang mempunyai karakteristik khusus, perbedaan penggunaan metode akuntansi sangat mungkin terjadi. Letak keunikan industri tersebut bisa terjadi

pada sisi perlakuan aset, pengelolaan komoditas entitas, struktur permodalan, atau lainnya.

Dalamindustriperkebunan, asetmenjadibagian yang

cukupmenarikperhatian.Berbedadenganperusahaanmanufakturpadaumumnya, perusahaan yang bergerakdibidangperkebunanmemilikiaset yang

berbentukmakhlukhidup (tumbuhandanhewan). Proses pengakuan, pengukuran, penyajiandanpengungkapanatasaset yang umumnyabendamati. Dibutuhkanpemahaman yang lebih detail, karenaasetbiologisakanmengalamiklasifikasi yang berulang di

sepanjangumurekonomisnyaakibattransformasibentukasettersebut.

IAS 41 dan PSAK 69 merupakan standar yang unik, jika standar yang lain

memiliki klasifikasi aset berupa benda mati yang dapat berupa gedung, mesin, kendaraan, dan lain-lain, IAS 41 Dan PSAK 69 justru standar yang mengatur tentang perlakuan akuntansi berupa aset biologis (hewan atau tanaman hidup). Penerapan IAS

41 dan PSAK 69 merupakan hal yang masih baru bagi perusahaan agrikultur atau perkebunan di Indonesia.

Pada penelitian ini, obyek penelitian yang dipilih adalah PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis perlakuan akuntansi aset biologis berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dalam

hal pengakuan, pengukuran, dan penyajian. PT.Perkebunan Nusantara XII (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor perkebunan di

Indonesia yang bergerak dibidang usaha agribisnis perkebunan dengan komoditas berupa teh, karet, kopi arabika, kopi robusta, kakao edel, dan kakao bulk.

Tujuan dari penelitian ini didasarkan pada rumusan masalah di atas yaitu:

1. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi aset biologis (pengakuan, pengukuran, dan penyajian) pada PT.Perkebunan Nusantara XII (Persero) Surabaya.

2. UntukmengetahuiperbandinganperlakuanakuntansiasetbiologispadaPT.Perkebunan Nusantara XII (Persero) Surabaya denganIAS 41 Agriculture dan PSAK 69 Agrikultur.

TINJAUAN PUSTAKA

Teori Transparansi

Terdapat beberapa teori yang mendasari pada perlakuan IAS 41 dan PSAK 69 ini yaitu teori transparansi. karena IAS 41 dan PSAK 69 adalah standar baru yang akan diterapkan dalam perusahaan perkebunan.Transparansi dibangun atas dasar arus

informasi yang bebas. Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga, dan infomasi perlunya dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan informasi yang

tersedia harus memadai agar dapat mengerti dan dipantau

Page 5: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS BERDASARKAN IAS …

Perlakuan Akuntansi Aset Biolgis 207

El-Muhasaba, Vol. 8, No. 2, Juli 2017

(http://repository.widyatama.ac.id). Ada beberapa pengertian tentang transparansi

publik yaitu: Menurut Andrianto (2012) menyatakan bahwa transparansi adalah sebagai berikut:

“Keterbukaan secara sungguh-sungguh, menyeluruh dan memberi tempat bagi partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam proses pengelolaan sumber daya publik”.

Menurut Hafidz (2070) menyatakan bahwa transparansi adalah sebagai berikut:

“Keterbukaan dan kejujuran kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan

bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintahan dalam sumberdaya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.”

Berdasarkan definisi diatas dapat dikatakan bahwa transparansi merupakan keterbukaan pemerintah kepada masyarakat untuk mengakses informasi berdasarkan pertimbangan

bahwa masyarakat memliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintahan tersebut.

AsetBiologis

MenurutArgilesdanSlofdalamAmanah (2014:20)

menjabarkanpengertiandariasetbiologis (biological assets) yaitu:

“Biological asset are defined as living animals and plants that are controlled as a result of past events, agricultural produce as the harvested product of biological

assets awaiting sale, processing, or consumption, and agricultural land as that is used directly to support and sustain biological assets in agricultural activity.”

Ataujikaditerjemahkanyaitu:

“Asetbiologisdidefinisikansebagaihewandantumbuhanhidup yang dikendalikansebagaiakibatdariperistiwamasalalu, hasilpertaniansebagaiproduk yang

dipanendariasetbiologismenunggupenjualan, pengolahan, ataukonsumsi, danlahanpertaniansebagailahan yang

digunakansecaralangsunguntukmendukungdanmempertahankanaset biologisdalamkegiatanpertanian.”

Berdasarkandefinisiasetbiologis di

atasdapatdisimpulkanbahwaasetbiologismerupakantanamanhiduppertanianmaupunperkebunandanhewanternak yang diolahdandimilikiolehperusahaandengantujuan agar

perusahaanmendapatkanmanfaat di masamendatang.

IAS 41 Agriculture

IAS 41 diterbitkan oleh International Accounting Standard Committee (IASC) pada bulan Februari 2001 dan efektif berlaku 1 Januari 2003. Standar ini mengatur perlakuan

akuntansi, penyajian laporan keuangan, dan pengungkapan pada kegiatan agrikultur. Kegiatan agrikultur merupakan pengelolaan transformasi hewan atau tanaman hidup (aset biologis) suatu entitas untuk dijual, menjadi produk pertanian, atau menjadi aset

biologis tambahan.

Page 6: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS BERDASARKAN IAS …

208 Siti Maghfiroh

El-Muhasaba, Vol. 8, No. 2, 2017

Ruang Lingkup IAS 41

IAS 41diterapkan untuk memperhitungkan aktivitas agrikultur berikut ini (IAS 41:1):

1. Aset biologis,

2. Produk agrikultur pada saat titik panen, dan

3. Hibah pemerintah.

PSAK 69 Agrikultur

PSAK 69 adalah standar akuntansi yang dikeluarkan oleh

DewanStandarAkuntansiKeuangan yang memberikan aturan dan pedoman akuntansi pada sektor perkebunan. Standar ini mulai digunakan pada 1 Januari 2016. PSAK 69 menerapkan untuk produk agrikultur, yang merupakan hasil panen dari aset biologis

milik entitas, pada titik panen. Selanjutnya, berlaku diterapkan untuk produk agrikultur tersebut.

RuangLingkup PSAK 69 Agrikultur

PSAK 69diterapkan untuk memperhitungkan aktivitas agrikultur berikut (IAS 41:1):

1. AsetBiologis, kecualitanamanproduktif (bearer plants)

2. Produkagrikulturpadatitikpanen

3. Hibahpemerintah

Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah rangkuman hasil operasi dan kinerja suatu perusahaan yang berupa data-data keuangan dan non keuangan perusahaan selama satu periode.

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan

perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum. Dengan demikian tidak sepenuhnya dapat

memenuhi kebutuhan informasi tiap pemakai.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian Ex Post Facto (Ikbar, 2012:182) yaitu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke

belakang melalui data tersebut untuk menemukan faktor-faktor yang mendahului atau menentukan sebab-sebab yang mungkin atas peristiwa yang diteliti.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan tahunan dan informasi lainnya yang berhubungan dengan aktivitas agrikultur, khususnya perlakuan aset biologis. Data

penelitian diperoleh dari berbagai sumber, antara lain :

1. Situs resmi PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) (www.ptpn12.com)

2. Laporan tahunan PT.Perkebunan Nusantara XII (Persero).

Page 7: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS BERDASARKAN IAS …

Perlakuan Akuntansi Aset Biolgis 209

El-Muhasaba, Vol. 8, No. 2, Juli 2017

3. Berbagai website lainnya, artikel, buku, dan penelitian terdahulu terkait

denganperlakuanakuntansi asetbiologis.

Teknik analisis deskriptif kualitatif, data yang diperoleh dianalisis secara

kualitatif, yaitu dengan mengkaji, memaparkan, menelaah, dan menjelaskan data-data yang diperoleh pada PT. Perkebunan Nusantara XII (PTPN XII) untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh tentang proses pengakuan dan pengukuran aset

biologis berupa tanaman perkebunan pada PTPN XII hingga tersaji ke dalam laporan keuangan. Adapun langkah-langkah analisis data yang dilakukan diantaranya:

Mengumpulkan data dan informasi yang diperoleh dari objek penelitian berupa laporan keuangan, membandingkan data, apakah sesuai dengan penerapan IAS dan PSAK tentang Agrikultur, membuat kesimpulan perlakuan akuntansi aset biologis kegiatan

penelitian.

PEMBAHASAN

Pengakuan dan Pengukuran Aset Biologis berupa Tanaman Perkebunan

Nusantara XII (Persero)

Pengakuan Aset Biologis

Aset biologis berupa tanaman perkebunan pada PT. Perkebunan Nusantara XII

(Persero) meliputi tanaman karet, kopi arabika, kopi robusta, kakao edel, kakao bulk, dan Teh. Dalam laporan keuangan PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) pengakuan aset biologis berupa tanaman perkebunan dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok

yaitu tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan.

Pengukuran

Aset Biologis berupa Tanaman Belum Menghasilkan diukur berdasarkan biaya

perolehannya. Biaya perolehan didapat dari mengkapitalisasi semua biaya yang dikeluarkan seperti biaya input, biaya proses dan biaya tidak langsung. Sedangkan

Tanaman Menghasilkan (TM) pengukuran hanya mereklasifikasi dari biaya perolehan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM). Kapitalisasi biaya-biaya mulai dari Pembibitan hingga TBM seperti yang dilakukan pada TBM tidak lagi dilakukan Tanaman

Menghasilkan karena biaya-biaya tersebut dianggap tidak lagi memberikan kontribusi bagi perkembangan Tanaman Menghasilkan. Produk agrikultur yang dihasilkan dari

TM diukur berdasarkan biaya perolehannya. biaya perolehan didapat dari mengkapitalisasi biaya-biaya yang dikeluarkan ketika panen hingga sampai ke produk agrikultur ini siap untuk dijual.

Tanaman Menghasilkan telah dilakukan penyusutan. Penyusutan dilakukan dengan metode garis lurus, yaitu besaran nilai penyusutan akan tetap sama dari tahun ke

tahun hingga masa manfaat atau nilai ekonomis tanaman perkebunan telah habis. Sedangkan produk agrikultur hasil dari TM akan diakui sebagai persediaan oleh perusahaan.

Penyajian

Aset Biologis berupa Tanaman Menghasilkan dan Tanaman Belum

Menghasilkan dalam Laporan Keuangan PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) disajikan pada Neraca dalam kolom Aset Tidak Lancar. Persediaan berupa produk agrikultur disajikan pada kolom Aset Lancar.

Page 8: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS BERDASARKAN IAS …

210 Siti Maghfiroh

El-Muhasaba, Vol. 8, No. 2, 2017

Pencatatan yang harus dilakukan oleh PT.Perkebunan Nusantara XII adalah sebagai

berikut:

1.Jurnal untuk mencatat tahap pembibitan

Pembibitan xxx

Kas xxx

2.Jurnal untuk mencatat Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

TBM xxx

Biaya/Kas xxx

3.Jurnal untuk mencatat Tanaman Menghasilkan

Tanaman Menghasilkan xxx

Tanaman Belum Menghasilkan xxx

4. Jurnal untuk mencatat penyusutan pada Tanaman Menghasilkan

Biaya penyusutan TM xxx

Akumulasi Penyusutan TM xxx

5. Jurnal untuk mencatat pengakuan produk agrikultur kedalam akun persediaan

Persediaan xxx

Kas xxx

Perbandingan Perlakuan Akuntansi Aset Biologis Perusahaan berdasarkan

Standar Akuntansi Keuangan

Setelah dijabarkan secara mendalam terkait perlakuan akuntansi aset biologis PT.Perkebunan Nusantara XII (Persero), kemudian akan dilihat perbandingan antara

perusahaan dengan kedua standar. Hal ini dimaksudkan agar dapat memberikan kesimpulan dalam memperlakukan aset biologisnya.

Tabel 4.4

Analisis Perbandingan Perlakuan Akuntansi Aset Biologis PT.Perkebunan

Nusantara XII (Persero) dengan IAS 41

Indikator Menurut Perusahaan Menurut IAS 41 Analisis

Ruang

Lingkup

Pelaporan

Perusahaan tidak hanya

mengatur aset biologis dalam hal pengakuan, pengukuran dan penyajian

IAS 41 hanya

mengatur perlakuan akuntansi dan pengungkapan yang

Secara umum hampir

sama perlakuan aset biologisnya, hanya saja pada perusahaan tidak

Page 9: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS BERDASARKAN IAS …

Perlakuan Akuntansi Aset Biolgis 211

El-Muhasaba, Vol. 8, No. 2, Juli 2017

dalam laporan keuangan.

Namun aset biologis juga

di atur pada titik panen hingga menjadi produk

jadi.

berhubungan dengan perkebunan hanya

sampai pada titik panen.

hanya mengatur aktivitas agrikultur saja

tetapi juga mengatur aktivitas setelah panen.

Deskripsi

aset biologis

Perusahaan

mendeskripsikan aset biologis tanaman perkebunan. Tanaman

perkebunan merupakan tanaman karet, teh, kakao

dan kopi yang diklasifikasikan sebagai tanaman belum

menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan

(TM).

Entitas dianjurkan

untuk memberikan deskripsi yang dihitung berdasarkan

kelompok aset biologisnya untuk

membedakan aset biologis berdasarkan umur tanamannya.

Pendeskripsiannya

sudah sesuai dengan IAS 41. Aset biologis dikelompokkan

berdasarkan umur tanaman.

Pengakuan

Aset

Biologis

Perusahaan mengakui adanya penyusutan

tanaman perkebunannya pada Tanaman

Menghasilkan (TM). Aset biologis yang dicatat dalam perusahaan adalah

aset tanaman belum menghasilkan (TBM) dan

tanaman menghasilkan (TM). Hasil aset biologis diakui sebagai persediaan.

Aset biologis

diakui menjadi aset

biologis dewasa (mature biological

assets) dan aset biologis belum dewasa (immature

biological assets).

Perusahaan mengakui aset biologsnya sesuai

dengan IAS 41, perbedaannya hanya

terletak pada istilah saja.

Pengukuran

Aset

Biologis

Untuk tanaman belum menghasilkan diukur

berdasarkan biaya perolehan. Biaya perolehan diperoleh dari

seluruh biaya yang berhubungan dengan

pengembangan perkebunan seperti biaya input, biaya proses dan

biaya tidak langsung.

Pengukuran aset biologis belum

dewasa diawal

periode diukur dengan

menggunakan nilai

wajar (fairvalue) pada harga pasar aktiva

sejenis.

Reklasifikasi aset

biologis belum

Pengukuran aset biologis Tanaman

belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan pada

perusahaan pada dasarnya belum

menggunakan nilai wajar.

Page 10: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS BERDASARKAN IAS …

212 Siti Maghfiroh

El-Muhasaba, Vol. 8, No. 2, 2017

Sedangkan Tanaman menghasilkan diperoleh

dari biaya perolehan dari Tanaman Belum

Menghasilkan yang kemudian direklasifikasi ke Tanaman

Menghasilkan.

dewasa menjadi

aset biologis dewasa

diukur berdasarkan nilai dari reklasifikasi

aset biologis belum dewasa

yang sebelumnya

telah diukur dengan

menggunakan nilai

wajar.

Penyajian

Aset

Biologis

Aset Biologis berupa

tanaman perkebunan

disajikan pada neraca

dalam pos aset tidak lancar berupa tanaman

belum menghasilkan

(TBM) dan tanaman

menghasilkan (TM).

Sedangkan untuk produk

agrikultur, disajikan di

dalam Aset Lancar dengan nama akun Persediaan.

Aset biologis disajikan dalam

neraca pada pos aset tidak lancar dengan

Mengklasifikasikan

jenis aset biologisnya ke dalam aset biologis

belum dewasa (immature biological assets) dan

aset biologis dewasa (mature biological assets).

Perusahaan dalam menyajikan aset

biologisnya dalam neraca sudah sesuai dengan IAS 41.

Tabel 4.5

Analisis Perbandingan Perlakuan Akuntansi Aset Biologis PT.Perkebunan

Nusantara XII (Persero) dengan PSAK 69

Indikator Menurut Perusahaan Menurut PSAK 69 Analisis

Ruang

Lingkup

Pelaporan

Perusahaan tidak hanya mengatur aset biologis dalam

hal pengakuan, pengukuran dan penyajian dalam laporan keuangan.

Namun aset biologis juga di atur pada titik panen hingga

menjadi produk barangjadi

PSAK 69 mengatur perlakuan akuntansi

dan pengungkapan yang berhubungan dengan aktivitas

agrikultur, hasil dari panen dari aset biologis

milik entitas, pada titik panen sampai menjadi produk agrikultur.

Secara umum hampir sama

perlakuan aset biologisnya, hanya saja pada perusahaan

tidak hanya mengatur aktivitas

agrikultur saja tetapi juga mencakup hasil dari panen yang

diakui sebagai

Page 11: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS BERDASARKAN IAS …

Perlakuan Akuntansi Aset Biolgis 213

El-Muhasaba, Vol. 8, No. 2, Juli 2017

persediaan.

Deskripsi

Aset

Biologis

Perusahaan mendeskripsikan aset biologis tanaman perkebunan. Tanaman

perkebunan merupakan tanaman karet, teh, kakao dan

kopi yang dikalsifikasikan sebagai tanaman belum menghasilkan (TBM) dan

tanaman menghasilkan (TM).

entitas dianjurkan untuk memberikan deskripsi yang dihitung

berdasarkan kelompok aset biologisnya untuk

membedakan aset biologis berdasarkan umur tanamannya.

Penerapan sudah sesuai dengan PSAK 69Aset biologis

dikelompokkan

berdasarkan umur

tanaman.

Pengakuan

Aset

Biologis

Perusahaan mengakui adanya

penyusutan tanaman perkebunannya pada Tanaman Menghasilkan

(TM). Aset biologis yang dicatat dalam perusahaan

adalah aset tanaman belum menghasilkan (TBM) dan

tanaman menghasilkan (TM).

Hasil aset biologis dicatat sebagai persediaan

Aset biologis

diklasifikasikan

menjadi aset biologis

dewasa (mature

biological assets) dan

aset biologis belum

dewasa (immature

biological assets).

Perusahaan

mengakui aset biologisnya sesuai dengan PSAK 69,

perbedaannay hanya terletak pada istilah

saja.

Pengukuran

Aset

Biologis

Untuk tanaman belum menghasilkan diukur berdasarkan biaya perolehan.

Untuk Tanaman Belum Menghasilkan diperoleh dari

seluruh biaya yang berhubungan dengan pengembangan perkebunan

seperti biaya input, biaya proses dan biaya tidak

langung.

Sedangkan Tanaman

menghasilkan diperoleh dari biaya perolehan dari

Tanaman Belum Menghasilkan yang kemudian direklasifikasi ke

Tanaman Menghasilkan.

Pada saat pengakuan awal, dan pada tanggal pelaporan berikutnya

pada nilai wajar dikurangi estimasi

biaya penjualannya. Kecuali jika nilai wajar tidak bisa diukur secara

andal.

Perusahaan mencatat tanaman perkebunannya

dalam TBM dan TM, namun pada

dasarnya belum menggunakan nilai wajar. Perusahaan

mengukur aset biologisnya

berdasarkan biaya perolehan yang berhubungan dengan

pengembangan perkebunan dan

dikapitalisasi sampai produk komersial telah dicapai.

Page 12: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS BERDASARKAN IAS …

214 Siti Maghfiroh

El-Muhasaba, Vol. 8, No. 2, 2017

Penyajian

Aset

Biologis

Aset Biologis berupa

tanaman perkebunan

disajikan pada neraca

dalam pos aset tidak lancar

berupa tanaman

belum menghasilkan

(TBM) dan tanaman

menghasilkan (TM).

Sedangkan untuk produk

agrikultur, disajikan di

dalam Aset Lancar dengan nama akun Persediaan

Seluruh keuntungan

atau kerugian yang dialami dari perubahan nilai wajar dari

penilaian aset biologis yang dihasilkan pada

saat panen disajikan pada periode terjadinya.

Penyajian aset

biologis dalam neraca sudah sesuai

dengan PSAK 69,

yaitu dengan memisahkan aset

biologis yang belum

produktif dengan aset biologis yang

telah menghasilkan produk agrikultur.

Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan kedua standar

akuntansi keuangan antara IAS 41 Agriculture dan PSAK 69 Agrikultur terletak pada ruang lingkup aset biologis, dimana jika IAS 41 Agriculture hanya mengatur perlakuan

akuntansi dan pengungkapan yang berhubungan dengan kegiatan pertanian hanya sampai pada titik panen saja, selebih dari titik panen diatur dalam IAS 2 Persediaan. Sedangkan PSAK 69 mengatur perlakuan akuntansi sampai menjadi produk agrikultur

namun perusahaan dalam laporan keuangannya hanya mengakui produk agrikultur sebagai persediaan. Dalam hal ini, Perusahaan belum menerapkan kedua standar

tersebut dan perlakuan nya hampir sama dengan kedua standar tersebut hanya saja perbedaannya terletak pada istilah saja.

KESIMPULAN

Dari paparan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

Aset biologis berupa tanaman perkebunan pada PT. Perkebunan Nusantara XII

(Persero) meliputi tanaman karet, kopi arabika, kopi robusta, kakao edel, kakao bulk, dan Teh. Dalam laporan keuangan PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) pengakuan aset biologis berupa tanaman perkebunan dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok

yaitu Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM).Aset Biologis berupa Tanaman Belum Menghasilkan diukur berdasarkan biaya perolehannya.

Biaya perolehan didapat dari mengkapitalisasi semua biaya yang dikeluarkan seperti biaya input, biaya proses dan biaya tidak langsung. Sedangkan Tanaman Menghasilkan (TM) pengukuran hanya mereklasifikasi dari biaya perolehan Tanaman Belum

Menghasilkan (TBM). Kapitalisasi biaya-biaya mulai dari Pembibitan hingga TBM seperti yang dilakukan pada TBM tidak lagi dilakukan Tanaman Menghasilkan karena

biaya-biaya tersebut dianggap tidak lagi memberikan kontribusi bagi perkembangan. Aset Biologis berupa Tanaman Menghasilkan dan Tanaman Belum Menghasilkan

Page 13: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS BERDASARKAN IAS …

Perlakuan Akuntansi Aset Biolgis 215

El-Muhasaba, Vol. 8, No. 2, Juli 2017

dalam Laporan Keuangan PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) disajikan pada

Neraca dalam kolom Aset Tidak Lancar.

Secara umum, perlakuan akuntansi aset biologis mulai dari pengakuan,

pengukuran diawal periode dan pada tanggal neraca sampai penyajian aset biologis yang dilakukan oleh PT.Perkebunan Nusantara XII (Persero) hampir sama dengan perlakuan akuntansi yang diatur dalam IAS 41 Agriculture dan PSAK 69 Agrikultur

hanya saja perbedaannya terletak pada istilah saja. Pada dasarnya perusahaan belum menerapkan kedua standar tersebut, terlihat pada laporan keuangan perusahaan yang

mengukur aset biologisnya pada biaya perolehan bukan dengan nilai wajar.

SARAN

Perusahaan PT.Perkebunan Nusantara XII (Persero) diharapkan dapat terus meningkatkan kualitas informasi laporan keuangan, khususnya pada aset biologisnya.

Meskipun belum menerapkan IAS 41 dan PSAK 69, Namun perusahaan dapat mulai belajar dalam menggunakan perhitungan nilai wajar. Metode ini dianggap sebagai metode paling relevan untuk menghitung nilai aset biologis karena disesuaikan dengan

kondisi nilai pasar. Perusahaan tidak dapat memperlihatkan nilai yang sesungguhnya karena aset dicatat sebesar biaya yang dikeluarkan.Laporan keuangan dapat dikatakan

baik jika dapat memberikan informasi yang relevan, andal, dapat dibandingakan dan lengkap.

Selain itu untuk penelitian kedepannya, penulis sangat mengharapkan adanya

perbaikan. Observasi mendalam sangat di harapkan agar dapat menghasilkan informasi yang lebih mendalam pula, tidak hanya mengandalkan laporan tahunan perusahaan

semata.

DAFTAR PUSTAKA

Amanah, Dian Nurul Martha. (2014) .Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis pada

Industri Perkebunan.Skripsi (tidak dipublikasikan).Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.Malang

Argiles, Josep Maria; Slof Eric Jhon.(2001).New Oportunities For Farm Accounting.Artikel.https://poseidon01.ssrn.com diperoleh tanggal 24 Desember 2016

Argiles, Josep Maria; Josep Garcia Blandon; Teresa Monllau. (2005) .Fair Value and Historic Cost Accounting of Biological Assets. Artikel.www.scopus.com

diperolehtanggal 24Desember 2016

Ikatan Akuntan Indonesia. (2015) .Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat

Ikatan Akuntansi Indonesia. (2015) .Standar Akuntansi Keangan No.1 Penyajian Laporan Keuangan.Jakarta

Ikbar, Yanuar. (2012). Metode Penelitian Sosial Kualitatif (cet. ke-1).Bandung:PT.Refika Aditama

International Accounting Standard Committe. (2009) .International Accounting

Standard 41 Agriculture consolidated version of 16 September 2009.England.

Page 14: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS BERDASARKAN IAS …

216 Siti Maghfiroh

El-Muhasaba, Vol. 8, No. 2, 2017

Laporan Tahunan PT.Perkebunan Nusantara XII (Persero) Tahun 2015.

PT. Perkebunan Nusantara I-XIV dan PT. Rajawali Nusantara Indonesia.2011.Pedoman

Akuntansi Perkebunan BUMN.Jakarta

Ridwan, Achmad ABD. (2011) .Perlakuan Akuntansi Aset Biologis PT.Perkebunan

Nusantara XIV Makassar (Persero).Universitas Hasanuddin.

https://www.sahamok.com/emiten/sektor-pertanian/sub-sektor-perkebunan/ di akses 18

April 2017