analisis perlakuan akuntansi pada aset bersejarah
TRANSCRIPT
ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI PADA ASET BERSEJARAH
(Studi Pada Pengelolaan Museum Benteng Somba Opu Gowa)
SKRIPSI
Oleh
ULFA GUSNIAR
NIM 105731114816
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
i
ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI PADA ASET BERSEJARAH
(Studi Pada Pengelolaan Museum Benteng Somba Opu Gowa)
SKRIPSI
Oleh
ULFA GUSNIAR
105731114816
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Rangka Menyelesaikan
Studi Pada Program Studi Strata 1 Akuntansi
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR 2021
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Kejujuran adalah kesederhanaan yang paling mewah
Jujur lah karena kejujuran akan lebih menenangkan”
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini penulis persembahkan kepada:
1. Kepada keluarga khususnya kedua orang tua saya yang tanpa henti
senantiasa membimbing dan mendoakan ku dalam setiap perjalanan
hidupku.
2. Bapak Abdul. Muttalib, SE., MM selaku pembimbing 1 dan Bapak Ramly,
SE.,M.Si selaku pembimbing 2 yang telah meluangkan waktu dalam
membimbing dan mengarahkan penyelesaian skripsi ini.
3. Teman-teman kelas AK 16.D yang selalu memberikan motivasi,
semangat dan bantuan.
4. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar, yang telah memberikan ilmu dan memberikan
pelayanan yang baik selama masa perkuliahan.
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjat kan ke hadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hambanya, salawat serta
salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta
para keluarga, sahabat dan para pengikutnya merupakan nikmat yang tiada tara
manakala penulisan Skripsi yang berjudul “Analisis Perlakuan Akuntansi pada
Aset Bersejarah (Studi Pada Pengelolaan Museum Benteng Somba Opu
Gowa)”
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
penyelesaian Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar. Teristimewa dan terutama penulis
sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis Bapak Agus
dan Ibu Suarni tercinta yang senantiasa memberi dukungan, semangat, harapan,
pengorbanan, perhatian, kasih sayang, dan Doa tulus hingga akhir studi ini. Dan
seluruh keluarga besar atas segala dukungan dan Doa restu yang telah diberikan
demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka
berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan dunia
dan akhirat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan
yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat
kepada :
vii
1. Bapak Prof. Dr H. Ambo Asse, M.Ag, Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar
2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar
3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, S.E., M.Si. CA.CSP selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Abdul Muttalib, SE., MM., selaku pembimbing I yang senantiasa
meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis sehingga
Skripsi ini selesai dengan baik.
5. Bapak Ramly, SE.,M.Si., selaku Pembimbing II yang telah berkenan
membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.
6. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar yang tak kenal lelah dan telah banyak memberikan ilmunya
kepada penulis selama mengikuti kuliah
7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar
8. Keluarga besar Akuntansi D angkatan 2016 yang dalam kurun waktu 4 tahun
ini telah bersama-sama belajar dan berbagi cerita di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, terus lah berjuang dan berkarya
9. Rekan - rekan semua mahasiswa terkhusus anak akuntansi 016 yang ada di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang selalu meluangkan waktunya untuk
belajar bersama dengan tidak sedikit bantuan dan dorongan nya dalam
aktivitas studi penulis.
10. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu
yang telah ikut serta membantu dan memberi semangat, kesabaran,
viii
motivasi, dan dukungan nya sehingga penulis dapat merampungkan
penulisan Skripsi ini.
Akhirnya sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh
dari kata kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para
pembacanya, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritiknya demi
kesempurnaan Skripsi ini. Mudah-mudahan Skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas
Muhammadiyah Makassar. Billaahi Fii Sabilil Haq Fastabiqul Khairat
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.
Makassar, 30 Januari 2021
Ulfa Gusniar
ix
ABSTRAK
ULFA GUSNIAR, 2020, Analisis Perlakuan Akuntansi pada Aset
Bersejarah (Studi pada Pengelolaan Benteng Somba Opu Gowa), Skripsi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah
Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Abd. Muttalib dan Pembimbing II Ramly.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan akuntansi pada Aset Bersejarah sesuai PSAP 07 tahun 2010 pada pengelolaan Benteng Somba Opu Gowa. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Data yang diperlukan diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi serta data sekunder yang berkaitan dengan penelitian ini.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Pengelolaan Benteng Somba Opu dalam hal pengakuan Aset Bersejarah telah sesuai dengan PSAP 07 dilihat dari manfaat ekonomi yang diberikan dari aset tersebut. Penilaian Aset Bersejarah pada Pengelolaan Benteng Somba Opu masih sulit untuk menentukan metode apa yang digunakan pada penilaian Aset Bersejarah hal ini diakibatkan oleh belum adanya kebijakan yang pasti terkait penilaian warisan bersejarah. Dari segi pengungkapan Aset Bersejarah Benteng Somba Opu seperti diungkapkan dalam dalam CaLK dengan tanpa nilai. Berdasarkan analisis yang dilakukan, praktik akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan Benteng Somba Opu telah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah yang berlaku.
Kata Kunci: Aset Bersejarah, PSAP 07.
x
ABSTRACT
ULFA GUSNIAR, 2020, Analysis of Accounting Treatment on Heritage Assets (Study on the Management of Somba Opu Gowa Fortress), Thesis, Faculty of Economics and Business, Department of Accounting, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Advisor I Abd. Muttalib and Instructor II Ramly.
This study aims to determine the accounting treatment of heritage assets according to PSAP 07/2010 on the management of Somba Opu Gowa Fortress. This type of research used in research is a case study research with a descriptive qualitative approach. The required data is obtained through interviews, observation and documentation as well as secondary data related to this research. The results of this study indicate that the management of Somba Opu Fortress in terms of the recognition of heritage assets is in accordance with PSAP 07 in terms of the economic benefits provided by these assets. Heritage Asset Assessment in the Management of Somba Opu Fortress is still difficult to determine what method is used in the assessment of heritage assets, this is due to the absence of a definite policy regarding the assessment of historical heritage. In terms of disclosure of heritage assets, Somba Opu Fortress has been disclosed in the Inventory report but has not been presented in the CaLK. Based on the analysis conducted, the accounting practices applied to the management of Somba Opu Fortress are not yet fully in accordance with the applicable Government Accounting Standards.
Keywords: Heritage Assets, PSAP 07.
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL ................................................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................... ii
LEMBAR PERSERUJUAN SKRIPSI .................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN ........................................................................................ v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ..................................................................... ix
ABSTRACT ........................................................................................................... x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................5
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................................5
D. Manfaat Penelitian........................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Aset Bersejarah ...............................................................................7
B. Karakteristik Aset Bersejarah .......................................................................9
C. Jenis-jenis Aset Bersejarah........................................................................10
D. Perlakuan Akuntansi Aset Bersejarah .......................................................11
E. Tinjauan Penelitian Terdahulu ...................................................................15
F. Kerangka Konsep .......................................................................................22
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ..........................................................................................24
B. Fokus Penelitian .........................................................................................24
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................25
D. Sumber Data ..............................................................................................26
E. Teknik Pengumpulan Data .........................................................................26
F. Instrumen Penelitian...................................................................................28
G. Metode Analisis Data .................................................................................28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek penelitian ...........................................................30
xii
B. Hasil Penelitian ..........................................................................................38
1. Perlakuan Akuntansi pada Aset Bersejarah Benteng Somba Opu
Gowa ....................................................................................................38
2. Pengakuan Aset Bersejarah Benteng Somba Opu Gowa ..................43
3. Penilaian Aset Bersejarah Benteng Somba Opu Gowa ......................49
4. Pengungkapan Aset Bersejarah Benteng Somba Opu Gowa ............51
C. Pembahasan ..............................................................................................54
1. Pengakuan Aset dan Kaitannya dengan PSAP 07 .............................55
2. Penilaian Aset dan Kaitannya dengan PSAP 07 ................................56
3. Pengungkapan Aset dan Kaitannya dengan PSAP 07 .......................56
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................59
B. Keterbatasan Penelitian .............................................................................60
C. Saran .........................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................62
LAMPIRAN ............................................................................................................63
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian terdahulu ...............................................................................15
Tabel 4.1 Aset Bersejarah Benteng Somba Opu ..................................................42
Tabel 4.2 Laporan Barang Inventaris ....................................................................52
Tabel 4.3 kesesuaian Perlakuan Akuntansi ..........................................................57
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konsep ..............................................................................23
Gambar 4.1 Struktur Organisasi ............................................................................37
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aset merupakan salah satu permasalahan yang masih banyak
diperdebatkan yang di mana terdapat kekurangan data kendala dalam
penerapan akuntansi nya. Sesuai dengan pendapat Hines (1988) dalam
penelitian Ridha dan Basri (2018:156) yang menyatakan dalam beberapa hal
perlakuan akuntansi pada aset bersejarah diketahui masih memiliki masalah
mengenai kekurangan yang dimilikinya jika dibandingkan dengan aset lain, di
mana dari masing-masing aset tersebut memiliki sifat alami yang berbeda-beda.
Aset bersejarah merupakan salah satu bagian dari aset yang masih banyak
diperdebatkan oleh para ahli bahkan sampai saat ini, baik itu dari segi
pengakuan nya, bagaimana cara penilaian nya, dan bagaimana pengungkapan
nya dalam CaLK (Catatan atas Laporan Keuangan).
Aset bersejarah adalah suatu aset yang dimiliki oleh daerah yang
didalamnya terdapat unsur sejarah dan budaya, sehingga kita diharuskan untuk
patut dalam memelihara dan melestarikan nya. Accounting Standar Board (2006)
mendefinisikan Heritage assets (aset bersejarah) sebagai sebuah aset dengan
kualitas, sejarah, seni, ilmiah, teknologi, geofisik atau lingkungan yang dipegang
dan dipelihara untuk berkontribusi bagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta
memberi manfaat bagi entitas pemegangnya. Aset bersejarah merupakan aset
yang memiliki banyak keunikan di mana memiliki beragam cara diperolehnya
aset tersebut, selain dari pembangunan yang dilakukan adapun cara lainnya
yaitu dengan pembelian, hasil warisan, donasi, rampasan / sitaan dan
2
bagaimana pemeliharaannya dilindungi oleh pemerintah daerah (Ridha dan
Basri, 2018:156).
Perlakuan aset bersejarah dalam neraca merupakan masalah yang
kebenarannya masih diperdebatkan dan diperlukan untuk dilakukan penelitian
terhadap perlakuan aset bersejarah, karena tidak semua aset pemerintah dapat
dinilai dan diakui kebenarannya dalam neraca. Karena pada kenyataannya
dalam suatu laporan keuangan entitas, aset akan selalu muncul dalam neraca.
Namun tidak sama halnya dengan pengakuan aset bersejarah yang termasuk
kekayaan negara. Aset bersejarah memberikan manfaat bagi pemerintah seperti
halnya museum yang digunakan sebagai tempat penyimpanan barang-barang
bersejarah, yang kemudian akan mendatangkan pendapatan bagi pemerintah
seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan dan masih banyak tempat
bersejarah lainnya (Wijaya dan Nugraha, 2019). Kabupaten Gowa merupakan
salah satu daerah tingkat II di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Kabupaten
ini memiliki banyak aset milik negara seperti gedung PKK Kabupaten Gowa,
Lapangan upacara kantor Bupati Gowa, taman bunga Istana Balla Lampoa,
fasilitas lampu jalan, dan masih banyak lainnya (Sawir, 28 Agustus 2020). Salah
satunya adalah tempat bersejarah yang merupakan aset bersejarah miliki negara
yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan karena memilki
pendapatan. Seperti halnya benteng somba opu yang banyak didatangi oleh
wisatawan lokal maupun luar negeri.
Di mana Benteng Somba Opu merupakan benteng peninggalan kesultanan
gowa yang dibangun oleh raja gowa ke-9 Daeng Matanre Tumapa‟risi‟ Kallonna
pada abad ke 16. Benteng Somba Opu dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Sulawesi Selatan. Adapun aset bersejarah yang
3
terdapat di dalam Benteng Somba Opu yaitu adanya rumah adat yang ada di
Provinsi Sulawesi Selatan yang berjumlah 25 rumah adat, museum yang memiliki
koleksi batu bata yang berbeda-beda dari segi lukisan yang terdapat di batunya
yang digunakan untuk membangun Benteng Somba Opu, dan juga pusat
benteng Somba Opu yaitu Macini Somballa. Rumah adat yang terdapat di dalam
Benteng Somba Opu biasanya jika disewakan untuk tempat menginap 1-2
malam sekitar 500.000-1.200.000 (Marzuki, sabtu 22/08/20). Hal ini dapat
dikatakan bahwa di Benteng Somba Opu memiliki pendapatan yang cukup tinggi
dilihat dari seringnya mahasiswa yg melakukan kegiatan di Benteng Somba Opu.
Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana pengelolaan aset
bersejarah di Benteng Somba Opu apakah sesuai dengan standar yang berlaku
saat ini yaitu PSAP N0.7 dalam PP No.71 Tahun 2010 di mana dalam
menyajikan aset bersejarah pemerintah tidak diharuskan untuk menyajikan aset
bersejarah di neraca namun aset tersebut harus disajikan dalam Catatan atas
Laporan keuangan.
Namun secara keseluruhan, aset bersejarah tidak mudah untuk dikelola
dalam laporan keuangan secara efektif dalam melakukan perhitungan sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku. Maka berdasarkan itu, timbul kasus
yang dihadapi pemerintah tentang pengelolaan aset bersejarah ini yaitu; 1)
bagaimana pemerintah mengakui aset bersejarah, 2) bagaimana cara penilaian
yang dipakai untuk menilai aset bersejarah, 3) dan bagaimana pengungkapannya
pada neraca. Adapun kasus yang dihadapi dalam termin pengakuan aset
bersejarah ini merupakan masih poly disparitas pendapatan tentang kategori
berdasarkan aset ini antara masuk kategori aset atau kewajiban. Tahap ke 2
yaitu termin evaluasi, kasus yang timbul merupakan hingga waktu ini belum
4
terdapat contoh penilaian yang secara universal dipakai pada menilai aset
bersejarah, yang menyebabkan pada setiap negara mempunyai masing-masing
contoh penilaian yang diterapkan. Tahap ketiga merupakan bagaimana
pengakuan berdasarkan aset bersejarah tadi diungkapkan pada catatan atas
laporan keuangan yang transparansi dan akuntabilitas terhadap manfaat yang
diperoleh berdasarkan aset bersejarah tadi (Ridha dan Basri 2018). Dalam hal
ini, pemerintah harus mengacu pada standar yang berlaku di Indonesia yaitu
PSAP N0. 7 tahun 2010 tentang pengelolaan aset bersejarah.
Penelitian perlakuan akuntansi terhadap aset bersejarah di Indonesia
masih terbilang minim, terutama aset yang dikuasai oleh negara. Penelitian yang
dilakukan sebelumnya, menjelaskan bahwa terdapat masalah dalam perlakuan
akuntansi terhadap aset bersejarah. Adapun penelitian terdahulu oleh Sunanto
(2017:29) mengatakan bahwa aset bersejarah digolongkan dalam aset, dalam
hal ini tugu pahlawan diakui sebagai aset bagi pemerintah Kabupaten Musi
Banyuasin. Dalam pencatatan telah disajikan di dalam neraca namun belum
diungkapkan ke dalam catatan atas laporan keuangan. Dapat disimpulkan bahwa
perlakuan akuntansi untuk aset bersejarah pada Kabupaten Musi Banyuasin
sudah sesuai dengan peraturan No. 71 tahun 2010 tentang standar Akuntansi
Pemerintah, namun belum diungkapkan dalam CaLK.
Selanjutnya penelitian oleh Ridha dan Basri (2018:164-165) yang telah
dikemukakan, bahwa Masjid Raya Baiturrahman dapat dikategorikan sebagai
aset bersejarah yang dimiliki aceh. Namun perlakuan akuntansi untuk Masjid
Raya Baiturrahman belum menerapkan sepenuhnya diterapkan seperti yang ada
PSAP No.7 Tahun 2010, baik untuk pengakuan, penilaian, maupun
pengungkapannya. Keseluruhan dari penelitian yang disebutkan, pada dasarnya
5
merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mencari standar akuntansi yang
sesuai dengan aset bersejarah. salah satu tujuan penulis yang ingin dicapai
adalah memberikan informasi yang memadai kepada pihak yang bertanggung
jawab dalam mengelola aset bersejarah (heritage assets) yang sesuai dengan
standar yang berlaku. Pemerintah sering kali mengalami kesulitan dalam
memonitoring pengelolaan keuangan dan akuntabilitas pada aset bersejarah.
Kendala nya ada pada pemerintah pusat yang tidak mengharuskan pemerintah
daerah untuk menyajikan aset bersejarah dalam laporan posisi keuangan, namun
harus disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.
Permasalahan tersebut juga terjadi di Sulawesi Selatan khususnya di
Kabupaten Gowa, di mana pengelolaan aset bersejarah di Kabupaten Gowa
masih kurang maka dari itu perlu untuk dikaji. Penelitian ini dianggap sangat
penting karena dapat memberikan kejelasan pada pihak yang bertanggung jawab
di Benteng Somba Opu Gowa. Berdasarkan dari uraian diatas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perlakuan Akuntansi
Terhadap Aset Bersejarah Studi pada pengelolaan Museum Benteng
Somba Opu Gowa”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
masalah yaitu apakah perlakuan akuntansi pada aset bersejarah di Benteng
Somba Opu sudah sesuai dengan PSAP 07 tahun 2010 tentang aset bersejarah
harus diungkapkan dalam CaLK (Catatan atas Laporan Keuangan).
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami terhadap objek
yang diteliti. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perlakuan akuntansi
6
pada aset bersejarah pada pengelolaan Benteng Somba Opu Gowa apakah
sudah sesuai dengan PSAP 07 tahun 2010 tentang aset bersejarah harus
diungkapkan dalam CaLK (Catatan atas Laporan Keuangan).
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis.
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan akuntansi dan
menambah referensi tentang akuntansi terhadap aset bersejarah yang
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah No. 07 tahun 2010
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis
Penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk
menambah pengetahuan mengenai akuntansi aset bersejarah dan
mampu memberikan gambaran penggunaan pengungkapan,
penilaian, dan penyajian akuntansi terhadap aset bersejarah.
b. Bagi Pihak Museum
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk pengambilan
kebijakan dalam mengelola Museum Benteng Somba Opu Gowa
oleh pengelola Benteng Somba Opu dan Pemerintah Daerah
sehingga dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan yang akan
digunakan ke depannya sesuai dengan standar yang berlaku.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti
selanjutnya dan menjadi acuan terhadap akuntansi aset bersejarah.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Aset Bersejarah
Aset bersejarah merupakan kekayaan yang sangat penting bagi budaya
masyarakat dan identitas suatu negara, seperti yang telah disampaikan presiden
pertama RI yaitu JASMERA jangan melupakan sejarah (Utami, 2019:95). Aset
bersejarah adalah aset tetap dengan umur yang ditentukan oleh pemeritah
karena memiliki nilai sejarah, pendidikan, pengetahuan, serta karakteristik yang
dimiliki oleh aset tersebut sehingga kita diharuskan untuk melindungi dan
melestarikannya (Soleiman dan Bandur, 2019:29). Menurut PSAP Nomor 07
tahun 2010, aset bersejarah merupakan aset tetap yang dimiliki oleh pemerintah
karena umur dan kondisinya di mana harus dilindungi sesuai dengan peraturan
yang berlaku dan kita diharuskan untuk dijaga kelestariannya agar tidak aset
tersebut dapat tetap terjaga dan terhindar dari segala macam perbuatan yang
dapat merusak aset bersejarah tersebut. Aset bersejarah tergolong dari aset
tetap karena sesuai dengan definisi aset tetap (Wulandari dan Utama, 2016:801).
Aset bersejarah mempunyai majemuk definisi, lantaran adanya disparitas kriteria
yang dipakai oleh IPSAS (International Public Sector Accounting Standars) 17
yang mengatur tentang property, plant, and equipment bahwa suatu aset
dinyatakan menjadi aset bersejarah karena bernilai budaya, lingkungan, atau arti
sejarah.
Menurut Mautz (1988), aset bersejarah wajib tersaji dalam kategori terpisah
menurut aset sebagai “fasilitas” (Herritage assets must be represented in a
separate category of asset as “facilities”). Pendapat yang sama juga
dikemukakan oleh Pallot (1990), (1992) yang mengatakan bahwa aset bersejarah
8
harus disajikan dalam kategori yang terpisah dari aset sebagai “aset daerah”
(Heritage assets must be represented in a separate category of asset as
"community assets"). Lain halnya dengan Carnegie dan Wolnizer (1995) yang
meyampaikan bahwa aset bersejarah wajib tersaji pada ketegori yang terpisah
menurut aset menjadi “aset daerah” (Herritage assets must be represented in a
separate category of asset as “community assets”). Lain halnya dengan Carnegie
dan Wolnizer (19950 yang menyampaikan liabilitas, atau cara lain dianggap
menjadi fasilitas dan menyajikan nya secara terpisah. (Heritage assets are not
assets and it would be more appropriate to classify them as liabilities, or
alternatively to call them facilities and show them separately) (Ridha dan Basri,
2018).
Menurut Barton (2000) dalam Ridha dan Basri (2018) aset bersejarah
harus disajikan dalam anggaran terpisah sebagai “aset layanan”. (Heritage
assets must be represented in a separate budget as "services assets"). Adapun
pendapat lain dari Micallef dan Peirson (1997) Aset bersejarah tergolong dalam
aset dan dapat dimasukkan dalam neraca. (Heritage assets are considered
assets and they can be included on the balance sheet). Berbeda dengan
pendapat Nasi et al. (2001) Aset bersejarah tidak harus disajikan dalam neraca.
(Heritage assets should not be reported in the balance sheet). Namun
Christiaens (2004), Christiaens dan Rommel (2008), Rowles et al (1998) dalam
Ridha dan Basri (2018) mengatakan bahwa aset bersejarah harus dimasukkan
dalam neraca meskipun tidak memenuhi definisi resmi. (Heritage assets should
be reported in the balance sheet notwithstanding their non - compliance with the
official definitions).
9
Sedangkan Aversano dan Christiaens (2012) dalam Ridha dan Basri
(2018) mengatakan bahwa di Indonesia, aset bersejarah diatur pada Pedoman
Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP). Dalam PSAP disebutkan bahwa: “Aset
bersejarah adalah aset permanen yang dimiliki atau dikuasai pemerintah yang
lantaran umur dan kondisinya aset permanen tersebut wajib dilindungi sesuai
peraturan yang berlaku menurut segala macam tindakan yang bisa menghambat
aset permanen tersebut.” Aset bersejarah biasanya dapat dipertahankan dalam
waktu yang cuku lama di mana aset bersejarah dibuktikan dalam undang-
undang. Pemerintah mungkin memiliki aset bersejarah yang diperoleh dengan
berbagai macam cara termasuk pembelian, warisan, donasi, maupun sitaan.
Aset bersejarah sangat jarang dikuasai karena kemampuannya dalam
menghasilkan pendapatan yang mendatangkan kasus sosial dan aturan jika
memanfaatkannya menggunakan tujuan tersebut.
B. Karakteristik Aset bersejarah
PP (Peraturan Pemerintah) 71 dalam PSAP No. 07 tahun 2010 aset
bersejarah memiliki karakteristik sebagai berikut (Ridha dan Basri, 2018:157):
1. Nilai kultural, lingkungan, pendidikan, dan sejarahnya tidak mungkin
secara penuh dilambangkan menggunakan nilai keuangan dari harga
pasar
2. Peraturan dan hukum yang berlaku melarang atau membatasi secara
ketat pelepasan nya untuk dijual.
3. Tidak gampang buat diganti dan nilainya akan terus semakin tinggi
selama waktu berjalan walaupun syarat fisiknya semakin menurun.
4. Sulit buat mengestimasi masa manfaatnya. Untuk beberapa masalah
bisa mencapai ratusan tahun.
10
Adapun karakteristik yang diungkapkan oleh Averson dan Ferrone (2012)
dalam penelitian Ridha dan Basri (2018) adalah:
1. Adanya kesulitan yang dihadapi pada mengidentifikasi buku
berdasarkan harga pasar yang sepenuhnya mencerminkan nilai seni,
budaya, lingkungan, pendidikan atau sejarah.
2. Aset bersejarah wajib dilindungi dan dilestarikan oleh pemerintah.
C. Jenis – jenis Aset Bersejarah
Berikut aspek dalam Aset Bersejarah dalam pengakuan nya terdiri dari dua
jenis yaitu:
1. Aset Bersejarah untuk Kegiatan Operasional
Menurut PSAP No. 07 paragraf 70 disebutkan bahwa “beberapa aset
bersejarah juga memberikan potensi manfaat lainnya kepada pemerintah selain
nilai sejarahnya, sebagai contoh bangunan bersejarah digunakan untuk ruang
perkantoran. Untuk kasus tersebut, aset ini akan ditetapkan prinsip-prinsip yang
sama seperti aset tetap lainnya.” (Widyaningtyas, 2017). Aset bersejarah untuk
kegiatan operasi ini merupakan jenis aset yang memilki fungsi sebagai bukti
peninggalan sejarah, tempat kegiatan operasi pemerintah (tempat perkantoran)
dan bahkan digunakan sebagai tempat wisata para wisatawan. Jenis aset ini
harus dicatat dalam neraca sebagai aset sesuai dengan PSAP No. 07 tahun
2010.
2. Aset Bersejarah Non Operasional
Dalam PSAP 07 aset bersejarah ini biasanya digunakan untuk mengetahui
budaya, sejarah dan pengetahuan dan tidak disajikan dalam laporan keuangan
tetapi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan keuangan karena tidak
digunakan untuk kegiatan operasi pemerintah. Aset bersejarah untuk non
11
operasional adalah aset yang murni dipakai lantaran nilai keindahan yang dimiliki
aset tersebut. Beda halnya dengan aset bersejarah untuk kegiatan operasional,
di mana aset ini tidak memiliki nilai. Di Amerika, jenis aset ini disebut heritage
assets, sedangkan untuk aset yang digunakan untuk kegiatan operational disebut
multi-use heritage assets.
Jenis non-operational heritage assets antara lain:
a. Tanah dan bangunan bersejarah (Cultural Heritage Assets)
b. Karya Seni (Collection Type Heritage Assets)
c. Situs - situs Purbakala atau Laundscape (Natural Heritage Assets)
D. Perlakuan Akuntansi Aset Bersejarah
1. Pengakuan Aset Bersejarah
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No. 07 (2010) disebutkan
bahwa untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu aset memenuhi kriteria
berwujud, mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan, biaya
perolehan aset dapat diukur secara andal, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam
operasi normal entitas, dan diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk
digunakan (Arif, et al 2018:911).
Pengakuan adalah proses penetapan terpenuhinya kriteria pencatatan suatu
kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi sehingga akan menjadi bagian
yang melengkapi unsur aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan pembiayaan,
sebagaimana tercantum dalam laporan keuangan. Praktik pengakuan aset
bersejarah dalam laporan keuangan memiliki pola yang berbeda-beda di setiap
negara. Pada pengakuan aset bersejarah di Amerika Serikat yang dijelaskan
pada Statement of Federal Accounting Standard 29 tahun 2005, aset bersejarah
yang hanya mempunyai nilai sejarah tidak diakui pada laporan keuangan,
12
sedangkan buat aset bersejarah yang berfungsi ganda yaitu menjadi aset yang
mempunyai nilai sejarah tetapi juga sebagai operasi sehari-hari (multi use
herritage assets) di kapitalisasi pada laporan keuangan pemerintah.
Dalam Australian Accounting Standard Board (AASB) 116 Tahun 2007,
menyebutkan pengakuan aset bersejarah Australia dicatat menjadi aset pada
laporan keuangan entitas. Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa
depan diperoleh oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat
diukur dengan andal, aset diakui pada saat diterima atau kepemilikannya
dan/atau kepenguasaannya berpindah (Fauziah, 2018:82). Berdasarkan
pengakuan di Swadia, di mana aset bersejarah di Swadia berkaitan dengan
potensi jasa dari aset bersejarah, meskipun tidak jarang aset bersejarah juga
sering menghasilkan manfaat ekonomi yang mungkin berupa tarif masuk (tiket
masuk) dan sebagainya. Oleh karena itu pemerintah Swadia memandang aset
bersejarah merupakan alat bagi pemerintah untuk mencapai tujuannya dengan
melindungi dan memelihara aset bersejarah yang bernilai. Dengan demikian aset
bersejarah sangat sesuai dengan definisi aset dan sebagai konsekuensi nya
harus dipertanggungjawabkan sebagai aset (Ridha dan Basri, 2018:158).
Dalam Financial Reporting Standard (FRS) 30 tahun 2009 tantang aset
bersejarah. Pemerintah Inggris menyebutkan bagaimana aset bersejarah diakui.
Aset bersejarah Inggris terbagi menjadi non operasional heritage assets dan
operasional heritage assets. Keduanya diakui menjadi aset pada laporan
keuangan sama misalnya aset lainnya. Pemerintah New Zealand menyebutkan
aset bersejarah adalah asey yang dipakai secara terus menerus (manfaat) pada
menyediakan jasa masyarakat. Hal ini secalan menggunakan pengertian aset
tetap menurut IPSAS 17 PPE (Property, Plan, and Equipment) yaitu: “are held by
13
an entity for use in the production or supply of goods and services, for rental to
other or for administrative purpose, and may include items held for the
maintenance or repair of such assets and have been acquired or contructed with
the intention of being used on a continuing basis”. Oleh karenanya aset
bersejarah atau cultural assets yang memenuhi definisi diatas bisa diukur secara
tangguh pada laporan keuangan pemerintah.
Dalam PSAP No. 07 tahun 2010 menyebutkan bahwa di Indonesia
perlakuan aset bersejarah erat kaitannya menggunakan perlakuan dalam aset
tetap pemerintah, untuk itu pada hal pengakuan nya aset bersejarah juga wajib
memenuhi ciri aset tetap misalnya berikut:
a. Memiliki masa manfaat 12 bulan.
b. Biaya perolehan bisa diukur secara tangguh
c. Tidak dimaksudkan buat dijual.
d. Diperoleh atau dibangun menggunakan maksud dipakai.
2. Penilaian Aset Bersejarah
PSAP No. 07 tahun 2010 menjelaskan bahwa penilaian kembali atau
revaluasi aset tetap pada umumnya tidak diperkenankan karena standar
akuntansi pemerintahan mengatur penilaian aset berdasarkan biaya perolehan
atau harga pertukaran. Dalam PSAP No. 07 tidak membahas secara khusus
bagaimana cara untuk menilai aset bersejarah (Safitri dan Indriani, 2017:4).
Indonesia belum memiliki standar atau aturan untuk menilai aset bersejarah. Aset
bersejarah memiliki model penilaian (valuation) yang berbeda di setiap negara
karena disesuaikan dengan kondisi dan situasi di masing - masing negara. Model
- model penilaian antara lain.
14
Menurut Act Accounting Policy (2009) dalam Febriansyah (2016), semua
lembaga harus menggunakan model revaluasi untuk semua aset dan mengukur
aset dengan nilai wajar. Hal in sesuai dengan ketentuan GAAP. Nilai wajar harus
dinilai kembali berdasarkan siklus valuasi 3 tahun setelah dilakukan nilai wajar
yang telah ditentukan. Nilai wajar aset harus berdasarkan nilai pasar saat ini.
Namun nilai aset bersejarah tidak dapat diukur dengan harga jual pasar karena
memiliki sifat yang unik. Menurut Financial Reporting Statements (FRS) 30
(2009), penilaian (valuation) dapat digunakan dengan model apa pun yang tepat
dan relevan. Pendekatan penilaian yang dipilih nantinya diharapkan dapat
memberikan informasi yang relevan dan bermanfaat.
Menurut Pedoman Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) 07 (2010),
penilaian kembali (revaluation) tidak diperbolehkan karena SAP menganut
penilaian aset berdasarkan biaya perolehan atau harga tukar. Dalam hal tersebut
terjadi perubahan harga, pemerintah dapat melakukan revaluasi aset yang
dimiliki agar memiliki nilai aset tetap pemerintah yang mencerminkan nilai wajar
sekarang. Menurut Generally Recognised Accounting Practice (GRAP) 103
(2011), aset bersejarah diperoleh tanpa biaya atau biaya nominal, aset tersebut
harus diukur pada nilai wajar pada tanggal diakuisisi. Dalam menentukan nilai
wajar aset bersejarah yang diperoleh dari transaksi nonexchange, suatu entitas
harus menerapkan prinsip atas penentuan nilai wajar. Setelah itu entitas dapat
memilih untuk mengadopsi model revaluasi maupun model biaya sesuai dengan
GAAP 103 (Febriansyah, 2018).
3. Pengungkapan Aset Bersejarah
Menurut PSAP No. 7 tahun 2010, aset bersejarah diungkapkan dalam CaLK
(Catatan atas Laporan Keuangan) saja tanpa nilai, kecuali untuk beberapa aset
15
bersejarah yang memberikan potensi manfaat lainnya kepada pemerintah selain
nilai sejarahnya. Dengan demikian terdapat dua alternatif yang dapat digunakan
untuk pengungkapan aset bersejarah. Pertama, aset bersejarah dimasukkan
dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) saja, yaitu aset bersejarah yang
memberikan potensi manfaat kepada pemerintah berupa nilai seni, budaya dan
sejarah. Pada CaLK, aset bersejarah hanya ditulis sejumlah unit aset dan
keterangan yang berkaitan dengan aset tersebut. Kedua, aset bersejarah
dimasukkan dalam neraca, yang masuk dalam kategori ini adalah aset
bersejarah yang memberikan potensi manfaat kepada pemerintah selain nilai
sejarahnya. Dalam neraca, aset bersejarah dinilai seperti layaknya aset tetap lain
(Safitri dan Indriani, 2017:4).
E. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Penelitian Metodologi Hasil Penelitian
1. Wulandari dan Utama (2016)
Perlakuan Akuntansi untuk Aset Bersejarah: Pengakuan, Penilaian, dan Pengungkapannya dalam Laporan Keuangan Studi Kasus pada Museum Anjuk Ladang Kabupaten Nganjuk
Metode Kualitatif
Aset bersejarah tergolong dari aset tetap karena sesuai dengan definisi aset tetap. Aset bersejarah dicatat tanpa nilai karena memiliki umur yang panjang sehinga memiliki nilai yang berharga. Pengelolaan Museum Anjuk Ladang tidak melakukan penilaian sendiri melainkan membutuhkan bantuan dari pihak BPCB Jawa Timur. Sedangkan dalam praktik akuntansi,
16
pengelolaan Museum Anjuk Ladang Belum memenuhi standar yang berlaku saat ini, karena belum melakukan penyajian dan pengungkapan aset bersejarah dalam Catatan atas Laporan Keungan (CaLK).
2. Sunanto (2017)
Perlakuan Akuntansi untuk Aset Bersejarah di Kabupaten Musi Banyuasin.
Metode Kualitatif
Aset bersejarah adalah asset yang dimiliki oleh pemerintah yang harus dilindungi karena memiliki nilai budaya, lingkungan, pendidikan dan memiliki sejarah yang tinggi. Hasil dari penelitian ini adalah perlakuan akuntansi untuk aset bersejarah di Kabupaten Musi Banyuasin yaitu aset bersejarah diakui dalam golongan aset. Penilaian awal untuk Tugu Pahlawan Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa sebesar biaya perolehannya sebagaimana telah tercantum di dalam Kartu Inventaris Barang (KIB) C yakni sebesar Rp. 27.100.000. Hal ini sinkron menggunakan Peraturan Pemerintah No. 07 (2010) mengenai standar akuntansi pemerintah. Di mana tugu taman pahlawan kusuma bangsa tidak tersaji secara rinci, namun disajikan secara umum atau dimasukkan ke dalam akun gedung dan bangunan. Aset bersejarah ini tidak diungkapkan di dalam
17
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
3. Safitri dan Indriani (2017)
Praktik Akuntansi untuk Aset Bersejarah Studi Fenomenologi pada Museum Aceh.
Metode Kualitatif
Museum aceh dapat dikategorikan sebagai aset bersejarah sesuai dengan PSAP No. 7 Tahun 2010 dan IPSAS No. 17. Pengakuan dalam aset bersejarah pada Museum Aceh, biaya yang dikeluarkan setiap melakukan pembelian benda koleksi museum dimasukkan pada beban anggaran belanja tahunan sesuai dengan standar yang berlaku. Dari penelitian ini, didapatkan bahwa dari pihak museum memiliki cara tersendiri dalam menetapkan harga perolehan suatu aset yang didapatkan. Di dalam Catatan atas laporan Keuangan (CaLK) provinsi Aceh, aset bersejarah di Museum Aceh tidak tercantum. Sehingga perlakuan akuntansi untuk aset bersejarah di Museum Aceh belum sepenuhnya sesuai standar yang berlaku saat ini.
4. Sholikah dan Achadiyah (2017)
Perlakuan Akuntansi untuk Aset Bersejarah Candi Rambi Jombang.
Metode Kualitatif
Aset bersejarah adalah salah satu aset yang dimiliki oleh negara yang memiliki perlakuan khusus. Di mana di BPCB Jawa Timur menerapkan perlakuan akuntansi sesuai standar yang berlaku pada aset bersejarah. Pengakuan aset bersejarah pada Candi Rimbi diakui sebagai
18
aset tetap. Pengukuran untuk aset bersejarah memiliki 2 tahap yaitu pengukuran saat pengakuan awal dan pengukuran setelah pengukuran dilakukan. Penyajian aset bersejarah Candi Sarimbi dalam laporan keuangan pemerintah final action dari tahap pengakuan dan pengukuran. Pengungkapan dalam laporan keuangan harus menyediakan informasi mengenai alasan pengakuan Candi Rimbi sebagai aset, metode apa yang digunakan dalam pengukuran Candi Rimbi, serta rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode apabila terdapat penyusutan atas nilai Candi Rimbi.
5. Dwitayanti dan Zahara (2018)
Tinjauan Perlakuan Akuntansi Aset Tetap pada BKKB Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan PSAP No. 07 Tentang Akuntansi Aset Tetap
Metode Kualitatif
Pengakuan aset tetap pada Badan Kependudukan dan Keluarga Nasional (BKKBN) Provinsi Sumatera Selatan telah sesuai dengan standar yang berlaku saat ini. BKKBN telah melakukan penyusutan sesuai dengan PSAP No. 07 (2010) tentang aset tetap. Penghentian dan pelepasan aset tetap belum sesuai dengan PSAP No. 07 (2010) tentang aset tetap karena hanya melakukan pencatatan aset tetap yang dihentikan secara permanen saja.
19
Padahal Standar Akuntansi Pemerintah juga mencatat pemberhentian dari penggunaan aktif pemerintah dan tidak dicatat sebagai aset tetap ke akun aset lainnya.
6. Ridha dan Basri (2018)
Analisis Pengakuan, Penilaian, Penyajian dan Pengungkapan Aset Bersejarah pada Laporan Keuangan Entitas Pemerintah Daerah Aceh (Studi Kasus pada Masjid Raya Baiturrahman).
Metode Kualitatif
Aset bersejarah adalah aset krusial bagi suatu wilayah di mana memiliki nilai, budaya dan sejarah yang dijadikan menjadi bukti diri suatu wilayah. Masjid Raya Baiturrahman dapat dikategorikan sebagai aset bersejarah yang dimiliki Aceh. Namun perlakuan akuntansi belum digunakan sepenuhnya yang sesuai dengan yang diterapkan PSAP No. 71 Tahun 2010.
7. Fitriyah, et al (2018)
Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Daerah dalam laporan Keuangan pada Pemerintah Daerah kabupaten Lumajang.
Metode Kualitatif
DPKAD Kabupaten Lumajang sudah menggunakan basis acrual untuk laporan keuangan yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016. Pengakuan aset tetap sudah mengikuti aturan dari PSAP 07 PP 71 tahun 2010. Pengukuran aset tetap mengenai penilaian awal, pengeluaran setelah perolehan, penilaian kembali, DPKAD Kabupaten Lumajang untuk laporan keuangan yang berakhir pada 31 Desember 2016 sudah mengikuti aturan dari PSAP 07 PP 71 Tahun 2010.
20
Penyajian aset tetap untuk laporan keuangan yang berakhir pada 31 Desember 2016 sudah benar dan sesuai dengan PSAP 07 PP 71 tahun 2010.
8. Utami (2019)
Perlakuan Akuntansi untuk Aset Bersejarah Studi Kasus pada Candi Sambisari.
Metode Kualitatif
Aset bersejarah merupakan aset yang penting bagi kebudayaan masyarakat sebagai identitas daerah. Pengakuan aset bersejarah yang digunakan untuk mengakui Candi Sambiri adalah mempunyai nilai manfaat yang tidak memiliki batas sebagai sumber pendapatan namun dinilainya tidak dihargai dengan nilai rupiah. Penilaian aset bersejarah yang digunakan juga tidak memiliki nilai pada laporan keuangan. Pengungkapan aset bersejarah yang digunakan Candi Sambiri tidak masuk dalam neraca namun dalam penanggung jawaban aset ada di dalam CaLK. Dapat disimpulkan bahwa pengelolaan Candi Sambiri sudah sesuai dengan yang berlaku saat ini yaitu PSAP No. 07 tahun 2010.
9. Wijaya dan Nugraha (2019)
Perlakuan akuntansi untuk Aset Bersejarah pada Institut Teknologi Bandung.
Metode Kualitatif
Dalam penelitian ini tidak ditemukannya perbedaan antara penilaian aset bersejarah, penyajian aset bersejarah dan pengungkapan a zset
21
bersejarah pada laporan keuangan, serta standar akuntansi yang diterapkan oleh Institusi Teknologi Bandung. Metode yang digunakan untuk melakukan penilaian atas Aset Bersejarah adalah metode reveluasi (penilaian ulang) baik sebelum berstatus PTN-B maupun setelah berstatus PTN-B. Begitu pun dalam Laporan Keuangan sebagai Aset Bangunan, baik sebelum berstatus maupun setelah berstatus PTN-B yang memberikan nilai ekonomis pada ITB selain nilai sejarah, budaya pendidikan dan lingkungan yang tertanam dalam Aset Bersejarah tersebut.
10. Solaeiman dan Bandur (2019)
Perlakuan Akuntansi untuk Aset Bersejarah pada Situs Bung Karno Kabupaten Ende.
Metode Kualitatif
Aset bersejarah adalah aset tetap dengan umur yang ditentukan oleh pemerintah sehingga harus dilindungi dan dilestarikan. Pengungkapan nilai aset bersejarah Situs Bung karno di BPKAD Kabupaten Ende belum sesuai dengan PSAP No.07 Tahun 2010 karena belum diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
22
F. Kerangka Konsep
Perlakuan pada aset bersejarah sangat penting untuk dilakukan bagi pihak
yang bertanggung jawab. Perlakuan ini diawali dengan mengetahui definisi dari
aset bersejarah, kemudian bagaimana pengakuan aset bersejarah dalam laporan
keuangan apakah termasuk dalam kategori aset atau kewajiban, bagaimana
pengungkapan aset bersejarah apakah dicatat dalam laporan keuangan sesuai
dengan PSAP 07 tahun 2010, dan bagaimana metode penilaian aset bersejarah
yang dilakukan di Disbudpar SulSel dalam Laporan neraca.
Gambar 2.1 kerangka konsep
Catatan: arah panah tidak menunjukkan pengaruh, tetapi menunjukkan logika penalaran
bagaimana proses menentukan akuntansi untuk aset bersejarah.
Sesuai/tidak sesuai
Pengakuan,
Pengungkapan, dan
penilaian aset bersejarah
dalam laporan keuangan
Perlakuan akuntansi
untuk aset bersejarah
sesuai PSAP No. 07
tahun 2010
Tanggung jawab
pemerintah dan
masyarakat
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian menggunakan metode kualitatif naratif.
Metode penelitian kualitatif naratif merupakan galat suatu metode penelitian yang
bertujuan buat menerima pemahaman secara alamiah menggunakan
mengedepankan komunikasi antara penelitian menggunakan fenomena
penelitian dan menguraikan sikap atau karakteristik dari suatu fenomena tertentu.
Metode deskriptif analisis ini menggunakan penjelasan data berupa kondisi objek
penelitian yang diperoleh dari survey lapangan, yaitu pengamatan dan
wawancara. Dari hasil survey lapangan tersebut akan ditemukan kemungkinan
perubahan pada unsur-unsur pembentuk karakter bangunan, baik dari tinjauan
gaya bangunan, atap, interior, eksterior, dan lain sebagainya (Ruwaidah dan
Hartawan, 2018:55).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi
terhadap aset bersejarah (Heritage Assets) terkait pengakuan, pengungkapan,
penilaian, dan penyajian pada Museum Benteng Somba Opu Gowa. Dari
penelitian ini dapat diperoleh bahwa apakah perlakuan akuntansi terhadap aset
bersejarah pada Museum Benteng Somba Opu Gowa sesuai dengan teori yang
ada.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini bermanfaat bagi pembatasan objek dan subjek yang
akan diteliti di mana data yang diambil merupakan data dari kebaruan informasi
24
sehingga dapat memilih mana data yang relevan dan tidak relevan agar peneliti
tidak terjebak dalam banyaknya data yang diperoleh. Pembatasan dalam
penelitian kualitatif ini guna untuk meningkatkan kepentingan dari masalah yang
dihadapi dalam penelitian ini. Adapun penelitian ini akan di fokuskan pada
“Analisis Perlakuan Akuntansi pada Aset Bersejarah Benteng Somba Opu”
apakah sudah sesuai dengan standar yang berlaku.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Jl. Daeng Tata No. Kelurahan, Benteng Somba
Opu, Kec. Barombong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan 90224. Objek
penelitian ini adalah Museum Benteng Somba Opu Gowa. Benteng Somba Opu
dipilih menjadi tempat penelitian karena Benteng Somba Opu merupakan salah
satu aset bersejarah yang dimiliki oleh negara. Di samping merupakan situs
wisata bersejarah yang di datangi oleh wisatawan lokal maupun wisatawan asing
dan juga Benteng Somba Opu sering kali digunakan oleh mahasiswa untuk
melakukan kegiatan lembaga. Oleh lantaran itu, krusial buat mengetahui
bagaimana aset tadi dikelola dan dipelihara menggunakan cara melihat hal tadi
yaitu menggunakan mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi pada aset
bersejarah.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan peneliti untuk melakukan penelitian ini dilaksanakan
pada tanggal dikeluarkannya izin penelitian dalam kurun waktu kurang lebih 2
(dua) bulan yaitu bulan Agustus – September 2020, di mana 1 bulan untuk
mengumpulkan data yang diperoleh dari informan dan 1 bulan untuk mengelola
25
data yaitu penyajian dalam bentuk skripsi dan proses bimbingan yang
berlangsung.
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah asal data dari subjek yang diperoleh
dalam penelitian ini. Adapun dalam penelitian ini menggunakan sumber data
sebagai berikut:
1. Sumber Data Primer
Data yang langsung diperoleh oleh peneliti dari informan. Adapun sumber
data primer dalam penelitian ini adalah Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan
Provinsi Sul-Sel selaku pengelola Benteng Somba Opu dan masyarakat sekitar
Benteng Somba Opu.
2. Sumber Data Sekunder
Data yang dikumpulkan peneliti sebagai bahan untuk mendukung data
primer seperti studi kepustakaan, dokumentasi, buku, dan situs internet yang
berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder ini berupa bukti, catatan atau
laporan historis yang telah disusun dalam arsip data atau data documenter.
Sumber data sekunder ini mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data -
data dan menganalisis hasil dari penelitian ini.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mengumpulkan
informasi dengan menggunakan pertanyaan secara lisan. Adapun data yang
akan dikumpulkan berupa dokumen-dokumen penting berupa masalah yang
bersifat sensitif. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk memperoleh jawaban
dari permasalahan yang ada, yang dilakukan secara terbuka untuk mendapatkan
26
keterangan yang lebih lengkap. Wawancara dilakukan secara terbuka agar
informan dapat lebih mengerti maksud dari tujuan dari wawancara yang akan
dilakukan oleh peneliti.
2. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk membuktikan bahwa penelitian yang dilakukan
benar – benar terjadi dan sesuai kenyataan. Dokumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dokumen resmi. Adapun dokumen-dokumen yang akan
dibutuhkan dalam penelitian ini bukan hanya berupa annual report, namun ada
beberapa arsip penting yang berkaitan dengan akuntansi terhadap aset
bersejarah. Adapun dokumen-dokumen tersebut didapatkan dari pengelola
Museum Benteng Somba Opu Gowa. Beberapa dari dokumen yang disediakan
pasti nya ada yang boleh dipinjam atau didokumentasikan dan ada yang tidak
diperbolehkan.
Dengan ini penelitian harus memanfaatkan waktu yang disediakan dengan
ini peneliti harus memanfaatkan waktu yang disediakan untuk memperoleh
informasi sebaik-baiknya dari dokumen-dokumen yang tersedia tersebut. Untuk
mendapatkan berkas atau arsip dari pihak-pihak yang terkait, peneliti harus
melalui serangkaian prosedur dan negosiasi. Setelah mendapatkan yang
dibutuhkan, berkas tersebut dianalisis, dibandingkan dan dihubungkan satu
sama lain sehingga informasi dapat digali sebanyak-banyaknya.
3. Observasi
Observasi adalah aktivitas terhadap suatu proses atau objek dengan
maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah
fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui
sebelumnya.
27
28
F. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data penelitian dengan menggunakan metode penelitian
seperti wawancara, dokumentasi, dan observasi yang memerlukan alat bantu
sebagai instrumen. Instrument yang dimaksud disini yaitu kamera, telepon
genggam untuk merekam, pulpen, dan buku. Kamera ini digunakan ketika
penulis melakukan observasi di lapangan untuk dijadikan sebagai dokumentasi
atas kejadian penting pada suatu peristiwa/kegiatan yang berupa foto. Telepon
genggam digunakan untuk merekam suara ketika melakukan pengumpulan data
baik dalam bentuk wawancara maupun observasi. Pulpen dan buku digunakan
untuk mencatat hal yang penting dari data yang didapatkan dari informan.
G. Metode Analisis Data
Metode analisis data merupakan suatu proses penelitian di mana data yang
sudah terkumpul dapat diolah dengan memahami, menganalisis, dan
mengungkapkan fenomena suatu kejadian dan menjawab rumusan masalah
penelitian dari hasil wawancara dan dokumentasi yang dilakukan. Metode
analisis data dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Di
mana penelitian kualitatif lebih kompleks dan melibatkan penalaran induktif dan
deduktif, serta deskripsi dan interpretasi sehingga tidak dapat diuji secara
statistik.
Sesuai dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
kualitatif dengan pendekatan deskriptif, sehingga seluruh jawaban dari informan
atas pertanyaan yang diberikan oleh peneliti akan dianalisis dan dikaji secara
detail. Berikut langkah – langkah dalam menganalisis penelitian deskriptif:
29
1. Merumuskan masalah yakni dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan penelitian yang jawabannya harus dicari menggunakan
data dari lapangan.
2. Menentukan jenis informasi yang akan diperlukan untuk menjawab
pertanyaan atau masalah yang telah dirumuskan.
3. Menentukan prosedur pengumpulan data, ada 2 unsur penelitian yang
diperlukan, yakni instrumen atau alat pengumpulan data dan sumber
data yaitu dari mana sumber data itu diperoleh.
4. Menentukan prosedur pengelolaan informasi atau data di mana data
yang dikumpulkan harus diolah agar dapat dijadikan bahan untuk
menjawab pertanyaan penelitian.
5. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian dengan cara menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian dan mengasumsikan semua jawaban
tersebut dalam satu kesimpulan yang merangkum permasalahan
penelitian secara keseluruhan.
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Profil Benteng Somba Opu Gowa
Benteng Somba Opu dibangun pada awal abad ke 16 tepatnya pada tahun
1525 oleh Raja Gowa XI Karaeng Tumparisi‟ Kallona dan dilanjutkan oleh raja
Gowa ke X karaeng Tunipalangga Ulaweng. Pada tahun 154 karaeng
Tunipalangga Ulaweng memperkuat struktur dinding benteng memakai batu
padas. Benteng ini mulai dipersenjatai dalam masa pemerintahan Raja Gowa ke
XII Tunijallo dengan meriam-meriam berkaliber berat pada setiap sudut bastion.
Letak Somba Opu yang strategis, berada di jalur perdagangan internasional dari
Malak hingga Maluku, menjadikan Somba opu sebagai pelabuhan hubungan
perdagangan rempah-rempah dan para pedagang asing mengunjungi pelabuhan
tersebut.
Dari segi topografinya, belum diketahui bentuk bentengnya karena belum
ditentukan temboknya, terutama di bagian utara. Berbagai cara dilakukan untuk
mengetahui keberadaan tembok tersebut. Seperti yang terlihat di peta, Benteng
Somba opu berbentuk persegi panjang. Ada istana raja, tempat tinggal
bangsawan, pangeran dan keluarga kerajaan.
Tempat kedudukan keluarga kerajaan terletak di utara, dibagi dua oleh jalan
utama yang membentang dari utara ke selatan. Jalan utama berpotongan tegal
lurus dengan bagian kompleks ini, sedangkan jalan utama lainnya menuju ke
arah timur-barat. Di sebelah utama adalah tembok luar pasar. Masjid ini terletak
di ujung selatan jalan utama dan memanjang ke arah barat. Di sebelah barat laut
31
adalah bekas istana Maccini Sombala dengan tembok tebal. Dari tempat ini, raja
memantau pedagang, pengangkutan kapal, arus bongkar muat, dan pencabutan
bea masuk pelabuhan. Ada empat benteng setengah lingkaran di sekeliling
dinding.
Di luar benteng tinggal tentara dan keluarganya dari berbagai suku,
pengrajin, pedagang dan pendatang. Di sebelah utara benteng terdapat gedung
perwakilan perdagangan Portugis. Kemudian, Belanda membuka kantor
perdagangan pada 1607, Inggris membuka Spanyol pada 1613, Spanyol pada
1615, serta China dan Denmark pada 1618. Di sebelah timur benteng adalah
desa Mangallekana yang dihuni oleh orang Melayu, sementara pedagang
Bugis-Makassar menempati daerah sekitarnya, dan benteng serta petani yang
bekerja di wilayah kerajaan menempati desa Bontoala.
a. Potensi Tinggalan Arkeologis
Luas Benteng Somba Opu berdasarkan hasil Zonasi Balai Pelestarian
Cagar Budaya Makassar tahun 2014 adalah 113.590 m2 (11,36 ha)
dengan posisi astromis pada titik 05° 11‟18 dan 84”LS-05°29‟29.67”LS
dan 119° 24‟06.54”BT- 119°24‟27.68”BT.Terletak di antara dua sungai
yaitu sungai Balang baru dan sungai Jene‟berang. Secara administratif
Benteng ini berada di Kelurahan Somba Opu Kecamatan Barombong
Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan.
b. Struktur pembentuk bangunan
Struktur pembentukan bangunan adalah bata dari berbagai ukuran, batu
padas dan pada bagian-bagian tertentu terdapat tanah isian yang tidak
teratur. Ketebalan dinding bervariasi ada yang tebalnya 3,66 – 4,10 m
ada pula yang sangat tebal 10,3 – 10,5 m. Pintu utama benteng ada dua
32
masing-masing terletak di sisi bagian barat dan pada sisi bagian selatan
dengan ukuran lebar 4,5 m dan tinggi 4 m. Ketinggian dinding benteng
apabila utuh diperkirakan antara 7 – 8 m. Pada masa lalu, di dalam
Benteng ini terdapat ratusan meriam besar dan kecil sebagaimana yang
ditulis Stapel dalam bukunya pada hal.58 sebagai berikut:
‟‟In Somba Opu warden in total buit gemaakt 272 groote en kleine kanonnen, waaronder het fabuleuze Anak Makassar, dat wel beschadigd was, doch „‟sijn vevoeren en vertoonen nog genoe gsaem waerdgh is‟‟
„‟Ketika Somba Opu diduduki, terdapat 272 pucuk meriam besar dan kecil, diantaranya juga meriam Anak Makassar yang luar biasa itu. Sungguhpun dalam keadaan rusak, namun meriam Anak Makassar itu masih juga dapat menampakkan kedahsyatan nya‟‟.
Ada tiga bastion yang masih terlihat sisa - sisanya, yaitu
bastion di sebelah barat daya, bastion tengah, dan bastion barat laut.
Yang terakhir ini disebut Buluwara Agung. Di bastion inilah pernah
ditempatkan sebuah meriam paling dahsyat yang dimiliki orang
Indonesia namanya Meriam sakti Anak Makassar bobotnya mencapai
9.500 kg atau 9,5 ton, dengan panjang 6 meter, dan diameter 41,5 cm.
Sekarang di dalam kompleks Benteng Somba Opu, melalui Proyek
Miniatur Sulawesi, telah dibangun rumah-rumah adat dari berbagai
daerah di Sulawesi-Selatan; baruga, pasar seni; dan museum yang
dapat dipergunakan sebagai wahana ilmu pengetahuan; gelanggang
budaya, dan sarana pariwisata.
2. Profil Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. Sulsel
Dinas kebudayaan
a. Landasan Hukum
33
Peraturan perundangan yang digunakan sebagian landasan hukum
adalah:
1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
(Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966)
2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman
(Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 141,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5060);
Dinas kebudayaan dan Kepariwisataa Provinsi Sulawesi Selatan 3
Rencana Kerja Disbudpar Prov. Sul Sel Tahun 2018
3. Undang Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana
Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5262)
5. Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
pedoman, penyusunan, pengendalian dan evaluasi RKPD.
6. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 13 Tahun 2003
tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran
Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2006 Nomor 13,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor
230) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 3 Tahun 2015
(Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015 Nomor 3,
34
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor
281)
7. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 2 Tahun 2010
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran
Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010, Nomor 2);
8. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 1 Tahun 2011
tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan di Sulawesi Selatan
(Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 Nomor
1);
9. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 2 Tahun 2010
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran
Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010, Nomor 2,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor
275);
10. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 2 tahun 2015
tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010-2030;
11. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 9 tahun 2015
tentang Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2013 tentang Rencana
Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan 4
Rencana Kerja Disbudpar Prov. Sulsel Tahun 2018 Pembangunan
jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2013-2018;
12. Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 77 Tahun 2011
tentang Tatacara Penganggaran, Pelaksanaan dan Penatausahaan,
35
Pertanggung jawaban dan pelaporan serta Monitoring dan Evaluasi
Hibah dan Bansos yang Bersumber dari APBD provinsi Sulawesi
Selatan, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur
Sulawesi Selatan Nomor 55 tahun 2012.
13. Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 87 Tahun 2016
tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta
Tata Kerja Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun Anggaran 2016.
b. Visi dan Misi Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi
Selatan
1. VISI
Visi Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi
Selatan adalah “Sulawesi Selatan sebagai Tujuan Wisata Utama di
Indonesia”. Visi ini mengandung pengertian bahwa Sulawesi Selatan
menempatkan diri sebagai daerah tujuan wisata terkemuka di Indonesia,
ditandai dengan jumlah pengunjung wisata yang berada pada ranking
10 besar Indonesia. Perwujudan ini mencakup tiga keunggulan yakni
daerah tujuan wisata yang menarik, kehidupan seni-budaya yang
berkembang, dan kemudian ekonomi kreatif berbasis media, disain dan
optek (MDI).
2. MISI
Misi adalah upaya umum yang akan dilakukan untuk mewujudkan visi,
Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan dalam
mewujudkan visinya adalah:
36
a. Mewujudkan destinasi wisata yang aman, nyaman, menarik,
mudah terjangkau, berwawasan lingkungan serta berkontribusi
bagi kesejahteraan masyarakat;
b. Mewujudkan pemasaran pariwisata yang efektif meningkatkan
jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara;
c. Mewujudkan kemitraan pengelolaan pariwisata yang
mendorong berkembangnya industri pariwisata yang berdaya
saing dan bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan
kehidupan masyarakat;
d. Mengembangkan kekayaan budaya dan keragaman budaya
serta merevitalisasi budaya maritim sebagai karakteristik entitas
Sulawesi Selatan;
e. Mendorong perkembangan ekonomi kreatif berbasis media,
desain dan iptek serta ekonomi kreatif berbasis seni dan
budaya.
37
C. Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan
BIDANG SEJARAH &
CAGAR BUDAYA
BIDANG KESENIAN &
EKONOMI KREATIF
BIDANG PENGEMBANGAN
DESTINASI & INDUSTRI
PARIWISATA BIDANG PEMASARAN
BIDANG PENGEMBANGAN
SUMBERDAYA
PARIWISATA
KEPALA DINAS
Kelompok Jabatan
Fungsional SEKRETARIAT
Sub Bagian Umum,
Kepegawaian&Hukum
Sub Bagian
Program
Sub Bagian
Keuangan
Seksi Museum dan
Cagar Budaya
Seksi Sejarah dan Nilai
Tradisional
Seksi Pemberdayaan
Budaya Daerah
Seksi Kesenian
Tradisional dan
Kontemporer
Seksi Pengembangan
Ekonomi Kreatif
Seksi Sarana dan
Pertunjukan
UPT
Seksi Pengembangan
Daya Tarik Wisata
Seksi Tata Kelola
Destinasi
Seksi Industri Pariwisata
Seksi Promosi
Seksi Analisa &
Pengembangan Pasar
Seksi Pembinaan Event
Pariwisata
Seksi Peningkatan
Kompetensi SDM
Pariwisata
Seksi Pemberdayaan
Masyarakat
Seksi Kerjasama
38
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah pada BAB 1, maka hasil dari penelitian ini
adalah sebagai berikut ini:
1. Perlakuan Akuntansi Aset Bersejarah Benteng Somba Opu
Penting sekali untuk memahami aset bersejarah, karena ketika menganalisis
pemrosesan akuntansi, kita harus memiliki pemahaman yang luas tentang aset
bersejarah tersebut. Pelaporan dalam kaitannya dengan aset bersejarah, baik
dari sisi pengakuan, pengungkapan, maupun penilaiannya. Berikut ini hasil dari
penelitian yang telah dilakukan dan penjelasan bagaimana perlakuan akuntansi
yang diterapkan di Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi
Selatan terkait mengenai pengakuan, metode penilaian yang digunakan, serta
pengungkapan aset bersejarah Benteng Somba Opu Gowa dalam CaLK.
a. Pendapat informan mengenai Aset Bersejarah
Banyak definisi yang menggambarkan apa itu aset bersejarah, hal ini
dikarenakan banyaknya perdebatan mengenai standar yang harus dipenuhi
untuk menentukan aset bersejarah. Definisi aset bersejarah masih banyak
diperdebatkan oleh para ahli, oleh karena itu, saat ini tidak ada definisi yang
tepat dan universal dari aset bersejarah. Hal ini menyebabkan munculnya
berbagai pendapat yang berbeda-beda mengenai definisi aset bersejarah
oleh para ahli dalam mengklarifikasi kan aset bersejarah termasuk aset atau
kewajiban yang harus dipenuhi oleh suatu entitas pengelola aset bersejarah.
Banyak definisi yang menggambarkan aset bersejarah karena berbagai
kriteria yang digunakan untuk menentukan definisi tersebut. Dan standar
yang digunakan Carnegie dan Wolnizer (1995) yang mengatakan aset
bersejarah bukanlah aset dan akan lebih tepat diklarifikasikan sebagai
39
liabilitas, atau secara alternatif disebut sebagai fasilitas dan menyajikan
secara terpisah. Adapun pendapat lain dari Micallef dan Peirson (1997) Aset
bersejarah tergolong dalam aset dan dapat dimasukkan dalam neraca.
Berbeda dengan pendapat Nasi et al. (2001) aset bersejarah tidak harus
ditampilkan di neraca. Namun Christiaens (2004), Christiaens dan Rommel
(2008), Rowles et al.(1998) mengatakan bahwa aset bersejarah harus
dimasukkan dalam neraca meskipun tidak memenuhi definisi resmi (Ridha
dan Basri, 2018). Sementara itu, Aversano dan Christiaens (2012)
mengemukakan bahwa di Indonesia, aset bersejarah diatur dalam Panduan
Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP). PSAP menyatakan:
“Aset bersejarah adalah aset tetap yang dimiliki atau dikendalikan oleh pemerintah. Karena durasi dan kondisinya, aset tetap ini harus dilindungi undang-undang dan peraturan yang berlaku untuk menghindari dampak dari berbagai tindakan yang dapat merusak aset tetap”
Aset bersejarah biasanya dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup
lama di mana aset bersejarah dibuktikan dalam undang-undang. Pemerintah
mungkin memiliki aset bersejarah yang diperoleh dengan berbagai macam
cara termasuk pembelian, warisan, donasi, maupun sitaan. Adapun
beberapa kategori yang perlu diperhatikan dalam menganalisis perlakuan
akuntansi pada aset bersejarah Benteng Somba Opu, klarifikasikan aset
bersejarah sebagai aset atau liabilitas dan berapa kriteria umur yang
seharusnya dimiliki oleh aset sehingga dapat diakui sebagai aset bersejarah.
40
1) Kategori aset atau liabilitas
Aset bisa diartikan sebagai semua sumber ekonomi atau kekayaan yang
dimiliki oleh suatu individu maupun entitas yang diharapkan dapat
memberikan manfaat usaha pada masa depan. Seperti dijelaskan dalam
IPSAS (International Public Sector Accounting Standards) 17 standar ini
mengawasi real estat, pabrik dan peralatan bahwa “suatu aset dinyatakan
sebagai aset bersejarah karena bernilai budaya, lingkungan atau arti
sejarah” (IPSAS 17, 2008). Dalam hal ini menunjukkan bahwa aset
bersejarah tidak hanya terkait dengan nilai ekonomisnya, tetapi juga dengan
nilai lingkungan atau sejarahnya, dalam hal ini adalah aset tersebut harus
berumur lebih dari 50 tahun. Pemahaman tentang pengertian aset
bersejarah dapat dilihat dari bagaimana penyedia informasi dalam penelitian
ini memahami Benteng Somba Opu sebagai aset bersejarah, seperti halnya
yang diungkapkan oleh Pak Sawir selaku penyusun bagian inventaris/barang
Disbudpar Prov. Sulsel sebagai berikut:
“Aset bersejarah itu, aset-aset yang sudah bernilai tua, memiliki nilai pengetahuan, sosial dan kebudayaan diantaranya peninggalan apakah itu dari kerajaan Gowa. Bisa saja aset bersejarah itu peninggalan Belanda seperti Gedung Mulo”. (Wawancara dengan Pak Sawir pada tanggal 2 September 2020)
Menurut hasil wawancara dengan pak Sawir, dapat diketahui bahwa
aset bersejarah memiliki nilai pengetahuan, sosial dan budaya yang melekat
pada aset tersebut. Diketahui bahwa Pak Sawir bukan merupakan lulusan
akuntansi tetapi dalam hal ini, peneliti mengetahui bahwa latar belakang
tidaklah menjamin apakah suatu aset bersejarah adalah hal baru bagi
entitas. Dengan kata lain, entitas yang mengelola aset harus mengetahui
41
jenis-jenis aset yang dimilikinya, termasuk arti aset bersejarah yang
sebenarnya.
Hal tersebut juga diungkapkan pihak pengelola Benteng Somba Opu
Gowa. Terlihat dari pernyataannya bahwa informan juga familiar dengan
istilah aset bersejarah. Di mana saat peneliti melakukan wawancara dengan
pengelola Benteng Somba Opu mengenai aset bersejarah itu termasuk
kategori aset atau kewajiban. Informan pun menjawab bahwa aset
bersejarah termasuk aset seperti yang diungkapkan dalam wawancara
dengan Pak Marzuki berikut ini:
“Aset bersejarah itu termasuk aset karena seperti yang diketahui kriteria dari aset tetap yaitu yang memiliki masa manfaat lebih dari 1 tahun dan benteng ini sudah berumur lebih dari 50 tahun.” (Wawancara dengan Pak Marzuki pada tanggal 22 Agustus 2020)
Hasil wawancara menegaskan bahwa aset bersejarah diklasifikasikan
sebagai aset. Karena tidak menimbulkan suatu masalah yang ditimbulkan
oleh pihak luar dari suatu entitas, yang berarti bahwa jika suatu aset
bersejarah dikategorikan sebagai kewajiban maka secara otomatis akan
tercipta kewajiban yang harus dipenuhi oleh entitas saat menyerahkan
barang / jasa kepada entitas lain sekarang dan di masa yang akan datang.
Tetapi aset bersejarah tidak dapat melakukan ini. Meskipun setiap pendapat
yang diberikan oleh masing-masing informan berbeda, mereka semua
memahami bahwa aset bersejarah termasuk dalam kelas aset. Oleh karena
itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aset bersejarah merupakan
kategori aset, seperti yang diungkapkan oleh Micallef dan Peirson (1997).
Berikut ini termasuk aset bersejarah yang terdapat dalam kawasan Benteng
Somba Opu.
42
No Aset bersejarah Benteng Somba
Opu Jenis Aset
Harga Perolehan (1993)
PSAP
1 Museum Karaeng Pattingalloang
Seni dan/atau Budaya
Rp 180.000.000 Dicatat dengan
harga perolehan
2 Dinding Benteng Somba Opu
Sejarah dan Seni
Rp 0-, Dicatat dengan
tanpa nilai
3 Rumah Adat 1. Rumah Adat
Kajang 2. Rumah Adat
Bugis 3. Rumah Adat
Tator 4. Rumah Adat
Mandar
Seni, Lingkungan dan Sosial
Rp 1.211.100.000 Dicatat dengan
harga perolehan
4 Baruga Benteng Somba Opu
Seni, Lingkungan dan Sosial
Rp 989.800.000 Dicatat dengan
harga perolehan
5 Baruga Teater Somba Opu
Rp 864.000.000
Dicatat dengan harga perolehan
6 Material (batu bata) Sejarah Rp 0-,
Dicatat dengan tanpa nilai
7 Peluru Meriam Sejarah Rp 0-,
Dicatat dengan tanpa nilai
8 Peluru Pistol Sejarah Rp 0-,
Dicatat dengan tanpa nilai
9 Fragmen Porselin Sejarah Rp 0-,
Dicatat dengan tanpa nilai
10 Fragmen Gerabah Sejarah Rp 0-,
Dicatat dengan tanpa nilai
11 Alat Upacara Sejarah dan Lingkungan Rp 0-,
Dicatat dengan tanpa nilai
12 Pakai Adat 4 Etnis di Sul-SelBar
Sejarah Rp 0-,
Dicatat dengan tanpa nilai
13 Mata Uang Kuno 1. Koin Wilhelmina
1 Gulden 2. Koin Dirham 1
perak dan 10 perak
3. Koin VOC tahun 1790 1 perak
Sejarah
Rp 0-, Dicatat dengan
tanpa nilai
Jumlah Rp 3.064.900.000
Sumber: Data diolah peneliti, 2020.
43
2. Pengakuan Aset Bersejarah Benteng Somba Opu Gowa
Pengakuan aset bersejarah adalah metode perlakuan akuntansi untuk
menentukan apakah akuntansi untuk menentukan apakah suatu aset dapat
diakui secara formal sebagai kategori aset bersejarah. Aset diakui dalam neraca
apabila besar kemungkinan bahwa manfaat ekonominya di masa depan
memperoleh perusahaan dan aktiva tersebut mempunyai nilai atau biaya yang
dapat diukur dengan andal (Retna et al, 2017:23). Menurut Pak Sawir dalam
wawancara yang dilakukan pada tanggal 2 september mengenai pengakuan aset
bersejarah, yaitu:
“Jika aset tersebut mau diakui sebagai aset bersejarah, maka harus memenuhi kondisi aset bersejarah itu sendiri. Kalau tidak salah barang itu harus berumur 50 tahun ke atas dan memiliki ciri khas. Download UU Cagar Budaya di situ sudah dijelaskan kriteria dari Cagar Budaya”. (Wawancara dengan Pak Sawir pada tanggal 2 September 2020)
Menurut informasi yang diberikan oleh pak Sawir, terlihat bahwa jika aset
tersebut memenuhi standar umur pelayanan 50 tahun dan memiliki surat evaluasi
yang dikeluarkan oleh otoritas yang berwenang (seperti Kementerian
Pendidikan), maka aset dapat dipastikan sebagai aset bersejarah. Terbitnya
surat penilaian tersebut menunjukkan bahwa aset tersebut merupakan warisan
budaya, artinya aset tersebut telah diakui oleh pemerintah sebagai aset
bersejarah.
Beberapa aset diakui sebagai aset sejarah karena kepentingan budaya,
lingkungan, dan sejarahnya. PSAP 07 paragraf 70 menjelaskan bahwa selain
nilai sejarah, aset bersejarah tertentu juga memberikan potensi manfaat lain bagi
pemerintah, seperti penggunaan gedung bersejarah sebagai ruang perkantoran.
Dalam hal ini, aset tersebut akan diperlakukan dengan prinsip yang sama seperti
44
aset tetap lainnya. Berdasarkan PSAP No 7 tentang Akuntansi Aset Tetap dalam
Peraturan Pemerintah No 71 tahun 2010, terdapat 2 standar pengakuan aset
secara tatap muka, yaitu:
a. Aset tetap diakui pada saat perolehan manfaat ekonomi masa depan
dan dapat mengukur nilainya dengan andal.
b. Jika kepemilikan aset tetap telah diterima atau dialihkan dan / atau
kepemilikan dialihkan, konfirmasi aset tetap dapat di andal.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan, peneliti menyimpulkan
bahwa Benteng Somba Opu merupakan salah satu tempat yang digunakan
sebagai tempat kegiatan pemerintahan. Di mana di tempat tersebut berada pada
wilayah Museum Karaeng Pattingalloang. Bukan hanya itu, kawasan Benteng
Somba Opu juga terdapat rumah adat yang ada di Sulawesi Selatan yang
biasanya disewa. Melihat kondisi tersebut, maka aset bersejarah Benteng Somba
Opu dapat dikatakan sebagai aset tetap yang digunakan untuk kegiatan
operasional dan non operasional. Oleh karena itu, praktik akuntansi aset sejarah
Benteng Somba Opu mengacu pada praktik pengakuan aset bersejarah sesuai
dengan PSAP No. 07 paragraf 15, jika kondisi berikut terpenuhi maka aset tetap
sebagai berikut:
1) Masa manfaat melebihi 12 (dua belas) bulan
Umur manfaat aset dapat dilihat dari umur proyek / aset. Dalam
menentukan suatu aset mempunyai manfaat lebih dari 1 tahun (12 bulan),
suatu entitas harus menilai apakah aset tersebut memiliki manfaat ekonomis
di masa depan. Manfaat ekonomi tersebut berupa aliran pendapatan bagi
pemerintah untuk penghematan belanja pemerintah. Manfaat ekonomi masa
45
depan akan mengalir ke suatu entitas dapat dipastikan bila entitas tersebut
akan menerima manfaat dan menerima resiko terkait. Kepastian ini biasanya
hanya tersedia jika manfaat dan resiko jika diterima entitas tersebut
(Fauziah, 2018).
Berdasarkan sejarah Benteng Somba Opu Gowa di bangun pada tahun
1525 yaitu pada zaman Belanda. Sehingga umur Benteng ini sudah
mencapai kurang lebih sudah 5 abad, jadi Benteng ini sudah termasuk ke
dalam kelompok aset. Berbicara tentang aset bersejarah sama halnya
dengan berbicara tentang sejarah yang terdapat pada aset tersebut. Aset
bersejarah ini seakan memiliki daya tarik tersendiri, mengundang wisatawan
untuk datang berkunjung dan mengetahui sejarah di balik benda bersejarah
tersebut. Namun seperti yang diketahui bahwa di kawasan Benteng Somba
Opu bisa dikatakan bahwa keamanannya kurang baik, sehingga barang-
barang bersejarah yang bernilai tinggi di pindahkan ke Museum La Galigo
yang terletak di Benteng Rotterdam.
Masyarakat sekitar Benteng Somba Opu sudah merasakan manfaat dari
aset bersejarah ini, yang tidak hanya menambah pendapatan para pedagang
di sekitarnya, tetapi juga memberikan manfaat dari pengelolaan aset
bersejarah tersebut. Salah satunya adalah aset bersejarah Benteng Somba
Opu. Benteng Somba Opu memiliki potensi ekonomi, sosial, pendidikan dan
budaya yang cukup luas dan dapat digali lebih jauh oleh masyarakat luas.
Hal ini diungkapkan oleh Pak Marzuki selaku pengelola Benteng Somba Opu
Gowa berikut ini:
“Kalau itu dek, itu terkait dengan penggunaannya. Jika Benteng Somba Opu tetap dipertahankan maka salah satu harapannya adalah
46
dapat bermanfaat. Termasuk keuntungan ekonomi. Ini mungkin bermanfaat bagi sains dan parawisata. Sejauh menyangkut parawisata, itu adalah nilai ekonominya dek. Misalnya siswa yang beraktivitas di sini bisa dikatakan travelling, karena sebenarnya nama trip itu dari satu tempat ke tempat lain. Tempat yang memberikan manfaat pendidikan dan manfaat ekonomi.” (Wawancara dengan Pak Marzuki pada tanggal 2 Oktober 2020)
Seperti yang dijelaskan oleh Pak Marzuki diatas memberikan kita sedikit
gambaran betapa pentingnya pelestarian atas barang aset bersejarah.
Pelestarian yang dilakukan merupakan salah satu cara untuk
mengoptimalkan atas peran dari suatu aset bersejarah. Aset bersejarah kini
selain digunakan sebagai sarana pembelajaran juga dapat mendatangkan
pendapatan bagi negara maupun daerah. Optimalisasi atas fungsi aset
bersejarah akan sangat membantu pemerintah dalam meningkatkan
kinerjanya, karena dengan demikian aset bersejarah tidak lagi dipandang
sebagai sumber daya pasif, namun secara produktif dapat dikelola dan
dikembangkan demi sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat.
Dengan kata lain, aset bersejarah bukan hanya untuk dijaga dan
dilestarikan, tapi bagaimana mengemas aset tersebut menjadi lebih optimal
fungsi dan penggunaannya misalnya dijadikan perkantoran atau
mengkomersialkannya ke masyarakat umum dengan berbagai macam
kegiatan-kegiatan, seperti talkshow, pameran dan event-event lainnya.
2) Biaya perolehan dapat diukur secara andal
Biaya perolehan adalah salah satu kriteria terpenting untuk mengenali
aset bersejarah sebagai aset. Jika suatu aset tidak dapat diukur pada
biayanya, maka item tersebut tidak dapat dikatakan sebagai aset. Suatu aset
yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset pada awalnya harus
47
diukur sebesar biaya perolehan nya. Ketika aset tersebut diperoleh karena
entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan
selain untuk menghasilkan pendapatan maka biaya perolehan aset dari
suatu pertukaran diukur sebesar nilai wajar. Namun jika nilai wajar yang
diperoleh tidak dapat diukur secara andal, maka biaya perolehan nya diukur
dengan jumlah tercatat dari aset yang diserahkan.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan
informan, dapat diketahui bahwa perolehan Benteng Somba Opu ini berasal
dari adanya hibah. Hibah adalah pemberian aset tanpa nilai. Walaupun
sedemikian, nilai atas objek atas objek tersebut harus ditentukan sebagai
pencatatan awal. Pengukuran aset bersejarah dapat dilakukan dengan
menggunakan metode historical cost atau nilai wajar. Dalam SAP paragraf
24 menyatakan barang berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui
sebagai suatu aset dan dikelompokkan sebagai aset tetap, pada awalnya
harus diukur berdasarkan biaya perolehan. Biaya perolehan tersebut meliputi
harga pembelian dan setiap pengeluaran yang dapat diatribusikan secara
langsung. Bila aset tersebut diperoleh dengan tanpa nilai, maka biaya aset
tersebut dinilai dengan jumlah tercatat saat transaksi dilakukan.
3) Tidak termasuk dalam operasi normal entitas
Benteng Somba Opu merupakan aset pemerintah Provinsi Sulawesi
Selatan ini jika dijual akan menimbulkan konflik antar masyarakat.
4) Diperoleh atau dibangun untuk digunakan
Di dalam Benteng Somba Opu Gowa dibangun sebuah rumah adat
sebagai tempat kedudukan pusat pemerintahan dan dirancang untuk
melestarikan, memelihara dan mempertahankan nilainya. Oleh karena
48
benteng ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sarana pendidikan
dan pengetahuan, karena peristiwa penting terjadi pada saat pembangunan
benteng tersebut.
Benteng Somba Opu ini dibangun pada Era kerajaan bangsa Indonesia
yang didirikan pada abad ke-16 oleh raja Gowa IX yang awalnya menjadi
pusat perdagangan dan pelabuhan di mana rempah-rempah yang
diperjualbelikan untuk beberapa pedagang baik dari Asia, sekitar Indonesia
dan wilayah Eropa. Negara telah menjadi organisasi besar yang mutlak
harus melindungi semua sumber dayanya, termasuk perlindungan terhadap
semua peninggalan sejarah masa lalu. Ini berarti mengidentifikasi dan
memastikan kepemilikan benda-benda bersejarah ini semaksimal mungkin.
Agar dapat diakui sebagai aset, benda tersebut tidak harus dimiliki oleh
entitas, tetapi sepenuhnya dikuasai oleh negara. Jika terdapat bukti bahwa
hak kepemilikan dan / atau penguasaan sah telah dialihkan, seperti sertifikat
tanah dan sertifikat kepemilikan barang, maka konfirmasi aset dapat
diandalkan. Apabila tidak ada bukti hukum yang mendukung pembelian aset
tetap karena masih diperlukan prosedur administrasi, seperti pembelian
tanah dan sertifikat kepemilikan rumah yang masih perlu melengkapi
prosedur jual beli (akta). Pejabat yang berwenang, jika ada bukti
penguasaan aset tetap berpindah tangan, misalnya nama sertifikat tanah
sudah dibayar dan dikuasai atas nama pemilik sebelumnya, maka aset tetap
tersebut harus dipastikan. Penguasaan aset suatu aset biasanya dapat
diperoleh melalui adanya pembelian, penemuan, pemberian, maupun
penjualan.
49
Benteng Somba Opu merupakan salah satu properti nasional yang
diperoleh melalui hibah. Hibah adalah pemberian yang diberikan oleh satu
orang kepada pihak lain yang masih hidup, dan penyaluran dilakukan
selama penghibah masih hidup. Namun terkait dengan bukti atas transaksi
yang telah dilakukan, sangat sulit untuk diketahui dalam bentuk apa bukti
penyerahannya, mengingat bahwa benteng ini sudah sangat lama yang
menjadikannya sulit untuk ditelusuri untuk ditemukannya bukti
penyerahannya. Hal ini diungkapkan oleh Pak Sawir dari hasil wawancara
yang dilakukan pada tanggal 2 September 2020:
“Untuk buktinya dek tidak ada, karena kan benteng ini sudah begitu lama sekali dan kita juga belum lahir. Jadi kita tidak tahu dulu itu dilakukan oleh Belanda dengan siapa, karena dulunya kan ini benteng awalnya dibuat oleh Belanda” (wawancara dengan Pak Sawir pada tanggal 2 September 2020)
Dari wawancara di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa kepemilikan
Benteng Somba Opu merupakan salah satu aset bersejarah tidak lepas dari
entitas yang mengelolanya. Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Sulsel
merupakan kuasa pengguna barang. Oleh karena itu, seluruh barang milik
negara akan dilaporkan sebagai barang milik negara sesuai dengan
Peraturan Menteri Keuangan No 6 Tahun 2016 tentang pengelolaan Barang
Milik Negara. Benteng Sompa Opu memperoleh satuan yang terdiri dari
tanah dan bangunan. Namun pada dasarnya, dalam akuntansi sendiri aset
bersejarah ini harus diakui secara terpisah mengingat sifat dan fungsinya
memiliki perbedaan satu sama lain.
3. Penilaian terhadap Aset Bersejarah
Penilaian aset adalah proses yang digunakan untuk menampilkan rupiah
atau jumlah nominal yang harus ditempatkan pada setiap elemen atau item
50
keuangan pada saat penyampaian laporan keuangan secara konseptual, ada
banyak metode valuasi yang dapat dipilih untuk menentukan nilai suatu aset,
seperti menggunakan metode nilai wajar atau metode biaya. Nilai wajar ialah
jumlah yang dipakai untuk menukarkan suatu aset antara pihak-pihak yang
berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan
wajar. Untuk aset bersejarah, nilai wajar digunakan karena nilai wajar sering
digunakan sebagai dasar untuk menghitung nilai koleksi dan estimasi biaya
pembelian barang serupa. Namun hal ini berbeda dengan yang ditemukan
peneliti saat melakukan wawancara, dalam prakteknya Benteng Somba opu
justru menemui kesulitan dalam mengevaluasi Benteng Somba Opu. Data
tersebut berasal dari wawancara peneliti dengan penyedia informasi sebagai
berikut:
“kalau mengenai penilaiannya dek, kita tidak tau mau nilai berapa aset ini. Karena kalau aset bersejarah itu tidak bisa kita beri nilainya berapa jadi kita hanya menuliskan 0 rupiah, kecuali bangunan dan tanah” (wawancara dengan Pak Sawir pada tanggal 28 Agustus 2020)
Berdasarkan wawancara di atas, dalam hal ini dijelaskan bahwa pemberian
nilai terhadap aset bersejarah di Benteng Somba Opu hanya sebesar 0 rupiah.
Namun untuk bangunan dan tanah dicatat sesuai dengan harga perolehan nya.
Seperti bangunan yang sering kali di sewakan untuk dijadikan tempat untuk
menginap jika melakukan kegiatan di Benteng Somba Opu. Karena pada
hakikatnya semua jenis aset tetap yang dimiliki pemerintah (seperti gedung dan
bangunan) dapat dipahami melalui nilai belinya, sedangkan untuk aset
bersejarah, aset tersebut sudah berdiri sejak beberapa tahun sehingga sulit
untuk dinilai. Selain itu, tidak adanya dokumen dan bukti autientik terkait dengan
pembangunan yang dilakukan menjadikannya susah untuk menafsir jumlah biaya
51
yang terpakai dalam membangun atau mengadakan aset atau barang bersejarah
tersebut.
Aset tetap awalnya diukur dengan biaya perolehan menurut PSAP 07
Paragraf 22. Jika tidak memungkinkan untuk menggunakan biaya perolehan
untuk menilai aset tetap, nilai properti, pabrik, dan peralatan riil didasarkan pada
nilai wajar pada saat pembelian. Peneliti sebelumnya menjelaskan bahwa
Benteng Somba Opu diperoleh melalui dana hibah. Dalam pengukuran aset,
biasanya ketika aset diperoleh melalui transaksi (seperti pembelian dan
pertukaran yang dapat diukur dengan biaya). Namun, jika komoditas tersebut
diperoleh dari hibah, biasanya akan menghasilkan manfaat ekonomi yang cukup
besar tanpa perlu mengeluarkan uang dalam jumlah besar. Dengan kata lain,
bangunan dan tanah yang dibebaskan adalah contoh pembebasan gratis. Begitu
pula dengan Benteng Somba Opu, karena ketika suatu entitas memperoleh aset,
maka atribut dalam aset tersebut tidak memiliki biaya atau nilai sama sekali.
4. Pengungkapan Benteng Somba Opu di dalam Laporan Keuangan
Pengungkapan merupakan kegiatan menyampaikan informasi keuangan
kepada pengguna laporan keuangan. dalam standar akuntansi pemerintah
berbasis akrual, paragraf 65 No 7 tahun 2010 dijelaskan bahwa pernyataan
tersebut tidak mengharuskan pemerintah untuk mencatatkan aset bersejarah di
neraca, tetapi aset tersebut harus diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan. Dalam mengungkapkan aset bersejarah dalam laporan keuangan,
aset bersejarah ini digolongkan menjadi barang inventaris, seperti yang
diungkapkan oleh Pak Sawir selaku pengelola barang Inventaris:
“Kalau benteng Benteng Somba Opu itu masuknya ke dalam Barang Inventaris. Di mana yang masuk kelompok barangnya itu Rumah adat
52
kajang, Rumah Adat bugis, Rumah Adat Tator, dan Rumah Adat Mandar.” (Wawancara dengan Pak Sawir pada tanggal 27 Agustus 2020)
Dari informasi yang didapat diatas, peneliti mengetahui bahwa Benteng
Somba Opu disajikan dalam bentuk umum yaitu di bagian laporan tanah dan
bangunan dalam laporan Barang Inventaris. Berdasarkan hasil analisis peneliti,
dapat diketahui bahwa pengungkapan aset bersejarah Benteng Somba Opu
diungkapkan dalam laporan Barang Inventaris sebagaimana yang ditampilkan
pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.1
Nama Barang
Lokasi Harga Keterangan
Bangunan Gedung Kantor Lain-lain
Kawasan Benteng Somba Opu
259,800,000.00 Rumah adat Kajang
Bangunan Gedung Kantor Lain-lain
Kawasan Benteng Somba opu
210,000,000.00 Rumah Adat Bugis
Bangunan Gedung Kantor Lain-lain
Kawasan Benteng Somba Opu
379,350,000.00 Rumah Adat Tator
Bangunan Gedung Kantor Lain-lain
Kawasan Benteng Somba Opu
361,950,000.00 Rumah Adat Mandar
Sumber: Data diolah peneliti, 2020
Dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) yang disajikan oleh
Disbudpar Sulsel, aset bersejarah di Benteng Somba Opu terdiri atas yang dapat
dinilai dan yang tidak dapat dinilai (Rp 0.,) sebagai mana dalam CaLK di bawah
ini:
a. Tanah
Saldo tanah pada laporan keuangan dicatat dengan tanpa nilai (Rp 0)
karena tanah ini adalah peninggalan sejarah, maka tidak dapat dinilai.
53
b. Bangunan
Saldo bangunan pada laporan keuangan dicatat sesuai pada saat
terjadinya pembelian atas bangunan tersebut.
c. Aset tetap lainnya
Saldo pada aset lainnya pada laporan keuangan dicatat dengan tanpa
nilai (Rp 0). Saldo aset tetap lainnya dinilai 0 rupiah karena merupakan
aset bersejarah yang tidak dapat diberikan nilai secara permanen.
Berdasarkan potongan laporan keuangan diatas, terlihat bahwa aset
bersejarah yang dimiliki oleh Disbudpar terdiri atas jenis aset bersejarah tanah,
bangunan dan aset tetap lainnya. Sangat penting bagi entitas untuk memberi
tahu pengguna laporan keuangan tentang langkah-langkah yang digunakan
untuk menyusun laporan keuangan. Berdasarkan dari informasi yang diperoleh
peneliti, diketahui bahwa aset tersebut masuk ke dalam jenis aset bersejarah
jenis bangunan dan tanah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Pak Marsuki
berikut ini:
“Kalau di Benteng somba Opu karena memiliki banyak rumah adat maka setiap rumah adat yang ada di Benteng Somba Opu di nilai secara per unit” (Wawancara dengan Pak Marsuki pada tanggal 2 September 2020)
Dari informasi yang ditemukan, pengungkapan yang dilakukan oleh entitas
terhadap aset yang ada di Benteng Somba Opu, telah memberikan gambaran
bahwa Disbudpar telah melakukan pelaporan secara jujur dan dapat diverifikasi
dengan menyajikan aset apa saja yang mereka miliki di dalam laporan barang
inventaris yang disajikan. Hal ini dilakukan agar laporan tersebut dapat di
mengerti oleh pembaca laporan keuangan. Karena dengan adanya informasi
yang dilakukan secara jujur dan tepat akan membantu pengguna laporan
54
keuangan. Pengungkapan yang dilakukan secara jujur akan membantu
stakeholder dalam membuat penilaian terhadap aset bersejarah tersebut. Para
stakeholder akan kesulitan dalam menentukan nilai terhadap aset bersejarah jika
laporan keuangan tersebut tidak disajikan secara bijak dalam mengungkapkan
dengan jelas dalam laporan keuangan. Selain disajikan dalam laporan keuangan,
aset bersejarah Benteng Somba Opu juga harus diungkapkan dalam laporan
CaLK. Hal ini digunakan untuk memberikan hak kepada masyarakat untuk
mengetahui informasi keuangan yang ada secara terbuka dan jujur sebagai
bentuk tanggungjawab pemerintah kepada masyarakat.
Pengungkapan suatu aset dalam laporan keuangan diungkapkan dengan
tujuan agar pemerintah melaporkan laporan keuangan secara akuntabilitas
kepada masyarakat dengan melaporkan semua aset yang dimiliki oleh
pemerintah. Jika dikaitkan dengan Benteng Somba Opu dapat diketahui bahwa
pengungkapan aset bersejarah yang ada di Benteng Somba Opu dalam laporan
keuangan lebih dikaitkan dengan akuntabilitas nya terhadap laporan keuangan
yang ditujukan buka berarti memperlihatkan berapa nilai aset tersebut atau
metode apa yang digunakannya dalam menilai aset bersejarah tersebut.
Akuntabilitas laporan keuangan ini bertujuan untuk salah upaya untuk
mewujudkan tata kelola pengelolaan laporan keuangan pemerintah dengan
tanggungjawab dan jujur. Tujuan penyajian yang jujur adalah untuk memberikan
laporan yang jujur tentang transaksi yang terjadi, yang dapat diverifikasi dari
lokasi informasi yang diberikan dalam laporan keuangan, dan juga bersifat netral
ketika informasi tersebut terbuka dan tidak kondusif.
55
C. Pembahasan
Terkait mengenai perlakuan akuntansi pada aset bersejarah adapun
penjelasan dari hasil penelitian di atas mengenai bagaimana pengakuannya,
metode penilaian yang digunakan, dan bagaimana pengungkapannya.
1. Pengakuan aset dan kaitannya dengan PSAP 07
Menurut (2006:195), pengakuan adalah proses untuk menentukan apakah
kondisi pencatatan satu atau lebih peristiwa dalam catatan akuntansi terpenuhi
untuk menentukan apakah suatu aset dapat diakui secara formal sebagai aset
bersejarah. pemberian informasi melalui laporan keuangan merupakan fitur netral
dari laporan keuangan. Aset bersejarah dapat diakui apabila dapat memberikan
manfaat ekonomi bagi negara dan dapat diukur nilainya secara handal.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan, peneliti menyimpulkan
bahwa Benteng Somba Opu merupakan suatu tempat yang digunakan sebagai
tempat kegiatan pemerintahan. Di mana di tempat tersebut berada pada wilayah
Museum Karaeng Pattingalloang. Bukan hanya itu, kawasan Benteng Somba
Opu juga terdapat rumah adat yang ada di Sulawesi Selatan yang biasanya
disewa. Melihat kondisi tersebut, maka aset bersejarah Benteng Somba Opu
dapat dikatakan sebagai aset tetap yang digunakan untuk kegiatan operasional
dan non operasional. Oleh karena itu, praktik akuntansi aset bersejarah Benteng
Somba Opu mengacu pada praktik pengakuan aset bersejarah sesuai dengan
PSAP No. 7 paragraf 15, jika kondisi berikut terpenuhi, aset tetap harus diakui
sebagai berikut: 1) Berwujud, 2) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan,
dan 3) Biaya perolehan aset dapat diukur secara handal.
Manfaat dari aset bersejarah ini telah dirasakan oleh masyarakat yang
berada di sekitar Benteng Somba Opu, baik dari segi memberikan penghasilan
56
tambahan kepada pedagang di sekitarnya, untuk memberikan penghasilan yang
diperoleh dari pengelolaan aset bersejarah tersebut. Salah satunya adalah aset
bersejarah Benteng Somba Opu, Benteng Somba Opu memiliki potensi ekonomi,
sosial, pendidikan da budaya yang cukup luas dan dapat digali lebih jauh oleh
masyarakat luas.
2. Penilaian aset dan kaitannya dengan PSAP 07
Pembahasan tentang penilaian aset bersejarah tidak lepas dari pengenalan
aset historis oleh suatu entitas. Penilaian aset merupakan pembahasan yang
penting karena menyangkut bagaimana suatu entitas mengevaluasi aset
bersejarah, yang dapat menggambarkan situasi aktual di lapangan. Berdasarkan
hasil penelitian, pemberian nilai terhadap aset bersejarah di Benteng Somba Opu
hanya sebesar 0 rupiah dalam catatan atas laporan keuangan. Namun untuk
bangunan dan tanah dicatat sesuai dengan harga perolehan nya. Seperti
bangunan yang sering kali di sewakan untuk dijadikan tempat untuk menginap
jika melakukan kegiatan di Benteng Somba Opu. Pada dasarnya semua jenis
aset tetap yang dimiliki pemerintah seperti gedung dan peralatan dapat diketahui
melalui nilai belinya. Untuk aset bersejarah, aset tersebut sudah dibangun
selama beberapa tahun sehingga sulit untuk dinilai.
3. Pengungkapan aset dan kaitannya dengan PSAP 07
Menurut PSAP 07, aset bersejarah diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan dengan tanpa nilai, kecuali aset yang memiliki manfaat ekonomi bagi
negara selain nilai sejarahnya, misalnya bangunan yang digunakan untuk
kegiatan operasional. Aset bersejarah yang memiliki manfaat ekonomi bagi
pemerintah akan dimasukkan dalam neraca (Wulandari dan Utama, 2016).
Berdasarkan hasil analisis peneliti, dapat diketahui bahwa pengungkapan aset
57
bersejarah Benteng Somba Opu yang memiliki potensi manfaat lainnya
diungkapkan dalam laporan Barang Inventaris sedangkan yang untuk aset
bersejarah lainnya diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan dengan
tanpa nilai.
Informasi yang terdapat dalam laporan Disbudpar telah menunjukkan bahwa
laporan keuangan Disbudpar telah mewujudkan akuntabilitas dan transpalasi
terhadap pengelolaan laporan keuangan. Informasi yang terkandung di dalamnya
harus sesuai dengan peraturan saat ini. Jika tidak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, maka akan merugikan negara, pendapatan yang tidak mencukupi,
manajemen yang lemah, manajemen keuangan nasioanl yang tidak kompeten,
dan tidak efisien. Untuk mengetahui kesesuaian tersebut dalam pengelolaan aset
bersejarah dalam laporan keuangan, tabel dibawah ini akan memberikan
gambaran mengenai kesesuaian atas perlakuan akuntansi pada aset bersejarah
di Benteng Somba opu sebagai berikut:
Tabel 4.2
Penerapan Perlakuan Akuntansi Aset Bersejarah Benteng Somba Opu Gowa
Berdasarkan PSAP No. 7 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
No Unsur PSAP No. 7 Tahun 2010 Penerapan Evaluasi
1 Pengungkapan Pengakuan aset diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan tersedia. Jika kepemilikan telah diterima atau dialihkan, pengakuan aset tetap akan sangat andal.
-Benteng Somba Opu dapat memberikan manfaat ekonomi dengan dilihatnya dari banyaknya kegiatan yang dilakukan di Benteng Somba Opu. -Disbudpar Sulsel mengakui aset bersejarah Benteng Somba opu ketika penguasaannya berpindah dengan adanya
Sesuai
58
sertifikat penguasaan atas tanah dan bangunan.
2 Penilaian Aset bersejarah harus disajikan dalam bentuk unit, misalnya jumlah unit koleksi yang dimiliki atau jumlah unit monumen, dalam Catatan atas Laporan Keuangan dengan tanpa nilai
Disbudpar Sulsel mencatat aset bersejarah di Benteng Somba Opu dengan nilai Rp 0. Dalam hal ini aset bersejarah dicatat dengan tanpa nilai.
Sesuai
3 Pengungkapan PSAP tidak mengharuskan pemerintah untuk menyajikan aset bersejarah (heritage assets) di neraca namun
aset tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas laporan Keuangan.
Disbudpar Sulsel menyajikan aset bersejarah dalam CaLK dengan tanpa nilai kecuali aset yang memiliki potensi manfaat lainnya.
Sesuai
Sumber: Data diolah peneliti, 2020
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan terhadap perlakuan
akuntansi pada Aset Bersejarah dalam pengelolaan Benteng Somba Opu, maka
kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1. Terdapat kesesuaian antara data temuan dengan PSAP No. 7 dalam
pengelolaan aset bersejarah Benteng Somba Opu bahwa Benteng
Somba Opu dapat memberikan manfaat ekonomi dengan dilihatnya dari
banyaknya kegiatan yang dilakukan di Benteng Somba Opu. Disbudpar
Sulsel mengakui aset bersejarah Benteng Somba opu ketika
penguasaannya berpindah dengan adanya sertifikat penguasaan atas
tanah dan bangunan.
2. Terdapat kesesuaian antara data temuan dengan PSAP No. 7 tentang
pengelolaan aset bersejarah Benteng Somba Opu bahwa pihak
pengelola dalam hal ini Disbudpar Sulsel mencatat dengan tanpa nilai
(Rp 0,-) dalam laporan keuangan.
3. Terdapat kesesuaian antara data temuan dengan PSAP No. 7 tentang
pengelolaan aset bersejarah Benteng Somba Opu bahwa aset
bersejarah di Benteng Somba Opu disajikan dalam CaLK dengan tanpa
nilai kecuali yang memiliki potensi manfaat lainnya.
60
B. Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan data, keterbatasan
penelitian ini adalah:
1. Terdapat kurangnya pengetahuan karyawan dalam melakukan
wawancara terkait dengan topik. Dalam pengertian akuntansi aset
bersejarah (pengakuan, penilaian, dan pengungkapan) akuntansi dan
pengelolaan Benteng Somba Opu hanya dapat menjelaskan metode
penyajian dalam laporan keuangan, namun dalam hal pengakuan dan
penilaian dijelaskan oleh Disbudpar Sulsel. Oleh karena itu, penelitian ini
menggunakan data yang ada untuk penelitian, tetapi menggunakan kata
kunci identifikasi, penilaian dan pengungkapan akuntansi aset
bersejarah untuk menyesuaikannya dengan isi penelitian-penelitian
khusus.
2. Terdapat kesulitan dalam pengambilan data di Balai Cagar Budaya
dikarenakan adanya pegawai yang tertular Covid 19 yang menjadikan
Balai Cagar Budaya untuk sementara di tutup. Sehingga peneliti hanya
bisa mengambil data di Disbudpar Sulsel.
C. Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, peneliti dapat memberikan
beberapa saran, yaitu:
1. Diperlukan perhatian yang lebih mendalam untuk menentukan metode
penilaian aset bersejarah. Hal tersebut dilakukan agar nilai aset
bersejarah dapat diakui dengan jelas, sehingga informasi yang diberikan
pemerintah dalam laporan keuangan menjadi bermakna.
61
2. Pemerintah dapat meningkatkan standar akuntansi terkait aset
bersejarah, terutama dalam menentukan metode penilaian yang
digunakan.
3. Bagi peneliti selanjutnya dapat menganalisis dan mengkaji metode
penilaian aset bersejarah yang sangat sesuai secara lebih rinci, serta
dapat juga menentukan penentuan biaya jasa aset bersejarah.
62
DAFTAR PUSTAKA
American Institute od Certified Public Accountant. (2006). Basic Concept and
Accounting Underlying Financial Statement of Business Enterprice.
Statement of the Accounting Principles Board.
Arif, S. D., Hamid, M., & Rahi, S. (2018). Pelaksanaan Akuntansi Aset Tetap
pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kota
Palopo. [Jurnal Karimah STIE AMKOP Makassar, Vol.3, No.4, ISSN :
2089 - 9351, 911.
Dwitayanti, Y., & Zahara, H. (2018). Tinjauan Perlakuan Akuntansi Aset Tetap
pada BKKBN Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan PSAP No. 07
Tentang Akuntansi Aset Tetap. Jurnal Bisnis Darmajaya, Vol 4, No 1, 81-
96.
Fauziah, I. (2018). SAP Standar Akuntansi Pemerintah. Jakarta: Ilmu.
Fitriyah, Z. L., Wiyono, M. W., & Ifa, K. (2018). Analisis Perlakuan Akuntansi Aset
Tetap Daerah Dalam Laporan Keuangan pada Pemerintah Daerah
Kabupaten Lumajang. Jurnal Riset Akuntansi, Vol 1, No 2, 54-62.
Lubis, H. S., & Zahara, R. (2017). Identifikasi Bangunan-Bangunan Bersejarah
Desa Tandem Kecamatan Hamparan Perak. Jurnal Pendidikan Sejarah,
Vol. 2, No. 2, 1-16.
Ridha, S., & Basri, H. (2018). Analisis Pengakuan, Penilaian, Penyajian dan
Pengungkapan Aset Bersejarah pada Laporan Keuangan Entitas
Pemerintah Daerah Aceh (Studi Kasus pada Masjid Raya Baiturrahman).
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA) Vol. 3, No. 1, 156-
166.
Ruwaidah, E., & Hartawan , T. (2018). Kajian Upaya Pelestarian Bangunan
Bersejarah di Kota Tua Ampenan ditinjau dari Elemen Pembentuk
Karakter Bangunan. Jurnal Sangkareang Mataram, ISSNNo.2355-929,
55.
Safitri, M. R., & Indriani, M. (2017). Praktik Akuntansi untuk Aset Bersejarah studi
Fenomenologi pada Museum Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa ekonomi
Akuntansi (JIMEKA), 1-9.
Sari, A. R., Nurbatin, D., & Setiyowati, S. W. (2017). Akuntansi Keuangan
Berbasis PSAK. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Sholikah, M., & Achadiyah, B. N. (2017). Perlakuan Akuntansi untuk Aset
Bersejarah Candi Rimbi Jombang. Jurnal Nominal, Vol VI, No 2, 29-47.
Soleiman, I. D., & Bandur, M. N. (2019). Perlakuan Akuntansi untuk Aset
Bersejarah pada Situs Bungkarno Kabupaten Ende. Jurnal Analisis, Vol
18, 27-40.
63
Sunanto. (2017). Perlakuan Akuntansi untuk Aset Bersejarah di Kabupaten Musi
Banyuasin. Jurnal ACSY Politeknik Sekayu, Vol VI, No I, 22-30.
Utami , L. R. (2019). Perlakuan Akuntansi untuk Aset Bersejarah Studi Kasus
pada Candi Sambisari . Jurnal MONEX Volume 8 Nomor. 1 Januari 2019,
95.
Widyaningtyas, R. (2017). Pencatatan, Penilaian dan Pelaporan Aset Bersejarah
dalam Laporan Keuangan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah
mada.
Wijaya, I., & Nugraha, E. (2019, November). Perlakuan Akuntansi untuk Aset
Bersejarah pada Institut Teknologi Bandung. Simposium Nasional Ilmiah
dengan tema: (Peningkatan Kualitas Publikasi Ilmiah melalui Hasil Riset
dan Pengabdian kepada Masyarakat), hal. 658-668.
Wulandari, D., & Utama, G. A. (2016). Perlakuan Akuntansi untuk Aset
Bersejarah: Pengakuan, Penilaian, dan Pengungkapannya dalam
Laporan Keuangan Studi kasus pada Museum Anjuk Ladang Kabupaten
Nganjuk. Dinamika Global : Rebranding Keunggulan Kompetitif Berbasis
Kearifan Lokal, ISBN 978-602-60569-2-4, 801-812.
LAMPIRAN
Nama : Musyawir S.E
Jabatan : Pengelola Barang Inventaris
Lokasi dan waktu wawancara : Gedung Mulo, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Prov. Sulsel/ 28 Agustus 2020
1. Apa yang bapak ketahui mengenai Aset Bersejarah?
Aset bersejarah itu, aset-aset yang sudah bernilai tua, memiliki nilai
pengetahuan, sosial dan kebudayaan diantaranya peninggalan apakah itu
dari kerajaan Gowa. Bisa saja aset bersejarah itu peninggalan Belanda
seperti Gedung Mulo ini.
2. Peraturan/pedoman apa yang digunakan oleh pihak Disbudpar dalam
mengelola Benteng Somba Opu?
Disini kita berpacu pada Aset Bersejarah yang biasa disebut dengan Cagar
Budaya. Pengelolaannya ada memang yang diatur karena termasuk cagar
budaya diantaranya itu cagar budaya tidak boleh diubah bentuknya.
Makanya dari dulu dibuat itu bangunan sampai sekarang tidak bisa diubah
bentuknya, seperti gentegnya yang sudah bocor harus diganti tapi dengan
genteng yang sama. Karena cagar budaya itu tidak boleh merubah bentuk.
3. Bagaimana cara memperoleh aset tersebut?
Pertama dia bisa hibah, beli, pinjaman pakai, bisa juga barter dan bisa
titipan. Kalau untuk Benteng Somba Opu itu sendiri berasal dari hibah
4. Menurut bapak Benteng Somba Opu itu termasuk aset/kewajiban?
Aset bersejarah itu termasuk aset karena seperti yang diketahui kriteria dari
aset tetap yaitu yang memiliki masa manfaat lebih dari 1 tahun dan benteng
ini sudah berumur lebih dari 50 tahun.
5. Bagaimana pengungkapan aset di Benteng Somba Opu?
Jika perolehannya dibeli makan kita rawat yang harus penting itu dia harus
masuk yang namanya KIB (Kartu Inventaris Barang) jadi dia aset itu harus
terdaftar di pariwisata (UPTD) harus di daftar di kantor. Setelah itu di daftar
aset itu rawat itu barang. Contoh di baruga kita liat kondisinya ini butuh
perawatan ya kita rawat. Jadi ini aset bersejarah kan tidak boleh dihapus.
Kemudian baruga itu bukan cuman mengeluarkan uang tetapi juga
menghasilkan seperti di sewakan contoh pertemuan raker
6. Kriteria apa yang harus dimiliki suatu barang/benda aset bersejarah
yang diamsukkan ke dalam kategori aset bersejarah?
Aset itu kalau mau dikaui sebagai aset bersejarah harus memenuhi kriteria
dari aset bersejarah itu sendiri. Kalaw tidak salah barang itu harus berumur
50 tahun ke atas dan memiliki ciri khas.Download UU Cagar Budaya di situ
dijelaskan kriteria dari Cagar Budaya.
7. Hasil pendapatan yang diperoleh dari Benteng Somba Opu digunakan
untuk apa?
Untuk pendapatannya kita akan setor ke kas Daerah, dimana mereka akan
menggunakannya untuk pelestarian di Benteng Somba Opu
8. Metode penilaian apa yang digunakan untuk menilai aset di Benteng
Somba Opu pak?
kalau mengenai penilaiannya, kita tidak tau mau nilai berapa aset ini. Karena
kalau aset bersejarah tidak bisa kita beri nilainya berapa jadi kita hanya
menuliskan 0 rupiah, kecuali bangunan dan tanah.
Nama : Marzuki
Jabatan : Pengadministrasian Pemeliharaan Gedung dan Pengelola Benteng
Somba Opu
Lokasi dan Waktu wawancara : Benteng Somba Opu/ 2 September 2020
1. Apa itu Aset Bersejarah?
aset bersejarah itu adalah salah satu peninggalan sejarah apakah dia
berbentuk bangunan, apakah dia berbentuk warisan tapi itu salah satu
aset yang bersejarah karena di mana kawasan Benteng Somba Opu
peninggalan kerajaan Gowa. Di mana kita bisa ketahui bahwa situs
Benteng Somba Opu dikatakan aset bersejarah karena hasil temuan dari
balai pelestarian cagar budaya dengan dicantumkan dengan gambar
yang di dapat dari Belanda bahwa memang di Sulawesi Selatan ada
suatu kerajaan yang terbesar di asia Timur itulah kerajaan Gowa.
2. Kriteria apa yang harus dimiliki oleh suatu barang sehingga bisa di
katakan aset bersejarah?
Barang itu harus berumur 50 tahun ke atas, seperti benteng somba opu
ini yg sudah berumur kurang lebih 5 abad.
3. Menurut bapak Benteng Somba Opu ini termasuk aset/kewajiban?
Kalau benteng ini itu termasuk aset karena mempunyai peninggalan
itulah di katakan dia aset bersejarah, kalau kewajin bukan.
4. Apa yang telah diberikan oleh Benteng ini pak?
Kalau itu dek, berkaitan dengan pemanfaatannya. Di mana kalau
Benteng Somba Opu ini dilestarikan, yah salah satu harapan kita itu
adalah dia bermanfaat. Termasuk manfaat ekonomi. Bisa jadi manfaat
ilmu pengetahuan dan pariwisata. Kalau dari segi pariwisata itu sudah
nilai ekonomi dek. Misalnya seperti mahasiswa yang berkegiatan disini
ya boleh dikatakan berwisata, karena sebetulnya yang namanya
berwisata itu, yah melakukan penjalanan dari satu tempat ke tempat
lainnya. Di mana hal tersebut memberikan manfaat pendidikan maupun
manfaat ekonomi.
5. Apakah pendapatan yang diperoleh dari situs Benteng Somba Opu
ini di masukkan ke dalam Laporan Keuanga?
Jadi konsep dari benteng somba opu ini adalah dengan membuat
miniatur yaitu dengan membangun rumah-rumah adat di kawasan
benteng somba opu. Menyangkut dengan penghasilannya disini ada
dibawah naungan Provinsi Sulsel dan Kabupaten kota masing-masing.
Kalaw kita dari Provinis ada yang namanya penghasilan PAD
(Pendapatan Aset Daerah) dimana ada penghasilan disitu pasti ada
pemeliharaan. Jadi apa yang kita dapat digunakan untuk dibangun dan
dikelola kembali. Cuman untungnya untuk masyarakat artinya bisa
berjualan, kebanyakan masyarakat disini kalaw banyak kegiatan banyak
juga penghasilan yang di dapat.
6. Dilihat dari kondisi sekarang ini selama pandemi belum ada
penghasilan sama sekali pak?
Kaau penghasilan untuk masyarakat kayaknya tidak ada. Karena
pengunjung berkurang selama pandemi. Kalaw untuk penghasilan
provinsi sendiri untuk sementara ini kita sudah mulai buka, itupun kita
harus ada kesepakatan dengan yang melakukan kegiatan seperti
mahasiswa yaitu harus menjaga jarak dan mematuhi protokol yang
berlaku.
Jenis Barang Kondis i Luas/ Letak/Lokas i Luas Status Nomor Kode
Nama Barang (B,KB,RB) Lantai Alamat (m2) Tanah Tanah
Bertingkat/ Beton/ (m2)
Tidak Tidak
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Bangunan Gedung Kantor Permanen 03.11.01.01.001 '000001 Baik Tidak 00.00 Jl. Jend Sudirman No. 23 Makassar 00.00 Tanah Hak Pakai ' Hibah 12,956,035,302.00 Kantor Disbudpar
2 Bangunan Gedung Kantor Permanen 03.11.01.01.001 '000002 Baik Tidak 00.00 Jl.Jend. Sudirman No. 23 Makassar 00.00 Tanah Hak Pakai ' Pembelian 508,131,000.00 Rehab Gedung Kantor
3 Bangunan Gedung Kantor Permanen 03.11.01.01.001 '000003 Baik Tidak 00.00 Jl. Jend. Sudirman No. 23 Makassar 00.00 Tanah Hak Pakai ' Pembelian 389,030,000.00 Rehab Gedung Kantor
4 Bangunan Gedung Kantor Permanen 03.11.01.01.001 '000005 Baik 00.00 Kota Makassar 00.00 ' Pembelian 875,116,494.00 Bangunan Permanen
5 Bangunan Gedung Kantor Permanen 03.11.01.01.001 '000007 Baik 00.00 00.00 ' Pembelian 20,000,000.00
Mutasi dr.b.aset Perencanaan Rehab Gedung Society
De Harmony Jl Riburane Mks Tahun 2011
6 Bangunan Gedung Kantor Permanen 03.11.01.01.001 '000008 Baik Bertingkat 00.00 Jl. Jend. Sudirman No 23 Makassar 00.00 ' Pembelian 1,252,100,000.00
pembangunan pusat kegiatan komunitas kreatif Prov.
Sulsel
7 Bangunan Gedung Kantor Permanen 03.11.01.01.001 '000009 Baik 00.00 JL.UJUNG PANDANG, BULO GADING, KOTA MAKASSAR 00.00 ' Pembelian 198,000,000.00
BELANJA MODAL PENGADAAN PENATAAN RUANG KERJA
UPT MUSEUM, TAMAN BUDAYA & INTERIOR RUANG
KERJA BIDANG PEMASARAN
8 Bangunan Gedung Kantor Permanen 03.11.01.01.001 '000018 Baik 00.00 1993 00.00 Tanah Milik Pemda ' 1993 Pembelian 141,372,000.00 Kantor Eks Pemb. Gubernur Wil. III Makassar
9 Bangunan Gedung Kantor Lain-lain 03.11.01.01.004 '000001 Baik 00.00 Kec. Maiwa Kab. Enrekang 00.00 ' Hibah 195,615,000.00 Rest House
10 Bangunan Gedung Kantor Lain-lain 03.11.01.01.004 '000002 Baik 00.00 Kota Makassar 00.00 ' Pembelian 493,000,000.00 Gedung Yayasan Kebudayaan
11 Bangunan Gedung Kantor Lain-lain 03.11.01.01.004 '000003 Baik 00.00 Kawasan Benteng Somba Opu 00.00 ' Pembelian 259,800,000.00 Rumah adat Kajang
12 Bangunan Gedung Kantor Lain-lain 03.11.01.01.004 '000004 Baik 00.00 Kawasan Benteng Somba opu 00.00 ' Pembelian 210,000,000.00 Rumah Adat Bugis
13 Bangunan Gedung Kantor Lain-lain 03.11.01.01.004 '000005 Baik 00.00 Kawasan Benteng Somba Opu 00.00 ' Pembelian 379,350,000.00 Rumah Adat Tator
14 Bangunan Gedung Kantor Lain-lain 03.11.01.01.004 '000006 Baik 00.00 Kawasan Benteng Somba Opu 00.00 ' Pembelian 361,950,000.00 Rumah Adat Mandar
15 Bangunan Gedung Kantor Lain-lain 03.11.01.01.004 '000007 Baik 00.00 Kabupaten Soppeng 00.00 ' Pembelian 75,000,000.00 Gapura Obyek Wisata Citta Soppeng
16 Bangunan Gedung Kantor Lain-lain 03.11.01.01.004 '000008 Baik 00.00 00.00 Tanah Milik Pemda ' Pembelian 3,324,976,250.00 Mutasi Gedung Society De Harmony Jl Riburane Mks
17 Bangunan Gedung Kantor Lain-lain 03.11.01.01.004 '000009 Baik 00.00 00.00 Tanah Milik Pemda ' Pembelian 610,625,000.00
Mutasi dr b.aset Pemeliharaan Gedung Society De
Harmony Jl Riburane Mks Tahun 2009
18 Bangunan Gedung Kantor Lain-lain 03.11.01.01.004 '000010 Baik 00.00 00.00 ' Pembelian 406,000,000.00
Mutasi dr b.aset Pemeliharaan Gedung Society De
Harmony Jl Riburane Mks Tahun 2009
19 Bangunan Gedung Kantor Lain-lain 03.11.01.01.004 '000011 Baik 00.00 00.00 Tanah Milik Pemda ' Pembelian 14,000,000.00
Mutasi dr.b.aset Perencanaan Rehab Gedung Society
De Harmony Jl Riburane Mks Tahun 2011
KeteranganKode Barang Regis ter Tanggal Nomor
Nomor
Konstruks i Gedung/
Bangunan Dokumen Gedung
Tahun Perolehan Asal Usul HargaNo
20 Bangunan Gedung Kantor Lain-lain 03.11.01.01.004 '000012 Baik 00.00 BENTENG SOMBA OPU 00.00 ' Pembelian 440,879,317.00
Belanja modal pengadaan penataan
taman/lendscaping kawasan bentang somba opu
pada kegiatan sarana dan prasarana
21 Bangunan Gudang Tertutup Permanen 03.11.01.02.001 '000001 Baik 00.00 Kec. Rantepao Tator 00.00 ' Pembelian 938,218,500.00 Gedung Pertunjukan
22 Bangunan Gudang Terbuka Permanen 03.11.01.02.004 '000001 Baik 00.00 Benteng Fort Rotterdam 00.00 ' Pembelian 99,790,000.00 Pembelian Sarana Lighting Pertunjukan
23 Bangunan Gudang Terbuka Permanen 03.11.01.02.004 '000002 Baik 00.00 Benteng Fort Rotterdam Makassar 00.00 ' Pembelian 99,840,000.00 Pembuatan Sarana Panggung Pertunjukan
24 Bangunan Gudang Lain-lain 03.11.01.02.007 '000001 Baik 00.00 Tope Jawa Kab. Takalar 00.00 ' Pembelian 47,081,000.00 Baruga Lamangkia
25 Bangunan Gudang Lain-lain 03.11.01.02.007 '000002 Baik 00.00 Kec. Maiwa Kab. Enrekang 00.00 ' Hibah 46,069,000.00 Gudang
26 Bangunan Bengkel Permanen 03.11.01.03.001 '000001 Baik 00.00 Kec. Maiwa Kab. Enrekang 00.00 ' Hibah 46,069,000.00 Bengkel
27 Bangunan Gedung Tempat Ibadah Permanen 03.11.01.08.001 '000001 Baik 00.00 Kec.Maiwa Kab. Enrekang 00.00 ' Hibah 66,339,000.00 Mushallah
28 Bangunan Tempat Pertemuan Lain-lain 03.11.01.09.007 '000003 Baik 00.00 Kawasan Benteng Somba Opu 00.00 ' Pembelian 989,800,000.00 Baruga Benteng Somba Opu
29 Bangunan Tempat Pertemuan Lain-lain 03.11.01.09.007 '000004 Baik 00.00 Kawasan Benteng Somba Opu 00.00 ' Pembelian 864,000,000.00 Bangunan teater Somba Opu
30 Bangunan Tempat Pertemuan Lain-lain 03.11.01.09.007 '000005 Baik 00.00 Lejja Kab. Soppeng 00.00 ' Pembelian 129,600,000.00 BAruga/Tempat pertemuan
31 Bangunan Tempat Pertemuan Lain-lain 03.11.01.09.007 '000006 Baik 00.00 Jl. Cikoang Takalar 00.00 ' Pembelian 17,719,000.00 Baruga Panggung Upacara
32 Bangunan Tempat Pertemuan Lain-lain 03.11.01.09.007 '000007 Baik 00.00 Kec. Tempe Kab. Wajo 00.00 ' Pembelian 15,120,000.00 Panggung Festival Danau Tempe
33 Bangunan Tempat Pertemuan Lain-lain 03.11.01.09.007 '000008 Baik 00.00 Kota Makassar 00.00 ' Pembelian 112,000,000.00 Baruga Benteng Somba Opu
34 Bangunan Kamar Mandi 03.11.01.10.005 '000001 Baik 00.00 Kota Makassar 00.00 ' Pembelian 84,000,000.00 Rehab Kamar Mandi Pantai Barombong
35 Bangunan Kamar Mandi 03.11.01.10.005 '000002 Baik 00.00 Kota Makassar 00.00 ' Pembelian 99,400,000.00
Rehab Ruang Ganti, ruang tunggu dan toilet
pertunjukan Monumen Mandala
36 Bangunan Kamar Mandi 03.11.01.10.005 '000003 Baik Tidak 00.00 Kab. Sidrap 00.00 ' Pembelian 50,280,000.00 Toilet StandarInternasional
37 Bangunan Kamar Mandi 03.11.01.10.005 '000004 Baik Tidak 00.00 Kab. Pangkep 00.00 ' Pembelian 50,280,000.00 Toilet Standar internasional
38 Bangunan Gedung Olah Raga Terbuka Permanen 03.11.01.11.004 '000001 Baik 00.00 Lejja Kab. Soppeng 00.00 ' Pembelian 39,488,000.00 Lapangan Tennis
39 Gedung Pertokoan/Koperasi Pasar Permanen 03.11.01.12.001 '000001 B Tidak Beton 94.00.00 Kawasan Benteng Somba Opu 2019 00.00 BETON ' 2019 BELANJA MODAL 382,080,315.00
Pembangunan Plaza Pusat Jajanan/Kuliner Benteng
Somba Opu sebanyak 1 Paket (4 Unit)
40 Bangunan Gedung Pertokoan Lain-lain 03.11.01.12.004 '000001 Baik 00.00 Jl. Pasir Putih Bulukumba 00.00 ' Pembelian 261,500,000.00 Gedung Kerajinan
41 Bangunan Gedung Pertokoan Lain-lain 03.11.01.12.004 '000002 Baik 0 Kec. Maiwa Kab. Enrekang 0 ' Hibah 66,339,000.00 Koperasi
42 Bangunan Gedung Pertokoan Lain-lain 03.11.01.12.004 '000003 Baik 0 Kawasan Benteng Somba Opu Makassar 0 ' Pembelian 99,926,000.00 Pembangunan Kios Souvenir
43 Gedung Pos Jaga Permanen 03.11.01.13.001 '000001 Baik 0 Kec. Maiwa Kab. Enrekang 0 ' Pembelian 74,929,000.00
Pengembangan Rest Area berupa rehab. gedung pos
jaga, kantin dan WC
44 Bangunan Gedung Perpustakaan Lain-lain 03.11.01.19.005 '000001 Baik 0 Kota Makassar 0 ' Pembelian 43,500,000.00 Rehab Ruang Perpustakaan
45 Bangunan Gedung Museum Semi Permanen 03.11.01.20.002 '000001 Baik 0 Kawasan Benteng Somba Opu 0 ' Pembelian 180,000,000.00 Museum Pattinggalloang
46 Bangunan Gedung Museum Lain-lain 03.11.01.20.004 '000001 Baik 0 Kec. Rantepao Tator 0 ' Pembelian 251,520,000.00 Gedung Museum
47 Pintu Pagar 03.11.01.27.006 '000001 Baik 0 Kabupaten Maros 0 ' Pembelian 71,750,000.00 Obyek Wisata Bantimurung
48 Pintu Gerbang 03.11.01.27.007 '000001 Baik 0 Obyek Wisata Pantai Barombong 0 ' Pembelian 120,000,000.00
49 Rumah Negara Golongan III Type B Permanen 03.11.02.03.004 '000001 Baik 0 Jl. Jati 5 No. 15 Makassar 0 ' Hibah 60,480,000.00 Drs. Abd. Rajab Samad
50 Rumah Negara Golongan III Type B Permanen 03.11.02.03.004 '000002 Baik 0 Jl. Jati 5 No. 22 Makassar 0 ' Hibah 66,080,000.00 Drs. Amiruddin S.
51 Rumah Negara Golongan III Type B Permanen 03.11.02.03.004 '000003 Baik 0 Jl. Tulip I No. 15 Makassar 0 ' Pembelian 190,400,000.00 Rumah Dinas - tidak jelas status penggunaanya
52
Mess/Wisma/Bungalaw/Tempat Peristirahatan
Permanen 03.11.02.04.001 '000001 Baik 0 Kec. Makale 0 ' Hibah 126,000,000.00 Rest House
53
Mess/Wisma/Bungalaw/Tempat Peristirahatan
Permanen 03.11.02.04.001 '000002 Baik 0 Jl. Pasir Putih Bulukumba 0 ' Pembelian 17,640,000.00 Rest House
54
Mess/Wisma/Bungalaw/Tempat Peristirahatan
Permanen 03.11.02.04.001 '000003 Baik 0 Kab. Selayar 0 ' Pembelian 84,000,000.00 Rest House
55
Mess/Wisma/Bungalaw/Tempat Peristirahatan
SemiPerm 03.11.02.04.002 '000001 Baik Tidak 0 Datae Kab. Sidrap 0 ' Pembelian 99,840,000.00 Rest House
56
Mess/Wisma/Bungalaw/Tempat Peristirahatan
SemiPerm 03.11.02.04.002 '000002 Kurang Baik Tidak 0 Jl. Poros Sidrap 0 ' Pembelian 66,000,000.00 Tea House
57
Mess/Wisma/Bungalaw/Tempat Peristirahatan
SemiPerm 03.11.02.04.002 '000003 Baik 0 Kab. Selayar 0 ' Pembelian 55,080,000.00 Penginapan/home stay
58
Mess/Wisma/Bungalaw/Tempat Peristirahatan
SemiPerm 03.11.02.04.002 '000004 Baik 0 Jl. Poros Gowa Malino 0 ' Hibah 17,213,000.00
59
Mess/Wisma/Bungalaw/Tempat Peristirahatan
SemiPerm 03.11.02.04.002 '000005 Baik 0 Kabupaten Pangkep 0 ' Pembelian 99,926,000.00 Pembuatan Gazebo Kawasan Wisata Pulau Cangke
60
Mess/Wisma/Bungalaw/Tempat Peristirahatan
SemiPerm 03.11.02.04.002 '000006 Baik 0 Kab. Bulukumba 0 ' Pembelian 98,120,000.00 Pemeliharaan Baruga Tanjung Bira
61
Mess/Wisma/Bungalaw/Tempat Peristirahatan
Darurat 03.11.02.04.003 '000001 Baik 0 Jl. Muh. Saleh Kab. Barru 0 ' Pembelian 70,200,000.00 Rest House
62
Mess/Wisma/Bungalaw/Tempat Peristirahatan
Darurat 03.11.02.04.003 '000002 Baik 00.00 Kec. Maiwa Kab. enrekang 00.00 ' Hibah 185,328,000.00 Restourant
63
Mess/Wisma/Bungalaw/Tempat Peristirahatan
Darurat 03.11.02.04.003 '000003 Baik 00.00 Kec. Maiwa Kab. Enrekang 00.00 ' Hibah 12,168,000.00 Toilet I
64
Mess/Wisma/Bungalaw/Tempat Peristirahatan
Darurat 03.11.02.04.003 '000004 Baik 00.00 Kec. Maiwa Kab. Enrekang 00.00 ' Hibah 12,168,000.00 Toilet II
65
Mess/Wisma/Bungalaw/Tempat Peristirahatan
Darurat 03.11.02.04.003 '000005 Baik 00.00 Kota Makassar 00.00 ' Pembelian 50,000,000.00 Obyek Wisata Todda Bojong
66
Mess/Wisma/Bungalaw/Tempat Peristirahatan
Darurat 03.11.02.04.003 '000006 Baik 00.00 Kota Makassar 00.00 ' Pembelian 99,759,000.00 Pemasangan Paving Blok
67
Mess/Wisma/Bungalaw/Tempat Peristirahatan
Darurat 03.11.02.04.003 '000007 Baik 00.00 Kota Makassar 00.00 ' Pembelian 90,800,000.00 Pemasanagan Taman
68
Mess/Wisma/Bungalaw/Tempat Peristirahatan
Darurat 03.11.02.04.003 '000008 Baik 00.00 Kota Makassar 00.00 ' Pembelian 84,000,000.00 Obyek Wisata Toddo Bojong
69
Mess/Wisma/Bungalaw/Tempat Peristirahatan
Darurat 03.11.02.04.003 '000009 Baik 00.00 Kota Makassar 00.00 ' Pembelian 75,000,000.00 Sarana Pariwisata Tanah Rajae
70
Mess/Wisma/Bungalaw/Tempat Peristirahatan
Darurat 03.11.02.04.003 '000010 Baik 00.00 Kab. Enrekang 00.00 ' Pembelian 74,145,000.00 Bangunan Sarana Pariwisata
71
Mess/Wisma/Bungalaw/Tempat Peristirahatan
Darurat 03.11.02.04.003 '000011 Baik 00.00 Kabupaten Tator 00.00 ' Pembelian 100,000,000.00 Obyek Wisata Buntu Birake
72
Mess/Wisma/Bungalaw/Tempat Peristirahatan
Darurat 03.11.02.04.003 '000012 Baik 00.00 Kab. Bantaeng 00.00 ' Pembelian 150,000,000.00 Obyek Wisata Eremerasa
73
Mess/Wisma/Bungalaw/Tempat Peristirahatan
Darurat 03.11.02.04.003 '000013 Baik 00.00 Kabupaten Luwu 00.00 ' Pembelian 150,000,000.00 Penataan Bangunan Obyek Wisata Larompong
74 Tugu Peringatan Lainnya 03.12.02.03.001 '000001 Baik 00.00 BENTENG SOMBA OPU 00.00 ' Pembelian 381,039,105.00
Belanja modal pengadaan bangunan gapura
identitas kawasan benteng somba opu pada kegiatan
pengadaan sarana dan prasarana (Tugu Peringatan)
75 Rambu Jalan 03.12.07.02.001 '000001 Baik 00.00 00.00 ' Pembelian 490,050.00 Plan/Rambu Petunjuk Jalan
76 Rambu Jalan 03.12.07.02.001 '000002 Baik 00.00 00.00 ' Pembelian 490,050.00 Plan/Rambu Petunjuk Jalan
77 Rambu Jalan 03.12.07.02.001 '000003 Baik 00.00 00.00 ' Pembelian 490,050.00 Plan/Rambu Petunjuk Jalan
78 Rambu Jalan 03.12.07.02.001 '000004 Baik 00.00 00.00 ' Pembelian 490,050.00 Plan/Rambu Petunjuk Jalan
79 Rambu Jalan 03.12.07.02.001 '000005 Baik 00.00 00.00 ' Pembelian 490,050.00 Plan/Rambu Petunjuk Jalan
80 Rambu Jalan 03.12.07.02.001 '000006 Baik 00.00 00.00 ' Pembelian 490,050.00 Plan/Rambu Petunjuk Jalan
81 Rambu Jalan 03.12.07.02.001 '000007 Baik 00.00 00.00 ' Pembelian 490,050.00 Plan/Rambu Petunjuk Jalan
82 Rambu Jalan 03.12.07.02.001 '000008 Baik 00.00 00.00 ' Pembelian 490,050.00 Plan/Rambu Petunjuk Jalan
83 Rambu Jalan 03.12.07.02.001 '000009 Baik 00.00 00.00 ' Pembelian 490,050.00 Plan/Rambu Petunjuk Jalan
84 Rambu Jalan 03.12.07.02.001 '000010 Baik 00.00 00.00 ' Pembelian 490,050.00 Plan/Rambu Petunjuk Jalan
85 Rambu Jalan 03.12.07.02.001 '000011 Baik 00.00 00.00 ' Pembelian 4,977,500.00 Papan Bicara/Peta Kawasan
86 Rambu Jalan 03.12.07.02.001 '000012 Baik 00.00 00.00 ' Pembelian 4,977,500.00 Papan Bicara/Peta Kawasan
87 Rambu Jalan 03.12.07.02.001 '000013 Baik 00.00 00.00 ' Pembelian 4,977,500.00 Papan Bicara/Peta Kawasan
88 Rambu Jalan 03.12.07.02.001 '000014 Baik 00.00 00.00 ' Pembelian 4,977,500.00 Papan Bicara/Peta Kawasan
89 Rambu Jalan 03.12.07.02.001 '000015 Baik 00.00 00.00 ' Pembelian 4,977,500.00 Papan Bicara/Peta Kawasan
31,002,792,283.00
MAKASSAR, 10 Juni 20
MENGETAHUI
KEPALA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
DINAS KEBUDAYAAN DAN KEPARIWISATAAN PENGURUS BARANG
( Ir. DENNY IRAWAN SAARDI,M.Si ) ( MUSYAWIR, S.AP )
NIP. 19620624 199303 1 003 NIP. 198010082008011008
Jumlah
BIOGRAFI PENULIS
Ulfa Gusniar, lahir di Dadeko pada tanggal 09 Oktober 1997
dari pasangan suami istri Ayah Agus dan Ibu Suarni. Peneliti
adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Peneliti sekarang
bertempat tinggal di JL. Daeng Tata 1 BTN Tabaria Blok A4,
Kec. Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Pendidikan
yang ditempuh oleh peneliti yaitu SDN 03 Sampano lulus tahun 2010, MTS sa
Sampano tahun 2013, SMA Negri 1 Larompong lulus tahun 2016, dan mulai
tahun 2016 mengikuti program S1 Akuntansi kampus Universitas
Muhammadiyah Makassar sampai dengan sekarang. Sampai dengan penulisan
skripsi saat ini masih terdaftar sebagai mahasiswa Program S1 Akuntansi
kampus Universitas Muhammadiyah Makassar.