perlakuan akuntansi aset biologi tanaman …e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/[email protected] ·...

27
PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN TEH BERDASARKAN IAS 41 AGRICULTURE (Studi kasus pada PT PN VIII Kebun Ciater) Budi Santoso Students of Maranatha Christian University Department of Accounting Tan Ming Kuang Lecturer Master of Accounting Program Maranatha Christian University ABSTRACT Biological assets is one type of fixed assets that are unique compared to the general fixed assets such as vehicles or machinery. Biological assets will undergo biological transformation that led to changes in the value quantitatively and qualitatively. This study aims to quantify the value of biological assets that the information presented in the financial statements describe the state of actual and reliable. Biological assets used in this study is the tea plant PT PTPN VIII Ciater Gardens. Accounting standards are used as guidelines IAS 41 Agriculture that will be adopted by Indonesia. The results showed that the estimated boarding per plant with an area of 1.2 hectares of tea planting in 2009 was Rp 643.5 which consists of nursery stage up to the phase of crop yield. While the tea plant maintenance cost of Rp 14, 00 is the cost of acquisition of production raw matterial. During the phase of the tea plant changes quantitatively and qualitatively, that will ultimately affect the acquisition cost per tea plant. Keywords: value of biological assets PENDAHULUAN Perkembangan sektor agrobisnis terutama perkebunan teh belakangan ini menunjukkan perkembangan grafik yang cukup signifikan. Berdasarkan berita resmi Statistik No.11/02/Th. XII,16 Februari 2009, pada tahun 2008 terjadi penurunan pada semua sektor kecuali sektor pertanian, sektor industri pengolahan, dan sector konstruksi. Sektor pertanian naik dari 13,7 persen di tahun 2007 menjadi 14,4 persen di tahun 2008. Hal ini dipicu oleh iklim indonesia yang kondusif, dan di sisi lain perkembangan pengolahan daun teh yang semakin canggih turut mempengaruhi permintaan pasar. Perkembangan positif ini menuntut sikap yang profesional dari semua pihak yang berkepentingan, termasuk dalam menyediakan informasi keuangan yang dapat diandalkan. Salah satu unsur dari laporan keuangan adalah aset. Paton (1962) mendefinisikan aset sebagai kekayaan baik dalam bentuk fisik maupun bentuk lainnya yang memiliki nilai bagi suatu entitas bisnis. Vatter (1974) meninjau aset dari sisi manfaat yang dihasilkan dengan mendefinisikan aset sebagai manfaat ekonomi masa yang akan datang dalam bentuk potensi jasa yang dapat diubah, ditukar atau disimpan. Hal ini sejalan dengan dengan Financial Accounting Standard Board (1980) yang mendefinisikan aset sebagai manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di masa mendatang yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat transaksi atau peristiwa masa lalu. PT Perkebunan Nusantara VIII merupakan perusahaan yang bergerak pada sektor agrobisnis. Sebagai

Upload: nguyenminh

Post on 06-Feb-2018

227 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN …e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/415@febis.pdf · PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN TEH BERDASARKAN IAS 41 AGRICULTURE (Studi

PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN TEH

BERDASARKAN IAS 41 AGRICULTURE

(Studi kasus pada PT PN VIII Kebun Ciater)

Budi Santoso

Students of Maranatha Christian University Department of Accounting

Tan Ming Kuang

Lecturer Master of Accounting Program Maranatha Christian University

ABSTRACT

Biological assets is one type of fixed assets that are unique compared to the general fixed

assets such as vehicles or machinery. Biological assets will undergo biological transformation that

led to changes in the value quantitatively and qualitatively.

This study aims to quantify the value of biological assets that the information presented in the

financial statements describe the state of actual and reliable. Biological assets used in this study is the

tea plant PT PTPN VIII Ciater Gardens. Accounting standards are used as guidelines IAS 41

Agriculture that will be adopted by Indonesia.

The results showed that the estimated boarding per plant with an area of 1.2 hectares of tea

planting in 2009 was Rp 643.5 which consists of nursery stage up to the phase of crop yield. While the

tea plant maintenance cost of Rp 14, 00 is the cost of acquisition of production raw matterial. During

the phase of the tea plant changes quantitatively and qualitatively, that will ultimately affect the

acquisition cost per tea plant.

Keywords: value of biological assets

PENDAHULUAN

Perkembangan sektor agrobisnis terutama

perkebunan teh belakangan ini

menunjukkan perkembangan grafik yang

cukup signifikan. Berdasarkan berita resmi

Statistik No.11/02/Th. XII,16 Februari

2009, pada tahun 2008 terjadi penurunan

pada semua sektor kecuali sektor

pertanian, sektor industri pengolahan, dan

sector konstruksi. Sektor pertanian naik

dari 13,7 persen di tahun 2007 menjadi

14,4 persen di tahun 2008. Hal ini

dipicu oleh iklim indonesia yang

kondusif, dan di sisi lain perkembangan

pengolahan daun teh yang semakin

canggih turut mempengaruhi permintaan

pasar. Perkembangan positif ini

menuntut sikap yang profesional dari

semua pihak yang berkepentingan,

termasuk dalam menyediakan informasi

keuangan yang dapat diandalkan.

Salah satu unsur dari laporan

keuangan adalah aset. Paton (1962)

mendefinisikan aset sebagai kekayaan

baik dalam bentuk fisik maupun bentuk

lainnya yang memiliki nilai bagi suatu

entitas bisnis. Vatter (1974) meninjau aset

dari sisi manfaat yang dihasilkan dengan

mendefinisikan aset sebagai manfaat

ekonomi masa yang akan datang dalam

bentuk potensi jasa yang dapat diubah,

ditukar atau disimpan. Hal ini sejalan

dengan dengan Financial Accounting

Standard Board (1980) yang

mendefinisikan aset sebagai manfaat

ekonomi yang mungkin terjadi di masa

mendatang yang diperoleh atau

dikendalikan oleh suatu entitas tertentu

sebagai akibat transaksi atau peristiwa

masa lalu.

PT Perkebunan Nusantara VIII

merupakan perusahaan yang bergerak

pada sektor agrobisnis. Sebagai

Page 2: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN …e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/415@febis.pdf · PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN TEH BERDASARKAN IAS 41 AGRICULTURE (Studi

perusahaan yang bergerak pada sektor

agrobisnis, tanaman teh merupakan aset

sekaligus penghasil produk andalan PT

Perkebunan Nusantara VIII, yaitu daun

teh. Aset yang dimiliki PT Perkebunan

Nusantara VIII tergolong sebagai aset

biologis. Tanaman teh digolongkan

sebagai aset biologis, sesuai dengan

international accounting standards (IAS

41,5): “A biological asset is a living

animal or plant”.

Tabel 1

Klasifikasi Aset Biologi (IAS 41, 4)

Berbeda dengan aset tetap perusahaan

pada umumnya seperti gedung, mesin,

peralatan atau kendaraan yang hanya

merupakan barang atau benda mati. Suatu

aset biologi merupakan mahluk hidup

yang akan mengalami proses yang

disebut biological transformation. Secara

harafiah biological transformation dapat

diartikan sebagai perubahan biologis

(fisik). Biological transformation terdiri

dari proses:

a) Pertumbuhan (peningkatan kuantitas

atau perbaikan kualitas dari hewan atau

tumbuhan).

b) Degenerasi (penurunan kuantitas atau

memburuknya kualitas hewan atau

tumbuhan).

c) Reproduksi (penciptaan tambahan

kuantitas binatang hidup atau tanaman).

d) Produksi (hasil pertanian, seperti daun

teh, karet, wol, dan susu).

Proses tersebut diatas dapat

menyebabkan perubahan kualitatif atau

kuantitatif nilai aset biologis perusahaan.

Perubahan kualitatif dan kuantitatif

tersebut dapat bersifat menambah atau

mengurangi nilai ekonomi aset. Perubahan

ini akan sangat berpengaruh pada

kewajaran laporan keuangan yang

diterbitkan PT Perkebunan Nusantara VIII.

Oleh karena itu, diperlukan suatu

pengukuran, penilaian dan perlakuan yang

tepat terhadap perubahan nilai aset biologi

tersebut.

Pengukuran yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah penentuan jumlah

rupiah (nominal) yang harus dilekatkan

pada aset biologis tanaman teh pada saat

tanaman teh diakui (recognition) sebagai

bagian dari aset PT Perkebunan Nusantara

VIII. Salah satu hal yang dapat digunakan

sebagai dasar pengukuran adalah kos

perolehan aset tersebut sampai aset

tersebut siap digunakan atau

memberikan manfaat ekonomi bagi

perusahaan. Sedangkan penilaian

biasanya digunakan untuk proses

penentuan jumlah rupiah yang harus

dilekatkan pada aset biologis tanaman

Page 3: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN …e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/415@febis.pdf · PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN TEH BERDASARKAN IAS 41 AGRICULTURE (Studi

teh pada saat penyajian di laporan

keuangan.

Seperti yang dijelaskan

sebelumnya, biological transformation

dapat bersifat menambah atau

mengurangi nilai aset biologi tanaman

teh. Dibutuhkan perlakuan yang tepat

untuk perubahan tesebut. Perlakuan

yang dimaksud adalah bagaimana

perubahan nilai itu diakui secara akuntansi

dan dilaporkan di laporan keuangan.

Penelitian ini diharapkan dapat

memberi gambaran mengenai

pengukuran, penilaian dan perlakuan

terhadap perubahan nilai aset biologis

tanaman teh tersebut. Perusahaan

hendaknya dapat menyajikan informasi

keuangan dengan tepat sehingga informasi

yang disajikan dapat diandalkan bagi para

penggunanya. Untuk itu peneliti

mengambil judul ”PERLAKUAN

AKUNTANSI ASET BIOLOGI

TANAMAN TEH BERDASARKAN IAS

41 AGRICULTURE (studi kasus pada PT

PN VIII Kebun Ciater)”.

Berdasarkan uraian di atas maka

yang menjadi pokok permasalah an

yang akan dikaji dalam penelitian ini

adalah (1) Bagaimana pengukuran kos

perolehan tanaman teh di PT

Perkebunan Nusantara VIII Kebun Ciater?

(2) Komponen apa saja yang digunakan

dalam pengukuran kos perolehan

tanaman teh di PT Perkebunan Nusantara

VIII Kebun Ciater? (3) Bagaimana

perlakuan terhadap perubahan nilai

tanaman teh tersebut bagi PT Perkebunan

Nusantara VIII Kebun Ciater?

KERANGKA TEORITIS

Aset

FASB mendefinisikan aset dalam rerangka

konseptualnya sebagai (SFAC No 6, prg

25): “Assets are probable future economic

benefits obtained or controlled by a

particular entity as result of past

transactions or events”.

(Aset adalah manfaat ekonomik masa

datang yang cukup pasti yang diperoleh

atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu

entitas sebagai akibat transaksi atau

kejadian masa lalu).

Dengan makna yang sama, IASC

mendefinisikan aset sebagai: “An asset is a

resource controlled by the enterprise as a

result of past events and from which future

economic benefits are expected to flow to

enterprise”.

Sedangkan Dalam Statement of

Accounting Concepts No. 4, Australian

Accounting Standard Board (AASB)

mendefinisi aset sebagai berikut: “Assets

are service potential or future economic

benefits controlled by the reporting

entity as a result of past transaction or

other past events”.

Karakteristik Aset

Ada tiga karakteristik utama yang harus

dipenuhi agar suatu objek atau pos

dapat disebut aset, yaitu:

1. Manfaat Ekonomik

Untuk dapat disebut sebagai suatu

aset, suatu objek harus mengandung

manfaat ekonomik di masa akan

datang yang cukup pasti (probable).

Ini mengisyaratkan bahwa manfaat

tersebut diukur dan dapat dikaitkan

dengan kemampuannya untuk

mendatangkan pendapatan atau aliran

kas di masa akan datang.

2. Dikuasai Oleh Entitas

Untuk dapat disebut sebagai asset,

suatu objek tidak harus dimiliki oleh

entitas tetapi cukup dikuasai entitas.

Pemilikan (ownership) mempunyai

makna yuridis atau legal. Artinya

untuk memiliki suatu objek

diperlukan proses yang disebut

transfer hak milik (transfer of title).

Karena pemilikan memiliki makna

yuridis atau legal, sehingga apabila

pemilikan dijadikan kriteria maka bisa

banyak objek atau pos yang dilaporkan

diluar neraca. Oleh karena itu, konsep

penguasaan (kendali) lebih penting

daripada konsep pemilikan. Penguasaan

di sini berarti kemampuan entitas untuk

mendapatkan, memelihara/menahan,

menukarkan, menggunakan manfaat

Page 4: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN …e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/415@febis.pdf · PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN TEH BERDASARKAN IAS 41 AGRICULTURE (Studi

ekonomik dan mencega akses pihak

lain terhadap manfaat tersebut.

3. Akibat Transaksi atau Kejadian Masa

Lalu

Kriteria ini merupakan

penyempurnaan dari kriteria

penguasaan (dikuasai entitas) dan

sekaligus sebagai kriteria atau tes

pertama pengakuan objek sebagai

asset tetapi tidak cukup untuk

mengakui secara resmi dalam sistem

pembukuan. Penguasaan harus

didahului oleh transaksi atau kejadian

ekonomik, misalkan perjanjian

kontrak, manfaat baru atau kenaikan

nilai karena pertumbuhan alamiah

(akresi) dalam industri pertanian atau

kehutanan.

Pengukuran Aset

Menurut Suwadjono (2007:260)

Pengukuran bukan merupakan suatu

kriteria untuk mendefinisi aset, tetapi

merupakan kriteria dalam pengakuan

aset. Salah satu kriteria pengakuan aset

adalah keterukuran manfaat ekonomik

masa mendatang. Yang dimaksud

pengukuran disini adalah penentuan

jumlah rupiah yang harus dilekatkan

pada suatu objek pada saat terjadinya

yang akan dijadikan data dasar untuk

mengikuti aliran fisis objek tersebut.

Aliran fisis suatu objek tersebut bisa

terjadi secara ekonomik dan bisa terjadi

secara akuntansi (aliran informasi).

Secara konseptual, pembentuk

kos suatu aset adalah semua

pengeluaran (pengorbanan sumber

ekonomik) yang terjadi atau yang

diperlukan akibat kegiatan pemerolehan

suatu aset sampai tia ditempatkan

dalam kondisi siap dipakai atau

berfungsi sesuai dengan tujuan

pemerolehannya.

Penilaian Aset

Hendriksen dan Van Breda (1992)

membahas bahwa konsep dan dasar

penilaian aset untuk tujuan pelaporan

keuangan dilihat dari dua dimensi, yaitu

arah aliran aset dan waktu. Hal ini

sejalan dengan konsep dasar

penghargaan sepakatan yang sebenarnya

sama dengan harga/nilai pertukaraan.

Nilai pertukaran dapat dipandang

dari dua sisi yaitu pertukaran dalam

pemerolehan (nilai masukan) dan

pertukaran (nilai keluaran) dalam

pemanfaatan aset (dikonsumsi atau dijual).

1. Nilai Masukan

Nilai masukan didasarkan atas

jumlah rupiah yang harus

dikeluarkan atau dikorbankan untuk

memperoleh aset atau objek jasa

tertentu yang masukdalam unit usaha.

Nilai masukan secara konservatif

menunjukkan nilai maksimum objek

atau jasa yang bersangkutan.

Beberapa dasar dalam penilaian yang

masuk dalam kategori nilai masukan

adalah:

a. Kos historis

Kos historis merupakan nilai

kesepakatan terendah bagi

pembeli karena dianggap pembeli

tidak dapat memperoleh

barang/jasa yang sama di tempat

lain dengan nilai lebih rendah.

b. Kos pengganti (current cost)

Kos pengganti menunjukkan

jumlah rupiah harga pertukaran

atau kesepakatan yang diperlukan

sekarang oleh unit usaha untuk

memperoleh aset yang sama

jenis dan kondisinya atau

penggantinya yang setara

(ekuivalennya). Beberapa

alternatif penilaian lain yang

masuk dalam kategori nilai

pengganti adalah nilai penaksiran

(appraisal value), nilai wajar

(fair value), dan nilai terealisasi

neto dikurangi laba normal (net

realizable value less normal mark

up). Nilai penaksiran adalah nilai

taksiran kos sekarang atau nilai

sekrang yang ditentukan dengan

prosedur dan analisis sistematik

oleh pihak independen yang

Page 5: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN …e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/415@febis.pdf · PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN TEH BERDASARKAN IAS 41 AGRICULTURE (Studi

kompeten. Nilai wajar adalah

nilai aset yang menghasilkan

imbalan atau tingkat kembalian

(return on assets) yang wajar

kalau laba yang wajar telah

ditetapkan. Sedangkan nilai

terealisasi neto dikurangi laba

normal adalah nilai yang

diharapkan merepresentasi kos

pengganti bila data untuk

menentukan kos pengganti tidak

tersedia.

c. Kos Harapan

Kos harapan dari suatu aset

adalah nilai pengorbanan

ekonomik di masa akan datang

seandainya potensi jasa aset

tersebut diperoleh secara bagian

demi bagian (piecemeal) dan

bukan sekaligus (lum sum).

2. Nilai Keluaran

Nilai keluaran didasarkan atas jumlah

rupiah kas atau penghargaan lainnya

yang diterima suatu unit usaha

apabila suatu aset atau potensi jasa

akhirnya keluar dari kesatuan

usahamelalui pertukaran atau

konversi. Terdapat beberapa prosedur

penilaian dalam kategori nlai

keluaran, yaitu:harga jual masa lalu,

harga jual sekarang, dan nilai terealisasi

harapan.

a. Harga jual masa lalu (past selling

price)

Harga jual masa lalu

menunjukkan kas yang cukup

pasti akan diterima dari konversi

suatu pos aset yang timbul

karena transaksi masa lalu.

b. Harga jual sekarang

Harga jual sekarang didasarkan

pada anggapan bahwa perusahaan

akan berlangsung terus dan

transaksi dilaksanakan dalam

pasar yang reguler. Bila tidak

ada pasar reguler, penilaian

dapat ditentukan atas dasar nilai

likuidasi (liquidation values) dan

nilai setara tunai.

c. Nilai terealisasi harapan

Nilai terealisasi harapan suatu

aset adalah penerimaan kas atau

potensi jasa masa akan datang yang

jumlah dan waktunya cukup pasti.

Untuk penilaian sekarang suatu

aset, nilai terealisasi harapan

harus didiskun menjadi nilai

terealisasi harapan sekarang atau

penerimaan kas/potensi jasa masa

datang diskunan (discounted

future cash receips/service

potensials).

3. Kos atau Pasar yang Lebih Rendah

Peniliaian atas dasar kos atau pasar

yang lebih rendah merupakan

kombinasi nilai masukan dan keluaran

karena pengertian pasar dalam hal

ini dapat berarti pasar barang

masukkan atau keluaraan (input or

output market).

Aktiva Tetap

Sesuai dengan PSAK 16 tentang aktiva

tetap dan aktiva lain-lain, Aktiva tetap

adalah aktiva berwujud yang diperoleh

dalam bentuk siap pakai atau dengan

dibangun lebih dahulu, yang digunakan

dalam operasi perusahaan, tidak

dimaksudkan untuk dijual dalam rangka

kegiatan normal perusahaan dan

mempunyai masa manfaat lebih dari satu

tahun (PSAK 16,05).

Sedangkan menurut Marisi

P.Purba (2008,1), Aktiva tetap adalah

aktiva yang digunakan entitas bisnis

untuk menciptakan pendapatan. Aktiva

itu sendiri dapat diartikan sebagai

manfaat ekonomi pada masa yang akan

datang yang dikendalikan oleh entitas.

Marisi P.Purba (2008,3)

menjelaskan bahwa terdapat empat

permasalahan akuntansi keuangan aktiva

tetap, yaitu:

Jumlah kos yang harus diakui

sebagai kos perolehan aktiva tetap

pada saat perolehan awal hingga dapat

siap digunakan atau dioperasikan.

Perubahan nilai aktiva tetap terkait

dengan revaluasi maupun penurunan

nilai (impairment assets)

Page 6: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN …e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/415@febis.pdf · PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN TEH BERDASARKAN IAS 41 AGRICULTURE (Studi

Alokasi nilai aktiva tetap ke dalam

beban depresiasi atau amortisasi

setiap periode pelaporan keuangan

selama masa manfaat aktiva tetap

tersebut.

Pelepasan aktiva tetap

Penilaian Aktiva Tetap

Berdasarkan IAS 16 dan IAS 38, ada

dua alternatif untuk menyajikan aktiva

tetap berwujud dan tidak berwujud, yaitu:

1. Model Biaya (Cost Model) Model biaya

atau cost model adalah pendekatan yang

mengharuskan harga perolehan

digunakan sebagai nilai aktiva tetap

setelah pengakuan awal. Sebelum

diberlakukan PSAK 16 (revisi 2007),

model biaya adalah satu-satunya

pendekatan yang digunakan untuk

menilai aktiva tetap baik berwujud

maupun tidak berwujud. Depresiasi

dilakukan atas harga perolehan dan

nilai tercatat aktiva adalah harga

perolehan setelah dikurangi akumulasi

penyusutan dan penurunan nilai aktiva

tetap.

2. Model Revaluasi (Revaluation Model)

Model revaluasi (revaluation model)

mengharuskan catatan nilai aktiva

tetap berdasarkan nilai revaluasi

atau nilai wajar (fair value) setelah

dikurangi dengan akumulasi depresiasi

dan akumulasi penurunan nilai. IAS

16 secara sederhana mendefinisikan

nilai wajar sebagi jumlah yang

diperoleh dari penjualan aktiva tetap

dalam transaksi antara pihak-pihak

yang bebas (arm’s lenght transaction).

Marisi P. Purba dalam bukunya

“Akuntansi Aktiva Tetap” (2008,57)

menjelaskan bahwa penurunan aktiva

tetap dapat diidentifikasi berdasarkan

informasi yang diperoleh yang

dikelompokkan menjadi dua bagian,

yaitu informasi eksternal dan internal

sebagaimana diatur dalam IAS 36 paragraf

12. Informasi eksternal atau informasi

yang berasal dari luar perusahaan terdiri

dari:

Nilai pasar aktiva tetap turun secara

signifikan melebihi amortisasi atau

depresiasi

Adanya perubahan teknologi, pasar,

ekonomi dan hukum yang memburuk

yang mengakibatkan menurunnya nilai

aktiva tetap

Adanya peningkatan tarif diskonto

dan tingkat kembalian investasi yang

meningkat yang berakibat pada turunya

nilai aktiva tetap

Nilai tercatat dari suatu aktiva tetap

lebih tinggi dari nilai kapitalisasi

Sedangkan informasi internal atau

informasi yang berasal dari dalam

perusahaan terdiri dari:

Terdapat keusangan fisik

Adanya perubahan yang signfikan

yang merugikan sehubungan dengan

cara penggunaan aktiva tetap

Kinerja ekonomi aktiva tetap tidak

sesuai harapan

Pendapatan

FASB mendefinisikan pendapatan sebagai:

"Revenues are inflows or other

enchancements of assets of an entity or

settlements of its liabilities (or

combination of both) from delivering or

producing goods, rendering services, or

other activities that constitute the

entity's on going major or central

operations”. (prg.78)

Patton dan Littleton

mengkarakterisasi pendapatan sebagai:

“Revenue is the product of the

enterprise, measured by the amount of

new assets received from

customer;...Stated in terms of assets the

revenue of the enterprise is represented,

finally, by the flow of funds from the

customer or patrons in exchange for the

product of business, either commodities or

services”. (hlm, 47)

Sedangkan Accounting Principles

Board/APB (1970) mendefinisikan

pendapatan sebagai: "Gross increases in

assets or gross decrease in liabilities

recognized and measured in confirmity

with generally accepted accounting

Page 7: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN …e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/415@febis.pdf · PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN TEH BERDASARKAN IAS 41 AGRICULTURE (Studi

principles that result from those types

of profit-directed activities of an

enterprise that can change owner's

equity”.

Dalam standar akuntansi

keuangan (2002), IAI mengadopsi

definisi pendapatan dari IASC

(international accounting standard

comitee) yang menempatkan pendapatan

(revenue) sebagai unsur penghasilan

(income) sebagai berikut: "Income is

increases in economic benefits during the

accounting period in the form of inflows

or enchancements of assets or decrease

of liabilities that result in increases in

equity, other than those relating to

equity participants (hlm. 17)."

Kriteria Pengakuan Pendapatan

FASB mengajukan dua kriteria

pengakuan pendapatan (dan untung) yang

keduanya harus dipenuhi yaitu (SFAC No.

5, prg 83):

a. Terealisasi atau cukup pasti terealisasi

(realized or realizable)

Pendapatan (dan untung) baru dapat

diakui setelah pendapatan tersebut

teralisasi atau cukup pasti terealisasi.

Pendapatan dapat dikatakan telah

terealisasi bilamana produk (barang

atau jasa), barang dagangan, atau

aset lain telah terjual atau ditukarkan

dengan kas atau klaim atas kas.

b. Terbentuk/terhak (earned)

Pendapatan baru dapat diakui setelah

terbentuk. Pendapatan dapat

dikatakan telah terbentuk bilamana

perusahaan telah melakukan secara

substansial kegiatan yang harus

dilakukan untuk dapat menghaki

manfaat atau nilai yang melekat pada

pendapatan. Dibanding pendapatan,

untung tidak timbul karena proses

pemebntukan tetapi karena kejadian

tertentu sehingga criteria terbentuk

kurang penting untuk untung

dibanding kriteria terealisasi atau

cukup pasti terealisasi.

Saat Pengakuan Pendapatan

Ada beberapa kaidah (timing) mengenai

pengakuan (recognition rule),yaitu:

1. Pada Saat Kontrak Penjualan dapat

terjadi perusahaan telah

menandatangani kontrak penjualan

bahkan sudah menerima kas untuk

nilai kontrak tetapi perusahaan belum

mulai memproduksi barang. Pada saat

ini pendapatan sudah terealisasi tetapi

belum terbentuk sehingga pendapatan

belum bisa diakui pada saat tersebut.

Pendapatan baru dapat diakui setelah

porses penghimpunan selesai yaitu saat

penjualan atau penyerahan produk

(barang atau jasa).

2. Selama Proses Produksi Secara

Bertahap

Pengakuan pendapatan dapat

dilakukan secara bertahap (per

perioda akuntansi) sejalan dengan

kemajuan proses produksi atau

sekaligus pada saat projek selesai dan

diserahkan. Pengakuan pendapatan

dapat dilakukan secara bertahap

disebut sebagai motoda persentase

penyelesaian (percentage-of-conpletion

method) sedangkan pada saat projek

selesai dan diserahkan disebut dengan

metoda kontrak selesai (completed-

contract method).

3. Pada Saat Produksi Selesai

Pengakuan pendapatan atas dasar

saat produk selesai diproduksi berarti

bahwa pendapatan diakui pada akhir

tahap produksi. Tidak ada permasalahan

untuk pengakuan saat produk selesai

apabila ada perjanjian kontrak

sebelumnya karena konsep terbentuk

dan terealisasi telah dipenuhi. Namun

apabila belum ada perjanjian kontrak,

maka pendapatan diakui berdasarkan

banyaknya barang yang diproduksi

bukannya unit barang yang benar-

benar telah terjual. Pengakuan

semacam ini biasa dianggap layak

untuk industri ekstraktif

(pertambangan) termasuk pertanian.

Page 8: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN …e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/415@febis.pdf · PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN TEH BERDASARKAN IAS 41 AGRICULTURE (Studi

4. Pada Saat Penjualan

Pengakuan ini merupakan dasar yang

paling umum karena pada saat

penjualan kriteria penghimpunan dan

realisasi telah dipenuhi. Kegiatan

penjualan menjadi puncak kegiatan

dan merupakan tujuan akhir yang

mengarahkan setiap upaya yang

dilakukan perusahaan.

5. Pada Saat Kas Terkumpul

Pengakuan pendapatan saat kas

terkumpul sebenarnya merupakan

pengakuan pendapatan berdasar asas

kas (cash basis). Alasan

digunakannya dasar ini adalah adanya

ketidakpastian tentang kolektibilitas

atau ketertagihan piutang. Dengan cara

ini, pendapatan diakui sejumlah kas

yang diterima pada saat kas diterima

atau terkumpul (sampai akhir

perioda) dan baru kemudian

menentukan biaya yang berkaitan

dengan pendapatan dasar kas tersebut.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan metode penelitian deskriptif

analitis, artinya adalah melukiskan

variabel demi variabel yang bertujuan

untuk:

1. Mengumpulkan informasi akurat secara

rinci yang melukiskan gejala yang ada;

2. Mengidentifikasi masalah atau

memeriksa kondisi dan praktek-praktek

yang berlaku;

3. Membuat perbandingan atau evaluasi;

4. Menetapkan rencana dan keputusan

pada waktu yang akan datang.

Dengan demikian, metode

deskriptif analitis ini digunakan untuk

melukiskan secara sistematis suatu fakta,

atau karakteristik tertentu atau bidang

tertentu, dalam hal ini secara akurat dan

cermat.

Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan

dengan cara:

1. Studi Lapangan (field research), dengan

menggunakan teknik:

a. Wawancara (interview), yaitu

dengan mengajukan pertanyaan

langsung kepada pimpinan dan staf

perusahaan yang bersangkutan.

b. Observasi, yaitu melakukan

pengamatan langsung secara fisik

kegiatan perusahaan berkaitan

dengan penilaian aset biologis.

c. Studi dokumentasi, yaitu teknik

pengumpulan data melalui

dokumen-dokumen.

2. Studi Kepustakaan (Library Research),

yaitu teknik pengumpulan data dengan

mencari literatur-literatur, buku, dan

lain sebagainya.

Jenis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini

termasuk dalam jenis data menurut

sumbernya. Data menurut sumbernya,

dibedakan menjadi dua yaitu data primer

dan data sekunder. Data primer yaitu data

yang diperoleh langsung dari sumbernya,

diambil dan dicatat pertama kalinya

(Marzuky, 1997:55). Data primer dalam

penelitian ini adalah data yang berkaitan

dengan perolehan aset biologis, seperti

biaya pembelian bibit, biaya tenaga kerja,

pembelian pupuk, dll yang diperoleh

melalui metode dokumentasi. Sedangkan

data sekunder yaitu data yang diusahakan

sendiri pengumpulannya oleh peneliti

(Marzuky, 1997:56). Data sekunder dalam

penelitian ini adalah data berupa informasi

dari fungsi yang terkait dengan

pengukuran dan penilaian aset biologis,

gambaran umum perusahaan yang meliputi

sejarah pendirian, lokasi dan kondisi

geografis, struktur organisasi, dan

sebagainya yang berkaitan dengan

perusahaan.

Metode Analisis Data

Dasar analisis pengukuran, penilaian dan

perlakuan terhadap aset biologis tanaman

teh dilakukan berdasarkan IAS 41,

international accounting standard

agriculture. Pengukuran aset biologis

dilakukan pada pengakuan awal dan nilai

pada akhir periode pelaporan berdasarkan

Page 9: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN …e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/415@febis.pdf · PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN TEH BERDASARKAN IAS 41 AGRICULTURE (Studi

nilai wajar (fair value) aset tersebut,

kecuali untuk kasus dimana nilai wajar

dari aset tersebut tidak dapat diukur secara

andal (IAS 41,12). Nilai wajar yang

dimaksud adalah harga pasar di pasar aktif

untuk aset biologis atau hasil pertanian.

Jika pasar aktif tidak ada, IAS 41

menyediakan alternatif dasar pengukuran

lain dengan menggunakan nilai sekarang

dari arus kas bersih yaitu biaya sebagai

indikator utama. Sesuai dengan IAS 41

prgf 33, dalam menentukan biaya,

akumulasi penyusutan dan akumulasi

kerusakan kerugian, sebuah entitas dapat

mempertimbangkan IAS 2 Inventories,

IAS 16 Property, Plant and Equipment

and IAS 36 Impairment of Assets. Secara

konseptual, nilai wajar ditentukan dengan

menggunakan tiga hirarki sebagai berikut:

Gambar 1

Fair Value Model

Berdasarkan hirarki diatas, nilai wajar

ditentukan dengan tiga langkah.

Langkah Pertama: Menggunakan harga

pasar resmi (quoted market price) pada

suatu pasar yang aktif atau pasar dengan

kondisi dimana terdapat permintaan dan

penawaran. Apabila harga pasar resmi

tidak diperoleh, nilai wajar ditentukan

dengan melakukan langkah kedua.

Langkah Kedua: Menggunakan nilai aktiva

sejenis (prices of similar assets) pada

suatu pasar yang aktif. Apabila nilai aktiva

sejenis tidak juga dapat diperoleh,

manajemen dapat melakukan langkah

ketiga.

Langkah Ketiga: Menggunakan hasil

penilaian yang dilakukan oleh penilai

independen. Penambahan nilai pada aset

biologis dapat disebabkan akibat

pertumbuhan, reproduksi atau produksi.

Penambahan nilai ini dapat diperlakukan

sebagai laba bagi perusahaan pada periode

terjadinya. Sedangkan penurunan nilai

pada aset biologis dapat disebabkan karena

degenerasi aset, bencana alam maupun

hama. Penurunan nilai aset ini diakui

sebagai kerugian bagi perusahaan pada

periode terjadinya.

Page 10: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN …e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/415@febis.pdf · PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN TEH BERDASARKAN IAS 41 AGRICULTURE (Studi

Gambar 2

Prosedur Pengujian Penurunan Aktiva Tetap

PEMBAHASAN

Pengelolaan Tanaman Teh PT PN VIII

Kebun Ciater

Ada 5 kegiatan utama dalam

pengelolaan tanaman teh dari awal

(bibit) sampai dengan siap dipetik. 5

kegiatan utama tersebut meliputi:

Persemaian, Buka Baru/Replanting,

Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) I

dan II, Pemeliharaan Tanaman

Menghasilkan (TM),

Pemetikan/Pemungutan Hasil/Panen.

Page 11: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN …e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/415@febis.pdf · PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN TEH BERDASARKAN IAS 41 AGRICULTURE (Studi

1) Pesemaian, merupakan langkah

awal dalam proses penanaman

tanaman teh yang merupakan

basis tahap selanjutnya dan

merupakan tolok ukur dalam

keberhasilan kualitas hasil pucuk

teh. Pembibitan tanaman teh

dapat dilakukan dengan 2 cara,

yaitu: Kloonal (Stek) dan Biji

(Seedling).

2) Bukaan Baru/Replanting. Pada

tahap kedua, bibit tanaman teh

yang telah siap akan

dipindahkan ke areal kebun yang

telah disiapkan. Pekerjaan

dilakukan ± 4-5 bulan sebelum

waktu tanam.

3) Tanaman Belum Menghasilkan

(TBM) ke I dan II. Pada tahap

ketiga, tanaman teh semakin

besar namun belum

menghasilkan pucuk teh yang

baik oleh karena itu pada tahap

ini lebih dikhususkan untuk

perawatan tanaman teh sampai

siap menghasilkan pucuk teh.

4) Pemeliharaan Tanaman

Menghasilkan (TM). Pada tahap

keempat, tanaman teh belum

menghasilkan (TBM) beralih ke

tanaman teh menghasilkan (TM).

Pada tahap ini, tanaman teh telah

siap untuk menghasilkan daun

teh. Kegiatan rutin perawatan

harus tetap dijalankan untuk

menjaga hasil pucuk daun teh.

5) Pemetikan/Pemungutan

hasil/Panen. Pada tahap kelima,

tanaman teh sudah menghasilkan

pucuk daun teh yang siap untuk

dipetik/dipanen. Pemetikan

biasanya dipetik ± 3 bulan

setelah pemangkasan. Cara

pemetikan ada tiga macam, yaitu:

Petikan halus, Petikan medium,

dan Petikan kasar. Ada dua

metode untuk melakukan

pemetikan pucuk daun teh, yaitu

dengan menggunakan tenaga

manusia (manual) atau dengan

bantuan tenaga mesin.

Ada beberapa istilah dalam Tahap

Pemetikan, yaitu:

a) Petikan Bentangan (3 s/d 4 bulan)

Pucuk yang dipetik berasal dari

bentang primer yang merupakan

petikan pertama setelah pangkasan,

biasanya berlangsung 2-3 bulan

setelah dipangkas.

b) Petikan Jendangan (4 s/d 6 bulan)

Petikan jendangan adalah pemetikan

yang dilakukan pada tahap awal

setelah tanaman dipangkas, dengan

ketinggian antara 15-20 cm diatas luka

pangkas. Waktunya melakukan

petikan jendangan, apabila 60%

dari areal pangkas pucuknya sudah

tumbuh optimal, biasanya 3 bulan

setelah pangkas dan dijendang

selama 6-10 kali.

c) Petikan Produksi (7 s/d 48 bulan)

Petikan produksi dilakukan setelah

petikan rampak yang bertujuan

untuk menghasilkan produksi yang

maximal

d) Petikan Gendesan (menjelang

pemangkasan)

Petikan dilakukan menjelang

dipangkas, baik yang sudah

waktunya maupun belum waktunya

dipetik.

Pengolahan Teh Hitam PT PN VIII

Kebun Ciater

Perkebunan Ciater bergerak di bidang

usaha perkebunan teh dengan mengolah

produk bahan baku pucuk teh menjadi teh

kering jenis teh hitam yang siap untuk

dikonsumsi. Adapun Proses Pengolahan

Teh Hitam tersebut dapat dilihat dalam

bentuk diagram berikut ini:

Page 12: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN …e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/415@febis.pdf · PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN TEH BERDASARKAN IAS 41 AGRICULTURE (Studi

Gambar 3

Pengolahan Teh Hitam

Penggolongan Kos Penanaman

Tanaman Teh

Kos penanaman teh merupakan kos

yang terjadi untuk mempersiapkan

tanaman teh dari bibit sampai menjadi

tanaman teh yang siap menghasilkan.

Perkebunan Ciater menggolongkan kos

berdasarkan kegiatan yang dilakukan,

yaitu dari persemaian sampai

pemeliharaan tanaman menghasilkan

(TM). Adapun kos penanaman tanaman

teh dibedakan menjadi:

1. Kos Pengolahan Tanah, meliputi biaya

mengukur/survey tanah,

membongkar/membakar tunggul,

membersihkan/meratakan tanah,

menggarpu, memetak, ambil/angkut

tanah, mengayak tanah, mengisi

bekong, menyusun bekong, melubangi

bekong.

2. Kos Pembuatan Saung/Naungan,

meliputi biaya pendirian saung/naungan

dan pemeliharaan saung/naungan.

3. Kos Menanam/Pembibitan, meliputi

biaya menanam/pembibitan,

menanam/kecambah/stek, fumigasi,

barang bahan/bibit, melobang plastik,

mengisi tanah.

4. Kos Pembuatan Jalan, Saluran Air,

dan Teras, meliputi biaya

pembuatan/pemeliharaan jalan,

pembuatan/pemeliharaan saluran air

dan teras.

5. Kos Menyiram, meliputi biaya meyiram

tanaman

6. Kos Menyiang dan Merumput, meliputi

biaya menyiang/merumput manual dan

menyiang/merumput kimiawi.

7. Kos Pengendalian Hama & Penyakit,

meliputi biaya pemberantasan hama,

pemberantasan penyakit dan pengamat

hama dan penyakit.

8. Kos Memupuk, meliputi biaya

memupuk, pembelian pupuk

(agrokimia), alat dan perlengkapan.

9. Kos Pangkasan, meliputi biaya

pangkasan, benam cabang pangkasan,

membereskan cabang, merorak,

menggarpu, membuang lumut,

pemeliharaan pohon pelindung,

inventaris pohon.

Selain Kos kegiatan diatas, terdapat

Kos tenaga kerja, seperti gaji dan

tunjangan mandor/pengawas, gaji dan

tunjangan golongan IB-IID, gaji dan

tunjangan golongan IA dan gaji penjaga

persemaian/keamanan.

Metode Penilaian Tanaman Teh

Metode penilaian tanaman teh

adalah adalah cara penentuan jumlah

rupiah yang harus dilekatkan pada

tanaman teh (tanaman menghasilkan)

pada saat akan dilaporkan atau disajikan

dalam statemen keuangan (laporan

manajemen) pada periode tertentu. Dalam

hal ini, Perkebunan Ciater menggunakan

Cost Model. Cost Model merupakan

metode penentuan nilai suatu aktiva

tetap dengan memperhitungkan seluruh

Page 13: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN …e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/415@febis.pdf · PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN TEH BERDASARKAN IAS 41 AGRICULTURE (Studi

kos yang berhubungan langsung sejak

pengakuan awal aktiva sampai aktiva tetap

tersebut memberikan manfaat ekonomik

bagi entitas yang menguasainya.

Dengan demikian nilai tanaman

menghasilkan yang muncul di neraca

Perkebunan Ciater berdasarkan Cost

Model adalah sebagai berikut:

Kos Persemaian xxxx

Kos Tanaman Tahun Ini xxxx

Kos Tanaman Belum Menghasilkan xxxx +

Kos Perolehan Tanaman Menghasilkan xxxx

Biaya Depresiasi Tanaman Menghasilkan xxxx -

Nilai Buku Tanaman Menghasilkan xxxx

Nilai tanaman menghasilkan

merupakan jumlah dari semua kos yang

terjadi dari tahap persemaian sampai

menjadi tanaman menghasilkan.

Sedangkan nilai buku dari tanaman teh

menghasilkan adalah nilai tanaman

menghasilkan setelah dikurangi biaya

depresiasi tanaman menghasilkan.

Metode depresiasi yang digunakan

adalah straight line method (metode garis

lurus), yaitu metode penyusutan yang

nilainya sama setiap tahunnya. Metode

ini menganggap aktiva tetap akan

memberikan besarnya manfaat yang

sama setiap tahunnya (Marisi

P.Purba:2008, 41).

Perhitungan Nilai Tanaman Teh

Adapun penentuan besarnya kos perolehan

tanaman teh pada Perkebunan Ciater

dengan Cost

Model terdiri atas:

1. Kos Persemaian, merupakan seluruh

kos yang dikeluarkan sampai

tanaman/bibit siap untuk

dipindahkan/replanting ke areal kebun

yang telah dipersiapkan. Untuk

penggunaan kos kegiatan persemaian

dapat dilihat dalam laporan berikut:

Page 14: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN …e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/415@febis.pdf · PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN TEH BERDASARKAN IAS 41 AGRICULTURE (Studi

Tabel 2

Biaya Persemaian Tahun Tanam 2008

Bulan Januari s/d November 2009

Sumber: Data Tata Buku Induk Perkebunan Ciater

Page 15: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN …e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/415@febis.pdf · PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN TEH BERDASARKAN IAS 41 AGRICULTURE (Studi

Tabel 3

Biaya Persemaian Tahun Tanam 2009

Bulan Januari s/d November 2009

Sumber: Data Tata Buku Induk Perkebunan Ciater

Page 16: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN …e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/415@febis.pdf · PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN TEH BERDASARKAN IAS 41 AGRICULTURE (Studi

2. Kos tanaman tahun ini, merupakan kos

yang dikeluarkan untuk pemeliharaan

tanaman/bibit yang telah dipindahkan

ke areal kebun/afdeling yang telah

disediakan. Untuk penggunaan kos

kegiatan tanaman tahun ini dapat

dilihat dalam laporan berikut:

Tabel 4

Biaya Tanaman Tahun Ini Bulan Januari s/d November 2009

Sumber: Data Tata Buku Induk Perkebunan Ciater

Page 17: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN …e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/415@febis.pdf · PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN TEH BERDASARKAN IAS 41 AGRICULTURE (Studi

3. Kos Tanaman Belum Menghasilkan

Berdasarkan data yang diperoleh, Pada

tahun 2009 Perkebunan Ciater belum

ada tanaman yang dapat digolongkan

sebagai tanaman belum menghasilkan,

sehingga tidak ada laporan/data

mengenai tanaman belum

menghasilkan. Namun berdasarkan

hasil wawancara dengan salah

seorang petugas bagian tanaman, jenis

biaya yang dikeluarkan tanaman belum

menghasilkan (TBM) tidak jauh

berbeda dengan biaya-biaya yang

dikeluarkan saat tanaman menjadi

tanaman menghasilkan. Letak

perbedaan itu misalkan pada jenis

pupuk yang digunakan atau jenis

pestisida yang digunakan.

4. Kos pemeliharaan tanaman

menghasilkan, merupakan kos yang

dikeluarkan untuk memperbaharui

tanaman teh sehingga dapat kembali

menghasilkan daun teh siap panen

yang berkualitas baik. Untuk

penggunaan kos kegiatan tanaman

tahun ini dapat dilihat dalam laporan

berikut:

Tabel 5

Biaya pemeliharaan tanaman menghasilkan

Bulan Januari s/d November 2009

Page 18: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN …e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/415@febis.pdf · PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN TEH BERDASARKAN IAS 41 AGRICULTURE (Studi
Page 19: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN …e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/415@febis.pdf · PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN TEH BERDASARKAN IAS 41 AGRICULTURE (Studi

Sumber: Data Tata Buku Induk Perkebunan Ciater

Perubahan Nilai Tanaman

Menghasilkan (TM)

Tanaman teh sebagai aset biologi

nilainya dapat berubah setiap saat

akibat hal-hal/peristiwa tertentu.

Berdasarkan hasil wawancara dengan

salah seorang petugas bagian tanaman,

perubahan nilai tersebut bisa bersifat

naik atau turun. Hal atau peristiwa yang

dapat mengakibatkan nilai tanaman

menghasilkan (TM) naik akibat dari

penanaman tanaman baru atau

penambahan lahan baru. Sedangkan hal-

hal atau peristiwa yang dapat

mengakibatkan nilai tanaman

menghasilkan (TM) turun dapat berasal

dari faktor alam atau manusia itu sendiri.

Faktor dari alam yang dapat

menurunkan nilai tanaman menghasilkan

(TM) diantaranya akibat serangan hama,

penyakit, cuaca, dan bencana alam

seperti tanah longsor atau angin ribut.

Sedangkan faktor yang berasal dari

manusia sendiri adalah pengrusakan

(vandalisme) atau konversi. Konversi

merupakan peralihan dari satu jenis

tanaman ke jenis tanaman lainya, misalkan

Afdeling Ciater II akan dikonversi dari

tanaman teh ke tanaman kina.

Apabila nilai tanaman

menghasilkan (TM) naik, perlakuan

akuntansi yang digunakan Perkebunan

Ciater adalah berdasarkan besarnya

semua kos yang dikeluarkan untuk

memperoleh tanaman menghasilkan

Page 20: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN …e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/415@febis.pdf · PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN TEH BERDASARKAN IAS 41 AGRICULTURE (Studi

yang baru. kos yang dimaksud adalah

kos sejak proses persemaian sampai

pemeliharaan tanaman menghasilkan.

Sedangkan apabila nilai tanaman

menghasilkan (TM) turun, perlakuan

akuntansi yang digunakan Perkebunan

Ciater adalah dengan metode

penghapusan aktiva. Penghapusan aktiva

adalah penghapusan nilai buku suatu

aktiva yang dilakukan apabila nilai buku

yang tercantum tidak lagi

menggambarkan manfaat dari aktiva yang

bersangkutan (Psak 17 revisi 1994).

Aset Biologi Perkebunan Ciater

Secara implisit IAS 41 paragraf 4 dan 5

menjelaskan dua kriteria asset biologi.

Pertama, “A biological asset is a living

animal or plant.” Aset biologi

merupakan hewan atau tanaman. Hewan

yang tergolong sebagai aset biologi

diantaranya domba, babi, dan sapi.

Sedangkan tanaman yang tergolong

sebagai aset biologi diantaranya berjenis

semak, anggur, dan tanaman buah-buahan.

Kedua, Aset biologi akan mengalami

proses yang disebut sebagai biological

transformation. Biological transformation

terdiri dari proses pertumbuhan,

degenerasi, produksi, dan reproduksi

yang menyebabkan perubahan-perubahan

kuantitatif atau kualitatif dalam aset

biologi.

Tanaman teh Perkebunan Ciater

telah memenuhi kedua kriteria sebagai

aset biologi sesuai dengan IAS 41.

Pertama, tanaman teh tergolong sebagai

tanaman jenis semak. Hasil dari

tanaman teh adalah daun teh yang

merupakan bahan baku utama produksi

Perkebunan Ciater. Kedua, tanaman teh

akan mengalami biological

transformation, yaitu pertumbuhan (dari

tahap persemaian s/d tahap panen),

degenerasi (akibat faktor alam dan

manusia), produksi (daun teh dapat

diolah menjadi teh hitam), reproduksi

(melalui stek atau seedling).

Pengakuan Aset Biologi Perkebunan

Ciater

Suatu entitas akan mengakui suatu aset

biologi atau hasil pertanian apabila dan

hanya bila: (IAS 41 paragraf 10)

a. Entitas menguasai aset sebagai

akibat/hasil kejadian masa lalu

b. Ada kemungkinan bahwa manfaat

ekonomi yang berkaitan dengan aset di

masa akan datang akan mengalir ke

entitas

c. Nilai wajar (fair value) atau biaya

(cost) dari aset dapat diukur secara

andal.

Perkebunan Ciater telah

memenuhi 3 kriteria pengakuan aset

biologi diatas. Pertama, Perkebunan

Ciater menguasai tanaman teh akibat/hasil

kejadian masa lalu, yaitu hasil dari

kegiatan persemaian dan pemeliharaan

tanaman teh sampai dapat menghasilkan

daun teh. Kedua, manfaat ekonomi dari

tanaman teh di masa akan datang akan

mengalir ke Perkebunan Ciater, yaitu hasil

panen pucuk daun teh yang akan

dijadikan sebagai bahan baku utama

produksi teh hitam. Setelah teh hitam

dijual,maka akan timbul aliran masuk

kas bagi Perkebunan Ciater. Ketiga, kos

dari tanaman teh dapat diukur secara

andal, yaitu kos sejak tahap persemaian

s/d tahap tanaman menghasilkan.

Sedangkan nilai wajar dari tanaman teh

tidak dapat diukur secara andal.

Hal utama yang menyebabkan

nilai wajar untuk tanaman teh tidak

dapat diukur dengan andal adalah tujuan

utama dari penanaman tanaman teh itu

sendiri. Berdasarkan hasil wawancara

dengan petugas bagian tanaman

Perkebunan Ciater, tujuan utama dari

penanaman tanaman teh bukan untuk

dijual seperti tanaman hias atau bonsai

(tanaman bertindak sebagai persediaan

untuk dijual), melainkan sebagai alat

penghasil daun teh untuk bahan baku

utama produksi teh hitam (tanaman

bertindak sebagai aktiva tetap).

Sesuai dengan definisi aktiva tetap

yang dipaparkan dalam teori, tanaman teh

Page 21: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN …e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/415@febis.pdf · PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN TEH BERDASARKAN IAS 41 AGRICULTURE (Studi

dapat digolongkan sebagai aktiva tetap.

Ada tiga alasan yang dapat mendasari.

Pertama, tanaman teh memiliki umur

manfaat lebih dari 1 tahun, yaitu ± 60

tahun. Kedua, tanaman teh digunakan

oleh Perkebunan Ciater untuk

menciptakan aliran pendapatan di masa

akan datang, yaitu dengan menghasilkan

daun teh sebagai bahan baku produksi teh

hitam yang kemudian dijual, sehingga

muncul aliran pendapatan bagi

Perkebunan Ciater. Ketiga, tanaman teh

merupakan hasil investasi perusahaan

yang berasal dari penciptaan sendiri,

yaitu melalui tahap persemaian s/d

tahap tanaman menghasilkan.

Pengukuran Aset Biologi Perkebunan

Ciater

Suatu aset biologi akan diukur pada

pengakuan awal dan pada akhir setiap

periode pelaporan sesuai nilai wajar,

kecuali untuk kasus dimana nilai wajar

tidak dapat diukur secara andal (IAS 41

paragraf 12). Pada kasus seperti itu,

aset biologi akan diukur berdasarkan

kos dikurangi akumulasi penyusutan

dan akumulasi kerugian akibat kerusakan

aset (IAS 41 paragraf 30).

Seperti yang dijelaskan

sebelumnya bahwa tanaman teh tidak

memiliki nilai wajar (fair value), maka

pengukuran pada pengakuan awal aset

biologi harus dilakukan berdasarkan kos

yang terjadi selama proses penyiapan aset

biologi sampai siap memberikan manfaat

ekonomi. Proses penyiapan terdiri dari

tahap persemaian, tanaman tahun

ini/replanting, tanaman belum

menghasilkan (TBM), pemeliharaan

tanaman menghasilkan (TM), dan

panen. Berikut gambaran tahap

penyiapan tanaman teh:

Gambar 4

Tahap Penyiapan Tanaman Teh

Pada masing-masing tahap, Perkebunan

Ciater akan mengeluarkan kos sebagai

pengorbanan untuk memperoleh tanaman

teh. Kos yang dikeluarkan sampai tahap

tanaman menghasilkan (tahap A-D)

termasuk sebagai Kos Perolehan Awal

Aktiva, karena setelah mencapai tahap

tanaman menghasilkan berarti tanaman teh

telah siap memberikan manfaat ekonomi

bagi Perkebunan Ciater. Sesuai dengan

prinsip akuntansi aktiva tetap bahwa

jumlah kos yang harus diakui sebagai

kos perolehan aktiva tetap pada saat

perolehan adalah kos sejak awal hingga

aktiva tetap tersebut siap digunakan atau

dioperasikan.

Kos perolehan suatu aktiva tetap

dikapitalisasi apabila manfaat ekonomi

aktiva tersebut dapat diperoleh pada

masa-masa yang akan datang baik

secara langsung maupun tidak langsung

dan manfaat ekonomi tersebut dapat

diukur dengan andal. Untuk pengukuran

kos perolehan awal tanaman teh,

Perkebunan Ciater telah menerapkan teori

dengan benar. Namun, selama ini

Perkebunan Ciater secara berkelanjutan

mengakui kos Pemeliharaan Tanaman

Menghasilkan (tahap D-E) sebagai nilai

tambah tanaman teh di neraca setiap

bulannya. Seharusnya kos pemeliharaan

tanaman menghasilkan tidak

diperhitungkan sebagai nilai tambah

perolehan tanaman teh.

Kos pemeliharaan yang

dikeluarkan tergolong ke dalam Biaya

Page 22: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN …e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/415@febis.pdf · PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN TEH BERDASARKAN IAS 41 AGRICULTURE (Studi

Setelah Perolehan Awal. Biaya setelah

perolehan awal merupakan kos yang

dikeluarkan setelah suatu aktiva tetap

berwujud digunakan (Marisi P.Purba,

2008:19). Kos ini wajib dikapitalisasi

atau diakui sebagai kos perolehan aktiva

tetap berwujud apabila memberikan

manfaat ekonomi pada masa yang akan

datang dan dapat diukur secara andal.

Dengan kata lain, kos yang dapat

diperhitungkan sebagai elemen aktiva tetap

adalah kos yang dapat menambah umur

manfaat aktiva dan kos yang masa

manfaatnya bersifat lebih dari satu

periode akuntansi (misalkan kos turun

mesin untuk mobil).

Kos pemeliharaan tanaman teh

bersifat rutin setiap bulannya dan tidak

menambah usia manfaat tanaman

teh.Kos pemeliharaan tanaman teh

bertujuan untuk memperbaharui tanaman

teh agar tetap memberikan manfaat

ekonomi bagi Perkebunan Ciater. Manfaat

ekonomi yang diperoleh Perkebunan

Ciater adalah daun teh yang dihasilkan

tanaman teh sebagai bahan baku

produksi teh hitam. Dengan demikian

dapat dikatan bahwa untuk memperoleh

bahan baku produksi teh hitam, yaitu

daun teh, Perkebunan Ciater harus

mengeluarkan biaya pemeliharaan

tanaman teh.

Sesuai dengan PSAK no 14 prg 06

menyatakan bahwa Biaya persediaan harus

meliputi semua biaya pembelian, bia ya

konversi, dan biaya lain yang timbul

sampai persediaan berada dalam kondisi

dan tempat yang siap untuk dijual atau

dipakai (present location and condition).

Oleh karena itu, kos pemeliharaan tanaman

teh tidak dapat diperhitungkan sebagai

elemen kos tanaman teh, melainkan

diperhitungkan sebagai elemen kos

perolehan persediaan bahan baku

produksi teh hitam.

Metode Depresiasi Aset Biologi

Tanaman teh sebagai aset biologi

sekaligus sebagai aktiva tetap, nilainya

disusutkan setiap periodenya. IAS 41

paragraf 33 menjelaskan metode

depresiasi yang dapat digunakan untuk

aset biologi dapat mempertimbangkan

IAS 2 Inventories, IAS 16 Plant,

Equipment and Property, and IAS 36

Impairment Assets.

Ada tiga jenis metode depresiasi

yang dapat digunakan, yaitu straight

line method, diminishing balance

method, dan unit production method.

Suatu entitas memilih metode depresiasi

yang dapat mencerminkan pola

konsumsi manfaat ekonomi di masa akan

datang (IAS 16 paragraf 62).

Perkebunan Ciater dalam

melakukan depresiasi tanaman teh

menggunakan straight line method.

Metode ini menganggap konsumsi

aktiva setiap periodenya sama.

Penggunaan Metode ini sudah tepat,

karena setiap tahunnya produktivitas

tanaman teh Perkebunan Ciater

menghasilkan daun teh dengan kuantitas

yang terbilang stabil.

Penggolongan Kos Penanaman

Tanaman Teh

Secara umum Penggolongan kos

berdasarkan kegiatan yang dilakukan

Perkebunan Ciater sudah tepat untuk

mempermudah perhitungan nilai

tanaman menghasilkan. Seluruh kos

yang terjadi sejak tahap persemaian

sampai dengan tanaman menghasilkan

tahap A s/d D) merupakan komponen

perhitungan kos perolehan tanaman

menghasilkan (TM). Kecuali untuk kos

pemeliharaan tanaman teh, akan masuk

sebagai komponen kos perolehan

persediaan bahan baku produksi.

Perhitungan Nilai Tanaman Teh

Tanaman teh tidak memiliki fair value

sehingga harus menggunakan pendekatan

kos untuk mengukurnya. Jumlah tanaman

teh yang hidup juga akan mempengaruhi

besar-kecilnya nilai perolehan tanaman teh

per pohonnya. Pada laporan manajemen,

laporan biaya kegiatan

persemaian/pembibitan tahun tanam 2009

Page 23: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN …e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/415@febis.pdf · PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN TEH BERDASARKAN IAS 41 AGRICULTURE (Studi

terdapat kesalahan data jumlah pohon

yang hidup. Di laporan manajemen

tercantum angka 842.000 pohon,

berdasarkan wawancara dengan petugas

bagian tanaman jumlah pohon sampai

bulan November 2009 yang sebenarnya

adalah 619.600 pohon.

Berikut ini disajikan perhitungan

nilai tanaman teh per pohonnya

berdasarkan tahapan kegiatannya. Angka

yang disajikan pada tahap persemaian

merupakan data asli Perkebunan Ciater,

sedangkan pada tahap tanaman tahun

ini, tanaman belum menghasilkan dan

tanaman menghasilkan, peneliti

menggunakan angka estimasi. Hal ini

dikarenakan proses penyiapan tanaman

teh memerlukan periode waktu yang

cukup lama, yaitu 3 s/d 3,5 tahun

sehingga belum ada laporan lengkap

untuk kos tanaman teh. Untuk tahap

persemaian, peneliti menggunakan data

Laporan Manajemen bulan November

tahun 2009.

1. Kos Pemeliharaan (Tahap A s/d tahap

B)

Tahap persemaian membutuhkan

waktu ±2 tahun. Tahun pertama

merupakan tahap pembuatan,

sedangkan tahun kedua merupakan

tahap persemaian sebenarnya.

Perkebunan Ciater pada tahun 2009

membuat persemaian tanaman teh

baru dengan luas area 1,2 Ha, berikut

perhitungannya:

Persemaian Tahun Pertama (2009)

Jadi, kos perolehan untuk 1 tanaman teh tahun pertama persemaian adalah Rp380.

Persemaian Tahun Kedua (2010)

Angka estimasi di dasarkan pada persemaian tahun kedua tanaman teh tahun tanam

2008.

Untuk 1,5 Ha kos persemaian tahun kedua = Rp 62.710.915, maka estimasi kos

persemaian tahun kedua untuk 1,2 Ha adalah:

Untuk 1,2 Ha = x Rp 62.710.915 = Rp 50.168.732

Sedangkan untuk tanaman yang mati/hilang pada areal 1,5 ha:

maka untuk areal 1,2 ha, tanaman yang hidup adalah:

(100%-23.4%) x 619.600 pohon = 474.614 pohon

Page 24: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN …e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/415@febis.pdf · PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN TEH BERDASARKAN IAS 41 AGRICULTURE (Studi

Jadi, harga perolehan untuk 1 tanaman teh pada tahun persemaian kedua adalah Rp 602.

2. Kos Tanaman Tahun Ini (Tahap B s/d

tahap C)

Angka estimasi di dasarkan pada kos

untuk Tanaman Tahun ini (TTI) pada

tahun 2009 dengan luas areal 57,7Ha

sebesar Rp 665.364.351 dengan

asumsi jumlah tanaman yang mati

setelah tahap persemaian = 0.

Maka kos TTI dengan luas areal 1,2 Ha

sebesar:

3. Kos Tanaman Belum Menghasilkan

(Tahap C s/d D)

Berdasarkan hasil wawancara dengan

petugas bagian tanaman Perkebunan

Ciater, besarnya kos tanaman belum

menghasilkan tidak berbeda jauh

dengan biaya pemeliharaan tanaman

menghasilkan, yaitu ±90% dari kos

pemeliharaan tanaman menghasilkan.

Asumsi, jumlah tanaman yang mati

pada tahap Tanaman Tahun Ini = 0.

Kos pemeliharaan tanaman

menghasilkan untuk 1147,89 Ha = Rp

6.306.565.523.

4. Kos Pemeliharaan Tanaman

Menghasilkan (Tahap D s/d tahap E)

Angka estimasi didasarkan pada kos

pemeliharaan tanaman menghasilkan

dengan pada tahun 2009 dengan luas

areal 1147,89 Ha = Rp

6.306.565.523.

Asumsi jumlah tanaman yang pada

tahap TBM = 0.

Page 25: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN …e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/415@febis.pdf · PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN TEH BERDASARKAN IAS 41 AGRICULTURE (Studi

Dengan demikian total Kos perolehan untuk 1 tanaman teh dari tahap persemaian s/d

tanaman menghasilkan adalah, sebagai berikut:

Kos Persemaian Rp 602

Kos Tanaman Tahun Ini Rp 29

Kos Tanaman Belum Menghasilkan Rp 12,5 +

Kos PerolehanTanaman Menghasilkan Rp 643,5

Biaya Depresiasi Tanaman Menghasilkan Rp 10,96 -

Nilai Buku Tanaman Menghasilkan Rp 632,54

Umur manfaat untuk tanaman teh ±60

tahun dengan nilai sisa = 0. Asumsi,

tanaman teh di depresiasikan selama

1 tahun. Maka biaya depresiasi

tanaman menghasilkan dengan straight

line method adalah:

Maka Kos perolehan aset biologi

tanaman teh setelah dikurangi

akumulasi penyusutan adalah Rp

632,54.

Jumlah pohon yang masih hidup

akan sangat berpengaruh terhadap

kos perolehan tanaman. Oleh karena

itu, semua kos yang telah terjadi

termasuk untuk tanaman yang telah

mati merupakan nilai dari sisa

tanaman yang masih hidup pada

tahun tanam tersebut. Di dalam SOP

Perkebunan Ciater juga terdapat standar

operasi mengenai kos perolehan

tanaman, sehingga kos perolehan

tanaman dapat dijadikan salah satu

indikator pengukur kinerja Perkebunan

Ciater pada suatu periode.

Perlakuan Perubahan Nilai Tanaman

Teh

IAS 41 menjelaskan bahwa “A

gain or loss arising on initial recognition

of agricultural produce at fair value less

costs to sell shall be included in profit or

loss for the period in which it arises”. Hal

ini berarti segala kenaikan dan penurunan

nilai tanaman menghasilkan harus diakui

sebagai laba atau rugi pada periode

dimana tia muncul.

Di Perkebunan Ciater pada saat

nilai tanaman menghasilkan (TM) naik,

maka besarnya kenaikan nilai tersebut

bukan diakui sebagai laba melainkan

sebagai Investasi Tanaman. Walaupun

tidak sesuai dengan IAS 41 yang akan di

adopsi oleh indonesia, hal ini merupakan

kebijakan dari perusahaan karena tujuan

utama dari tanaman teh adalah untuk

menghasilkan pucuk daun teh bukan untuk

menghasilkan tanaman yang siap jual

(misalkan seperti tanaman hias,

bonsai,dll). Pada saat terjadi kenaikan,

Perkebunan Ciater langsung mengakui

kenaikan nilai pada saat terjadinya, ini

telah sesuai dengan IAS 41 paragraf 28.

Pada saat nilai tanaman

menghasilkan (TM) turun, maka besarnya

penurunan nilai tersebut akan diajukan

sebagai nilai aktiva yang akan

dihapuskan. Kemudian besarnya nilai

penghapusan ini akan menjadi biaya

Page 26: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN …e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/415@febis.pdf · PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN TEH BERDASARKAN IAS 41 AGRICULTURE (Studi

kantor pusat yang nantinya akan

dibebankan kembali ke afdeling-afdeling

bukan sebagai kerugian perusahaan.

Padahal di dalam teori dipaparkan

bahwa biaya berbeda dengan rugi.

Biaya merupakan upaya untuk

memperoleh pendapatan sedangkan rugi

merupakan manfaat ekonomik yang telah

hangus atau menguap akibat peristiwa

khusus atau tidak normal (bencana alam,

kecelakaan).

Bencana alam seperti tanah

longsor merupakan peristiwa khusus

atau tidak normal bagi perkebunan teh,

sehingga penurunan nilai akibat peristiwa

tersebut dapat diakui sebagai rugi.

Sedangkan penurunan nilai akibat hama

atau penyakit merupakan peristiwa biasa

yang terjadi dalam perkebunan. Hal ini

akan berpengaruh terhadap kewajaran dan

keandalan laporan keuangan.

SIMPULAN

Dari hasil penelitian diatas, dapat

disimpulkan bahwa:

1. Tanaman teh yang dikelola Perkebunan

Ciater tergolong sebagai aset biologi

karena memenuhi dua kriteria aset

biologi seperti yang diungkapkan secara

implisit dalam IAS 41 Agriculture,

yaitu tanaman teh tergolong jenis

tanaman semak dan mengalami

biological transformation.

2. Aset Biologi tergolong sebagai aktiva

tetap karena memenuhi tiga kriteria

aktiva tetap, yaitu memiliki umur

ekonomis lebih dari 1 tahun, digunakan

dalam proses penciptaan pendapatan di

masa akan datang, dan berasal dari

investasi perusahaan.

3. Kos perolehan awal per tanaman teh Rp

643,5 terdiri dari kos persemaian Rp

602; kos tanaman tahun ini Rp 29; kos

tanaman belum menghasilkan Rp 12,5.

Seluruh kos tersebut merupakan

komponen perhitungan kos perolehan

awal tanaman teh.

4. Kos pemeliharaan tidak diperhitungkan

kembali sebagai elemen nilai tambah

tanaman teh. Sesuai dengan tujuan kos

pemeliharaan itu sendiri, sebaiknya kos

pemeliharaan diperhitungkan sebagai

kos perolehan bahan baku produksi.

Tujuan kos pemeliharaan adalah untuk

memperbaharui tanaman teh agar tetap

memberikan manfaat ekonomi bagi

Perkebunan Ciater, bersifat rutin

dilakukan dan tidak menambah umur

manfaat tanaman teh.

5. Perkebunan Ciater akan mengakui

kenaikan aset biologi sebagai investasi

tanaman. Hal tersebut merupakan

kebijakan dari perusahaan karena tujuan

penanaman teh bukan untuk dijual

seperti tanaman hias pada umumnya,

melainkan digunakan sebagai alat

penghasil daun teh. Sedangkan

penurunan aset biologi diakui sebagai

biaya kantor bukan sebagai kerugian.

Karena pada dasarnya biaya berbeda

dengan rugi, sebaiknya penurunan aset

biologi diakui sebagai kerugian sesuai

dengan IAS 41 Agriculture. Hal ini

akan berpengaruh terhadap kewajaran

dan keandalan laporan keuangan.

Dalam penelitian ini, pembahasan

mengenai aset biologi hanya terbatas pada

perhitungan nilai aset biologi s/d panen

pertama saja. Kos setelah panen pertama

tidak diperhitungkan dalam penelitian ini.

Selain itu, peneliti menggunakan angka

estimasi dalam perhitungan harga

perolehan tanaman karena waktu yang

diperlukan untuk mempersiapkan tanaman

teh cukup lama. Sehingga tidak semua

laporan biaya kegiatan muncul setiap

periodenya.

Agar Perkebunan Ciater dalam

melakukan penilaian terhadap aset biologi

dapat lebih tepat dan lebih teliti penulis

memberikan beberapa saran sebagai

berikut:

1. Perkebunan Ciater hendaknya

menggunakan Rugi untuk pengakuan

penurunan nilai aset biologi.

2. Dalam perhitungan perolehan tanaman

menghasilkan hendaknya hanya

memperhitungkan seluruh kos yang

Page 27: PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN …e-jurnal.ukrimuniversity.ac.id/file/415@febis.pdf · PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGI TANAMAN TEH BERDASARKAN IAS 41 AGRICULTURE (Studi

berhubungan langsung dengan proses

penyiapan tanaman teh, sedangkan kos

pemeliharaan sebaiknya dimasukkan

sebagai kos perolehan bahan baku

produksi.

3. Sebisa mungkin Perkebunan Ciater

mampu meminimalkan tanaman yang

mati tiap tahun tanam sehingga kos

perolehan per tanaman bisa lebih

rendah.

4. Perkebunan Ciater hendaknya terus

meningkatkan pemeliharaan aset

biologi agar dapat terus menghasilkan

pucuk daun teh yang berkualitas.

5. Untuk Penelitian selanjutnya, peneliti

mengharapkan pembahasan aset biologi

tidak terbatas hanya sampai perhitungan

nilai tanaman teh s/d panen pertama,

alangkah baiknya apabila membahas

pula mengenai Kos Produksi Tanaman

Teh.

REFERENSI

Carter, William K dan Milton F.Usry.

2002.Akuntansi Biaya,Salemba

Empat,Jakarta.

Food Info. 2009. Penanaman Teh. Diambil

Oktober, 15, 2009 dari

http://www.food-

info.net/id/products/tea/cultivation.htm

International Financial Reporting

Standard. 2008. International

Accounting Standard board. Diambil

Oktober, 25, 2009 dari

http://www.iasb.org

Marzuky. 1997. Metode Riset. Yogyakarta

: BPFE UII

Purba, Marisi P., 2008. Akuntansi Aktiva

Tetap, Kris Consulting, Jakarta.

Suwardjono. 2006. Teori Akuntansi

Perekayasaan Pelaporan Keuangan.

Edisi K3.BPFE.Yogyakarta

Widjaja, Amin T., 2009. Akuntansi Nilai

Wajar (Fair Value Accounting),

Harvarindo, Jakarta.