percobaan 1. pemisahan dan pemurnian zat cair (distilasi dan titik didih)
DESCRIPTION
Laporan praktikum Kimia OrganikTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
Percobaan 1
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR
Distilasi dan Titik Didih
Disusun oleh
Nama : Cinderi Maura Restu
NPM : 10060312009
Shift / kelompok : B / 2
Tanggal Praktikum : 18 Februari 2013
Tanggal Laporan : 25 Februari 2013
Asisten : Aferroes Prabowo
LABORATORIUM KIMIA TERPADU A
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2013
Percobaan 1
Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair
Distilasi dan Titik Didih
I. Tujuan :
Dapat menjelaskan prinsip dan tujuan distilasi. Dan dapat terampil dalam
mengkalibrasi termometer, merangkai peralatan distilasi, dan melakukan distilasi untuk
pemisahan dan pemurnian.
II. Prinsip :
Pemisahan dan pemurnian berdasarkan perbedaan titik didih.
III. Teori Dasar :
Distilasi merupakan metode yang sangat baik untuk memurnikan zat cair. Pada suatu
zat cair, hanya molekul-molekul yang memiliki energi kinetik yang cukup yang dapat
mengatasi gaya yang mengikat antar molekul dalam fasa cair sehingga dapat melepaskan
diri kedalam fasa gas. Pemanasan terhadap zat cair menyebabkan banyak molekul
memasuki fasa uap.
Menurut Hukum Raoult : Ptotal = PA + PB, dimana PA = P°A . XA dan PB = P°B . XB
PA = tekanan parsial A
PB = tekanan parsial B
P°A = tekanan uap murni A
P°B = tekanan uap murni B
XA = fraksi mol A dalam fasa cair
XB = fraksi mol B dalam fasa cair
Secara umum, titik didih didefinisikan sebagai suhu ketika jumlah tekanan parsial
diatas fasa cair samadengan tekanan luar yang dikenakan pada sistem. Penurunan tekanan
luar menyebabkan larutan akan mendidih pada suhu lebih rendah. Kenaikan tekanan luar
menyebabkan larutan akan mendidih pada suhu lebih tinggi.
Menurut Hukum Raoult tentang komposisi fasa uap diatas permukaan zat cair :
X’A = fraksi mol A dalam fasa uap = PA / Ptotal.
X’B = fraksi mol B dalam fasa uap = PB / Ptotal.
Hukum Dalton tentang tekanan parsial : tekanan total (diatas pemukaan fasa cair).
PT = Pair + Psampel, dan Psampel menjadi lebih jelas pada T tinggi.
A. Sampel zat murni
Teori distilasi :
a. Ketika T naik, jumlah molekul yang melepaskan diri dari fasa cair menuju fasa gas akan
bertambah. Tekanan uap akan bertambah dengan penambahan jumlah sampel pada fasa
uap.
b. Pengaruh total adalah bahwa jumlah pertambahan molekul udara akan digantikan sampai
semua molekul udara digantikan oleh fasa uap sampel.
c. Fasa cair mulai mendidih (terbentuk gelembung) ketika PT = Psampel.
d. Molekul masuk ke fasa gas dari fasa cair sampel dan akan menggantikan molekul-molekul
yang sudah ada dalam fasa tersebut.
e. Penguapan bertambah dengan cepat dan pendidihan dimulai.
B. Campuran Dua-Komponen
Hukum Dalton : P1 = P₀+ P●
Fraksi mol (X) merupakan fraksi suatu komponen tertentu yang terdapat dalam keseluruhan
sampel:
X₀ = mol ₀
mol₀−mol ● X● = mol ●
mol₀+mol●
Hukum Raoult : PT = X₀ . P₀₀ + X● . P●
₀
Komponen dengan titik didih lebih rendah, konstribusinya lebih banyak pada PT.
Kesimpulannya, komponen dengan titik didih lebih rendah yang proporsinya lebih tinggi
akan terdistilasi pertama kali, selanjutnya diikuti oleh peningkatan jumlah komponen
dengan titik didih lebih tinggi.
C. Pengaruh Zat Pengotor
Tekanan uap yang rendah, membutuhkan suhu yang lebih tinggi untuk mencapai
pendidihan. Untuk pemisahan terbaik, sehingga mendapatkan komponen-komponen yang
murni, distilasi bertingkat merupakan alternatif yang baik. Terutama untuk campuran dua
komponen atau lebih dan campuran yang mengandung zat pengotor non-volatile.
Distilasi sederhana (simple destilation), yaitu proses distilasi yang tidak melibatkan
kolom fraksinasi atau proses yang biasanya untuk memisahkan salah satu komponen zat cair
dari zat-zat non-volatile atau zat cair lain yang perbedaan titik didihnya paling sedikit 75°C.
Distilasi sederhana tidak efektif untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran
yang perbedaan titik didihnya kecil. Dalam distilasi sederhana, semua uap panas yang
diproduksi dengan seketika disalurkan kedalam suatu kondensor yang memiliki pendingin
dan memadatkan uap air. Oleh karena itulah, hasil distilasi tidak akan murni, komposisinya
akan dijadikan serupa dengan komposisi uap air yang diberi temperatur dan tekanan.
Distilasi bertingkat, yaitu memisahkan dengan baik senyawa-senyawa yang memiliki
titik didih berdekatan. Isi dari kolom fraksinasi adalah material berpori yang menyediakan
luas permukaan yang lebih besar untuk proses kondensasi berulang. Setiap proses siklus
pengembunan atau penguapan menghasilkan fasa uap akan lebih kaya degan fraksi uap
komponen yang lebih volatil. Setiap pengulangan siklus pengembunan dan penguapan akan
menghasilkan suatu senyawa yang lebih murni. Setiap siklus ini disebut Pelat Teoritis.
Kurva distilasi adalah kurva yang memberikan informasi efisiensi pemisahan
komponen suatu campuran.
Azeotrop adalah suatu campuran zat cair dengan komposisi tertentu yang
mengalami distilasi pada suhu konstan tanpa adanya perubahan dalam komposisinya.
Contohnya etanol dan air (disebabkan adanya interaksi antarmolekul).
Kalibrasi termometer yaitu proses yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan
fungsi dari suatu termometer. Untuk mengkalibrasi titik nol termometer, caranya adalah
termometer yang akan dikalibrasi, dicelupkan kedalam campuran air – es yang diaduk
homogen.
IV. Alat dan bahan :
a. Alat :
1. Gelas kimia 400 ml
2. Termometer
3. Kertas tissue
4. Labu distilasi
5. Penampung
6. Ring stands
7. Kondensor
8. Erlenmeyer
9. Piknometer
b. Bahan :
1. Bongkahan kecil es
2. Air dingin secukupnya
3. 40 ml campuran benzene-air (1:1)
4. Batu didih
V. Prosedur :
A. Kalibrasi termometer
1. Kedalam gelas kimia 400 mL, dimasukkan beberapa potong es kecil hingga kedalaman 10
cm.
2. Ditambahkan sedikit air dingin kedalam gelas kimia tersebut sampai sebagian bongkahan
mengambang di permukaan air.
3. Kemudian kedalam gelas kimia tersebut dicelupkan termometer sampai kedalaman 7
atau 8 cm.
4. Air es tersebut kemudian diaduk pelan – pelan dengan termometer dan diamati
penurunan suhu yang teramati pada skala termometer.
5. Pada saat suhu tidak turun lagi setelah 5 – 10 detik, skala termometer tersebut kemudian
dicatat tanpa mengangkat termometer dari dalam air es.
B. Distilasi biasa
1. Peralatan distilasi sederhana dipasang.
2. Dimasukkan campuran benzena – air sebanyak 40 mL kedalam labu.
3. Dilakukan pemanasan dengan menggunakan api yang diatur perlahan naik hingga
mendidih.
4. Kemudian pemanasannya diatur hingga distilat menetes secara teratur dengan kecepatan
satu tetes per detik.
5. Setelah itu, suhunya diamati dan dicatat ketika tetesan pertama mulai jatuh.
6. Penampung yang ada kemudian diganti dengan yang bersih, kering, dan berlabel untuk
menampung distilat murni.
7. Volume dan suhu dari distilat kemudian dicatat secara teratur setiap selang jumlah
penampungan distilat tertentu.
VI. Hasil dan pembahasan :
A. Kalibrasi termometer
Ketika dikalibrasi, termometer menunjukkan skala 30°C untuk suhu awalnya. Dan
menunjukkan skala 1°C untuk suhu akhir dari campuran es dan air dingin. Titik beku dari air
adalah 0°C. Sedangkan suhu akhir yang didapatkan sebesar 1°C. Ini menunjukkan bahwa
termometer yang digunakan tersebut layak pakai atau dengan kata lain bisa mengukur suhu
dengan tepat. Syarat suatu termometer untuk bisa layak pakai adalah berada pada trayek
1°C dibawah / diatas 0°C. Kalibrasi termometer adalah suatu proses untuk menentukan
kelayakan suatu termometer. Dengan kalibrasi termometer, dapat memberi tahu praktikan
tentang keadaan termometer yang akan dipakai. Ini dilakukan supaya hasil dari percobaan
menunjukkan suhu yang tepat dan sebenarnya. Kalibrasi juga diartikan sebagai suatu proses
penyesuaian pada alat ukur. Penambahan banyak bongkahan es kedalam beaker glass pada
percobaan yang telah dilakukan ini, membuat skala suhu pada termometer turun dengan
cepat. Banyaknya es yang ditambahkan menentukan suhu yang dihasilkan. Faktor yang
mempengaruhi hasil yang salah pada termometer adalah keadaan termometer itu sendiri,
pelarutnya yang tidak murni, adanya zat pengotor pada campuran tersebut, dan jumlah
bongkahan es yang dicampurkan dengan pelarut air tersebut. Pada proses kalibrasi
termometer di percobaan ini, digunakan air sebagai media pelarutnya. Air bersifat polar
(memiliki ikatan hidrogen), mudah didapat, dan tidak mahal (ekonomis). Ketiga hal itulah
yang menyebabkan air digunakan sebagai pelarut dalam media pengkalibrasian termometer
pada percobaan yang telah dilakukan ini. Senyawa lain (selain air), bisa saja digunakan
sebagai pelarut. Tetapi, harus dilihat dulu titik didih dan titik bekunya, serta dilihat juga
harga dan cara mendapatkannya, supaya bisa menghasilkan akhir yang akurat pada
pengkalibrasian termometer.
B. Distilasi biasa
Dari percobaan yang telah dilakukan, terdapat data sebagai berikut ; suhu awal dari
campuran benzena – air adalah 27°C. Suhu pada saat tetesan pertama, sebesar 30°C.
Sedangkan suhu pada saat akhir tetesan, sebesar 89°C. Piknometer kosong memiliki berat
sebesar 10,781 gram. Piknometer ditambah air memiliki berat sebesar 16,570 gram. Dan
piknometer ditambah sampel (benzena + air) memiliki berat sebesar 15,809 gram. Dari hasil
pengamatan dan pengukuran tersebut, didapat hasil berat jenisnya yaitu 0,8685 gr/mL.
Piknometer yang digunakan, memiliki fungsi untuk mengukur berat jenis dari suatu
senyawa. Pada saat pemasangan alat distilasi, digunakanlah vaselin. Vaselin memiliki fungsi
yaitu mencegah uap tidak keluar dari alat distilasi, dan berfungsi untuk merekatkan semua
peralatan distilasi yang perlu perekatan. Dan juga fungsi dari kondensor adalah untuk proses
pendinginan sampel dimana terjadi pengubahan fase gas menjadi cair.
Perhitungan berat jenis benzena :
Ƿ = W benzene+W pikno
(W aqua+ pikno)−Wpikno
Ƿ = (massa piknomete r+sampel )−massa piknometer kosong
(massa piknometer+air )−massa piknometer kosong
Ƿ = 15,809−10,78116,570−10,781
Ƿ = 5,0285,789
Ƿ = 0,8685 gr/mL
Dari data teoritis yang didapat dari literatur, didapat berat jenis benzene yang seharusnya
adalah 0,879 gr/mL. Karena yang didapat dari data hasil percobaan yaitu 0,8685 gr/mL,
maka terjadi kesalahan pada proses distilasi. Kesalahan yang mungkin terjadi yaitu karena
mungkin distilat yang dihasilkan dari proses distilasi ini merupakan distilat yang kurang
murni. Sehingga, terdapat perbedaan yang terjadi pada berat jenisnnya.
Dan dari data tersebut juga, bisa diketahui massa dari sampel, yaitu 5,028 gr.
Perhitungannya :
Massa sampel = (massa piknometer + sampel) – (massa piknometer kosong)
Massa sampel = 15,809 gram – 10,781 gram
Massa sampel = 5,028 gram
Distilasi merupakan metode pemisahan berdasarkan pada perbedaan titik
didih/tekanan uap dari cairan yang akan dipisahkan. Ketika memasukkan benzene – air,
maksimal jumlah campuran tersebut volumenya setengah dari labu. Ini dikarenakan jika
jumlahnya berlebih dari setengah labu, akan terjadi pemborosan campuran, dan ketika
proses pemanasan dilakukan, persentase terjadinya keadaan bumping akan lebih besar. Dan
jika jumlahnya lebih sedikit dari setengah labu, pada proses pemanasan dilakukan, airnya
akan cepat habis. Dan, jika airnya habis, labu didih yang awalnya menampung air tersebut
akan pecah. Ketika dilakukan pemanasan, dimasukkan beberapa potong batu didih. Ini
dilakukan, adalah supaya mencegah terjadinya bumping dan supaya memberikan rasa aman
pada saat pemanasan. Bumping merupakan keluarnya larutan atau larutan menyembur
keluar (loncatan pelarut) dari labu yang akan menyebabkan banyak sekali kerugian. Seperti
jika terkena mata, akan menyebabkan kerusakan pada mata. Jika terkena kaki, akan
mengakibatkan kerusakan pada kulit kaki dan jaringan – jaringan yang terdapat didalamnya.
Dan masih banyak kerusakan – kerusakan yang terjadi jika tidak ditambahkan batu didih
pada saat pemanasan. Boleh saja jika tidak ingin menambahkan batu didih kedalam
campuran, tetapi harus sangat hati – hati dengan segala sesuatu yang tidak diinginkan dan
tidak dibayangkan. Pada saat proses distilasi berlangsung, pada labu didih terdapat benzena
+ air, pada labu distilasi terdapat benzena murni. Prinsip pemisahan dari distilasi ini adalah
pemanasan dan pendinginan. Benzena memiliki titik didih sebesar 80°C. Ketika dipanasi,
benzena lebih cepat menguap daripada air. Ini dikarenakan titik didih benzena lebih kecil
daripada titik didih air yang 100°C. Ketika pemanasan, menggunakan heating mantel.
Karena, prosesnya tidak kontak ke api langung. Kalau dilakukan dengan kontak langsung
pada api, kemungkinan sampel tersebut mudah terbakar.
Penghitungan jumlah senyawa benzene : air = 1 : 1 pada pecobaan kali ini adalah
untuk mengetahui volume yang diinginkan.
Perhitungannya :
Volume benzena : p erbandinganbenzenetotal perbandingan
x 40 mL
Volume benzena = 12
x 40 mL
Volume benzena = 20 mL
Perhitungan jumlah air, sama dengan perhitungan jumlah benzena, yaitu 20 mL.
Perhitungannya :
Volume air = : p erbandinganbenzenetotal perbandingan
x 40 mL
Volume air = 12
x 40 mL
Volume air = 20 mL
VII. Kesimpulan :
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa prinsip dari
percobaan kali ini adalah pemisahan dan pemurnian berdasarkan perbedaan titik didih. Dan
tujuan percobaan ini adalah dapat menjelaskan prinsip dan tujuan distilasi. Dan dapat
terampil dalam mengkalibrasi termometer, merangkai peralatan distilasi, dan melakukan
distilasi untuk pemisahan dan pemurnian. Dalam pengkalibrasian termometer, untuk
mendapatkan termometer yang baik, jumlah bongkahan es yang dimasukkan sangatlah
berpengaruh. Karena, semakin banyak bongkahan esnya, maka akan semakin dingin
campurannya dan akan semakin cepat turunnya skala pada termometer tersebut. dalam
proses pemanasan di distilasi, penambahan batu didih sangatlah bermanfaat. Salah satu
manfatnya yaitu supaya tidak terjadi bumping (loncatan pelarut) sehingga memberikan rasa
aman kepada praktikan ketika sedang pemanasan campuran.
VIII. Daftar Pustaka :
Tim Asisten Laboratorium Farmasi Unit A.2013.Penuntun Praktikum Kimia
Organik.Bandung:Universitas Islam Bandung.
Mayo, D.W., Pike,R.M., Trumper, P.K., Miroscale Organic Laboratory, 3rd edition, John Wiley
& Sons, New York, 1994, p.61 - 171; 132 – 141.
Pasto, D., Johnson, C., Miller, M., Experiments and Techniques in Organic Chemistry,
Prentice Hall Inc.,New Jersey, 1992, p.47 – 55; 396 – 398.
Williamson, Macroscale and Microscale Organic Experiments, 3rd edition, Boston, 1999,
p.82 – 121.
Syukri,S.1999.Kimia Dasar Jilid 1.Bandung:ITB.
Chang,R.2007.Chemistry Edisi IX.New York:Mc Graw – Hill.
Lando JB,Marcon SH.1974.Fundamentals of Physical Chemistry.New York:Macmillan
Publishing.
IX. Tugas Tes Awal Praktikum :
1. Sebutkan tujuan dan prinsip percobaan 1 dan 2 !
Jawab :
a. Percobaan 1
Tujuan : dapat menjelaskan prinsip dan tujuan distilasi. Serta dapat terampil dalam
mengkalibrasi termometer, merangkai peralatan distilasi, dan melakukan distilasi untuk
pemisahan dan pemurnian.
Prinsip : pemisahan dan pemurnian berdasarkan perbedaan titik didih.
b. Percobaan 2
Tujuan : dapat menjelaskan konsep dan tujuan dari kristalisasi. Serta dapat terampil dalam
melakukan rekristalisasi dengan baik, memilih pelarut yang tepat untuk rekristalisasi,
menjernihkan dan menghilangkan warna larutan, dan memisahkan dan memurnikan
campuran dengan rekristalisasi.
Prinsip : - adanya perbedaan kelarutan zat-zat padat dalam pelarut tertentu.
- suatu zat padat akan lebih larut dalam pelarut panas dibandingkan dengan pelarut
dingin.
2. Apa yang dimaksud dengan zat pengotor dan bagaimana sifatnya !
Jawab :
Zat pengotor adalah suatu zat yang dapat menurukan tekanan uap air murni dan dapat
menurunkan konsentrasi komponen yang volatil di dalam fasa cair.
Sifat dari zat pengotor adalah non volatile (tidak menguap).
3. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis distilasi !
Jawab :
a. Distilasi sederhana, yaitu suatu proses distilasi yang tidak melibatkan kolom fraksinasi.
Biasanya digunakan untuk memisahkan suatu komponen zat cair dari zat-zat non-volatile
atau zat cair lain, pada suhu paling sedikit 75°C.
b. Distilasi bertingkat, yaitu suatu proses distilasi yang melibatkan kolom fraksinasi. Distilasi
bertingkat sangat efektif untuk memisahkan dan memurnikan campuran pada suhu yang
berdekatan.
4. Apa bedanya kristalisasi dengan rekristalisasi !
Jawab :
Kristalisasi, yaitu suatu proses yang digunakan untuk pemurnian zat padat.
Rekristalisasi, yaitu suatu proses pengkristalan kembali untuk mendapatkan suatu zat yang
lebih murni.
5. Bagaimana cara penentuan titik leleh !
Jawab :
Penentuan titik leleh suatu senyawa murni dapat ditentukan dari pengamatan trayek titik
lelehnya, dimulai saat terjadinya sedikit pelelehan, transisi padat – cair, sampai seluruh
kristal mencair. Hal ini dilakukan terhadap sedikit kristal yang sudah digerus halus yang
diletakkan dalam ujung bawah pipa gelas kapiler, lalu dipanaskan secara merata, dan
perlahan di sekitar kapiler.