peran sos children’s village indonesia

153
PERAN SOS CHILDREN’S VILLAGE INDONESIA DALAM PEMENUHAN HAK ANAK TERLANTAR DI CIBUBUR Skripsi ini diajukan sebagai syarat dalam meyelesaikan Strata Satu Program Studi Kesejahteraan Sosial (S. Sos) Oleh: Miranti Runingtyas 11140541000043 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/2021 M

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERAN SOS CHILDREN’S VILLAGE INDONESIA

DALAM PEMENUHAN HAK ANAK TERLANTAR DI

CIBUBUR

Skripsi ini diajukan sebagai syarat dalam meyelesaikan Strata

Satu Program Studi Kesejahteraan Sosial (S. Sos)

Oleh:

Miranti Runingtyas

11140541000043

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H/2021 M

i

ABSTRAK

Miranti Runingtyas. Peran SOS Children’s Villages

Indonesia dalam pemenuhan hak anak terlantar di Cibubur.

2020

Lingkungan yang tidak ramah anak, kondisi suatu negara

yang tidak kondusif, ataupun regulasi yang dikeluarkan oleh

pemerintah menyebabkan tumbuh kembangnya seorang anak

menjadi terganggu dan itu pula akibat munculnya fenomena anak

terlantar. Beberapa faktor penyebab anak terlantar yakni;

gangguan domestik, ekonomi, atau sosial, seperti kemiskinan,

kekerasan seksual dan fisik, bencana alam, serta situasi politik

suatu negara yang tidak kondusif. SOS Children‟s Indonesia

adalah lembaga sosial nirbala yang aktif memperjuangkan hak-

hak anak terlantar dan berkomitmen membantu terpenuhinya

kebutuhan anak-anak yang beresiko kehilangan pengasuhan.

Metode penlitian yang digunakan adalah kualitatif dengan

teknik pengumpulan data yang digunakan pada saat penelitian

adalah wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Informan

sebanyak 4 orang yaitu; Ketua Yayasan SOS Children‟s

Indonesia, Ibu Asuh dan 2 informan penerima manfaat. Selain itu

penelitian ini juga menggunakan teknik studi pustaka karena

terdapat beberapa buku yang menjadi sumber data yang

digunakan saat melakukan penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian yang di dapatkan dari SOS

Children‟s Indonesia berperan dalam pemenuhan anak terlantar

yakni; dalam aspek kognitif kemampuan dalam pemecahan

masalah, aspek sosial dimana mereka dapat bergaul dan

bersosialisasi dengan lingkungannya, aspek emosional melalui

perkembangan dan perubahannya yang akan muncul menyertai

terjadinya suatu perilaku, aspek bahasa dimulai sejak bayi dapat

merespon dengan tangisan atau senyuman hingga mengenal kata-

kata sehingga dapat bercerita dan mendengarkan cerita, dan aspek

nilai religious dimana proses individu dalam mengenal Tuhan-

Nya. Peran SOS Children‟s Village Indonesia dalam memberikan

pertolongan atas keterlantaran anak-anak tersebut sesuai dengan

tujuan dalam pemenuhan hak anak terlantar.

Kata Kunci : Anak Terlantar, Pemenuhan Hak Anak

Terlantar, Peran, SOS Children’s Indonesia.

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga

tercurah limpahkan kepada baginda alam nabi besar

Muhammad shalallahu „alaihi wasallam, beserta keluarga

dan para sahabatnya serta pengikutnya yang senantiasa

berjalan di jalan Allah hingga hari kiamat.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus

diselesaikan sebagai syarat meraih gelar Sarjana Sosial

Jurusan Kesejahteraan Sosial. Penulis menyadari bahwa

dalam skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari

kata sempurna. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati

menerima kritik dan saran yang membangun untuk

memperbaiki skripsi ini. Dalam hadits riwayat Tirmidzi,

Rasulullah Shallallahu„alaihi Wasallam bersabda „orang

yang tidak berterima kasih kepada manusia, berarti ia tidak

bersyukur kepada Allah‟. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah

membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini, yaitu

kepada:

1. Suparto, M.Ed, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Siti Napsiyah MSW

sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik. Dr. Sihabudin

Noor, MA sebagai Wakil Dekan Bidang Administrasi

Umum. Drs. Cecep Castrawijaya, MA sebagai Wakil

Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Ahmad Zaky, M.Si., sebagai Ketua Program Studi

Kesejahteraan Sosial dan Hj. Nunung Khoiriyah, MA

sebagai Sekertaris Program Studi Kesejahteraan Sosial

UIN Jakarta.

3. Ismet Firdaus,M. Si sebagai dosen pembimbing skripsi

penulis. Terima kasih bersedia meluangkan waktunya

dalam memberi dukungan, bimbingan dan motivasi

sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

iii

4. Seluruh jajaran dosen Program Studi Kesejehteraan

Sosial dan seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Terima kasih atas segala pelajaran yang telah diberikan,

semoga dapat bermanfaat bagi penulis.

5. Budi Rahman Hakim, S. Ag, MSW sebagai dosen

penasehat akademik.

6. Seluruh pihak perpustakaan fakultas dan perpustakaan

umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Bapak Mardi Selaku Kepala Yayasan SOS Chilren‟s

Village Indonesia Cab.Jakarta, Ibu Ayu selaku salah

satu Staff di SOS Children‟s Village Indonesia Cab.

Jakarta yang selalu dan mendampingi penulis dalam

pengambilan data pnelitian.

8. Kedua orangtua penulis yakni ayahanda tercinta Alm.

Bapak Rudi Priyatna dan ibunda tersayang Ibu Suwarni

Ekowati dan juga adik penulis yakni Gendis Nastiti

yang senantiasa memberikan dukungan baik moril atau

materil, mendoakan, memberikan dorongan dan

motivasi serta kasih sayang yang luar biasa kepada

penulis.

9. Teman-teman seperjuangan penulis Kesejahteraan

Sosial 2014, khususnya Alby Meldyan, Azka

Nurhakim, Hardiansyah, Khori Bhaktiar, Dony

Febriansyah, Rezha Dwi Pangestu, Amalia Nurfitri,

Ridwan Elfarisqi, Yusman, Naufal Suwaninda, Ilham

Filli, Fabioza, Akmal Maulziandra, Yulianti, Masliyah

Anggi, Thania, Inge, Diah Farhana Noviani, Novita

Sari, Siti Nurrahimatun, Siti Sarah, Shinta Sarah, Devi

Marita dan Marsya Tarinawardani, Nia Cita, Novita Tri

Lestari, Endah Ambarsari, Ika Dwi, Sonia, Nisa, Danar,

Jauharidho, dan Farhan Musiarga.

10. Kepada saudara Muhammad Muafi Muslim yang selalu

menemani dan memberikan support baik materil

maupun non-materil kepada penulis.

11. Sahabat- sahabat saya Alby Meldyan, Muhammad

Naufal Suwaninda, Marina Fitriani, Hikmah Aulia, Dwi

Ayu Lidya Ningrum yang telah menemani,

mendukung, memberikan motivasi dan membantu

penulis selama penyelesaian skripsi.

iv

12. Teman- temanku dari “Susah Dicari” Amalia Nurfitri,

Dony Febriansyah, dan Rezha Dwi Pangestu yang

menemani, mendukung, memberikan motivasi dan

membantu penulis selama menyelesaikan skripsi.

13. Teman- temanku dari “Trio Minus” Dea Riska dan

Dyani Trihastuti yang menemani, mendukung,

memberikan motivasi dan membantu penulis selama

menyelesaikan skripsi.

14. Seluruh pihak yang telah memberikan dukungan,

bantuan baik materil maupun non-materil sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis merasa bahwasannya skripsi ini masih banyak

sekali kekukurangan, dari segi teknik penulisan maupun isi,

tetapi penulis telah berusaha melakukan yang terbaik. Maka

dari itu penulis mengharapkan dengan tulus adanya kritik dan

saran yang membangun dari pihak manapun.

Demikianlah skripsi ini penulis persembahkan, penulis

berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya

dan semua pembaca pada umumnya.

Jakarta, 05 Agustus 2021

Miranti Runingtyas

v

DAFTAR ISI ABSTRAK ...................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... v

BAB I ............................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ......................................... 10

1. Pembatasan Masalah ............................................................ 10

2. Rumusan Masalah ................................................................ 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 11

1. Tujuan Penelitian ................................................................. 11

2. Manfaat Penelitian ............................................................... 11

D. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 12

E. Metodologi Penelitian .............................................................. 22

1. Pendekatan Penelitian .......................................................... 22

2. Jenis Penelitian .................................................................... 23

3. Sumber data ......................................................................... 24

4. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 24

5. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 25

6. Teknik Pemilihan Informan ................................................. 26

7. Teknik Analisis Data ........................................................... 28

8. Kerangka Berpikir ................................................................ 29

9. Keabsahan Data ................................................................... 30

F. Pedoman Penulisan .................................................................. 30

G. Sistematika Penulisan .......................................................... 30

BAB II ......................................................................................................................... 32

vi

KAJIAN PUSTAKA.................................................................................................... 32

A. Landasan Teori ........................................................................ 32

1. Teori Peran Lembaga Sosial ................................................ 32

2. Teori Perkembangan Anak .................................................. 36

3. Hak-Hak Anak Terlantar...................................................... 46

BAB III ........................................................................................................................ 52

GAMBARAN UMUM LEMBAGA............................................................................ 52

A. Sejarah Singkat Lembaga ........................................................ 53

B. Profil Lembaga ........................................................................ 54

1. Pengasuhan Berbasis Keluarga Jangka Panjang (Family

Based Care). ................................................................................ 55

2. Program Penguatan Keluarga (Family Strengthening

Programme) ................................................................................. 57

C. Visi dan Misi SOS Children‟s Villages Jakarta ....................... 58

1. Visi SOS Children‟s Villages Jakarta .................................. 58

2. Misi SOS Children‟s Villages Jakarta ................................. 59

D. Pelayanan Lembaga ................................................................. 61

1. Pengasuhan .......................................................................... 61

2. Pendidikan ........................................................................... 61

BAB IV ........................................................................................................................ 63

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ...................................................................... 63

A. Pemenuhan Hak Anak Terlantar oleh SOS Children‟s Villages

Indonesia .......................................................................................... 64

1. Latar Belakang SOS Children‟s Villages dalam Pemenuhan

Hak Anak Terlantar ..................................................................... 64

2. Bentuk Perkembangan dan Pemenuhan Hak Anak Terlantar

70

B. Peran SOS Children‟s Villages Indonesia dalam Pemenuhan

Hak Anak Terlantar ......................................................................... 77

vii

1. Memberikan Pertolongan atas Keterlantaran Anak-Anak ... 79

2. Mendorong Perkembangan dan Perubahan Anak ................ 84

a. Sosial .................................................................................... 85

b. Emosional ............................................................................ 88

c. Bahasa .................................................................................. 91

d. Nilai Religius ....................................................................... 94

BAB V ......................................................................................................................... 96

ANALISIS DATA TEMUAN PENELITIAN ............................................................. 96

A. Pemenuhan Hak Anak Terlantar oleh SOS Children‟s Villages

Indonesia .......................................................................................... 96

1. Latar Belakang SOS Children‟s Villages dalam Pemenuhan

Hak Anak Terlantar ..................................................................... 96

2. Bentuk Perkembangan dan Pemenuhan Hak Anak Terlantar

99

B. Peran SOS Children‟s Villages Indonesia dalam Pemenuhan

Hak Anak Terlantar ....................................................................... 101

1. Memberikan Pertolongan atas Keterlantaran Anak-Anak . 101

2. Mendorong Perkembangan dan Perubahan Anak .............. 104

a. Aspek Sosial ...................................................................... 105

b. Emosional .......................................................................... 107

c. Bahasa ................................................................................ 108

d. Nilai Religius ..................................................................... 110

BAB VI ...................................................................................................................... 112

PENUTUP ................................................................................................................. 112

A. Kesimpulan ............................................................................ 112

B. Saran ...................................................................................... 117

viii

Daftar Pustaka

Lampiran-lampiran

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak adalah generasi penerus bangsa. Masa depan

suatu negara ditentukan oleh anak. Tumbuh kembangnya

seorang anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti peran

keluarga sebagai institusi berskala mikro, lingkungan, serta

peran dan regulasi negara yang berskala makro. Namun, tidak

semua anak bisa mendapatkan kesempatan untuk tumbuh dan

berkembang dengan baik. Lingkungan yang tidak ramah

anak, kondisi suatu negara yang tidak kondusif, ataupun

regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah menyebabkan

tumbuh kembangnya seorang anak menjadi terganggu. Salah

satu akibat dari hal-hal tersebut adalah munculnya fenomena

anak terlantar.

Seorang anak dikatakan terlantar, bukan sekedar

karena ia sudah tidak lagi memiliki salah satu orang tua atau

kedua orang tuanya. Tetapi terlantar di sini juga dalam

pengertian ketika hak-hak anak untuk tumbuh kembang

secara wajar, untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang

memadai, tidak terpenuhi karena kelalaian, ketidak

mengertian orang tua, ketidakmampuan atau kesengajaan.

Seorang anak yang kelahirannya tidak dikehendaki, misalnya,

mereka umumnya angat awan untuk ditelantarkan dan bahkan

2

diperlakukan salah. Pada tingkat yang lebih ekstrem, perilaku

penelantaran anak biasa berupa tindakan orang tua yang

membuang anaknya, entah di hutan, di selokan, di tempat

sampah, dan sebagainya baik demi menutupi aib atau karena

ketidaksiapan orang tua untuk melahikan dan memeliharan

anaknya secara wajar (Suyanto 2013:226-227).

Secara umum, anak terlantar adalah anak yang tidak

mendapat pengasuhan dan perlindungan dari keluarga atau

orang-orang terdekat, serta hak mereka untuk mendapatkan

perhatian dan kasih sayang tidak terpenuhi. Sebagaimana

telah dibahas sebelumnya, ada beragam faktor yang

menyebabkan munculnya anak terlantar, yang bekaitan

dengan gangguan domestik, ekonomi, atau sosial, seperti

kemiskinan, kekerasan seksual dan fisik, bencana alam, serta

situasi politik suatu negara yang tidak kondusif (Flowers,

2010:1). Kondisi-kondisi tersebut mengakibatkan anak-anak

terlantar mengalami kekerasan yang seharusnya tidak

dirasakan oleh anak-anak seusia mereka.Bentuk-bentuk

kekerasan tersebut adalah ancaman, pelecehan seksual,

intimidasi, perbudakan, hilangnya kesempatan mengakses

pendidikan, kesehatan, dan ekonomi sehingga memaksa anak-

anak tersbut tinggal dijalan.

Fenomena anak terlantar erat kaitannya dengan anak

jalanan. Perbedaan kedua terminologi tersebut adalah ruang

lingkup anak jalanan lebih sempit dibandingkan dengan anak

terlantar, dimana anak jalanan merupakan bagian dari anak

terlantar itu sendiri. Pada konteks anak terlantar di Indonesia,

3

menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23

Tahun 2002 Pasal 1 Ayat (6) Tentang Perlindungan Anak,

Anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi

kebutuhuannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual,

maupun sosial. Sebagaimana tertera dalam Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 13 ayat (1)

Tentang Hak Dan Kewajiban Anak, setiap anak selama dalam

pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang

bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat

perlindungan dari perlakuan: diskriminasi, eksploitasi; baik

ekonomi maupun seksual, penelantaran, kekejaman,

kekerasan, penganiayaan, ketidakadilan, dan perlakuan yang

salah lainnya.

Perlindungan untuk anak terlantar dijelaskan dalam

UUD 1945 Pasal 34 ayat (1) bahwa “Fakir miskin dan anak

terlantar diplihara oleh negara”. Dari penjabaran tersebut,

dapat diartikan bahwa negara berkewajiban untuk melindungi

dan memenuhi hak anak terlantar. Akan tetapi, fakta di

lapangannya adalah negara belum melakukan kewajiban

tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya anak

terlantar di jalan, baik di lingkungan pedesaan maupun

perkotaan.

Fenomena sebaran anak terlantar di berbagai daerah di

Indonesia tersebut menunjukkan belum terwujudnya amanat

undang-undang terkait perlindungan anak terlantar. Dari hasil

penelitian Anna Syahra dan Mulati (2020) menunjukkan

bahwa pemerintah mengalami beberapa kendala dalam

4

melaksanakan amanat undang-undang perlindungan anak.

Kendala tersebut meliputi beberapa faktor seperti; regulasi,

integrasi antar lembaga antar lembaga yang terkait dengan

anak terlantar, dana, dan keterlibatan masyarakat tidak

dimanfaatkan oleh pemerintah. Berbagai hambatan atau

kendala tersebut telah menyebabkan pemerintah tidak dapat

melaksanakan kewajiban untuk memenuhi dan melindungi

hak-hak anak terlantar secara efektif dan sempurna.

Baik pemerintah pusat maupun daerah, khususnya

perkotaan mengalami tantangan dalam menjalankan

kewajiban untuk memenuhi dan melindungi hak-hak anak

terlantar. Sehingga memunculkan fenomena banyaknya anak-

anak terlantar di perkotaan maupun pedesaan. Seperti yang

terlihat di Ibukota Jakarta, jumlah penyandang masalah

kesejahteraan sosial (PMKS), khususnya anak terlantar,

terbilang cukup tinggi. Dilihat dari data yang dikeluarkan dari

Dinas Sosial DKI Jakarta, jumlah anak terlantar sebesar 626

orang (www.dinsos.jakarta.go.id, 2018). Hal ini membuktikan

bahwa di kota besar seperti DKI Jakarta akan terjadi

fenomena anak terlantar akibat dari urbanisasi. Sebagaimana

diketahui besama, urbanisasi yang dilakukan oleh orang-

orang yang tidak memiliki kopetensi baik akan menimbulkan

permasalahan sosial di kota tujuan.

Fenomena penelantaran anak juga terjadi pada anak

usia balita yang mengakibatkan pemenuhan kebutuhan dan

hak anak tidak terpenuhi secara layak sehingga pertumbuhan

dan perkembangan anak menjadi terganggu serta

5

kesejahteraan anak tidak tercapai. Hasil penelitian Eko

Setiawan, Nurliana Cipta Apsari, dan Santoso Tri Raharjo

(2019) menjelaskan penanganan terhadap anak telantar dapat

melalui pelayanan sosial anak berbasis panti. Pelayanan

terhadap anak telantar bertujuan untuk mewujudkan

kesejahteraan anak. Upaya lain untuk mewujudkan

kesejahteraan anak balita telantar juga dapat dilakukan

melalui pengangkatan anak.

Pelayanan sosial anak berbasis panti menjadi salah

satu solusi atas keterlantaran anak, hal tersebut juga

membantu pemerintah dalam melaksanakan kewajiban sesuai

amanat uu perlindungan anak. Bentuk pelayanan sosial anak

melalui panti sosial juga ditunjukkan dari hasil penelitian Nur

Syafni (2020) dalam mengembalikan keberfungsian sosial

anak yang menjadi binaan panti melalui pelatihan

keterampilan kerja seperti; menjahit, bordir, salon, dan

otomotif perbengkelan roda 2 (dua), dan Program Bimbingan

Sosial. Keberfungsian sosial anak terlantar dengan

memberikan pelatihan memungkinkan mereka memiliki

kemampuan untuk melanjutkan kehidupan kedepannya.

Kontribusi lembaga sosial dalam melindungi anak

terlantar dari hasil penelitian Djawas dan Fajrina (2019) telah

efektif (berhasil) secara umum dalam memenuhi kebutuhan

dan melindungi anak terlantar. Lebih lanjut hasil penelitian

Zuhron (2020) menunjukkan kontribusi lembaga sosial

melindungi dan memenuhi hak anak terlantar melalui

rehabilitasi sosial yang juga telah melibatkan pihak

6

pemerintah. Oleh karena itu dapat diketahui peran lembaga

sosial tersebut telah mengganti tanggung jawab pemerintah

ataupun mendukung tanggung jawab pemerintah dalam

memberikan perlindungan ataupun pemenuhan hak anak.

Lembaga-lembaga sosial dalam berbagai kegiatannya

juga memiliki tujuan untuk mengisi peran yang tidak

dilakukan pemerintah atau mendukung peran pemerintah

dalam hal pemberian perlindungan dan pemenuhan hak anak

terlantar. Lembaga ini hadir agar anak terlantar memiliki

masa depan yang lebih baik. Salah satu contoh lembaga sosial

yang didirikan pemerintah dan khusus menaungi anak

terlantar seperti Rumah Perlindungan Anak (RPA) Saudara

Sejiwa yang berada di Bandung, Jawa Barat. RPA ini turut

mendukung dan membantu pemerintah dalam membina anak

jalanan yang terlantar agar tidak kembali kejalanan.

Pelayanan yang diberikan Yayasan Saudara Sejiwa pada

umumnya sama dengan pelayanan yang diberikan yayasan

lainnya, hanya saja perbedaan pelayanan sosial yang

diberikan terletak pada tahap pelayanan yang diberikan. Ada

pula, lembaga- lembaga sosial yang membantu peran

pemerintah dalam pemenuhan hak anak terlantar, salah satu

lembaga sosial tersebut dan menjadi fokus pada penelitian ini

adalah Save Our Soul (SOS) Children‟s Villages Indonesia.

SOS Children‟s Villages Indonesia adalah lembaga

sosial nirlaba yang aktif memperjuangkan hak-hak anak dan

berkomitmen membantu terpenuhinya kebutuhan anak-anak,

serta memastikan setiap anak yang telah atau beresiko

7

kehilangan pengasuhan bisa mendapatkan keluarga dan

rumah yang penuh kasih sayang (www.sos.or.id, 2019).

Lembaga ini didirikan pada tahun 1972 yang diprakarsai oleh

Agus Prawoto dan merupakan adaptasi dari lembaga serupa

yang berasal dari Austria. Alasan utama peneliti memilih SOS

Children‟s Villages Indonesia Jakarta adalah fokus

pergerakan dari lembaga tersebut. SOS Children‟s Villages

Indonesia cabang Jakarta merupakan suatu lembaga yang

memperjuangkan dan mengakomodasi anak-anak terlantar

dalam memenuhi hak mereka. Lemabaga ini hadir sebagai

jawaban atas fenomena sosial yang terjadi di Indonesia,

khususnya di Jakarta, akibat dari kelalaian pemerintah dalam

penanganan anak terlantar. Kegiatan yang dilakukan oleh

SOS Children‟s Villages Indonesia menitikberatkan pada

pengasuhan berbasis keluarga (Family-Based Care) untuk

anak-anak yang telah kehilangan atau beresiko kehilangan

pengasuhan orang tua. Pengasuhan alternatif berbasis

keluarga berupaya menghadirkan konsep keluarga dan

hubungan emosional yang terbuang seperti layaknya keluarga

pada umumnya. Dalam hal ini, termasuk juga bentuk lain

pengasuhan seperti keluarga asuh (foster care) dan

pengasuhan oleh anggota keluarga yang masih ada (extended

family).

Program-program yang dilakukan oleh SOS

Children‟s Villages Indonesia dibagi menjadi dua kategori

besar, yaitu pengasuhan berbasis keluarga jangka panjang

atau family based care (FBC) dan program penguatan

8

keluarga atau family strengthening program (FSP). FBC

adalah program dimana SOS Children‟s Villages Indonesia

meyakini bahwa Keluarga SOS (SOS Families) sebagai

bentuk pengasuhan berbasis keluarga bertujuan untuk

menciptakan lingkungan keluarga pengganti yang mampu

memberikan pengasuhan yang layak dan aman sehingga

anak-anak bisa mendapatkan kembali kehangatan keluarga

yang penuh perhatian dan masa-masa kanak-kanak yang

menyenangkan. Sedangkan, FSP lebih menekankan pada

keluarga asuh yang dianggap tempat terbaik untuk tumbuh

kembang seorang anak adalah didalam pengasuhan dan

perlindungan keluarganya. Agar keluarga-keluarga tersebut

mampu menyediakan lingkungan yang asah-asih-asuh, stabil,

dan aman, SOS Children‟s Villages Indonesia memberikan

pelayanan dasar langsung kepada anak dan juga

meningkatkan kapasitas orang tuanya.

Desa anak atau Desa Taruna merupakan salah satu

program FBC yang didirikan oleh SOS Children‟s Villages

Indonesia. Desa anak tersebut berjumlah delapan desa yang

tersebar di beberapa wilayah di Indonesia, yaitu di Banda

Aceh, Meulaboh, Medan, Jakarta, Lembang, Semarang, Bali,

dan Flores.Jumlah anak yang diasuh melalui program FBC di

desa anak adalah 1.300 anak. Sedangkan jumlah anak yang

diasuh melalui FSP berada dikisaran 6.500 anak. Berdasarkan

data yang diterima dari pihak lembaga anak terlantar di SOS

Children‟s Village Jakarta sebanyak 160 anak dengan

katagori anak yang dititipkan karena ketidakmampuan orang

9

tua sejumlah 45anak, anak yang ditelantarkan (dibuang)

sejumlah 50 anak, dan juga anak hasil temuan atau dititipkan

dari pihak luar seperti pihak kepolisian atau orang lain

sejumlah 65 anak. Pemenuhan kebutuhan dalam melakukan

program dan mengelola kelembagaan, dibutuhkan biaya lebih

dari 30 Milyar Rupiah per tahun. Sebagai lembaga sosial

nirlaba, dana tersebut didapatkan melalui donasi atau bantuan

dari pihak luar, seperti masyarakat, perusahaan, maupun

lembaga sosial lainnya.

Pada penelitian ini, peneliti berfokus pada peran SOS

Children‟s Villages Indonesia serta program-program yang

dilakukan untuk pemenuhan hak anak terlantar di Indonesia.

Penelitian ini berangkat dari fenomena sosial yang sering

ditemui di Indonesia, yakni anak terlantar. Kita dapat dengan

mudah menemui anak terlantar di jalanan dimana pun, baik di

pedesaan, kota kecil, maupun kota besar. Walaupun

pemerintah telah mengeluarkan regulasi-regulasi yang

berkaitan dengan anak terlantar, namun implementasi dari

kebijakan tersebut belum berjalan dengan optimal, sehingga

peran tersebut diambil alih oleh lembaga sosial.

Peneliti tertarik untuk mengkaji bagaimana peran yang

dilakukan oleh SOS Children‟s Villages Indonsia dalam

menangani pemenuhan hak anak terlantar di Jakarta.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, pneliti tertarik

untuk mengkaji lanjut masalah tersebut dalam bentuk skripsi

dengan judul “Peran SOS Children’s Villages Indonesia

dalam pemenuhan hak anak terlantar di Indonesia”.

10

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah merupakan usaha untuk

menetapkan batasan-batasan masalah penelitian yang akan

diteliti. Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih

terfokuskan dan terarah pada satu masalah dan untuk

mempermudah dalam penelitian, maka peneliti

memfokuskan dan membatasi masalah ini pada peran

SOS Children‟s Villages Indonesia dalam melakukan

pemenuhan hak anak terlantar di Cibubur.

2. Rumusan Masalah

Perhatian dan kasih sayang sangat dibutuhkan

setiap anak agar tumbuh kembangnya menjadi lebih baik

dan optimal. Akan tetapi, tidak semua anak memperoleh

hal tersebut, seperti anak terlantar. Oleh karena itu

lembaga sosial hadir dengan nilai dan program yang

dibawa untuk mengakomodasi hak anak terlantar dalam

mendapatkan pengasuhan dan kebutuhan hidup sehari-

hari. Sehubungan dengan hal tersebut, maka rumusan

masalah yang hendak dijawab melalui penelitian ini

adalah: Bagaimana peran SOS Children’s Villages

Indonesia dalam pemenuhan hak anak terlantar di

Cibubur?

11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran SOS

Children‟s Villages Indonesia dalam mengakomodasi

pemenuhan hak anak terlantar yang dilakukan melalui

program pengasuhan berbasis keluarga di desa anak yang

didirikan. Melalui pendekatan tentang peran lembaga

sosial nirlaba, penelitian ini mampu menjelaskan

bagaimana tujuan program dapat tercapai. Penelitian ini

juga menjelaskan secara singkat mengenai relasi antara

aktor-aktor yang terlibat, yaitu Negara, anak terlantar, dan

lembaga sosial.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian bagi peneliti adalah penelitian

ini diharapkan mampu mengembangkan wawasan yang

telah didapatkan sebelumnya, khususnya mengenai

konteks pergerakan lembaga sosial yang melakukan

akomodasi terhadap anak terlantar untuk memperoleh

pengasuhan.

Secara akademis penelitian ini diharapkan mampu

memberikan gambaran tentang fenomena anak terlantar,

dimana negara tidak menjalankan perannya dengan baik,

sehingga lembaga sosial hadir sebagai fasilitator.

Beberapa penelitian terdahulu terbilang telah membahas

peran lembaga sosial sebagai fasilitator bagi anak terlantar

di Indonesia secara umum dan luas, namun tidak

12

ditemukan secara spesifik yang membahas tentang SOS

Children‟s Villages Indonesia.

Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan bisa

menambah perbendaharaan wawasan terkait pergerakan

lembaga sosial yang mengakomodasi hak anak terlantar

berdasarkan teori yang bisa dan telah diuji kebenarannya,

sehingga bisa dijadikan referensi atau acuan untuk

penelitian selanjutnya.

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini tidak lepas kaitannya dengan beberapa

penelitian terkait yang telah dibahas sebelumnya sebagai

bahan pertimbangan dan kajian. Adapun hasil-hasil penelitian

terdahulu yang dijadikan perbandingan tersebut tidak terlepas

dari tema penelitian, yakni peran SOS Children‟s Villages

dalam memberikan pengasuhan anak terlantar. Adapun

beberapa tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian

ini diantaranya yaitu;

1. Nama : Achmad Kamal Firdaus

NIM : 1110054100023

Judul : Implementasi Pola Pengasuhan Anak

Berbasis Keluarga di Save Our Soul (SOS) Children

Villages Desa Taruna Jakarta (Studi Kasus Keluarga

Dampingan Save Our Soul (SOS) di Desa

Tegallangkap, Bogor)

Program Studi : Kesejahteraan Sosial

13

Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan

tahun 2015, dipaparkan mengenai implementasi program

pengasuhan anak terlantar berbasis keluarga yang dilakukan

oleh SOS Children‟s Villages Indonesia Desa Taruna Jakarta

melalui keluarga dampingan di Bogor dan studi komparatif

terhadap program pengasuhan anak yang dilakukan di panti

asuhan dimana ditemukan beberapa perbedaan yang cukup

signifikan dari dua pihak tersebut.

2. Nama : Chandra Wulan

NIM : 12/328760/SP/25135

Judul : Peran SOS Children‟s Villages dalam

Memenuhi Hak Keamanan dan Pendidikan Anak

Korban Perang Suriah

Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UGM

Jogjakarta, 2017

Penelitian mengenai SOS Children‟s Villages juga

dilakukan oleh Chandra Wulan tahun 2017. Penelitian ini

berfokus pada peran SOS Children‟s Villages dalam

memenuhi hak keamanan dan pendidikan anak korban Perang

Suriah. Perang Suriah adalah konflik yang mengakibatkan

ratusan ribu korban tewas dan jutaan manusia terlantar

termasuk diantaranya adalah anak-anak. Anak-anak tersebut

beresiko terkena dampak dari serangan dan kejahatan

kemanusiaan yang dilakukan oleh pasukan bersenjata.Oleh

14

karena itu, lembaga sosial hadir untuk membantu

mengamankan anak-anak tersebut dari dampak langsung

ataupun tidak langsung atas konflik kemanusiaan yang terjadi

di Suriah.

Dilihat dari dua penilitian tersebut dapat ditarik

kesimpulan bahwa perbedaan yang ditemui dengan penelitian

yang dilakukan oleh peneliti adalah fokus kajian dan lokasi

penelitian. Pada penelitian pertama, fokus kajiannya adalah

implementasi program pengasuhan anak berbasis keluarga

yang berlokasi di Bogor. Sedangkan penelitian kedua

berfokus pada peran lembaga sosial dalam memenuhi hak

keamanan dan pendidikan anak yang berlokasi di Suriah.

Adapun penelitian ini berfokus pada peran lembaga sosial

dalam memenuhi hak anak terlantar di Indonesia. Persamaan

penelitian ini dengan kedua penelitian sebelumnya tersebut

adalah lembaga sosial yang menjadi fokus penelitian, yakni

SOS Children‟s Villages.

Tinjauan pustaka selanjutnya juga berkaitan dengan

pemenuhan hak-hak anak terlantar yang menjadi tanggung

jawab pemerintah, serta peran lembaga-lembaga sosial yang

telah berkontribusi dalam pemenuhan hak-anak terlantar.

Beberapa penelitian tersebut diantaranya yaitu;

3. Nama : Rizka Azizah Siregar

NIM : 12/328760/SP/25135

15

Judul : Pemenuhan Hak Pemeliharaan Anak

Terlantar di Kota Medan (Studi di Dinas Sosial Kota

Medan)

Program Studi : Ilmu Hukum/ Hukum Perdata

Fakultas : Hukum, Universitas Muhammadiyah

Sumatera Utara, 2019

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan

bahwa hak pemeliharaan anak terlantar pada Dinas Sosial

Kota Medan sampai saat ini sudah terpenuhi dalam arti bahwa

pemenuhannya belum secara keseluruhan, penanganan yang

dilakukan masih dengan cara dititipkan kepada panti asuhan

untuk memenuhi segala kebutuhannya. Tanggung jawab yang

diberikan Dinas Sosial Kota Medan dengan cara membantu

penanganan anak terlantar, menjalankan proses pemeliharaan

anak terlantar yang akan dititipkan kepada panti asuhan serta

membantu dan memfasilitasi panti asuhan. Namun, masih

terdapat hambatan pada Dinas Sosial Kota Medan dalam

memenuhi hak pemeliharaan anak terlantar di Kota Medan

diantaranya masih kurangnya tempat, biaya, dan sumber daya

manusia (SDM).

4. Nama : Khoirunnisa, Edith Ratna, dan Irawati

Judul : Perlindungan Hukum Anak Terlantar

Atas Hak Anak Mendapatkan Jaminan Kesehatan

Jurnal : NOTARIUS, Volume 13 Nomor 2, 2020.

E-ISSN:2686-2425 ISSN: 2086-1702

16

Hasil penelitian ini menggambarkan fenomena anak

jalanan berhubungan dengan masalah-masalah lain, baik

secara internal maupun eksternal, seperti ekonomi, psikologi,

sosial, budaya, lingkungan, pendidikan, agama, dan keluarga.

Tidak tuntasnya penanganan anak jalanan selama ini

disebabkan karena beberapa hal yaitu program penanganan

anak jalanan yang selama ini dilakukan cenderung hanya

bersifat parsial, tidak tepat sasaran, kurang sinergisnya

penyelenggara penanganan anak jalanan baik di internal

pemerintah maupun antara pemerintah dengan stakeholder

lainnya (rumah singgah,swasta, Lembaga Swadaya

Masyarakat). Beberapa masalah yang paling mendasar yang

dialami oleh anak terlantar adalah kesehatan dan pendidikan.

Pemerintah wajib menyelenggarakan upaya kesehatan yang

komprehensif bagi anak. Pasal 1 angka 2 (Peraturan Menteri

Sosial Nomor 21 Tahun 2013 tentang Pengasuhan Anak)

menjelaskan bahwa pengasuhan anak adalah upaya untuk

memenuhi kebutuhan akan kasih sayang, kelekatan,

keselamatan, dan kesejahteraan yang menetap dan

berkelanjutan demi kepentingan terbaik anak, yang

dilaksanakan baik oleh orang tua atau keluarga sampai derajat

ketiga maupun orang tua asuh, orang tua angkat, wali serta

pengasuhan berbasis residensial sebagai alternatif terakhir.

Apabila anak didapati di jalanan tanpa memiliki keluarga

yang dapat dihubungi atau dituju, petugas yang berwenang

akan membawanya ke panti sosial sementara dimana akan

dilakukan pendataan dan assesment terhadap anak. Lalu anak

17

diberi pembinaan baik fisik, spiritual dan sosial selama

kurang lebih 1 bulan.

5. Nama : Anna Syahra dan Mulati

Judul : Aspek Hukum Tangung Jawab Negara Terhadap

Perlindugan Anak Terlantar Ditinjau Dari Pasal 34

Ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

Jurnal : Hukum Adigama, Universitas Tarumanegara,

2020

Pada penelitian ini memfokuskan pada kondisi anak-

anak terlantar di Indonesia yang masih menunjukkan jumlah

sangat besar, artinya terdapat masalah dalam sistem

penanganan anak-anak terlantar yang digunakan oleh

pemerintah untuk memenuhi hak-hak para anak terlantar.

Sebagai suatu peraturan yang mengamanatkan pemerintah

untuk memenuhi hak-hak anak terlantar serta melindungi dan

merawat para anak terlantar, kendala yang dihadapi

pemerintah. Kendala tersebut muncul dari banyak faktor,

seperti regulasi, integrasi antar lembaga yang terkait dengan

anak terlantar, dana, dan keterlibatan masyarakat tidak

dimanfaatkan oleh pemerintah. Hambatan itu sendiri

menyebabkan pemerintah tidak dapat melaksanakan

kewajiban untuk memenuhi dan melindungi hak-hak anak

terlantar secara efektif dan sempurna.

6. Nama : Eko Setiawan, Nurliana Cipta Apsari, dan

Santoso Tri Raharjo

18

Judul : Pengangkatan Anak Balita Telantar pada

Panti Pelayanan Sosial Anak

Jurnal : Sosio Informa Vol. 5, No. 01, Januari-April,

Tahun 2019

Instansi : Kementerian Sosial

Dari hasil penelitian ini menjelaskan bahwa setiap

anak memiliki hak untuk tinggal dalam lingkungan

pengasuhan keluarga, namun apabila hal itu tidak dapat

terwujud maka alternatif terakhir adalah dengan pengasuhan

di dalam panti. Anak yang terlalu lama berada dalam asuhan

panti, terdapat efek negatif yang ditimbulkan sehingga perlu

dilakukan perencanaan permanensi salah satunya melalui

pengangkatan anak. Penelantaran anak mengakibatkan

pemenuhan kebutuhan anak dan hak-hak anak tidak terpenuhi

secara layak sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak

menjadi terganggu serta kesejahteraan anak tidak tercapai.

Penanganan terhadap anak telantar dapat melalui pelayanan

sosial anak berbasis panti. Pelayanan terhadap anak telantar

bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan anak. Upaya lain

untuk mewujudkan kesejahteraan anak balita telantar dapat

dilakukan melalui pengangkatan anak.

7. Nama : Nur Syafni

NIM :

Judul : Bentuk Pelayanan Sosial pada Panti

Sosial Anak Remaja Nusa Putera dalam

Mengembalikan Keberfungsian Sosial Anak

19

Program Studi : Ilmu Kesejahteraan Sosial

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara, 2020

Dari penelitian yang telah dilakukan terkait dengan

proses perencanaan program dan pelaksanaan program sudah

sesuai dengan teori pendekatan metode pekerjaan sosial, dan

anak sudah mengalami perubahan dalam hidupnya setelah

tinggal dipanti, yang jadi masalah adalah setelah anak

dikembalikan ke dinas sosial kabupaten/kota, ada yang tetap

diberdayakan, dan ada yang dibiarkan begitu saja, tetapi

keberfungsian sosial anak itu hanya tergantung kepada si anak

binaan itu sendiri, karena Panti Sosial Anak Remaja Nusa

Putera sudah memberikan pertolongan terbaik dari program

pelayanan sosial yang terbaik, dan untuk merubah kehidupan

anak dan keluarga itu kembali kepada diri mereka sendiri.

8. Nama : Mursyid Djawas dan Riska Fajrina

Judul : Efektifitas Lembaga Perlindungan Anak

Terlantar: Studi pada Panti Asuhan Suci Hati di

Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat.

Jurnal : Samarah: Jurnal Hukum Keluarga dan Hukum

Islam Volume 3 No. 2. Juli-Desember 2019. ISSN:

2549 – 3132; E-ISSN: 2549 – 3167

Berdasarkan hasil penelitian ini, lembaga Panti

Asuhan Suci Hati Meulaboh telah mencapai efektif (berhasil)

secara umum dalam memenuhi kebutuhan dan melindungi

anak terlantar seiring bergantinya pimpinan lembaga. Dalam

20

Islam, hak anak merupakan kewajiban dari Allah SWT.

Maka, orang tua, masyarakat, dan pemerintah yang mampu

menjalankannya akan mendapatkan ganjaran pahala dari

Allah SWT. Adapun yang mengabaikannya akan diberikan

kesulitan di dunia dan akhirat kelak. Penulis menyarankan

bagi semua pihak yang berkaitan dalam melindungi anak agar

lebih memperhatikan anak-anak yang ada di lembaga panti

asuhan, terutama dalam memberikan kasih sayang dan

pemenuhan kebutuhan seharihari terhadap anak terlantar demi

meningkatkan kesejahteraan anak.

9. Nama : Hendrikus Putra Cromain

Judul : Pemenuhan Hak Konstitusional Akta

Kelahiran Bagi Anak Terlantar di Kota Surabaya

ditinjau dari Undang-Undang Perlindungan Anak.

Jurnal : Sepientia Et Virtus, Vol 5 Nomor 1. 2020

Hasil dari penelitian ini yaitu meberikan pandangan

terkait peraturan pada pasal yang perlu diperhatikan atau

ditinjau kembali dalam melakukan pemenuhan hak

konstitusional akta kelahiran anak terlantar serta memberikan

perhatian dan tindakan ekstra yaitu melakukan sosialisasi

pada tata cara atau proses pengajuan, pengurusan, dan

pendaftaran akta kelahiran secara online dari pihak

pemerintah kota terhadap LKSA di Kota Surabaya.

21

10. Nama : Hanifah Afnan Zuhron

Judul Peran SOS Children‟s Villages dalam Memenuhi

Hak Keamanan dan Pendidikan Anak Korban Perang

Suria Pemenuhan Hak Anak Terlantar Melalui

Rehabilitasi Sosial

Program Studi : Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan

Fakultas : Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta,

2020.

Temuan penelitian ini menunjukan bahwa (1)

Pemenuhan hak anak terlantar di SOS Children‟s Village

Indonesia dapat dilihat melalui kebutuhan utama manusia

yang meliputi 3 unsur yakni pemberian makan 3 kali sehari

dengan mengacu pada nutrisi anak, serta pemberian pakaian

dan tempat tinggal yang layak. (2) Implementasi rehabilitasi

sosial di SOS Children‟s Village Indonesia dilakukan dengan

pembagian pembinaan anak mampu didik, mampu latih, dan

mampu rawat dalam bentuk kegiatan fungsional harian di

sekolah dan art theraphy dengan tujuan utama meningkatkan

kemandirian anakanak asuh. Tahapan pembinaan meliputi;

identifikasi, asesmen, penentuan target anak, pelaksanaan,

dan evaluasi. (3) Keterlibatan pemerintah daerah Kota

Tangerang Selatan yang dalam penelitian ini Dinas Sosial

berupa hubungan secara struktural dan pemberian bantuan

bahan makanan sebesar dua ribu lima ratus rupiah untuk satu

anak dalam satu hari. Implikasi dari penelitian ini

menunjukkan bahwa dalam upaya memenuhi hak dan

22

kebutuhan anak-anak disabilitas yang ditelantarkan dapat

ditinjau dari hak dasar apa yang telah diberikan kepada anak-

anak tersebut. Kebutuhan yang dimaksud dapat mengacu pada

teori hierarki kebutuhan maslow sebagai acuan unsur apa saja

yang sudah ataupun belum didapatkan oleh sang anak.

E. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian

kualitatif. Metode ini dinilai mampu memberikan

pemaparan yang baik terhadap fenomena serta realita

yang ada. Penelitian kualitatif mengandung pengertian

adanya upaya penggalian dan pemahaman pemaknaan

terhadap apa yang terjadi pada berbagai individu maupun

kelompok, yang berasal dari persoalan sosial (Creswell,

2014:4). Melalui pendekatan kualitatif akan terungkap

gambaran mengenai aktualisasi, realitas sosial, dan

persepsi sasaran penelitian. Penelitian kualitatif

dimaksudkan untuk memahami perilaku manusia, dari

kerangka acuan pelaku sendiri, yakni bagaimana pelaku

memandang dan menafsirkan kegiatan dari segi

pendiriannya. Peneliti berusaha memahami dan

menggambarkan apa yang dipahami dan digambarkan

subjek penelitian (Gunawan, 2013: 80-82).

23

2. Jenis Penelitian

Metode penelitian kualitatif memiliki beberapa

jenis bentuk, dan metode penelitian yang digunakan pada

penelitian ini adalah studi kasus. Secara umum, studi

kasus dapat didefinisikan sebagai metode atau strategi

penelitian dan sekaligus hasil suatu penelitan pada kasus

tertentu.

Metode studi kasus adalah penelitian mengenai

subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase

spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas

(Maxfield, 1930:118). Subyek penelitian bisa berupa

individu maupun kelompok. Hasil penelitian studi kasus

adalah suatu generalisasi pola-pola kasus yang tipikal dari

individu, kelompok, lembaga, dan sebagainya.

Sedangkan, ruang lingkupnya dapat mencakup segmen

atau bagian tertentu atau mencakup keseluruhan siklus

kehidupan, baik dengan penekanan terhadap faktor-faktor

kasus tertentu, maupun meliputi keseluruhan faktor-faktor

dan fenomena-fenomena (Nazir, 1999:67).

Sementara itu, studi kasus adalah strategi yang

lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian

berkenaan dengan “bagaimana” atau “mengapa”, atau

jika peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk

mengontrol peristiwa peristiwa yang akan diselidiki,

bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena

kontemporer di dalam konteks kehidupan nyata (Yin,

2001:1).

24

Artinya, metode penelitian studi kasus cocok

dengan tema penelitian ini yang berusaha memaknai

peran komunitas terhadap suatu fenomena, yaitu

pemenuhan hak anak terlantar di Cibubur.

3. Sumber data

Penelitian ini akan mencari sumber data dari

orang-orang yang terkait dalam pelaksanaan program-

program di SOS Children‟s Villages Indonsia, yaitu pihak

lembaga dan pihak penerima layanan. Sumber data terbagi

menjadi dua yaitu:

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil

wawancara oleh pihak-pihak terkait, observasi,

dan dokumentasi.

b. Data Sekunder, yaitu data yang didapatkan dari

berbagai sumber referensi seperti buku-buku,

jurnal, berita, artikel, dan penelitian sebelumnya.

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Cibubur Jakarta

Timur. Hal ini didasari pada banyaknya anak terlantar di

Jakarta serta jumlah anak terlantar yang di kelola oleh

SOS Children‟s Villages Jakarta terbilang cukup besar

yang berjumlah 160 anak. Seluruh kegiatan dan program

yang dilakukan oleh SOS Children‟s Villages Indonesia

cabang Jakarta berpusat di jalan Karya Bakti No. 1,

Cibubur, Ciracas, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus

Ibukota Jakarta.

25

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan

teknik pengumpulan data seperti berikut ini:

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dengan

menggunakan penglihatan yang berarti tidak

mngajukan pertanyaan-pertanyaan. Dalam penelitian

ini peneliti menggunakan observasi partisipan, yaitu

pengamatan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh subjek yang diteliti atau yang diamati,

seolah-olah merupakan bagian dari mereka (Dr.

Irawan Soehartono, 2011: 68-70). Jadi observasi ini,

peneliti akan turun langsung ke lapangan dan ikut

berpatisipasi dalam program yang akan diteliti, yang

nantinya semua aktivitas yang sudah peneliti lakukan

akan dicatat dan diceritakan kembali sebagai penguat

informasi.

b. Wawancara

Wawancara adalah pengumpulan data dengan

mangajukan pertanyaan secara langsung oleh

pewawancara kepada reponden, dan jawaban-jawaban

responden di rekam atau dicatat dengan alat erekam

(tape recorder) (Dr. Irawan Soehartono, 2011: 67-68).

Dalam penelitian ini peneliti akan mewawancarai atau

melakukan tanya jawab dengan beberapa infoman

26

yang terkait dengan program di SOS Children‟s

Villages Indonesia.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik

pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan

kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat

berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi.

Dokumen dapat berupa buku harian, surat pribadi,

laporan, notulen rapat, catatan kasus (case records)

dalam pekerjaan sosial, dan dokumen lainnya (Dr.

Irawan Soehartono, 2011: 70-71). Pada studi

dokumentasi penulis melakukan pengumpulan data,

mempelajari dan memahami beberapa sumber

berbentuk tulisan seperti buku-buku, jurnal, website

dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik

yang sedang diteliti.

6. Teknik Pemilihan Informan

Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan

kualitatif, teknik pemilihan informan adalah hal yang

berkaitan dengan langkah selanjutnya yang akan ditempuh

peneliti untuk mendapatkan data dan informasi. Dalam

penelitian ini penulis memilih untuk menggunakan

prosedur purposif atau purposive sampling. Purposive

sampling adalah salah satu strategi menentukan informan

yang paling umum didalam penelitian kualitatif, yaitu

menentukan kelompok peserta yang menjadi informan

sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan

27

masalah penelitian tertentu (M. Burhan Bungin, 2011:

107-108).

Informan dilipih berdasarkan pertimbangan

tertentu dan dianggap orang-orang yang brkompeten dan

tepat dalam memberikan informasi tentan peran SOS

Children‟s Villages Indonesia dalam pemenuhan hak anak

terlantar. Maka dari itu peneliti memilih informan sesuai

dengan kebutuhan penelitian, informan yang dipilih untuk

diwawancarai adalah sebagai berikut:

Kategori

Narasumber

Nama

Narasumber

Jabatan atau

Status Alasan dan Tujuan

Utama - Pengelola

SOS

Children‟s

Villages

Indonesia

cabang

Jakarta

1. Mengetahui

sejarah dan

program dari SOS

Children‟s

Villages

Indonesia cabang

Jakarta

2. Memahami data

secara

komprehensif

- Ibu Asuh

SOS

Children‟s

Villages

Indonesia

cabang

1. Memahami data

dari sudut

pandang berbeda

2. Untuk mengetahui

kegiatan SOS

Children‟s

28

Jakarta Villages

Indonesia cabang

Jakarta

Pendukun

g

- Anak Asuh 1. Untuk validasi

data

2. Melihat latar

belakangnya

sebagai anak asuh

-

Anak Asuh 1. Untuk validasi

data

2. Melihat latar

belakang sebagai

anak asuh

Tabel 1.1 Teknik Pemilihan Informan

(Sumber: data peneliti, 2018)

7. Teknik Analisis Data

Analisa data adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya kedalam suatu pola, katagori

uraian dasar. Teknik analisis data ini meliputi reduksi

data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan lalu

diverifikasi (Ghony dan Almanshur 2012). Setelah selesai

melakukan analisis yang bersumber dari observasi,

wawancara dan studi dokumentasi maka peneliti akan

membuat sebuah catatan agar dapat dibuat

kesimpulannya. Kemudian setelah itu barulah

dilakukannya penyusunan dan penganalisaan secara

29

sistematis, agar hasilnya pun dapat dipahami oleh diri

sendiri dan orang lain.

8. Kerangka Berpikir

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Anak terlantar adalah anak

yang tidak terpenuhi kebutuhan

secara wajar baik fisik, mental,

spiritual, maupun sosial.

UU RI No. 23 Th 2002, Pasal

1 Ayat (6)

SOS Children‟s Village Indonesia

Program SOS Children‟s

Village Indonesia

Pengasuhan berbasis

keluarga jangka

panjang

Penguatan keluarga

Peran Orang Tua:

Biologi

Sosialisasi

Pendidikan

Rekreasi

Keagamaan

Terciptanya lingkungan keluarga

pengganti untuk anak terlantar

30

9. Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian

ini, maka dilakukan dengan triangulasi sumber,

diantaranya sebagai berikut:

a. Peneliti akan membandingkan hasil wawancara

dengan hasil pengematan.

b. Membandingkan berbagai pendapat dan

pandangan yang ada, contohnya seperti

membandingkan jawaban yang diberikan oleh

penerima layanan atau orang tua klien, dengan

jawaban dari pihak lembaga.

F. Pedoman Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menerapkan

sistematika penulisan karya ilmiah sesuai dengan Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Dan Disertasi) yang

dibuat oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah

diperbaharui pada tahun 2017.

G. Sistematika Penulisan

Untuk lebih mempermudah dalam memahami secara

menyeluruh mengenai penelitian ini, maka secara sistematis

penulisannya dibagi menjadi enam bab dan terdiri dari

beberapa sub bab. Dan dibuatlah sistematika penulisannya

seperti berikut ini:

BAB I PENDAHULUAN berisikan Latar Belakang

Masalah, Pembatasan dan Rumusan Masalah,

Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka,

Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

31

BAB II LANDASAN TEORI Bab yang berisikan teori

yang melandasi pemikiran dalam menganalisa data-

data yang sudah terkumpul. Landasan teori yang

digunakan merupakan teori-teori yang berkaitan

seperti pengertian efektivitas, pengertian program,

pengertian efektivitas program, pengertian parenting

skill, dan pengertian perkembangan kemandirian.

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

Bagian ini berisi tentang data kelembagaan seperti

data geografis, historis, visi dan misi lembaga, profil

lembaga, struktur organisasi, program yang

dijalankan, relasi dengan pihak lain, pendanaan

lembaga, sarana dan prasarana.

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Bentuk

analisa tentang efektivitas program parenting skill

dalam perkembangan kemandirian anak penderita

autisme di Yayasan Baik.

BAB V PEMBAHASAN Berisikan uraian pembahasan

mengenai permasalahan yang diangkat dalam

penelitian ini.

BAB VI PENUTUP Dalam bab ini akan ditarik kesimpulan

dari hasil penelitian yang telah didapat, dan

disertakan saran-saran sebagai bentuk dari hasil

penelitian.

32

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Peran Lembaga Sosial

1) Pengertian Peran

Peran menurut Soerjono Soekanto yaitu aspek yang

berubah-ubah dari suatu kedudukan (status). Peran dapat pula

diartikan sebagai hal yang meliputi norma-norma yang

dihubungkan dengan kedudukan masyarakat atau disebut

sebagai perilaku dari satu individu di mana hal tersebut

adalah aspek penting dalam struktur sosial masyarakat

(Soekanto 1999, 243).

Ada 4 (empat) istilah dalam teori peran yang

diungkapkan oleh Biddle dan Thomas dalam Sarlito Sarwono,

yaitu: (Sarwono, 1998, 215).

1. Beberapa orang yang mengambil bagian dalam

interaksi sosial

a. Orang yang melakoni atau menjalankan suatu

peran disebut Aktor/pelaku.

b. Sedangkan orang lain yang ada dalam lingkungan

aktor yang memiliki hubungan untuk dapat

dipengaruhi perilakunya dapat dissebut Target/

sasaran.

33

2. Perilaku yang timbul dalam proses interaksi tersebut

a. Harapan (Expectation)

Harapan dalam peran yaitu sesuatu yang

diharapkan oleh lingkungan yang dijalankan oleh

seseorang yang dimiliki orang tertentu.

b. Norma (Norm)

Norma dalam peran adalah sesuatu yang

dibentuk dengan kesepakatan dan digunakan untuk

mengatur prilaku tertentu yang diharapkan oleh

masyarakat, harapan yang dimaksud terbagi

menjadi 2 (dua) menurut Biddle dan Thomas,

yaitu:

a) Harapan tersirat yaitu harapan yang tetap ada

meskipun tidak terucap.

b) Harapan tersurat yaitu harapan-harapan yang

terucap.

c. Wujud Perilaku (Performance)

Peran diwujudkan melalui perilaku aktor.

Tetapi juga akan berbeda-beda peran yang

ditampilkan d alam masyarakat antara satu aktor

dan aktor yang lainnya.

d. Penilaian dan Sanksi (Evaluation and Sanction)

Penilaian dan sanksi dua hal yang dapat

diperoleh dari orang di luar aktor atau pemeran.

Penilaian dapat menjadi baik apabila peran yang

dijalankan oleh pemeran atau aktor sesuai dengan

apa yang diharapkan, begitu sebaliknya akan

34

menjadi tidak baik apabila peran yang dijalankan

tidak sesuai dengan harapan.

Sedangkan sanksi dapat diberikan kepada

pemeran atau aktor yang tidak melakukan atau

mnjalankan peran sesuai dengan yang diharapkan.

2) Pengertian Lembaga Sosial

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi

lembaga sosial adalah sebagai kumpulan dari berbagai cara

berperilaku yang diakui masyarakat untuk mengatur

hubungan (Soemardjan dan Soemardi 2015, 103).

Sedangkan menurut Gillin dalam Selo Soemardjan

dan Soelaeman Soemardi lembaga sosial mempunyai ciri

umum, yaitu: (Soemardjan dan Soemardi 2015).

1. Merupakan organisasi pola pemikiran dan pola

perilaku yang terwujud dalam masyarakt. Lembaga

sosial terdiri dengan norma-norma, kebiasaan, adat

istiadat, dan tata kelakuan yang tergabung dalam

keeharmonisan yang satu padu.

2. Mempunyai tujuan bersama dan kelengkapan alat

untuk mencapai tujuan bersama dari lembaga sosial.

3. Mempunya logo atau lambang.

4. Mempunyai peraturan tertulis dan tidak tertulis yang

dapat membedakan antara lembaga yang satu dengan

lembaga lainnya.

5. Mempunyai system kepercayaan dan tindakan-

tindakan yang akan membentuk ssuatu lembaga

setelah melewati waktu yang cukup lama.

35

Selain mempunyai ciri-ciri umum suatu lembaga

sosial juga mempunyai komponen-komponen, yaitu:

(Gunawan 2000, 93).

1. Mempunyai norma sosial yang dijadikan sbagai

pedoman perilaku.

2. Organisasi sosial yang dapat menaungi

penyelenggaraan pemenuhan kebutuhan masyarakat.

3. Memiliki anggota-anggota pelaksana.

Mengacu pada definisi dan penjelasan terkait dengan

peran dan layanan sosial yang telah disebutkan di atas, maka

pemaknaan peran lembaga sosial dalam penelitian ini

mengacu pada penjelasan beberapa ahli tersebut. Soerjono

Soekanto (1999, 243) memaknai peran sebagai hal yang

meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan kedudukan

masyarakat atau disebut sebagai perilaku dari satu individu di

mana hal tersebut adalah aspek penting dalam struktur sosial

masyarakat

Selanjutnya Soemardjan dan Soemardi (2015)

menjelaskan bahwa lembaga sosial terdiri dengan norma-

norma, kebiasaan, adat istiadat, dan tata kelakuan yang

tergabung dalam keeharmonisan yang satu padu. Selanjutnya

Gunawan (2000, 93) juga menjelaskan bahwa lembaga sosial

mempunyai norma sosial yang dijadikan sebagai pedoman

perilaku yang dapat menaungi penyelenggaraan pemenuhan

kebutuhan masyarakat.

Dari bebrapa penjelasan tersebut, maka peran lembaga

sosial dalam penelitian ini berkaitan dengan norma-norma,

36

perilaku atau aktivitas sosial, dan kebiasaan yang menjadi

satu kesatuan serta menjadi acuan ataupun pedoman dalam

menjalankan berbagai kegiatan ataupun program lembaga

sosial dalam menjawab atau memenuhi kebutuhan di

lingkungan masyarakat.

2. Teori Perkembangan Anak

1) Pengertian Perkembangan Anak

Pertumbuhan dan perkembangan seperti yang

dijelaskan Arvin dan Kliegman (2000:34) merupakan dua

istilah yang berbeda tapi keduanya saling berkaitan antara

satu dengan yang lainnya. Istilah pertumbuhan lebih mengacu

kepada perubahan fisik yang dapat diukur secara kuantitatif,

sedangkan perkembangan bersinambungan dengan

peningkatan kompleksitas fungsi dan kemajuan dalam

keterampilan

Perkembangan anak sendiri ialah segala bentuk

perubahan yang terjadi pada diri anak dan dapat dilihat dari

berbagai aspek seperti: fisik (motorik), emosi, kognitif dan

psikososial (bagaimana anak berinteraksi dengan

lingkungannya) (Harlimsyah, 2007:27).

Menurut Reni Akbar Hawadi (Desmita, 2014:9),

perkembangan secara luas yang dimengerti sebagai

keseluruhan proses perubahan potensi yang dimiliki

seseorang atau individu diwujudkan dalam bentuk kualitas

kemampuan, sifat, dan ciri-ciri yang baru. Perkembangan juga

37

mencakup konsep usia, yang dimulai dari ketika pembuahan

dan yang akan berakhir pada kematian.

Adapula menurut Zein dan Suryani (2005:15)

perkembangan merupakan perubahan-perubahan psiko, fisik

sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan

fisik pada anak didukung olh faktor lingkungannya dan proses

belajar pada masa waktu tertentu menuju kedewaaan.

Sedangkan Menurut Susanto (2011:32) perkembangan anak

merupakan perubahan yang bersifat psikis atau mental yang

terjadi secara bertahap untuk menyempurnakan fungsi

psikologis yang diwujudkan dalam kematangan organ jasmani

dari kemampuan yang kecil menjadi kemampuan yang lebih

besar, seperti contoh: kecerdasan, sikap, dan tingkah laku.

Susanto (2011:32) menjelaskan bahwa perkembangan

anak memiliki beberapa aspek, yaitu:

1. Perkembangan Kemampuan Kognitif

Kemampuan kognitif ialah kemampuan anak

untuk berfikir lebih rumit atau kompleks serta melakukan

penalaan dan juga pemecahan masalah (Khodijah,

2016:32).Perkembangan kognitif juga memiliki beberapa

tahapan, yaitu:

a. Stadium Sensorimotorik (0-2 tahun)

Stadium ini mempunyai karakteristik yang

sebagaimana anak mampu mengenali diri dan

memahami bahwa ia sebagai pelaku suatu tindakan

dan mulai mampu bertindak dengan sengaja, misal

38

dengan mendorong mainannya agar bias jalan atau

bergerak.

b. Stadium Praoprasional (2-7 tahun)

Memiliki karakterisktik yang bagaimana anak

sudah belajar menggunakan bahasa dan

mempresentasikan objek atau sasaran dengan kata-

kata dan cerita. Di lain itu, anak masih mempunyai

pemikiran yang egosentrik, yang artinya anak

mengalami kesulitan dalam memandang dari sudut

pandang orang lain.

c. Stadium Operasional Konkret (7-11 tahun)

Memiliki karakter yang mana anak sudah

dapat berpikir secara logis tentang sasaran atau objek

dan kejadian.Anak pun sduah mampu membeda-

bedakan objek menurut beberapa ciri dan mampu

mengurutkannya secara serial mengikuti dimensi

tunggal, seperti ukuran.

d. Stadium Operasional Formal (11 tahun keatas)

Memiliki karakter yang mana anak sudah

dapat berpikir secara logis tentang masalah abstrak

dan menguji hipotesis secara sitematik (Qudsyi, 2010:

91) (Qudsyi, 2010:91-111).

2. Perkembangan Sosial

Dalam hal ini perkembangan sosial ditandai

dengan adanya pencapaian kematangan atau kesiapan

dalam interaksi sosialnya, dimana dia dapat bergaul, serta

beradaptasi dengan lingkungannya dan menyesuaikan diri

39

terhadap norma-norma kelompok. Menurut Hurlock ada

tiga proses sosialisasi yang saling berhubungan satu sama

lain agar individu dikatakan mampu bermasyarakat

(Rachmawati, 2014:17).

Proses sosial tersebut, ialah:

a. Belajar memainkan peran sosial yang ada di

lingkungan masyarakat.

b. Belajar bertingkah laku dengan cara yang mudah

diterima masyarakat.

c. Mengembangkan tingkah laku sosial/ sikap

terhadap individu lain dan aktivitas sosial yang

terdapat pada lingkungan masyarakat.

3. Perkembangan Emosional

Emosi adalah suatu kondisi yang kompleks, dapat

berupa perasaan ataupun getaran jiwa yang terlihat dengan

perubahan biologis yang akan muncul menyertai

terjadinya suatu perilaku. Dasar pengembangan emosi

pada anak akan dimulai pada umur anak usia 6 bulan,

dimana emosi dasar dapat berupa rasa marah, sedih,

senang, serta takut. Perkembangan emosi pada anak usia

dini juga memiliki beberapa tahapan, yaitu:

a. Tahap trust vs mistrust (Percaya vs tidak percaya)

Tahap ini mulai berkembang ketika bayi itu

lahir sampai berjalan 18 bulan, dimana bayi itu harus

mendapatkan kasih sayang dari orang tua maupun

peengasuhnya, begitu pula kebutuhan fisik ataupun

emosinya harus terpenuhi juga. Apabila bayi

40

dibesarkan dalam lingkungan yang seperti itu, maka

akan timbul rasa percaya dan aman pada

lingkungnnya, serta dapat terbentuknya perkembangan

emosi yang sehat pula.

b. Tahap autonomy vs shame/doubt (kemandirian vs

malu/ragu)

Berkembangnya tahap ini pada usia 18 bulan

hingga 3,5 tahun, dimana seorang anak harus merasa

mampu melakukan sesuatu dan merasa mereka unik

(dengan semua kelebihannya) sebagai seorang

individu. Tetapi apabila orang tua atau keluarga terlalu

membatasi bahkan banyak melarangnya, maka anak

akan mempunyai rasa malu dan ragu tentang

kemampuan dirinya. Baiknya anak dibiarkan bebas

melakukan yang dia inginkan, bebas bereksperimen

dan bereksplorasi walaupun tetap harus dalam

pengawasan orang tua agar terhindarnya dari hal-hal

yang membahayakan bagi dirinya.

c. Tahap initiative vs guilt (inisiatif vs merasa

bersalah)

Tahapan ini berkembang diantara usia 3,5

tahun sampai 6 tahun, yangmana seorang anak dengan

perkembangan emosi yang baik pada tahapan-tahapan

sebelumnya, mempunyai potensi untuk berkembang

kearah yang positif, yang ditandai olh anak yang

penuh dengan kreativitas; mmpunyai antusias dalam

melakukan sesuatu, aktif bereksperimen, berani

41

mencoba, berimajinasi, berani mengambil risiko, dan

mudah atau senang bergaul dengan teman-temannya.

d. Tahap industry vs inferiority (berkarya/etos kerja

vs minder)

Tahap ini dimulai pada saat usia 6 tahun

hingga 10 tahun, dimana masa ini adalah masa atau

tahap yang paling kritis bagi anak untuk

mengembangkan kepercayaan dirinya bahwa mereka

mampu untuk bereksprimen atau berkarya dan

bereksplorasi.

4. Perkembangan Bahasa

Kemampuan berbahasa sudah dimulai sejak bayi

yang mana bayi dapat merespon dengan cara menangis

dan tersenyum. Dengan berjalannya waktu perkembangan

anak mengenal kata-kata maupun kalimat sehingga dapat

bercerita dan juga mendengarkan cerita. Adapun tahapan-

tahapan penguasaan bahasa pada masa anak-anak menurut

Hetherington, yaitu:

a. Usia 36-48 bulan:

1) Kalimat bertanya, kalimat perintah, kalimat

negatif, dan menggunakan prtanyaan

„ya/tidak‟.

2) Menggunakan klausa untuk penekanan suatu

kalimat yang dimaksud.

3) Mengkoordinasikan kalimat-kalimat dengan

menggunakan preposisi.

4) Memiliki kosa kata sekitar 1000 kata.

42

b. Usia 48-50 bulan:

1) Menggunakan aturan umum dalam

brkomunikasi.

2) Meenggunakan kata-kata perumpamaan dan

humor.

c. 5 tahun ke atas:

1) Menggunakan hubungan kata yang kompleks

atau dengan satuan kata lain yang lebih besar.

2) Pada tahapan ini kosakata mencapai 14.000.

3) Peerkembangan kesadaran metalinguistik

(kesadaran untuk belajar tentang fungsi bahasa

yang benar) (Iis, 2017:123-124).

5. Perkembangan nilai religius

Perkembangan pada nilai keagamaan terhadap

anak adalah proses yang dilewati oleh individu atau

seseorang untuk mengenal Tuhan-Nya. walaupun

seseorang dilahirkan dalam keadaan lemah psikis maupun

fisik, ia telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat

laten yaitu fitrah kebragamaan (Rahardjo dan Daryanto,

2012:27-28). Ada beberapa proses yang harus dilalui

dalam proses perkembangan nilai keagamaan menurut

Jalaluddin (1996:66) yaitu:

a. The Fairy Tale Stage (Tingkat Dongeng)

b. The Realistic Stage (Tingkat Kenyataan)

c. The Individual Stage (Tingkat Individu)

43

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat

ditarik kesimpulan bahwa dalam perkembangan terjadi

prosesperubahan yang berlangsung secara bertahap baik

dari emosi, fisik, sosial, kemampuan berbahasa, nilai

religious maupun kemampuan kognitif yang memiliki

masa waktu tertentu dalam tiap tahap perkembangannya.

2) Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak

Didalam faktor perkembangan adapula duafaktor yang

berpengaruh terhadap perkembangan, yaitu faktor internal dan

faktor eksternal.Dimaksud faktor internal yaitu sifat bawaan

atau genetik, sedangkan faktor ekstrnal yaitu lingkungan,

yang memberikan kesmpatan faktor bawaan atau genetik

berkembang secara maksimal.

1. Faktor Internal (bawaan atau alami)

Faktor internal ialah faktor yang berpengaruh

dalam perkembangan dan berasal dari dalam diri sendiri

atau individu itu sendiri. Beberapa faktor internal yang

mempengaruhi proses perkembangan:

a. Genetika/ Hereditas (Keturunan)

Perkembangan dan pertumbuhan anak sangat

berpengaruh dengan faktor genetik/ keturunan yang

diperoleh dari orangtuanya.Faktor genetik lebih

mengdepankan aspek fisiologis dan psikologis yang

dibawa melalui aliran darah dalam kromosom

sehingga faktor ini berisifat statis, contohnya beentuk

fisik, sifat, ksehatan, minat, kepribadian, bakal dan

kecerdasan.

44

b. Hormon

Keberpengaruhan hormon sudah bisa terjadi

sejak masa prenatal, yaitu pada saat janin berumur 4

bulan, terjadi pertumbuhan yang cepat pada saat itu.

Homon-hormon yang berpengaruh dalam proses

tumbuh kembang anak adalah hormon pertumbuhan

somatotropin, sedangkan hormon estrogen dan

progesteron merupakan hormon seksual yang berguna

saat anak mulai memasuki usia remaja sebagai salah

satu ciri kematangan seseorang atau individu.

2. Faktor Eksternal (Lingkungan)

Faktor eksternal merupakan faktor perkembangan

yang berasal dari lingkungan/ luar individu, baik dalam

bentuk lingkungan fisik yang beerupa rumah, kesehatan

lingkungan, dan gizi.Sedangkan lingkungan psikis seperti

faktor kebudayaan, sikap, keyakinan, nilai-nilai yang

dianut dan lain-lain.

a. Keluarga

Keluarga adalah lingkungan paling pertama

yang dapat dikenal oleh seorang anak, kluarga mmiliki

peran penting atau cukup berpengaruh besar pada

proses tumbuh kembang seorang anak. Bimbingan

serta dukungan yang baik atau tepat dari keluarga

akan memaksimalkan pertumbuhan dan

perkembangan anak, sehingga anak belajar banyak

dari orangtua atau keluarganya.

45

b. Kelompok Teman Sebaya

Ketika seorang anak sudah memasuki usia

sekolah, teman sebaya pun dapat berpengaruh pada

perkembangan seorang anak itu dikarenakan anak-

anak lebih banyak menghabiskan waktu bersama

dengan temannya. Ketika seorang anak bersama

dengan teman-temannya mereka akan mempelajari

apa yang ia tidak dapatkan dari keluarganya misalnya

tentang kerjasama, persaingan, saling menghormati

prbedaan, ataupun hal-hal lain yang sangat brguna

dalam proses perkembangan.

c. Pengalaman hidup

Pengalaman hidup maupun proses

pembelajaran menjadikan seorang anak akan

berkembang dengan cara mngaplikasikan apa yang ia

dapat atau yang telah dipelajari pada kebutuhan yang

perludipelajari. Semakin banyak pengalaman hidup

yang ia dapat makan akan sangat membatu pula

seorang anak untuk dapat menyelesaikan tugas

perkembangannya.

d. Kesehatan Lingkungan

Tingkat kesehatan sangat mempengaruhi rspon

anak trhadap lingkungan dan respon orang lain pada

anak tersebut, oleh sebab itu perkembangan seorang

anak akan terganggu apabila mendapatkan kesehatan

lingkungan yang tidak kondusif. Luka ataupun sakit

dapat berpotensi mengganggu pertumbuhan dan

46

perkembangan seorang anak, terlebih jika merupakan

luka atau cidera berkepanjangan (Chamidah, 2019:83-

93).

3. Hak-Hak Anak Terlantar

Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002

meengenai perlindungan anak terdapat dalam pasal 1 ayat 6

dikatakan bahwa”Anak terlantar yaitu anak yang tidak

terpenuhi dalam kebutuhannya secara wajar, seperti fisik,

mental, spiritual, maupun sosial”.

Seperti yang dikatakan Bagong (2016, 212)

Penelantaran ialah sebuah tindakan baik dengan kesengajaan

maupun tidak disengaja yang membiarkan anak tidak

terpenuhi kebutuhan dasarnya (sandang, pangan, papan).

Anak terlantar ialah anak-anak yang termasuk didalam

kategori anak rawan atau anak-anak membutuhkan

perlindungan khusus (children in need of special protection).

Pada UUD 1945 pasal 34 ayat (1) dipaparkan bahwa “fakir

miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara”.

a. Hak-hak Anak

Hak Asasi Manusia dalam Universal Declaration

of Human Right dijelaskan bahwa semua manusia

dilahirkan bebas dan setara dalam hak dan martabatnya,

mereka diberkahi dengan akal dan naruni dan harus

bertindak terhadap satu sama lain dalam semangat

persaudaraan. Serta setiap orang memiliki hak untuk

hidup, kebebasan, dan keamanan seseorang. Setiap orang

47

memiliki hak untuk diakui di mana saja sebagai pribadi

dihadapan hukum (un.org).

Dalam memahami hak dan tanggung jawab Ife

(2009) merumuskan “my rights reguire responsibilities of

others; the rights of others impose responsibilities on me”

(hak saya membutuhkan tanggung jawab orang lain; hak

orang lain memberlakukan tanggung jawab saya).

Selanjutnya Ife (2009) menjelaskan bahwa masalah hak

asasi manusia adalah menyamakan dengan gagasan

kebebasan manusia. Akan tetapi membicarakan tentang

tanggung jawab menjadi bagian tersulit dalam

menjelaskan hak asasi manusia. Hak asasi manusia

umumnya dipandang sebagai sesuatu hal yang bersifat

menyeluruh (universal) , tidak dapat dibagi (indivisible),

tidak dapat dicabut (inalieble) dan tidak dapat dihindari

(inabrogable), yang pada kenyataannya sulit untuk

dijalankan dan paling sering terabaikan. Sehingga

Terkait dengan hak-hak anak dalam Universal

Declaration of Human Right khusunya terdapat pada

pasal 25 dan 26. Dimana dijelaskan bahwa setiap orang

berhak atas standar kehidupan yang memadai untuk

kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya, dan

hak atas keamanan dalam hal terjadi pengangguran, sakit,

cacat, janda, usiatua. Selanjutnya keibuan dan masa

kanak-kanak berhak mendapatkan perawatan dan bantuan

khusus, semua anak baik yang lahir dalam atau luar nikah

48

akan menikmati perlindungan sosial yang sama. Dan

setiap orang berhak atas pendidikan (un.org).

Sedangkan Kementerian Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak dalam Indeks

Komposit Kesejahteraan Anak (IKKA), hak-hak anak

berdasar pada Konvensi Hak-Hak Anak (KHA)

berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 36 Tahun

1990 tentang Pengesahan Convention on the Rights of the

Childyang merupakan komitmen Negara terhadap hak-

hak anak (Imawan dan Ahnaf, 2016). Hak-hak anak dalam

KHA tersebut telah dijadikan upaya pemenuhan hak-hak

anak dan gambaran umum tentang kualitas hidup anak

Indonesia, dan menjadi indikator kesejahteraan anak.

Indikator kesejahteraan anak dalam KHA telah

dirumuskan dalam IKKA menjadi 5 dimensi yang dapat

dijelaskan sebagai berikut;

a. Hak kelangsungan hidup (survival), hak untuk

melestarikan dan mempertahankan hidup dan

hak memperoleh standar kesehatan tertinggi

dan perawatan yang sebaik-baiknya.

b. Hak perlindungan (protection), hak

memperoleh perlindungan dari diskriminasi,

eksploitasi, kekerasan, dan ketelantaran.

c. Hak tumbuh kembang (development), hak

memperoleh pendidikan dan hak mencapai

standar hidup yang layak bagi perkembangan

fisik, mental, spiritual, moral, dan sosial.

49

d. Hak berpartisipasi (participation), hak untuk

menyatakan pendapat dalam segala hal yang

mempengaruhi anak.

e. Hak akan identitas (identity) sangat penting

bagi setiap anak Indonesia karena akta

kelahiran menjadi salah satu prasyarat untuk

memperoleh Pendidikan dan layanan

kesehatan (Imawan dan Ahnaf, 2016; 8).

b. Pengertian Anak Terlantar

Dipaparkan dalam Buku Pedoman Pembinaan

Anak Terlantar yang dikeluarkan Dinas Sosial Provesi

Jawa Timur (2001) yang dimakud dengan anak terlantar

adalah anak yang karena suatu sebab tidak dapat terpenuhi

kebutuhan dasarnya dengan baik atau sewajarnya, baik

rohani, jasmani, maupun sosial.

Dikatakan oleh Howard Duboitz (2010, 10) Anak

terlantar adalah suatu bentuk pengabaian terhadap

perawatan seorang anak menimbulkan resiko bagi

anak.Orangtua selaku pemberi perawatan telah melalaikan

tanggung jawabnya untuk memenuhi kebutuhan anak.

Kelalaian atau pengabaian terhadap seorang anak tidak

hanya disebabkan dengan kemiskinan orang tua, tetapi

banyak faktor lain seperti kesibukan orangtuanya dalam

mengejar karir, atau dengan perceraian orangtuanya.

Dikatakan terlantar terhadap seorang anak bukan

sekedar karena mereka sudah tidak lagi memiliki salah

satu atau kedua orang tuanya.Kelahiran seorang anak

50

yang tidak dikehendaki, misalnya, mereka umumnya

cukup rawan untuk ditelantarkan dan mungkin

diperlakukan salah (child abuse). Pada tingkat yang

ekstrem, perilaku penelantaran anak dapat berupa

tindakan orang tua yang membuang anaknya sendiri,

entah itu di selokan, di tempat sampah, di hutan, dan

sebagainya dengan alasan dapat menutupi aib atau karena

ketidaksiapan orang tua untuk melahirkan dan memelihara

seorang anak secara wajar (Suyanto 2016, 226-227).

c. Ciri Anak Terlantar

Suyanto (2016, 230) terdapat ciri-ciri yang

menandai seorang anak termasuk dalam katagori anak

terlantar ialah:

a. Dalam kisaran usia 5-18 tahun dan merupakan

anak yatim, piatu ataupun yatim piatu.

b. Anak yang terlantar biasanya adalah anak yang

lahir dari hubungan diluar nikah dan kemudian

mereka tidak mengurusnya dikarenakan

ketidaksiapan dari orang tuanya tidak siap secara

psikologis ataupun ekonominya untuk merawat

atau membesarkan anak tersebut.

c. Anak yang tidak direncanakan kelahirannya

d. Keterbatasan dalam pemenuhan hak anak dan

fasilitasnya dikarenakan tekanan kemiskinan dan

kerentanan ekonomi keluarga

e. Anak yang berasal dari keluarga yang broken

home, korban dari perceraian orang tuanya, anak

51

yang hidup dan tumbuh didalam kondisi keluarga

yang bermasalah, contohnya: sikap yang kasar,

pemabuk, korban PHK, terlibat dalam narkotika,

dan sebagainya.

Adapula seorang anak dikatakan terlantar apabila

sudah memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Anak terlantar tanpa orangtua/ keluarga,

mempunyai ciri-ciri:

Identitas Orangtua/ keluarga tidak diketahui

Mempunya hubungan yang tidak baik bahkan

putus hubungan dengan orangtua/ keluarga

Tidak mempunyai tempat tinggal

b. Anak terlantar dengan orang tua/ keluarga,

mempunyai ciri-ciri:

Masih terjalinnya hubungan dengan orangtua/

keluarga

Masih tinggal bersama dengan orangtua/

keluarga

Rawan sosial dan putus sekolah

Tinggal dengan orangtua/ keluarga miskin

Sedangkan di SOS Children‟s Villages Indonesia mempunyai

beberapa fokus terhadap anak terhadap anak terlantar

52

BAB III

GAMBARAN UMUM LEMBAGA

Kegiatan penerima manfaat program SOS Children‟s Village

Indonesia di 134 Negara menitikberatkan pada upaya pengasuhan

berbasis keluarga (Family-Based Care) untuk anak-anak yang

telah kehilangan atau beresiko kehilangan pngasuhan orangtua.

SOS Children‟s Vilages adalah organisasi nirlaba yang aktif

memperjuangkan hak-hak anak dan berkomitmen membantu

terpenuhinya kebutuhan anak-anak sejak tahun 1949.Kegiatan

mereka di 134 negara menitikberatkan pada pengasuhan berbasis

keluarga (Family-Based Care) untuk anak-anak yang telah

kehiangan atau beresiko keluarga berupaya menghadirkan konsep

keluarga dan hubungan emosional yang terbuang seperti layaknya

keluarga pada umumnya.Dalam hal ini, termasuk juga bentuk lain

pengasuhan, seperti keluarga asuh (foster care) dan pengasuhan

oleh anggota keluarga yang masih ada (extended family).

Bergerak di Indonesia sejak tahun 1972, saat ini telah

dibangun delapan SOS Children‟s Villages dan Sembilan lokasi

Family Strengthening Program (FSP) dari meulaboh hinggan

flores. Saai ini mereka mengasuh 1300 anak di delapan village

tersebut.Sedangkan anak yang dibantu melalui FSP mencapai

lebih dari 6500 anak.

53

A. Sejarah Singkat Lembaga

Organisasi ini tergabung di dalam suatu ikatan

kerjasama dengan SOS Kiderdoff Internasional yang tersebar

di berbagai Negara, dan berpusat di kota Innsbruck, Austria.

Pendirinya adalah Dr. Herman Gmeiner.Herman Gmeiner

lahir pada tahun 1919 di Austria, yang merupakan anak

seorang petani.Beliau terpanggil hatinya untuk melakukan

sesuatu bagi perbaikan nasib anak-anak yang terlantar.

Pada saat Perang Dunia kedua beliau menyaksikan

betapa kejamnya perang yang telah menyebabkan adanya

ribuan anak menjadi terlantar dan berkeliaran di kota-kota

yang telah dihancurkan. Kemudian ia mencari sumbangan-

sumbangan yang disatukan dengan uang tabungannya sebesar

600 shilling Austria (US $ 30), dan pada bulan November

1949 didirikanlah perkumpulan SOS (Save Our Soul)

Kinderdorff.

Dasar pemikirannya sederhana yaitu bahwa anak-anak

ini telah kehilangan orang tuanya, sehingga perlu dicarikan

orang tua baru.Setelah berpikir panjang mulailah dicari

perempuan-perempuan yang bersedia mencintai mereka dan

sanggup menerima mreka seperti anak-anaknya sendiri.

Pada akhirnya pada tahun 1950 dapat dikumpulkan

sejumlah ibu asuh dan uang untuk membangun 5 buah rumah

di atas tanah yang disumbangkan oleh pemerintah, suatu kota

kecil sekitar 35 mil di sebelah barat kota Innsbruck.

Menjelang Natal 1951penggunaannya diresmikan dan

merupakan awa dari rangkaian Panti-panti Asuhan Kinderdoff

54

yang kini jumlahnyaa lebih dari 200 buah dan tersebar di

berbagai Negara di dunia.

B. Profil Lembaga

SOS Children‟s Villages Desa Taruna Indonesia

adalah sebuah organisasi sosial yang berbentuk yayasan,

bersifat swasta non politik dan tidak bertujuan mencari

keuntungan.Untuk Indonesia, SOS Kinderdorff ini dinamakan

SOS Children‟s Village Desa Taruna Jakarta.Dinamakan desa

karena merupakan satu kelompok Panti Asuhan dengan

segala sarananya, sehingga seakan membentuk satu desa.

Tujuan dari SOS Children‟s Villagss Desa Taruna

Jakarta khususnya adalah untuk memberi pertolongan kepada

anak-anak karena suatu terlantar atau ditelantarkan oleh orang

tuanya.Pertolongan yang diberikan adalah berupa rumah

tinggal, kehangatan kasih saying seorang ibu, perawatan,

keamanan serta pendidikan sehingga pada suatu saat mereka

dapat berdiri sendiri.

SOS Children‟s Villages – Karya Bhakti Ria

Pembangunan didirikan untuk mewujudkan gagasan Ibu Tien

Soeharto yang menjadi pelindung pada yayasan SOS

Children‟s Villages Jakarta. Berdirinya SOS Children‟s

Villages Jakarta merupakan hasil kerjasama antara Karya

Bhakti Ria Pembangunan yang disebut pihak pertama,

menyediakan tanah seluas kurang lebih 3 hektar yang siap

untuk dibangun. Pihak kedua yaitu Yayasan SOS Children‟s

Villages Jakarta yang mengluarkan biaya

55

pembangunannya.SOS Children‟s Villages Jakarta terletak di

Cibubur, di tepi jalan Tol Jagorawi.

Di Indonesia SOS Kinderdorf ini diberi nama SOS

Children‟s Desa Taruna Jakarta. Dinamakan “Desa” karena

merupakan satu kelompok Pengasuhan Anak dengan segala

sarananya, sehingga seakan-akan membeentuk suatu

desa.Pendiri Yayasan SOS Children‟s Villages Desa Taruna

Indonesia adalah Dr. Agus Prawoto (1928-2009).

Tujuan dari SOS Childen‟s Villages Desa Taruna

khususnya Jakarta adalah untuk memberikan peertolongan

kepada anak-anak yang karena satu dan lain sebab telah

terlantar atau ditelantarkan oleh orang tuanya. Pertolongan

yang dibeikan berupa rumah tinggal, kehangatan kasih sayang

dari seorang ibu, perawatan, keamanan srta pendidikan,

sehingga di kemudian hari mreka akan mampu berdiri sendiri.

SOS Children‟s Villages berada di delapan Provinsi

yaitu Medan, Banda Aceh, Meulaboh, Jakarta, Lembang,

Semarang, Bali, dan Flores. Di Jakarta sendiri SOS

Children‟s Villages bertempat di Jalan Karya Bakti No. 1,

Cibubur, Ciratas, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota

Jakarta. SOS Children‟s Villages itu sendiri mempunyai dua

tipe program yang berbeda, antara lain:

1. Pengasuhan Berbasis Keluarga Jangka Panjang

(Family Based Care).

SOS Children‟s Villages Desa Taruna Jakarta

meyakini bahwa keluarga SOSsebagai beentuk

pengasuhan berbasis keluarga bertujuan untuk

56

menciptakan lingkungan keluarga pengganti yang

mampu membeikan pengasuhan yang layak dan

aman sehingga anak-anak bisa mendapatkan

kembali kehangatan keluarga yang penuh

peerhatian, kasih saying, dan masa kanak-kanak

yang membahagiakan. Di dalam keluarga yang

sudah termasuk, anak-anak berada dalam

pengasuhan SOS Children‟s Villages Desa Taruna

Jakarta yang berasal dari latar belakang usia yang

berbeda-beda yaitu dari usia bayi, balita, hingga

remaja. Sementara itu, khusus untuk anak-anak yang

telah duduk di Sekolah Dasar beserta Remaja

disediakan sarana dan prasarana pengembangan

bakat. Di SOS Children‟s Villages Desa Taruna

Jakarta selain bantuan uang untuk hidup dan

sekolah, anak-anak tumbuh da berkembang didalam

sebuah rumah keluarga, dimana anak-anak tumbuh

dan berkembang didalam layaknya sebuah keluarga

utuh walaupun hanya meemiliki ibu asuh serta

mereka juga mempunyai komunitas bagi anak-anak.

Rumah-rumah SOS Children‟s Villages Desa

Taruna Jakarta berada dalam suatu kompleks yang

biasa disebut Village (Desa) dan Villag (Desa)

tersebut memiliki 15 rumah tinggal.

57

2. Program Penguatan Keluarga (Family Strengthening

Programme)

Tempat terbaik untuk tumbuh kembang seorang

anak adalah di dalam pengasuhan dan perlindungan

keluarganya. Supaya keluarga-keluarga mampu

menyediakan lingkungan yang asah-asih-asuh,

stabil, dan aman, SOS Children‟s Villages

memberikan pelayanan dasar langsung kepada anak

dan juga meningkatkan kepastian orang tuanya.

Dalam program penguatan kluarga ini atau disebut

dengan Family Strngtheening Programme dengan

singkatan FSP ini mempunyai wilayah implementasi

di Bogor.Cara kerjanyalah yang membedakan dalam

masing-masing implementasi masing-masing

program. Seperti dalam contoh pngasuhan, untuk

SOS Children‟s Villages Desa Taruna Jakarta

pengasuhannya di kendalikan atau di asuh dengan

Ibu Asuh yang bukan Ibu Kandung mereka dan

sudah mempunya Village atau tempat untuk

bertempat tinggal yang hamper sama fungsinya

dengan panti-panti lainnya yang didirikan oleh

pemerintah. Sedangkan FSP Bogor pengasuhannya

murni dari Ibu kandung sebagai pengasuhnya dan

anak serta keluarganya bertmpat tinggal di rumah

sendiri. Fungsi dari FSP Bogor ini hanya

mendampingi keluarga dengan cara mendampingi

sebuah keluarga yang rentan atau ketidaksiapannya

58

dalam berkeluarga termasuk dalam ekonominya

yang akan nantinya berdampak pada anak mereka

sendiri.

C. Visi dan Misi SOS Children’s Villages Jakarta

1. Visi SOS Children‟s Villages Jakarta

a. Setiap anak tumbuh dengan cinta

Melalui kasih sayang dan penerimaan, luka batin

tersembuhkan dan kepercayaan diri anak

terbangun. Anak belajar untuk mempercayai

dirinya dan orang lain. Dengan kepercayaan diri

ini setiap anak mampu memahami dan mengasah

potensi yang dimilikinya.

b. Setiap anak tumbuh dengan rasa hormat

Setiap pendapat anak didengarkan dan

ditanggapi dengan serius. Anak berpartipasi

dalam membuat keputusan yang berdampak bagi

kehidupannya dan dibimbing untuk berperan

aktif dalam proses pengembangan dirinya. Anak

tumbuh dengan rasa hormat dan harga diri

sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat.

c. Setiap anak adalah bagian dari sebuah

keluarga

Keluarga adalah jantung masyarakat. Dalam

sebuah keluarga setiap anak dilindungi dan

merasa diterima serta menjadi bagian dari

sebuah keluarga. Di dalam keluarga, anak

59

belajar nilai, berbagi tanggung jawab dan

membentuk hubungan jangka panjang.

Lingkungan keluarga memberi anak pondasi

yang kokoh sebagai bekal untuk membangun

kehidupannya.

d. Setiap anak tumbuh dengan rasa aman

Anak dilindungi dari kekerasaan, pengabaian

dan segala bentuk eksploitasi dan mendapat

perlindungan ketika bencana alam dan perang

terjadi. Anak berhak memiliki tempat

berlindung, terpenuhi pangannya, memperoleh

layanan kesehatan dan pendidikan. Hal tersebut

adalah kebutuhan yang paling mendasar bagi

tumbuh kembang anak.

2. Misi SOS Children‟s Villages Jakarta

a. Kami membantu mereka membangun masa

depan

Kami memberikan kesempatan bagi setiap anak

untuk tumbuh dan berkembang berdasarkan

kebudayaan dan agamanya serta berperan aktif

dalam masyarakat.

b. Kami membantu anak untuk memahami dan

mengasah kemampuan, minat, dan bakatnya.

Kami menjamin bahwa setiap anak memperoleh

pendidikan dan pelatihan keterampilan yang

60

dibutuhkan untuk mencapai sukses dan mampu

berkontribusi bagi masyarakat.

c. Kami membangun keluarga bagi anak yang

kehilanganpengasuhan

Kami hadir memberikan keluarga pengganti bagi

anak-anak yang telah kehilangan pengasuhan

baik disebabkan oleh orang tua yang meninggal

dunia, kemiskinan, dan faktor-faktor lainnya.

Pendekatan keluarga yang diterapkan di SOS

Children‟s Villages berlandaskan empat prinsip

yakni setiap anak membutuhkan sosok seorang

ibu, dan hidup bersama adik kakak, dalam rumah

keluarga, di lingkungan masyarakat yang

mendukung.

d. Kami mendukung pemberdayaan masyarakat

Kami berbagi dengan masyarakat dan merespon

kebutuhan pengembangan sosial bagi kelompok

masyarakat yang rentan (dimana di dalamnya

tinggal anak-anak dan remaja yang beresiko

kehilangan pengasuhan) Kami membangun

fasilitas dan program yang bertujuan untu

penguatan keluarga dan mencegah keterpisahan

anak dengan keluarga. Kami berkolaborasi

dengan masyarakat untuk menyediakan

pendidikan dan layanan kesehatan serta berbagai

dukungan tanggap darurat.

61

D. Pelayanan Lembaga

1. Pengasuhan

Dalam hal ini pengasuhan yang diberikan oleh

SOS Children‟s Villages ini merupakan pelayanan

langsung (Direct Service), seperti kasih saying yang

diberikan langsung dari ibu asuh kepada anak-

anaknya. Dimana kasih sayang dan cintadari ibu

asuhnyayang menganggap mereka anak sendiri

menjadi hal yang penting dalam pengasuhan ini,

karena cinta dari ibu asuh ini dampaknya sangat

menyeluruh dan berperan sangat penting dalam

perkembangan anak sampai dewasa.Hal ini ditandai

dengan anak-anak yang dibesarkan oleh ibu asuhnya

dalam setiap rumah dari masa kanak-kanak sampai

dewasa dan mandiri.Sesudah mereka mandiri pun

mereka sesekali tetap kembali ke lembaga untuk

bertemu dan mengurus Ibu asuhnya sebagaimana

mereka menganggapnya sebagai Ibu kandung.

2. Pendidikan

Dalam hal pendidikan pihak SOS Children‟s Villages

Jakarta memberikan pendidikan yang bermutu mulai

dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi atau

lembaga kejuruan.Para anak asuh diberi kesempatan

untuk meenuntut ilmusesuai dengaan bakat dan

kemampuan masing-masing.Sudah banyak sarjana

muda yang dihasilkan oleh anak-anak SOS Children‟s

Villages Jakarta dan para lulusan SMA yang tidak

62

memungkinkan melanjutkan Perguruan Tinggu pun

dibekali keterampilan tambahan atau pendukung

untuk memulai kehidupan mandiri.

63

BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Dalam bab ini akan mencoba memaparkan temuan

lapangan terkait peran SOS Children‟s Villages Indonesia dalam

pemenuhan hak anak terlantar di Indonesia. Dalam bab ini akan

dijabarkan temuan lapangan dalam beberapa bagian yang

berkaitan dengan pemenuhan hak anak terlantar serta peran SOS

Children‟s Villages Indonesia. Bagian pertama terkait dengan

pemenuhan hak anak terlantar, penjabaran akan dimulai dari

mendeskripsikan latar belakang serta bentuk pemenuhan hak anak

terlantar. Bagian kedua akan mendeskripsikan peran SOS

Children‟s Villages Indonesia dalam pemenuhan hak anak

terlantar di Indonesia.

Pembahasan pada Bab IV ini akan dimulai dari

menjabarkan data temuan lapangan terkait dengan pemenuhan

hak anak terlantar oleh SOS Children‟s Villages Indonesia yang

didalamnya memaparkan latar belakang SOS Children‟s Villages

Indonesia dalam pemenuhan hak anak terlantar dan bentuk

perkembangan dan pemenuhan hak anak terlantar. Pada bagian

kedua bab ini akan menjabarkan peran SOS Children‟s Villages

Indonesia dalam pemenuhan hak anak terlantar yang meliputi;

memberikan pertolongan atas keterlantaran anak-anak serta

mendorong perkembangan dan perubahan anak. Masing-masing

dari temuan lapangan tersebut akan dipaprkan lebih lanjut dalam

pembahasan berikut;

64

A. Pemenuhan Hak Anak Terlantar oleh SOS Children’s

Villages Indonesia

1. Latar Belakang SOS Children’s Villages dalam

Pemenuhan Hak Anak Terlantar

Latar belakang sesuai dengan temuan lapnag dalam

penilitian ini diketahui bahwa penamaan SOS Children‟s

Villages Indonesia menggunakan nama yang didalamnya

memuat desa (villages) karena menggambarkan suatu

komplek panti asuhan yang menyerupai desa. Hal tersebut

seperti yang dijelaskan oleh informan di bawah ini;

“jadi dulunya sebelum disingkat menjadi SOS

Children‟s Village Indonesia itu sempat bernama

SOS Children‟s Village Desa Taruna Jakarta. Itu

adalah sebuah yayasan swasta non provit dan

kenapa bisa dibilang desa karena dulu berbentuk

satu komplek panti asuhan dengan berbagai

sarananya jadi menyerupai desa gitu (Wawancara

dengan Pengelola SOS Children‟s Village pada 02

Juni 2021)”.

SOS Children‟s Village Indonesia merupakan

sebuah yayasan swasta non provit yang sebelumnya

memiliki nama SOS Children‟s Village Desa Taruna

Jakarta. Dari nama organisasi atau yayasan tersebut

mengandung didalamnya nama desa, yang

menggambarkan sebuah komplek panti asuhan. Berdiri

dan berkembangnya SOS Children‟s Village Indonesia

merupakan inisiatif beberapa pihak yang peduli dan

perhatian akan kondisi ana-anak terlantar yang tidak

mendapatkan perhatian orang tua serta tempat tinggal

yang layak bagi tumbuh kembang anak tersebut.

65

Berdiri dan berkembangnya SOS Children‟s Village

Indonesia tersebut sesuai dengan temuan lapangan telah

dijelaskan lebih lanjut oleh informan di bawah ini;

“sebenarnya SOS ini didirikan oleh Bapak Karya

Bhakti Ria adalah untuk mewujudkan gagasan Ibu

Tien Suharto, untuk melindungi anak-anak yang

terlantar atau ditelantarkan oleh orang tuanya

dengan dikasih rumah tinggal, kehangatan kasih

sayang seorang Ibu, perawatan, keamanan serta

pendidikan (Wawancara dengan Pengelola SOS

Children‟s Village pada 02 Juni 2021)”

Pendirian SOS Children‟s Village Indonesia

merupakan inisiatif dari Bapak Karya Bhakti Ria untuk

mewujudkan gagasan yang muncul dari Ibu Tien Suharto

dalam merespon kondisi anak-anak terlantar. Dari hasil

temuan lapangan tersebut diatas diketahui bahwa awal

berdirinya SOS Children‟s Village Indonesia merupakan

upaya untuk melindungi anak-anak terlantar dan atau

yang telah ditelantarkan oleh orang tua ataupun keluarga.

Sehingga keberadaan SOS Children‟s Village Indonesia

telah membantu anak-anak terlantar untuk mendapatkan

kehangatan kasih sayang orang tua, tempat tinggal,

perawatan, keamanan, dan pendidikan yang memberikan

kontribusi besar dalam tumbuh kembang anak-anak

terlantar.

Dalam memberikan wadah atau tempat serta

bebrbagai fasilitas yang mendukung tumbuh kembang

anak-anak terlantar, SOS Children‟s Village Indonesia

juga memiliki beberapa program besar yang mendukung

66

berbagai kegiatan untuk anak-anak terlantar. Program

SOS Children‟s Village Indonesia tersebut telah

dijelaskan oleh beberapa informan berikut ini;

“kalau untuk program disini kita punya 2 program

yang berjalan. Ada FBC dan ada juga FSP

(Wawancara dengan Pengelola SOS Children‟s

Village pada 02 Juni 2021)”.

Terdapat dua program besar yang menjadi

identitas dari SOS Children‟s Village Indonesia dalam

merespon dan membantu anak-anak terlantar, kedua

program tersebut diantaranya; Family Based Care (FBC)

merupakan pengasuhan berbasis keluarga jangka panjang,

serta Family Strengthening Programme (FSP) yaitu adalah

program penguatan dalam keluarga itu sendiri. Kedua

program andalan SOS Children‟s Village Indonesia

tersebut menjadi upaya dalam memenuhi hak anak-anak

terlantar, serta membantu tumbuh kembang anak-anak

terlantar sesuai dengan kebutuhan yang mendukung anak-

anak untuk mengembangkan diri mereka.

Sesuai dengan temuan lapangan, penjelasan lebih

lanjut terkait dua program andalan SOS Children‟s

Village Indonesia telah dipaparkan oleh pihak pengelola

dan juga ibu asuh dalm lingkungan SOS Children‟s

Village Indonesia. Beberapa pernyataan terkait du

program tersebut telah dijelaskan sebagai berikut;

“FBC sendiri itu Family Based Care atau

Pengasuhan berbasis keluarga jangka panjang

yang dimana kita disini menciptakan keluarga

pengganti yang mampu memberikan pengasuhan

67

yang layak terhadap anak sehingga anak-anak

dapat mendapatkan kembali kehangatan keluarga

yang penuh perhatian, kasih sayang dan masa

kanak-kanak yang membahagiakan. Terus untuk

FSP atau Family Strengthening Programme itu

adalah program penguatan dalam keluarga yang

mana kerjanya itu beda dengan program yang

sebelumnya tadi saya jelaskan, kalo yang tadi kita

menyediakan tempat tinggal atau sarananya tapi

kalo program ini dilakukan dikediaman atau

rumahnya sendiri dengan orangtua kandungnya

sendiri, supaya keluarga-keluarga mampu

menyediakan lingkungan yang asah-asih-asuh,

stabil, dan aman. Jd program kedua ini hanya

sebagai pendampingan saja (Wawancara dengan

Pengelola SOS Children‟s Village pada 02 Juni

2021)”.

Dari penjelasan tersebut di atas dapat diketahui

bahwa FBC merupakan program pengasuhan berbasiskan

keluarga yang bersifat jangka panjang, dimana anak-anak

terlantar mendapatkan keluarga pengganti yang dapat

memberikan kehangatan, perhatian, dan kasih sayang dari

keluarga, serta mewujudkan masa kanak-kanak yang

membahagiakan mereka.Sedangkan FSP merupakan

program penguatan dalam keluarga anak-anak terlantar,

sehingga keluarga tersebut mampu menyediakan

lingkungan yang yang asah-asih-asuh, stabil, dan aman

bagi tumbuh kembang anak.

Lebih lanjut, penjelasan terkait dengan FBC dan

FSP yang menjadi program andalan SOS Children‟s

Village Indonesia tersebut telah dijelaskan oleh informan

yang merupakan salah satu ibu asuh berikut ini;

68

“kita punya 2 program kak pertama Family Based

Care (FBC) itu program dimana pengasuhan yang

berbasis keluarga jangka panjang, kita

memberikan keluarga pengganti kepada si Anak,

kita memberikan pengasuhan yang layak kepada

Anak agar mereka dapat merasakan dicintai,

diperhatikan, dan kehangatan dari sebuah

keluarga. Terus untuk program yang kedua kita

punya Family Strengthening Programme (FSP)

kalau yang ini kita lebih pendampingan kepada

keluarga gimana kita menguatkan si keluarga

dalam penanganan pengasuhan anak. Programnya

juga dilakukan dirumah masing-masing dan

dengan orang tua kandungnya si anak itu sendiri

(Wawancara dengan Ibu Asuh pada 04 Juni

2021)”

Dari penjelasan informan di atas telah memperkuat

gambaran tentang dua program yang terdapat dan menjadi

andalan andalan SOS Children‟s Village Indonesia yaitu

FBC dan FSP. FBC yang merupakan program jangka

panjang yang menjadi bentuk pengasuhan berbasiskan

keluarga bagi anak-anak terlantar untuk memperoleh

keluarga baru yang dapat memberikan pengasuhan yang

layak serta dapat merasakan dicintai, diperhatikan, dan

kehangatan dari sebuah keluarga.Sedangkan FSP

merupakan program pendampingan terhadap anak-anak

terlantar beserta keluarga mereka, program FSP lebih

menekankan pada dukungan dan penguatan terhadap

anak-anak terlantar dan keluarganya sehingga tercipta

suasana dalam lingkungan keluarga yang asah-asih-asuh,

stabil, dan aman bagi tumbuh kembang anak.

69

Dari penjelasan dua program SOS Children‟s Village

Indonesia tersebut di atas merupakan perwujudan dan

kontribusi terhadap pemenuhan hak anak serta

mendukung tumbuh kembang anak bersama keluarga.Dari

dua program tersebut dapat menggambarkan tujuan dan

arah keterlibatan SOS Children‟s Village Indonesia dalam

membantu dan mengayomi anak-anak terlantar.Tujuan

dari SOS Children‟s Village Indonesia salah satunya telah

diungkapkan oleh informan berikut ini;

“dari tujuan SOS ini sendiri. Setiap anak bisa

tumbuh dengan cinta, dengan rasa hormat, dan

dengan rasa aman. Karena semua anak

mempunyai hak dan kewajiban yang sama

(Wawancara dengan Pengelola SOS Children‟s

Village pada 02 Juni 2021)”.

Tujuan adanya SOS Children‟s Village Indonesia beserta

program atau kegiatan bagi anak-anak terlantar dari

penjelasan informan tersebut di atas yaitu diharapkan

anak-anak terlantar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

dengan masa anak-anak itu sendiri. Selain itu tujuan

lainnya yaitu diharapkan anak-anak terlantar mendapatkan

rasa hormat dan rasa aman dalam tumbuh tumbuh

kembang mereka, sehingga semua anak-anak yang berada

dalam naungan SOS Children‟s Village Indonesia

memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan anak-anak

pada umumnya.

70

Lebih lanjut, harapan akan danya SOS Children‟s Village

Indonesia beserta berbagai kegiatan atau program untuk

anak-anak terlantar tersebut juga telah disebutkan

informan di bawah ini;

“ya saya berharap kita bisa membantu

memberikan kelayakan kehidupan pada anak-anak

yang tidak bisa mendapatkan dari keluarga

ataupun orangtuanya. Agar semua anak juga

mendapatkan hak kebahagiaan yang sama, tumbuh

dengan kasih sayang, rasa aman dan nyaman

(Wawancara dengan Ibu Asuh pada 04 Juni 2021).

Tujuan dari adanya SOS Children‟s Village

Indonesia bagi anak-anak terlantar telah menjai tujuan

seluruh anggota yang terlibat dalam SOS Children‟s

Village Indonesia, sehingga tujuan tersebut juga telah

menjadi tujuan dan harapan seluruh anggota SOS

Children‟s Village Indonesia dalam membantu anak-anak

terlantar. Diharapkan anak-anak terlantar yang berada

dalam lingkungan dan penanganan SOS Children‟s

Village Indonesia bisa mendapatkan kehidupan yang

layak seperti dalam naungan lingkungan keluarga atau

orang tua, sehingga anak-anak tersebut merasakan

kebhagiaan dan kasih sayang dalam tumbuh kembangnya,

serta rasa aman dan nayaman dalam menjalani proses

kehidupan mereka.

2. Bentuk Perkembangan dan Pemenuhan Hak Anak

Terlantar

Sesuai dengan temuan lapangan tersebut di atas,

latar belakang berdiri dan berkembangnya SOS Children‟s

71

Village Indonesia merupakan respon terhadap kondisi

tumbuh kembang anak-anak terlantar, sehingga beberapa

program SOS Children‟s Village Indonesia mengarah

pada tujuan pemenuhan hak anak serta mendukung

tumbuh kembang anak dalam lingkungan keluarga. Dua

program andalan SOS Children‟s Village Indonesia yaitu

FBC dan FSP diharapkan dapat mendukung tumbuh

kembang dan memenuhi hak anak-anak terlantar.

Perkembangan dan pemenuhan hak anak-anak

terlantar di bawah nanungan SOS Children‟s Village

Indonesia telah menjadi perhatian bersama dalam upaya

mewujudkan tumbuh kembang anak sesuai dengan

haknya. Kondisi anak-anak yang berada dibawah naungan

SOS Children‟s Village Indonesia meruapakan anak-anak

terlantar dan atau anak-anak yang telah ditelantarkan oleh

orangtua maupun keluarganya, selanjutnya anak-anak

terlantar dengan berbagai latar belakang tersebut

mendapatkan naungan dan wadah dari SOS Children‟s

Village Indonesia. Sehingga diharapkan anak-anak dapat

merasakan kehangatan, dicintai, diperhatikan dan kasih

sayang dalam lingkungan keluarga, serta merasakan

kondisi yang aman dan nyaman dalam tumbuh kembang

mereka.

Kondisi anak-anak terlantar yang berada dibawah

naungan SOS Children‟s Village Indonesia merupakan

anak-anak tanpa keluarga ataupun anak-anak yang telah

ditelantarkan oleh keluarganya.Oleh karena itu terdapat

72

beberapa prasyarat yang menjadi perhatian SOS

Children‟s Village Indonesia dalam menerima dan

menampung anak-anak terlantar tersebut. Persyaratan

anak-anak terlantar untuk bisa diterima dan ditampung

oleh SOS Children‟s Village Indonesia telah disebutkan

oleh informan berikut ini;

“untuk persyaratan sendiri kita disini tergantung

kondisi si anak tersebut, rata-rata kan yang tinggal

disini kita dapet dari anak yang terlantar (anak

yang berada dijalan tanpa orang tua). Mungkin

kita akan melakukan assessment awal untuk

menggali informasi si anak. Tapi tidak akan kita

persulit (Wawancara dengan Pengelola SOS

Children‟s Village pada 02 Juni 2021)”.

Berbagai latar belakang anak-anak terlantar turut

menetukan persyaratan yang diperlukan dalam

penerimaan SOS Children‟s Village Indonesia, mengingat

bahwa anak-anak tersebut merupakan anak yang berasal

dari jalanan ataupun tanpa ada orang tua atau keluarga

yang jelas. Oleh karena itu pada tahap awal penerimaan

anak-anak terlantar terlantar tersebut akan dilakukan

assesment untuk menelusuri kondisi anak tersebut,

sehingga informasi hasil assesment tersebut menjadi data

awal untuk menentukan tindak lanjut anak-anak

selanjutnya dalam naungan SOS Children‟s Village

Indonesia.

Kondisi anak-anak terlantar yang masuk dalam

lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia menjadi

perhatian awal, sehingga informasi awal hasil dari

73

assesment menjadi langkah pertama untuk mengetahui

tindak lanjut terhadap anak-anak tersebut. Kondisi awal

anak-anak terlantar dan perkembangannya dalam

lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia dapat

terlihat dari penjelasan informan berikut ini;

“anak-anak disini pada dasarnya baik-baik kak,

mungkin hanya perlu dikasih arahan sedikit. Mulai

dari cara berpikir, bagaimana mereka

berkomunikasi sekarang sudah lebih membaik dan

jelas (Wawancara dengan Ibu Asuh pada 04 Juni

2021)”.

“sejauh ini sih, banyak peruabahan yang sudah

bisa kita lihat dari mulai cara berkomunikasi, cara

berpikir, menunjukkan perubahan ke arah yang

lebih baik (Wawancara dengan Pengelola SOS

Children‟s Village pada 02 Juni 2021)”.

Seperti yang disebutkan informan di atas, pada

dasarnya anak-anak yang masuk dalam lingkungan SOS

Children‟s Village Indonesia memiliki kondisi yang baik.

Namun begitu kondisi anak-anak yang terlantar telah

memberikan gambaran akan kondisi anak yang

bermasalah dan butuh penanganan tersendiri. Sehingga

penampungan anak-anak terlantar yang telah dilakukan

oleh SOS Children‟s Village Indonesia memberikan

kontribusi dalam perkembangan anak. Perubahan dan

perkembangan anak-anak yang lebih baik sesuai dari hasil

temuan lapangan terlihat dari cara berpikir dan

berkomunikasi anak-anak yang lebih baik.

Kondisi perbaikan anak-anak dalam lingkungan

SOS Children‟s Village Indonesia tersebut diperkuat

74

dengan penjelasan informan yang juga merupakan anak

asuh dalam lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia

di bawah ini;

“aku kan udah gapunya keluarga kak hehe, kalo

sama temen-temen aku yang lama aku ga pernah

ketemu kak. Jadi ya disini aku punya keluarga

baru kak hehe (Wawancara dengan Anak Asuh

SOS Children‟s Village pada 10 Juni 2021)”.

Latar belakang anak-anak terlantar yang tidak

memiliki keluarga atau telah diterlantarkan oleh

keluarganya tersebut memiliki kondisi dan perjalanan

hidup yang kurang baik, sehingga memungkinkan anak-

anak terlantar tersebut membutuhkan penanganan dalam

memenuhi hak-hak mereka.SOS Children‟s Village

Indonesia yang menerima anak-anak terlantar telah

memberikan keluarga dengan lingkungan baru anak-anak

terlantar, sehingga memungkin mereka mendapatkan

perkembangan yang lebih baik, baik itu dalam lingkungan

keluarga maupun pertemanannya.

Perubahan anak-anak terlantar dari kondisi dan

lingkungan lama sangat terlihat ketika sudah masuk dalam

lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia. anak-anak

terlantar sudah meninggalkan lingkungan pertemanan

yang lama serta mendapatkan keluarga baru dalam

naungan SOS Children‟s Village Indonesia. Atas kondisi

baru tersebut memungkinkan terjadinya banyak

perubahan terhadap anak-anak terlantar, hal tersebut

seperti yang dijelaskan oleh informan di bawah ini;

75

“hal ini mungkin kami lihat ketika mereka punya

masalah mereka juga bisa menyelesaikannya

sendiri, dan juga kami merasa dari hasil

pengamatan atau observasi di setiap kegiatan

menunjukkan perubahaan dalam berkomunikasi

dan bertindak dengan sadar dalam setiap kegiatan

(Wawancara dengan Pengelola SOS Children‟s

Village pada 02 Juni 2021)”.

Dari temuan lapangan dan juga dari hasil

observasi yang telah dilakukan dalam berbagai kegiatan di

lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia telah

menunjukkan banyak perubahan perkembangan anak-

anak terlantar dari kondisi sebelumnya. Perubahan

tersebut sangat terlihat dari cara berpikir anak-anak dalam

menyelesaikan masalahnya sendiri, selain itu perubahan

juga terlihat dari cara berkomunikasi dan berperilaku

dalam kehidupan sehari-hari.

Perkembangan anak-anak dalam lingkungan SOS

Children‟s Village Indonesia juga diperkuat seperti yang

diungkapkan oleh informan berikut ini;

“kalau untuk perkembangannya kak kita bisa

menilai dari gimana cara mereka menyelesaikan

tugas ataupun masalahnya mereka. Yang tadinya

mungkin mereka masih bingung ya mau ngapain

mau gimana, sekarang mereka sudah mengerti dan

bisa bertanggung dengan tugasnya masing-masing

bahkan sudah bisa menyelesaikan masalahnya

sendiri (Wawancara dengan Ibu Asuh pada 04 Juni

2021)”.

Sadar akan tanggung jawab terhadap kondisi diri

sendiri menjadi salah satu perubahan perkembangan anak-

anak terlantar dalam naungan SOS Children‟s Village

76

Indonesia. Kesadaran akan masalah dan kondisi yang

dihadapi oleh anak-anak tersebut memungkinkan mereka

dapat menyelesaikan tugas ataupun masalahnya masing-

masing. Sehingga anak-anak tidak lagi

mempermasalahkan kondisi yang dialami oleh mereka,

dan anak-anak lebih mengetahui apa yang sebaiknya

dilakukan untuk memperbaiki kondisi dan keluar dari

masalah yang dihadapi.

Dalam proses perkembangan dan pemenuhan hak

anak-anak terlantar dalam lingkungan SOS Children‟s

Village Indonesia memiliki beberapa faktor yang turut

mempengaruhi. Fakto-faktor tersebut seperti yang

diungkapkan oleh beberapa informan berikut ini;

“untuk faktor itu sendiri kita biasanya dari awal

melihat kejadian sebelum mereka masuk SOS,

bagaimana latar belakang keluarganya, mereka

hidup dilingkungan seperti apa, dan setelah

mereka mengikuti program kita juga

memperdalam keterkaitan dikeluarganya,

dilingkungan temannya, dan dari pengalaman

masa lalunya. Semua faktor tersebut

mempengaruhi perkembangan anak (Wawancara

dengan Pengelola SOS Children‟s Village pada 02

Juni 2021)”.

Selanjutnya faktor yang mempengaruhi

perkembangan dan pemenuhan hak anak-anak terlantar

juga diperkuat dengan penungkapan informan berikut;

“faktor disini kita ngelibatin beberapa faktor si

kaya keluarga beserta latar belakangnya, terus liat

juga lingkungannya, teman-temannya yang dulu

seperti apa, jadi kita bisa tau pengalaman hidup

yang pernah mereka jalanin. Kenapa kita harus

77

tau, karna itu faktor utama dan penting

perkembangan anak tersebut (Wawancara dengan

Ibu Asuh pada 04 Juni 2021)”.

Perkembangan dan pemenuhan anak-anak terlantar

terlihat dalam lingkungan SOS Children‟s Village

Indonesia serta keterlibatan mereka dalam berbagai

kegiatan untuk mereka.Penerimaan SOS Children‟s

Village Indonesia terhadap anak-anak terlantar tidak

memerlukan banyak persyaratan, mengingat kondisi anak-

anak terlantar yang memang membutuhkan penanganan.

Hasil dari assesment awal serta observasi terhadap anak-

anak terlantar telah menjadi informasi yang menunjukkan

kondisi awal anak-anak terlantar sebelum masuk dalam

SOS Children‟s Village Indonesia serta berbagai

perubahan anak-anak setelah terlibat dalam berbagai

kegiatan dalam lingkungan SOS Children‟s Village

Indonesia.

B. Peran SOS Children’s Villages Indonesia dalam

Pemenuhan Hak Anak Terlantar

Seperti yang telah di jelaskan pada Bab III, bahwa

SOS Children‟s Vilages merupakan organisasi nirlaba yang

aktif memperjuangkan hak-hak anak dan berkomitmen

membantu terpenuhinya kebutuhan anak-anak.Kegiatan SOS

Children‟s Vilages telah tersebar serta dilaksanakan pada 134

Negara dan lebih menitikberatkan pada upaya pengasuhan

berbasis keluarga (Family-Based Care) untuk anak-anak yang

telah kehilangan atau beresiko kehilangan pengasuhan orang

tua.

78

Hal tersebut juga sesuai dengan temuan lapangan

terkait muncuk dan berkembangnya SOS Children‟s Village

Indonesia yang merupakan inisiatif beberapa pihak untuk

peduli dan perhatian akan kondisi anak-anak terlantar yang

tidak mendapatkan perhatian orang tua serta tempat tinggal

yang layak bagi tumbuh kembang anak-anak tersebut. Dari

berbagai kondisi tersebut telah memperlihatkan fungsi dan

peran dari SOS Children‟s Village Indonesia terhadap anak-

anak terlantar.

Hak-hak anak terlantar sendiri telah dijelaskan dalam

undang-undang perlindungan anak yang termaktub dalam

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 dan Undang-Undang

Nomor 35 tahun 2014. Dalam undang-undang tersebut

pemerintah memiliki kewajiban dalam memenuhi dan

memfasilitasi hak anak, selain itu pemerintah juga

bertanggung jawab dalam memastikan semua hak anak

terlindungi dan terpenuhi.Dalam melaksanakan amanat

undang-undang tersebut pemerintah telah mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak, baik itu instansi dalam

pemerintah maupun berbagai pihak lainnya. salah satu pihak

yang terlibat dan mendukung perlindungan dan pemenuhan

hak anak diantaranya yaitu SOS Children‟s Village Indonesia.

Pada subbab kedua ini akan memparkan lebih lanjut

temuan lapangan yang sesuai dengan tujuan dalam penelitian

ini yaitu terkait dengan peran SOS Children‟s Village

Indonesia dalam pemenuhan hak anak terlantar. Beberapa

peran SOS Children‟s Village Indonesia sesuai dengan

79

temuan lapangan yaitu terkait dengan memberikan

pertolongan atas keterlantaran anak-anak, serta mendorong

perkembangan dan perubahan anak-anak.masing-masing dari

peran tersebut akan dijabarkn lebih lanjut dalm temuan

lapangan di bawah ini.

1. Memberikan Pertolongan atas Keterlantaran

Anak-Anak

Sebagai upaya membantu pemerintah, SOS

Children‟s Village Indonesia dalam melindungi dan

memenuhi hak-hak anak tersebut telah menjadi tujuan

berdiri dan berkembangnya SOS Children‟s Village

Indonesia. Telah diketahui pada Bab III bahwa tujuan

SOS Children‟s Village Indonesia yaitu untuk

memberikan pertolongan kepada anak-anak terlantar

dengan memberikan tempat tinggal, kehangatan kasih

sayang seorang ibu, perawatan, keamanan, serta

pendidikan bagi anak-anak, sehingga diharapkan nantinya

anak-anak tersebut mampu mengatasi kondisi diri dan

berdiri sendiri dalam mejalani kehidupan.

Pertolongan dan perlindungan terhadap anak-anak

terlantar yang merupakan tujuan dari SOS Children‟s

Village Indonesia tersebut juga telah menjadi tujuan

orang-orang yang terlibat di dalamnya. Hal tersebut

terlihat dari ungkapan informan di bawah ini;

“untuk melindungi anak-anak yang terlantar atau

ditelantarkan oleh orang tuanya dengan dikasih

rumah tinggal, kehangatan kasih sayang seorang

Ibu, perawatan, keamanan serta pendidikan”

80

(Wawancara dengan Pengelola SOS Children‟s

Village pada 02 Juni 2021).

Keberadaan SOS Children‟s Village Indonesia

telah memberikan pertolongan atas keterlantaran anak-

anak, sehingga anak-anak yang masuk dalam naungan

SOS Children‟s Village Indonesia senantiasa

mendapatkan tempat tinggal yang menjadi rumah bagi

mereka serta orang tua yang mendampingi mereka. Selain

rumah tempat tinggal, anak-anak tersebut juga

mendapatkan kehangatan kasih sayang seorang ibu dalam

lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia sebagai

bentuk pertolongan terhadap mereka, selain itu mereka

juga diberikan perawatan, keamanan, serta pendidikan

yang menunjang keberlanjutan hidup anak-anak terlantar.

Rumah tempat tinggal yang layak, kasih sayang

keluarga, pearawatan, keamanan, dan pendidikan

merupakan hak-hak yang harus dimiliki dan dilindung

dalam mendukung tumbuh kembang anak.Hal tersebut

telah menjadi perhatian SOS Children‟s Village Indonesia

dalam memeberikan pertolongan kepada anak-anak

terlantar untuk keluar ataupun terhindar dari masalaha

keterlantaran anak-anak.Pertolongan dan perlindungan

terhadap anak-anak agar terhindar dari ketelantaran

tersebut juga telah menjadi identitas SOS Children‟s

Village Indonesia, dan terlihat dari berbagai kegiatan atau

program untuk anak-anak.

81

Program atau kegiatan yang menjadi identitas SOS

Children‟s Village Indonesia tersebut telah dijelaskan oleh

informan berikut ini;

“Family Based Care (FBC) itu program dimana

pengasuhan yang berbasis keluarga jangka

panjang, kita memberikan keluarga pengganti

kepada si Anak, kita memberikan pengasuhan

yang layak kepada Anak agar mereka dapat

merasakan dicintai, diperhatikan, dan kehangatan

dari sebuah keluarga. Terus untuk program yang

kedua kita punya Family Strengthening

Programme (FSP) kalau yang ini kita lebih

pendampingan kepada keluarga gimana kita

menguatkan si keluarga dalam penanganan

pengasuhan anak.Programnya juga dilakukan

dirumah masing-masing dan dengan orang tua

kandungnya si anak itu sendiri” (Wawancara

dengan Ibu Asuh pada 04 Juni 2021).

Kegiatan ataupun program SOS Children‟s Village

Indonesia di atas yaitu FBC dan FSP tersebut telah

menunjukkan upaya pertolongan dan pengembangan

anak-anak terlantar.Melalui kegiatan tersebut anak-anak

terlantar mendapatkan rumah tempat tinggal serta

mendapatkan pendampingan dalam mendukung tumbuh

kembang anak.tampat jelas tujuan adanya kedua program

tersebut memberikan pertolongan atas keterlantaran anak

serta mendukung tumbuh kembang anak, sehingga sesuai

dengan tujuan dari adanya SOS Children‟s Village

Indonesia itu sendiri.

Lebih lanjut, tujuan tersebut juga diungkapkan

oleh informan yang merupakan pengelola SOS Children‟s

Village Indonesia berikut ini;

82

“setiap anak bisa tumbuh dengan cinta, dengan

rasa hormat, dan dengan rasa aman. Karena semua

anak mempunyai hak dan kewajiban yang sama”

(Wawancara dengan Pengelola SOS Children‟s

Village pada 02 Juni 2021).

Tujuan adanya SOS Children‟s Village Indonesia

beserta program atau kegiatan bagi anak-anak terlantar

dari penjelasan informan tersebut di atas yaitu diharapkan

anak-anak terlantar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

dengan masa anak-anak itu sendiri. Selain itu tujuan

lainnya yaitu diharapkan anak-anak terlantar mendapatkan

rasa hormat dan rasa aman dalam tumbuh tumbuh

kembang mereka, sehingga semua anak-anak yang berada

dalam naungan SOS Children‟s Village Indonesia

memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan anak-anak

pada umumnya.

Harapan akan adanya SOS Children‟s Village

Indonesia beserta berbagai kegiatan atau program untuk

anak-anak terlantar tersebut juga sesuai dengan visi dan

misi SOS Children‟s Village Indonesia sesuai dengan

profil lembaga yaitu; Setiap anak tumbuh dengan cinta,

rasa hormat, dan rasa aman, serta setiap anak adalah

bagian dari sebuah keluarga. Oleh karena itu berbagai

harapan akan adanya SOS Children‟s Village Indonesia

juga telah muncul dan menjadi bagian dari orang-orang

yang terlibat di dalamnya. Hal tersebut telah disebutkan

informan di bawah ini;

“ya saya berharap kita bisa membantu

memberikan kelayakan kehidupan pada anak-anak

83

yang tidak bisa mendapatkan dari keluarga

ataupun orangtuanya. Agar semua anak juga

mendapatkan hak kebahagiaan yang sama, tumbuh

dengan kasih sayang, rasa aman dan nyaman”

(Wawancara dengan Ibu Asuh pada 04 Juni 2021).

Pertolongan atas keterlantaran anak-anak telah

menjadi fokus dan perhatian orang-orang yang terlibat

dalam lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia.

Harapan para pengelola maupun ibu asuh bagi anak-anak

tersebut juga mengarah pada upaya memberikan

pertolongan kepada anak-anak agar mendapatkan

kelayakan hidup layaknya dari orang tua ataupun

keluarganya sendiri.Sehingga anak-anak tersebut

mendapatkan kebahagiaan kehidupan dalam lingkungan

keluarga, serta dapat tumbuh dan berkembang dengan

kebahagiaan, kasih sayang, rasa aman, dan nyaman yang

merupakan hak semua anak.

Pertolongan atas keterlantaran anak-anak yang

diberikan melalui SOS Children‟s Village Indonesia

tersebut telah memenuhi dan melindungi hak-hak anak,

sehingga anak-anak mendapatkan manfaat yang

mendukung tumbuh kembang mereka. Pertolongan atas

keterlantaran anak-anak tersebut dapat terlihat dari

ungkapan informan yang merupakan anak asuh berikut

ini;

“aku sih udah lama ditinggal sama mama, tapi

disini aku seneng banget bisa ketemu mama baru

hehe, mamanya baik banget hehe” (Wawancara

dengan Anak Asuh SOS Children‟s Village pada

10 Juni 2021).

84

Pernyataan informan tersebut di atas menunjukkan

kebahagiaan anak-anak atas terpenuhinya hak-

haknya serta terlindungi dari keterlantaran

mereka.Dimana dalam lingkungan SOS Children‟s

Village Indonesia anak-anak yang sebelumnya terlantar

telah mendapatkan rumah tempat tingga baru serta

mendapatkan kasih sayang dan rasa aman dari ibu yang

mengayomi mereka.Penerimaan dan kasih sayang yang

diberikan seorang ibu kepada anak-anak tersebut menjadi

penguat mereka dalam melanjutkan kehidupannya,

sehingga mereka mampu menyelesaikan masalah dan

percaya diri menyongsong hari esok yang lebih baik.

2. Mendorong Perkembangan dan Perubahan Anak

Selain memberikan pertolongan kepada anak-anak

terlantar, SOS Children‟s Village Indonesia sesuai yang

tertera pada profil juga memiliki misi dalam membantu

membangun masa depan anak, membantu anak untuk

memahami dan mengasah kemampuan, minat, dan

bakatnya, serta membangun keluarga bagi anak. Dari

profil tersebut dapat diketahui bentuk peran lain dari SOS

Children‟s Village Indonesia yaitu dalam mendorong

perkembangan dan perubahan anak-anak ke arah yang

lebih baik, sehingga anak-anak yang berada dalam

lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia dapat

mengembangkan berbagai aspek kehidupan yang lebih

baik.

85

Dalam mendorong perkembangan dan perubahan

anak yang telah dilakukan oleh SOS Children‟s Village

Indonesia sesuai dengan temuan lapangan terlihat dari

berbagai aspek kehidupan, mulai dari sosial, emosional,

bahasa, dan nilai religius anak-anak. Berbagai aspek

perkembangan dan perubahan anak-anak tersebut akan

dijeskan sesuai dengan data temuan lapangan dalam

penelitian ini, masing-masing dari aspek tersebut dapat

dipaparkan dalam pembahasan di bawah ini.

a. Sosial

Perkembangan dan perubahan anak-anak

dalam lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia

sesuai dengan temuan lapangan yaitu terlihat pada

aspek sosial anak-anak. telah diketahui bahwa latar

belakang anak-anak terlantar yang masuk dalam

naungan SOS Children‟s Village Indonesia

merupakan anak-anak yang tidak memiliki keluarga,

berada di jalanan, dan atau diterlantarkan oleh

keluarganya. Kodisi sosial anak-anak terlantar berada

dalam kondisi masalah secara sosial dalam kehidupan

anak-anak, keberadaan SOS Children‟s Village

Indonesia yang menampung anak-anak terlantar turut

mendorong anak-anak terlantar untuk keluar dari

permasalahan mereka.Sehingga mereka dapat tumbuh

dan berkembang lebih lagi kedepannya sesuai tujuan

dari SOS Children‟s Village Indonesia.

86

Perkembangan dan perubahan pada aspek

sosial anak-anak tersebut telah dijelaskan oleh

informan di bawah ini;

“sejauh ini dari yang tadinya mereka masih

malu, canggung, sulit berkomunikasi dengan

teman sebayanya sekarang perlahan sudah

berubah jadi lebih bisa berkomunikasi,

beradaptasi dengan teman atau lingkungannya”

(Wawancara dengan Pengelola SOS Children‟s

Village pada 02 Juni 2021).

Kondisi anak-anak terlantar dan atau berada di

jalanan telah menjadikan mental mereka sesuai

dengan kondisinya, yaitu ketelantaran dan sesuai

dengan lingkungan sosial di jalanan. Sehingga pada

awal masuk lingkungan SOS Children‟s Village

Indonesia, anak-anak tersebut cenderung malu,

canggung, dan sulit berkomunikasi dengan teman-

teman sebaya lainnya. Namun begitu, kondisi tersebut

berangsur membaik setelah tinggal dan mengikuti

berbagai kegiatan dalam lingkungan SOS Children‟s

Village Indonesia, sehingga memungkinkan mereka

beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan

memperbaiki hubungan sosial anak-anak dalam

lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia.

Selanjutnya perkembangan dan perubahan

pada aspek sosial anak juga dijelaskan oleh informan

berikut ini;

“masalah perkembangan sosial disini sudah

terlihat jeelas perkembangannya kak, mulai

dari sikap mereka ke kita, sikap mereka ke

87

temen-temennya, yang tadinya mungkin

mereka masih malu-malu atau merasa asing

tapi sekarang mereka sudah lebih bisa

bradaptasi dengan baik dan lebih perduli satu

sama lainnya kepada teman maupun

lingkungannya (Wawancara dengan Ibu Asuh

pada 04 Juni 2021)”.

Anak-anak terlantar pada masa awal masuk

dalam lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia

mengalami masalah dalam aspek sosialnya, namun

dalam perkembangannya setelah beradaptasi dan

mengikuti berbagai kegiatan di SOS Children‟s Village

Indonesia, anak-anak tersebut mulai terlihat perubahan

dan perkembangan dalam berkomunikasi, bersikap,

peduli dengan lingkungan sekitarnya.

Perubahan dan perkembangan aspek sosial

anak-anak juga diungkapkan langsung oleh informan di

bawah ini;

“sekarang bisa banyak temen kak, bisa punya

mama juga, rumahnya bagus lagi disini. Aku

nyaman” (Wawancara dengan Anak Asuh SOS

Children‟s Village pada 10 Juni 2021).

Kemampuan beradaptasi dan berkomunikasi

memungkinkan mereka menerima dan berkomunikasi

dengan orang lainnya, sehingga anak-anak tersebut

memiliki banyak teman sebayanya. Hal tersebut juga

diperkuat oleh ungkapan anak asuh berikut ini;

“kenal kok kak aku, tadinya si malu-malu atau

kadang takut kalo mau ngobrol atau nanya-

nanya. Sekarang si udah santai kak”

(Wawancara dengan Anak Asuh SOS

Children‟s Village pada 10 Juni 2021).

88

Perkembangan dan perubahan pada aspek

sosial tersebut terlihat dari hilangnya rasa minder dan

malu dengan orang baru, sikap terhadap lingkungan

sosial, serta peduli terhadap lingkungan sosialnya.

Sehingga anak-anak yang masuk dalam lingkungan

SOS Children‟s Village Indonesia telah mampu

beradaptasi dengan lingkungan sosialnya, serta

mampu berinteraksi dengan orang lain, hilangnya rasa

malu, kemampuan berkomunikasi dan menjalin relasi

dengan orang lain telah memperlihatkan

perkembangan anak-anak untuk merubah kondisi

dirinya lebih baik lagi.

Aspek lainnya yang menujukkan

perkembangan dan perubahan anak-anak setelah

masuk dalam lingkungan SOS Children‟s Village

Indonesia yaitu dalam aspek emosional yang akan

dijelaskan dan dijabarkan dalam pembahasan

selanjutnya di bawah ini.

b. Emosional

Aspek kedua sesuai dengan temuan lapangan

yaitu terkait dengan kondisi emosi anak-anak dalam

lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia.

Perkembangan dan perubahan aspek emosi disini

berkaitan dengan perasaan anak-anak dalam

perkembangan dan perubahannya, hal tersebut

merupakan reaksi atas kondisi sebelum dan sesudah

89

mengikuti berbagai kegiatan di SOS Children‟s

Village Indonesia.

Perkembangan dan perubahan emosi anak-

anak tersebut telah dijelaskan oleh informan berikut

ini

“buat perkembangan emosi sendiri menurut

saya semakin baik, mungkin yang tadi awalnya

masih suka nangis-nangis tanpa sebab

mungkin karena merasa asing kali ya, sekarang

mereka sudah bisa menjalani hari-harinya

seperti biasa (Wawancara dengan Pengelola

SOS Children‟s Village pada 02 Juni 2021)”.

Perkembangan emosi anak-anak dalam

lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia

menurut informan di atas bergerak kearah yang lebih

baik. Dimana di jelaskan bahwa pada masa awal anak-

anak masuk dalam lingkungan SOS Children‟s Village

Indonesia masih sering nangis yang menunjukkan

emosi sedih atau merasa asing akan lingkungan baru,

selanjutnya dalam perjalannya, anak-anak sudah mulai

terbiasa dan dapat mengendalaikan emosinya lebih

baik.

Kondisi tersebut juga diperkuat oleh

penjelasan informan berikut ini;

“ya namanya juga anak-anak ya kak, pasti ada

nangisnya cengenglah, ada manjanya, ada

keras kepalanya. Tapi sejalannya waktu

mereka mulai menyesuaikan dan kita pun

ngerti gimana nyikapin mereka, dan dengan

sendirinya mereka bisa menerima dan

menjalankan hari-harinya dengan gembira

90

disini (Wawancara dengan Ibu Asuh pada 04

Juni 2021)”.

Kondisi anak-anak yang masih cengeng dan

suka menangis dipanjang sebagai kewajaran ketika

masuk dalam kehidupan di lingkungan baru.Setelah

mereka mampu menyesuaikan diri pada lingkungan

baru, secara berangsur-angsur kondisi emosi anak-

anak sudah mulai membaik. Kondisi tersebut

diperlihatkan dari kemampuan anak-anak untuk

menerima dan menjalani kehidupan baru mereka

dalam lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia.

Lebih lanjut perkembangan dan perubahan

emosi anak-anak tersebut juga diungkapkan oleh salah

seorang anak asuh berikut ini;

“buat sekarang si udah percaya diri kak,

tadinya mah boro-boro aku percaya diri buat

ketemu orang aja kadang takut. Takut ditanya-

tanya kak hehe (Wawancara dengan Anak

Asuh SOS Children‟s Village pada 10 Juni

2021)”.

Kesadaraan akan lingkungan baru serta

kemampun anak-anak dalam menyesuaikan diri telah

melahirkan perubahan dan perkembangan emosi anak-

anak. Dari penejelasan anak asuh tersebut di atas telah

memperlihatkan kondisi anak-anak yang tidak percaya

diri untuk bertemu dan berinteraksi dengan orang-

orang baru dalam lingkungan SOS Children‟s Village

Indonesia, selain itu ketakukan akan berbagai

pertanyaan tentang diri anak-anak terlantar telah

91

memperkuat kondisi tidak percaya diri dalam

lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia. Namun

dalam perkembangannya, setelah berada dalam

lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia serta

mengikuti berbagai kegiatan di dalamnya, anak-anak

tersebut secara berangsur-angsur sudah mulai percaya

diri dan mampu menyesuaikan diri dengan kondisi

lingkungan sekitarnya.

c. Bahasa

Perubahan dan perkembangan selanjutnya

yang diketahui dari hasil temuan lapangan yaitu

terkait dengan bahasa, dalam hal ini yaitu terkait

interaksi dan komunikasi anak-anak dengan orang lain

dalam lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia.

Lingkungan jalanan dan keterlantaran telah

menjadikan anak-anak memiliki bentuk komunikasi

dengan bahasa yang kurang baik, mengingat anak-

anak tersebut tidak mendapatkan arahan akan

penggunaan bahasa yang baik dalam berkomunikasi

dengan orang lain.

Kondisi perubahan dan perkembangan bahasa

komunikasi anak-anak setelah berada dalam

lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia telah

diungkapkan oleh salah seorang ibu asuh berikut ini;

“bahasa untuk berkomunikasi mereka sudah

memahami baik, Cuma sedikit kita arahkan ke

yang lebih baik dan tepat saja. Dan

alhamdulillahnya mereka cukup cepat untuk

92

pembiasaan bahasa yang baik dan tepat,

mereka juga terbiasa untuk bercerita perasaan,

apa yang dirasain saat itu atau bahkan

menceritakan masalah ketika mereka punya

masalah (Wawancara dengan Ibu Asuh pada

04 Juni 2021)”.

Anak-anak yang masuk dalam lingkungan

SOS Children‟s Village Indonesia senantiasa

mendapatkan arahan terkait penggunaan bahasa yang

baik dan benar ketika berinteraksi dengan orang lain.

Selain itu, sesuai dengan penjelasan informan di atas,

anak-anak tersebut juga sudah mulai terbuka dengan

orang lain dimana anak-anak sudah mulai terbiasa

bercerita akan kondisi yang dialami. Keterbukaan

anak-anak tersebut memungkinkan mereka mampu

mencari solusi akan masalah yang sedang dihadapi,

hal tersebut merupakan hasil dari keterbukaan anak-

anak dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Keterbukaan anak-anak dalam berkomunikasi

serta perbaikan penggunaan bahasa tersebut juga

diungkapkan oleh salah satu informan berikut ini;

“untuk bahasa sendiri menurut saya mereka

sudah menguasai dengan baik.Mereka sudah

dapat berkomunikasi dengan baik seperti

mereka bisa bercerita kesehariannya atau

masalahnya dan mereka juga dapat menjadi

pendengar yang baik pula” (Wawancara

dengan Pengelola SOS Children‟s Village

pada 02 Juni 2021).

Selain penggunaan bahasa yang baik dalam

berkomunikasi, anak-anak yang berada di lingkungan

93

SOS Children‟s Village Indonesia juga sudah mulai

terbiasa dan terbuka ketika berinteraksi. Anak-anak

sudah mulai terbiasa menceritakan kondisi dan

permasalahan yang dihadapi, selain itu mereka juga

mampu menjadi pendengan yang baik. Sehingga dari

kondisi interaksi tersebut memungkinkan mereka

saling membantu dan memahami permasalahan dan

solusi atas berbagai kondisi yang dialami oleh anak-

anak dalam lingkungan SOS Children‟s Village

Indonesia.

Selain itu, perubahan dan perkembangan

bahasa yang lebih baik tersebut juga diungkapkan oleh

salah satu anak asuh SOS Children‟s Village

Indonesia sebagai berikut ini;

“kalo ke Ibu ya kita harus sopan, tapi kalo ke

temen doang mah yaa kaya biasa aja kak”

(Wawancara dengan Anak Asuh SOS

Children‟s Village pada 10 Juni 2021).

Penggunaan bahasa yang baik tersebut juga

berkaitan dengan sopan santuan anak-anak, hal

tersebut berkaitan dengan penggunaan bahasa yang

baik dan benar kepada orang tua ataupun orang lain

yang lebih tua. Perkembangan dan perubahan bahasa

anak-anak telah memberikan manfaat bagi anak-anak

seperti kemampuan dalam berinteraksi, keterbukaan

dalam berkomunikasi, serta memiliki sopan santun

dalam berinteraksi dengan orang tua atau yang lebih

tua.

94

d. Nilai Religius

Perubahan dan perkembangan anak-anak

terlantar dalam lingkungan SOS Children‟s Village

Indonesia yang terakhir yaitu terkait dengan nilai

religiuas anak-anak. Sebagai upaya dalam

mengembangkan nilai religius anak-anak tersebut

diungkapkan oleh informan berikut ini;

“kita disini menyediakan beberapa bimbingan

keagamaan, dan mereka pun memiliki

kebebasan untuk memilih salah satu dari

kegiatan teresebut. Dengan melihat

keseluruhannya, so far mereka antusias untuk

mengikuti kegiatan tersebut” (Wawancara

dengan Pengelola SOS Children‟s Village

pada 02 Juni 2021).

Dalam lingkungan SOS Children‟s Village

Indonesia juga memiliki kegiatan terkait dengan

bimbingan keagamaan.Kegiatan tersebut merupakan

upaya untuk mengarahkan anak-anak terlantar menjadi

manusia yang memiliki keyakinan.Anak-anak dalam

lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia

memiliki kebebasan dalam memilih dan mengikuti

kegiatan bimbingan keagamaan, sehingga keterlibatan

anak-anak dalam bimbingan keagamaan telah

menunjukkan upaya perubahan dan perkembangan

anak-anak terkait religiusitas.

Lebih lanjut kegiatan bimbingan keagamaan

tersebut juga diperkuat oleh informan berikut ini;

“buat nilai religious disini kita menyediakan

beberapa kegiatan keagamaan, dan mereka

95

bebas memilih untuk kegiatan apa yang

mereka ingini. Dan buat antusiasnya mereka

cukup bagus dan nyaman dengan kegiatan-

kegiatan yang ada (Wawancara dengan Ibu

Asuh pada 04 Juni 2021)”.

Bimbingan keagamaan menjadi pilihan bagi

anak-anak yang memiliki antusias untuk

mengembangkan nilai religiusitas mereka, sehingga

anak-anak yang terlibat dalam kegiatan tersebut

menjadi nyaman dalam menjalaninya.Keterlibatan aktif

anak-anak dalam bimbingan keagamaan telah

memberikan perubahan religiusitas anak-anak menjadi

lebih baik.

Hal tersebut juga telah diungkapkan oleh

informan berikut ini;

“rajin si, aku suka ikut ceramah pas ada di

solat magrib, belajar ngaji, hafalan surat

pendek. Suka dapet hadiah juga hehe”

(Wawancara dengan Anak Asuh SOS

Children‟s Village pada 10 Juni 2021).

Keterlibatan aktif dalam berbagai kegiatan

bimbingan keagamaan tersebut memungkinkan adanya

perubahan dan perkembangan nilai religiusitas anak-

anak menjadi lebih baik. Lebih lanjut seperti yang

diungkapkan oleh informan di atas, terdapat berbagai

kegiatan yang dilaksanakan dalam bimbingan agama

diantaranya yaitu ceramah, sholat, belajar mengaji, dan

hafalan surat pendek.

96

BAB V

ANALISIS DATA TEMUAN PENELITIAN

A. Pemenuhan Hak Anak Terlantar oleh SOS Children’s

Villages Indonesia

1. Latar Belakang SOS Children’s Villages dalam

Pemenuhan Hak Anak Terlantar

Pemenuhan hak anak terlantar yang dilakukan oleh SOS

Children‟s Village Indonesia berkaitan erat dengan awal berdiri

dan perkembangannya. Pada awal kemunculannya telah

diinisiasi oleh Bapak Karya Bhakti Ria dan Ibu Tien Suharto

yang peduli dan perhatian akan kondisi anak-anak terlantar

yang tidak mendapatkan perhatian orang tua serta tempat

tinggal yang layak bagi tumbuh kembang anak tersebut.

Latar belakang tersebut juga sesuai dengan amanah

undang-undang No. 23 Tahun 2002 meengenai perlindungan

anak dalam pasal 1 ayat 6 dikatakan bahwa ”Anak terlantar

yaitu anak yang tidak terpenuhi dalam kebutuhannya secara

wajar, seperti fisik, mental, spiritual, maupun sosial”. Amanat

undang-undang tersebut sesuai dengan kegiatan yang telah

dilakukan oleh SOS Children‟s Vilages yang aktif

memperjuangkan hak-hak anak dan berkomitmen membantu

terpenuhinya kebutuhan anak-anak.

Kegiatan SOS Children‟s Vilages telah tersebar serta

dilaksanakan pada 134 Negara dan lebih menitikberatkan pada

upaya pengasuhan berbasis keluarga (Family-Based Care)

97

untuk anak-anak yang telah kehilangan atau beresiko

kehilangan pengasuhan orangtua (BAB III dan IV).Sehingga

pada masa awal berdirinya SOS Children‟s Village Indonesia

berupaya untuk melindungi anak-anak terlantar dan atau yang

telah ditelantarkan oleh orang tua ataupun keluarga.

Dalam perkembangannya, keberadaan SOS Children‟s

Village Indonesia telah membantu anak-anak terlantar untuk

mendapatkan kehangatan kasih sayang orang tua, tempat

tinggal, perawatan, keamanan, dan pendidikan yang

memberikan kontribusi besar dalam tumbuh kembang anak-

anak terlantar (BAB IV).Kontribusi SOS Children‟s Village

Indonesia tersebut sesuai dengan penjelasan Gunawan (2000,

93) terkait dengan komponen lembaga sosial salah satunya

yaitu dapat menaungi penyelenggaraan pemenuhan kebutuhan

masyarakat.Dalam hal ini SOS Children‟s Village Indonesia

telah menaungi serta menyelenggarakan pemenuhan kebutuhan

anak-anak terlantar.

Sesuai dengan data temuan lapangan, SOS Children‟s

Village Indonesia memiliki dua program besar yang menjadi

identitasnya.Kedua program tersebut yaitu; Family Based Care

(FBC) yang merupakan pengasuhan berbasis keluarga jangka

panjang, serta Family Strengthening Programme (FSP) yaitu

adalah program penguatan dalam keluarga itu sendiri (BAB

IV).FBC yang merupakan program jangka panjang yang

menjadi bentuk pengasuhan berbasiskan keluarga bagi anak-

anak terlantar untuk memperoleh keluarga baru yang dapat

memberikan pengasuhan yang layak serta dapat merasakan

98

dicintai, diperhatikan, dan kehangatan dari sebuah

keluarga.Sedangkan FSP merupakan program pendampingan

terhadap anak-anak terlantar beserta keluarga mereka, program

FSP lebih menekankan pada dukungan dan penguatan terhadap

anak-anak terlantar dan keluarganya sehingga tercipta suasana

dalam lingkungan keluarga yang asah-asih-asuh, stabil, dan

aman bagi tumbuh kembang anak.

Dari kedua program tersebut terlihat kontribusi SOS

Children‟s Village Indonesia dalam pemenuhan hak anak

dilakukan dalam lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia

serta pendampingan terhadap keluarga anak yang terlantar.

Penelantaran anak dalam penjelasan Bagong (2016, 212)

adalah sebuah tindakan baik dengan kesengajaan maupun tidak

disengaja yang membiarkan anak tidak terpenuhi kebutuhan

dasarnya (sandang, pangan, papan).Sedangkan anak terlantar

adalah anak-anak yang termasuk didalam kategori anak rawan

atau anak-anak yang membutuhkan perlindungan khusus

(children in need of special protection).

Penelantaran anak dan anak terlantar sesuai penjelasan

di atas menjadi fokus tujuan kegiatan atau program SOS

Children‟s Village Indonesia.Dimana tujuan SOS Children‟s

Village Indonesia yaitu diharapkan anak-anak terlantar dapat

tumbuh dan berkembang, serta mendapatkan rasa hormat dan

rasa aman dalam tumbuh tumbuh kembang mereka (BAB IV).

Dari tujuan yang diharapkan dari pelaksanaan program telah

memposisikan semua anak-anak yang berada dalam naungan

99

SOS Children‟s Village Indonesia memiliki hak dan kewajiban

yang sama dengan anak-anak pada umumnya.

SOS Children‟s Village Indonesia sebagai salah satu

lembaga sosial yang memberikan penanganan terhadap anak-

anak terlantar telah memiliki tujuan yang menjadi tujuan

bersama.Ciri tersebut sesuai dengan penjelasan Soemardjan dan

Soemardi (2015) bahwa ciri lembaga sosial yaitu mempunyai

tujuan bersama dan kelengkapan alat untuk mencapai tujuan

bersama dari lembaga sosial. Sehingga tujuan dari adanya SOS

Children‟s Village Indonesia juga telah menjadi tujuan dan

harapan para anggota dalam SOS Children‟s Village Indonesia

dalam membantu anak-anak terlantar mendapatkan kehidupan

yang layak, merasakan kebahagiaan dan kasih sayang dalam

tumbuh kembangnya, serta rasa aman dan nyaman.

2. Bentuk Perkembangan dan Pemenuhan Hak Anak

Terlantar

Kondisi anak-anak yang berada dibawah naungan

SOS Children‟s Village Indonesia merupakan anak-anak

terlantar dan atau anak-anak yang telah ditelantarkan oleh

orangtua maupun keluarganya. Dalam naungan dan wadah

SOS Children‟s Village Indonesia diharapkan anak-anak

dapat merasakan kehangatan, dicintai, diperhatikan dan kasih

sayang dalam lingkungan keluarga, serta merasakan kondisi

yang aman dan nyaman dalam tumbuh kembang mereka

(BAB IV). Terwujudnya kondisi tersebut merupakan tujuan

bersama SOS Children‟s Village Indonesia dalam

pememnuhan hak anak terlantar.

100

Dalam proses penerimaan anak terlantar di SOS

Children‟s Village Indonesia, berbagai persyaratan

disesuaikan dengan kondisi anak. Pada tahap awal

penerimaan anak-anak terlantar tersebut akan dilakukan

assesment untuk menelusuri kondisi anak tersebut, sehingga

informasi hasil assesment tersebut menjadi data awal untuk

menentukan tindak lanjut bagi anak-anak dalam naungan SOS

Children‟s Village Indonesia (BAB IV). Hal tersebut

dilakukan mengingat bahwa latar belakang anak-anak

terlantar tersebut merupakan anak yang berasal dari jalanan

ataupun tanpa ada orang tua atau keluarga yang jelas,

sehingga dalam tahap awal diperlukan assesment sebagai data

awal anak.

SOS Children‟s Village Indonesia dalam menerima

anak-anak terlantar telah memberikan lingkungan dan

keluarga baru bagi anak-anak terlantar, sehingga memungkin

mereka mendapatkan perkembangan yang lebih baik, baik itu

dalam lingkungan keluarga maupun pertemanannya (BAB

IV).Perkembangan anak sesuai penejelasan Arvin dan

Kliegman (2000) merupakan perkembangan

berkesinambungan dengan peningkatan kompleksitas fungsi

dan kemajuan dalam keterampilan.

Dari temuan lapangan dan juga dari hasil observasi

yang telah dilakukan dalam berbagai kegiatan di lingkungan

SOS Children‟s Village Indonesia telah menunjukkan banyak

perubahan perkembangan anak-anak terlantar dari kondisi

sebelumnya. Perubahan tersebut sangat terlihat dari cara

101

berpikir anak-anak dalam menyelesaikan masalahnya sendiri,

selain itu perubahan juga terlihat dari cara berkomunikasi dan

berperilaku dalam kehidupan sehari-hari (BAB IV). Kondisi

tersebut menunjukkan perubahan anak-anak terlantar dari

kondisi dan lingkungan lama, dan mengalami perkembangan

yang berkesinambungan bersama keluarga dan lingkungan

baru dalam naungan SOS Children‟s Village Indonesia.

Lebih lanjut Harlimsyah (2014, 9) menjelaskan

perkembangan anak sendiri ialah segala bentuk perubahan

yang terjadi pada diri anak dan dapat dilihat dari berbagai

aspek seperti: fisik (motorik), emosi, kognitif dan psikososial

(bagaimana anak berinteraksi dengan lingkungannya).

Perkembangan anak dalam naungan SOS Children‟s Village

Indonesia sudah seharusnya menyentuh berbagai aspek.

Secara keseluruhan perkembangan anak tersebut terlihat dari

kesadaran anak akan tanggung jawab terhadap kondisi diri

dan masalah yang dihadapi, sehingga memungkinkan anak-

anak dapat menyelesaikan tugas ataupun masalahnya.

B. Peran SOS Children’s Villages Indonesia dalam

Pemenuhan Hak Anak Terlantar

1. Memberikan Pertolongan atas Keterlantaran Anak-

Anak

Sesuai dengan tujuan SOS Children‟s Village

Indonesia yaitu untuk memberikan pertolongan kepada anak-

anak terlantar dengan memberikan tempat tinggal, kehangatan

kasih sayang seorang ibu, perawatan, keamanan, serta

pendidikan bagi anak-anak (BAB IV). Sehingga diharapkan

102

nantinya anak-anak yang berada dalam naungan SOS

Children‟s Village Indonesia tersebut mampu mengatasi

kondisi diri dan masalahnya serta berdiri sendiri dalam

menjalani kehidupan selanjutnya.

Keberadaan SOS Children‟s Village Indonesia telah

memberikan pertolongan atas keterlantaran anak-anak, serta

mendapatkan tempat tinggal yang menjadi rumah bagi

mereka serta orang tua yang mendampingi mereka.Selain itu

anak-anak tersebut juga mendapatkan pertolongan berupa

kehangatan kasih sayang seorang ibu, diberikan perawatan,

keamanan, serta pendidikan yang menunjang keberlanjutan

hidup anak-anak terlantar (BAB IV). Berbagai bentuk

pertolongan tersebut juga telah menghindarkan anak-anak

dari keterlantara serta menjadi upaya dalam pemenuhan hak-

hak anak, mengingat bahwa rumah tempat tinggal yang layak,

kasih sayang keluarga, pearawatan, keamanan, dan

pendidikan merupakan hak-hak yang harus dimiliki dan

dilindung dalam mendukung tumbuh kembang anak.

Pertolongan dan perlindungan terhadap anak-anak

agar terhindar dari ketelantaran tersebut juga telah menjadi

identitas SOS Children‟s Village Indonesia, dan terlihat dari

berbagai kegiatan atau program untuk anak-anak.Melalui

kegiatan FBC dan FSP, anak-anak terlantar mendapatkan

rumah tempat tinggal serta mendapatkan pendampingan

dalam mendukung tumbuh kembang anak.Tujuan adanya

kedua program tersebut yaitu memberikan pertolongan atas

keterlantaran anak serta pendampingan dalam mendukung

103

tumbuh kembang anak, yang juga sesuai dengan tujuan SOS

Children‟s Village Indonesia itu sendiri (BAB IV). Selain itu

tujuan lainnya yaitu diharapkan anak-anak terlantar

mendapatkan rasa hormat dan rasa aman dalam tumbuh

tumbuh kembang mereka, sehingga semua anak-anak yang

berada dalam naungan SOS Children‟s Village Indonesia

memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan anak-anak

pada umumnya.

Sesuai dengan tujuan SOS Children‟s Village

Indonesia untuk anak-anak terlantar tersebut juga sesuai

dengan visi dan misi SOS Children‟s Village Indonesia dalam

profil lembaga yaitu; Setiap anak tumbuh dengan cinta, rasa

hormat, dan rasa aman, serta setiap anak adalah bagian dari

sebuah keluarga (BAB III dan IV). Hal tersebut menunjukkan

pertolongan yang telah diberikan terhadap anak-anak terlantar

telah menjadi tujuan, visi, dan misi SOS Children‟s Village

Indonesia.

Pertolongan atas keterlantaran anak-anak telah

menjadi fokus dan perhatian orang-orang yang terlibat dalam

lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia telah

memenuhi dan melindungi hak-hak anak, sehingga anak-anak

mendapatkan manfaat yang mendukung tumbuh kembang

mereka (BAB IV). Kondisi tersebut dapat terlihat dari

kelayakan hidup anak dalam naungan SOS Children‟s Village

Indonesia layaknya kebahagiaan dari orang tua ataupun

keluarganya sendiri, serta tumbuh dan kembang anak dengan

104

kebahagiaan, kasih sayang, rasa aman, dan nyaman yang

merupakan hak semua anak.

2. Mendorong Perkembangan dan Perubahan Anak

Peran SOS Children‟s Villages Indonesia dalam

pemenuhan hak anak terlantar yang kedua yaitu dalam

mendorong perkembangan dan perubahan anak. Menurut

Harlimsyah (2014, 9) perkembangan anak adalah segala

bentuk perubahan yang terjadi pada diri anak dan dapat

dilihat dari berbagai aspek seperti: fisik (motorik), emosi,

kognitif dan psikososial (bagaimana anak berinteraksi dengan

lingkungannya). Perkembangan anak sesuai penejlasan

tersebut menyentuh berbagai aspek kehidupan anak, sehingga

perkembangan dan perubahan anak dalam naungan SOS

Children‟s Village Indonesia sudah seharusnya menyentuh

berbagai aspek kehidupan anak.

Dari hasil temuan lapangan, perkembangan dan

perubahan anak terlihat dari berbagai aspek kehidupan, mulai

dari sosial, emosional, bahasa, dan nilai religius anak-anak

(BAB IV).Perkembangan dan perubahan anak tersebut

dipengarhui oleh faktor eksternal anak.Menurut penjelasan

Chamidah (2019, 83) faktor eksternal merupakan faktor

perkembangan yang berasal dari lingkungan atau luar

individu, baik dalam bentuk lingkungan fisik yang berupa

rumah, kesehatan lingkungan, dan gizi.Sedangkan lingkungan

psikis seperti faktor kebudayaan, sikap, keyakinan, nilai-nilai

yang dianut dan lain-lain. Berbagai faktor yang

mempengaruhi perkembangan dan perubahan anak sesuai

105

penjelasan tersebut bersumber dalam lingkungan SOS

Children‟s Village Indonesia.

a. Aspek Sosial

Perkembangan dan perubahan anak pada aspek

sosial dapat diketahui dari kondisi sosial anak sebelum

masuk dan setelah mengikuti berbagai kegiatan dan

program dalam lingkungan SOS Children‟s Village

Indonesia. Pada awal masuk lingkungan SOS Children‟s

Village Indonesia anak-anak tersebut cenderung malu,

canggung, dan sulit berkomunikasi dengan teman-teman

sebaya lainnya (BAB IV). Kondisi tersebut menjadi

tantangan tersendiri bagi anak-anak terlantar untuk

berkembang dan berubah dalam lingkungan SOS

Children‟s Village Indonesia.

Menurut Rachmawati (2014, 17), perkembangan

sosial ditandai dengan adanya pencapaian kematangan

atau kesiapan dalam interaksi sosialnya, dimana dia dapat

bergaul, serta beradaptasi dengan lingkungannya dan

menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok.

Sehingga perkembangan dan perubahan sosial anak

setelah berada dalam lingkungan SOS Children‟s Village

Indonesia dapat dilihat dari adanya pencapaian

kematangan atau kesiapan anak dalam interaksi dengan

lingkungan sosialnya, yaitu lingkungan SOS Children‟s

Village Indonesia.

106

Perubahan dan perkembangan anak sesuai dengan

temuan lapangan terlihat setelah tinggal dan mengikuti

berbagai kegiatan dalam lingkungan SOS Children‟s

Village Indonesia. Setelah beradaptasi dan mengikuti

berbagai kegiatan di SOS Children‟s Village Indonesia,

anak-anak tersebut mulai terlihat perubahan dan

perkembangan dalam berkomunikasi, bersikap, peduli

dengan lingkungan sekitarnya (BAB IV). Perubahan dan

perkembangan sosial anak tersebut telah menunjukkan

kemampuan anak dalam beradaptasi dan memperbaiki

hubungan sosial dengan lingkungan sekitarnya.

Kemampuan beradaptasi dan berkomunikasi tersebut

menunjukkan bahwa anak-anak telah mencapai

kematangan atau kesiapan dalam interaksi sosialnya.

Selain itu perkembangan dan perubahan pada

aspek sosial tersebut terlihat dari hilangnya rasa minder

dan malu dengan orang baru, sikap terhadap lingkungan

sosial, serta peduli terhadap lingkungan sosialnya (BAB

IV). Perkembangan tersebut telah menunjukkan kondisi

anak-anak dalam naungan SOS Children‟s Village

Indonesia dapat bergaul dengan teman sebaya atau orang

lain, beradaptasi dengan lingkungannya, dan

menyesuaikan diri terhadap norma-norma yang berlaku

dalam lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia.

107

b. Emosional

Perkembangan dan perubahan anak-anak dalam

aspek emosi berkaitan dengan perasaan anak-anak

sebelum dan sesudah mengikuti berbagai kegiatan di SOS

Children‟s Village Indonesia. Menurut Rachmawati

(2014) emosi adalah suatu kondisi yang kompleks, dapat

berupa perasaan ataupun getaran jiwa yang terlihat dengan

perubahan biologis yang akan muncul menyertai

terjadinya suatu perilaku. Aspek emosi yang

menunjukkan perubahan dan perkembangan anak dalam

naungan SOS Children‟s Village Indonesia dapat berupa

perasaan atau getaran jiwa yang terlihat dari sikap atau

perilaku anak.

Dari temuan lapangan disebutkan bahwa pada

masa awal anak-anak masuk dalam lingkungan SOS

Children‟s Village Indonesia masih cengeng dan sering

menangis yang menunjukkan emosi sedih atau merasa

asing akan lingkungan baru. Selain itu, kondisi anak-anak

yang tidak percaya diri untuk bertemu dan berinteraksi

dengan orang baru, serta ketakukan akan berbagai

pertanyaan tentang diri anak-anak terlantar telah

memperkuat kondisi tidak percaya diri dalam lingkungan

SOS Children‟s Village Indonesia (BAB IV). Namun

begitu, dalam lingkungan SOS Children‟s Village

Indonesia perhatian terhadap kondisi anak yang menjadi

fokus utama memungkinkan adanya dukungan untuk

108

perkembangan dan perubahan aspek emosi anak lebih

baik.

Sesuai dengan temuan lapangan, dalam

perkembangan anak-anak setelah mereka mampu

menyesuaikan diri pada lingkungan baru, secara

berangsur-angsur kondisi emosi anak-anak sudah mulai

membaik. Kondisi tersebut diperlihatkan dari kepercayaan

diri serta kemampuan anak-anak untuk menerima dan

menjalani kehidupan baru mereka dalam lingkungan SOS

Children‟s Village Indonesia (BAB IV). Kesadaraan akan

lingkungan baru serta kemampun anak-anak dalam

menyesuaikan diri telah melahirkan perubahan dan

perkembangan emosi anak-anak, lingkungan SOS

Children‟s Village Indonesia serta berbagai kegiatan di

dalamnya turut memperkuat perkembangan anak pada

aspek emosinya.

c. Bahasa

Perkembangan dan perubahan selanjutnya

terhadap anak-anak di lingkungan SOS Children‟s Village

Indonesia yaitu pada aspek bahasa. Mengingat bahwa

latar belakang anak-anak terlantar berada dalam situasi

dan kondisi lingkungan jalanan dan keterlantaran,

sehingga anak-anak kurang mendapatkan arahan akan

penggunaan bahasa yang baik dalam berinteraksi dengan

orang lain. Oleh karena itu perubahan dan perkembangan

kemampuan berkomunikasi yang baik dan benar telah

109

menjadi perhatian pihak SOS Children‟s Village

Indonesia.

Dari temuan lapangan terlihat bahwa anak-anak

dalam lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia

senantiasa mendapatkan arahan terkait penggunaan bahasa

yang baik dan benar ketika berinteraksi dengan orang lain.

Selain itu, anak-anak tersebut juga sudah mulai terbuka

dengan orang lain dimana anak-anak sudah mulai terbiasa

bercerita akan kondisi yang dialami. Keterbukaan anak-

anak tersebut memungkinkan mereka mampu mencari

solusi akan masalah yang sedang dihadapi, hal tersebut

merupakan hasil dari keterbukaan anak-anak dalam

berkomunikasi dengan orang lain (BAB IV).

Kondisi perkembangan aspek bahasa pada anak-

anak tersebut sesuai dengan penjelasan Basyiroh (2017,

123-124), bahwa perkembangan anak mengenal kata-kata

maupun kalimat memungkinkan anak dapat bercerita dan

juga mendengarkan cerita, mengingat bahwa

perkembangan kesadaran metalinguistik juga merupakan

kesadaran untuk belajar tentang fungsi bahasa yang

benar.Oleh karena itu perkembangan dan perubahan anak

dalam lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia juga

berkaitan dengan kesadaran metalinguistik.

Selanjutnya perkembangan anak pada aspek

bahasa juga terlihat dari penggunaan bahasa yang baik

dalam berkomunikasi, terbiasa dan terbuka ketika

berinteraksi menceritakan kondisi dan permasalahan yang

110

dihadapi, serta mampu menjadi pendengan yang baik

(BAB IV). Penggunaan bahasa yang baik tersebut telah

menunjukkan sopan santun anak-anak kepada orang tua

ataupun orang lain yang lebih tua, selain itu keterbukaan

dalam bercerita dan mendengarkan telah membantu

memahami permasalahan dan solusi atas berbagai kondisi

yang dialami oleh anak-anak dalam lingkungan SOS

Children‟s Village Indonesia.

d. Nilai Religius

Perkembangan dan perubahan anak-anak yang

terakhir yaitu pada aspek nilai religius.Aspek religius

sesuai hasil penelitian ini berkaitan dengan berbagai

kegiatan bimbingan keagamaan bagi anak-anak, dan anak-

anak memiliki kebebasan untuk memilih mengikuti

berbagai kegiatan tersebut.Kegiatan tersebut merupakan

upaya untuk mengarahkan anak-anak terlantar menjadi

manusia yang memiliki keyakinan dan menjadi bekal

keagamaan bagi anak-anak kedepannya.

Perkembangan pada nilai keagamaan terhadap

anak menurut Rahardjo dan Daryanto (2018, 27-28)

adalah proses yang dilewati oleh individu atau seseorang

untuk mengenal Tuhan-Nya. walaupun seseorang

dilahirkan dalam keadaan lemah psikis maupun fisik, ia

telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat laten

yaitu fitrah keberagamaan. Dari penjelasan tersebut

memperkuat kegiatan bimbingan keagamaan yang

dijalankan oleh SOS Children‟s Village Indonesia bagi

111

anak-anak dalam proses kehidupannya, yang

memungkinkan penggalian fitrah keberagamaan anak-

anak untuk mengenal Tuhan-Nya.

Dalam lingkungan SOS Children‟s Village

Indonesia juga memiliki kegiatan terkait dengan

bimbingan keagamaan yang menjadi pilihan bagi anak-

anak yang memiliki antusias untuk mengembangkan nilai

religiusitas mereka, berbagai kegiatan yang dilaksanakan

dalam bimbingan agama diantaranya yaitu ceramah,

sholat, belajar mengaji, dan hafalan surat pendek (BAB

IV). Berbagai kegiatan bimbingan keagamaan

memungkinkan anak-anak yang terlibat dan nyaman

dalam melaksanakan kegiatan tersebut telah memberikan

perubahan religiusitas anak-anak menjadi lebih baik,

kondisi tersebut dapat terlihat dari keaktifan anak-anak

mengikuti bimbingan keagamaan serta menjalankan

berbagai kewajiban sesuai agamanya.

112

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Awal berdirinya SOS Children‟s Village Indonesia

merupakan inisiasi Bapak Karya Bhakti Ria dan Ibu Tien

Suharto atas kondisi anak-anak terlantar yang tidak

mendapatkan perhatian orang tua serta tempat tinggal yang

layak, sehingga pada masa awal berdiri hingga sekarang SOS

Children‟s Village Indonesia senantiasa berupaya untuk

melindungi anak-anak terlantar dan atau yang telah

ditelantarkan oleh orang tua ataupun keluarga. Keberadaan

SOS Children‟s Village Indonesia sendiri telah membantu

anak-anak terlantar untuk mendapatkan kehangatan kasih

sayang orang tua, tempat tinggal, perawatan, keamanan, dan

pendidikan.

SOS Children‟s Village Indonesia dalam pemenuhan

hak anak terlantar memiliki dua program besar yang menjadi

identitasnya.Kedua program tersebut yaitu; Family Based

Care (FBC) yang merupakan pengasuhan berbasis keluarga

jangka panjang, dan Family Strengthening Programme (FSP)

yaitu adalah program penguatan dalam keluarga itu

sendiri.bentuk pengasuhan berbasiskan keluarga bagi anak-

113

anak terlantar untuk memperoleh keluarga baru yang dapat

memberikan pengasuhan yang layak serta dapat merasakan

dicintai, diperhatikan, dan kehangatan dari sebuah keluarga.

Sedangkan FSP lebih menekankan pada dukungan dan

penguatan terhadap anak-anak terlantar dan keluarganya

sehingga tercipta suasana dalam lingkungan keluarga yang

asah-asih-asuh, stabil, dan aman bagi tumbuh kembang anak.

Proses penerimaan dan persyaratan anak-anak

terlantar di lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia

disesuaikan dengan kondisi anak tersebut. Pada tahap awal

penerimaan anak-anak terlantar tersebut akan dilakukan

assesment untuk menelusuri kondisi anak tersebut, sehingga

informasi hasil assesment menjadi data awal untuk

menentukan tindak lanjut bagi anak-anak. Mengingat latar

belakang anak-anak terlantar yang perlu penanganan SOS

Children‟s Village Indonesia sangat variatif, sehingga

assesmen awal menjadi informasi penting terkait anak

tersebut.

Berbagai kegiatan di lingkungan SOS Children‟s

Village Indonesia telah menunjukkan banyak perubahan

perkembangan anak-anak terlantar dari kondisi sebelumnya.

Perubahan tersebut sangat terlihat dari cara berpikir anak-

anak dalam menyelesaikan masalahnya sendiri, selain itu

perubahan juga terlihat dari cara berkomunikasi dan

berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Kesadaran anak

akan tanggung jawab terhadap kondisi diri dan masalah yang

114

dihadapi memungkinkan anak-anak dapat menyelesaikan

tugas ataupun masalahnya.

Tujuan adanya SOS Children‟s Village Indonesia

secara umum yaitu untuk memberikan pertolongan kepada

anak-anak terlantar dengan memberikan tempat tinggal,

kehangatan kasih sayang seorang ibu, perawatan, keamanan,

serta pendidikan bagi anak-anak.Dalam upaya untuk

mencapai tujuan tersebut, SOS Children‟s Village Indonesia

memiliki beberapa peran dalam mewujudkan tujuan tersebut

yang juga merupakan suatu bentuk terhadap pemenuhan hak

anak terlantar. Telah diketahui peran SOS Children‟s Village

Indonesia dalam pemenuhan hak anak terlantar yaitu dalam

memberikan pertolongan atas keterlantaran anak-anak, serta

mendorong perkembangan dan perubahan anak-anak dalam

lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia.

Peran SOS Children‟s Village Indonesia dalam

memberikan pertolongan atas keterlantaran anak-anak

tersebut sesuai dengan tujuan SOS Children‟s Village

Indonesia dalam pemenuhan hak anak terlantar. Pertolongan

atas keterlantaran anak-anak tersebut dapat terlihat dari;

adanya tempat tinggal yang menjadi rumah bagi anak-anak

serta orang tua pendamping, kehangatan kasih sayang seorang

ibu, diberikan perawatan, keamanan, dan pendidikan yang

menunjang keberlanjutan hidup anak-anak terlantar.Selain itu

diharapkan anak-anak mendapatkan kebahagian, kasih

sayang, rasa hormat, rasa aman, dan nyaman yang menjadi

hak anak dalam mendukung tumbuh tumbuh kembang anak.

115

Peran SOS Children‟s Village Indonesia selanjutnya

yaitu dalam mendorong perkembangan dan perubahan anak

dalam berbagai aspek kehidupan anak, mulai dari aspek

sosial, emosional, bahasa, dan nilai religius anak-anak.

perkembangan dan perubaha anak dalam berbagai aspek

kehidupannya tersebut dapat diketahui dari kondisi anak

sebelum dan sesudah berada dalam naungan SOS Children‟s

Village Indonesia.

Aspek Sosial.Perubahan dan perkembangan anak

dalam aspek sosial tersebut terlihat dalam berkomunikasi,

bersikap, dan kepedulian dengan lingkungan

sekitarnya.Kemampuan beradaptasi dan berkomunikasi telah

menunjukkan bahwa anak-anak sudah mencapai kematangan

atau kesiapan dalam interaksi sosialnya. Selain itu

perkembangan dan perubahan pada aspek sosial juga terlihat

dari hilangnya rasa minder dan malu dengan orang baru,

sehingga anak-anak dapat bergaul dengan teman sebaya atau

orang lain, beradaptasi dengan lingkungannya, dan

menyesuaikan diri terhadap norma-norma yang berlaku dalam

lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia.

Aspek Emosional. Perkembangan dan perubahan

anak-anak dalam aspek emosi dapat terlihat setelah anak-anak

mampu menyesuaikan diri dalam lingkungan SOS Children‟s

Village Indonesia. Pada aspek emosi, perkembangan dan

perubahannya dapat terlihat dari kepercayaan diri serta

kemampuan anak-anak untuk menerima dan menjalani

116

kehidupan baru mereka dalam lingkungan SOS Children‟s

Village Indonesia.

Aspek Bahasa. Pada aspek bahasa, perkembangan

dan perubahan anak dalam lingkungan SOS Children‟s

Village Indonesia berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam

berinteraksi atau menjalin komunikasi dengan orang lain.

Penggunaan bahasa yang baik dalam berinteraksi

memungkinkan anak-anak terbuka kepada orang lain akan

kondisinya serta anak-anak mulai terbiasa bercerita dan

mendengarkan cerita dari yang lainnya. Penggunaan bahasa

yang baik juga telah menunjukkan sopan santun anak-anak

kepada orang tua ataupun orang lain yang lebih tua, selain itu

keterbukaan dalam bercerita dan mendengarkan telah

membantu memahami permasalahan dan solusi atas berbagai

kondisi yang dialami oleh anak-anak.

Aspek Nilai Religius.Perkembangan dan perubahan

anak dalam lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia

yang terakhir yaitu dalam aspek nilai religius, kondisi tersebut

merupakan hasil dari adanya kegiatan bimbingan keagamaan

bagi anak-anak.namun begitu, anak-anak memiliki kebebasan

untuk memilih mengikuti kegiatan bimbingan keagamaan.

Berbagai kegiatan bimbingan keagamaan tersebut diantaranya

yaitu ceramah, sholat, belajar mengaji, dan hafalan surat

pendek. Keterlibatan aktif anak-anak dalam kegiatan

bimbingan tersebut memungkinkan adanya perubahan dan

perkembangan anak pada aspek religiusnya.

117

B. Saran

Dari hasil pembahasan dan analisis data yang telah

dilakukan sebelumnya, perlu kiranya memunculkan beberapa

saran yang membangun sesuai dengan tema penelitian ini

yaitu mengenai peran SOS Children‟s Village Indonesia

dalam pemenuhan hak anak terlantar di Indonesia. Beberapa

saran yang dapat diajukan tersebut diantaranya yaitu;

1. Pemenuhan hak anak terlantar telah menjadi

tujuan berdiri dan berkembangnya SOS Children‟s

Village Indonesia. Dari kesimpulan hasil

penelitian di atas belum menunjukkan tindak

lanjut dari pemenuhan hak anak setelah anak-anak

keluar dari SOS Children‟s Village Indonesia.

Sehingga perlu kiranya adanya pemantauan dan

juga pendampingan terhadap anak-anak yang

sudah keluar dari SOS Children‟s Village

Indonesia untuk mampu mempertahankan haknya

serta mengembangkan diri menghadapi tantangan

yang muncul dalam kehidupan di luar lingkungan

SOS Children‟s Village Indonesia.

2. Perkembangan dan pemenuhan hak anak terlantar

dalam lingkungan SOS Children‟s Village

Indonesia sudah berjalan baik dalam mendukung

dan menjaga tumbuh kembang anak. Selain itu,

pendampingan terhadp keluarga juga telah

memperkuat perkembangan dan perlindungan

anak dalam lingkungan keluarga. Dari hasil

118

penelitian belum ditemukan adanya dukungan

terhadap perkembangan anak terkait dengan

kemampuan yang menjadi bekal anak-anak setelah

keluar dari SOS Children‟s Village Indonesia.

perkembangan kemampuan tersebut dapat

dilakukan dengan memberikan pendidikan dan

juga pelatihan keterampilan anak yang mendukung

dan memperkuat tumbuh kembang anak

kedepannya.

3. Peran SOS Children‟s Village Indonesia dalam

mensinergikan berbagai kegiatan dengan pihak

luar yang mendukung tumbuh kembang anak

belum terlihat. Peran tersebut memungkinkan SOS

Children‟s Village Indonesia menjalin relasi

dengan pihak luar dalam peningkatan pendidikan

dan pelatihan keterampilan yang mendukung

tumbuh kembang anak.

Daftar Pustaka

Anna Syahra dan Mulati. 2020. Aspek Hukum Tangung Jawab

Negara Terhadap Perlindugan Anak Terlantar Ditinjau Dari

Pasal 34 Ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Jurnal Hukum Adigama,

Universitas Tarumanegara

Arvin, dan Kliegman Behrman. (2000). Buku Kesehatan Anak.

Jakarta: EGC Media. Edisi 15.

Basyiroh, Iis. (2017). Program Pengembangan Kemampuan

Literasi Anak Usia Dini. Siliwangi: STKIP.

Chamidah, Atien Nur. (2019). “Detksi Dini Gangguan

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak”.Universitas Negri

Yogyakarta (Jurnal Pendidikan Khusus Vol 4 No. 3)

Creswell, J. W. (2014). Research Design: Qualiative,

Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California:

SAGE Publications, Inc.

Eko Setiawan, Nurliana Cipta Apsari, dan Santoso Tri Raharjo.

2019. Pengangkatan Anak Balita Telantar pada Panti

Pelayanan Sosial Anak. Sosio Informa Vol. 5, No. 01,

Januari - April, Tahun 2019. Kesejahteraan Sosial. diakses

melalui;

https://ejournal.kemsos.go.id/index.php/Sosioinforma/articl

e/view/1622/940

Flowers, R. B. (2010). Street Kids: The Lives of Runaway and

Thrownaway Teens. Jefferson, NC: McFarland.

Harlimsyah. (2007). Aspek-Aspek Pertumbuhan dan

Perkembangan. Jakarta: EGC Media.

Ife, Jim, 2009, Human Rights From Below, Achieving Rights

Through Community Development,UK: Cambridge

University Press.

Hanifah Afnan Zuhron, Pemenuhan Hak Anak Terlantar Melalui

Rehabilitasi Sosial (Studi Deskriptif di Yayasan Sayap Ibu

Bintaro). Skripsi. Program Studi Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri

Jakarta, 2020.

Hendrikus Putra Cromain. 2020. Pemenuhan Hak Konstitusional

Akta Kelahiran Bagi Anak Terlantar di Kota Surabaya

ditinjau dari Undang-Undang Perlindungan Anak. Jurnal

Sapientia et Virtus Vol 5 Nomor 1

Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd., Metode Penelitian Kualitatif Teori

& Praktik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), cet:

1Jalaluddin. (1996). Psikologi Agama. Depok: PT Raja

Grafindo Persada.

Imawan, Wynandin dan Arizal Ahnaf, 2016, Indeks Komposit

Kesejahteraan Anak (IKKA), Kementerian Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak RI.

Khodijah. (2016). Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini.

Medan: Perdana Publishing.

Khoirunnisa, Edith Ratna, dsn Irawati. 2020. PERLINDUNGAN

HUKUM ANAK TERLANTAR ATAS HAK ANAK

MENDAPATKAN JAMINAN KESEHATAN.

NOTARIUS, Volume 13 Nomor 2 (2020) E-ISSN:2686-

2425 ISSN: 2086-1702. Diakses melalui;

https://ejournal.undip.ac.id/index.php/notarius/article/viewF

ile/31073/17432

Maxfield, F. N. (1930). Educational Research Bulletin. Vol. 9,

No. 5. The Case Study , 117-122.

Mursyid Djawas, dan Riska Fajrina. 2019. Efektifitas Lembaga

Perlindungan Anak Terlantar: Studi pada Panti Asuhan Suci

Hati di Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat. Samarah: Jurnal

Hukum Keluarga dan Hukum Islam Volume 3 No. 2. Juli-

Desember 2019 ISSN: 2549 – 3132; E-ISSN: 2549 – 3167

Nur Syafni. 2020. BENTUK PELAYANAN SOSIAL PADA

PANTI SOSIAL ANAK REMAJA NUSA PUTERA

DALAM MENGEMBALIKAN KEBERFUNGSIAN

SOSIAL ANAK. Skripsi Program Studi Kesejahteraan

sosial, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Diakses melalui;

http://repository.umsu.ac.id/bitstream/123456789/4836/1/N

ur%20Syafni%20SKRIPSI%20BENTUK%20PELAYANA

N%20SOSIAL%20PADA%20PANTI%20SOSIAL%20%2

0ANAK%20REMAJA%20NUSA%20PUTERA%20DAL

AM%20MENGE.pdf

Prof. Dr. H. M. Burhan Bungin, S.Sos., M.Si., Penelitian

Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan

Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011), cet:

5Rahardjo, Mudjia dan Daryanto. (2012). Model

Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media.

Rachmawati, Yeni. (2014). Perkembangan Sosial Emosional

Pada Anak Usia Taman Kanak- Kanak. (Jakarta:

Universitas Terbuka).

Rizka Azizah Siregar. 2019. PEMENUHAN HAK

PEMELIHARAAN ANAK TERLANTAR DI KOTA

MEDAN (Studi di Dinas Sosial Kota Medan). Skripsi Ilmu

Hukum/Hukum Perdata, Fakultas Hukum, UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Susanto, Ahmad. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta:

Kencana Prenada.

Suyanto, Bagong. (2013). Masalah Sosial Anak. Jakarta:

Prenadamedia.

Undang Undang pasal 34 ayat 1 tentang Fakir miskin dan anak

terlantar dipelihara oleh negara

Undang Undang Republik Indonsia Nomer 23 tahun 2002 pasal 1

ayat 6 tentang Perlidungan anak

United Nation, The Universal Declaration of Human Rights,

diaksesmelalui, https://www.un.org/en/universal-

declaration-human-rights/

Qudsyi, Hazhira. (2010). Optimalisasi Pendidikan Anak Usia

Dini Melalui Pembelajaran yang Berbasis Perkembangan

Otak. Yogyakarta: Buletin Psikologi.

Zein, Yeti dan Suryani, Eko. (2005). Psikologi Ibu dan Anak.

Yogyakarta: Media Grafika).

Yin, R. K. (2002). Case Study Research: Design and Methods.

California: SAGE Publications, Inc.

LAMPIRAN 1 PEDOMAN WAWANCARA

PEDOMAN WAWANCARA

Informan: Pengelola SOS Children’s Village

A. Tempat dan waktu wawancara

1. Tempat Wawancara :

2. Hari, tanggal wawancara :

B. Identitas Informan

1. Nama :

2. Usia :

C. Isi wawancara

1. Sejarah SOS Children’s Village berdiri?

2. Ada berapa program di SOS Children’s Village?

3. Apakah ada syarat khusus untuk anak bisa masuk ke

program SOS Children’s Village?

4. Apa harapan dari pengelola mengenai program yang

ada di SOS Chilren’s Village?

5. Apa saja perubahan anak setelah mengikuti program

ini?

6. Apa saja perkembangan anak setelah mengikuti

program tersebut?

7. Apa saja perkembangan sosial anak setelah mengikuti

program tersebut?

8. Perkembangan emosional sejauh ini seperti apa?

9. Perkembangan bahsa sejauh ini seperti apa?

10. Perkembangan nilai religiu sejauh ini seperti apa?

11. Sejauh ini faktor apa saja yang mempengaruhi

prkembangan anak?

PEDOMAN WAWANCARA

Informan: Ibu Asuh SOS Children’s Village

A. Tempat dan waktu wawancara

1. Tempat Wawancara :

2. Hari, tanggal wawancara :

B. b. Identitas Informan

1. Nama :

2. Usia :

C. Isi wawancara

1. Ada berapa program di SOS Children’s Village?

2. Apa harapan dari pengelola mengenai program yang

ada di SOS Chilren’s Village?

3. Apa saja perubahan anak setelah mengikuti program

ini?

4. Apa saja perkembangan anak setelah mengikuti

program tersebut?

5. Apa saja perkembangan sosial anak setelah mengikuti

program tersebut?

6. Perkembangan emosional sejauh ini seperti apa?

7. Perkembangan bahsa sejauh ini seperti apa?

8. Perkembangan nilai religius sejauh ini seperti apa?

9. Sejauh ini faktor apa saja yang mempengaruhi

perkembangan anak?

PEDOMAN WAWANCARA

Informan: Anak Asuh SOS Children’s Village

A. Tempat dan waktu wawancara

1. Tempat Wawancara :

2. Hari, tanggal wawancara :

B. Identitas Informan

1. Nama :

2. Usia :

C. Isi wawancara

1. Sudah berapa lama mengikuti program di SOS

Children’s Village?

2. Apakah harapan Anda mengikuti program yang ada di

SOS Children’s Village?

3. Apakah peerubahan yang Anda rasakan setelah

mengikuti program di SOS Children’s Village?

4. Keterampilan apa saja yang sudah Anda kuasai?

5. Apakah Anda mengenali satu sama lain dengan teman

satu rumah/ komplek?

6. Apakah Anda merasa percaya diri terhadap semua hal

yang dilakukan?

7. Bagaimana Anda brkomunikasi dengan Ibu Asuh dan

teman sebaya?

8. Apakah Anda rajin dalam beribadah dan

mendengarkan ceramah keagamaan?

9. Sejauh ini bagaimana hubungan Anda dengan kluarga

dirumah?

10. Sejauh ini bagaimana hubungan Anda dengan

lingkungan dan teman?

LAMPIRAN 2 TRANSKRIP WAWANCARA

TRANSKRIP WAWANCARA

Informan: Pengelola SOS Children’s Village

A. Tempat dan waktu wawancara

1. Tempat Wawancara : SOS Children’s

Villages Indonesia

2. Hari, tanggal wawancara : 20 Mei 2021

B. Identitas Informan

1. Nama : Bapak Mardi

2. Usia : 42 Tahun

C. Isi wawancara

1. Sejarah SOS Children’s Village berdiri?

“ Jadi dulunya sebelum disingkat menjadi SOS

Children’s Village Indonesia itu sempat bernama SOS

Children’s Village Desa Taruna Jakarta. Itu adalah

sebuah yayasan swasta non provit dan kenapa bisa

dibilang desa karena dulu berbentuk satu komplek

panti asuhan dengan berbagai sarananya jadi

menyerupai desa gitu. Sebenarnya SOS ini didirikan

oleh Bapak Karya Bhakti Ria adalah untuk

mewujudkan gagasan Ibu Tien Suharto, untuk

melindungi anak-anak yang terlantar atau

ditelantarkan oleh orang tuanya dengan dikasih rumah

tinggal, kehangatan kasih sayang seorang Ibu,

perawatan, keamanan serta pendidikan.”

2. Ada berapa program di SOS Children’s Village?

“Kalau untuk program disini kita punya 2 program

yang berjalan. Ada FBC dan ada juga FSP, buat FBC

sendiri itu Family Based Care atau Pengasuhan

berbasis keluarga jangka panjang yang dimana kita

disini menciptakan keluarga pengganti yang mampu

memberikan pengasuhan yang layak terhadap anak

sehingga anak-anak dapat mendapatkan kembali

kehangatan keluarga yang pnuh perhatian, kasih

sayang dan masakanak-kanak yang membahagiakan.

Terus untuk FSP atau Family Strengthening

Programme itu adalah program penguatan dalam

keluarga yang mana kerjanya itu beda dengan

program yang sebelumnya tadi saya jelaskan, kalo

yang tadi kita menyediakan tempat tinggal atau

sarananya tapi kalo program ini dilakukan dikediaman

atau rumahnya sendiri dengan orangtua kandungnya

sendiri, supaya keluarga-keluarga mampu

menyediakan lingkungan yang asah-asih-asuh, stabil,

dan aman. Jd program kedua ini hanya sebagai

pendampingan saja.”

3. Apakah ada syarat khusus untuk anak bisa masuk ke

program SOS Children’s Village?

“untuk persyaratan sendiri kita disini tergantung

kondisi si anak tersebut, rata-rata kan yang tinggal

disini kita dapet dari anak yang terlantar (anak yang

brada dijalan tanpa orang tua). Mungkin kita akan

melakukan assessment awal untuk menggali informasi

si anak. Tapi tidak akan kita persulit.”

4. Apa harapan dari pengelola mengenai program yang

ada di SOS Chilren’s Village?

“Harapan saya sih ya tidak jauh dari tujuan SOS ini

sendiri. Setiap anak bisa tumbuh dengan cinta, dengan

rasa hormat, dan dengan rasa aman. Karena semua

anak mempunyai hak dan kewajiban yang sama.”

5. Apa saja perubahan anak setelah mengikuti program

ini?

Sejauh ini sih, banyak peruabahan yang sudah bisa

kita lihat dari mulai cara berkomunikasi, cara berpikir,

menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik.”

6. Apa saja perkembangan anak setelah mengikuti

program tersebut?

“Hal ini mungkin kami lihat ketika mereka punya

masalah mereka juga bisa menyelesaikannya sendiri,

dan juga kami merasa dari hasil pengamatan atau

observasi di setiap kegiatan menunjukkan perubahaan

dalam berkomunikasi dan bertindak dengan sadar

dalam setiap kegiatan”.

7. Apa saja perkembangan sosial anak setelah mengikuti

program tersebut?

“Sejauh ini dari yang tadinya mereka masih malu,

canggung, sulit berkomunikasi dengan teman

sebayanya sekarang perlahan sudah berubah jadi lebih

bisa berkomunikasi, beradaptasi dengan teman atau

lingkungannya”.

8. Perkembangan emosional sejauh ini seperti apa?

“Buat perkembangan emosi sendiri menurut saya

semakin baik, mungkin yang tadi awalnya masih suka

nangis-nangis tanpa sebab mungkin karena merasa

asing kali ya, sekarang mereka sudah bisa menjalani

hari-harinya seperti biasa”.

9. Perkembangan bahasa sejauh ini seperti apa?

“Untuk bahasa sendiri menurut saya mereka sudah

menguasai dengan baik. Mereka sudah dapat

berkomunikasi dengan baik seperti mereka bisa

bercerita keshariannya atau masalahnya dan mereka

juga dapat menjadi pendengar yang baik pula”.

10. Perkembangan nilai religius sejauh ini seperti apa?

“Kita disini menyediakan beberapa bimbingan

keagamaan, dan mereka pun memiliki kebebasan

untuk memilih salah satu dari kegiatan teresebut.

Dengan melihat keseluruhannya, so far mereka

antusias untuk mengikuti kegiatan tersebut”.

11. Sejauh ini faktor apa saja yang mempengaruhi

perkembangan anak?

“Untuk faktor itu sendiri kita biasanya dari awal

melihat kejadian sebelum mereka masuk SOS,

bagaimana latar belakang keluarganya, mereka hidup

dilingkungan seperti apa, dan setelah mereka

mengikuti program kita juga memperdalam

keterkaitan dikeluarganya, dilingkungan temannya,

dan dari pengalaman masa lalunya. Semua faktor

tersebut mempengaruhi perkembangan anak”.

TRANSKRIP WAWANCARA

Informan: Ibu Asuh SOS Children’s Village

A. Tempat dan waktu wawancara

1. Tempat Wawancara : SOS Children’s Village

Jakarta

2. Hari, tanggal wawancara : 20 Mei 2021

B. Identitas Informan

1. Nama : Ibu Ayu Ningsih

2. Usia : 37 Tahun

C. Isi wawancara

1. Ada berapa program di SOS Children’s Village?

“Kita punya 2 program kak pertama Family Based

Care (FBC) itu proram dimana pengasuhan yang

berbasis keluarga jangka panjang, kita memberikan

keluarga pengganti kepada si Anak, kita memberikan

pengasuhan yang layak kepada Anak agar mereka

dapat merasakan dicintai, diperhatikan, dan

kehangatan dari sebuah keluarga. Terus untuk

program yang kedua kita punya Family Strengthening

Programme (FSP) kalau yang ini kita lebih

pendampingan kepada keluarga gimana kita

menguatkan si keluarga dalam penanganan

pengasuhan anak. Programnya juga dilakukan

dirumah masing-masing dan dengan orang tua

kandungnya si anak itu sendiri”.

2. Apa harapan dari Ibu Asuh mengenai program yang

ada di SOS Chilren’s Village?

“Ya saya berharap kita bisa membantu memberikan

kelayakan kehidupan pada anak-anak yang tidak bisa

mendapatkan dari keluarga ataupun orangtuanya. Agar

semua anak juga mendapatkan hak kebahagiaan yang

sama, tumbuh dengan kasih sayang, rasa aman dan

nyaman.”

3. Apa saja perubahan anak setelah mengikuti program

ini?

“Anak-anak disini pada dasarnya baik-baik kak,

mungkin hanya perlu dikasih arahan sedikit. Mulai

dari cara berpikir, bagaimana mereka berkomunikasi

sekarang sudah lebih membaik dan jelas”.

4. Apa saja perkembangan anak setelah mengikuti

program tersebut?

“Kalau untuk perkembangannya kak kita bisa menilai

dari gimana cara mereka menyelesaikan tugas ataupun

masalahnya mereka. Yang tadinya mungkin mereka

masih bingung ya mau ngapain mau gimana, sekarang

mereka sudah mengerti dan bisa bertanggung dengan

tugasnya masing-masing bahkan sudah bisa

meenyelesaikan masalahnya sendiri”.

5. Apa saja perkembangan sosial anak setelah mengikuti

program tersebut?

“Masalah perkembangan sosial disini sudah terlihat

jeelas prkembangannya kak, mulai dari sikap mereka

ke kita, sikap mereka ke temen-temennya, yang

tadinya mungkin mereka masih malu-malu atau

merasa asing tapi sekarang mereka sudah lebih bisa

bradaptasi dengan baik dan lebih perduli satu sama

lainnya kepada teman maupun lingkungannya”.

6. Perkembangan emosional sejauh ini seperti apa?

“Ya namanya juga anak-anak ya kak, pasti ada

nangisnya cengenglah, ada manjanya, ada keras

kepalanya. Tapi sejalannya waktu mereka mulai

menyesuaikan dan kita pun ngerti gimana nyikapin

mereka, dan dengan sendirinya mereka bisa menerima

dan menjalankan hari-harinya dengan gembira disini”.

7. Perkembangan bahsa sejauh ini seperti apa?

“Bahasa untuk berkomunikasi mereka sudah

memahami baik, Cuma sedikit kita arahkan ke yang

lebih baik dan tepat saja. Dan alhamdulillahnya

mereka cukup cepat untuk pembiasaan bahasa yang

baik dan tepat, mereka juga terbiasa untuk bercerita

perasaan, apa yang dirasain saat itu atau bahkan

menceritakan masalah ketika mereka punya masalah”.

8. Perkembangan nilai religiu sejauh ini seperti apa?

“Buat nilai religious disini kita menyediakan beberapa

kegiatan keagamaan, dan mereka bebas memilih untuk

kegiatan apa yang mereka ingini. Dan buat

antusiasnya mereka cukup bagus dan nyaman dengan

kegiatan-kegiatan yang ada”.

9. Sejauh ini faktor apa saja yang mempengaruhi

prkembangan anak?

“Buat faktor disini kita ngeelibatin beberapa faktor si

kaya keluarga beserta latar belakangnya, terus liat juga

lingkungannya, teman-temannya yang dulu seperti

apa, jadi kita bisa tau pengalaman hidup yang pernah

mereka jalanin. Kenapa kita harus tau, karna itu faktor

utama dan penting perkembangan anak tersebut”.

TRANSKRIP WAWANCARA

Informan: Anak Asuh SOS Children’s Village

A. Tempat dan waktu wawancara

1. Tempat Wawancara : Via Zoom Meeting

2. Hari, tanggal wawancara : 24 Juni 2021

B. Identitas Informan

1. Nama/ Inisial : “GN”

2. Usia : 14 Tahun

C. Isi wawancara

1. Sudah berapa lama mengikuti program di SOS

Children’s Village?

“Aku udah jalan 2tahun kak”

2. Apakah harapan Anda mengikuti program yang ada di

SOS Children’s Village?

“Biar bisa punya banyak temen aja kak”

3. Apakah perubahan yang Anda rasakan setelah

mengikuti program di SOS Children’s Village?

“Sekarang bisa banyak temen kak, bisa punya mama

juga, rumahnya bagus lagi disini. Aku nyaman”

4. Keterampilan apa saja yang sudah Anda kuasai?

“Aku sekarang udah bisa ngobrol atau akrab sama

temen-tmen aku kak, aku juga suka ngedongeng

ddidepan temen-temen aku”

5. Apakah Anda mengenali satu sama lain dengan teman

satu rumah/ komplek?

“Kenal kok kak aku, tadinya si malu-malu atau

kadang takut kalo mau ngobrol atau nanya-nanya.

Sekarang si udah santai kak”

6. Apakah Anda merasa percaya diri terhadap semua hal

yang dilakukan?

“Buat sekarang si udah percaya diri kak, tadinya mah

boro-boro aku percaya diri buat ketemu orang aja

kadang takut. Takut ditanya-tanya kak hehe”

7. Bagaimana Anda berkomunikasi dengan Ibu Asuh dan

teman sebaya?

“Kalo ke Ibu ya kita harus sopan, tapi kalo ke temen

doang mah yaa kaya biasa aja kak”

8. Apakah Anda rajin dalam beribadah dan

mendengarkan ceramah keagamaan?

“Rajin si, aku suka ikut ceramah pas ada di solat

magrib, belajar ngaji, hafalan surat pendek. Suka

dapet hadiah juga hehe”

9. Sejauh ini bagaimana hubungan Anda dengan

keluarga dirumah?

“Aku sih udah lama ditinggal sama mama, tapi disini

aku seneng banget bisa ketemu mama baru hehe,

mamanya baik banget hehe”

10. Sejauh ini bagaimana hubungan Anda dengan

lingkungan dan teman?

“Aku kan udah gapunya keluarga kak hehe, kalo sama

temen-temen aku yang lama aku ga pernah ketemu

kak. Jadi ya disini aku punya keluarga baru kak hehe”

TRANSKRIP WAWANCARA

Informan: Anak Asuh SOS Children’s Village

A. Tempat dan waktu wawancara

1. Tempat Wawancara : Via Zoom Meting

2. Hari, tanggal wawancara : 24 Juni 2021

B. Identitas Informan

1. Nama/ Inisial : “V”

2. Usia : 12 Tahun

C. Isi wawancara

1. Sudah berapa lama mengikuti program di SOS

Children’s Village?

“Aku udah hamper 4tahun kak”

2. Apakah harapan Anda mengikuti program yang ada di

SOS Children’s Village?

“Biar bisa menjadi lebih baik kak, biar bisa ngobrol

sama orang, tau gimana caranya berteman. Disini aku

bisa lebih diperatiin, aku bisa makan 3kali sehari hehe.

3. Apakah perubahan yang Anda rasakan setelah

mengikuti program di SOS Children’s Village?

“Enak banget kak, aku bisa ketawa tiap hari. Aku jadi

banyak temen kak”

4. Keterampilan apa saja yang sudah Anda kuasai?

“Aku udah bisa bercerita kak, aku bisa nyelesain

masalah aku sendiri. Bahkan aku bisa nasihatin temen

aku kalo mereka lagi ada masalah”

5. Apakah Anda mengenali satu sama lain dengan teman

satu rumah/ komplek?

“Kenal dong kak, kan kita setiap harinya pasti ada

kegiatan bareng-barengnya. Sering main bareng,

ngerumpi bareng juga kak”

6. Apakah Anda merasa percaya diri terhadap semua hal

yang dilakukan?

“Sekarang si Alhamdulillah kak, sudah membaik

tingkat prcaya dirinya. Tadinya aku mah pemalu kak,

harus orang atau temen yang lain dulu yang negor aku

baru aku mau ngomong. Kalo sekarang kayanya aku

lebih cerewet yaa hehe”

7. Bagaimana Anda berkomunikasi dengan Ibu Asuh dan

teman sebaya?

“Kalo ke Ibu kan kita harus ngejaga omongan kak,

gaboleh sembarangan ga sopan hehe. Kalo ketemen ya

biasa aja nih kaya ke kakak”

8. Apakah Anda rajin dalam beribadah dan

mendengarkan ceramah keagamaan?

“Suka dong kak, aku sering menang kalo ada lomba-

lomba. Aku suka ikut hamper semua kegiatan agama,

soalnya seru. Jadi bisa baca Al-Quran, bisa ceramah

kaya Ustad-ustad di tv hehe”

9. Sejauh ini bagaimana hubungan Anda dengan

keluarga dirumah?

“Sama mama aku jadi lebih baik, yang tadinya aku

sedikit cuek sama mama sekarang aku udah mau

ngobrol sama mama, aku udah mau cerita sama

mama”

10. Sejauh ini bagaimana hubungan Anda dengan

lingkungan dan teman?

“Aku sekarang jadi gampang buat kenal orang, buat

dirumah aku jadi suka main sama temen-temen aku

kalo kita lagi pada liburan sekolah.”

LAMPIRAN 3 Surat Izin Penelitian

LAMPIRAN 4 Surat Bimbingan

LAMPIRAN 5 DOKUMENTASI