peran sos children’s village indonesia
TRANSCRIPT
PERAN SOS CHILDREN’S VILLAGE INDONESIA
DALAM PEMENUHAN HAK ANAK TERLANTAR DI
CIBUBUR
Skripsi ini diajukan sebagai syarat dalam meyelesaikan Strata
Satu Program Studi Kesejahteraan Sosial (S. Sos)
Oleh:
Miranti Runingtyas
11140541000043
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H/2021 M
i
ABSTRAK
Miranti Runingtyas. Peran SOS Children’s Villages
Indonesia dalam pemenuhan hak anak terlantar di Cibubur.
2020
Lingkungan yang tidak ramah anak, kondisi suatu negara
yang tidak kondusif, ataupun regulasi yang dikeluarkan oleh
pemerintah menyebabkan tumbuh kembangnya seorang anak
menjadi terganggu dan itu pula akibat munculnya fenomena anak
terlantar. Beberapa faktor penyebab anak terlantar yakni;
gangguan domestik, ekonomi, atau sosial, seperti kemiskinan,
kekerasan seksual dan fisik, bencana alam, serta situasi politik
suatu negara yang tidak kondusif. SOS Children‟s Indonesia
adalah lembaga sosial nirbala yang aktif memperjuangkan hak-
hak anak terlantar dan berkomitmen membantu terpenuhinya
kebutuhan anak-anak yang beresiko kehilangan pengasuhan.
Metode penlitian yang digunakan adalah kualitatif dengan
teknik pengumpulan data yang digunakan pada saat penelitian
adalah wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Informan
sebanyak 4 orang yaitu; Ketua Yayasan SOS Children‟s
Indonesia, Ibu Asuh dan 2 informan penerima manfaat. Selain itu
penelitian ini juga menggunakan teknik studi pustaka karena
terdapat beberapa buku yang menjadi sumber data yang
digunakan saat melakukan penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian yang di dapatkan dari SOS
Children‟s Indonesia berperan dalam pemenuhan anak terlantar
yakni; dalam aspek kognitif kemampuan dalam pemecahan
masalah, aspek sosial dimana mereka dapat bergaul dan
bersosialisasi dengan lingkungannya, aspek emosional melalui
perkembangan dan perubahannya yang akan muncul menyertai
terjadinya suatu perilaku, aspek bahasa dimulai sejak bayi dapat
merespon dengan tangisan atau senyuman hingga mengenal kata-
kata sehingga dapat bercerita dan mendengarkan cerita, dan aspek
nilai religious dimana proses individu dalam mengenal Tuhan-
Nya. Peran SOS Children‟s Village Indonesia dalam memberikan
pertolongan atas keterlantaran anak-anak tersebut sesuai dengan
tujuan dalam pemenuhan hak anak terlantar.
Kata Kunci : Anak Terlantar, Pemenuhan Hak Anak
Terlantar, Peran, SOS Children’s Indonesia.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga
tercurah limpahkan kepada baginda alam nabi besar
Muhammad shalallahu „alaihi wasallam, beserta keluarga
dan para sahabatnya serta pengikutnya yang senantiasa
berjalan di jalan Allah hingga hari kiamat.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus
diselesaikan sebagai syarat meraih gelar Sarjana Sosial
Jurusan Kesejahteraan Sosial. Penulis menyadari bahwa
dalam skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati
menerima kritik dan saran yang membangun untuk
memperbaiki skripsi ini. Dalam hadits riwayat Tirmidzi,
Rasulullah Shallallahu„alaihi Wasallam bersabda „orang
yang tidak berterima kasih kepada manusia, berarti ia tidak
bersyukur kepada Allah‟. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah
membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini, yaitu
kepada:
1. Suparto, M.Ed, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Siti Napsiyah MSW
sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik. Dr. Sihabudin
Noor, MA sebagai Wakil Dekan Bidang Administrasi
Umum. Drs. Cecep Castrawijaya, MA sebagai Wakil
Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Ahmad Zaky, M.Si., sebagai Ketua Program Studi
Kesejahteraan Sosial dan Hj. Nunung Khoiriyah, MA
sebagai Sekertaris Program Studi Kesejahteraan Sosial
UIN Jakarta.
3. Ismet Firdaus,M. Si sebagai dosen pembimbing skripsi
penulis. Terima kasih bersedia meluangkan waktunya
dalam memberi dukungan, bimbingan dan motivasi
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
iii
4. Seluruh jajaran dosen Program Studi Kesejehteraan
Sosial dan seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terima kasih atas segala pelajaran yang telah diberikan,
semoga dapat bermanfaat bagi penulis.
5. Budi Rahman Hakim, S. Ag, MSW sebagai dosen
penasehat akademik.
6. Seluruh pihak perpustakaan fakultas dan perpustakaan
umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Mardi Selaku Kepala Yayasan SOS Chilren‟s
Village Indonesia Cab.Jakarta, Ibu Ayu selaku salah
satu Staff di SOS Children‟s Village Indonesia Cab.
Jakarta yang selalu dan mendampingi penulis dalam
pengambilan data pnelitian.
8. Kedua orangtua penulis yakni ayahanda tercinta Alm.
Bapak Rudi Priyatna dan ibunda tersayang Ibu Suwarni
Ekowati dan juga adik penulis yakni Gendis Nastiti
yang senantiasa memberikan dukungan baik moril atau
materil, mendoakan, memberikan dorongan dan
motivasi serta kasih sayang yang luar biasa kepada
penulis.
9. Teman-teman seperjuangan penulis Kesejahteraan
Sosial 2014, khususnya Alby Meldyan, Azka
Nurhakim, Hardiansyah, Khori Bhaktiar, Dony
Febriansyah, Rezha Dwi Pangestu, Amalia Nurfitri,
Ridwan Elfarisqi, Yusman, Naufal Suwaninda, Ilham
Filli, Fabioza, Akmal Maulziandra, Yulianti, Masliyah
Anggi, Thania, Inge, Diah Farhana Noviani, Novita
Sari, Siti Nurrahimatun, Siti Sarah, Shinta Sarah, Devi
Marita dan Marsya Tarinawardani, Nia Cita, Novita Tri
Lestari, Endah Ambarsari, Ika Dwi, Sonia, Nisa, Danar,
Jauharidho, dan Farhan Musiarga.
10. Kepada saudara Muhammad Muafi Muslim yang selalu
menemani dan memberikan support baik materil
maupun non-materil kepada penulis.
11. Sahabat- sahabat saya Alby Meldyan, Muhammad
Naufal Suwaninda, Marina Fitriani, Hikmah Aulia, Dwi
Ayu Lidya Ningrum yang telah menemani,
mendukung, memberikan motivasi dan membantu
penulis selama penyelesaian skripsi.
iv
12. Teman- temanku dari “Susah Dicari” Amalia Nurfitri,
Dony Febriansyah, dan Rezha Dwi Pangestu yang
menemani, mendukung, memberikan motivasi dan
membantu penulis selama menyelesaikan skripsi.
13. Teman- temanku dari “Trio Minus” Dea Riska dan
Dyani Trihastuti yang menemani, mendukung,
memberikan motivasi dan membantu penulis selama
menyelesaikan skripsi.
14. Seluruh pihak yang telah memberikan dukungan,
bantuan baik materil maupun non-materil sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis merasa bahwasannya skripsi ini masih banyak
sekali kekukurangan, dari segi teknik penulisan maupun isi,
tetapi penulis telah berusaha melakukan yang terbaik. Maka
dari itu penulis mengharapkan dengan tulus adanya kritik dan
saran yang membangun dari pihak manapun.
Demikianlah skripsi ini penulis persembahkan, penulis
berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya
dan semua pembaca pada umumnya.
Jakarta, 05 Agustus 2021
Miranti Runingtyas
v
DAFTAR ISI ABSTRAK ...................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... v
BAB I ............................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ......................................... 10
1. Pembatasan Masalah ............................................................ 10
2. Rumusan Masalah ................................................................ 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 11
1. Tujuan Penelitian ................................................................. 11
2. Manfaat Penelitian ............................................................... 11
D. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 12
E. Metodologi Penelitian .............................................................. 22
1. Pendekatan Penelitian .......................................................... 22
2. Jenis Penelitian .................................................................... 23
3. Sumber data ......................................................................... 24
4. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 24
5. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 25
6. Teknik Pemilihan Informan ................................................. 26
7. Teknik Analisis Data ........................................................... 28
8. Kerangka Berpikir ................................................................ 29
9. Keabsahan Data ................................................................... 30
F. Pedoman Penulisan .................................................................. 30
G. Sistematika Penulisan .......................................................... 30
BAB II ......................................................................................................................... 32
vi
KAJIAN PUSTAKA.................................................................................................... 32
A. Landasan Teori ........................................................................ 32
1. Teori Peran Lembaga Sosial ................................................ 32
2. Teori Perkembangan Anak .................................................. 36
3. Hak-Hak Anak Terlantar...................................................... 46
BAB III ........................................................................................................................ 52
GAMBARAN UMUM LEMBAGA............................................................................ 52
A. Sejarah Singkat Lembaga ........................................................ 53
B. Profil Lembaga ........................................................................ 54
1. Pengasuhan Berbasis Keluarga Jangka Panjang (Family
Based Care). ................................................................................ 55
2. Program Penguatan Keluarga (Family Strengthening
Programme) ................................................................................. 57
C. Visi dan Misi SOS Children‟s Villages Jakarta ....................... 58
1. Visi SOS Children‟s Villages Jakarta .................................. 58
2. Misi SOS Children‟s Villages Jakarta ................................. 59
D. Pelayanan Lembaga ................................................................. 61
1. Pengasuhan .......................................................................... 61
2. Pendidikan ........................................................................... 61
BAB IV ........................................................................................................................ 63
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ...................................................................... 63
A. Pemenuhan Hak Anak Terlantar oleh SOS Children‟s Villages
Indonesia .......................................................................................... 64
1. Latar Belakang SOS Children‟s Villages dalam Pemenuhan
Hak Anak Terlantar ..................................................................... 64
2. Bentuk Perkembangan dan Pemenuhan Hak Anak Terlantar
70
B. Peran SOS Children‟s Villages Indonesia dalam Pemenuhan
Hak Anak Terlantar ......................................................................... 77
vii
1. Memberikan Pertolongan atas Keterlantaran Anak-Anak ... 79
2. Mendorong Perkembangan dan Perubahan Anak ................ 84
a. Sosial .................................................................................... 85
b. Emosional ............................................................................ 88
c. Bahasa .................................................................................. 91
d. Nilai Religius ....................................................................... 94
BAB V ......................................................................................................................... 96
ANALISIS DATA TEMUAN PENELITIAN ............................................................. 96
A. Pemenuhan Hak Anak Terlantar oleh SOS Children‟s Villages
Indonesia .......................................................................................... 96
1. Latar Belakang SOS Children‟s Villages dalam Pemenuhan
Hak Anak Terlantar ..................................................................... 96
2. Bentuk Perkembangan dan Pemenuhan Hak Anak Terlantar
99
B. Peran SOS Children‟s Villages Indonesia dalam Pemenuhan
Hak Anak Terlantar ....................................................................... 101
1. Memberikan Pertolongan atas Keterlantaran Anak-Anak . 101
2. Mendorong Perkembangan dan Perubahan Anak .............. 104
a. Aspek Sosial ...................................................................... 105
b. Emosional .......................................................................... 107
c. Bahasa ................................................................................ 108
d. Nilai Religius ..................................................................... 110
BAB VI ...................................................................................................................... 112
PENUTUP ................................................................................................................. 112
A. Kesimpulan ............................................................................ 112
B. Saran ...................................................................................... 117
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak adalah generasi penerus bangsa. Masa depan
suatu negara ditentukan oleh anak. Tumbuh kembangnya
seorang anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti peran
keluarga sebagai institusi berskala mikro, lingkungan, serta
peran dan regulasi negara yang berskala makro. Namun, tidak
semua anak bisa mendapatkan kesempatan untuk tumbuh dan
berkembang dengan baik. Lingkungan yang tidak ramah
anak, kondisi suatu negara yang tidak kondusif, ataupun
regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah menyebabkan
tumbuh kembangnya seorang anak menjadi terganggu. Salah
satu akibat dari hal-hal tersebut adalah munculnya fenomena
anak terlantar.
Seorang anak dikatakan terlantar, bukan sekedar
karena ia sudah tidak lagi memiliki salah satu orang tua atau
kedua orang tuanya. Tetapi terlantar di sini juga dalam
pengertian ketika hak-hak anak untuk tumbuh kembang
secara wajar, untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang
memadai, tidak terpenuhi karena kelalaian, ketidak
mengertian orang tua, ketidakmampuan atau kesengajaan.
Seorang anak yang kelahirannya tidak dikehendaki, misalnya,
mereka umumnya angat awan untuk ditelantarkan dan bahkan
2
diperlakukan salah. Pada tingkat yang lebih ekstrem, perilaku
penelantaran anak biasa berupa tindakan orang tua yang
membuang anaknya, entah di hutan, di selokan, di tempat
sampah, dan sebagainya baik demi menutupi aib atau karena
ketidaksiapan orang tua untuk melahikan dan memeliharan
anaknya secara wajar (Suyanto 2013:226-227).
Secara umum, anak terlantar adalah anak yang tidak
mendapat pengasuhan dan perlindungan dari keluarga atau
orang-orang terdekat, serta hak mereka untuk mendapatkan
perhatian dan kasih sayang tidak terpenuhi. Sebagaimana
telah dibahas sebelumnya, ada beragam faktor yang
menyebabkan munculnya anak terlantar, yang bekaitan
dengan gangguan domestik, ekonomi, atau sosial, seperti
kemiskinan, kekerasan seksual dan fisik, bencana alam, serta
situasi politik suatu negara yang tidak kondusif (Flowers,
2010:1). Kondisi-kondisi tersebut mengakibatkan anak-anak
terlantar mengalami kekerasan yang seharusnya tidak
dirasakan oleh anak-anak seusia mereka.Bentuk-bentuk
kekerasan tersebut adalah ancaman, pelecehan seksual,
intimidasi, perbudakan, hilangnya kesempatan mengakses
pendidikan, kesehatan, dan ekonomi sehingga memaksa anak-
anak tersbut tinggal dijalan.
Fenomena anak terlantar erat kaitannya dengan anak
jalanan. Perbedaan kedua terminologi tersebut adalah ruang
lingkup anak jalanan lebih sempit dibandingkan dengan anak
terlantar, dimana anak jalanan merupakan bagian dari anak
terlantar itu sendiri. Pada konteks anak terlantar di Indonesia,
3
menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2002 Pasal 1 Ayat (6) Tentang Perlindungan Anak,
Anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi
kebutuhuannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual,
maupun sosial. Sebagaimana tertera dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 13 ayat (1)
Tentang Hak Dan Kewajiban Anak, setiap anak selama dalam
pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang
bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat
perlindungan dari perlakuan: diskriminasi, eksploitasi; baik
ekonomi maupun seksual, penelantaran, kekejaman,
kekerasan, penganiayaan, ketidakadilan, dan perlakuan yang
salah lainnya.
Perlindungan untuk anak terlantar dijelaskan dalam
UUD 1945 Pasal 34 ayat (1) bahwa “Fakir miskin dan anak
terlantar diplihara oleh negara”. Dari penjabaran tersebut,
dapat diartikan bahwa negara berkewajiban untuk melindungi
dan memenuhi hak anak terlantar. Akan tetapi, fakta di
lapangannya adalah negara belum melakukan kewajiban
tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya anak
terlantar di jalan, baik di lingkungan pedesaan maupun
perkotaan.
Fenomena sebaran anak terlantar di berbagai daerah di
Indonesia tersebut menunjukkan belum terwujudnya amanat
undang-undang terkait perlindungan anak terlantar. Dari hasil
penelitian Anna Syahra dan Mulati (2020) menunjukkan
bahwa pemerintah mengalami beberapa kendala dalam
4
melaksanakan amanat undang-undang perlindungan anak.
Kendala tersebut meliputi beberapa faktor seperti; regulasi,
integrasi antar lembaga antar lembaga yang terkait dengan
anak terlantar, dana, dan keterlibatan masyarakat tidak
dimanfaatkan oleh pemerintah. Berbagai hambatan atau
kendala tersebut telah menyebabkan pemerintah tidak dapat
melaksanakan kewajiban untuk memenuhi dan melindungi
hak-hak anak terlantar secara efektif dan sempurna.
Baik pemerintah pusat maupun daerah, khususnya
perkotaan mengalami tantangan dalam menjalankan
kewajiban untuk memenuhi dan melindungi hak-hak anak
terlantar. Sehingga memunculkan fenomena banyaknya anak-
anak terlantar di perkotaan maupun pedesaan. Seperti yang
terlihat di Ibukota Jakarta, jumlah penyandang masalah
kesejahteraan sosial (PMKS), khususnya anak terlantar,
terbilang cukup tinggi. Dilihat dari data yang dikeluarkan dari
Dinas Sosial DKI Jakarta, jumlah anak terlantar sebesar 626
orang (www.dinsos.jakarta.go.id, 2018). Hal ini membuktikan
bahwa di kota besar seperti DKI Jakarta akan terjadi
fenomena anak terlantar akibat dari urbanisasi. Sebagaimana
diketahui besama, urbanisasi yang dilakukan oleh orang-
orang yang tidak memiliki kopetensi baik akan menimbulkan
permasalahan sosial di kota tujuan.
Fenomena penelantaran anak juga terjadi pada anak
usia balita yang mengakibatkan pemenuhan kebutuhan dan
hak anak tidak terpenuhi secara layak sehingga pertumbuhan
dan perkembangan anak menjadi terganggu serta
5
kesejahteraan anak tidak tercapai. Hasil penelitian Eko
Setiawan, Nurliana Cipta Apsari, dan Santoso Tri Raharjo
(2019) menjelaskan penanganan terhadap anak telantar dapat
melalui pelayanan sosial anak berbasis panti. Pelayanan
terhadap anak telantar bertujuan untuk mewujudkan
kesejahteraan anak. Upaya lain untuk mewujudkan
kesejahteraan anak balita telantar juga dapat dilakukan
melalui pengangkatan anak.
Pelayanan sosial anak berbasis panti menjadi salah
satu solusi atas keterlantaran anak, hal tersebut juga
membantu pemerintah dalam melaksanakan kewajiban sesuai
amanat uu perlindungan anak. Bentuk pelayanan sosial anak
melalui panti sosial juga ditunjukkan dari hasil penelitian Nur
Syafni (2020) dalam mengembalikan keberfungsian sosial
anak yang menjadi binaan panti melalui pelatihan
keterampilan kerja seperti; menjahit, bordir, salon, dan
otomotif perbengkelan roda 2 (dua), dan Program Bimbingan
Sosial. Keberfungsian sosial anak terlantar dengan
memberikan pelatihan memungkinkan mereka memiliki
kemampuan untuk melanjutkan kehidupan kedepannya.
Kontribusi lembaga sosial dalam melindungi anak
terlantar dari hasil penelitian Djawas dan Fajrina (2019) telah
efektif (berhasil) secara umum dalam memenuhi kebutuhan
dan melindungi anak terlantar. Lebih lanjut hasil penelitian
Zuhron (2020) menunjukkan kontribusi lembaga sosial
melindungi dan memenuhi hak anak terlantar melalui
rehabilitasi sosial yang juga telah melibatkan pihak
6
pemerintah. Oleh karena itu dapat diketahui peran lembaga
sosial tersebut telah mengganti tanggung jawab pemerintah
ataupun mendukung tanggung jawab pemerintah dalam
memberikan perlindungan ataupun pemenuhan hak anak.
Lembaga-lembaga sosial dalam berbagai kegiatannya
juga memiliki tujuan untuk mengisi peran yang tidak
dilakukan pemerintah atau mendukung peran pemerintah
dalam hal pemberian perlindungan dan pemenuhan hak anak
terlantar. Lembaga ini hadir agar anak terlantar memiliki
masa depan yang lebih baik. Salah satu contoh lembaga sosial
yang didirikan pemerintah dan khusus menaungi anak
terlantar seperti Rumah Perlindungan Anak (RPA) Saudara
Sejiwa yang berada di Bandung, Jawa Barat. RPA ini turut
mendukung dan membantu pemerintah dalam membina anak
jalanan yang terlantar agar tidak kembali kejalanan.
Pelayanan yang diberikan Yayasan Saudara Sejiwa pada
umumnya sama dengan pelayanan yang diberikan yayasan
lainnya, hanya saja perbedaan pelayanan sosial yang
diberikan terletak pada tahap pelayanan yang diberikan. Ada
pula, lembaga- lembaga sosial yang membantu peran
pemerintah dalam pemenuhan hak anak terlantar, salah satu
lembaga sosial tersebut dan menjadi fokus pada penelitian ini
adalah Save Our Soul (SOS) Children‟s Villages Indonesia.
SOS Children‟s Villages Indonesia adalah lembaga
sosial nirlaba yang aktif memperjuangkan hak-hak anak dan
berkomitmen membantu terpenuhinya kebutuhan anak-anak,
serta memastikan setiap anak yang telah atau beresiko
7
kehilangan pengasuhan bisa mendapatkan keluarga dan
rumah yang penuh kasih sayang (www.sos.or.id, 2019).
Lembaga ini didirikan pada tahun 1972 yang diprakarsai oleh
Agus Prawoto dan merupakan adaptasi dari lembaga serupa
yang berasal dari Austria. Alasan utama peneliti memilih SOS
Children‟s Villages Indonesia Jakarta adalah fokus
pergerakan dari lembaga tersebut. SOS Children‟s Villages
Indonesia cabang Jakarta merupakan suatu lembaga yang
memperjuangkan dan mengakomodasi anak-anak terlantar
dalam memenuhi hak mereka. Lemabaga ini hadir sebagai
jawaban atas fenomena sosial yang terjadi di Indonesia,
khususnya di Jakarta, akibat dari kelalaian pemerintah dalam
penanganan anak terlantar. Kegiatan yang dilakukan oleh
SOS Children‟s Villages Indonesia menitikberatkan pada
pengasuhan berbasis keluarga (Family-Based Care) untuk
anak-anak yang telah kehilangan atau beresiko kehilangan
pengasuhan orang tua. Pengasuhan alternatif berbasis
keluarga berupaya menghadirkan konsep keluarga dan
hubungan emosional yang terbuang seperti layaknya keluarga
pada umumnya. Dalam hal ini, termasuk juga bentuk lain
pengasuhan seperti keluarga asuh (foster care) dan
pengasuhan oleh anggota keluarga yang masih ada (extended
family).
Program-program yang dilakukan oleh SOS
Children‟s Villages Indonesia dibagi menjadi dua kategori
besar, yaitu pengasuhan berbasis keluarga jangka panjang
atau family based care (FBC) dan program penguatan
8
keluarga atau family strengthening program (FSP). FBC
adalah program dimana SOS Children‟s Villages Indonesia
meyakini bahwa Keluarga SOS (SOS Families) sebagai
bentuk pengasuhan berbasis keluarga bertujuan untuk
menciptakan lingkungan keluarga pengganti yang mampu
memberikan pengasuhan yang layak dan aman sehingga
anak-anak bisa mendapatkan kembali kehangatan keluarga
yang penuh perhatian dan masa-masa kanak-kanak yang
menyenangkan. Sedangkan, FSP lebih menekankan pada
keluarga asuh yang dianggap tempat terbaik untuk tumbuh
kembang seorang anak adalah didalam pengasuhan dan
perlindungan keluarganya. Agar keluarga-keluarga tersebut
mampu menyediakan lingkungan yang asah-asih-asuh, stabil,
dan aman, SOS Children‟s Villages Indonesia memberikan
pelayanan dasar langsung kepada anak dan juga
meningkatkan kapasitas orang tuanya.
Desa anak atau Desa Taruna merupakan salah satu
program FBC yang didirikan oleh SOS Children‟s Villages
Indonesia. Desa anak tersebut berjumlah delapan desa yang
tersebar di beberapa wilayah di Indonesia, yaitu di Banda
Aceh, Meulaboh, Medan, Jakarta, Lembang, Semarang, Bali,
dan Flores.Jumlah anak yang diasuh melalui program FBC di
desa anak adalah 1.300 anak. Sedangkan jumlah anak yang
diasuh melalui FSP berada dikisaran 6.500 anak. Berdasarkan
data yang diterima dari pihak lembaga anak terlantar di SOS
Children‟s Village Jakarta sebanyak 160 anak dengan
katagori anak yang dititipkan karena ketidakmampuan orang
9
tua sejumlah 45anak, anak yang ditelantarkan (dibuang)
sejumlah 50 anak, dan juga anak hasil temuan atau dititipkan
dari pihak luar seperti pihak kepolisian atau orang lain
sejumlah 65 anak. Pemenuhan kebutuhan dalam melakukan
program dan mengelola kelembagaan, dibutuhkan biaya lebih
dari 30 Milyar Rupiah per tahun. Sebagai lembaga sosial
nirlaba, dana tersebut didapatkan melalui donasi atau bantuan
dari pihak luar, seperti masyarakat, perusahaan, maupun
lembaga sosial lainnya.
Pada penelitian ini, peneliti berfokus pada peran SOS
Children‟s Villages Indonesia serta program-program yang
dilakukan untuk pemenuhan hak anak terlantar di Indonesia.
Penelitian ini berangkat dari fenomena sosial yang sering
ditemui di Indonesia, yakni anak terlantar. Kita dapat dengan
mudah menemui anak terlantar di jalanan dimana pun, baik di
pedesaan, kota kecil, maupun kota besar. Walaupun
pemerintah telah mengeluarkan regulasi-regulasi yang
berkaitan dengan anak terlantar, namun implementasi dari
kebijakan tersebut belum berjalan dengan optimal, sehingga
peran tersebut diambil alih oleh lembaga sosial.
Peneliti tertarik untuk mengkaji bagaimana peran yang
dilakukan oleh SOS Children‟s Villages Indonsia dalam
menangani pemenuhan hak anak terlantar di Jakarta.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, pneliti tertarik
untuk mengkaji lanjut masalah tersebut dalam bentuk skripsi
dengan judul “Peran SOS Children’s Villages Indonesia
dalam pemenuhan hak anak terlantar di Indonesia”.
10
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah merupakan usaha untuk
menetapkan batasan-batasan masalah penelitian yang akan
diteliti. Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih
terfokuskan dan terarah pada satu masalah dan untuk
mempermudah dalam penelitian, maka peneliti
memfokuskan dan membatasi masalah ini pada peran
SOS Children‟s Villages Indonesia dalam melakukan
pemenuhan hak anak terlantar di Cibubur.
2. Rumusan Masalah
Perhatian dan kasih sayang sangat dibutuhkan
setiap anak agar tumbuh kembangnya menjadi lebih baik
dan optimal. Akan tetapi, tidak semua anak memperoleh
hal tersebut, seperti anak terlantar. Oleh karena itu
lembaga sosial hadir dengan nilai dan program yang
dibawa untuk mengakomodasi hak anak terlantar dalam
mendapatkan pengasuhan dan kebutuhan hidup sehari-
hari. Sehubungan dengan hal tersebut, maka rumusan
masalah yang hendak dijawab melalui penelitian ini
adalah: Bagaimana peran SOS Children’s Villages
Indonesia dalam pemenuhan hak anak terlantar di
Cibubur?
11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran SOS
Children‟s Villages Indonesia dalam mengakomodasi
pemenuhan hak anak terlantar yang dilakukan melalui
program pengasuhan berbasis keluarga di desa anak yang
didirikan. Melalui pendekatan tentang peran lembaga
sosial nirlaba, penelitian ini mampu menjelaskan
bagaimana tujuan program dapat tercapai. Penelitian ini
juga menjelaskan secara singkat mengenai relasi antara
aktor-aktor yang terlibat, yaitu Negara, anak terlantar, dan
lembaga sosial.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian bagi peneliti adalah penelitian
ini diharapkan mampu mengembangkan wawasan yang
telah didapatkan sebelumnya, khususnya mengenai
konteks pergerakan lembaga sosial yang melakukan
akomodasi terhadap anak terlantar untuk memperoleh
pengasuhan.
Secara akademis penelitian ini diharapkan mampu
memberikan gambaran tentang fenomena anak terlantar,
dimana negara tidak menjalankan perannya dengan baik,
sehingga lembaga sosial hadir sebagai fasilitator.
Beberapa penelitian terdahulu terbilang telah membahas
peran lembaga sosial sebagai fasilitator bagi anak terlantar
di Indonesia secara umum dan luas, namun tidak
12
ditemukan secara spesifik yang membahas tentang SOS
Children‟s Villages Indonesia.
Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan bisa
menambah perbendaharaan wawasan terkait pergerakan
lembaga sosial yang mengakomodasi hak anak terlantar
berdasarkan teori yang bisa dan telah diuji kebenarannya,
sehingga bisa dijadikan referensi atau acuan untuk
penelitian selanjutnya.
D. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini tidak lepas kaitannya dengan beberapa
penelitian terkait yang telah dibahas sebelumnya sebagai
bahan pertimbangan dan kajian. Adapun hasil-hasil penelitian
terdahulu yang dijadikan perbandingan tersebut tidak terlepas
dari tema penelitian, yakni peran SOS Children‟s Villages
dalam memberikan pengasuhan anak terlantar. Adapun
beberapa tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian
ini diantaranya yaitu;
1. Nama : Achmad Kamal Firdaus
NIM : 1110054100023
Judul : Implementasi Pola Pengasuhan Anak
Berbasis Keluarga di Save Our Soul (SOS) Children
Villages Desa Taruna Jakarta (Studi Kasus Keluarga
Dampingan Save Our Soul (SOS) di Desa
Tegallangkap, Bogor)
Program Studi : Kesejahteraan Sosial
13
Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
tahun 2015, dipaparkan mengenai implementasi program
pengasuhan anak terlantar berbasis keluarga yang dilakukan
oleh SOS Children‟s Villages Indonesia Desa Taruna Jakarta
melalui keluarga dampingan di Bogor dan studi komparatif
terhadap program pengasuhan anak yang dilakukan di panti
asuhan dimana ditemukan beberapa perbedaan yang cukup
signifikan dari dua pihak tersebut.
2. Nama : Chandra Wulan
NIM : 12/328760/SP/25135
Judul : Peran SOS Children‟s Villages dalam
Memenuhi Hak Keamanan dan Pendidikan Anak
Korban Perang Suriah
Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UGM
Jogjakarta, 2017
Penelitian mengenai SOS Children‟s Villages juga
dilakukan oleh Chandra Wulan tahun 2017. Penelitian ini
berfokus pada peran SOS Children‟s Villages dalam
memenuhi hak keamanan dan pendidikan anak korban Perang
Suriah. Perang Suriah adalah konflik yang mengakibatkan
ratusan ribu korban tewas dan jutaan manusia terlantar
termasuk diantaranya adalah anak-anak. Anak-anak tersebut
beresiko terkena dampak dari serangan dan kejahatan
kemanusiaan yang dilakukan oleh pasukan bersenjata.Oleh
14
karena itu, lembaga sosial hadir untuk membantu
mengamankan anak-anak tersebut dari dampak langsung
ataupun tidak langsung atas konflik kemanusiaan yang terjadi
di Suriah.
Dilihat dari dua penilitian tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa perbedaan yang ditemui dengan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti adalah fokus kajian dan lokasi
penelitian. Pada penelitian pertama, fokus kajiannya adalah
implementasi program pengasuhan anak berbasis keluarga
yang berlokasi di Bogor. Sedangkan penelitian kedua
berfokus pada peran lembaga sosial dalam memenuhi hak
keamanan dan pendidikan anak yang berlokasi di Suriah.
Adapun penelitian ini berfokus pada peran lembaga sosial
dalam memenuhi hak anak terlantar di Indonesia. Persamaan
penelitian ini dengan kedua penelitian sebelumnya tersebut
adalah lembaga sosial yang menjadi fokus penelitian, yakni
SOS Children‟s Villages.
Tinjauan pustaka selanjutnya juga berkaitan dengan
pemenuhan hak-hak anak terlantar yang menjadi tanggung
jawab pemerintah, serta peran lembaga-lembaga sosial yang
telah berkontribusi dalam pemenuhan hak-anak terlantar.
Beberapa penelitian tersebut diantaranya yaitu;
3. Nama : Rizka Azizah Siregar
NIM : 12/328760/SP/25135
15
Judul : Pemenuhan Hak Pemeliharaan Anak
Terlantar di Kota Medan (Studi di Dinas Sosial Kota
Medan)
Program Studi : Ilmu Hukum/ Hukum Perdata
Fakultas : Hukum, Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara, 2019
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
bahwa hak pemeliharaan anak terlantar pada Dinas Sosial
Kota Medan sampai saat ini sudah terpenuhi dalam arti bahwa
pemenuhannya belum secara keseluruhan, penanganan yang
dilakukan masih dengan cara dititipkan kepada panti asuhan
untuk memenuhi segala kebutuhannya. Tanggung jawab yang
diberikan Dinas Sosial Kota Medan dengan cara membantu
penanganan anak terlantar, menjalankan proses pemeliharaan
anak terlantar yang akan dititipkan kepada panti asuhan serta
membantu dan memfasilitasi panti asuhan. Namun, masih
terdapat hambatan pada Dinas Sosial Kota Medan dalam
memenuhi hak pemeliharaan anak terlantar di Kota Medan
diantaranya masih kurangnya tempat, biaya, dan sumber daya
manusia (SDM).
4. Nama : Khoirunnisa, Edith Ratna, dan Irawati
Judul : Perlindungan Hukum Anak Terlantar
Atas Hak Anak Mendapatkan Jaminan Kesehatan
Jurnal : NOTARIUS, Volume 13 Nomor 2, 2020.
E-ISSN:2686-2425 ISSN: 2086-1702
16
Hasil penelitian ini menggambarkan fenomena anak
jalanan berhubungan dengan masalah-masalah lain, baik
secara internal maupun eksternal, seperti ekonomi, psikologi,
sosial, budaya, lingkungan, pendidikan, agama, dan keluarga.
Tidak tuntasnya penanganan anak jalanan selama ini
disebabkan karena beberapa hal yaitu program penanganan
anak jalanan yang selama ini dilakukan cenderung hanya
bersifat parsial, tidak tepat sasaran, kurang sinergisnya
penyelenggara penanganan anak jalanan baik di internal
pemerintah maupun antara pemerintah dengan stakeholder
lainnya (rumah singgah,swasta, Lembaga Swadaya
Masyarakat). Beberapa masalah yang paling mendasar yang
dialami oleh anak terlantar adalah kesehatan dan pendidikan.
Pemerintah wajib menyelenggarakan upaya kesehatan yang
komprehensif bagi anak. Pasal 1 angka 2 (Peraturan Menteri
Sosial Nomor 21 Tahun 2013 tentang Pengasuhan Anak)
menjelaskan bahwa pengasuhan anak adalah upaya untuk
memenuhi kebutuhan akan kasih sayang, kelekatan,
keselamatan, dan kesejahteraan yang menetap dan
berkelanjutan demi kepentingan terbaik anak, yang
dilaksanakan baik oleh orang tua atau keluarga sampai derajat
ketiga maupun orang tua asuh, orang tua angkat, wali serta
pengasuhan berbasis residensial sebagai alternatif terakhir.
Apabila anak didapati di jalanan tanpa memiliki keluarga
yang dapat dihubungi atau dituju, petugas yang berwenang
akan membawanya ke panti sosial sementara dimana akan
dilakukan pendataan dan assesment terhadap anak. Lalu anak
17
diberi pembinaan baik fisik, spiritual dan sosial selama
kurang lebih 1 bulan.
5. Nama : Anna Syahra dan Mulati
Judul : Aspek Hukum Tangung Jawab Negara Terhadap
Perlindugan Anak Terlantar Ditinjau Dari Pasal 34
Ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Jurnal : Hukum Adigama, Universitas Tarumanegara,
2020
Pada penelitian ini memfokuskan pada kondisi anak-
anak terlantar di Indonesia yang masih menunjukkan jumlah
sangat besar, artinya terdapat masalah dalam sistem
penanganan anak-anak terlantar yang digunakan oleh
pemerintah untuk memenuhi hak-hak para anak terlantar.
Sebagai suatu peraturan yang mengamanatkan pemerintah
untuk memenuhi hak-hak anak terlantar serta melindungi dan
merawat para anak terlantar, kendala yang dihadapi
pemerintah. Kendala tersebut muncul dari banyak faktor,
seperti regulasi, integrasi antar lembaga yang terkait dengan
anak terlantar, dana, dan keterlibatan masyarakat tidak
dimanfaatkan oleh pemerintah. Hambatan itu sendiri
menyebabkan pemerintah tidak dapat melaksanakan
kewajiban untuk memenuhi dan melindungi hak-hak anak
terlantar secara efektif dan sempurna.
6. Nama : Eko Setiawan, Nurliana Cipta Apsari, dan
Santoso Tri Raharjo
18
Judul : Pengangkatan Anak Balita Telantar pada
Panti Pelayanan Sosial Anak
Jurnal : Sosio Informa Vol. 5, No. 01, Januari-April,
Tahun 2019
Instansi : Kementerian Sosial
Dari hasil penelitian ini menjelaskan bahwa setiap
anak memiliki hak untuk tinggal dalam lingkungan
pengasuhan keluarga, namun apabila hal itu tidak dapat
terwujud maka alternatif terakhir adalah dengan pengasuhan
di dalam panti. Anak yang terlalu lama berada dalam asuhan
panti, terdapat efek negatif yang ditimbulkan sehingga perlu
dilakukan perencanaan permanensi salah satunya melalui
pengangkatan anak. Penelantaran anak mengakibatkan
pemenuhan kebutuhan anak dan hak-hak anak tidak terpenuhi
secara layak sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak
menjadi terganggu serta kesejahteraan anak tidak tercapai.
Penanganan terhadap anak telantar dapat melalui pelayanan
sosial anak berbasis panti. Pelayanan terhadap anak telantar
bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan anak. Upaya lain
untuk mewujudkan kesejahteraan anak balita telantar dapat
dilakukan melalui pengangkatan anak.
7. Nama : Nur Syafni
NIM :
Judul : Bentuk Pelayanan Sosial pada Panti
Sosial Anak Remaja Nusa Putera dalam
Mengembalikan Keberfungsian Sosial Anak
19
Program Studi : Ilmu Kesejahteraan Sosial
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara, 2020
Dari penelitian yang telah dilakukan terkait dengan
proses perencanaan program dan pelaksanaan program sudah
sesuai dengan teori pendekatan metode pekerjaan sosial, dan
anak sudah mengalami perubahan dalam hidupnya setelah
tinggal dipanti, yang jadi masalah adalah setelah anak
dikembalikan ke dinas sosial kabupaten/kota, ada yang tetap
diberdayakan, dan ada yang dibiarkan begitu saja, tetapi
keberfungsian sosial anak itu hanya tergantung kepada si anak
binaan itu sendiri, karena Panti Sosial Anak Remaja Nusa
Putera sudah memberikan pertolongan terbaik dari program
pelayanan sosial yang terbaik, dan untuk merubah kehidupan
anak dan keluarga itu kembali kepada diri mereka sendiri.
8. Nama : Mursyid Djawas dan Riska Fajrina
Judul : Efektifitas Lembaga Perlindungan Anak
Terlantar: Studi pada Panti Asuhan Suci Hati di
Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat.
Jurnal : Samarah: Jurnal Hukum Keluarga dan Hukum
Islam Volume 3 No. 2. Juli-Desember 2019. ISSN:
2549 – 3132; E-ISSN: 2549 – 3167
Berdasarkan hasil penelitian ini, lembaga Panti
Asuhan Suci Hati Meulaboh telah mencapai efektif (berhasil)
secara umum dalam memenuhi kebutuhan dan melindungi
anak terlantar seiring bergantinya pimpinan lembaga. Dalam
20
Islam, hak anak merupakan kewajiban dari Allah SWT.
Maka, orang tua, masyarakat, dan pemerintah yang mampu
menjalankannya akan mendapatkan ganjaran pahala dari
Allah SWT. Adapun yang mengabaikannya akan diberikan
kesulitan di dunia dan akhirat kelak. Penulis menyarankan
bagi semua pihak yang berkaitan dalam melindungi anak agar
lebih memperhatikan anak-anak yang ada di lembaga panti
asuhan, terutama dalam memberikan kasih sayang dan
pemenuhan kebutuhan seharihari terhadap anak terlantar demi
meningkatkan kesejahteraan anak.
9. Nama : Hendrikus Putra Cromain
Judul : Pemenuhan Hak Konstitusional Akta
Kelahiran Bagi Anak Terlantar di Kota Surabaya
ditinjau dari Undang-Undang Perlindungan Anak.
Jurnal : Sepientia Et Virtus, Vol 5 Nomor 1. 2020
Hasil dari penelitian ini yaitu meberikan pandangan
terkait peraturan pada pasal yang perlu diperhatikan atau
ditinjau kembali dalam melakukan pemenuhan hak
konstitusional akta kelahiran anak terlantar serta memberikan
perhatian dan tindakan ekstra yaitu melakukan sosialisasi
pada tata cara atau proses pengajuan, pengurusan, dan
pendaftaran akta kelahiran secara online dari pihak
pemerintah kota terhadap LKSA di Kota Surabaya.
21
10. Nama : Hanifah Afnan Zuhron
Judul Peran SOS Children‟s Villages dalam Memenuhi
Hak Keamanan dan Pendidikan Anak Korban Perang
Suria Pemenuhan Hak Anak Terlantar Melalui
Rehabilitasi Sosial
Program Studi : Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
Fakultas : Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta,
2020.
Temuan penelitian ini menunjukan bahwa (1)
Pemenuhan hak anak terlantar di SOS Children‟s Village
Indonesia dapat dilihat melalui kebutuhan utama manusia
yang meliputi 3 unsur yakni pemberian makan 3 kali sehari
dengan mengacu pada nutrisi anak, serta pemberian pakaian
dan tempat tinggal yang layak. (2) Implementasi rehabilitasi
sosial di SOS Children‟s Village Indonesia dilakukan dengan
pembagian pembinaan anak mampu didik, mampu latih, dan
mampu rawat dalam bentuk kegiatan fungsional harian di
sekolah dan art theraphy dengan tujuan utama meningkatkan
kemandirian anakanak asuh. Tahapan pembinaan meliputi;
identifikasi, asesmen, penentuan target anak, pelaksanaan,
dan evaluasi. (3) Keterlibatan pemerintah daerah Kota
Tangerang Selatan yang dalam penelitian ini Dinas Sosial
berupa hubungan secara struktural dan pemberian bantuan
bahan makanan sebesar dua ribu lima ratus rupiah untuk satu
anak dalam satu hari. Implikasi dari penelitian ini
menunjukkan bahwa dalam upaya memenuhi hak dan
22
kebutuhan anak-anak disabilitas yang ditelantarkan dapat
ditinjau dari hak dasar apa yang telah diberikan kepada anak-
anak tersebut. Kebutuhan yang dimaksud dapat mengacu pada
teori hierarki kebutuhan maslow sebagai acuan unsur apa saja
yang sudah ataupun belum didapatkan oleh sang anak.
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif. Metode ini dinilai mampu memberikan
pemaparan yang baik terhadap fenomena serta realita
yang ada. Penelitian kualitatif mengandung pengertian
adanya upaya penggalian dan pemahaman pemaknaan
terhadap apa yang terjadi pada berbagai individu maupun
kelompok, yang berasal dari persoalan sosial (Creswell,
2014:4). Melalui pendekatan kualitatif akan terungkap
gambaran mengenai aktualisasi, realitas sosial, dan
persepsi sasaran penelitian. Penelitian kualitatif
dimaksudkan untuk memahami perilaku manusia, dari
kerangka acuan pelaku sendiri, yakni bagaimana pelaku
memandang dan menafsirkan kegiatan dari segi
pendiriannya. Peneliti berusaha memahami dan
menggambarkan apa yang dipahami dan digambarkan
subjek penelitian (Gunawan, 2013: 80-82).
23
2. Jenis Penelitian
Metode penelitian kualitatif memiliki beberapa
jenis bentuk, dan metode penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah studi kasus. Secara umum, studi
kasus dapat didefinisikan sebagai metode atau strategi
penelitian dan sekaligus hasil suatu penelitan pada kasus
tertentu.
Metode studi kasus adalah penelitian mengenai
subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase
spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas
(Maxfield, 1930:118). Subyek penelitian bisa berupa
individu maupun kelompok. Hasil penelitian studi kasus
adalah suatu generalisasi pola-pola kasus yang tipikal dari
individu, kelompok, lembaga, dan sebagainya.
Sedangkan, ruang lingkupnya dapat mencakup segmen
atau bagian tertentu atau mencakup keseluruhan siklus
kehidupan, baik dengan penekanan terhadap faktor-faktor
kasus tertentu, maupun meliputi keseluruhan faktor-faktor
dan fenomena-fenomena (Nazir, 1999:67).
Sementara itu, studi kasus adalah strategi yang
lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian
berkenaan dengan “bagaimana” atau “mengapa”, atau
jika peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk
mengontrol peristiwa peristiwa yang akan diselidiki,
bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena
kontemporer di dalam konteks kehidupan nyata (Yin,
2001:1).
24
Artinya, metode penelitian studi kasus cocok
dengan tema penelitian ini yang berusaha memaknai
peran komunitas terhadap suatu fenomena, yaitu
pemenuhan hak anak terlantar di Cibubur.
3. Sumber data
Penelitian ini akan mencari sumber data dari
orang-orang yang terkait dalam pelaksanaan program-
program di SOS Children‟s Villages Indonsia, yaitu pihak
lembaga dan pihak penerima layanan. Sumber data terbagi
menjadi dua yaitu:
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil
wawancara oleh pihak-pihak terkait, observasi,
dan dokumentasi.
b. Data Sekunder, yaitu data yang didapatkan dari
berbagai sumber referensi seperti buku-buku,
jurnal, berita, artikel, dan penelitian sebelumnya.
4. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Cibubur Jakarta
Timur. Hal ini didasari pada banyaknya anak terlantar di
Jakarta serta jumlah anak terlantar yang di kelola oleh
SOS Children‟s Villages Jakarta terbilang cukup besar
yang berjumlah 160 anak. Seluruh kegiatan dan program
yang dilakukan oleh SOS Children‟s Villages Indonesia
cabang Jakarta berpusat di jalan Karya Bakti No. 1,
Cibubur, Ciracas, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta.
25
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan
teknik pengumpulan data seperti berikut ini:
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dengan
menggunakan penglihatan yang berarti tidak
mngajukan pertanyaan-pertanyaan. Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan observasi partisipan, yaitu
pengamatan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh subjek yang diteliti atau yang diamati,
seolah-olah merupakan bagian dari mereka (Dr.
Irawan Soehartono, 2011: 68-70). Jadi observasi ini,
peneliti akan turun langsung ke lapangan dan ikut
berpatisipasi dalam program yang akan diteliti, yang
nantinya semua aktivitas yang sudah peneliti lakukan
akan dicatat dan diceritakan kembali sebagai penguat
informasi.
b. Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data dengan
mangajukan pertanyaan secara langsung oleh
pewawancara kepada reponden, dan jawaban-jawaban
responden di rekam atau dicatat dengan alat erekam
(tape recorder) (Dr. Irawan Soehartono, 2011: 67-68).
Dalam penelitian ini peneliti akan mewawancarai atau
melakukan tanya jawab dengan beberapa infoman
26
yang terkait dengan program di SOS Children‟s
Villages Indonesia.
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik
pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan
kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat
berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi.
Dokumen dapat berupa buku harian, surat pribadi,
laporan, notulen rapat, catatan kasus (case records)
dalam pekerjaan sosial, dan dokumen lainnya (Dr.
Irawan Soehartono, 2011: 70-71). Pada studi
dokumentasi penulis melakukan pengumpulan data,
mempelajari dan memahami beberapa sumber
berbentuk tulisan seperti buku-buku, jurnal, website
dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik
yang sedang diteliti.
6. Teknik Pemilihan Informan
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan
kualitatif, teknik pemilihan informan adalah hal yang
berkaitan dengan langkah selanjutnya yang akan ditempuh
peneliti untuk mendapatkan data dan informasi. Dalam
penelitian ini penulis memilih untuk menggunakan
prosedur purposif atau purposive sampling. Purposive
sampling adalah salah satu strategi menentukan informan
yang paling umum didalam penelitian kualitatif, yaitu
menentukan kelompok peserta yang menjadi informan
sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan
27
masalah penelitian tertentu (M. Burhan Bungin, 2011:
107-108).
Informan dilipih berdasarkan pertimbangan
tertentu dan dianggap orang-orang yang brkompeten dan
tepat dalam memberikan informasi tentan peran SOS
Children‟s Villages Indonesia dalam pemenuhan hak anak
terlantar. Maka dari itu peneliti memilih informan sesuai
dengan kebutuhan penelitian, informan yang dipilih untuk
diwawancarai adalah sebagai berikut:
Kategori
Narasumber
Nama
Narasumber
Jabatan atau
Status Alasan dan Tujuan
Utama - Pengelola
SOS
Children‟s
Villages
Indonesia
cabang
Jakarta
1. Mengetahui
sejarah dan
program dari SOS
Children‟s
Villages
Indonesia cabang
Jakarta
2. Memahami data
secara
komprehensif
- Ibu Asuh
SOS
Children‟s
Villages
Indonesia
cabang
1. Memahami data
dari sudut
pandang berbeda
2. Untuk mengetahui
kegiatan SOS
Children‟s
28
Jakarta Villages
Indonesia cabang
Jakarta
Pendukun
g
- Anak Asuh 1. Untuk validasi
data
2. Melihat latar
belakangnya
sebagai anak asuh
-
Anak Asuh 1. Untuk validasi
data
2. Melihat latar
belakang sebagai
anak asuh
Tabel 1.1 Teknik Pemilihan Informan
(Sumber: data peneliti, 2018)
7. Teknik Analisis Data
Analisa data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya kedalam suatu pola, katagori
uraian dasar. Teknik analisis data ini meliputi reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan lalu
diverifikasi (Ghony dan Almanshur 2012). Setelah selesai
melakukan analisis yang bersumber dari observasi,
wawancara dan studi dokumentasi maka peneliti akan
membuat sebuah catatan agar dapat dibuat
kesimpulannya. Kemudian setelah itu barulah
dilakukannya penyusunan dan penganalisaan secara
29
sistematis, agar hasilnya pun dapat dipahami oleh diri
sendiri dan orang lain.
8. Kerangka Berpikir
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Anak terlantar adalah anak
yang tidak terpenuhi kebutuhan
secara wajar baik fisik, mental,
spiritual, maupun sosial.
UU RI No. 23 Th 2002, Pasal
1 Ayat (6)
SOS Children‟s Village Indonesia
Program SOS Children‟s
Village Indonesia
Pengasuhan berbasis
keluarga jangka
panjang
Penguatan keluarga
Peran Orang Tua:
Biologi
Sosialisasi
Pendidikan
Rekreasi
Keagamaan
Terciptanya lingkungan keluarga
pengganti untuk anak terlantar
30
9. Keabsahan Data
Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian
ini, maka dilakukan dengan triangulasi sumber,
diantaranya sebagai berikut:
a. Peneliti akan membandingkan hasil wawancara
dengan hasil pengematan.
b. Membandingkan berbagai pendapat dan
pandangan yang ada, contohnya seperti
membandingkan jawaban yang diberikan oleh
penerima layanan atau orang tua klien, dengan
jawaban dari pihak lembaga.
F. Pedoman Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menerapkan
sistematika penulisan karya ilmiah sesuai dengan Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Dan Disertasi) yang
dibuat oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah
diperbaharui pada tahun 2017.
G. Sistematika Penulisan
Untuk lebih mempermudah dalam memahami secara
menyeluruh mengenai penelitian ini, maka secara sistematis
penulisannya dibagi menjadi enam bab dan terdiri dari
beberapa sub bab. Dan dibuatlah sistematika penulisannya
seperti berikut ini:
BAB I PENDAHULUAN berisikan Latar Belakang
Masalah, Pembatasan dan Rumusan Masalah,
Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka,
Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
31
BAB II LANDASAN TEORI Bab yang berisikan teori
yang melandasi pemikiran dalam menganalisa data-
data yang sudah terkumpul. Landasan teori yang
digunakan merupakan teori-teori yang berkaitan
seperti pengertian efektivitas, pengertian program,
pengertian efektivitas program, pengertian parenting
skill, dan pengertian perkembangan kemandirian.
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
Bagian ini berisi tentang data kelembagaan seperti
data geografis, historis, visi dan misi lembaga, profil
lembaga, struktur organisasi, program yang
dijalankan, relasi dengan pihak lain, pendanaan
lembaga, sarana dan prasarana.
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Bentuk
analisa tentang efektivitas program parenting skill
dalam perkembangan kemandirian anak penderita
autisme di Yayasan Baik.
BAB V PEMBAHASAN Berisikan uraian pembahasan
mengenai permasalahan yang diangkat dalam
penelitian ini.
BAB VI PENUTUP Dalam bab ini akan ditarik kesimpulan
dari hasil penelitian yang telah didapat, dan
disertakan saran-saran sebagai bentuk dari hasil
penelitian.
32
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Peran Lembaga Sosial
1) Pengertian Peran
Peran menurut Soerjono Soekanto yaitu aspek yang
berubah-ubah dari suatu kedudukan (status). Peran dapat pula
diartikan sebagai hal yang meliputi norma-norma yang
dihubungkan dengan kedudukan masyarakat atau disebut
sebagai perilaku dari satu individu di mana hal tersebut
adalah aspek penting dalam struktur sosial masyarakat
(Soekanto 1999, 243).
Ada 4 (empat) istilah dalam teori peran yang
diungkapkan oleh Biddle dan Thomas dalam Sarlito Sarwono,
yaitu: (Sarwono, 1998, 215).
1. Beberapa orang yang mengambil bagian dalam
interaksi sosial
a. Orang yang melakoni atau menjalankan suatu
peran disebut Aktor/pelaku.
b. Sedangkan orang lain yang ada dalam lingkungan
aktor yang memiliki hubungan untuk dapat
dipengaruhi perilakunya dapat dissebut Target/
sasaran.
33
2. Perilaku yang timbul dalam proses interaksi tersebut
a. Harapan (Expectation)
Harapan dalam peran yaitu sesuatu yang
diharapkan oleh lingkungan yang dijalankan oleh
seseorang yang dimiliki orang tertentu.
b. Norma (Norm)
Norma dalam peran adalah sesuatu yang
dibentuk dengan kesepakatan dan digunakan untuk
mengatur prilaku tertentu yang diharapkan oleh
masyarakat, harapan yang dimaksud terbagi
menjadi 2 (dua) menurut Biddle dan Thomas,
yaitu:
a) Harapan tersirat yaitu harapan yang tetap ada
meskipun tidak terucap.
b) Harapan tersurat yaitu harapan-harapan yang
terucap.
c. Wujud Perilaku (Performance)
Peran diwujudkan melalui perilaku aktor.
Tetapi juga akan berbeda-beda peran yang
ditampilkan d alam masyarakat antara satu aktor
dan aktor yang lainnya.
d. Penilaian dan Sanksi (Evaluation and Sanction)
Penilaian dan sanksi dua hal yang dapat
diperoleh dari orang di luar aktor atau pemeran.
Penilaian dapat menjadi baik apabila peran yang
dijalankan oleh pemeran atau aktor sesuai dengan
apa yang diharapkan, begitu sebaliknya akan
34
menjadi tidak baik apabila peran yang dijalankan
tidak sesuai dengan harapan.
Sedangkan sanksi dapat diberikan kepada
pemeran atau aktor yang tidak melakukan atau
mnjalankan peran sesuai dengan yang diharapkan.
2) Pengertian Lembaga Sosial
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi
lembaga sosial adalah sebagai kumpulan dari berbagai cara
berperilaku yang diakui masyarakat untuk mengatur
hubungan (Soemardjan dan Soemardi 2015, 103).
Sedangkan menurut Gillin dalam Selo Soemardjan
dan Soelaeman Soemardi lembaga sosial mempunyai ciri
umum, yaitu: (Soemardjan dan Soemardi 2015).
1. Merupakan organisasi pola pemikiran dan pola
perilaku yang terwujud dalam masyarakt. Lembaga
sosial terdiri dengan norma-norma, kebiasaan, adat
istiadat, dan tata kelakuan yang tergabung dalam
keeharmonisan yang satu padu.
2. Mempunyai tujuan bersama dan kelengkapan alat
untuk mencapai tujuan bersama dari lembaga sosial.
3. Mempunya logo atau lambang.
4. Mempunyai peraturan tertulis dan tidak tertulis yang
dapat membedakan antara lembaga yang satu dengan
lembaga lainnya.
5. Mempunyai system kepercayaan dan tindakan-
tindakan yang akan membentuk ssuatu lembaga
setelah melewati waktu yang cukup lama.
35
Selain mempunyai ciri-ciri umum suatu lembaga
sosial juga mempunyai komponen-komponen, yaitu:
(Gunawan 2000, 93).
1. Mempunyai norma sosial yang dijadikan sbagai
pedoman perilaku.
2. Organisasi sosial yang dapat menaungi
penyelenggaraan pemenuhan kebutuhan masyarakat.
3. Memiliki anggota-anggota pelaksana.
Mengacu pada definisi dan penjelasan terkait dengan
peran dan layanan sosial yang telah disebutkan di atas, maka
pemaknaan peran lembaga sosial dalam penelitian ini
mengacu pada penjelasan beberapa ahli tersebut. Soerjono
Soekanto (1999, 243) memaknai peran sebagai hal yang
meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan kedudukan
masyarakat atau disebut sebagai perilaku dari satu individu di
mana hal tersebut adalah aspek penting dalam struktur sosial
masyarakat
Selanjutnya Soemardjan dan Soemardi (2015)
menjelaskan bahwa lembaga sosial terdiri dengan norma-
norma, kebiasaan, adat istiadat, dan tata kelakuan yang
tergabung dalam keeharmonisan yang satu padu. Selanjutnya
Gunawan (2000, 93) juga menjelaskan bahwa lembaga sosial
mempunyai norma sosial yang dijadikan sebagai pedoman
perilaku yang dapat menaungi penyelenggaraan pemenuhan
kebutuhan masyarakat.
Dari bebrapa penjelasan tersebut, maka peran lembaga
sosial dalam penelitian ini berkaitan dengan norma-norma,
36
perilaku atau aktivitas sosial, dan kebiasaan yang menjadi
satu kesatuan serta menjadi acuan ataupun pedoman dalam
menjalankan berbagai kegiatan ataupun program lembaga
sosial dalam menjawab atau memenuhi kebutuhan di
lingkungan masyarakat.
2. Teori Perkembangan Anak
1) Pengertian Perkembangan Anak
Pertumbuhan dan perkembangan seperti yang
dijelaskan Arvin dan Kliegman (2000:34) merupakan dua
istilah yang berbeda tapi keduanya saling berkaitan antara
satu dengan yang lainnya. Istilah pertumbuhan lebih mengacu
kepada perubahan fisik yang dapat diukur secara kuantitatif,
sedangkan perkembangan bersinambungan dengan
peningkatan kompleksitas fungsi dan kemajuan dalam
keterampilan
Perkembangan anak sendiri ialah segala bentuk
perubahan yang terjadi pada diri anak dan dapat dilihat dari
berbagai aspek seperti: fisik (motorik), emosi, kognitif dan
psikososial (bagaimana anak berinteraksi dengan
lingkungannya) (Harlimsyah, 2007:27).
Menurut Reni Akbar Hawadi (Desmita, 2014:9),
perkembangan secara luas yang dimengerti sebagai
keseluruhan proses perubahan potensi yang dimiliki
seseorang atau individu diwujudkan dalam bentuk kualitas
kemampuan, sifat, dan ciri-ciri yang baru. Perkembangan juga
37
mencakup konsep usia, yang dimulai dari ketika pembuahan
dan yang akan berakhir pada kematian.
Adapula menurut Zein dan Suryani (2005:15)
perkembangan merupakan perubahan-perubahan psiko, fisik
sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan
fisik pada anak didukung olh faktor lingkungannya dan proses
belajar pada masa waktu tertentu menuju kedewaaan.
Sedangkan Menurut Susanto (2011:32) perkembangan anak
merupakan perubahan yang bersifat psikis atau mental yang
terjadi secara bertahap untuk menyempurnakan fungsi
psikologis yang diwujudkan dalam kematangan organ jasmani
dari kemampuan yang kecil menjadi kemampuan yang lebih
besar, seperti contoh: kecerdasan, sikap, dan tingkah laku.
Susanto (2011:32) menjelaskan bahwa perkembangan
anak memiliki beberapa aspek, yaitu:
1. Perkembangan Kemampuan Kognitif
Kemampuan kognitif ialah kemampuan anak
untuk berfikir lebih rumit atau kompleks serta melakukan
penalaan dan juga pemecahan masalah (Khodijah,
2016:32).Perkembangan kognitif juga memiliki beberapa
tahapan, yaitu:
a. Stadium Sensorimotorik (0-2 tahun)
Stadium ini mempunyai karakteristik yang
sebagaimana anak mampu mengenali diri dan
memahami bahwa ia sebagai pelaku suatu tindakan
dan mulai mampu bertindak dengan sengaja, misal
38
dengan mendorong mainannya agar bias jalan atau
bergerak.
b. Stadium Praoprasional (2-7 tahun)
Memiliki karakterisktik yang bagaimana anak
sudah belajar menggunakan bahasa dan
mempresentasikan objek atau sasaran dengan kata-
kata dan cerita. Di lain itu, anak masih mempunyai
pemikiran yang egosentrik, yang artinya anak
mengalami kesulitan dalam memandang dari sudut
pandang orang lain.
c. Stadium Operasional Konkret (7-11 tahun)
Memiliki karakter yang mana anak sudah
dapat berpikir secara logis tentang sasaran atau objek
dan kejadian.Anak pun sduah mampu membeda-
bedakan objek menurut beberapa ciri dan mampu
mengurutkannya secara serial mengikuti dimensi
tunggal, seperti ukuran.
d. Stadium Operasional Formal (11 tahun keatas)
Memiliki karakter yang mana anak sudah
dapat berpikir secara logis tentang masalah abstrak
dan menguji hipotesis secara sitematik (Qudsyi, 2010:
91) (Qudsyi, 2010:91-111).
2. Perkembangan Sosial
Dalam hal ini perkembangan sosial ditandai
dengan adanya pencapaian kematangan atau kesiapan
dalam interaksi sosialnya, dimana dia dapat bergaul, serta
beradaptasi dengan lingkungannya dan menyesuaikan diri
39
terhadap norma-norma kelompok. Menurut Hurlock ada
tiga proses sosialisasi yang saling berhubungan satu sama
lain agar individu dikatakan mampu bermasyarakat
(Rachmawati, 2014:17).
Proses sosial tersebut, ialah:
a. Belajar memainkan peran sosial yang ada di
lingkungan masyarakat.
b. Belajar bertingkah laku dengan cara yang mudah
diterima masyarakat.
c. Mengembangkan tingkah laku sosial/ sikap
terhadap individu lain dan aktivitas sosial yang
terdapat pada lingkungan masyarakat.
3. Perkembangan Emosional
Emosi adalah suatu kondisi yang kompleks, dapat
berupa perasaan ataupun getaran jiwa yang terlihat dengan
perubahan biologis yang akan muncul menyertai
terjadinya suatu perilaku. Dasar pengembangan emosi
pada anak akan dimulai pada umur anak usia 6 bulan,
dimana emosi dasar dapat berupa rasa marah, sedih,
senang, serta takut. Perkembangan emosi pada anak usia
dini juga memiliki beberapa tahapan, yaitu:
a. Tahap trust vs mistrust (Percaya vs tidak percaya)
Tahap ini mulai berkembang ketika bayi itu
lahir sampai berjalan 18 bulan, dimana bayi itu harus
mendapatkan kasih sayang dari orang tua maupun
peengasuhnya, begitu pula kebutuhan fisik ataupun
emosinya harus terpenuhi juga. Apabila bayi
40
dibesarkan dalam lingkungan yang seperti itu, maka
akan timbul rasa percaya dan aman pada
lingkungnnya, serta dapat terbentuknya perkembangan
emosi yang sehat pula.
b. Tahap autonomy vs shame/doubt (kemandirian vs
malu/ragu)
Berkembangnya tahap ini pada usia 18 bulan
hingga 3,5 tahun, dimana seorang anak harus merasa
mampu melakukan sesuatu dan merasa mereka unik
(dengan semua kelebihannya) sebagai seorang
individu. Tetapi apabila orang tua atau keluarga terlalu
membatasi bahkan banyak melarangnya, maka anak
akan mempunyai rasa malu dan ragu tentang
kemampuan dirinya. Baiknya anak dibiarkan bebas
melakukan yang dia inginkan, bebas bereksperimen
dan bereksplorasi walaupun tetap harus dalam
pengawasan orang tua agar terhindarnya dari hal-hal
yang membahayakan bagi dirinya.
c. Tahap initiative vs guilt (inisiatif vs merasa
bersalah)
Tahapan ini berkembang diantara usia 3,5
tahun sampai 6 tahun, yangmana seorang anak dengan
perkembangan emosi yang baik pada tahapan-tahapan
sebelumnya, mempunyai potensi untuk berkembang
kearah yang positif, yang ditandai olh anak yang
penuh dengan kreativitas; mmpunyai antusias dalam
melakukan sesuatu, aktif bereksperimen, berani
41
mencoba, berimajinasi, berani mengambil risiko, dan
mudah atau senang bergaul dengan teman-temannya.
d. Tahap industry vs inferiority (berkarya/etos kerja
vs minder)
Tahap ini dimulai pada saat usia 6 tahun
hingga 10 tahun, dimana masa ini adalah masa atau
tahap yang paling kritis bagi anak untuk
mengembangkan kepercayaan dirinya bahwa mereka
mampu untuk bereksprimen atau berkarya dan
bereksplorasi.
4. Perkembangan Bahasa
Kemampuan berbahasa sudah dimulai sejak bayi
yang mana bayi dapat merespon dengan cara menangis
dan tersenyum. Dengan berjalannya waktu perkembangan
anak mengenal kata-kata maupun kalimat sehingga dapat
bercerita dan juga mendengarkan cerita. Adapun tahapan-
tahapan penguasaan bahasa pada masa anak-anak menurut
Hetherington, yaitu:
a. Usia 36-48 bulan:
1) Kalimat bertanya, kalimat perintah, kalimat
negatif, dan menggunakan prtanyaan
„ya/tidak‟.
2) Menggunakan klausa untuk penekanan suatu
kalimat yang dimaksud.
3) Mengkoordinasikan kalimat-kalimat dengan
menggunakan preposisi.
4) Memiliki kosa kata sekitar 1000 kata.
42
b. Usia 48-50 bulan:
1) Menggunakan aturan umum dalam
brkomunikasi.
2) Meenggunakan kata-kata perumpamaan dan
humor.
c. 5 tahun ke atas:
1) Menggunakan hubungan kata yang kompleks
atau dengan satuan kata lain yang lebih besar.
2) Pada tahapan ini kosakata mencapai 14.000.
3) Peerkembangan kesadaran metalinguistik
(kesadaran untuk belajar tentang fungsi bahasa
yang benar) (Iis, 2017:123-124).
5. Perkembangan nilai religius
Perkembangan pada nilai keagamaan terhadap
anak adalah proses yang dilewati oleh individu atau
seseorang untuk mengenal Tuhan-Nya. walaupun
seseorang dilahirkan dalam keadaan lemah psikis maupun
fisik, ia telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat
laten yaitu fitrah kebragamaan (Rahardjo dan Daryanto,
2012:27-28). Ada beberapa proses yang harus dilalui
dalam proses perkembangan nilai keagamaan menurut
Jalaluddin (1996:66) yaitu:
a. The Fairy Tale Stage (Tingkat Dongeng)
b. The Realistic Stage (Tingkat Kenyataan)
c. The Individual Stage (Tingkat Individu)
43
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa dalam perkembangan terjadi
prosesperubahan yang berlangsung secara bertahap baik
dari emosi, fisik, sosial, kemampuan berbahasa, nilai
religious maupun kemampuan kognitif yang memiliki
masa waktu tertentu dalam tiap tahap perkembangannya.
2) Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak
Didalam faktor perkembangan adapula duafaktor yang
berpengaruh terhadap perkembangan, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal.Dimaksud faktor internal yaitu sifat bawaan
atau genetik, sedangkan faktor ekstrnal yaitu lingkungan,
yang memberikan kesmpatan faktor bawaan atau genetik
berkembang secara maksimal.
1. Faktor Internal (bawaan atau alami)
Faktor internal ialah faktor yang berpengaruh
dalam perkembangan dan berasal dari dalam diri sendiri
atau individu itu sendiri. Beberapa faktor internal yang
mempengaruhi proses perkembangan:
a. Genetika/ Hereditas (Keturunan)
Perkembangan dan pertumbuhan anak sangat
berpengaruh dengan faktor genetik/ keturunan yang
diperoleh dari orangtuanya.Faktor genetik lebih
mengdepankan aspek fisiologis dan psikologis yang
dibawa melalui aliran darah dalam kromosom
sehingga faktor ini berisifat statis, contohnya beentuk
fisik, sifat, ksehatan, minat, kepribadian, bakal dan
kecerdasan.
44
b. Hormon
Keberpengaruhan hormon sudah bisa terjadi
sejak masa prenatal, yaitu pada saat janin berumur 4
bulan, terjadi pertumbuhan yang cepat pada saat itu.
Homon-hormon yang berpengaruh dalam proses
tumbuh kembang anak adalah hormon pertumbuhan
somatotropin, sedangkan hormon estrogen dan
progesteron merupakan hormon seksual yang berguna
saat anak mulai memasuki usia remaja sebagai salah
satu ciri kematangan seseorang atau individu.
2. Faktor Eksternal (Lingkungan)
Faktor eksternal merupakan faktor perkembangan
yang berasal dari lingkungan/ luar individu, baik dalam
bentuk lingkungan fisik yang beerupa rumah, kesehatan
lingkungan, dan gizi.Sedangkan lingkungan psikis seperti
faktor kebudayaan, sikap, keyakinan, nilai-nilai yang
dianut dan lain-lain.
a. Keluarga
Keluarga adalah lingkungan paling pertama
yang dapat dikenal oleh seorang anak, kluarga mmiliki
peran penting atau cukup berpengaruh besar pada
proses tumbuh kembang seorang anak. Bimbingan
serta dukungan yang baik atau tepat dari keluarga
akan memaksimalkan pertumbuhan dan
perkembangan anak, sehingga anak belajar banyak
dari orangtua atau keluarganya.
45
b. Kelompok Teman Sebaya
Ketika seorang anak sudah memasuki usia
sekolah, teman sebaya pun dapat berpengaruh pada
perkembangan seorang anak itu dikarenakan anak-
anak lebih banyak menghabiskan waktu bersama
dengan temannya. Ketika seorang anak bersama
dengan teman-temannya mereka akan mempelajari
apa yang ia tidak dapatkan dari keluarganya misalnya
tentang kerjasama, persaingan, saling menghormati
prbedaan, ataupun hal-hal lain yang sangat brguna
dalam proses perkembangan.
c. Pengalaman hidup
Pengalaman hidup maupun proses
pembelajaran menjadikan seorang anak akan
berkembang dengan cara mngaplikasikan apa yang ia
dapat atau yang telah dipelajari pada kebutuhan yang
perludipelajari. Semakin banyak pengalaman hidup
yang ia dapat makan akan sangat membatu pula
seorang anak untuk dapat menyelesaikan tugas
perkembangannya.
d. Kesehatan Lingkungan
Tingkat kesehatan sangat mempengaruhi rspon
anak trhadap lingkungan dan respon orang lain pada
anak tersebut, oleh sebab itu perkembangan seorang
anak akan terganggu apabila mendapatkan kesehatan
lingkungan yang tidak kondusif. Luka ataupun sakit
dapat berpotensi mengganggu pertumbuhan dan
46
perkembangan seorang anak, terlebih jika merupakan
luka atau cidera berkepanjangan (Chamidah, 2019:83-
93).
3. Hak-Hak Anak Terlantar
Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002
meengenai perlindungan anak terdapat dalam pasal 1 ayat 6
dikatakan bahwa”Anak terlantar yaitu anak yang tidak
terpenuhi dalam kebutuhannya secara wajar, seperti fisik,
mental, spiritual, maupun sosial”.
Seperti yang dikatakan Bagong (2016, 212)
Penelantaran ialah sebuah tindakan baik dengan kesengajaan
maupun tidak disengaja yang membiarkan anak tidak
terpenuhi kebutuhan dasarnya (sandang, pangan, papan).
Anak terlantar ialah anak-anak yang termasuk didalam
kategori anak rawan atau anak-anak membutuhkan
perlindungan khusus (children in need of special protection).
Pada UUD 1945 pasal 34 ayat (1) dipaparkan bahwa “fakir
miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara”.
a. Hak-hak Anak
Hak Asasi Manusia dalam Universal Declaration
of Human Right dijelaskan bahwa semua manusia
dilahirkan bebas dan setara dalam hak dan martabatnya,
mereka diberkahi dengan akal dan naruni dan harus
bertindak terhadap satu sama lain dalam semangat
persaudaraan. Serta setiap orang memiliki hak untuk
hidup, kebebasan, dan keamanan seseorang. Setiap orang
47
memiliki hak untuk diakui di mana saja sebagai pribadi
dihadapan hukum (un.org).
Dalam memahami hak dan tanggung jawab Ife
(2009) merumuskan “my rights reguire responsibilities of
others; the rights of others impose responsibilities on me”
(hak saya membutuhkan tanggung jawab orang lain; hak
orang lain memberlakukan tanggung jawab saya).
Selanjutnya Ife (2009) menjelaskan bahwa masalah hak
asasi manusia adalah menyamakan dengan gagasan
kebebasan manusia. Akan tetapi membicarakan tentang
tanggung jawab menjadi bagian tersulit dalam
menjelaskan hak asasi manusia. Hak asasi manusia
umumnya dipandang sebagai sesuatu hal yang bersifat
menyeluruh (universal) , tidak dapat dibagi (indivisible),
tidak dapat dicabut (inalieble) dan tidak dapat dihindari
(inabrogable), yang pada kenyataannya sulit untuk
dijalankan dan paling sering terabaikan. Sehingga
Terkait dengan hak-hak anak dalam Universal
Declaration of Human Right khusunya terdapat pada
pasal 25 dan 26. Dimana dijelaskan bahwa setiap orang
berhak atas standar kehidupan yang memadai untuk
kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya, dan
hak atas keamanan dalam hal terjadi pengangguran, sakit,
cacat, janda, usiatua. Selanjutnya keibuan dan masa
kanak-kanak berhak mendapatkan perawatan dan bantuan
khusus, semua anak baik yang lahir dalam atau luar nikah
48
akan menikmati perlindungan sosial yang sama. Dan
setiap orang berhak atas pendidikan (un.org).
Sedangkan Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak dalam Indeks
Komposit Kesejahteraan Anak (IKKA), hak-hak anak
berdasar pada Konvensi Hak-Hak Anak (KHA)
berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 36 Tahun
1990 tentang Pengesahan Convention on the Rights of the
Childyang merupakan komitmen Negara terhadap hak-
hak anak (Imawan dan Ahnaf, 2016). Hak-hak anak dalam
KHA tersebut telah dijadikan upaya pemenuhan hak-hak
anak dan gambaran umum tentang kualitas hidup anak
Indonesia, dan menjadi indikator kesejahteraan anak.
Indikator kesejahteraan anak dalam KHA telah
dirumuskan dalam IKKA menjadi 5 dimensi yang dapat
dijelaskan sebagai berikut;
a. Hak kelangsungan hidup (survival), hak untuk
melestarikan dan mempertahankan hidup dan
hak memperoleh standar kesehatan tertinggi
dan perawatan yang sebaik-baiknya.
b. Hak perlindungan (protection), hak
memperoleh perlindungan dari diskriminasi,
eksploitasi, kekerasan, dan ketelantaran.
c. Hak tumbuh kembang (development), hak
memperoleh pendidikan dan hak mencapai
standar hidup yang layak bagi perkembangan
fisik, mental, spiritual, moral, dan sosial.
49
d. Hak berpartisipasi (participation), hak untuk
menyatakan pendapat dalam segala hal yang
mempengaruhi anak.
e. Hak akan identitas (identity) sangat penting
bagi setiap anak Indonesia karena akta
kelahiran menjadi salah satu prasyarat untuk
memperoleh Pendidikan dan layanan
kesehatan (Imawan dan Ahnaf, 2016; 8).
b. Pengertian Anak Terlantar
Dipaparkan dalam Buku Pedoman Pembinaan
Anak Terlantar yang dikeluarkan Dinas Sosial Provesi
Jawa Timur (2001) yang dimakud dengan anak terlantar
adalah anak yang karena suatu sebab tidak dapat terpenuhi
kebutuhan dasarnya dengan baik atau sewajarnya, baik
rohani, jasmani, maupun sosial.
Dikatakan oleh Howard Duboitz (2010, 10) Anak
terlantar adalah suatu bentuk pengabaian terhadap
perawatan seorang anak menimbulkan resiko bagi
anak.Orangtua selaku pemberi perawatan telah melalaikan
tanggung jawabnya untuk memenuhi kebutuhan anak.
Kelalaian atau pengabaian terhadap seorang anak tidak
hanya disebabkan dengan kemiskinan orang tua, tetapi
banyak faktor lain seperti kesibukan orangtuanya dalam
mengejar karir, atau dengan perceraian orangtuanya.
Dikatakan terlantar terhadap seorang anak bukan
sekedar karena mereka sudah tidak lagi memiliki salah
satu atau kedua orang tuanya.Kelahiran seorang anak
50
yang tidak dikehendaki, misalnya, mereka umumnya
cukup rawan untuk ditelantarkan dan mungkin
diperlakukan salah (child abuse). Pada tingkat yang
ekstrem, perilaku penelantaran anak dapat berupa
tindakan orang tua yang membuang anaknya sendiri,
entah itu di selokan, di tempat sampah, di hutan, dan
sebagainya dengan alasan dapat menutupi aib atau karena
ketidaksiapan orang tua untuk melahirkan dan memelihara
seorang anak secara wajar (Suyanto 2016, 226-227).
c. Ciri Anak Terlantar
Suyanto (2016, 230) terdapat ciri-ciri yang
menandai seorang anak termasuk dalam katagori anak
terlantar ialah:
a. Dalam kisaran usia 5-18 tahun dan merupakan
anak yatim, piatu ataupun yatim piatu.
b. Anak yang terlantar biasanya adalah anak yang
lahir dari hubungan diluar nikah dan kemudian
mereka tidak mengurusnya dikarenakan
ketidaksiapan dari orang tuanya tidak siap secara
psikologis ataupun ekonominya untuk merawat
atau membesarkan anak tersebut.
c. Anak yang tidak direncanakan kelahirannya
d. Keterbatasan dalam pemenuhan hak anak dan
fasilitasnya dikarenakan tekanan kemiskinan dan
kerentanan ekonomi keluarga
e. Anak yang berasal dari keluarga yang broken
home, korban dari perceraian orang tuanya, anak
51
yang hidup dan tumbuh didalam kondisi keluarga
yang bermasalah, contohnya: sikap yang kasar,
pemabuk, korban PHK, terlibat dalam narkotika,
dan sebagainya.
Adapula seorang anak dikatakan terlantar apabila
sudah memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Anak terlantar tanpa orangtua/ keluarga,
mempunyai ciri-ciri:
Identitas Orangtua/ keluarga tidak diketahui
Mempunya hubungan yang tidak baik bahkan
putus hubungan dengan orangtua/ keluarga
Tidak mempunyai tempat tinggal
b. Anak terlantar dengan orang tua/ keluarga,
mempunyai ciri-ciri:
Masih terjalinnya hubungan dengan orangtua/
keluarga
Masih tinggal bersama dengan orangtua/
keluarga
Rawan sosial dan putus sekolah
Tinggal dengan orangtua/ keluarga miskin
Sedangkan di SOS Children‟s Villages Indonesia mempunyai
beberapa fokus terhadap anak terhadap anak terlantar
52
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
Kegiatan penerima manfaat program SOS Children‟s Village
Indonesia di 134 Negara menitikberatkan pada upaya pengasuhan
berbasis keluarga (Family-Based Care) untuk anak-anak yang
telah kehilangan atau beresiko kehilangan pngasuhan orangtua.
SOS Children‟s Vilages adalah organisasi nirlaba yang aktif
memperjuangkan hak-hak anak dan berkomitmen membantu
terpenuhinya kebutuhan anak-anak sejak tahun 1949.Kegiatan
mereka di 134 negara menitikberatkan pada pengasuhan berbasis
keluarga (Family-Based Care) untuk anak-anak yang telah
kehiangan atau beresiko keluarga berupaya menghadirkan konsep
keluarga dan hubungan emosional yang terbuang seperti layaknya
keluarga pada umumnya.Dalam hal ini, termasuk juga bentuk lain
pengasuhan, seperti keluarga asuh (foster care) dan pengasuhan
oleh anggota keluarga yang masih ada (extended family).
Bergerak di Indonesia sejak tahun 1972, saat ini telah
dibangun delapan SOS Children‟s Villages dan Sembilan lokasi
Family Strengthening Program (FSP) dari meulaboh hinggan
flores. Saai ini mereka mengasuh 1300 anak di delapan village
tersebut.Sedangkan anak yang dibantu melalui FSP mencapai
lebih dari 6500 anak.
53
A. Sejarah Singkat Lembaga
Organisasi ini tergabung di dalam suatu ikatan
kerjasama dengan SOS Kiderdoff Internasional yang tersebar
di berbagai Negara, dan berpusat di kota Innsbruck, Austria.
Pendirinya adalah Dr. Herman Gmeiner.Herman Gmeiner
lahir pada tahun 1919 di Austria, yang merupakan anak
seorang petani.Beliau terpanggil hatinya untuk melakukan
sesuatu bagi perbaikan nasib anak-anak yang terlantar.
Pada saat Perang Dunia kedua beliau menyaksikan
betapa kejamnya perang yang telah menyebabkan adanya
ribuan anak menjadi terlantar dan berkeliaran di kota-kota
yang telah dihancurkan. Kemudian ia mencari sumbangan-
sumbangan yang disatukan dengan uang tabungannya sebesar
600 shilling Austria (US $ 30), dan pada bulan November
1949 didirikanlah perkumpulan SOS (Save Our Soul)
Kinderdorff.
Dasar pemikirannya sederhana yaitu bahwa anak-anak
ini telah kehilangan orang tuanya, sehingga perlu dicarikan
orang tua baru.Setelah berpikir panjang mulailah dicari
perempuan-perempuan yang bersedia mencintai mereka dan
sanggup menerima mreka seperti anak-anaknya sendiri.
Pada akhirnya pada tahun 1950 dapat dikumpulkan
sejumlah ibu asuh dan uang untuk membangun 5 buah rumah
di atas tanah yang disumbangkan oleh pemerintah, suatu kota
kecil sekitar 35 mil di sebelah barat kota Innsbruck.
Menjelang Natal 1951penggunaannya diresmikan dan
merupakan awa dari rangkaian Panti-panti Asuhan Kinderdoff
54
yang kini jumlahnyaa lebih dari 200 buah dan tersebar di
berbagai Negara di dunia.
B. Profil Lembaga
SOS Children‟s Villages Desa Taruna Indonesia
adalah sebuah organisasi sosial yang berbentuk yayasan,
bersifat swasta non politik dan tidak bertujuan mencari
keuntungan.Untuk Indonesia, SOS Kinderdorff ini dinamakan
SOS Children‟s Village Desa Taruna Jakarta.Dinamakan desa
karena merupakan satu kelompok Panti Asuhan dengan
segala sarananya, sehingga seakan membentuk satu desa.
Tujuan dari SOS Children‟s Villagss Desa Taruna
Jakarta khususnya adalah untuk memberi pertolongan kepada
anak-anak karena suatu terlantar atau ditelantarkan oleh orang
tuanya.Pertolongan yang diberikan adalah berupa rumah
tinggal, kehangatan kasih saying seorang ibu, perawatan,
keamanan serta pendidikan sehingga pada suatu saat mereka
dapat berdiri sendiri.
SOS Children‟s Villages – Karya Bhakti Ria
Pembangunan didirikan untuk mewujudkan gagasan Ibu Tien
Soeharto yang menjadi pelindung pada yayasan SOS
Children‟s Villages Jakarta. Berdirinya SOS Children‟s
Villages Jakarta merupakan hasil kerjasama antara Karya
Bhakti Ria Pembangunan yang disebut pihak pertama,
menyediakan tanah seluas kurang lebih 3 hektar yang siap
untuk dibangun. Pihak kedua yaitu Yayasan SOS Children‟s
Villages Jakarta yang mengluarkan biaya
55
pembangunannya.SOS Children‟s Villages Jakarta terletak di
Cibubur, di tepi jalan Tol Jagorawi.
Di Indonesia SOS Kinderdorf ini diberi nama SOS
Children‟s Desa Taruna Jakarta. Dinamakan “Desa” karena
merupakan satu kelompok Pengasuhan Anak dengan segala
sarananya, sehingga seakan-akan membeentuk suatu
desa.Pendiri Yayasan SOS Children‟s Villages Desa Taruna
Indonesia adalah Dr. Agus Prawoto (1928-2009).
Tujuan dari SOS Childen‟s Villages Desa Taruna
khususnya Jakarta adalah untuk memberikan peertolongan
kepada anak-anak yang karena satu dan lain sebab telah
terlantar atau ditelantarkan oleh orang tuanya. Pertolongan
yang dibeikan berupa rumah tinggal, kehangatan kasih sayang
dari seorang ibu, perawatan, keamanan srta pendidikan,
sehingga di kemudian hari mreka akan mampu berdiri sendiri.
SOS Children‟s Villages berada di delapan Provinsi
yaitu Medan, Banda Aceh, Meulaboh, Jakarta, Lembang,
Semarang, Bali, dan Flores. Di Jakarta sendiri SOS
Children‟s Villages bertempat di Jalan Karya Bakti No. 1,
Cibubur, Ciratas, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta. SOS Children‟s Villages itu sendiri mempunyai dua
tipe program yang berbeda, antara lain:
1. Pengasuhan Berbasis Keluarga Jangka Panjang
(Family Based Care).
SOS Children‟s Villages Desa Taruna Jakarta
meyakini bahwa keluarga SOSsebagai beentuk
pengasuhan berbasis keluarga bertujuan untuk
56
menciptakan lingkungan keluarga pengganti yang
mampu membeikan pengasuhan yang layak dan
aman sehingga anak-anak bisa mendapatkan
kembali kehangatan keluarga yang penuh
peerhatian, kasih saying, dan masa kanak-kanak
yang membahagiakan. Di dalam keluarga yang
sudah termasuk, anak-anak berada dalam
pengasuhan SOS Children‟s Villages Desa Taruna
Jakarta yang berasal dari latar belakang usia yang
berbeda-beda yaitu dari usia bayi, balita, hingga
remaja. Sementara itu, khusus untuk anak-anak yang
telah duduk di Sekolah Dasar beserta Remaja
disediakan sarana dan prasarana pengembangan
bakat. Di SOS Children‟s Villages Desa Taruna
Jakarta selain bantuan uang untuk hidup dan
sekolah, anak-anak tumbuh da berkembang didalam
sebuah rumah keluarga, dimana anak-anak tumbuh
dan berkembang didalam layaknya sebuah keluarga
utuh walaupun hanya meemiliki ibu asuh serta
mereka juga mempunyai komunitas bagi anak-anak.
Rumah-rumah SOS Children‟s Villages Desa
Taruna Jakarta berada dalam suatu kompleks yang
biasa disebut Village (Desa) dan Villag (Desa)
tersebut memiliki 15 rumah tinggal.
57
2. Program Penguatan Keluarga (Family Strengthening
Programme)
Tempat terbaik untuk tumbuh kembang seorang
anak adalah di dalam pengasuhan dan perlindungan
keluarganya. Supaya keluarga-keluarga mampu
menyediakan lingkungan yang asah-asih-asuh,
stabil, dan aman, SOS Children‟s Villages
memberikan pelayanan dasar langsung kepada anak
dan juga meningkatkan kepastian orang tuanya.
Dalam program penguatan kluarga ini atau disebut
dengan Family Strngtheening Programme dengan
singkatan FSP ini mempunyai wilayah implementasi
di Bogor.Cara kerjanyalah yang membedakan dalam
masing-masing implementasi masing-masing
program. Seperti dalam contoh pngasuhan, untuk
SOS Children‟s Villages Desa Taruna Jakarta
pengasuhannya di kendalikan atau di asuh dengan
Ibu Asuh yang bukan Ibu Kandung mereka dan
sudah mempunya Village atau tempat untuk
bertempat tinggal yang hamper sama fungsinya
dengan panti-panti lainnya yang didirikan oleh
pemerintah. Sedangkan FSP Bogor pengasuhannya
murni dari Ibu kandung sebagai pengasuhnya dan
anak serta keluarganya bertmpat tinggal di rumah
sendiri. Fungsi dari FSP Bogor ini hanya
mendampingi keluarga dengan cara mendampingi
sebuah keluarga yang rentan atau ketidaksiapannya
58
dalam berkeluarga termasuk dalam ekonominya
yang akan nantinya berdampak pada anak mereka
sendiri.
C. Visi dan Misi SOS Children’s Villages Jakarta
1. Visi SOS Children‟s Villages Jakarta
a. Setiap anak tumbuh dengan cinta
Melalui kasih sayang dan penerimaan, luka batin
tersembuhkan dan kepercayaan diri anak
terbangun. Anak belajar untuk mempercayai
dirinya dan orang lain. Dengan kepercayaan diri
ini setiap anak mampu memahami dan mengasah
potensi yang dimilikinya.
b. Setiap anak tumbuh dengan rasa hormat
Setiap pendapat anak didengarkan dan
ditanggapi dengan serius. Anak berpartipasi
dalam membuat keputusan yang berdampak bagi
kehidupannya dan dibimbing untuk berperan
aktif dalam proses pengembangan dirinya. Anak
tumbuh dengan rasa hormat dan harga diri
sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat.
c. Setiap anak adalah bagian dari sebuah
keluarga
Keluarga adalah jantung masyarakat. Dalam
sebuah keluarga setiap anak dilindungi dan
merasa diterima serta menjadi bagian dari
sebuah keluarga. Di dalam keluarga, anak
59
belajar nilai, berbagi tanggung jawab dan
membentuk hubungan jangka panjang.
Lingkungan keluarga memberi anak pondasi
yang kokoh sebagai bekal untuk membangun
kehidupannya.
d. Setiap anak tumbuh dengan rasa aman
Anak dilindungi dari kekerasaan, pengabaian
dan segala bentuk eksploitasi dan mendapat
perlindungan ketika bencana alam dan perang
terjadi. Anak berhak memiliki tempat
berlindung, terpenuhi pangannya, memperoleh
layanan kesehatan dan pendidikan. Hal tersebut
adalah kebutuhan yang paling mendasar bagi
tumbuh kembang anak.
2. Misi SOS Children‟s Villages Jakarta
a. Kami membantu mereka membangun masa
depan
Kami memberikan kesempatan bagi setiap anak
untuk tumbuh dan berkembang berdasarkan
kebudayaan dan agamanya serta berperan aktif
dalam masyarakat.
b. Kami membantu anak untuk memahami dan
mengasah kemampuan, minat, dan bakatnya.
Kami menjamin bahwa setiap anak memperoleh
pendidikan dan pelatihan keterampilan yang
60
dibutuhkan untuk mencapai sukses dan mampu
berkontribusi bagi masyarakat.
c. Kami membangun keluarga bagi anak yang
kehilanganpengasuhan
Kami hadir memberikan keluarga pengganti bagi
anak-anak yang telah kehilangan pengasuhan
baik disebabkan oleh orang tua yang meninggal
dunia, kemiskinan, dan faktor-faktor lainnya.
Pendekatan keluarga yang diterapkan di SOS
Children‟s Villages berlandaskan empat prinsip
yakni setiap anak membutuhkan sosok seorang
ibu, dan hidup bersama adik kakak, dalam rumah
keluarga, di lingkungan masyarakat yang
mendukung.
d. Kami mendukung pemberdayaan masyarakat
Kami berbagi dengan masyarakat dan merespon
kebutuhan pengembangan sosial bagi kelompok
masyarakat yang rentan (dimana di dalamnya
tinggal anak-anak dan remaja yang beresiko
kehilangan pengasuhan) Kami membangun
fasilitas dan program yang bertujuan untu
penguatan keluarga dan mencegah keterpisahan
anak dengan keluarga. Kami berkolaborasi
dengan masyarakat untuk menyediakan
pendidikan dan layanan kesehatan serta berbagai
dukungan tanggap darurat.
61
D. Pelayanan Lembaga
1. Pengasuhan
Dalam hal ini pengasuhan yang diberikan oleh
SOS Children‟s Villages ini merupakan pelayanan
langsung (Direct Service), seperti kasih saying yang
diberikan langsung dari ibu asuh kepada anak-
anaknya. Dimana kasih sayang dan cintadari ibu
asuhnyayang menganggap mereka anak sendiri
menjadi hal yang penting dalam pengasuhan ini,
karena cinta dari ibu asuh ini dampaknya sangat
menyeluruh dan berperan sangat penting dalam
perkembangan anak sampai dewasa.Hal ini ditandai
dengan anak-anak yang dibesarkan oleh ibu asuhnya
dalam setiap rumah dari masa kanak-kanak sampai
dewasa dan mandiri.Sesudah mereka mandiri pun
mereka sesekali tetap kembali ke lembaga untuk
bertemu dan mengurus Ibu asuhnya sebagaimana
mereka menganggapnya sebagai Ibu kandung.
2. Pendidikan
Dalam hal pendidikan pihak SOS Children‟s Villages
Jakarta memberikan pendidikan yang bermutu mulai
dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi atau
lembaga kejuruan.Para anak asuh diberi kesempatan
untuk meenuntut ilmusesuai dengaan bakat dan
kemampuan masing-masing.Sudah banyak sarjana
muda yang dihasilkan oleh anak-anak SOS Children‟s
Villages Jakarta dan para lulusan SMA yang tidak
62
memungkinkan melanjutkan Perguruan Tinggu pun
dibekali keterampilan tambahan atau pendukung
untuk memulai kehidupan mandiri.
63
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Dalam bab ini akan mencoba memaparkan temuan
lapangan terkait peran SOS Children‟s Villages Indonesia dalam
pemenuhan hak anak terlantar di Indonesia. Dalam bab ini akan
dijabarkan temuan lapangan dalam beberapa bagian yang
berkaitan dengan pemenuhan hak anak terlantar serta peran SOS
Children‟s Villages Indonesia. Bagian pertama terkait dengan
pemenuhan hak anak terlantar, penjabaran akan dimulai dari
mendeskripsikan latar belakang serta bentuk pemenuhan hak anak
terlantar. Bagian kedua akan mendeskripsikan peran SOS
Children‟s Villages Indonesia dalam pemenuhan hak anak
terlantar di Indonesia.
Pembahasan pada Bab IV ini akan dimulai dari
menjabarkan data temuan lapangan terkait dengan pemenuhan
hak anak terlantar oleh SOS Children‟s Villages Indonesia yang
didalamnya memaparkan latar belakang SOS Children‟s Villages
Indonesia dalam pemenuhan hak anak terlantar dan bentuk
perkembangan dan pemenuhan hak anak terlantar. Pada bagian
kedua bab ini akan menjabarkan peran SOS Children‟s Villages
Indonesia dalam pemenuhan hak anak terlantar yang meliputi;
memberikan pertolongan atas keterlantaran anak-anak serta
mendorong perkembangan dan perubahan anak. Masing-masing
dari temuan lapangan tersebut akan dipaprkan lebih lanjut dalam
pembahasan berikut;
64
A. Pemenuhan Hak Anak Terlantar oleh SOS Children’s
Villages Indonesia
1. Latar Belakang SOS Children’s Villages dalam
Pemenuhan Hak Anak Terlantar
Latar belakang sesuai dengan temuan lapnag dalam
penilitian ini diketahui bahwa penamaan SOS Children‟s
Villages Indonesia menggunakan nama yang didalamnya
memuat desa (villages) karena menggambarkan suatu
komplek panti asuhan yang menyerupai desa. Hal tersebut
seperti yang dijelaskan oleh informan di bawah ini;
“jadi dulunya sebelum disingkat menjadi SOS
Children‟s Village Indonesia itu sempat bernama
SOS Children‟s Village Desa Taruna Jakarta. Itu
adalah sebuah yayasan swasta non provit dan
kenapa bisa dibilang desa karena dulu berbentuk
satu komplek panti asuhan dengan berbagai
sarananya jadi menyerupai desa gitu (Wawancara
dengan Pengelola SOS Children‟s Village pada 02
Juni 2021)”.
SOS Children‟s Village Indonesia merupakan
sebuah yayasan swasta non provit yang sebelumnya
memiliki nama SOS Children‟s Village Desa Taruna
Jakarta. Dari nama organisasi atau yayasan tersebut
mengandung didalamnya nama desa, yang
menggambarkan sebuah komplek panti asuhan. Berdiri
dan berkembangnya SOS Children‟s Village Indonesia
merupakan inisiatif beberapa pihak yang peduli dan
perhatian akan kondisi ana-anak terlantar yang tidak
mendapatkan perhatian orang tua serta tempat tinggal
yang layak bagi tumbuh kembang anak tersebut.
65
Berdiri dan berkembangnya SOS Children‟s Village
Indonesia tersebut sesuai dengan temuan lapangan telah
dijelaskan lebih lanjut oleh informan di bawah ini;
“sebenarnya SOS ini didirikan oleh Bapak Karya
Bhakti Ria adalah untuk mewujudkan gagasan Ibu
Tien Suharto, untuk melindungi anak-anak yang
terlantar atau ditelantarkan oleh orang tuanya
dengan dikasih rumah tinggal, kehangatan kasih
sayang seorang Ibu, perawatan, keamanan serta
pendidikan (Wawancara dengan Pengelola SOS
Children‟s Village pada 02 Juni 2021)”
Pendirian SOS Children‟s Village Indonesia
merupakan inisiatif dari Bapak Karya Bhakti Ria untuk
mewujudkan gagasan yang muncul dari Ibu Tien Suharto
dalam merespon kondisi anak-anak terlantar. Dari hasil
temuan lapangan tersebut diatas diketahui bahwa awal
berdirinya SOS Children‟s Village Indonesia merupakan
upaya untuk melindungi anak-anak terlantar dan atau
yang telah ditelantarkan oleh orang tua ataupun keluarga.
Sehingga keberadaan SOS Children‟s Village Indonesia
telah membantu anak-anak terlantar untuk mendapatkan
kehangatan kasih sayang orang tua, tempat tinggal,
perawatan, keamanan, dan pendidikan yang memberikan
kontribusi besar dalam tumbuh kembang anak-anak
terlantar.
Dalam memberikan wadah atau tempat serta
bebrbagai fasilitas yang mendukung tumbuh kembang
anak-anak terlantar, SOS Children‟s Village Indonesia
juga memiliki beberapa program besar yang mendukung
66
berbagai kegiatan untuk anak-anak terlantar. Program
SOS Children‟s Village Indonesia tersebut telah
dijelaskan oleh beberapa informan berikut ini;
“kalau untuk program disini kita punya 2 program
yang berjalan. Ada FBC dan ada juga FSP
(Wawancara dengan Pengelola SOS Children‟s
Village pada 02 Juni 2021)”.
Terdapat dua program besar yang menjadi
identitas dari SOS Children‟s Village Indonesia dalam
merespon dan membantu anak-anak terlantar, kedua
program tersebut diantaranya; Family Based Care (FBC)
merupakan pengasuhan berbasis keluarga jangka panjang,
serta Family Strengthening Programme (FSP) yaitu adalah
program penguatan dalam keluarga itu sendiri. Kedua
program andalan SOS Children‟s Village Indonesia
tersebut menjadi upaya dalam memenuhi hak anak-anak
terlantar, serta membantu tumbuh kembang anak-anak
terlantar sesuai dengan kebutuhan yang mendukung anak-
anak untuk mengembangkan diri mereka.
Sesuai dengan temuan lapangan, penjelasan lebih
lanjut terkait dua program andalan SOS Children‟s
Village Indonesia telah dipaparkan oleh pihak pengelola
dan juga ibu asuh dalm lingkungan SOS Children‟s
Village Indonesia. Beberapa pernyataan terkait du
program tersebut telah dijelaskan sebagai berikut;
“FBC sendiri itu Family Based Care atau
Pengasuhan berbasis keluarga jangka panjang
yang dimana kita disini menciptakan keluarga
pengganti yang mampu memberikan pengasuhan
67
yang layak terhadap anak sehingga anak-anak
dapat mendapatkan kembali kehangatan keluarga
yang penuh perhatian, kasih sayang dan masa
kanak-kanak yang membahagiakan. Terus untuk
FSP atau Family Strengthening Programme itu
adalah program penguatan dalam keluarga yang
mana kerjanya itu beda dengan program yang
sebelumnya tadi saya jelaskan, kalo yang tadi kita
menyediakan tempat tinggal atau sarananya tapi
kalo program ini dilakukan dikediaman atau
rumahnya sendiri dengan orangtua kandungnya
sendiri, supaya keluarga-keluarga mampu
menyediakan lingkungan yang asah-asih-asuh,
stabil, dan aman. Jd program kedua ini hanya
sebagai pendampingan saja (Wawancara dengan
Pengelola SOS Children‟s Village pada 02 Juni
2021)”.
Dari penjelasan tersebut di atas dapat diketahui
bahwa FBC merupakan program pengasuhan berbasiskan
keluarga yang bersifat jangka panjang, dimana anak-anak
terlantar mendapatkan keluarga pengganti yang dapat
memberikan kehangatan, perhatian, dan kasih sayang dari
keluarga, serta mewujudkan masa kanak-kanak yang
membahagiakan mereka.Sedangkan FSP merupakan
program penguatan dalam keluarga anak-anak terlantar,
sehingga keluarga tersebut mampu menyediakan
lingkungan yang yang asah-asih-asuh, stabil, dan aman
bagi tumbuh kembang anak.
Lebih lanjut, penjelasan terkait dengan FBC dan
FSP yang menjadi program andalan SOS Children‟s
Village Indonesia tersebut telah dijelaskan oleh informan
yang merupakan salah satu ibu asuh berikut ini;
68
“kita punya 2 program kak pertama Family Based
Care (FBC) itu program dimana pengasuhan yang
berbasis keluarga jangka panjang, kita
memberikan keluarga pengganti kepada si Anak,
kita memberikan pengasuhan yang layak kepada
Anak agar mereka dapat merasakan dicintai,
diperhatikan, dan kehangatan dari sebuah
keluarga. Terus untuk program yang kedua kita
punya Family Strengthening Programme (FSP)
kalau yang ini kita lebih pendampingan kepada
keluarga gimana kita menguatkan si keluarga
dalam penanganan pengasuhan anak. Programnya
juga dilakukan dirumah masing-masing dan
dengan orang tua kandungnya si anak itu sendiri
(Wawancara dengan Ibu Asuh pada 04 Juni
2021)”
Dari penjelasan informan di atas telah memperkuat
gambaran tentang dua program yang terdapat dan menjadi
andalan andalan SOS Children‟s Village Indonesia yaitu
FBC dan FSP. FBC yang merupakan program jangka
panjang yang menjadi bentuk pengasuhan berbasiskan
keluarga bagi anak-anak terlantar untuk memperoleh
keluarga baru yang dapat memberikan pengasuhan yang
layak serta dapat merasakan dicintai, diperhatikan, dan
kehangatan dari sebuah keluarga.Sedangkan FSP
merupakan program pendampingan terhadap anak-anak
terlantar beserta keluarga mereka, program FSP lebih
menekankan pada dukungan dan penguatan terhadap
anak-anak terlantar dan keluarganya sehingga tercipta
suasana dalam lingkungan keluarga yang asah-asih-asuh,
stabil, dan aman bagi tumbuh kembang anak.
69
Dari penjelasan dua program SOS Children‟s Village
Indonesia tersebut di atas merupakan perwujudan dan
kontribusi terhadap pemenuhan hak anak serta
mendukung tumbuh kembang anak bersama keluarga.Dari
dua program tersebut dapat menggambarkan tujuan dan
arah keterlibatan SOS Children‟s Village Indonesia dalam
membantu dan mengayomi anak-anak terlantar.Tujuan
dari SOS Children‟s Village Indonesia salah satunya telah
diungkapkan oleh informan berikut ini;
“dari tujuan SOS ini sendiri. Setiap anak bisa
tumbuh dengan cinta, dengan rasa hormat, dan
dengan rasa aman. Karena semua anak
mempunyai hak dan kewajiban yang sama
(Wawancara dengan Pengelola SOS Children‟s
Village pada 02 Juni 2021)”.
Tujuan adanya SOS Children‟s Village Indonesia beserta
program atau kegiatan bagi anak-anak terlantar dari
penjelasan informan tersebut di atas yaitu diharapkan
anak-anak terlantar dapat tumbuh dan berkembang sesuai
dengan masa anak-anak itu sendiri. Selain itu tujuan
lainnya yaitu diharapkan anak-anak terlantar mendapatkan
rasa hormat dan rasa aman dalam tumbuh tumbuh
kembang mereka, sehingga semua anak-anak yang berada
dalam naungan SOS Children‟s Village Indonesia
memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan anak-anak
pada umumnya.
70
Lebih lanjut, harapan akan danya SOS Children‟s Village
Indonesia beserta berbagai kegiatan atau program untuk
anak-anak terlantar tersebut juga telah disebutkan
informan di bawah ini;
“ya saya berharap kita bisa membantu
memberikan kelayakan kehidupan pada anak-anak
yang tidak bisa mendapatkan dari keluarga
ataupun orangtuanya. Agar semua anak juga
mendapatkan hak kebahagiaan yang sama, tumbuh
dengan kasih sayang, rasa aman dan nyaman
(Wawancara dengan Ibu Asuh pada 04 Juni 2021).
Tujuan dari adanya SOS Children‟s Village
Indonesia bagi anak-anak terlantar telah menjai tujuan
seluruh anggota yang terlibat dalam SOS Children‟s
Village Indonesia, sehingga tujuan tersebut juga telah
menjadi tujuan dan harapan seluruh anggota SOS
Children‟s Village Indonesia dalam membantu anak-anak
terlantar. Diharapkan anak-anak terlantar yang berada
dalam lingkungan dan penanganan SOS Children‟s
Village Indonesia bisa mendapatkan kehidupan yang
layak seperti dalam naungan lingkungan keluarga atau
orang tua, sehingga anak-anak tersebut merasakan
kebhagiaan dan kasih sayang dalam tumbuh kembangnya,
serta rasa aman dan nayaman dalam menjalani proses
kehidupan mereka.
2. Bentuk Perkembangan dan Pemenuhan Hak Anak
Terlantar
Sesuai dengan temuan lapangan tersebut di atas,
latar belakang berdiri dan berkembangnya SOS Children‟s
71
Village Indonesia merupakan respon terhadap kondisi
tumbuh kembang anak-anak terlantar, sehingga beberapa
program SOS Children‟s Village Indonesia mengarah
pada tujuan pemenuhan hak anak serta mendukung
tumbuh kembang anak dalam lingkungan keluarga. Dua
program andalan SOS Children‟s Village Indonesia yaitu
FBC dan FSP diharapkan dapat mendukung tumbuh
kembang dan memenuhi hak anak-anak terlantar.
Perkembangan dan pemenuhan hak anak-anak
terlantar di bawah nanungan SOS Children‟s Village
Indonesia telah menjadi perhatian bersama dalam upaya
mewujudkan tumbuh kembang anak sesuai dengan
haknya. Kondisi anak-anak yang berada dibawah naungan
SOS Children‟s Village Indonesia meruapakan anak-anak
terlantar dan atau anak-anak yang telah ditelantarkan oleh
orangtua maupun keluarganya, selanjutnya anak-anak
terlantar dengan berbagai latar belakang tersebut
mendapatkan naungan dan wadah dari SOS Children‟s
Village Indonesia. Sehingga diharapkan anak-anak dapat
merasakan kehangatan, dicintai, diperhatikan dan kasih
sayang dalam lingkungan keluarga, serta merasakan
kondisi yang aman dan nyaman dalam tumbuh kembang
mereka.
Kondisi anak-anak terlantar yang berada dibawah
naungan SOS Children‟s Village Indonesia merupakan
anak-anak tanpa keluarga ataupun anak-anak yang telah
ditelantarkan oleh keluarganya.Oleh karena itu terdapat
72
beberapa prasyarat yang menjadi perhatian SOS
Children‟s Village Indonesia dalam menerima dan
menampung anak-anak terlantar tersebut. Persyaratan
anak-anak terlantar untuk bisa diterima dan ditampung
oleh SOS Children‟s Village Indonesia telah disebutkan
oleh informan berikut ini;
“untuk persyaratan sendiri kita disini tergantung
kondisi si anak tersebut, rata-rata kan yang tinggal
disini kita dapet dari anak yang terlantar (anak
yang berada dijalan tanpa orang tua). Mungkin
kita akan melakukan assessment awal untuk
menggali informasi si anak. Tapi tidak akan kita
persulit (Wawancara dengan Pengelola SOS
Children‟s Village pada 02 Juni 2021)”.
Berbagai latar belakang anak-anak terlantar turut
menetukan persyaratan yang diperlukan dalam
penerimaan SOS Children‟s Village Indonesia, mengingat
bahwa anak-anak tersebut merupakan anak yang berasal
dari jalanan ataupun tanpa ada orang tua atau keluarga
yang jelas. Oleh karena itu pada tahap awal penerimaan
anak-anak terlantar terlantar tersebut akan dilakukan
assesment untuk menelusuri kondisi anak tersebut,
sehingga informasi hasil assesment tersebut menjadi data
awal untuk menentukan tindak lanjut anak-anak
selanjutnya dalam naungan SOS Children‟s Village
Indonesia.
Kondisi anak-anak terlantar yang masuk dalam
lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia menjadi
perhatian awal, sehingga informasi awal hasil dari
73
assesment menjadi langkah pertama untuk mengetahui
tindak lanjut terhadap anak-anak tersebut. Kondisi awal
anak-anak terlantar dan perkembangannya dalam
lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia dapat
terlihat dari penjelasan informan berikut ini;
“anak-anak disini pada dasarnya baik-baik kak,
mungkin hanya perlu dikasih arahan sedikit. Mulai
dari cara berpikir, bagaimana mereka
berkomunikasi sekarang sudah lebih membaik dan
jelas (Wawancara dengan Ibu Asuh pada 04 Juni
2021)”.
“sejauh ini sih, banyak peruabahan yang sudah
bisa kita lihat dari mulai cara berkomunikasi, cara
berpikir, menunjukkan perubahan ke arah yang
lebih baik (Wawancara dengan Pengelola SOS
Children‟s Village pada 02 Juni 2021)”.
Seperti yang disebutkan informan di atas, pada
dasarnya anak-anak yang masuk dalam lingkungan SOS
Children‟s Village Indonesia memiliki kondisi yang baik.
Namun begitu kondisi anak-anak yang terlantar telah
memberikan gambaran akan kondisi anak yang
bermasalah dan butuh penanganan tersendiri. Sehingga
penampungan anak-anak terlantar yang telah dilakukan
oleh SOS Children‟s Village Indonesia memberikan
kontribusi dalam perkembangan anak. Perubahan dan
perkembangan anak-anak yang lebih baik sesuai dari hasil
temuan lapangan terlihat dari cara berpikir dan
berkomunikasi anak-anak yang lebih baik.
Kondisi perbaikan anak-anak dalam lingkungan
SOS Children‟s Village Indonesia tersebut diperkuat
74
dengan penjelasan informan yang juga merupakan anak
asuh dalam lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia
di bawah ini;
“aku kan udah gapunya keluarga kak hehe, kalo
sama temen-temen aku yang lama aku ga pernah
ketemu kak. Jadi ya disini aku punya keluarga
baru kak hehe (Wawancara dengan Anak Asuh
SOS Children‟s Village pada 10 Juni 2021)”.
Latar belakang anak-anak terlantar yang tidak
memiliki keluarga atau telah diterlantarkan oleh
keluarganya tersebut memiliki kondisi dan perjalanan
hidup yang kurang baik, sehingga memungkinkan anak-
anak terlantar tersebut membutuhkan penanganan dalam
memenuhi hak-hak mereka.SOS Children‟s Village
Indonesia yang menerima anak-anak terlantar telah
memberikan keluarga dengan lingkungan baru anak-anak
terlantar, sehingga memungkin mereka mendapatkan
perkembangan yang lebih baik, baik itu dalam lingkungan
keluarga maupun pertemanannya.
Perubahan anak-anak terlantar dari kondisi dan
lingkungan lama sangat terlihat ketika sudah masuk dalam
lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia. anak-anak
terlantar sudah meninggalkan lingkungan pertemanan
yang lama serta mendapatkan keluarga baru dalam
naungan SOS Children‟s Village Indonesia. Atas kondisi
baru tersebut memungkinkan terjadinya banyak
perubahan terhadap anak-anak terlantar, hal tersebut
seperti yang dijelaskan oleh informan di bawah ini;
75
“hal ini mungkin kami lihat ketika mereka punya
masalah mereka juga bisa menyelesaikannya
sendiri, dan juga kami merasa dari hasil
pengamatan atau observasi di setiap kegiatan
menunjukkan perubahaan dalam berkomunikasi
dan bertindak dengan sadar dalam setiap kegiatan
(Wawancara dengan Pengelola SOS Children‟s
Village pada 02 Juni 2021)”.
Dari temuan lapangan dan juga dari hasil
observasi yang telah dilakukan dalam berbagai kegiatan di
lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia telah
menunjukkan banyak perubahan perkembangan anak-
anak terlantar dari kondisi sebelumnya. Perubahan
tersebut sangat terlihat dari cara berpikir anak-anak dalam
menyelesaikan masalahnya sendiri, selain itu perubahan
juga terlihat dari cara berkomunikasi dan berperilaku
dalam kehidupan sehari-hari.
Perkembangan anak-anak dalam lingkungan SOS
Children‟s Village Indonesia juga diperkuat seperti yang
diungkapkan oleh informan berikut ini;
“kalau untuk perkembangannya kak kita bisa
menilai dari gimana cara mereka menyelesaikan
tugas ataupun masalahnya mereka. Yang tadinya
mungkin mereka masih bingung ya mau ngapain
mau gimana, sekarang mereka sudah mengerti dan
bisa bertanggung dengan tugasnya masing-masing
bahkan sudah bisa menyelesaikan masalahnya
sendiri (Wawancara dengan Ibu Asuh pada 04 Juni
2021)”.
Sadar akan tanggung jawab terhadap kondisi diri
sendiri menjadi salah satu perubahan perkembangan anak-
anak terlantar dalam naungan SOS Children‟s Village
76
Indonesia. Kesadaran akan masalah dan kondisi yang
dihadapi oleh anak-anak tersebut memungkinkan mereka
dapat menyelesaikan tugas ataupun masalahnya masing-
masing. Sehingga anak-anak tidak lagi
mempermasalahkan kondisi yang dialami oleh mereka,
dan anak-anak lebih mengetahui apa yang sebaiknya
dilakukan untuk memperbaiki kondisi dan keluar dari
masalah yang dihadapi.
Dalam proses perkembangan dan pemenuhan hak
anak-anak terlantar dalam lingkungan SOS Children‟s
Village Indonesia memiliki beberapa faktor yang turut
mempengaruhi. Fakto-faktor tersebut seperti yang
diungkapkan oleh beberapa informan berikut ini;
“untuk faktor itu sendiri kita biasanya dari awal
melihat kejadian sebelum mereka masuk SOS,
bagaimana latar belakang keluarganya, mereka
hidup dilingkungan seperti apa, dan setelah
mereka mengikuti program kita juga
memperdalam keterkaitan dikeluarganya,
dilingkungan temannya, dan dari pengalaman
masa lalunya. Semua faktor tersebut
mempengaruhi perkembangan anak (Wawancara
dengan Pengelola SOS Children‟s Village pada 02
Juni 2021)”.
Selanjutnya faktor yang mempengaruhi
perkembangan dan pemenuhan hak anak-anak terlantar
juga diperkuat dengan penungkapan informan berikut;
“faktor disini kita ngelibatin beberapa faktor si
kaya keluarga beserta latar belakangnya, terus liat
juga lingkungannya, teman-temannya yang dulu
seperti apa, jadi kita bisa tau pengalaman hidup
yang pernah mereka jalanin. Kenapa kita harus
77
tau, karna itu faktor utama dan penting
perkembangan anak tersebut (Wawancara dengan
Ibu Asuh pada 04 Juni 2021)”.
Perkembangan dan pemenuhan anak-anak terlantar
terlihat dalam lingkungan SOS Children‟s Village
Indonesia serta keterlibatan mereka dalam berbagai
kegiatan untuk mereka.Penerimaan SOS Children‟s
Village Indonesia terhadap anak-anak terlantar tidak
memerlukan banyak persyaratan, mengingat kondisi anak-
anak terlantar yang memang membutuhkan penanganan.
Hasil dari assesment awal serta observasi terhadap anak-
anak terlantar telah menjadi informasi yang menunjukkan
kondisi awal anak-anak terlantar sebelum masuk dalam
SOS Children‟s Village Indonesia serta berbagai
perubahan anak-anak setelah terlibat dalam berbagai
kegiatan dalam lingkungan SOS Children‟s Village
Indonesia.
B. Peran SOS Children’s Villages Indonesia dalam
Pemenuhan Hak Anak Terlantar
Seperti yang telah di jelaskan pada Bab III, bahwa
SOS Children‟s Vilages merupakan organisasi nirlaba yang
aktif memperjuangkan hak-hak anak dan berkomitmen
membantu terpenuhinya kebutuhan anak-anak.Kegiatan SOS
Children‟s Vilages telah tersebar serta dilaksanakan pada 134
Negara dan lebih menitikberatkan pada upaya pengasuhan
berbasis keluarga (Family-Based Care) untuk anak-anak yang
telah kehilangan atau beresiko kehilangan pengasuhan orang
tua.
78
Hal tersebut juga sesuai dengan temuan lapangan
terkait muncuk dan berkembangnya SOS Children‟s Village
Indonesia yang merupakan inisiatif beberapa pihak untuk
peduli dan perhatian akan kondisi anak-anak terlantar yang
tidak mendapatkan perhatian orang tua serta tempat tinggal
yang layak bagi tumbuh kembang anak-anak tersebut. Dari
berbagai kondisi tersebut telah memperlihatkan fungsi dan
peran dari SOS Children‟s Village Indonesia terhadap anak-
anak terlantar.
Hak-hak anak terlantar sendiri telah dijelaskan dalam
undang-undang perlindungan anak yang termaktub dalam
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 dan Undang-Undang
Nomor 35 tahun 2014. Dalam undang-undang tersebut
pemerintah memiliki kewajiban dalam memenuhi dan
memfasilitasi hak anak, selain itu pemerintah juga
bertanggung jawab dalam memastikan semua hak anak
terlindungi dan terpenuhi.Dalam melaksanakan amanat
undang-undang tersebut pemerintah telah mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, baik itu instansi dalam
pemerintah maupun berbagai pihak lainnya. salah satu pihak
yang terlibat dan mendukung perlindungan dan pemenuhan
hak anak diantaranya yaitu SOS Children‟s Village Indonesia.
Pada subbab kedua ini akan memparkan lebih lanjut
temuan lapangan yang sesuai dengan tujuan dalam penelitian
ini yaitu terkait dengan peran SOS Children‟s Village
Indonesia dalam pemenuhan hak anak terlantar. Beberapa
peran SOS Children‟s Village Indonesia sesuai dengan
79
temuan lapangan yaitu terkait dengan memberikan
pertolongan atas keterlantaran anak-anak, serta mendorong
perkembangan dan perubahan anak-anak.masing-masing dari
peran tersebut akan dijabarkn lebih lanjut dalm temuan
lapangan di bawah ini.
1. Memberikan Pertolongan atas Keterlantaran
Anak-Anak
Sebagai upaya membantu pemerintah, SOS
Children‟s Village Indonesia dalam melindungi dan
memenuhi hak-hak anak tersebut telah menjadi tujuan
berdiri dan berkembangnya SOS Children‟s Village
Indonesia. Telah diketahui pada Bab III bahwa tujuan
SOS Children‟s Village Indonesia yaitu untuk
memberikan pertolongan kepada anak-anak terlantar
dengan memberikan tempat tinggal, kehangatan kasih
sayang seorang ibu, perawatan, keamanan, serta
pendidikan bagi anak-anak, sehingga diharapkan nantinya
anak-anak tersebut mampu mengatasi kondisi diri dan
berdiri sendiri dalam mejalani kehidupan.
Pertolongan dan perlindungan terhadap anak-anak
terlantar yang merupakan tujuan dari SOS Children‟s
Village Indonesia tersebut juga telah menjadi tujuan
orang-orang yang terlibat di dalamnya. Hal tersebut
terlihat dari ungkapan informan di bawah ini;
“untuk melindungi anak-anak yang terlantar atau
ditelantarkan oleh orang tuanya dengan dikasih
rumah tinggal, kehangatan kasih sayang seorang
Ibu, perawatan, keamanan serta pendidikan”
80
(Wawancara dengan Pengelola SOS Children‟s
Village pada 02 Juni 2021).
Keberadaan SOS Children‟s Village Indonesia
telah memberikan pertolongan atas keterlantaran anak-
anak, sehingga anak-anak yang masuk dalam naungan
SOS Children‟s Village Indonesia senantiasa
mendapatkan tempat tinggal yang menjadi rumah bagi
mereka serta orang tua yang mendampingi mereka. Selain
rumah tempat tinggal, anak-anak tersebut juga
mendapatkan kehangatan kasih sayang seorang ibu dalam
lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia sebagai
bentuk pertolongan terhadap mereka, selain itu mereka
juga diberikan perawatan, keamanan, serta pendidikan
yang menunjang keberlanjutan hidup anak-anak terlantar.
Rumah tempat tinggal yang layak, kasih sayang
keluarga, pearawatan, keamanan, dan pendidikan
merupakan hak-hak yang harus dimiliki dan dilindung
dalam mendukung tumbuh kembang anak.Hal tersebut
telah menjadi perhatian SOS Children‟s Village Indonesia
dalam memeberikan pertolongan kepada anak-anak
terlantar untuk keluar ataupun terhindar dari masalaha
keterlantaran anak-anak.Pertolongan dan perlindungan
terhadap anak-anak agar terhindar dari ketelantaran
tersebut juga telah menjadi identitas SOS Children‟s
Village Indonesia, dan terlihat dari berbagai kegiatan atau
program untuk anak-anak.
81
Program atau kegiatan yang menjadi identitas SOS
Children‟s Village Indonesia tersebut telah dijelaskan oleh
informan berikut ini;
“Family Based Care (FBC) itu program dimana
pengasuhan yang berbasis keluarga jangka
panjang, kita memberikan keluarga pengganti
kepada si Anak, kita memberikan pengasuhan
yang layak kepada Anak agar mereka dapat
merasakan dicintai, diperhatikan, dan kehangatan
dari sebuah keluarga. Terus untuk program yang
kedua kita punya Family Strengthening
Programme (FSP) kalau yang ini kita lebih
pendampingan kepada keluarga gimana kita
menguatkan si keluarga dalam penanganan
pengasuhan anak.Programnya juga dilakukan
dirumah masing-masing dan dengan orang tua
kandungnya si anak itu sendiri” (Wawancara
dengan Ibu Asuh pada 04 Juni 2021).
Kegiatan ataupun program SOS Children‟s Village
Indonesia di atas yaitu FBC dan FSP tersebut telah
menunjukkan upaya pertolongan dan pengembangan
anak-anak terlantar.Melalui kegiatan tersebut anak-anak
terlantar mendapatkan rumah tempat tinggal serta
mendapatkan pendampingan dalam mendukung tumbuh
kembang anak.tampat jelas tujuan adanya kedua program
tersebut memberikan pertolongan atas keterlantaran anak
serta mendukung tumbuh kembang anak, sehingga sesuai
dengan tujuan dari adanya SOS Children‟s Village
Indonesia itu sendiri.
Lebih lanjut, tujuan tersebut juga diungkapkan
oleh informan yang merupakan pengelola SOS Children‟s
Village Indonesia berikut ini;
82
“setiap anak bisa tumbuh dengan cinta, dengan
rasa hormat, dan dengan rasa aman. Karena semua
anak mempunyai hak dan kewajiban yang sama”
(Wawancara dengan Pengelola SOS Children‟s
Village pada 02 Juni 2021).
Tujuan adanya SOS Children‟s Village Indonesia
beserta program atau kegiatan bagi anak-anak terlantar
dari penjelasan informan tersebut di atas yaitu diharapkan
anak-anak terlantar dapat tumbuh dan berkembang sesuai
dengan masa anak-anak itu sendiri. Selain itu tujuan
lainnya yaitu diharapkan anak-anak terlantar mendapatkan
rasa hormat dan rasa aman dalam tumbuh tumbuh
kembang mereka, sehingga semua anak-anak yang berada
dalam naungan SOS Children‟s Village Indonesia
memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan anak-anak
pada umumnya.
Harapan akan adanya SOS Children‟s Village
Indonesia beserta berbagai kegiatan atau program untuk
anak-anak terlantar tersebut juga sesuai dengan visi dan
misi SOS Children‟s Village Indonesia sesuai dengan
profil lembaga yaitu; Setiap anak tumbuh dengan cinta,
rasa hormat, dan rasa aman, serta setiap anak adalah
bagian dari sebuah keluarga. Oleh karena itu berbagai
harapan akan adanya SOS Children‟s Village Indonesia
juga telah muncul dan menjadi bagian dari orang-orang
yang terlibat di dalamnya. Hal tersebut telah disebutkan
informan di bawah ini;
“ya saya berharap kita bisa membantu
memberikan kelayakan kehidupan pada anak-anak
83
yang tidak bisa mendapatkan dari keluarga
ataupun orangtuanya. Agar semua anak juga
mendapatkan hak kebahagiaan yang sama, tumbuh
dengan kasih sayang, rasa aman dan nyaman”
(Wawancara dengan Ibu Asuh pada 04 Juni 2021).
Pertolongan atas keterlantaran anak-anak telah
menjadi fokus dan perhatian orang-orang yang terlibat
dalam lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia.
Harapan para pengelola maupun ibu asuh bagi anak-anak
tersebut juga mengarah pada upaya memberikan
pertolongan kepada anak-anak agar mendapatkan
kelayakan hidup layaknya dari orang tua ataupun
keluarganya sendiri.Sehingga anak-anak tersebut
mendapatkan kebahagiaan kehidupan dalam lingkungan
keluarga, serta dapat tumbuh dan berkembang dengan
kebahagiaan, kasih sayang, rasa aman, dan nyaman yang
merupakan hak semua anak.
Pertolongan atas keterlantaran anak-anak yang
diberikan melalui SOS Children‟s Village Indonesia
tersebut telah memenuhi dan melindungi hak-hak anak,
sehingga anak-anak mendapatkan manfaat yang
mendukung tumbuh kembang mereka. Pertolongan atas
keterlantaran anak-anak tersebut dapat terlihat dari
ungkapan informan yang merupakan anak asuh berikut
ini;
“aku sih udah lama ditinggal sama mama, tapi
disini aku seneng banget bisa ketemu mama baru
hehe, mamanya baik banget hehe” (Wawancara
dengan Anak Asuh SOS Children‟s Village pada
10 Juni 2021).
84
Pernyataan informan tersebut di atas menunjukkan
kebahagiaan anak-anak atas terpenuhinya hak-
haknya serta terlindungi dari keterlantaran
mereka.Dimana dalam lingkungan SOS Children‟s
Village Indonesia anak-anak yang sebelumnya terlantar
telah mendapatkan rumah tempat tingga baru serta
mendapatkan kasih sayang dan rasa aman dari ibu yang
mengayomi mereka.Penerimaan dan kasih sayang yang
diberikan seorang ibu kepada anak-anak tersebut menjadi
penguat mereka dalam melanjutkan kehidupannya,
sehingga mereka mampu menyelesaikan masalah dan
percaya diri menyongsong hari esok yang lebih baik.
2. Mendorong Perkembangan dan Perubahan Anak
Selain memberikan pertolongan kepada anak-anak
terlantar, SOS Children‟s Village Indonesia sesuai yang
tertera pada profil juga memiliki misi dalam membantu
membangun masa depan anak, membantu anak untuk
memahami dan mengasah kemampuan, minat, dan
bakatnya, serta membangun keluarga bagi anak. Dari
profil tersebut dapat diketahui bentuk peran lain dari SOS
Children‟s Village Indonesia yaitu dalam mendorong
perkembangan dan perubahan anak-anak ke arah yang
lebih baik, sehingga anak-anak yang berada dalam
lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia dapat
mengembangkan berbagai aspek kehidupan yang lebih
baik.
85
Dalam mendorong perkembangan dan perubahan
anak yang telah dilakukan oleh SOS Children‟s Village
Indonesia sesuai dengan temuan lapangan terlihat dari
berbagai aspek kehidupan, mulai dari sosial, emosional,
bahasa, dan nilai religius anak-anak. Berbagai aspek
perkembangan dan perubahan anak-anak tersebut akan
dijeskan sesuai dengan data temuan lapangan dalam
penelitian ini, masing-masing dari aspek tersebut dapat
dipaparkan dalam pembahasan di bawah ini.
a. Sosial
Perkembangan dan perubahan anak-anak
dalam lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia
sesuai dengan temuan lapangan yaitu terlihat pada
aspek sosial anak-anak. telah diketahui bahwa latar
belakang anak-anak terlantar yang masuk dalam
naungan SOS Children‟s Village Indonesia
merupakan anak-anak yang tidak memiliki keluarga,
berada di jalanan, dan atau diterlantarkan oleh
keluarganya. Kodisi sosial anak-anak terlantar berada
dalam kondisi masalah secara sosial dalam kehidupan
anak-anak, keberadaan SOS Children‟s Village
Indonesia yang menampung anak-anak terlantar turut
mendorong anak-anak terlantar untuk keluar dari
permasalahan mereka.Sehingga mereka dapat tumbuh
dan berkembang lebih lagi kedepannya sesuai tujuan
dari SOS Children‟s Village Indonesia.
86
Perkembangan dan perubahan pada aspek
sosial anak-anak tersebut telah dijelaskan oleh
informan di bawah ini;
“sejauh ini dari yang tadinya mereka masih
malu, canggung, sulit berkomunikasi dengan
teman sebayanya sekarang perlahan sudah
berubah jadi lebih bisa berkomunikasi,
beradaptasi dengan teman atau lingkungannya”
(Wawancara dengan Pengelola SOS Children‟s
Village pada 02 Juni 2021).
Kondisi anak-anak terlantar dan atau berada di
jalanan telah menjadikan mental mereka sesuai
dengan kondisinya, yaitu ketelantaran dan sesuai
dengan lingkungan sosial di jalanan. Sehingga pada
awal masuk lingkungan SOS Children‟s Village
Indonesia, anak-anak tersebut cenderung malu,
canggung, dan sulit berkomunikasi dengan teman-
teman sebaya lainnya. Namun begitu, kondisi tersebut
berangsur membaik setelah tinggal dan mengikuti
berbagai kegiatan dalam lingkungan SOS Children‟s
Village Indonesia, sehingga memungkinkan mereka
beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan
memperbaiki hubungan sosial anak-anak dalam
lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia.
Selanjutnya perkembangan dan perubahan
pada aspek sosial anak juga dijelaskan oleh informan
berikut ini;
“masalah perkembangan sosial disini sudah
terlihat jeelas perkembangannya kak, mulai
dari sikap mereka ke kita, sikap mereka ke
87
temen-temennya, yang tadinya mungkin
mereka masih malu-malu atau merasa asing
tapi sekarang mereka sudah lebih bisa
bradaptasi dengan baik dan lebih perduli satu
sama lainnya kepada teman maupun
lingkungannya (Wawancara dengan Ibu Asuh
pada 04 Juni 2021)”.
Anak-anak terlantar pada masa awal masuk
dalam lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia
mengalami masalah dalam aspek sosialnya, namun
dalam perkembangannya setelah beradaptasi dan
mengikuti berbagai kegiatan di SOS Children‟s Village
Indonesia, anak-anak tersebut mulai terlihat perubahan
dan perkembangan dalam berkomunikasi, bersikap,
peduli dengan lingkungan sekitarnya.
Perubahan dan perkembangan aspek sosial
anak-anak juga diungkapkan langsung oleh informan di
bawah ini;
“sekarang bisa banyak temen kak, bisa punya
mama juga, rumahnya bagus lagi disini. Aku
nyaman” (Wawancara dengan Anak Asuh SOS
Children‟s Village pada 10 Juni 2021).
Kemampuan beradaptasi dan berkomunikasi
memungkinkan mereka menerima dan berkomunikasi
dengan orang lainnya, sehingga anak-anak tersebut
memiliki banyak teman sebayanya. Hal tersebut juga
diperkuat oleh ungkapan anak asuh berikut ini;
“kenal kok kak aku, tadinya si malu-malu atau
kadang takut kalo mau ngobrol atau nanya-
nanya. Sekarang si udah santai kak”
(Wawancara dengan Anak Asuh SOS
Children‟s Village pada 10 Juni 2021).
88
Perkembangan dan perubahan pada aspek
sosial tersebut terlihat dari hilangnya rasa minder dan
malu dengan orang baru, sikap terhadap lingkungan
sosial, serta peduli terhadap lingkungan sosialnya.
Sehingga anak-anak yang masuk dalam lingkungan
SOS Children‟s Village Indonesia telah mampu
beradaptasi dengan lingkungan sosialnya, serta
mampu berinteraksi dengan orang lain, hilangnya rasa
malu, kemampuan berkomunikasi dan menjalin relasi
dengan orang lain telah memperlihatkan
perkembangan anak-anak untuk merubah kondisi
dirinya lebih baik lagi.
Aspek lainnya yang menujukkan
perkembangan dan perubahan anak-anak setelah
masuk dalam lingkungan SOS Children‟s Village
Indonesia yaitu dalam aspek emosional yang akan
dijelaskan dan dijabarkan dalam pembahasan
selanjutnya di bawah ini.
b. Emosional
Aspek kedua sesuai dengan temuan lapangan
yaitu terkait dengan kondisi emosi anak-anak dalam
lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia.
Perkembangan dan perubahan aspek emosi disini
berkaitan dengan perasaan anak-anak dalam
perkembangan dan perubahannya, hal tersebut
merupakan reaksi atas kondisi sebelum dan sesudah
89
mengikuti berbagai kegiatan di SOS Children‟s
Village Indonesia.
Perkembangan dan perubahan emosi anak-
anak tersebut telah dijelaskan oleh informan berikut
ini
“buat perkembangan emosi sendiri menurut
saya semakin baik, mungkin yang tadi awalnya
masih suka nangis-nangis tanpa sebab
mungkin karena merasa asing kali ya, sekarang
mereka sudah bisa menjalani hari-harinya
seperti biasa (Wawancara dengan Pengelola
SOS Children‟s Village pada 02 Juni 2021)”.
Perkembangan emosi anak-anak dalam
lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia
menurut informan di atas bergerak kearah yang lebih
baik. Dimana di jelaskan bahwa pada masa awal anak-
anak masuk dalam lingkungan SOS Children‟s Village
Indonesia masih sering nangis yang menunjukkan
emosi sedih atau merasa asing akan lingkungan baru,
selanjutnya dalam perjalannya, anak-anak sudah mulai
terbiasa dan dapat mengendalaikan emosinya lebih
baik.
Kondisi tersebut juga diperkuat oleh
penjelasan informan berikut ini;
“ya namanya juga anak-anak ya kak, pasti ada
nangisnya cengenglah, ada manjanya, ada
keras kepalanya. Tapi sejalannya waktu
mereka mulai menyesuaikan dan kita pun
ngerti gimana nyikapin mereka, dan dengan
sendirinya mereka bisa menerima dan
menjalankan hari-harinya dengan gembira
90
disini (Wawancara dengan Ibu Asuh pada 04
Juni 2021)”.
Kondisi anak-anak yang masih cengeng dan
suka menangis dipanjang sebagai kewajaran ketika
masuk dalam kehidupan di lingkungan baru.Setelah
mereka mampu menyesuaikan diri pada lingkungan
baru, secara berangsur-angsur kondisi emosi anak-
anak sudah mulai membaik. Kondisi tersebut
diperlihatkan dari kemampuan anak-anak untuk
menerima dan menjalani kehidupan baru mereka
dalam lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia.
Lebih lanjut perkembangan dan perubahan
emosi anak-anak tersebut juga diungkapkan oleh salah
seorang anak asuh berikut ini;
“buat sekarang si udah percaya diri kak,
tadinya mah boro-boro aku percaya diri buat
ketemu orang aja kadang takut. Takut ditanya-
tanya kak hehe (Wawancara dengan Anak
Asuh SOS Children‟s Village pada 10 Juni
2021)”.
Kesadaraan akan lingkungan baru serta
kemampun anak-anak dalam menyesuaikan diri telah
melahirkan perubahan dan perkembangan emosi anak-
anak. Dari penejelasan anak asuh tersebut di atas telah
memperlihatkan kondisi anak-anak yang tidak percaya
diri untuk bertemu dan berinteraksi dengan orang-
orang baru dalam lingkungan SOS Children‟s Village
Indonesia, selain itu ketakukan akan berbagai
pertanyaan tentang diri anak-anak terlantar telah
91
memperkuat kondisi tidak percaya diri dalam
lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia. Namun
dalam perkembangannya, setelah berada dalam
lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia serta
mengikuti berbagai kegiatan di dalamnya, anak-anak
tersebut secara berangsur-angsur sudah mulai percaya
diri dan mampu menyesuaikan diri dengan kondisi
lingkungan sekitarnya.
c. Bahasa
Perubahan dan perkembangan selanjutnya
yang diketahui dari hasil temuan lapangan yaitu
terkait dengan bahasa, dalam hal ini yaitu terkait
interaksi dan komunikasi anak-anak dengan orang lain
dalam lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia.
Lingkungan jalanan dan keterlantaran telah
menjadikan anak-anak memiliki bentuk komunikasi
dengan bahasa yang kurang baik, mengingat anak-
anak tersebut tidak mendapatkan arahan akan
penggunaan bahasa yang baik dalam berkomunikasi
dengan orang lain.
Kondisi perubahan dan perkembangan bahasa
komunikasi anak-anak setelah berada dalam
lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia telah
diungkapkan oleh salah seorang ibu asuh berikut ini;
“bahasa untuk berkomunikasi mereka sudah
memahami baik, Cuma sedikit kita arahkan ke
yang lebih baik dan tepat saja. Dan
alhamdulillahnya mereka cukup cepat untuk
92
pembiasaan bahasa yang baik dan tepat,
mereka juga terbiasa untuk bercerita perasaan,
apa yang dirasain saat itu atau bahkan
menceritakan masalah ketika mereka punya
masalah (Wawancara dengan Ibu Asuh pada
04 Juni 2021)”.
Anak-anak yang masuk dalam lingkungan
SOS Children‟s Village Indonesia senantiasa
mendapatkan arahan terkait penggunaan bahasa yang
baik dan benar ketika berinteraksi dengan orang lain.
Selain itu, sesuai dengan penjelasan informan di atas,
anak-anak tersebut juga sudah mulai terbuka dengan
orang lain dimana anak-anak sudah mulai terbiasa
bercerita akan kondisi yang dialami. Keterbukaan
anak-anak tersebut memungkinkan mereka mampu
mencari solusi akan masalah yang sedang dihadapi,
hal tersebut merupakan hasil dari keterbukaan anak-
anak dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Keterbukaan anak-anak dalam berkomunikasi
serta perbaikan penggunaan bahasa tersebut juga
diungkapkan oleh salah satu informan berikut ini;
“untuk bahasa sendiri menurut saya mereka
sudah menguasai dengan baik.Mereka sudah
dapat berkomunikasi dengan baik seperti
mereka bisa bercerita kesehariannya atau
masalahnya dan mereka juga dapat menjadi
pendengar yang baik pula” (Wawancara
dengan Pengelola SOS Children‟s Village
pada 02 Juni 2021).
Selain penggunaan bahasa yang baik dalam
berkomunikasi, anak-anak yang berada di lingkungan
93
SOS Children‟s Village Indonesia juga sudah mulai
terbiasa dan terbuka ketika berinteraksi. Anak-anak
sudah mulai terbiasa menceritakan kondisi dan
permasalahan yang dihadapi, selain itu mereka juga
mampu menjadi pendengan yang baik. Sehingga dari
kondisi interaksi tersebut memungkinkan mereka
saling membantu dan memahami permasalahan dan
solusi atas berbagai kondisi yang dialami oleh anak-
anak dalam lingkungan SOS Children‟s Village
Indonesia.
Selain itu, perubahan dan perkembangan
bahasa yang lebih baik tersebut juga diungkapkan oleh
salah satu anak asuh SOS Children‟s Village
Indonesia sebagai berikut ini;
“kalo ke Ibu ya kita harus sopan, tapi kalo ke
temen doang mah yaa kaya biasa aja kak”
(Wawancara dengan Anak Asuh SOS
Children‟s Village pada 10 Juni 2021).
Penggunaan bahasa yang baik tersebut juga
berkaitan dengan sopan santuan anak-anak, hal
tersebut berkaitan dengan penggunaan bahasa yang
baik dan benar kepada orang tua ataupun orang lain
yang lebih tua. Perkembangan dan perubahan bahasa
anak-anak telah memberikan manfaat bagi anak-anak
seperti kemampuan dalam berinteraksi, keterbukaan
dalam berkomunikasi, serta memiliki sopan santun
dalam berinteraksi dengan orang tua atau yang lebih
tua.
94
d. Nilai Religius
Perubahan dan perkembangan anak-anak
terlantar dalam lingkungan SOS Children‟s Village
Indonesia yang terakhir yaitu terkait dengan nilai
religiuas anak-anak. Sebagai upaya dalam
mengembangkan nilai religius anak-anak tersebut
diungkapkan oleh informan berikut ini;
“kita disini menyediakan beberapa bimbingan
keagamaan, dan mereka pun memiliki
kebebasan untuk memilih salah satu dari
kegiatan teresebut. Dengan melihat
keseluruhannya, so far mereka antusias untuk
mengikuti kegiatan tersebut” (Wawancara
dengan Pengelola SOS Children‟s Village
pada 02 Juni 2021).
Dalam lingkungan SOS Children‟s Village
Indonesia juga memiliki kegiatan terkait dengan
bimbingan keagamaan.Kegiatan tersebut merupakan
upaya untuk mengarahkan anak-anak terlantar menjadi
manusia yang memiliki keyakinan.Anak-anak dalam
lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia
memiliki kebebasan dalam memilih dan mengikuti
kegiatan bimbingan keagamaan, sehingga keterlibatan
anak-anak dalam bimbingan keagamaan telah
menunjukkan upaya perubahan dan perkembangan
anak-anak terkait religiusitas.
Lebih lanjut kegiatan bimbingan keagamaan
tersebut juga diperkuat oleh informan berikut ini;
“buat nilai religious disini kita menyediakan
beberapa kegiatan keagamaan, dan mereka
95
bebas memilih untuk kegiatan apa yang
mereka ingini. Dan buat antusiasnya mereka
cukup bagus dan nyaman dengan kegiatan-
kegiatan yang ada (Wawancara dengan Ibu
Asuh pada 04 Juni 2021)”.
Bimbingan keagamaan menjadi pilihan bagi
anak-anak yang memiliki antusias untuk
mengembangkan nilai religiusitas mereka, sehingga
anak-anak yang terlibat dalam kegiatan tersebut
menjadi nyaman dalam menjalaninya.Keterlibatan aktif
anak-anak dalam bimbingan keagamaan telah
memberikan perubahan religiusitas anak-anak menjadi
lebih baik.
Hal tersebut juga telah diungkapkan oleh
informan berikut ini;
“rajin si, aku suka ikut ceramah pas ada di
solat magrib, belajar ngaji, hafalan surat
pendek. Suka dapet hadiah juga hehe”
(Wawancara dengan Anak Asuh SOS
Children‟s Village pada 10 Juni 2021).
Keterlibatan aktif dalam berbagai kegiatan
bimbingan keagamaan tersebut memungkinkan adanya
perubahan dan perkembangan nilai religiusitas anak-
anak menjadi lebih baik. Lebih lanjut seperti yang
diungkapkan oleh informan di atas, terdapat berbagai
kegiatan yang dilaksanakan dalam bimbingan agama
diantaranya yaitu ceramah, sholat, belajar mengaji, dan
hafalan surat pendek.
96
BAB V
ANALISIS DATA TEMUAN PENELITIAN
A. Pemenuhan Hak Anak Terlantar oleh SOS Children’s
Villages Indonesia
1. Latar Belakang SOS Children’s Villages dalam
Pemenuhan Hak Anak Terlantar
Pemenuhan hak anak terlantar yang dilakukan oleh SOS
Children‟s Village Indonesia berkaitan erat dengan awal berdiri
dan perkembangannya. Pada awal kemunculannya telah
diinisiasi oleh Bapak Karya Bhakti Ria dan Ibu Tien Suharto
yang peduli dan perhatian akan kondisi anak-anak terlantar
yang tidak mendapatkan perhatian orang tua serta tempat
tinggal yang layak bagi tumbuh kembang anak tersebut.
Latar belakang tersebut juga sesuai dengan amanah
undang-undang No. 23 Tahun 2002 meengenai perlindungan
anak dalam pasal 1 ayat 6 dikatakan bahwa ”Anak terlantar
yaitu anak yang tidak terpenuhi dalam kebutuhannya secara
wajar, seperti fisik, mental, spiritual, maupun sosial”. Amanat
undang-undang tersebut sesuai dengan kegiatan yang telah
dilakukan oleh SOS Children‟s Vilages yang aktif
memperjuangkan hak-hak anak dan berkomitmen membantu
terpenuhinya kebutuhan anak-anak.
Kegiatan SOS Children‟s Vilages telah tersebar serta
dilaksanakan pada 134 Negara dan lebih menitikberatkan pada
upaya pengasuhan berbasis keluarga (Family-Based Care)
97
untuk anak-anak yang telah kehilangan atau beresiko
kehilangan pengasuhan orangtua (BAB III dan IV).Sehingga
pada masa awal berdirinya SOS Children‟s Village Indonesia
berupaya untuk melindungi anak-anak terlantar dan atau yang
telah ditelantarkan oleh orang tua ataupun keluarga.
Dalam perkembangannya, keberadaan SOS Children‟s
Village Indonesia telah membantu anak-anak terlantar untuk
mendapatkan kehangatan kasih sayang orang tua, tempat
tinggal, perawatan, keamanan, dan pendidikan yang
memberikan kontribusi besar dalam tumbuh kembang anak-
anak terlantar (BAB IV).Kontribusi SOS Children‟s Village
Indonesia tersebut sesuai dengan penjelasan Gunawan (2000,
93) terkait dengan komponen lembaga sosial salah satunya
yaitu dapat menaungi penyelenggaraan pemenuhan kebutuhan
masyarakat.Dalam hal ini SOS Children‟s Village Indonesia
telah menaungi serta menyelenggarakan pemenuhan kebutuhan
anak-anak terlantar.
Sesuai dengan data temuan lapangan, SOS Children‟s
Village Indonesia memiliki dua program besar yang menjadi
identitasnya.Kedua program tersebut yaitu; Family Based Care
(FBC) yang merupakan pengasuhan berbasis keluarga jangka
panjang, serta Family Strengthening Programme (FSP) yaitu
adalah program penguatan dalam keluarga itu sendiri (BAB
IV).FBC yang merupakan program jangka panjang yang
menjadi bentuk pengasuhan berbasiskan keluarga bagi anak-
anak terlantar untuk memperoleh keluarga baru yang dapat
memberikan pengasuhan yang layak serta dapat merasakan
98
dicintai, diperhatikan, dan kehangatan dari sebuah
keluarga.Sedangkan FSP merupakan program pendampingan
terhadap anak-anak terlantar beserta keluarga mereka, program
FSP lebih menekankan pada dukungan dan penguatan terhadap
anak-anak terlantar dan keluarganya sehingga tercipta suasana
dalam lingkungan keluarga yang asah-asih-asuh, stabil, dan
aman bagi tumbuh kembang anak.
Dari kedua program tersebut terlihat kontribusi SOS
Children‟s Village Indonesia dalam pemenuhan hak anak
dilakukan dalam lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia
serta pendampingan terhadap keluarga anak yang terlantar.
Penelantaran anak dalam penjelasan Bagong (2016, 212)
adalah sebuah tindakan baik dengan kesengajaan maupun tidak
disengaja yang membiarkan anak tidak terpenuhi kebutuhan
dasarnya (sandang, pangan, papan).Sedangkan anak terlantar
adalah anak-anak yang termasuk didalam kategori anak rawan
atau anak-anak yang membutuhkan perlindungan khusus
(children in need of special protection).
Penelantaran anak dan anak terlantar sesuai penjelasan
di atas menjadi fokus tujuan kegiatan atau program SOS
Children‟s Village Indonesia.Dimana tujuan SOS Children‟s
Village Indonesia yaitu diharapkan anak-anak terlantar dapat
tumbuh dan berkembang, serta mendapatkan rasa hormat dan
rasa aman dalam tumbuh tumbuh kembang mereka (BAB IV).
Dari tujuan yang diharapkan dari pelaksanaan program telah
memposisikan semua anak-anak yang berada dalam naungan
99
SOS Children‟s Village Indonesia memiliki hak dan kewajiban
yang sama dengan anak-anak pada umumnya.
SOS Children‟s Village Indonesia sebagai salah satu
lembaga sosial yang memberikan penanganan terhadap anak-
anak terlantar telah memiliki tujuan yang menjadi tujuan
bersama.Ciri tersebut sesuai dengan penjelasan Soemardjan dan
Soemardi (2015) bahwa ciri lembaga sosial yaitu mempunyai
tujuan bersama dan kelengkapan alat untuk mencapai tujuan
bersama dari lembaga sosial. Sehingga tujuan dari adanya SOS
Children‟s Village Indonesia juga telah menjadi tujuan dan
harapan para anggota dalam SOS Children‟s Village Indonesia
dalam membantu anak-anak terlantar mendapatkan kehidupan
yang layak, merasakan kebahagiaan dan kasih sayang dalam
tumbuh kembangnya, serta rasa aman dan nyaman.
2. Bentuk Perkembangan dan Pemenuhan Hak Anak
Terlantar
Kondisi anak-anak yang berada dibawah naungan
SOS Children‟s Village Indonesia merupakan anak-anak
terlantar dan atau anak-anak yang telah ditelantarkan oleh
orangtua maupun keluarganya. Dalam naungan dan wadah
SOS Children‟s Village Indonesia diharapkan anak-anak
dapat merasakan kehangatan, dicintai, diperhatikan dan kasih
sayang dalam lingkungan keluarga, serta merasakan kondisi
yang aman dan nyaman dalam tumbuh kembang mereka
(BAB IV). Terwujudnya kondisi tersebut merupakan tujuan
bersama SOS Children‟s Village Indonesia dalam
pememnuhan hak anak terlantar.
100
Dalam proses penerimaan anak terlantar di SOS
Children‟s Village Indonesia, berbagai persyaratan
disesuaikan dengan kondisi anak. Pada tahap awal
penerimaan anak-anak terlantar tersebut akan dilakukan
assesment untuk menelusuri kondisi anak tersebut, sehingga
informasi hasil assesment tersebut menjadi data awal untuk
menentukan tindak lanjut bagi anak-anak dalam naungan SOS
Children‟s Village Indonesia (BAB IV). Hal tersebut
dilakukan mengingat bahwa latar belakang anak-anak
terlantar tersebut merupakan anak yang berasal dari jalanan
ataupun tanpa ada orang tua atau keluarga yang jelas,
sehingga dalam tahap awal diperlukan assesment sebagai data
awal anak.
SOS Children‟s Village Indonesia dalam menerima
anak-anak terlantar telah memberikan lingkungan dan
keluarga baru bagi anak-anak terlantar, sehingga memungkin
mereka mendapatkan perkembangan yang lebih baik, baik itu
dalam lingkungan keluarga maupun pertemanannya (BAB
IV).Perkembangan anak sesuai penejelasan Arvin dan
Kliegman (2000) merupakan perkembangan
berkesinambungan dengan peningkatan kompleksitas fungsi
dan kemajuan dalam keterampilan.
Dari temuan lapangan dan juga dari hasil observasi
yang telah dilakukan dalam berbagai kegiatan di lingkungan
SOS Children‟s Village Indonesia telah menunjukkan banyak
perubahan perkembangan anak-anak terlantar dari kondisi
sebelumnya. Perubahan tersebut sangat terlihat dari cara
101
berpikir anak-anak dalam menyelesaikan masalahnya sendiri,
selain itu perubahan juga terlihat dari cara berkomunikasi dan
berperilaku dalam kehidupan sehari-hari (BAB IV). Kondisi
tersebut menunjukkan perubahan anak-anak terlantar dari
kondisi dan lingkungan lama, dan mengalami perkembangan
yang berkesinambungan bersama keluarga dan lingkungan
baru dalam naungan SOS Children‟s Village Indonesia.
Lebih lanjut Harlimsyah (2014, 9) menjelaskan
perkembangan anak sendiri ialah segala bentuk perubahan
yang terjadi pada diri anak dan dapat dilihat dari berbagai
aspek seperti: fisik (motorik), emosi, kognitif dan psikososial
(bagaimana anak berinteraksi dengan lingkungannya).
Perkembangan anak dalam naungan SOS Children‟s Village
Indonesia sudah seharusnya menyentuh berbagai aspek.
Secara keseluruhan perkembangan anak tersebut terlihat dari
kesadaran anak akan tanggung jawab terhadap kondisi diri
dan masalah yang dihadapi, sehingga memungkinkan anak-
anak dapat menyelesaikan tugas ataupun masalahnya.
B. Peran SOS Children’s Villages Indonesia dalam
Pemenuhan Hak Anak Terlantar
1. Memberikan Pertolongan atas Keterlantaran Anak-
Anak
Sesuai dengan tujuan SOS Children‟s Village
Indonesia yaitu untuk memberikan pertolongan kepada anak-
anak terlantar dengan memberikan tempat tinggal, kehangatan
kasih sayang seorang ibu, perawatan, keamanan, serta
pendidikan bagi anak-anak (BAB IV). Sehingga diharapkan
102
nantinya anak-anak yang berada dalam naungan SOS
Children‟s Village Indonesia tersebut mampu mengatasi
kondisi diri dan masalahnya serta berdiri sendiri dalam
menjalani kehidupan selanjutnya.
Keberadaan SOS Children‟s Village Indonesia telah
memberikan pertolongan atas keterlantaran anak-anak, serta
mendapatkan tempat tinggal yang menjadi rumah bagi
mereka serta orang tua yang mendampingi mereka.Selain itu
anak-anak tersebut juga mendapatkan pertolongan berupa
kehangatan kasih sayang seorang ibu, diberikan perawatan,
keamanan, serta pendidikan yang menunjang keberlanjutan
hidup anak-anak terlantar (BAB IV). Berbagai bentuk
pertolongan tersebut juga telah menghindarkan anak-anak
dari keterlantara serta menjadi upaya dalam pemenuhan hak-
hak anak, mengingat bahwa rumah tempat tinggal yang layak,
kasih sayang keluarga, pearawatan, keamanan, dan
pendidikan merupakan hak-hak yang harus dimiliki dan
dilindung dalam mendukung tumbuh kembang anak.
Pertolongan dan perlindungan terhadap anak-anak
agar terhindar dari ketelantaran tersebut juga telah menjadi
identitas SOS Children‟s Village Indonesia, dan terlihat dari
berbagai kegiatan atau program untuk anak-anak.Melalui
kegiatan FBC dan FSP, anak-anak terlantar mendapatkan
rumah tempat tinggal serta mendapatkan pendampingan
dalam mendukung tumbuh kembang anak.Tujuan adanya
kedua program tersebut yaitu memberikan pertolongan atas
keterlantaran anak serta pendampingan dalam mendukung
103
tumbuh kembang anak, yang juga sesuai dengan tujuan SOS
Children‟s Village Indonesia itu sendiri (BAB IV). Selain itu
tujuan lainnya yaitu diharapkan anak-anak terlantar
mendapatkan rasa hormat dan rasa aman dalam tumbuh
tumbuh kembang mereka, sehingga semua anak-anak yang
berada dalam naungan SOS Children‟s Village Indonesia
memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan anak-anak
pada umumnya.
Sesuai dengan tujuan SOS Children‟s Village
Indonesia untuk anak-anak terlantar tersebut juga sesuai
dengan visi dan misi SOS Children‟s Village Indonesia dalam
profil lembaga yaitu; Setiap anak tumbuh dengan cinta, rasa
hormat, dan rasa aman, serta setiap anak adalah bagian dari
sebuah keluarga (BAB III dan IV). Hal tersebut menunjukkan
pertolongan yang telah diberikan terhadap anak-anak terlantar
telah menjadi tujuan, visi, dan misi SOS Children‟s Village
Indonesia.
Pertolongan atas keterlantaran anak-anak telah
menjadi fokus dan perhatian orang-orang yang terlibat dalam
lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia telah
memenuhi dan melindungi hak-hak anak, sehingga anak-anak
mendapatkan manfaat yang mendukung tumbuh kembang
mereka (BAB IV). Kondisi tersebut dapat terlihat dari
kelayakan hidup anak dalam naungan SOS Children‟s Village
Indonesia layaknya kebahagiaan dari orang tua ataupun
keluarganya sendiri, serta tumbuh dan kembang anak dengan
104
kebahagiaan, kasih sayang, rasa aman, dan nyaman yang
merupakan hak semua anak.
2. Mendorong Perkembangan dan Perubahan Anak
Peran SOS Children‟s Villages Indonesia dalam
pemenuhan hak anak terlantar yang kedua yaitu dalam
mendorong perkembangan dan perubahan anak. Menurut
Harlimsyah (2014, 9) perkembangan anak adalah segala
bentuk perubahan yang terjadi pada diri anak dan dapat
dilihat dari berbagai aspek seperti: fisik (motorik), emosi,
kognitif dan psikososial (bagaimana anak berinteraksi dengan
lingkungannya). Perkembangan anak sesuai penejlasan
tersebut menyentuh berbagai aspek kehidupan anak, sehingga
perkembangan dan perubahan anak dalam naungan SOS
Children‟s Village Indonesia sudah seharusnya menyentuh
berbagai aspek kehidupan anak.
Dari hasil temuan lapangan, perkembangan dan
perubahan anak terlihat dari berbagai aspek kehidupan, mulai
dari sosial, emosional, bahasa, dan nilai religius anak-anak
(BAB IV).Perkembangan dan perubahan anak tersebut
dipengarhui oleh faktor eksternal anak.Menurut penjelasan
Chamidah (2019, 83) faktor eksternal merupakan faktor
perkembangan yang berasal dari lingkungan atau luar
individu, baik dalam bentuk lingkungan fisik yang berupa
rumah, kesehatan lingkungan, dan gizi.Sedangkan lingkungan
psikis seperti faktor kebudayaan, sikap, keyakinan, nilai-nilai
yang dianut dan lain-lain. Berbagai faktor yang
mempengaruhi perkembangan dan perubahan anak sesuai
105
penjelasan tersebut bersumber dalam lingkungan SOS
Children‟s Village Indonesia.
a. Aspek Sosial
Perkembangan dan perubahan anak pada aspek
sosial dapat diketahui dari kondisi sosial anak sebelum
masuk dan setelah mengikuti berbagai kegiatan dan
program dalam lingkungan SOS Children‟s Village
Indonesia. Pada awal masuk lingkungan SOS Children‟s
Village Indonesia anak-anak tersebut cenderung malu,
canggung, dan sulit berkomunikasi dengan teman-teman
sebaya lainnya (BAB IV). Kondisi tersebut menjadi
tantangan tersendiri bagi anak-anak terlantar untuk
berkembang dan berubah dalam lingkungan SOS
Children‟s Village Indonesia.
Menurut Rachmawati (2014, 17), perkembangan
sosial ditandai dengan adanya pencapaian kematangan
atau kesiapan dalam interaksi sosialnya, dimana dia dapat
bergaul, serta beradaptasi dengan lingkungannya dan
menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok.
Sehingga perkembangan dan perubahan sosial anak
setelah berada dalam lingkungan SOS Children‟s Village
Indonesia dapat dilihat dari adanya pencapaian
kematangan atau kesiapan anak dalam interaksi dengan
lingkungan sosialnya, yaitu lingkungan SOS Children‟s
Village Indonesia.
106
Perubahan dan perkembangan anak sesuai dengan
temuan lapangan terlihat setelah tinggal dan mengikuti
berbagai kegiatan dalam lingkungan SOS Children‟s
Village Indonesia. Setelah beradaptasi dan mengikuti
berbagai kegiatan di SOS Children‟s Village Indonesia,
anak-anak tersebut mulai terlihat perubahan dan
perkembangan dalam berkomunikasi, bersikap, peduli
dengan lingkungan sekitarnya (BAB IV). Perubahan dan
perkembangan sosial anak tersebut telah menunjukkan
kemampuan anak dalam beradaptasi dan memperbaiki
hubungan sosial dengan lingkungan sekitarnya.
Kemampuan beradaptasi dan berkomunikasi tersebut
menunjukkan bahwa anak-anak telah mencapai
kematangan atau kesiapan dalam interaksi sosialnya.
Selain itu perkembangan dan perubahan pada
aspek sosial tersebut terlihat dari hilangnya rasa minder
dan malu dengan orang baru, sikap terhadap lingkungan
sosial, serta peduli terhadap lingkungan sosialnya (BAB
IV). Perkembangan tersebut telah menunjukkan kondisi
anak-anak dalam naungan SOS Children‟s Village
Indonesia dapat bergaul dengan teman sebaya atau orang
lain, beradaptasi dengan lingkungannya, dan
menyesuaikan diri terhadap norma-norma yang berlaku
dalam lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia.
107
b. Emosional
Perkembangan dan perubahan anak-anak dalam
aspek emosi berkaitan dengan perasaan anak-anak
sebelum dan sesudah mengikuti berbagai kegiatan di SOS
Children‟s Village Indonesia. Menurut Rachmawati
(2014) emosi adalah suatu kondisi yang kompleks, dapat
berupa perasaan ataupun getaran jiwa yang terlihat dengan
perubahan biologis yang akan muncul menyertai
terjadinya suatu perilaku. Aspek emosi yang
menunjukkan perubahan dan perkembangan anak dalam
naungan SOS Children‟s Village Indonesia dapat berupa
perasaan atau getaran jiwa yang terlihat dari sikap atau
perilaku anak.
Dari temuan lapangan disebutkan bahwa pada
masa awal anak-anak masuk dalam lingkungan SOS
Children‟s Village Indonesia masih cengeng dan sering
menangis yang menunjukkan emosi sedih atau merasa
asing akan lingkungan baru. Selain itu, kondisi anak-anak
yang tidak percaya diri untuk bertemu dan berinteraksi
dengan orang baru, serta ketakukan akan berbagai
pertanyaan tentang diri anak-anak terlantar telah
memperkuat kondisi tidak percaya diri dalam lingkungan
SOS Children‟s Village Indonesia (BAB IV). Namun
begitu, dalam lingkungan SOS Children‟s Village
Indonesia perhatian terhadap kondisi anak yang menjadi
fokus utama memungkinkan adanya dukungan untuk
108
perkembangan dan perubahan aspek emosi anak lebih
baik.
Sesuai dengan temuan lapangan, dalam
perkembangan anak-anak setelah mereka mampu
menyesuaikan diri pada lingkungan baru, secara
berangsur-angsur kondisi emosi anak-anak sudah mulai
membaik. Kondisi tersebut diperlihatkan dari kepercayaan
diri serta kemampuan anak-anak untuk menerima dan
menjalani kehidupan baru mereka dalam lingkungan SOS
Children‟s Village Indonesia (BAB IV). Kesadaraan akan
lingkungan baru serta kemampun anak-anak dalam
menyesuaikan diri telah melahirkan perubahan dan
perkembangan emosi anak-anak, lingkungan SOS
Children‟s Village Indonesia serta berbagai kegiatan di
dalamnya turut memperkuat perkembangan anak pada
aspek emosinya.
c. Bahasa
Perkembangan dan perubahan selanjutnya
terhadap anak-anak di lingkungan SOS Children‟s Village
Indonesia yaitu pada aspek bahasa. Mengingat bahwa
latar belakang anak-anak terlantar berada dalam situasi
dan kondisi lingkungan jalanan dan keterlantaran,
sehingga anak-anak kurang mendapatkan arahan akan
penggunaan bahasa yang baik dalam berinteraksi dengan
orang lain. Oleh karena itu perubahan dan perkembangan
kemampuan berkomunikasi yang baik dan benar telah
109
menjadi perhatian pihak SOS Children‟s Village
Indonesia.
Dari temuan lapangan terlihat bahwa anak-anak
dalam lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia
senantiasa mendapatkan arahan terkait penggunaan bahasa
yang baik dan benar ketika berinteraksi dengan orang lain.
Selain itu, anak-anak tersebut juga sudah mulai terbuka
dengan orang lain dimana anak-anak sudah mulai terbiasa
bercerita akan kondisi yang dialami. Keterbukaan anak-
anak tersebut memungkinkan mereka mampu mencari
solusi akan masalah yang sedang dihadapi, hal tersebut
merupakan hasil dari keterbukaan anak-anak dalam
berkomunikasi dengan orang lain (BAB IV).
Kondisi perkembangan aspek bahasa pada anak-
anak tersebut sesuai dengan penjelasan Basyiroh (2017,
123-124), bahwa perkembangan anak mengenal kata-kata
maupun kalimat memungkinkan anak dapat bercerita dan
juga mendengarkan cerita, mengingat bahwa
perkembangan kesadaran metalinguistik juga merupakan
kesadaran untuk belajar tentang fungsi bahasa yang
benar.Oleh karena itu perkembangan dan perubahan anak
dalam lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia juga
berkaitan dengan kesadaran metalinguistik.
Selanjutnya perkembangan anak pada aspek
bahasa juga terlihat dari penggunaan bahasa yang baik
dalam berkomunikasi, terbiasa dan terbuka ketika
berinteraksi menceritakan kondisi dan permasalahan yang
110
dihadapi, serta mampu menjadi pendengan yang baik
(BAB IV). Penggunaan bahasa yang baik tersebut telah
menunjukkan sopan santun anak-anak kepada orang tua
ataupun orang lain yang lebih tua, selain itu keterbukaan
dalam bercerita dan mendengarkan telah membantu
memahami permasalahan dan solusi atas berbagai kondisi
yang dialami oleh anak-anak dalam lingkungan SOS
Children‟s Village Indonesia.
d. Nilai Religius
Perkembangan dan perubahan anak-anak yang
terakhir yaitu pada aspek nilai religius.Aspek religius
sesuai hasil penelitian ini berkaitan dengan berbagai
kegiatan bimbingan keagamaan bagi anak-anak, dan anak-
anak memiliki kebebasan untuk memilih mengikuti
berbagai kegiatan tersebut.Kegiatan tersebut merupakan
upaya untuk mengarahkan anak-anak terlantar menjadi
manusia yang memiliki keyakinan dan menjadi bekal
keagamaan bagi anak-anak kedepannya.
Perkembangan pada nilai keagamaan terhadap
anak menurut Rahardjo dan Daryanto (2018, 27-28)
adalah proses yang dilewati oleh individu atau seseorang
untuk mengenal Tuhan-Nya. walaupun seseorang
dilahirkan dalam keadaan lemah psikis maupun fisik, ia
telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat laten
yaitu fitrah keberagamaan. Dari penjelasan tersebut
memperkuat kegiatan bimbingan keagamaan yang
dijalankan oleh SOS Children‟s Village Indonesia bagi
111
anak-anak dalam proses kehidupannya, yang
memungkinkan penggalian fitrah keberagamaan anak-
anak untuk mengenal Tuhan-Nya.
Dalam lingkungan SOS Children‟s Village
Indonesia juga memiliki kegiatan terkait dengan
bimbingan keagamaan yang menjadi pilihan bagi anak-
anak yang memiliki antusias untuk mengembangkan nilai
religiusitas mereka, berbagai kegiatan yang dilaksanakan
dalam bimbingan agama diantaranya yaitu ceramah,
sholat, belajar mengaji, dan hafalan surat pendek (BAB
IV). Berbagai kegiatan bimbingan keagamaan
memungkinkan anak-anak yang terlibat dan nyaman
dalam melaksanakan kegiatan tersebut telah memberikan
perubahan religiusitas anak-anak menjadi lebih baik,
kondisi tersebut dapat terlihat dari keaktifan anak-anak
mengikuti bimbingan keagamaan serta menjalankan
berbagai kewajiban sesuai agamanya.
112
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Awal berdirinya SOS Children‟s Village Indonesia
merupakan inisiasi Bapak Karya Bhakti Ria dan Ibu Tien
Suharto atas kondisi anak-anak terlantar yang tidak
mendapatkan perhatian orang tua serta tempat tinggal yang
layak, sehingga pada masa awal berdiri hingga sekarang SOS
Children‟s Village Indonesia senantiasa berupaya untuk
melindungi anak-anak terlantar dan atau yang telah
ditelantarkan oleh orang tua ataupun keluarga. Keberadaan
SOS Children‟s Village Indonesia sendiri telah membantu
anak-anak terlantar untuk mendapatkan kehangatan kasih
sayang orang tua, tempat tinggal, perawatan, keamanan, dan
pendidikan.
SOS Children‟s Village Indonesia dalam pemenuhan
hak anak terlantar memiliki dua program besar yang menjadi
identitasnya.Kedua program tersebut yaitu; Family Based
Care (FBC) yang merupakan pengasuhan berbasis keluarga
jangka panjang, dan Family Strengthening Programme (FSP)
yaitu adalah program penguatan dalam keluarga itu
sendiri.bentuk pengasuhan berbasiskan keluarga bagi anak-
113
anak terlantar untuk memperoleh keluarga baru yang dapat
memberikan pengasuhan yang layak serta dapat merasakan
dicintai, diperhatikan, dan kehangatan dari sebuah keluarga.
Sedangkan FSP lebih menekankan pada dukungan dan
penguatan terhadap anak-anak terlantar dan keluarganya
sehingga tercipta suasana dalam lingkungan keluarga yang
asah-asih-asuh, stabil, dan aman bagi tumbuh kembang anak.
Proses penerimaan dan persyaratan anak-anak
terlantar di lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia
disesuaikan dengan kondisi anak tersebut. Pada tahap awal
penerimaan anak-anak terlantar tersebut akan dilakukan
assesment untuk menelusuri kondisi anak tersebut, sehingga
informasi hasil assesment menjadi data awal untuk
menentukan tindak lanjut bagi anak-anak. Mengingat latar
belakang anak-anak terlantar yang perlu penanganan SOS
Children‟s Village Indonesia sangat variatif, sehingga
assesmen awal menjadi informasi penting terkait anak
tersebut.
Berbagai kegiatan di lingkungan SOS Children‟s
Village Indonesia telah menunjukkan banyak perubahan
perkembangan anak-anak terlantar dari kondisi sebelumnya.
Perubahan tersebut sangat terlihat dari cara berpikir anak-
anak dalam menyelesaikan masalahnya sendiri, selain itu
perubahan juga terlihat dari cara berkomunikasi dan
berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Kesadaran anak
akan tanggung jawab terhadap kondisi diri dan masalah yang
114
dihadapi memungkinkan anak-anak dapat menyelesaikan
tugas ataupun masalahnya.
Tujuan adanya SOS Children‟s Village Indonesia
secara umum yaitu untuk memberikan pertolongan kepada
anak-anak terlantar dengan memberikan tempat tinggal,
kehangatan kasih sayang seorang ibu, perawatan, keamanan,
serta pendidikan bagi anak-anak.Dalam upaya untuk
mencapai tujuan tersebut, SOS Children‟s Village Indonesia
memiliki beberapa peran dalam mewujudkan tujuan tersebut
yang juga merupakan suatu bentuk terhadap pemenuhan hak
anak terlantar. Telah diketahui peran SOS Children‟s Village
Indonesia dalam pemenuhan hak anak terlantar yaitu dalam
memberikan pertolongan atas keterlantaran anak-anak, serta
mendorong perkembangan dan perubahan anak-anak dalam
lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia.
Peran SOS Children‟s Village Indonesia dalam
memberikan pertolongan atas keterlantaran anak-anak
tersebut sesuai dengan tujuan SOS Children‟s Village
Indonesia dalam pemenuhan hak anak terlantar. Pertolongan
atas keterlantaran anak-anak tersebut dapat terlihat dari;
adanya tempat tinggal yang menjadi rumah bagi anak-anak
serta orang tua pendamping, kehangatan kasih sayang seorang
ibu, diberikan perawatan, keamanan, dan pendidikan yang
menunjang keberlanjutan hidup anak-anak terlantar.Selain itu
diharapkan anak-anak mendapatkan kebahagian, kasih
sayang, rasa hormat, rasa aman, dan nyaman yang menjadi
hak anak dalam mendukung tumbuh tumbuh kembang anak.
115
Peran SOS Children‟s Village Indonesia selanjutnya
yaitu dalam mendorong perkembangan dan perubahan anak
dalam berbagai aspek kehidupan anak, mulai dari aspek
sosial, emosional, bahasa, dan nilai religius anak-anak.
perkembangan dan perubaha anak dalam berbagai aspek
kehidupannya tersebut dapat diketahui dari kondisi anak
sebelum dan sesudah berada dalam naungan SOS Children‟s
Village Indonesia.
Aspek Sosial.Perubahan dan perkembangan anak
dalam aspek sosial tersebut terlihat dalam berkomunikasi,
bersikap, dan kepedulian dengan lingkungan
sekitarnya.Kemampuan beradaptasi dan berkomunikasi telah
menunjukkan bahwa anak-anak sudah mencapai kematangan
atau kesiapan dalam interaksi sosialnya. Selain itu
perkembangan dan perubahan pada aspek sosial juga terlihat
dari hilangnya rasa minder dan malu dengan orang baru,
sehingga anak-anak dapat bergaul dengan teman sebaya atau
orang lain, beradaptasi dengan lingkungannya, dan
menyesuaikan diri terhadap norma-norma yang berlaku dalam
lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia.
Aspek Emosional. Perkembangan dan perubahan
anak-anak dalam aspek emosi dapat terlihat setelah anak-anak
mampu menyesuaikan diri dalam lingkungan SOS Children‟s
Village Indonesia. Pada aspek emosi, perkembangan dan
perubahannya dapat terlihat dari kepercayaan diri serta
kemampuan anak-anak untuk menerima dan menjalani
116
kehidupan baru mereka dalam lingkungan SOS Children‟s
Village Indonesia.
Aspek Bahasa. Pada aspek bahasa, perkembangan
dan perubahan anak dalam lingkungan SOS Children‟s
Village Indonesia berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam
berinteraksi atau menjalin komunikasi dengan orang lain.
Penggunaan bahasa yang baik dalam berinteraksi
memungkinkan anak-anak terbuka kepada orang lain akan
kondisinya serta anak-anak mulai terbiasa bercerita dan
mendengarkan cerita dari yang lainnya. Penggunaan bahasa
yang baik juga telah menunjukkan sopan santun anak-anak
kepada orang tua ataupun orang lain yang lebih tua, selain itu
keterbukaan dalam bercerita dan mendengarkan telah
membantu memahami permasalahan dan solusi atas berbagai
kondisi yang dialami oleh anak-anak.
Aspek Nilai Religius.Perkembangan dan perubahan
anak dalam lingkungan SOS Children‟s Village Indonesia
yang terakhir yaitu dalam aspek nilai religius, kondisi tersebut
merupakan hasil dari adanya kegiatan bimbingan keagamaan
bagi anak-anak.namun begitu, anak-anak memiliki kebebasan
untuk memilih mengikuti kegiatan bimbingan keagamaan.
Berbagai kegiatan bimbingan keagamaan tersebut diantaranya
yaitu ceramah, sholat, belajar mengaji, dan hafalan surat
pendek. Keterlibatan aktif anak-anak dalam kegiatan
bimbingan tersebut memungkinkan adanya perubahan dan
perkembangan anak pada aspek religiusnya.
117
B. Saran
Dari hasil pembahasan dan analisis data yang telah
dilakukan sebelumnya, perlu kiranya memunculkan beberapa
saran yang membangun sesuai dengan tema penelitian ini
yaitu mengenai peran SOS Children‟s Village Indonesia
dalam pemenuhan hak anak terlantar di Indonesia. Beberapa
saran yang dapat diajukan tersebut diantaranya yaitu;
1. Pemenuhan hak anak terlantar telah menjadi
tujuan berdiri dan berkembangnya SOS Children‟s
Village Indonesia. Dari kesimpulan hasil
penelitian di atas belum menunjukkan tindak
lanjut dari pemenuhan hak anak setelah anak-anak
keluar dari SOS Children‟s Village Indonesia.
Sehingga perlu kiranya adanya pemantauan dan
juga pendampingan terhadap anak-anak yang
sudah keluar dari SOS Children‟s Village
Indonesia untuk mampu mempertahankan haknya
serta mengembangkan diri menghadapi tantangan
yang muncul dalam kehidupan di luar lingkungan
SOS Children‟s Village Indonesia.
2. Perkembangan dan pemenuhan hak anak terlantar
dalam lingkungan SOS Children‟s Village
Indonesia sudah berjalan baik dalam mendukung
dan menjaga tumbuh kembang anak. Selain itu,
pendampingan terhadp keluarga juga telah
memperkuat perkembangan dan perlindungan
anak dalam lingkungan keluarga. Dari hasil
118
penelitian belum ditemukan adanya dukungan
terhadap perkembangan anak terkait dengan
kemampuan yang menjadi bekal anak-anak setelah
keluar dari SOS Children‟s Village Indonesia.
perkembangan kemampuan tersebut dapat
dilakukan dengan memberikan pendidikan dan
juga pelatihan keterampilan anak yang mendukung
dan memperkuat tumbuh kembang anak
kedepannya.
3. Peran SOS Children‟s Village Indonesia dalam
mensinergikan berbagai kegiatan dengan pihak
luar yang mendukung tumbuh kembang anak
belum terlihat. Peran tersebut memungkinkan SOS
Children‟s Village Indonesia menjalin relasi
dengan pihak luar dalam peningkatan pendidikan
dan pelatihan keterampilan yang mendukung
tumbuh kembang anak.
Daftar Pustaka
Anna Syahra dan Mulati. 2020. Aspek Hukum Tangung Jawab
Negara Terhadap Perlindugan Anak Terlantar Ditinjau Dari
Pasal 34 Ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Jurnal Hukum Adigama,
Universitas Tarumanegara
Arvin, dan Kliegman Behrman. (2000). Buku Kesehatan Anak.
Jakarta: EGC Media. Edisi 15.
Basyiroh, Iis. (2017). Program Pengembangan Kemampuan
Literasi Anak Usia Dini. Siliwangi: STKIP.
Chamidah, Atien Nur. (2019). “Detksi Dini Gangguan
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak”.Universitas Negri
Yogyakarta (Jurnal Pendidikan Khusus Vol 4 No. 3)
Creswell, J. W. (2014). Research Design: Qualiative,
Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California:
SAGE Publications, Inc.
Eko Setiawan, Nurliana Cipta Apsari, dan Santoso Tri Raharjo.
2019. Pengangkatan Anak Balita Telantar pada Panti
Pelayanan Sosial Anak. Sosio Informa Vol. 5, No. 01,
Januari - April, Tahun 2019. Kesejahteraan Sosial. diakses
melalui;
https://ejournal.kemsos.go.id/index.php/Sosioinforma/articl
e/view/1622/940
Flowers, R. B. (2010). Street Kids: The Lives of Runaway and
Thrownaway Teens. Jefferson, NC: McFarland.
Harlimsyah. (2007). Aspek-Aspek Pertumbuhan dan
Perkembangan. Jakarta: EGC Media.
Ife, Jim, 2009, Human Rights From Below, Achieving Rights
Through Community Development,UK: Cambridge
University Press.
Hanifah Afnan Zuhron, Pemenuhan Hak Anak Terlantar Melalui
Rehabilitasi Sosial (Studi Deskriptif di Yayasan Sayap Ibu
Bintaro). Skripsi. Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri
Jakarta, 2020.
Hendrikus Putra Cromain. 2020. Pemenuhan Hak Konstitusional
Akta Kelahiran Bagi Anak Terlantar di Kota Surabaya
ditinjau dari Undang-Undang Perlindungan Anak. Jurnal
Sapientia et Virtus Vol 5 Nomor 1
Imam Gunawan, S.Pd., M.Pd., Metode Penelitian Kualitatif Teori
& Praktik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), cet:
1Jalaluddin. (1996). Psikologi Agama. Depok: PT Raja
Grafindo Persada.
Imawan, Wynandin dan Arizal Ahnaf, 2016, Indeks Komposit
Kesejahteraan Anak (IKKA), Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak RI.
Khodijah. (2016). Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini.
Medan: Perdana Publishing.
Khoirunnisa, Edith Ratna, dsn Irawati. 2020. PERLINDUNGAN
HUKUM ANAK TERLANTAR ATAS HAK ANAK
MENDAPATKAN JAMINAN KESEHATAN.
NOTARIUS, Volume 13 Nomor 2 (2020) E-ISSN:2686-
2425 ISSN: 2086-1702. Diakses melalui;
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/notarius/article/viewF
ile/31073/17432
Maxfield, F. N. (1930). Educational Research Bulletin. Vol. 9,
No. 5. The Case Study , 117-122.
Mursyid Djawas, dan Riska Fajrina. 2019. Efektifitas Lembaga
Perlindungan Anak Terlantar: Studi pada Panti Asuhan Suci
Hati di Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat. Samarah: Jurnal
Hukum Keluarga dan Hukum Islam Volume 3 No. 2. Juli-
Desember 2019 ISSN: 2549 – 3132; E-ISSN: 2549 – 3167
Nur Syafni. 2020. BENTUK PELAYANAN SOSIAL PADA
PANTI SOSIAL ANAK REMAJA NUSA PUTERA
DALAM MENGEMBALIKAN KEBERFUNGSIAN
SOSIAL ANAK. Skripsi Program Studi Kesejahteraan
sosial, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Diakses melalui;
http://repository.umsu.ac.id/bitstream/123456789/4836/1/N
ur%20Syafni%20SKRIPSI%20BENTUK%20PELAYANA
N%20SOSIAL%20PADA%20PANTI%20SOSIAL%20%2
0ANAK%20REMAJA%20NUSA%20PUTERA%20DAL
AM%20MENGE.pdf
Prof. Dr. H. M. Burhan Bungin, S.Sos., M.Si., Penelitian
Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011), cet:
5Rahardjo, Mudjia dan Daryanto. (2012). Model
Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media.
Rachmawati, Yeni. (2014). Perkembangan Sosial Emosional
Pada Anak Usia Taman Kanak- Kanak. (Jakarta:
Universitas Terbuka).
Rizka Azizah Siregar. 2019. PEMENUHAN HAK
PEMELIHARAAN ANAK TERLANTAR DI KOTA
MEDAN (Studi di Dinas Sosial Kota Medan). Skripsi Ilmu
Hukum/Hukum Perdata, Fakultas Hukum, UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
Susanto, Ahmad. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta:
Kencana Prenada.
Suyanto, Bagong. (2013). Masalah Sosial Anak. Jakarta:
Prenadamedia.
Undang Undang pasal 34 ayat 1 tentang Fakir miskin dan anak
terlantar dipelihara oleh negara
Undang Undang Republik Indonsia Nomer 23 tahun 2002 pasal 1
ayat 6 tentang Perlidungan anak
United Nation, The Universal Declaration of Human Rights,
diaksesmelalui, https://www.un.org/en/universal-
declaration-human-rights/
Qudsyi, Hazhira. (2010). Optimalisasi Pendidikan Anak Usia
Dini Melalui Pembelajaran yang Berbasis Perkembangan
Otak. Yogyakarta: Buletin Psikologi.
Zein, Yeti dan Suryani, Eko. (2005). Psikologi Ibu dan Anak.
Yogyakarta: Media Grafika).
Yin, R. K. (2002). Case Study Research: Design and Methods.
California: SAGE Publications, Inc.
LAMPIRAN 1 PEDOMAN WAWANCARA
PEDOMAN WAWANCARA
Informan: Pengelola SOS Children’s Village
A. Tempat dan waktu wawancara
1. Tempat Wawancara :
2. Hari, tanggal wawancara :
B. Identitas Informan
1. Nama :
2. Usia :
C. Isi wawancara
1. Sejarah SOS Children’s Village berdiri?
2. Ada berapa program di SOS Children’s Village?
3. Apakah ada syarat khusus untuk anak bisa masuk ke
program SOS Children’s Village?
4. Apa harapan dari pengelola mengenai program yang
ada di SOS Chilren’s Village?
5. Apa saja perubahan anak setelah mengikuti program
ini?
6. Apa saja perkembangan anak setelah mengikuti
program tersebut?
7. Apa saja perkembangan sosial anak setelah mengikuti
program tersebut?
8. Perkembangan emosional sejauh ini seperti apa?
9. Perkembangan bahsa sejauh ini seperti apa?
10. Perkembangan nilai religiu sejauh ini seperti apa?
11. Sejauh ini faktor apa saja yang mempengaruhi
prkembangan anak?
PEDOMAN WAWANCARA
Informan: Ibu Asuh SOS Children’s Village
A. Tempat dan waktu wawancara
1. Tempat Wawancara :
2. Hari, tanggal wawancara :
B. b. Identitas Informan
1. Nama :
2. Usia :
C. Isi wawancara
1. Ada berapa program di SOS Children’s Village?
2. Apa harapan dari pengelola mengenai program yang
ada di SOS Chilren’s Village?
3. Apa saja perubahan anak setelah mengikuti program
ini?
4. Apa saja perkembangan anak setelah mengikuti
program tersebut?
5. Apa saja perkembangan sosial anak setelah mengikuti
program tersebut?
6. Perkembangan emosional sejauh ini seperti apa?
7. Perkembangan bahsa sejauh ini seperti apa?
8. Perkembangan nilai religius sejauh ini seperti apa?
9. Sejauh ini faktor apa saja yang mempengaruhi
perkembangan anak?
PEDOMAN WAWANCARA
Informan: Anak Asuh SOS Children’s Village
A. Tempat dan waktu wawancara
1. Tempat Wawancara :
2. Hari, tanggal wawancara :
B. Identitas Informan
1. Nama :
2. Usia :
C. Isi wawancara
1. Sudah berapa lama mengikuti program di SOS
Children’s Village?
2. Apakah harapan Anda mengikuti program yang ada di
SOS Children’s Village?
3. Apakah peerubahan yang Anda rasakan setelah
mengikuti program di SOS Children’s Village?
4. Keterampilan apa saja yang sudah Anda kuasai?
5. Apakah Anda mengenali satu sama lain dengan teman
satu rumah/ komplek?
6. Apakah Anda merasa percaya diri terhadap semua hal
yang dilakukan?
7. Bagaimana Anda brkomunikasi dengan Ibu Asuh dan
teman sebaya?
8. Apakah Anda rajin dalam beribadah dan
mendengarkan ceramah keagamaan?
9. Sejauh ini bagaimana hubungan Anda dengan kluarga
dirumah?
10. Sejauh ini bagaimana hubungan Anda dengan
lingkungan dan teman?
LAMPIRAN 2 TRANSKRIP WAWANCARA
TRANSKRIP WAWANCARA
Informan: Pengelola SOS Children’s Village
A. Tempat dan waktu wawancara
1. Tempat Wawancara : SOS Children’s
Villages Indonesia
2. Hari, tanggal wawancara : 20 Mei 2021
B. Identitas Informan
1. Nama : Bapak Mardi
2. Usia : 42 Tahun
C. Isi wawancara
1. Sejarah SOS Children’s Village berdiri?
“ Jadi dulunya sebelum disingkat menjadi SOS
Children’s Village Indonesia itu sempat bernama SOS
Children’s Village Desa Taruna Jakarta. Itu adalah
sebuah yayasan swasta non provit dan kenapa bisa
dibilang desa karena dulu berbentuk satu komplek
panti asuhan dengan berbagai sarananya jadi
menyerupai desa gitu. Sebenarnya SOS ini didirikan
oleh Bapak Karya Bhakti Ria adalah untuk
mewujudkan gagasan Ibu Tien Suharto, untuk
melindungi anak-anak yang terlantar atau
ditelantarkan oleh orang tuanya dengan dikasih rumah
tinggal, kehangatan kasih sayang seorang Ibu,
perawatan, keamanan serta pendidikan.”
2. Ada berapa program di SOS Children’s Village?
“Kalau untuk program disini kita punya 2 program
yang berjalan. Ada FBC dan ada juga FSP, buat FBC
sendiri itu Family Based Care atau Pengasuhan
berbasis keluarga jangka panjang yang dimana kita
disini menciptakan keluarga pengganti yang mampu
memberikan pengasuhan yang layak terhadap anak
sehingga anak-anak dapat mendapatkan kembali
kehangatan keluarga yang pnuh perhatian, kasih
sayang dan masakanak-kanak yang membahagiakan.
Terus untuk FSP atau Family Strengthening
Programme itu adalah program penguatan dalam
keluarga yang mana kerjanya itu beda dengan
program yang sebelumnya tadi saya jelaskan, kalo
yang tadi kita menyediakan tempat tinggal atau
sarananya tapi kalo program ini dilakukan dikediaman
atau rumahnya sendiri dengan orangtua kandungnya
sendiri, supaya keluarga-keluarga mampu
menyediakan lingkungan yang asah-asih-asuh, stabil,
dan aman. Jd program kedua ini hanya sebagai
pendampingan saja.”
3. Apakah ada syarat khusus untuk anak bisa masuk ke
program SOS Children’s Village?
“untuk persyaratan sendiri kita disini tergantung
kondisi si anak tersebut, rata-rata kan yang tinggal
disini kita dapet dari anak yang terlantar (anak yang
brada dijalan tanpa orang tua). Mungkin kita akan
melakukan assessment awal untuk menggali informasi
si anak. Tapi tidak akan kita persulit.”
4. Apa harapan dari pengelola mengenai program yang
ada di SOS Chilren’s Village?
“Harapan saya sih ya tidak jauh dari tujuan SOS ini
sendiri. Setiap anak bisa tumbuh dengan cinta, dengan
rasa hormat, dan dengan rasa aman. Karena semua
anak mempunyai hak dan kewajiban yang sama.”
5. Apa saja perubahan anak setelah mengikuti program
ini?
Sejauh ini sih, banyak peruabahan yang sudah bisa
kita lihat dari mulai cara berkomunikasi, cara berpikir,
menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik.”
6. Apa saja perkembangan anak setelah mengikuti
program tersebut?
“Hal ini mungkin kami lihat ketika mereka punya
masalah mereka juga bisa menyelesaikannya sendiri,
dan juga kami merasa dari hasil pengamatan atau
observasi di setiap kegiatan menunjukkan perubahaan
dalam berkomunikasi dan bertindak dengan sadar
dalam setiap kegiatan”.
7. Apa saja perkembangan sosial anak setelah mengikuti
program tersebut?
“Sejauh ini dari yang tadinya mereka masih malu,
canggung, sulit berkomunikasi dengan teman
sebayanya sekarang perlahan sudah berubah jadi lebih
bisa berkomunikasi, beradaptasi dengan teman atau
lingkungannya”.
8. Perkembangan emosional sejauh ini seperti apa?
“Buat perkembangan emosi sendiri menurut saya
semakin baik, mungkin yang tadi awalnya masih suka
nangis-nangis tanpa sebab mungkin karena merasa
asing kali ya, sekarang mereka sudah bisa menjalani
hari-harinya seperti biasa”.
9. Perkembangan bahasa sejauh ini seperti apa?
“Untuk bahasa sendiri menurut saya mereka sudah
menguasai dengan baik. Mereka sudah dapat
berkomunikasi dengan baik seperti mereka bisa
bercerita keshariannya atau masalahnya dan mereka
juga dapat menjadi pendengar yang baik pula”.
10. Perkembangan nilai religius sejauh ini seperti apa?
“Kita disini menyediakan beberapa bimbingan
keagamaan, dan mereka pun memiliki kebebasan
untuk memilih salah satu dari kegiatan teresebut.
Dengan melihat keseluruhannya, so far mereka
antusias untuk mengikuti kegiatan tersebut”.
11. Sejauh ini faktor apa saja yang mempengaruhi
perkembangan anak?
“Untuk faktor itu sendiri kita biasanya dari awal
melihat kejadian sebelum mereka masuk SOS,
bagaimana latar belakang keluarganya, mereka hidup
dilingkungan seperti apa, dan setelah mereka
mengikuti program kita juga memperdalam
keterkaitan dikeluarganya, dilingkungan temannya,
dan dari pengalaman masa lalunya. Semua faktor
tersebut mempengaruhi perkembangan anak”.
TRANSKRIP WAWANCARA
Informan: Ibu Asuh SOS Children’s Village
A. Tempat dan waktu wawancara
1. Tempat Wawancara : SOS Children’s Village
Jakarta
2. Hari, tanggal wawancara : 20 Mei 2021
B. Identitas Informan
1. Nama : Ibu Ayu Ningsih
2. Usia : 37 Tahun
C. Isi wawancara
1. Ada berapa program di SOS Children’s Village?
“Kita punya 2 program kak pertama Family Based
Care (FBC) itu proram dimana pengasuhan yang
berbasis keluarga jangka panjang, kita memberikan
keluarga pengganti kepada si Anak, kita memberikan
pengasuhan yang layak kepada Anak agar mereka
dapat merasakan dicintai, diperhatikan, dan
kehangatan dari sebuah keluarga. Terus untuk
program yang kedua kita punya Family Strengthening
Programme (FSP) kalau yang ini kita lebih
pendampingan kepada keluarga gimana kita
menguatkan si keluarga dalam penanganan
pengasuhan anak. Programnya juga dilakukan
dirumah masing-masing dan dengan orang tua
kandungnya si anak itu sendiri”.
2. Apa harapan dari Ibu Asuh mengenai program yang
ada di SOS Chilren’s Village?
“Ya saya berharap kita bisa membantu memberikan
kelayakan kehidupan pada anak-anak yang tidak bisa
mendapatkan dari keluarga ataupun orangtuanya. Agar
semua anak juga mendapatkan hak kebahagiaan yang
sama, tumbuh dengan kasih sayang, rasa aman dan
nyaman.”
3. Apa saja perubahan anak setelah mengikuti program
ini?
“Anak-anak disini pada dasarnya baik-baik kak,
mungkin hanya perlu dikasih arahan sedikit. Mulai
dari cara berpikir, bagaimana mereka berkomunikasi
sekarang sudah lebih membaik dan jelas”.
4. Apa saja perkembangan anak setelah mengikuti
program tersebut?
“Kalau untuk perkembangannya kak kita bisa menilai
dari gimana cara mereka menyelesaikan tugas ataupun
masalahnya mereka. Yang tadinya mungkin mereka
masih bingung ya mau ngapain mau gimana, sekarang
mereka sudah mengerti dan bisa bertanggung dengan
tugasnya masing-masing bahkan sudah bisa
meenyelesaikan masalahnya sendiri”.
5. Apa saja perkembangan sosial anak setelah mengikuti
program tersebut?
“Masalah perkembangan sosial disini sudah terlihat
jeelas prkembangannya kak, mulai dari sikap mereka
ke kita, sikap mereka ke temen-temennya, yang
tadinya mungkin mereka masih malu-malu atau
merasa asing tapi sekarang mereka sudah lebih bisa
bradaptasi dengan baik dan lebih perduli satu sama
lainnya kepada teman maupun lingkungannya”.
6. Perkembangan emosional sejauh ini seperti apa?
“Ya namanya juga anak-anak ya kak, pasti ada
nangisnya cengenglah, ada manjanya, ada keras
kepalanya. Tapi sejalannya waktu mereka mulai
menyesuaikan dan kita pun ngerti gimana nyikapin
mereka, dan dengan sendirinya mereka bisa menerima
dan menjalankan hari-harinya dengan gembira disini”.
7. Perkembangan bahsa sejauh ini seperti apa?
“Bahasa untuk berkomunikasi mereka sudah
memahami baik, Cuma sedikit kita arahkan ke yang
lebih baik dan tepat saja. Dan alhamdulillahnya
mereka cukup cepat untuk pembiasaan bahasa yang
baik dan tepat, mereka juga terbiasa untuk bercerita
perasaan, apa yang dirasain saat itu atau bahkan
menceritakan masalah ketika mereka punya masalah”.
8. Perkembangan nilai religiu sejauh ini seperti apa?
“Buat nilai religious disini kita menyediakan beberapa
kegiatan keagamaan, dan mereka bebas memilih untuk
kegiatan apa yang mereka ingini. Dan buat
antusiasnya mereka cukup bagus dan nyaman dengan
kegiatan-kegiatan yang ada”.
9. Sejauh ini faktor apa saja yang mempengaruhi
prkembangan anak?
“Buat faktor disini kita ngeelibatin beberapa faktor si
kaya keluarga beserta latar belakangnya, terus liat juga
lingkungannya, teman-temannya yang dulu seperti
apa, jadi kita bisa tau pengalaman hidup yang pernah
mereka jalanin. Kenapa kita harus tau, karna itu faktor
utama dan penting perkembangan anak tersebut”.
TRANSKRIP WAWANCARA
Informan: Anak Asuh SOS Children’s Village
A. Tempat dan waktu wawancara
1. Tempat Wawancara : Via Zoom Meeting
2. Hari, tanggal wawancara : 24 Juni 2021
B. Identitas Informan
1. Nama/ Inisial : “GN”
2. Usia : 14 Tahun
C. Isi wawancara
1. Sudah berapa lama mengikuti program di SOS
Children’s Village?
“Aku udah jalan 2tahun kak”
2. Apakah harapan Anda mengikuti program yang ada di
SOS Children’s Village?
“Biar bisa punya banyak temen aja kak”
3. Apakah perubahan yang Anda rasakan setelah
mengikuti program di SOS Children’s Village?
“Sekarang bisa banyak temen kak, bisa punya mama
juga, rumahnya bagus lagi disini. Aku nyaman”
4. Keterampilan apa saja yang sudah Anda kuasai?
“Aku sekarang udah bisa ngobrol atau akrab sama
temen-tmen aku kak, aku juga suka ngedongeng
ddidepan temen-temen aku”
5. Apakah Anda mengenali satu sama lain dengan teman
satu rumah/ komplek?
“Kenal kok kak aku, tadinya si malu-malu atau
kadang takut kalo mau ngobrol atau nanya-nanya.
Sekarang si udah santai kak”
6. Apakah Anda merasa percaya diri terhadap semua hal
yang dilakukan?
“Buat sekarang si udah percaya diri kak, tadinya mah
boro-boro aku percaya diri buat ketemu orang aja
kadang takut. Takut ditanya-tanya kak hehe”
7. Bagaimana Anda berkomunikasi dengan Ibu Asuh dan
teman sebaya?
“Kalo ke Ibu ya kita harus sopan, tapi kalo ke temen
doang mah yaa kaya biasa aja kak”
8. Apakah Anda rajin dalam beribadah dan
mendengarkan ceramah keagamaan?
“Rajin si, aku suka ikut ceramah pas ada di solat
magrib, belajar ngaji, hafalan surat pendek. Suka
dapet hadiah juga hehe”
9. Sejauh ini bagaimana hubungan Anda dengan
keluarga dirumah?
“Aku sih udah lama ditinggal sama mama, tapi disini
aku seneng banget bisa ketemu mama baru hehe,
mamanya baik banget hehe”
10. Sejauh ini bagaimana hubungan Anda dengan
lingkungan dan teman?
“Aku kan udah gapunya keluarga kak hehe, kalo sama
temen-temen aku yang lama aku ga pernah ketemu
kak. Jadi ya disini aku punya keluarga baru kak hehe”
TRANSKRIP WAWANCARA
Informan: Anak Asuh SOS Children’s Village
A. Tempat dan waktu wawancara
1. Tempat Wawancara : Via Zoom Meting
2. Hari, tanggal wawancara : 24 Juni 2021
B. Identitas Informan
1. Nama/ Inisial : “V”
2. Usia : 12 Tahun
C. Isi wawancara
1. Sudah berapa lama mengikuti program di SOS
Children’s Village?
“Aku udah hamper 4tahun kak”
2. Apakah harapan Anda mengikuti program yang ada di
SOS Children’s Village?
“Biar bisa menjadi lebih baik kak, biar bisa ngobrol
sama orang, tau gimana caranya berteman. Disini aku
bisa lebih diperatiin, aku bisa makan 3kali sehari hehe.
3. Apakah perubahan yang Anda rasakan setelah
mengikuti program di SOS Children’s Village?
“Enak banget kak, aku bisa ketawa tiap hari. Aku jadi
banyak temen kak”
4. Keterampilan apa saja yang sudah Anda kuasai?
“Aku udah bisa bercerita kak, aku bisa nyelesain
masalah aku sendiri. Bahkan aku bisa nasihatin temen
aku kalo mereka lagi ada masalah”
5. Apakah Anda mengenali satu sama lain dengan teman
satu rumah/ komplek?
“Kenal dong kak, kan kita setiap harinya pasti ada
kegiatan bareng-barengnya. Sering main bareng,
ngerumpi bareng juga kak”
6. Apakah Anda merasa percaya diri terhadap semua hal
yang dilakukan?
“Sekarang si Alhamdulillah kak, sudah membaik
tingkat prcaya dirinya. Tadinya aku mah pemalu kak,
harus orang atau temen yang lain dulu yang negor aku
baru aku mau ngomong. Kalo sekarang kayanya aku
lebih cerewet yaa hehe”
7. Bagaimana Anda berkomunikasi dengan Ibu Asuh dan
teman sebaya?
“Kalo ke Ibu kan kita harus ngejaga omongan kak,
gaboleh sembarangan ga sopan hehe. Kalo ketemen ya
biasa aja nih kaya ke kakak”
8. Apakah Anda rajin dalam beribadah dan
mendengarkan ceramah keagamaan?
“Suka dong kak, aku sering menang kalo ada lomba-
lomba. Aku suka ikut hamper semua kegiatan agama,
soalnya seru. Jadi bisa baca Al-Quran, bisa ceramah
kaya Ustad-ustad di tv hehe”
9. Sejauh ini bagaimana hubungan Anda dengan
keluarga dirumah?
“Sama mama aku jadi lebih baik, yang tadinya aku
sedikit cuek sama mama sekarang aku udah mau
ngobrol sama mama, aku udah mau cerita sama
mama”
10. Sejauh ini bagaimana hubungan Anda dengan
lingkungan dan teman?
“Aku sekarang jadi gampang buat kenal orang, buat
dirumah aku jadi suka main sama temen-temen aku
kalo kita lagi pada liburan sekolah.”