peran enzim protease dalam pembuatan senyawa flavoring
DESCRIPTION
Peran Enzim Protease Dalam Pembuatan Senyawa FlavoringTRANSCRIPT
Peran Enzim Protease dalam
Pembuatan Senyawa Flavoring
Disusun oleh :
Annisa Nurkhasanah 12/333161/TP/10422
Moch. Ainun Najib 12/333163/TP/10424
Rosydina Ghassani 12/333171/TP/10431
Levina Narkian Salim 12/333173/TP/10434
UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN DAN HASIL PERTANIAN
YOGYAKARTA
Peran Enzim Protease dalam
Pembuatan Senyawa Flavoring
I. Pendahuluan
Protease adalah enzim yang berfungsi untuk menghidrolisis ikatan peptida dari
senyawa-senyawa protein dan diurai menjadi senyawa lain yang lebih sederhana (asam
amino). Protease yang dipakai secara komersial seperti serine, protease, dan
metalloprotease biasanya berasal dari Bacillus subtilis yang mempunyai kemampuan
produksi dan sekresi enzim yang tinggi. Enzim ini secara komersial digunakan sebagai
suplemen makanan dan digunakan pada terapi enzim. (Utami dkk., 2012)
Senyawa flavor (aroma dan citarasa) sangat penting dan turut menentukan
perkembangan industri makanan dan minuman. Senyawa tersebut menentukan sifat
organoleptik yang merupakan salah satu atribut mutu makanan/minuman dan
menentukan pasar produk tersebut. Ada dua kelompok flavor, yaitu kelompok senyawa
indigenus (indigenous flavor) dan kelompok senyawa yang sengaja ditambahkan ke
dalam produk makanan/minuman. Senyawa flavor indigenus berasal dari bahan baku
makanan itu sendiri atau terbentuk di dalam makanan selama proses pengolahan.
Kelompok senyawa flavor yang kedua adalah senyawa flavor yang sengaja
ditambahkan untuk memperbaiki mutu sensoris (flavor) makanan atau minuman
tersebut. Senyawa flavor ini termasuk ke dalam bahan tambahan makanan. Kelompok
senyawa ini ada yang ‘alami’ (natural) dan sintetis/artificial. Senyawa flavor ‘alami’,
sering juga disebut dengan bio-flavor, merupakan senyawa yang dihasilkan dari
ekstraksi tanaman/hewan atau diproduksi secara mikrobiologis. Jenis flavor ini sering
diperdagangkan dalam bentuk crude flavor maupun pure flavor. Flavor sintetis
merupakan senyawa yang dibentuk secara kimia. Senyawa flavor sintetis mempunyai
sifat sensoris yang sama dengan senyawa flavor ‘alami’.(Anonim A, 2012)
Flavoring yang banyak menggunakan enzim protease dalam pembuatannya
adalah meat flavor dan yeast extract. Kedua flavor tersebut menggunakan enzim
protease golongan sistein yakni enzim papain untuk mendapatkan asam amino sistein
dan glutamat yang menjadi prekursor utama pada pembuatan senyawa flavor tersebut.
Enzim protease terbagi menjadi empat kelompok utama, mekanismenya yaitu
serin, sistein, aspartat dan metal. Pada sisi aktif protease, sein dan sistein, gugus reaktif
menyerang secara nukleofilik pada ikatan peptida. Protease aspartat dan metal
mengaktifkan sebuah molekul air untuk menjadikannya sebagai nukleofil daripada
menggunakan gugus fungsi enzim itu sendiri. Meskipun demikian, pada dasarnya
keseluruhan proses pemecahan ikatan peptida adalah sama pada semua golongan
protease. (Anonim B, 2013)
Enzim sebagai biokatalisator berstruktur protein dalam mekanisme kerjanya
aktiitasnya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu antara lain, pH, Suhu, konsentrasi
substrat, konsentrasi enzim, kehadiran aktiator atau inhibitor, adalah sebagai berikut:
a. PH atau derajat keasaman
pH merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan apabila kita
bekerja dengan enzim, hal ini dikarenakan enzim hanya mau dan mampu bekerja pada
kondisi pH tertentu saja. Suatu kondisi pH di mana enzim dapat bekerja dengan
aktivitas tertinggi yang dapat dilakukannya dinamakan dengan pH optimum.
Sebaliknya pada pH tertentu enzim sama sekali tidak lagi aktif atau bahkan rusak. Hal
ini dapat dijelaskan karna kita ketahui bahwa enzim merupakan molekul protein,
molekul protein kesetabilannya dapat dipengaruhi oleh tingkat keasaman
lingkungannya, pada kondisi keasaman yang ekstrim molekul-molekul protein dari
enzim akan rusak.
b. Suhu / Temperatur
Seperti halnya oleh pH, aktivitas kerja enzim juga dipengaruhi oleh temperatur
lingkungan dimana ia bekerja. Seperti reaksi kimia biasa suhu biasanya dapat
mempercepat proses reaksi, namun demikian pada titik suhu tertentu kecepatan reaksi
yang dikatalisis oleh enzim akan mulai menurun bahkan aktivitasnya tidak lagi
nampak. Kondisi suhu di mana enzim dapat menghasilkan aktivitas tertinggi dinamakan
suhu atau temperatur optimum. Oleh karena enzim berstruktur protein, sebagaimana
kita ketahui bahwa protein dapat dirusak oleh panas, sehingga pada suhu tinggi tertentu
aktivitas enzim mulai menurun dan bahkan aktiitasnya menghilang. Hal ini sangat
dimungkinkan karena terjadinya denaturasi atau kerusakan struktur protein oleh
pengaruh panas. Panas yang berlebihan akan menybabkan terjadinya kerusakan struktur
enzim yang dapat menybabkan kerusakan enzim baik secara keseluruhan maupun
sebagian terutama sisi aktifnya.
c. Konsentrasi Substrat
Reaksi-reaksi biokimia yang diktalisis oleh enzim diperngaruhi pula oleh
jumlah substrat. Jika kita melakukan pengujian konsentrasi substrat dari rendah ke tingi
terhadap kecepatan reaksi enzimatis, maka pada awalnya akan diperoleh hubungan
kesebandingan yang menyatakan kecepatan reaksi akan mkeningkat seiring dengan
meninkatnya konsentrasi substrat, namun kemudian akan diperoleh data yang
menyatakan pada konsentrasi substrat tinggi tertentu kecepatan reaksi tidak lagi
bertambah. Pada kondisi ini konsentrasi substrat menjadi jenuh dan kecepatan reaksi
menjadi maksimum yang sering juga disebut sebaai kecepatan maksimum (Vmax).
Hubungan antara konsentrasi substrat dan kecepatan reaksi biasanya
dinyatakan dengan konstanta Michelis-Menten (KM). Nilai KM didefinisikan sebagai
konsentrasi substrat tertentu pada saat kecepatan reaksi enzimatis mencapai setengah
dari kecepatan maksimumnya.
d. Konsentrasi Enzim
Peningkatan konsentrasi enzim dalam suatu reaksi biokimia akan
meningkatkan kecepatan kecepatan reaksi yang dikatalisisnya.
e. Kehadiran aktivator/inhibitor
Aktivator adalah zat atau senyawa yang dapat menyebabkan meninkatnya
aktiitas enzim apabila ia berada pada saat terjadinya reaksi, dan sebaliknya inhibitor
adalah zat yang dapat menghambat aktivitas reaksi. (anonim c, 2009)
II. Peran Enzim Protease
1. Meat and Fish Flavor
Prekursor dari flavor daging dibagi menjadi dua kategori yaitu komponen larut
air (asam amino,peptida,karbohidrat,nukleotida,tiamin,dll) dan komponen tidak larut
air (lemak). Reaksi Maillard antara asam amino dan gula reduksi memicu
pembentukan aroma. Reaksi sistein dan gula reduksi membuat karakteristik flavor
daging terutama daging ayam dan babi. Flavor daging sapi didapatkan dari reaksi
oksidasi lemak,degradasi akibat panas dan interaksi antara protein,peptida,asam
amino dan karbohidrat.Prekursor dari flavor daging babi adalah 2-metil-3-firantiol
dan bis-(2-metil-3-furil)-disulfida. Reaksi Maillard antara gula reduksi dan asam
amino terutama sistein merupakan penentu utama aroma.Sedangkan prekursor pada
flavor daging ayam adalah 2-metil-3-furantiol,2-furfurythiol,metionol,nonanol,dan 2-
trans-nonenal. Senyawa 2-metil-3-furantiol adalah komponen utama dari flavor
daging ayam. Senyawa tersebut merupakan hasil reaksi antara ribosa dan asam amino
yang mengandung sulfur seperti sistein atau sistin. (Choe et al,2010) Berikut adalah
reaksi pembentukan senyawa 2-metil-3-furantiol :
(Melton,1999)
Pada pengembangan senyawa flavor pada daging,senyawa prekursor yang
paling penting adalah keberadaan asam amino mengandung sulfur yakni sistein. Oleh
karena itu pasti terjadi degradasi protein oleh enzim protease golongan sistein
protease yang menghasilkan asam amino sistein. Enzim yang biasanya digunakan
dalam pembentukan senyawa flavor daging adalah enzim papain.
Enzim Papain (EC 3.4.22.2) tergolong ke dalam kelompok protease yang
merupakan sistein endopeptidase. Pengelompokan tersebut adalah berdasarkan
nukleofil yang bertindak sebagai residu katalitiknya yaitu sistein (-SH).Enzim papain
termasuk protease sistein dengan struktur yang terdiri dari rantai tunggal polipeptida
dangan tiga jembatan disulfida dan pada sisi aktifnya terdapat residu sistein,histidin
dan asparagin. pH optimum enzim papain adalah 6-7 dengan suhu 60-70˚C.
Berikut adalah tabel mengenai senyawa flavor yang terdapat pada daging
ayam dan sapi :
Compounds Flavour dilution
factor
Odour
description
Chicken Beef
2-Methyl-3-furanthiol 1,024 512 Meat-like,
sweet
bis (2-Methyl-3-furyl)
disulphide
<16 2,048 Meat-like
2-furfurylthiol 512 512 Roasty
2,5-dimethyl-3-furanthiol 256 <16 Meaty
3-mercapto-2-pentanone 128 32 Sulphurous
Methionol 128 512 Cooked
potato
2,4,5-trimethylthiazole 128 <16 Earthy
2-formyl-5-
methylthiophene
64 64 Sulphurous
Phenylacetaldehyde 16 64 Honey-like
2-trans-4-trans-
decadienal
2,048 <16 Fatty
2-trans-4-cis-decadienal 128 <16 Fatty, tallowy
2-undecenal 256 <16 Tallowy,
sweet
γ-dodecalactone 512 <16 Tallowy,
fruity
γ-decalactone 64 <16 Peach-like
Nonanol 64 <16 Tallowy,
green
2-trans-nonenal 64 <16 Tallowy, fatty
2-trans-4-trans-
nonadienal
64 <16 Fatty
β-ionone 64 <16 Violet-like
(Gasser U., and Grosch W,1990)
Kecap ikan merupakan produk fermentasi ikan dengan garam. Kecap ikan
digunakan oleh masyarakat sebagai bumbu masakan, penyedap dan pencelupan
seafood. Kecap ikan memiliki cita rasa yang berbeda dengan kecap yang dibuat dari
kacang kedelai. Warnanya bening kekuningan sampai cokelat muda dengan rasa asin
yang relatif serta banyak mengandung senyawasenyawa nitrogen. Penggunaan enzim
proteolitik yang murni pada pembuatan kecap ikan memiliki kelemahan karena harga
enzim yang cukup mahal. Pemanfaatan sumber-sumber enzim yaang berasal dari alam
bisa menjadi alternatif pengganti enzim konvensional. Salah satu enzim yang bisa
dimanfaatkan adalah enzim bromelin yang berasal dari buah nanas dan enzim papain
dari daun pepaya.
Penambahan bromelin dan papain dapat memperpendek waktu fermentasi
kecap ikan (Choi et al,1999). Menurut (Baddows and Ardhesir,1979),enzim bromelin
dan papain dapat mencerna jaringan otot ikan dalam waktu pendek,kemudian
memproduksi hidrolisat dengan distriusi dan komponen konsentrasi nitrogenus
hampir sama dengan kecap ikan tradisional tetapi memiliki aroma yang berbeda.
Proteolisis yang terjadi selama proses fermentasi kecap ikan diasumsikan telah
menyebabkan peptida-peptida dan asam amino mengalami perubahan melalui
deaminasi,dekarboksilasi dan transaminasi menghasilkan amina,asam-asam keto
amonia. Hal penting pada tahap proses proteolisi dalam pembentukan aroma adalah
ketersediaan asam amino sebagai substrat untuk transformasi atau sintesis senyawa-
senyawa flavor oleh bakteri (Beddows et al,1976). Asam amino yang dominan
berperan dalam pembentukan flavor pada kecap ikan adalah asam glutamat,asam
aspartat,lisin,leusin dan sistein.
Senyawa volatil seperti sulfur dan nitrogen merupukan komponen utama senyawa
flavor pada kecap ikan. Senyawa sulfur bisa didapatkan dari bahan baku atau selama
proses fermentasi menghasilkan peptida dan asam amino sistein. (Giri et al,2010)
2. Savory Flavor
Pada tahun 1985, istilah umami atau savory flavor diakui sebagai istilah ilmiah
untuk menggambarkan rasa glutamat dan nukleotida . Umami merupakan rasa asam
amino L-glutamat dan 5'-ribonukleotida seperti guanosin monofosfat (GMP) dan
inosin monofosfat (IMP). Sensasi umami terjadi karena deteksi anion karboksilat dari
glutamat dalam sel reseptor khusus yang ada pada manusia. Umami meningkatkan
palatabilitas berbagai macam makanan. Enzim proteolitik akan menghancurkan
protein dan menghasilkan peptida dan asam amino. Begitu juga enzim nuklease yang
akan menghancurkan DNA dan RNA menghasilkan nukleotida ataupun nukleosida.
Flavor savory merupakan salah satu jenis rasa yang banyak disukai yang
diidentikkan dengan rasa gurih antara lain seperti pada kaldu, keju dan MSG. Salah
satu bahan yang digunakan untuk menghasilkan flavor savory adalah ekstrak kamir,
dimana kelebihannya yaitu tidak ada laporan baik pada hewan percobaan maupun
manusia bahwa ekstrak kamir memberi reaksi seperti MSG. Lagipula oleh US
Agriculture Departement menggunakan nama umum ekstrak kamir (yeast extract) dan
ditetapkan oleh FDA sebagai flavor alami.
Ekstrak kamir banyak digunakan dalam formulasi flavor dalam produk produk
mie instan, ekstrusi (snack food), produk panggang (piza) dan berbagai jenis saus
pengganti flavor daging. Pembuatannya dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu
hidrolisis, plasmolisis dan autolisis. Autolisis adalah metode alternatif yang menarik,
dimana ekstrak kamir yang diolah secara autolisis akan menjadi ingridien penting
untuk flavor daging karena mengandung asam amino dan peptida yang tinggi sebagai
prekursor untuk reaksi Maillard, dan kemungkinan peptidanya dapat digunakan
sebagai bahan tambahan citarasa dan penegas rasa sebagai alternatif MSG.Namun
proses ini kurang optimal dalam mendegradasi komponen untuk membentuk flavor
savory yang diinginkan. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk memaksimalkan
proses ini adalah dengan penambahan enzim protease. Indikator yang digunakan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan penambahan enzim ini adalah total nitrogen,
formol nitrogen, protein terlarut, nila pH, kadar asam glutamat bebas, dan total
amonia. Parameter inilah yang akan menggambarkan perbedaan proses autolisis
dengan penambahan enzim protease dan tanpa penambahan enzim protease. Enzim
protease yang ditambahkan adalah enzim papain. Enzim papain mempunyai
spesifisitas atau akan memotong gugus asam amino pada sisi Arg, Lys, Glu, His, Gly,
Tyr. Asam amino hasil proteolisi oleh enzim papain salah satunya adalah asam
glutamat yang merupakan flavor dominan pada yeast extract.
3. Chocolate Flavor
Fermentasi dan pengeringan merupakan tahapan dalam pengolahan buah
kakao menjadi coklat yang menentukan karakteristik flavor coklat. Pada saat
fermentasi terjadi pembentukan precursor flavor utamanya asam amino dan reduksi
gula. Keduanya berperan dalam reaksi Maillard (pencoklatan) saat proses
penyangraian kakao. Reaksi ini membentuk karakteristik flavour coklat (warna dan
aroma khas)
Proteolisis sangat penting dalam pembentukan flavour coklat. Pada saat
fermentasi terjadi proses proteolisis yakni penguraian protein menjadi asam amino
dan peptide. Asam amino dan peptide ini terbentuk selama proses fermentasi akibat
kinerja enzim endoprotease dan exopeptidase.
Protein dalam buah kakao tidak berasa sebab berat molekul protein sangat
besar. Hal ini juga disebabkan molekul protein dalam buah kakao merupakan globular
yang tertutup dengan konfigurasi struktur yang kompleks, asam amino yang tergolong
hidrofobik terjebak didalamnya. Asam amino ini tidak dapat kontak dengan taste bud
yang ada di lidah sehingga tidak berasa (hambar). Apabila protein ini dihidrolisis oleh
protein maka struktur globular akan pecah dan grup asam amino hidrofobik dapat
terurai. Grup asam amino ini dapat kontak dengan taste bud dan memberikan rasa
pahit. (Yongsheng et al, 2014). Enzim Aminopeptidase menguraikan asam amino
hidrofobik yang menyebabkan taste pahit. Asam amino hidrofobik yang terkandung
pada buah kakao setelah fermentasi adalah alanin, isoleucine, leucine, prolin, valin,
methionin dan fenilalanin. (Sabahannur et al, 2015). Enzyme yang digunakan adalah
leucine aminopeptidase yang memotong peptide yang mengandung asam amino
leucine. Asam amino leucine ini tergolong asam amino hidrofobik yang apabila
terlepas maka akan menimbulkan cecap pahit pada lidah.
Karakteristik enzim yang digunakan untuk flavoring coklat adalah :
Flavourzyme mengandung Leucine Aminopeptidase yang diekstraksi dari
Aspergilus oryzae. Enzim ini optimal pada suhu 50-55o C dan PH antara 9,0. (Merz et
al, 2015). Leucine Aminopeptidase yang tergolong exopeptidase ini memecah L-
leucylglycine dan peptide lainnya yang memiliki N-terminal leucine. Leucine
Aminopeptidaseini tergolong metaloprotease yang memerlukan ion Mn2+ atau Mg2+
untuk aktifatornya. (Lin et al, 2010)
(Raisonnier, 2004)
Leucine aminopeptidase memecah asam amino leucine dan beberapa asam
amino lainnya kecuali arginin dan lisin.
(Anonim A, 2015). Asam amino yang terbentuk
seperti alanin, tirosin, valin, isoleusin, leusin
dan fenil alanin tergolong asam amino
hidrofobik yang merupakan precursor
pembentukan aroma dan cecap pada kakao. Selain menimbulkan cecap pahit, asam
amino hidrofobik ini precursor utama pembentukan methylpirazins. Senyawa
methylpirazin ini merupakan hasil reaksi asam amino dengan gula reduksi pada reaksi
Maillard.
Daftar Pustaka
Choe JH., Nam K., Jung S., Kim B., Yun HJ., & Jo C. 2010. Differences in the
quality characteristics between commercial Korean native chickens and broilers.
Korean J Food Sci Anim Resour. 30:13–19.
Gasser U., & Grosch W. 1990. Primary odorants of chicken broth: A
comparative study with meat broths from cow and ox. Z Lebensm Unters Forsch.
190:3–8.
Lin, Shie-Jea, Li-Lin Chen, Chiou-Yen Wen and Wen-Shen Chu. 2010.
Extracellular leucine aminopeptidase produced by Aspergillus oryzae LL1 and LL2 .
African Journal of Microbiology Research. 4(3). 158-168.
Melton SL. 1999. Current status of meat flavour. Quality Attributes of Muscle
Foods. Xiong YL, Ho CT, Shahidi F, editorsKluwer Academic/Plenum
Publishers;New York: p. 115–130.
Merz, Michael, Thomas Eisele, Pieter berends, Daniel Appel, Swen rabe, Imre
Blank, Timo stressler and Lutz Fischer. 2015. Flavourzyme, an Enzyme preparation
with Industrial Relevance : Automated Nine-step Purificatiom and Partial
Characterization of Eight Enzymes. Science.gov. Diakses pada tanggal 24 Oktober
2015
Raisonnier, Pr A. 2004. Digestion-Detixification. www.chups.jussie.fr.
Diakses pada tanggal 25 Oktober 2015
Sabahannur, St, Mursalim, Laode Asrul, Mariyati Bilang. 2015. Use of High
Performance Liquid Chromatography (HPLC) for the Analysis of Amino Acid of
Sulawesi and Local Clone Cocoa Bean Fermentation. Jurnal of Food Research. 4(4).
120-126
Sousa de Brito, Edy, Nelson Horacio Pezoa Garcia, and Allan Cesar Amancio.
2004. Use of a Proteolytic Enzyme in Cocoa ( Therobroma cacao L.) Processing.
Braziian Archives of Biology and Technology. 4 (47). 553-558
Yongsheng Ma, Lintong Wang, XIanhui Sun, Jianqiang Zhang, Junfeng Wang
and Yue Li. 2014. Study on Hydrolisis Conditions of Flavourzyme in Soybean
Polypeptide Alcalase Hydrolysate and Soybean Polypeptide Refining Process.
Advance Journal of Food Science and Technology, 6(9) : 1027-1032
Anonim A, 2012. http://foodreview.co.id/baru/index1.php?id=56425 diakses
pada tanggal 23 Oktober 2015 pukul 19:25 WIB