penuntun praktikum fisika dasar
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Buku tuntunan praktikum fisika semester 1.TRANSCRIPT
-
PENUNTUN PRATIKUM FISIKA DASAR I
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGIUNIVERSITAS JAMBI
2014
-
Kata Pengantar
Penuntun Praktikum Fisika Dasar I ini ditujukan untuk mahasiswa tingkat pertama
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi. Penuntun ini bukan merupakan buku teks
pelajaran fisika, tetapi merupakan petunjuk persiapan untuk melaksanakan praktikum. Oleh
karena itu, teori yang ditulis pada buku ini sengaja dibuat singkat, hanya sekedar untuk
memberi gambaran pada permasalahan yang berkaitan dengan eksperimen. Sebelum
melakukan penelitian mahasiswa diharapkan membaca literature yang lebih lengkap dan luas
dari buku buku teori fisika seperti Physics, karangan D.C Giancolli, dan sebagainya
maupun buku buku peralatan praktikum yang dipandang perlu.
Kami menyadari masih banyak kekurangan yang ada pada buku Penuntun Praktikum
ini, oleh karena itu kami mengharapkan koreksi, saran, perbaikan dan lain lain untuk edisi
yang akan datang.
Jambi, Agustus 2014
Tim Fisika Dasar
-
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I Page 1
TEORI SESATAN DAN KETIDAPASTIAN
PENDAHULUAN
Didalam percobaan Fisika, hasil-hasil pengukuran yang diperoleh biasanya tidak
diterima dengan begitu saja, karena hasil percobaan tersebut harus dapat di
pertanggungjawabkan keberhasilan dan kebenarannya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan
manusia dan ketelitian alat-alat yang berbatas.
Hasil pengukuran percobaan tersebut dapat diterima bila harga besaran yang diukur
dilengkapi dengan batas-batas penyimpang dari hasil pengukuran tersebut yang disebut
sebagai Sesatan (Ketidapastian).
Tetapi selama hasil itu terdapat dalam interval + , percobaan kita sungguh
mempunyai arti (meaningfull) dan dapat di pertanggungjawabkan (X disini adalah sesatan
yang disebabkan keterbatasan alat).
I. Ketidakpastian Dalam Pengukuran
Kesalahan atau error dalam suatu percobaan dapat dibagi menjadi 2 (dua) golongan,
yaitu
1. Kesalahan bersistem
Yaitu kesalahan yang bersumber pada pemakaian alat ukur yang besarnya
konstan,sering disebut kesalahn konstan (constant error).
Dapat terjadi karena :
a. Kesalahan titik nol (zero error)
b. Kesalahan kaliberasi pada alat pengukur
c. Kesalahan peralak (penglihatan)
d. Gesekan dan fatigue (kelelahan) alat yang sering dipakai.
e. Kondisi lingkukan peraktikum yang berbeda disbanding saat alat dikalibrasi
f. Gangguan teknik, seperti kebocoran saluran, keretakan alat
2. Kesalahan rondom
Disebut juga kesalahan kebetulan, karena pengulangan pengukuran yang selalu
memberikan hasil yang berbeda dengan harga yang sebelumnya. Kesalahan ini
terdiri dari :
a. Kesalahan penafsiran
b. Keadaan lingkungan, seperti suhu, tekanan udara atau tegangan listrik
c. Gangguan teknik, seperti getaran.
d. Definisi, besaran yang tidakdapat terdefinisikan dengan tepat yaitu persegi,
lonjong.
-
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I Page 2
3. Kesalahan-kesalahan lain
a. Kekeliruan membaca skala alat
b. Kesalahan penghitungan dibandingkan dengan cara manual dan menggunakan
kalkulator atau daptar logaritma.
II. Perhitungan Kesalahan
1. Sesatan taksiran
Bila pengukuran hanya dilakukan 1 (satu) kali, biasanya sesatan diambul
(setengah) kali skala terkecildari alat ukur yang dipakai.
Contoh :
Mengukur pelat logam dilakukan 1 (satu) kali, besarnya 5 cm dengan mistar yang
skala terkecilnya 1 mm, makahasilnya dapat dituliskan :
t = (50 + 0,5)mm atau (5+0,05) x 10 mm
t = 0,5 mm adalah sesatan mutlaknya (absolute)
sesatan relatip
t
t
2. Menentukan harga rata-rata (nilai terbaik) dan sesatannya
Jika dilakukan pengukuran sebanyak N kali dengan hasil sebagai berikut :
Maka untuk mendapatkan nilai terbaik (benar) adalah dengan merata-ratakan
pengukuran tersebut.
Dengan menggunakan teori sampling (pendekatan), simpangan buku contoh
(sample standard deviation)
a. Untuk pengukuran N < 8
b. Untuk pengukuran N 8,
X 100% = 0,5 x 100% = 1%
X1 , X2, X3, ..XN
=
(1)
= =
= =
(2)
(3)
-
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I Page 3
3. Sesatan pada fungsi (persamaan) satu variable.
Jika y = f(x), dimana x dan f masing-masing sebagai besaran fisis. Karena pada
besaran x terdapat sesatan , maka pada y akan ada sesatan pula yang dapat
ditentukan dengan menggunakan kalkulus :
y = f(x) = f(xx)
bila fungsi tersebut difungsikan sebagai Deret Taylor disekitar nilai x = x, maka
didapat :
y = f( x) = f( )(df(x)/dx x + 1/2( f(x)/d (x
+..
Kemudian didepinisikan bahwa nilai terbaik y adalah :
y=f(x)
maka,
| - | = y = | | ( f(x)/d (x
..
Sehingga
Bila x adalah bagian skala terkecil maka y demikian juga. Bila x simpangan baku
maka y demikian juga.
4. Sesatan pada fungsi (persamaan) dua variable.
z =z(x,y)
dimana
x = x y
y=y y
Tiga macam keadaan terjadi :
a. x dan y ditentukan oleh nilai skala terkecil (bukan oleh sebaran gauss) maka,
z = z (x x, y y)
sehingga :
y = | || |
z = | || | + | z/ y || |
(4)
(5)
-
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I Page 4
b. x dan y berapa simpangan baku contoh (semesta gauss). Juka x dan y diukur N
kali dan menghasilkan contoh ,
x
y
sehingga,
c. Sebaran x dan y berlainan sifatnya (berbeda cara pengukuran). Missal, x
merupakan simpangan baku (N kali pengukuran) dan y merupakan skala
terkecil (satu kali pengukuran). Sulit untuk dipadukan, diambil kebijakan
menyamakan tingkat kepercayaan x dan y, karena
= x 100% = 68%
=
Maka x disesuaikan dengan y,
Dengan tingkat kepercayaan 68%, maka dengan menggunakan persamaan (6) dapat
dicari kesalahan terhadap Z.
5. Sesatan/kesalahan (compensating error)
Masal
R = f( , ) = ( )/( + )
Untuk mencari R, kita tidak dapat menganggap
R = x/y
Bentuk persamaan diatas diubah agar tidak berkaitan, sehingga
1/R = 1/ + 1/
Maka
z = = |
x = x = skala terkecil
| R/ | = | / | + | / |
(6)
(7)
-
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I Page 5
X X
Y
III. Cara Melaporkan Hasil Akhir Jumlah Angka Berarti
Jika hasil pengukuran dilaporan sebagai x = 4,52 cm, artinya pasti tentang angka
pertama (4) dan angka kedua (5), tetapi meragukan angka terakhir (2). Keraguan ini
dinyatakan dengan menyebut x.
Dalam hal ini perlu diingat :
a. Jika x hasil pengukuran tunggal, maka x adalah dari skala terkecil.
Pelaporannya menjadi : (4,52 0,005) cm, berarti bahwa nilai benar ada dalam
interval 4,515 dan 4,525.
b. Jika x hasil pengukuran berulang, maka x berupa deviasi standar dan akan lebih
kecil dari x tadi.
Ketelitian percobaan 10%. Jika didapatkan hasil pengukuran x = 921, 11111 maka
dilaporkan sebagai x = (9,2 0,9) x , memiliki 2 nilai berarti.
Ketelitian percobaan 1%. Maka dilaporkan x = (9,21 0,09) x . ketelitian
percobaan meningkat maka memiliki 3 angka berarti.
Ketelitian percobaan 1 maka dilaporkan x = (9,211 0,009) x , memiliki 4
angka berarti.
IV. Membuat Grafik
Dari percobaan titik-titik data dan , yang diperoleh dari hasil
perhitungan, bukan pengukuran langsung. Ketidakpastiannya harus disesuaikan
dengan ketidakpastian pada kertas grafik dan .
Y
Hal ini yang harus diingat dan diperhatikan dalam membuat grafik, adalah :
1. Judul grafik, ditulis pada bagian atas kertas grafik.
2. Nama besaran pada sumbu horizontal maupun partikel, harus ditulis lengkap
dengan satuannya, serta harga kaliberasinya jika ada. Contoh : V ( Volt)
3. Pilih harga satuan sumbu-sumbu grafik yang baik, bilangan bulat atau kelipatan
puluhan.
Gambar grafik yang baik
Gambar grafik yang kurang baik
-
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I Page 6
Y
X
4. Perhatikan lebih dulu bentuk fungsi dari besaran yang akan digambarkan
grafiknya, linier (garis lurus) atau kuadratik (garis lengkung).
5. Bila fungsi y = f(x), desaran pengubah f(x) diplotkan pada sumbu horizontal,
sedangkan besaran yang diubah y pada sumbu vertikal.
Y
X
V. Menentukan Garis Lurus Terbaik
Dari hasil penghitungan ataupun pungukuran, tidak semua titik-titik data akan berbeda
tetap pada satu garis lurus. Cara intuk mendapatkan garis lurus terbaik adalah :
1. Cara memandang (visual)
Mata dapat dengan cukup baik melihat apakah sederetan titik data terletak pada
garis atau agak menyimpang.
2. Cara titik sentroid
Titik sentroid adalah titik dengan kordinat :
= /N dan = /N, N = jumlah titik. Pelotkan titik dan pada kertas
grafik, kemudian tarik garis lurus melaluinya sedimikian rupa sehingga jumlah
titik yang terdapat diatas garis lebih kurang samadengan jumlah yang ada
dibawahnya.
X Y
2 1
4 3
6 5
8 7
10 9
12 11
-
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I Page 7
3. Cara garis sumbu
Dari sejumlah titik dua yang telah diplotkan pada kertas grafik, kita tarik sebuah
garis sembarang (GS) yang kira-kara berada ditengah-tengah arag titik dan,
sehingga titik data terbagi dua, atas dan bawah. Buat penggalan-penggalan garis
dari setiap titikdata tegak lurus dari garis GS. Bila jumlah penggalan-penggalan
atas dan bawah sama (hamper sama), maka garis GS ini garis lurus terbaik yang
telah mewakili semua titik data yg ada.
4. Menentukan garis lurus terbaik melalui titik-titik percobaan dengan cara
kuadrat terkecil (Least Square)
Misalnya kita mememiliki data kordinat ( , ),( , ),( , ),,( , ), jika diplotkan kedalam kertas grafik membuat sebuah garis yang tidak lurus. Maka
untuk mendapatkan garis terbaik di gunakan persamaan garis linier :
y= .x+
dimana
=[ ]/[
]
=[ ] [
]
Inilah SLOPE dan INTERCEPT dari garis lurus yang terbaik yang kita cari.
Kemudian untuk titik perpotongan pada sumbu-x simbu-y pada persamaan linier
di atas.
Titik perpotongan pada sumbu-x, y = 0 dari x = - / . Koordinatnya (- / ,0).
Titik-titik perpotongan pada sumbu y, x = 0 dan y = . Koordinatnya (0, )
-
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I Page 8
X Y
2 1,5
4 3,7
6 5,3
8 6,7
10 9,8
12 11,6
(0, )
(- / ,0)
-
Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 9
1. Tujuan Percobaan
Mempelajari penggunaan alat alat ukur untuk pengukuran panjang, massa dan
volume
Mampu menggunakan dan memahami alat alat ukur dasar
Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang
Dapat mengaplikasikan konsep ketidakpastian dan angka berarti dalam pengolahan
hasil pengukuran.
2. Dasar Teori
Suatu pengukuran yang akurat dan presisi sangat bergantung pada metode pengukuran
dan alat ukur. Hasil pengamatan yang baik akan berarti atau bermanfaat jika pengolahan
dikerjakan secara tepat. Oleh karena itu harus ada pengetahuan yang lengkap tentang presisi
pengukuran, cara analisis, teori ralat, dan statistik. Suatu pengukuran selalu disertai oleh
ketidakpastian. Beberapa penyebab ketidakpastian tersebut antara lain adanya Nilai Skala
Terkecil (NST), kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan paralaks, fluktuasi
parameter pengukuran dan lingkungan yang saling mempengaruhi serta keterampilan
pengamat.
Beberapa alat ukur dasar yang akan dipelajari dalam pratikum ini adalah jangka sorong,
micrometer sekrup, neraca teknik, penggaris, busur derajat, thermometer, dan stopwatch.
Masing masing alat ukur memiliki cara untuk mengoperasikannya dan juga cara untuk
membaca hasil yang terukur.
2.1 Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai seperseratus
milimeter. Terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak. Pembacaan hasil
pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat.
Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan display digital. Pada versi analog,
MDL 01
Penggunaan Alat Alat Ukur 1
-
Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 10
umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05mm untuk jangka sorang dibawah 30cm dan 0.01
untuk yang di atas 30cm.
Kegunaan jangka sorong adalah:
untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit;
untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa,
maupun lainnya) dengan cara diulur;
untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara
"menancapkan/menusukkan" bagian pengukur. Bagian pengukur tidak terlihat pada
gambar karena berada di sisi pemegang
Gambar 1 jangka sorong
2.2 Micrometer sekrup
Micrometer sekrup merupakan salah satu alat ukur panjang yang memiliki tingkat
ketelitian cukup tinggi. Tingkat ketelitian micrometer sekrup mencapai 0,01mm atau
0,001cm. dengan tingkat ketelitian yang baik micrometer sekrup dapat digunakan untuk
mengukur dimensi luar dari benda yang sangat kecil maupun tipis seperti kertas, pisau
maupun kawat.
Gambar 2. Micrometer sekrup
-
Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 11
3. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Mistar Balok
Jangka Sorong Selinder
Micrometer Sekrup Bola baja
4. Prosedur Percobaan
4.1 Jangka Sorong
1. Sediakan/Siapkan Jangka Sorong beserta bahan-bahan yang diukur
2. Tentuukan Skala Nonius dari Jangka Sorong yang digunakan
3. Tentukan Skala Terkecil dari Jangka Sorong yang digunakan
4. Ukur panjang balok menggunakan Jangka Sorong lalu catat hasil pengukuran pada tabel
data,lalu ulangi pengukuran sebanyak 5 kali
5. Ukur lebar balok menggunakan Jangka Sorong lalu catat hasil pengukuran pada tabel
data,lalu ulangi pengukuran sebanyak 5 kali
6. Ukur tinggi balok menggunakan Jangka Sorong lalu catat hasil pengukuran pada tabel
data,lalu ulangi pengukuran sebanyak 5 kali
7. Ulangi langkah 4 s/d 5 dengan alat ukur Mistar
4.2 Mikrometer sekrup
1. Sediakan/Siapkan micrometer sekrup beserta bahan-bahan yang diukur
2. Tentuukan Skala Nonius dari mikrometer yang digunakan
3. Tentukan Skala Terkecil dari micrometer yang digunakan
4. Ukur tebal kertas karton menggunakan micrometer lalu catat hasil pengukuran pada tabel
data,lalu ulangi pengukuran sebanyak 5 kali
5. Ukur tebal kertas sampul buku menggunakan micrometer lalu catat hasil pengukuran pada
tabel data,lalu ulangi pengukuran sebanyak 5 kali
6. Ukur diameter bola kecil menggunakan micrometer lalu catat hasil pengukuran pada tabel
data,lalu ulangi pengukuran sebanyak 5 kali
7. Ulangi langkah 4 s/d 5 dengan alat jangka sorong
-
Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 12
5. Data Percobaan
5.1 Pengukuran dengan menggunakan Jangka Sorong
Pengukuran X1
(mm)
X2
(mm)
X3
(mm)
X4
(mm)
X5
(mm)
Rata Rata (mm)
Panjang
Lebar
Tinggi
Pengukuran dengan menggunakan mistar
Pengukuran X1
(mm)
X2
(mm)
X3
(mm)
X4
(mm)
X5
(mm)
Rata Rata (mm)
Panjang
Lebar
Tinggi
5.2 Mikrometer sekrup
Pengukuran X1
(mm)
X2
(mm)
X3
(mm)
X4
(mm)
X5
(mm)
Rata Rata (mm)
Tebal 1
Tebal 2
Tebal 3
6. Evaluasi
1. Hitung volume benda pada percobaan pengukuran jangka sorong
2. Hitung volume benda pada percobaan penggukuran mistar
3. Bandingkan dari berbagai metode pengukuran mana yang lebih baik
4. Buat analisis dan beri kesimpulan dari percobaan ini
-
Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 13
1. Tujuan Percobaan
Mempelajari penggunaan alat alat ukur untuk pengukuran massa, temperature,
waktu
Mampu menggunakan dan memahami alat alat ukur dasar
Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang
Dapat mengaplikasikan konsep ketidakpastian dan angka berarti dalam
pengolahan hasil pengukuran.
2. Dasar Teori
Neraca Ohaus
Pengukuran massa pada umumnya dilakukan dengan menggunakan neraca. Ada
beberapa jenis neraca, antara lain neraca Ohauss, neraca lengan, neraca langkan, neraca
pasar, neraca tekan, neraca badan, dan neraca elektronik. Salah satu jenis neraca yang
sering digunakan di laboratorium adalah neraca lengan. Neraca ini mempunyai bagian-
bagian penting, antara lain tempat beban, skala yang disertai beban geser, sistem
pengatur khusus dan penunjuk. Ada dua jenis neraca Ohauss, yaitu neraca dua lengan
yang mempunyai batas ketelitian 0,01 g dengan batas mengukur massa 310 g sehingga
disebut neraca Ohauss-310 dan neraca tiga lengan yang mempunyai batas ketelitian 0,1 g
dengan batas mengukur massa 2,610 kg dan disebut neraca Ohauss-2610. Kedua jenis
neraca Ohauss ini sering digunakan di laboratorium.
Termometer
Merupakan sebuah alat ukur yang digunakan untuk mengukur suhu atau temperature.
Istilah thermometer berasal dari bahasa yunani yaitu termos yang berarti panas dan metro
yang berarti ukuran. Termometer menggunakan zat yang mudah berubah sifat akibat
perubahan suhu (sifat termometrik benda). Raksa (Hg) dan Alkohol mudah memuai
akibat perubahan suhu, sifat termometrik inilah yang dipakai pada termometer zat cair.
MDL 02
Penggunaan Alat Alat Ukur 2
-
Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 14
Stopwatch
Stopwatch adalah alat yang digunakan untuk mengukur lamanya waktu yang diperlukan
dalam kegiatan, misalnya: berapa lama sebuah mobil dapat mencapai jarak 60 km, atau
berapa waktu yang dibutuhkan seorang pelari yang dapat mencapai jarak 100 meter.
Stopwatch ada dua macam yaitu stopwatch analog dan stopwatch digital. Stopwatch
analog memiliki batas ketelitian 0,1sekon sedangkan stopwatch digital memiliki batas
ketelitian hingga 0,01s
3. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Neraca Balok bermassa
Termometer Air
Stopwatch Wadah air
Neraca pegas Pemanas air
4. Prosedur Percobaan
4.1 Neraca Ohaus
1. Perhatikan gambar neraca Ohaus berikut :
2. Sebutkan bagian bagian dari gambar neraca Ohaus yang harus ditandai, kemudian
jelaskan fungsi masing masing bagain neraca Ohaus tersebut
Tabel 1 Bagian bagian neraca Ohaus dan fungsinya
No Nama Fungsi
1
2
3
4
5
6
-
Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 15
3. Pada masing masing nomor, sebutkan skala terbesar dan terkecil dan apa
satuannya
4. Bagaimana cara menolkan neraca Ohaus tersebut
5. Ambilah tiga buah benda, kemudian ukurlah massanya dengan menggunakan neraca
Ohaus, kemudian catat hasil pengukurannya dalam table data.
4.2 Neraca Pegas
1. Perhatikan gambar neraca pegas berikut !
2. Sebutkan bagian bagian dari neraca pegas yang ditandai, kemudian jelaskan fungsi
masing masing bagian pegas tersebut!
Tebal 2. Bagian bagian neraca pegas dan fungsinya
No Nama Fungsi
1
2
3
4
5
6
3. Pada gambar neraca pegas diatas, berapah skalai terbesar dan skala terkecil serta
sebutkan satuannya
4. Bagaimana cara menentukan titik nol neraca pegas tersebut
5. Ambillah tiga buah benda, kemudian ukurlah massa dan berat benda benda tersebut
dan catat hasil pengukuran dalam tabel data
-
Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 16
4.3 Thermometer
1. Perhatikan gambar berikut :
2. Berapakah batas ukur thermometer tersebut
3. Berapakah skala terkecil dari thermometer tersebut
4. Berapakah ketelitian pengukuran dari thermometer
5. Jelaskan fungsi benang yang ada pada thermometer
6. Ambillah gelas ukur , isi gelas ukur tersebut dengan air, kemudian ukurlah suhu air
tersebut dengan menggunakan thermometer! Berapakah suhu air tersebut
4.4 Stopwatch
1. Ambillah stopwatch, amatilah kemudian sebutkan bagian bagian yang ada dalam
stopwatch tersebut
2. Berapakah batas maksimum dan minimum tekanan yang ditunjukkan stopwatch
3. Berapakah skala terkecil masing masing bagian skala yang ada dalam stopwatch
tersebut
4. Pegang nadi anda lalu hitung waktu yang dibutuhkan untuk 10 kali denyut nadi.
Nyatakan hasilnya dalam satuan sekon dan jam.
5. Tabel Data
Tabel Data pengukuran massa benda dengan Neraca Ohaus
No Nama Benda Massa (..)
1
2
3
Tabel Data Neraca Pegas
No Nama Benda Massa (..) Berat (.)
1
2
3
-
Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 17
6. Evaluasi
1. Tentukan NST dari neraca Ohaus , neraca pegas, thermometer dan stopwatch
2. Bagaimana menentukan NST dari alat ukur digital
3. Buat analisis dan kesimpulan dari percobaan tersebut
-
Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 18
1. Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan percepatan gravitasi pada suatu tempat dengan
metode gerak jatuh bebas
2. Dasar Teori
Percepatan gravitasi adalah percepatan yang dialami suatu benda berada dalam pengaruh
medan gravitasi. Contoh sehari-hari percepatan Gravitasi adalah apabila sebuah benda dibiarkan tanpa
penyanngga, maka akan jatuh kebawah karena mendapatkan percepatan gravitasi yang berasal dari
medan gravitasi bumi,peristiwa semacam ini di sebut gerak jatu bebas.
Jika sebuah benda jatuh kebawah dalam medan gravitasi bumi dari ketinggian h, maka
benda tersebut akan mengalami percepatan gravitasi g yang konstan.gerak jatuh bebas ini
merupakan gerak dipercepat beraturan. Jika benda jatuh pada saat awal dengan kecepatan
awal,maka kecepatan sesaat benda ....dapat di tulis sebagai berikut
v(t) = g.t (1)
(2)
Untuk mengamati gerak jatuh bebas, bola baja dilekatkan pada sebuah magnet di namis (alat
elektromagnet yang berfungsi sebagai magnet apabila ada tegangan listrik). Pada saat tegangan
elektromagnet dihilangkan, bola dengan masa , akan jatuh dengan percepatan konstan karena gaya
gravitasi atau gaya berat sebesar;
F= m.g (3)
Pada percobaan pertama, waktu pengujukuran secara elektronik dimulai saat bola dilepaskan. Setelah
melewati jarak jatuh h,bola jastuh pada pelat kontak dan waktu pengukuran akan berhenti. Pengukuran
dilakukan dengan variasi ketinggian.Gesekan udara dapat diabaikan selama benda jatuh dan kecepatan
akhir benda tidak terlalu besar.
MDL 03
Gerak Jatuh Bebas
-
Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 19
3. Alat dan Bahan
Alat Bahan
mistar Bola besi
Kabel penghubung stopwatch
Papan pantal
sumber arus
elektromagnet
4. Prosedur Percobaan
1. letakkan Pelat kontak pada jarak 0,2 m dari atas meja.
2. Atur counter digital untuk menghitung waktu dengan satuan milisecond dan reset alat
penghitung waktu ini pada kedudukan nol
3. Pelat kontak dipasang sedemikian rupa sehingga bola baja yang jatuh setelah arus
magnet terhenti akan jatuh tepat di atas bagian pelat kontak. Tegangan untuk penahan
magnet dipilih sekecil mungkin.
4. Gantungkan bola baja pada penahan magnet
5. Jarak s antara permukaan bola baja sebelah bawah dengan permukaan alat kontak
pada posisi tertutup, diukur dengan bantuan mistar tegak vertikal.
6. Tekan tombol morse sesaat dengan kekuatan.
7. Catat waktu jatuh t pada digital counter dan setelah itu digital counter direset ke posisi
nol lagi.
8. Gantungkan kembali bola baja dan ulangi langkah No. 7 sebanyak 10 kali untuk
diambil rata-ratanya
5. Data Percobaan
Pengulangan h (meter) t (sekon) g (m/s2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
-
Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 20
6. Evaluasi
1. Bagaimana pengaruh massa terhadap percepatan gravitasi
2. Sebutkan hal hal yang mempengaruhi gerakan jatuh bebas
3. Bagaimana pengaruh rotasi terhadap nilai g
-
Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 21
1. Tujuan Percobaan
Percoban ini bertujuan untuk menentukan gerak harmonik sederhana dan menentukan
harga percepatan gravitasi pada suatu tempat dengan menggunakan bandul fisis
2. Dasar Teori
Suatu sistem yang terdiri dari sebuah partikel yang bermasa m digantung pada suatu tali
yang tidak mulur dan massanya diabaikan.Apabila susunan ini diberi simpangan
kecil,maka partikel akan berayun. Sistem ini disebut bandul matematis dan berlaku
persamaan :
T= (I)
Dimana : T = Perioda ayunan,sekon
L = panjang tali,meter
g = Percepatan gravitasi ,m/s
Jika benda tidak kecil dan berat ,tali tidak diabaikan . Sistem ini disebut Bandul Fisis dan
berlaku persamaan ;
T = 2 {K + )/(g.a)}. (2)
Dimana :
= Radiusgirasi terhadap pusat massa sistem C
a = jarak pusat massa C dengan ayunan A
a
Gambar 1
MDL - 04
Bandul Fisis
-
Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 22
Jika pada gambar 1 diambil titik pusat perputaran yang berlainan yaitu pada titik pusat
A,dengan jarak didapat periode dan untuk titik pusat B didapat dan ,berlaku
persamaan :
{ )/(8( + ))} + {( - )/8( - ))} = /g ..(3)
Bandul matematis dengan persamaan :
= I / (m.a) = ( + ) / a (4)
Sedangkan I disebut panjang eqivalen.
Jadi bila semua massa bandul fisis dikumpulkan pada suatu sisi dengan jarak dari
poros,maka didapat suatu bandul matematis dengan T sama.
Dari persamaan (2) didapat bahwa supaya garis AB terdapat beberapa buah titik gantung
dengan harga T yang sama (dalam batas-batas tertentu).
Sistem bandul pada percobaan ini terdiri darisatu batang logam panjang berlubang-lubang dan
dua keeping pemberat yang dapat dilepas. Pusat massa C dapat ditentukan dengan mengukur
berat batang logam (anggap homogen) dan berat kedua keeping
3. Alat dan Bahan
1. Bandul fisis
2 . Roll Meter
3. Stop Watch
4. Timbangan
5. busur
-
Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 23
4. Prosedur Percobaan
1. Tentukan,
a. massa batang dan keeping.
b. panjang batang dengan roll meter sebanyak 5 kali.
c. jarak keeping ke ujung atas batang.
d. titik gantung A, ukurlah jarak antara titik A dengan ujung atas batang.
e. titik gantung B, ukur jarak titik B dengan ujung atas batang.
2. Gantungkan batang pada titik gantung A!
3. berikan simpangan awal 50 dan biarkan batang berayun
4. Tentukan waktu ayun untuk 20 ayunan! Lakukan sebanyak 3 kali!
5. Ulangi percobaan untuk titik gantung B!
6. Ambil 3 pasang titik lagi dan ulangi percobaan untuk 3 pasang titik ini.
5. Data Percobaan
a
(cm)
T (sekon) g (m/s2)
-
Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 24
6. Evaluasi
1. Hitunglah panjang batang rata-rata dan simpangannya!
2. Hitunglah jarak titik pusat massa sistem!
3. Hitunglah g masing-masing pasangan!
4. Hitunglah g rata-rata dan simpangannya!
5. Bandingkan g percobaan dengan g di jambi pada literature! (g=9,78 m/ )
-
Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 25
1. Tujuan Percobaan
Mempelajari Gaya Gesek Menentukan koefisien gesek statis dan kinetik suatu benda
2. Dasar Teori
1. Koefisien Gesekan Statis
Beban yang digantungkan melalui suatu katrol akan mengakibatkan adanya tegangan T
pada tali (Gambar 1.1). Besar tegangan ini merupakan gaya yang menarik balok (massa tali
diabaikan). Benda yang berada di atas papan akan mengalami gaya gesekan fs yang arahnya
berlawanan dengan arah gerakan benda.
Gambar 1. Benda balok bergerak di atas permukaan meja
Pada saat balok tepat akan meluncur, besar gaya gesekan fs. Balok mengerjakan gaya
tekan pada permukaan bidang papan, akibatnya permukaan papan melakukan gaya reaksi
(gaya normal N) yang besarnya sama dengan gaya tekan oleh balok tetapi arahnya
berlawanan. Perbandingan besarnya gaya gesekan statis fs maksimum dengan gaya normal N
disebut koefisien gesekan statis s dari permukaan suatu bidang atau
Nf ss (1)
MDL 05
Koefisien Gesek
gmW 11
T
T N
sf
gmW 00
-
Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 26
2. Koefisien gesekan kinetis
Jika benda diletakkan di atas permukaan bidang miring, benda akan meluncur dengan
percepatan tertentu (Gambar 2). Benda akan meluncur bila gaya SinW lebih besar dari gaya
gesekan fs. Pada saat meluncur
sfW Sin (2)
sedangkan gaya normal N besarnya adalah
CosWN (3)
Gambar 2. Benda meluncur di atas permukaan yang miring
Pada Gambar 3 terlihat bahwa balok akan meluncur ke atas bila gaya F lebih besar dari
sfW sin sedangkan gaya normal cosWN .
/
Gambar 3. Benda meluncur ke arah atas bidang miring.
N
sinW cosW
mgW
sf
N
sinW cosW
gmW 0 sf gmF 1
-
Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 27
3. Alat dan Bahan
Papan Luncur
Balok kayu
Tali dan katrol
Seperangkat anak timbangan
Busur derajat dan mistar
4. Prosedur Percobaan
A. Koefisien Gesekan Statis
1. Letakkan papan peluncur pada posisi horizontal seperti Gambar 1. Gunakan
waterpass.
2. Pasang katrol pada salah satu ujung papan.
3. Timbanglah massa balok 0m kemudian ikatkan balok dengan tali
4. Letakkan balok tersebut di atas bidang papan luncur.
5. Beri beban 1m pada tali. Beban merupakan gaya yang bekerja pada balok. Catat hasil
pengamatan pada tabel data
6. Tambahkan massa beban '1m pada 1m secara bertahap sampai balok tepat pada saat
meluncur (lakukan 5 kali).
B. Koefisien Gesekan Kinetis
1. Timbanglah massa balok 0m dan letakkan balok di atas bidang papan peluncur
yang miring (Gambar 3).
2. Beri beban 1m pada tali. Beban merupakan gaya yang bekerja pada balok.
3. Tambahkan massa beban '1m pada 1m secara bertahap sampai balok tepat
meluncur. Amati dengan teliti gerakan balok dan ukur waktu lamanya balok
meluncur di atas bidang miring (lakukan 5 kali).
4. Tentukan juga panjang bidang miring yang dilalui oleh balok daan ulangi
percobaan lima kali dengan mengubah kemiringan papan.
5. Catat semua data pengamatan pada Tabel data
-
Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 28
5. Data Percobaan
Koefisian gesekan statis
No Massa Balok
(gram)
Beban
(gram)
Percepatan
gravitasi
Gaya yang bekerja
(Newton)
Koefesien Gesek
Koefisien gesekan kinetis
No Massa Balok
(gram)
Beban
(gram)
Percepatan
gravitasi
Gaya yang bekerja
(Newton)
Koefesien Gesek
6. Evaluasi
A. Koefisien gesekan statis
1. Plotlah grafik hubungan antara gaya tegangan pada tali T dengan gaya normal N.
2. Tentukan koefisien gesekan statis dari grafik.
B. Koefisien gesekan kinetis
1. Plotlah grafik hubungan antara gaya penggerak F dengan gaya normal N.
2. Tentukan koefisien gesekan kinetis dari grafik.
Catatan: Grafik harus digambar pada kertas millimeter.
-
Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 29
1. Tujuan Percobaan
Memahami hokum hooke
Mementukan modulus elastisitas young
2. Dasar Teori
Apabila sepotong kawat homogen yang panjangnya L dan luas penampangnya ditarik
oleh sebuah gaya F, maka kawat itu akan bertambah panjang sebesar L. Selama tegangan
F/A tidak melebihi harga batas kesetimbangan, maka regangan jenis AL/L adalah
sebanding dengan F/A yang secara matematis ditulis :
Dimana : = modulus elastisitas Youngs
Persamaan ini disebut dengan Hukum Hooke dan nilai dalan
persamaan ini berbeda beda setiap material. Prinsip percobaan ini
adalah mengadakan daya tarik pada sepotong kawat, yang panjang
dan luas penampang diketahui. Dari persamaan dapat dihitung
dihitung :
Dari persamaan di atas juga didapat (
) atau
Dimana
= konstanta . dari persamaan F = C.L ini terlihat
ada hubungan linier antara gaya F dengan tambahan panjang L dan
ini hanya berlaku dalam batas keseimbangan saja.
MDL 06
Modulus Young
-
Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 30
3. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Aparat yaoungs eksperiment Beban bermassa
anak timbangan
Micrometer skrup
Meteran / penggaris
4. Prosedur Percobaan
1. Ukurlah diameter kawat dengan micrometer skrup dan panjang kawat dengan
meteran
2. Gantungkan beban standard dan beban lain, masing masing pada penggantungnya
3. Atur kedudukan seimbang kedua kawat itu dengan menggunakan waterpas
4. Berikan tambahan beban pada kawat yang akan diperiksa
5. Tiap tiap kali penambahan beban, catatlah L dengan mempergunakan micrometer
dan mengatur waterpas
6. Lakukan percobaan (5) dengan pengurangan beban dari yang besar sampai kepada
yang kecil.
5. Data Percobaan
Diameter
(cm)
A
(cm)
L0 (cm)
F
(dyne)
L
(cm)
Y
(dyne/cm)
6. Evaluasi
1. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan daerah elastisitas dan dearah inelastisitas
2. Jabarkan persamaan diatas sebingga diperoleh modulus elastisitas yaoungs itu
3. Buatlah grafik F vs L dan carilah modulus elastisitas Youngs dengan menggunakan
grafik tersebut
4. Apa yang dimaksud dengan elastisitas youngs
-
Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 31
1. Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan viskositas zat alir dengan menggunakan
metoda stokes
2. Dasar Teori
Viskositas alir menurut stokes dapat ditentukan dengan persamaan :
Dimana :
r = jari jari bola (mm)
g = percepatan gravitasi (cm/s2)
= massa jenis bola (gr/cc)
0 = massa jenis zat alir (gr/cc)
v = kecepatan bola (cm/s)
h = tinggi jatuh diukur bola jatuh dalam zat alir
dengan kecepatan tetap
t = waktu jatuh (s)
= kekentalan zat alir (poisse)
perlu diingat bahwa pengukuran kecepatan bola tersebut setelah bola itu jatuh dengan
kecepatan tetap. Kecepatan tetap akan tercapai apabila gaya berat bola = gaya apung + gaya
gesekan antara bola dengan zat alir.
Jadi : W = B + R
MDL 07
Viskositas Zat Alir
-
Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 32
3. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Tabung kaca Bola / kelereng
Stopwatch Oli
Mistar
Jangka sorong
Alat penaikkan bola
4. Prosedur Percobaan
1. Susun alat sesuai dengan percobaan
2. Ukur jari jari dan massa jenis dari bola jatuh
3. Tentukan massa jenis dari zat alir
4. Jatuhkan bola secara perlahan lahan diatas permukaan zat alir dalam tabung
5. Setelah kira kira 5 cm dari permukaan zat alir dalam tabung, lalu tekan tombol
stopwatch dan setelah sampai di dasar tabung hentikan stopwatch. Catat waktu
jatuhnya dan ukur jarak yang ditempuh bola sejak awal penekanan tombol stopwatch
sampai ke dasar tabung, lakukan sebanyak 5 kali.
6. Tentukan v dari no 5
7. Ulangi percobaan 4 dan 5 beberapa kali untuk mendapatkan v
8. gunakan persamaan diatas untuk menghitung kekentalan zat alir setiap harga v yang
diperoleh
5. Data Percobaan
Massa bola : massa minyak : ..
Volume bola : Volume minyak : ..
Massa Jenis bola : . Massa jenis minyak : ..
Pengulangan h t v
1
2
3
4
5
-
Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 33
6. Evaluasi
1. Hal hal apakah yang mempengaruhi viskositas
2. Tunjukkan dengan persamaan bahwa jenis aliran itu tergantung pada viskositas zat alir
yang mengalir
3. Apakah yang dimaksud dengan SAE
4. Buat analisis dan kesimpulan dari percobaan tersebut
-
Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 34
1. Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan jarak pancar zat cair yang mengalir dan
menentukan volume atau debit zat cair yang mengalir
2. Dasar Teori
Hidrodinamika adalah ilmu yang mempelajari tentang zat cair yang bergerak.
Persamaan Bernoulli merumuskan hubungan antara tekanan, kecepatan dan tinggi tempat
suatu arus zat yang bergerak (mengalir) sebagai berikut:
P1 + P . V2 + p.g.h = p2 (1)
Karena kedua permukaan zat cair tersebeut berhubungan dengan udara luar,
P1=P2=P3= Tekanan udara luar (2)
Jadi,
P . V2 + p.g.h = P . V
22 + p.g.h2 (3)
V1 = kecepatan turunnya zat cair dalam bejana, dan harganya sangat kecil sehingga
dapat diabaikan maka V1 = 0. Dengan demikian diperoleh :
V2 = 2. G. h (4)
Debit air adalah banyaknya air yang mengalir pada suatu pembuluh tertentu dengan
luas penampang A, yang dirumuskan sebagai:
Q = V.A (5)
Untuk menentukan besar volume air yang keluar dari lubang pembuluh/ penampang
dalam jangka waktu (t) tertentu digunakan sebagai berikut :
V = Q.t (6)
Mistar
x
Gambar Tabung Bonanza
MDL 08
Hidrodinamika
AIR
A
-
Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 35
3. Alat dan Bahan
Tabung Bonanza
Stopwatch
Mistar
Ember plastik
Gayung
Jangka sorong
Air
Serbet
4. Prosedur Percobaan
a) Menyiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan.
b) Memberi lubang kecil pada Tabung Bonanza yang dapat ditentukan luas
penampangnya dan mengukur diameter.
c) Memasukkan air ke dalam tabung, sebelumnya menutup lubang dengan jari-jari
tangan hingga tak mengalir.
d) Mengukur tinggi permukaan air dari dasar tabung (H).
e) Melepaskan jari dari lubang tabung tersebut, bersamaan dengan itu menjalankan
stopwatch.
f) Mencatat waktu yang diperlukan sampai zat cair itu berhenti mengalir.
g) Mengukur jarak pancar air pertama yang mengalir keluar dengan mistar yang telah
disiapkan di dasar tabung.
h) Melakukan prosedur c sampai dengan f dengan 3 kali ulangan.
i) Mengulangi percobaan untuk tinggi air yang berbeda.
j) Mencatat hasil pengamatan pada suatu tabel.
-
Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 36
5. Data Percobaan
Tinggi air (h)
(cm)
Diameter (cm) Jarak (x) (cm) Waktu (t) (cm)
Tabung A1 Tabung A1 Tabung A1 Tabung A1
1x = 1t =
2x = 2t =
3x = 3t =
Tabung A2 Tabung A2 Tabung A2 Tabung A2
1x = 1t =
1x = 1t =
1x = 1t =
6. Evaluasi
1. Hitunglah kecepatan air yang mengalir , debit air dan volume air yang keluar
2. Buatlah kesimpulan yang didapat dari percobaan yang dilakukan
-
Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 37
1. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari ataupun memahami lebih lanjut
tentang konsep konsep dasar yang berkenan dengan gaya, gerakan gerakan titik
materi, energy, momentum dan tumbukan.
2. Dasar Teori
Apabila blower dihidupkan maka udara dari dalam tangki blower akan mengalir ke air
track lewat pipa (selang) yang telah dipersiapkan untuk itu. Apabila udara telah mengalir
maka kendaraan air track yang akan bergerak dengan lancer tanpa gesekan.
Kecepatan air track dapat diketahui dengan persamaan :
dimana : s = panjang kendaraan
t = waktu
percepatan kendaraan air tracj diperhitungkan sebagai berikut : usaha untuk
menggerakkan kendaraan air track sejauh ds adalah
(
)
MDL 09
Liniear Air Track
-
Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 38
Gaya, besarnya gaya yang bekerja pada kendaraan air track dihitungkan dengan
persamaan F=m.a, dimana m = massa kendaraan air track
s = f(t), artinya jarak = fungsi dari waktu. Dengan jarak gerakkan kendaraan Air Track,
tiap slang waktu tertentu dapat di ketahui posisinya di sepanjang Air Track itu, lantas
dapat dibuatkan grafiknya.
s = f(t) dapat ditentukan setelah data kita ambil sebagai berikut :
Pada saat t = t1 jarak yang ditempuh oleh sebuah titik materi = S1
Pada saat t = t2 jarak yang ditempuh oleh sebuah titik materi = S2
Pada saat t = t3 jarak yang ditempuh oleh sebuah titik materi = S3
Pada saat t = t4 jarak yang ditempuh oleh sebuah titik materi = S4
Bila s = f(t) maka dengan menggunakan hitungan differensiasi dapat diperoleh
Dan besarnya energy kinetis kendaraan Air Track dapat dinyatakan dengan
Momentum linier adalah p = m.v
-
Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 39
3. Alat dan Bahan
Linier Air Track Kertas karton putih
Stopwatch Mistar
Kendaraan Air Track Ketapel kecil
Pita ukur
4. Prosedur Percobaan
1. Setelah semua peralatan yang dibutuhkan sebagaimana mestinya
2. Pasanglah dengan baik
2.1 pipa (slang) plastic yang hubungkan blower dengan air track
2.2 kertas karton pada kendaraan air track dengan menggunakan palsticine. Kendaraan
ini belum boleh ditaruh pada air track
2.3 kabel penghubung antara blower dan sumber listrik (PLN) atau antara digital timer
dengan sumber listriknya
2.4 katapel pada kedua penyangga di ujung dengan pangkal air track
2.5 photodiode gate antara kedua ujung air track dan persis di atas sumbu air track itu
2.6 kabel penghubung antara photodiode ke digital timer serta antara photodiode ke
sumber tegangan 2V
3. hidupkan blower
4. bersihkan pertemuan air track kertas tissue
5. hidupkan digital timer dan Nol-kan angkanya
6. letakkan kendaraan air track ( yang telah pakai kertas karton putih) secara pelan
pelan ke atas air track itu di sebelah ujung kirinya. Jika mengambil kendaraan air track
itu, hendaknya dalam keadaan blower sedang bekerja
7. amatilah gerakannya kendaraan air track itu, sesampainya ujung kanan kertas karton
putih meninggalkan photodiode gate, maka bacalah angka yang ditunjukkan oleh
digital timer, angka ini = t dalam rumus
8. jika panjang kendaraan telah diketahui maka carilah kecepatan kendaraan itu
9. tentukan percepatan dan gaya yang bekerja pada kendaraan air track (note : dalam hal
ini boleh menggunakan dua buah photodiode)
-
Penuntun Pratikum FisDas 1 Page 40
10. ambilah selang waktu (dengan stopwatch biasa) selama 10s, tiap selang waktu 10s,
amati jarak yang ditempuh oleh kendaraan Air Track itu, buatlah grafik s f(t)
11. dari f = f(t) tadi, tentukan kecepatan sesaat dan percepatan sesaat gaya yang bekerja
pada kendaraan Air Track, serta hitung energy kinetiknya dan momentum linearnya
5. Data Percobaan
Tabel data 1 : menentukan kecepatan
Panjang kendaraan = .. cm
No Lintasan Kiri Lintasan Kanan
Jarak waktu Jarak waktu
1
2
3
4
5
Rata rata (v) kiri = .. kanan = ..
Tabel 2 : menentuksn percepatan (a), gaya (F) dan Energi Potensia (EK)
Massa kendaraan : gram
No Jarak I Kec I Jarak II Kec II a F EK
1
2
3
4
5
Tabel 3 : menentukan Jarak tempuh dengan fungsi waktu {S = f(t)}
No T1 S1 T2 S2 T3 S3 T4 S4 1
2
3
4
5
6. Evaluasi
1. Bagaimana cara mendapatkan kecepatan rata rata dari kendaraan Air Track
2. Bagaimana cara mendapatkan percepatan rata rata dari kendaraan Air Track
3. Mengapa Air Track diletakkan horizontal
-
DAFTAR PUSTAKA
Djonoputro, Drs. Darmawan B., Teori ketidak pastian, Penerbit ITB.
Beers, Introduction to the theory of Error.
Baird, EXPERIMENTATION : An introduction to measurement Theory and
Experimen Design.
Tyler, A Laboratory manual of Physisc
Alfonso, M and Finn, E.D. 1980. Fundamental Uneversity Phisics, Vol 1 and 2. New
York : Addison-Wesley Publishing Company Inc.
Sears, F.W. and Zamansky, 1986. University Phisisc. New York : Addison-Wesley
Publishing Company Inc
Sutrisno. 1986. Seri Fisika Dasar. Bandung: Penerbit ITB.
cover.pdfPage 1