pengembangan penuntun praktikum fisika dasar i … pengembangan penu… · praktikum fisika dasar...
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I BERBASIS KPS
DAN PBL PADA MATERI KERAPATAN
Astalini1), Darmaji2) dan Peni Sefiah Indrawati3)
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jambi
e-mail: [email protected]
Abstrak: Keterampilan Proses sains dapat dilihat dari kegiatan praktikum yang
dapat ditunjang menggunakan penuntun praktikum berbasis Problem Based
Learning. Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah mengembangkan
penuntun praktikum Fisika Dasar I berbasis keterampilan proses sains dengan
menggunakan model Problem Based Learning pada materi kerapatan dan
mengetahui respons mahasiswa terhadap penuntun praktikum tersebut. Penelitian
ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and Development) dengan
menggunakan model ADDIE. Subjek uji coba kelompok kecil pada penelitian ini
adalah mahasis wa Pendidikan Fisika yang telah mengontrak Fisika Dasar I.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah angket validasi ahli, angket
respon mahasiswa dan lembar observasi. Hasil penelitian menyatakan bahwa
penuntun praktikum telah sesuai dengan RPS, langkah-langkah pada model
Problem Based Learning dan keterampilan proses sains. Desain penuntun praktikum
berupa warna, gambar dan urutan penyajian telah sesuai. Hasil uji respon
terhadap penuntun praktikum secara keseluruhan sebesar 3,07 dengan kategori
baik sehingga penuntun praktikum dinyatakan valid dan layak digunakan.
Kata Kunci: Penuntun Praktikum, KPS, PBL, Kerapatan
Abstrak: Science Proses Skills can be seen from practicum activities that can be supported by
using a practical guide based on Problem Based Learning. The purpose of this research is to
develop guiding practicum of fundamental physic I based on science process skill by using
Problem Based Learning model on density topic and to know the student's response to the
practicum guide. This research is a research and development (Research and Development) by
using ADDIE model. The subjects of small group trials in this study were Physics Education
students who had contracted Fundamental Physics I. The instruments of data collection used
were expert validation questionnaires, student response questionnaires and observation
sheets. The results stated that the practical guides have been in accordance with RPS, the
steps in the Problem Based Learning model and the science process skills. Practical guiding
design in the form of color, picture and order of presentation is appropriate. The result of the
response test toward the lab manual as a whole is 3.07 with good category so that the
practicum guide is valid and feasible to be used.
Keyword: guide practical, KPS, PBL, Density
About the Author : Astalini dan Darmaji adalah dosen pendidikan Fisika Universitas
Jambi sedangkan Peni Sefiah Indrawati adalah mahasiswa
pendidikan Fisika Universitas Jambi. Penulis dapat dihubungi
melalui e-mail berikut [email protected]
Pendahuluan
Mata kuliah wajib merupakan mata
kuliah yang harus diambil oleh
mahasiswa yang terdiri dari mata
kuliah wajib Universitas, wajib
Fakultas, dan wajib Program Studi.
Salah satu mata kuliah wajib Program
Studi Pendidikan Fisika adalah Fisika
Dasar I yang di dalamnya terdapat
praktikum Fisika Dasar I. Isi
praktikumnya adalah pengenalan
berbagai alat ukur dan melatih cara
menggunakannya, mengenalkan
dasar-dasar eksperimentasi dan
melatih menggunakannya dalam
praktikum, serta mengembangkan
strategi kognitif yang menunjang
pemahaman mata kuliah Fisika Dasar
I.
Menurut Kustijono (2011),
dalam program studi pendidikan
fisika kegiatan
laboratorium/praktikum mutlak ada
karena merupakan penunjang dalam
menambah pemahaman konsep fisika.
Menurut Santiani (2011:3), fisika
merupakan proses dan produk. Proses
yang dimaksud di sini adalah proses
melalui kerja ilmiah. Proses melalui
kerja ilmiah ini dapat dikembangkan
melalui pendekatan keterampilan
proses sains. Rezba, et. al (1995)
mengatakan bahwa keterampilan
proses sains adalah, “They are the things
that scientists do when they study and
investigate.”
Behera (2014) mengatakan
bahwa, “Process of science refers to what
scientists do i.e., the way they locate
information, learn through observation,
experimentation, develop hypotheses, test
hypotheses and communicate their ideas to
others”. Keterampilan proses sains
terbagi menjadi dua, Keil, dkk (2008) re-
emphasized that science processing
includes both basic and integrated skills.
Keterampilan proses sains
mahasiswa dapat dilihat dari kegiatan
praktikum. Hal itu sesuai dengan
pendapat Lavinghousez (1973) dalam
Burak, et. al (2012) bahwa, “The best
way to measure the SPS of students is
laboratory reports, oral presentations and
observation”. Hal itu dapat diperoleh
mahasiswa Program Studi Pendidikan
Fisika saat melakukan praktikum
Fisika Dasar I sebagai kemampuan
dasar untuk mengajar di sekolah
menengah.
Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan oleh Kuswanto (2017)
pada materi kerapatan, keterampilan
proses sains mahasiswa dalam
praktikum materi kerapatan masih
sangat rendah. Padahal, menurut
Santiani (2011), seharusnya praktikum
menjadi proses menumbuhkan dan
membentuk kemampuan dalam kerja
ilmiah mulai dari menentukan
masalah, mengembangkan hipotesis
atau pertanyaan-pertanyaan,
merancang percobaan, melakukan
pengamatan untuk menjawab
pertanyaan dan menarik kesimpulan
melalui penuntun praktikum yang
digunakan.
Saat ini, penuntun yang
digunakan oleh mahasiswa program
studi Pendidikan Fisika Universitas
Jambi merupakan penuntun
praktikum yang belum menggunakan
model dan keterampilan proses sains
yang terarah, sehingga salah satu
upaya untuk meningkatkan
keterampilan proses sains mahasiswa
pada praktikum Fisika Dasar I adalah
dengan membuat penuntun praktikum
menggunakan model pembelajaran
yang mampu meningkatkan
keterampilan proses sains mahasiswa.
Menurut Purba (2015:10), salah
satu model pembelajaran yang
melibatkan keaktifan mahasiswa
untuk meningkatkan keterampilan
proses sainsnya adalah dengan model
problem based learning (PBL). Inel &
Balim (2010) said that, it can be argued
that the use of the problem-based learning
method in science teaching is more
effective in enhancing students’ ability to
learn the concepts by constructing them in
their minds, rather than simply using the
science and technology curriculum. Hal
itu sesuai dengan hasil penelitian
Sagala, dkk (2017), bahwa, “Skills of
students' science processes taught with
problem-based learning model is better
than students taught by conventional
learning in physics learning”. Turan and
Demirel (2011) said that Implementing
learner-centered approaches in early stage
of education might be helpful in
attaining life-long learning skills and
affective attributes.
Dengan demikian, perlu
dikembangkan penuntun praktikum
Fisika dasar I berbasis keterampilan
proses sains dengan menggunakan
model PBL pada materi kerapatan.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hasil dan respons
mahasiswa terhadap penuntun
praktikum yang telah dikembangkan.
Hasil dari pengembangan penuntun
ini dapat dimanfaatkan bagi
mahasiswa, asisten dosen dan
universitas.
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian
dan pengembangan (research and
development) dengan menggunakan
model ADDIE. Langkah-langkah yang
dilakukan dalam penelitian bahan ajar
berdasarkan konsep ADDIE (Analyze,
Design, Development, Implement, and
Evaluation) dapat dilihat pada gambar
berikut:
Gambar 1 Langkah-langkah model
ADDIE (Branch, 2009)
1. Analisis
Tahapan yang dilakukan dalam
tahap analisis ini adalah sebagai
berikut:
a. Analisis kurikulum
Pada tahap ini, peneliti
menganalisis kurikulum dan
keterampilan proses sains yang
dimiliki mahasiswa.
Kurikulum yang digunakan
dalam Universitas Jambi
mengacu pada KKNI. Setiap
jenjang KKNI bersesuaian
dengan level capaian
pembelajaran (learning
outcomes) program studi pada
jenjang tertentu. Analisis
kurikulum ini peneliti gunakan
sebagai acuan awal dalam
pembuatan penuntun
praktikum.
b. Analisis materi
Pada penelitian ini, peneliti
mengambil materi kerapatan.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Kuswanto
(2017) keterampilan proses
sains yang dimiliki mahasiswa
pendidikan fisika saat
melakukan praktikum
kerapatam masih sangat
rendah, sehingga peneliti
berkeinginan mengembangkan
penuntun praktikum Fisika
Dasar I berbasis keterampilan
proses yang dimiliki
mahasiswa pendidikan fisika
Universitas Jambi.
c. Analisis penuntun praktikum
Penuntun praktikum Fisika
Dasar yang digunakan
mahasiswa pendidikan fisika
saat ini memiliki keterampilan
proses yang belum terstruktur
dan tidak memiliki model,
sehingga peneliti merasa perlu
mengembangkan penuntun
praktikum Fisika Dasar
berbasis keterampilan proses
sains mahasiswa pada materi
kerapatan yang didalamnya
mengandung keterampilan
proses yang lebih terstruktur
dengan menggunakan model
PBL.
d. Studi literatur
Studi literatur dilakukan
dengan cara mengumpulkan
informasi yang dapat
digunakan sebagai referensi
untuk mendesain dan
mengembangkan produk
melalui buku sumber ataupun
jurnal pendidikan. Langkah
yang dilakukan peneliti adalah
melengkapi kajian pustaka
yang berhubungan dengan
penelitian dan sumber-sumber
yang dapat mendukung
pembuatan produk.
2. Desain
Desain dari penuntun praktikum
dasar I yang dikembangkan terdiri
dari:
1. Cover
2. Kata pengantar
3. Pedoman praktikum
4. Tujuan praktikum
5. Alat dan bahan
6. Permasalahan
7. Hipotesis
8. Sintaks mengumpulkan data
dan penyelidikan
9. Analisis data
10. Sintaks mengembangkan dan
menyajikan
11. Analisis dan evaluasi
12. Daftar pustaka.
Isi atau konten dalam penuntun
praktikum mulai dari menentukan
alat dan bahan sampai tahap
evaluasi yang peneliti
kembangkan mengandung
keterampilan proses sains dasar
dan terintegrasi dengan sintaks
PBL.
3. Pengembangan
Pada tahap ini peneliti
menyusun penuntun praktikum
Fisika Dasar berdasarkan
informasi yang telah diperoleh
dari berbagai tahap
sebelumnya. Peneliti
memodifikasi penuntun
praktikum Fisika Dasar I
berdasarkan prosedur yang
mengandung keterampilan
proses sains mahasiswa dan
sintaks PBL. Selanjutnya
penuntun praktikum Fisika
Dasar I berbasis keterampilan
proses sains dengan
menggunakan model PBL
divalidasi terlebih dahulu
kepada para ahli, yakni ahli
materi dan ahli media. Setelah
mendapat validasi dan layak
untuk digunakan sebagai
perangkat pembelajaran, maka
uji coba akan dilakukan.
4. Implementasi
Menurut Branch (2009), tujuan
implementasi adalah
menyiapkan pembelajaran
dalam lingkungan dan
memperkenalkan pada siswa.
Pada tahap ini dilakukan uji
coba kelompok kecil. Uji coba
dilakukan pada kelompok kecil
untuk mengetahui respon
mahasiswa terhadap penuntun
yang telah penulis buat. Uji
coba dilakukan kepada
mahasiswa yang telah
mengikuti praktikum Fisika
Dasar I sebanyak 10 orang.
5. Evaluasi
Evaluasi dapat didefinisikan
sebagai suatu proses yang
dilakukan untuk memberikan
nilai terhadap penuntun
praktikum Fisika Dasar yang
telah dibuat. Hasil evaluasi
nantinya digunakan sebagai
bahan revisi sebuah penuntun
praktikum Fisika Dasar I.
Uji Coba produk
1. Desain uji coba
Gambar 3 Desain uji coba
produk yang dikembangkan
2. Subjek uji coba
Subjek uji coba penelitian ini
adalah mahasiswa Program
Studi Pendidikan Fisika
yang telah mengontrak mata
kuliah Fisika Dasar I
sebanyak 10 mahasiswa.
3. Jenis data
Jenis data pada penelitian ini
terdiri dari data kualitatif
dan data kuantitatif. Data
kuantitatif diperoleh dari
lembar validasi yang diisi
oleh dosen ahli dan angket
yang disebarkan kepada
mahasiswa untuk
mengetahui respon
mahasiswa terhadap
penuntun yang telah dibuat
kualitatif merupakan data
yang diperoleh dari lembar
validasi berupa saran dan
pernyataan oleh dosen ahli
mengenai penuntun
praktikum Fisika Dasar I.
4. Instrumen pengumpul data
a. Lembar validasi
Lembar validasi dinilai
dengan data kualitatif
dengan mengunakan
lembar angket validasi.
Produk awal
Validasi
Revisi I Uji coba
kelompok kecil
Revisi II Produk Akhir
Para ahli dapat mengisi
lembar angket validasi
dengan menjawab
pertanyaan pada lembar
validasi untuk menilai
penuntun praktikum
Fisika Dasar I yang telah
dibuat. Lembar validasi
diberikan kepada ahli
media dan ahli materi.
b. Angket respon
Dalam penelitian ini
penulis menggunakan
angket respon sebagai
instrumen pengumpulan
data. Pada angket respon
mahasiswa, data yang
diperoleh dinilai dengan
skala Likert. Menurut
Sugiyono (2014 : 134)
skala likert merupakan
skala yang digunakan
untuk mengukur sikap,
pendapat, dan respon
seseorang atau
sekelompok orang
tentang fenomena sosial.
Kategori penilaian yang
digunakan dalam
penelitian ini adalah
sangat baik, baik, tidak
baik, dan sangat tidak
baik. Untuk keperluan
analisis kuantitatif
jawaban pada skala likert
dapat diberi skor dan
dibuat dalam bentuk
checklist.
5. Teknik analisis data
a. Analisis validitas
penuntun praktikum
Analisis data dilakukan
dengan mengumpulkan
data berdasarkan saran
dan komentar dari
validator. Selanjutnya
hasil data yang diperoleh
dalam bentuk tekstural
dianalisis dan dijadikan
sebagai pertimbangan
dalam melakukan revisi
produk yang dibuat dan
begitu seterusnya
kemudian akan berakhir
jika tim ahli menyatakan
bahan ajar ini layak
diproduksi tanpa revisi.
b. Analisis angket respon
Analisis reliabilitas
Analisis reliabilitas
dilakukan dengan
menggunakan SPSS 21.
Analisis Skala
Data analisis dengan
skala diperoleh dari
angket respon
mahasiswa. Dalam
pembuatan skala likert,
peneliti membuat
beberapa pertanyaan
yang berhubungan
dengan suatu isu atau
objek, lalu subjek atau
responden diminta untuk
memberi respon
terhadap masing-masing
pertanyaan. Pilihan
jawaban yang disediakan
sangat baik, baik, tidak
baik dan sangat tidak
baik. Jawaban diisi
dengan memberikan skor
1 s.d 4 pada setiap
pertanyaan. Adapun
skala yang digunakan
pada angket respon ini
yaitu angket dengan
skala empat. Untuk
keperluan analisis
kuantitatif, jawaban itu
dapat diberi skor sebagai
berikut:
Tabel 1 Skala Angket Respon
N
o
kriteria Skor
1. Sangat baik 4
2. Baik 3
3. Tidak baik 2
4. Sangat tidak
baik
1
Hasil Pengembangan
1. Tahap analisis
a. Analisis kurikulum
Kurikulum pendidikan tinggi
dikembangkan oleh setiap
perguruan tinggi dengan mengacu
pada Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia. Pada
kurikulum Program Studi
Pendidikan Fisika tahun 2015,
lulusan yang diharapkan yaitu
memiliki berbagai profil
kompetensi salah satunya adalah
keterampilan praktis. Di dalam
profil keterampilan praktis
tersebut, terdapat kompetensi-
kompetensi lululusan diantaranya
mampu berpikir deduktif,
induktif, logis, analisis, terstruktur,
sistematis, kritis, kreatif dan
inovatif, secara efektif dalam
menyelesaikan masalah;
Menguasai materi, struktur, dan
konsep yang mendukung
pelajaran fisika; dan masih ada
beberapa kompetensi lainnya. Di
dalam keterampilan praktis juga
mengandung aspek-aspek
keterampilan proses sains. Pada
deskripsi KKNI untuk Peta
Kompetensi Lulusan Prodi Fisika,
keterampilan praktis berada pada
keterampilan bidang kerja, artinya
keterampilan praktis dapat
dikuasai melalui kegiatan praktik
sehingga melalui kegiatan praktik
mahasiswa dapat
mengembangkan keterampilan
praktisnya.
b. Analisis materi
Pada penelitian ini, peneliti
mengambil materi kerapatan.
Hal ini dikarenakan materi
kerapatan banyak terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian untuk
mempermudah pemahaman
mengenai kerapatan
diperlukan praktikum. Selain
itu, berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Kuswanto
(2017) keterampilan proses
sains yang dimiliki mahasiswa
pendidikan fisika saat
melakukan praktikum
kerapatam masih sangat
rendah, sehingga perlu
dikembangkan penuntun
praktikum Fisika Dasar I yang
mampu meningkatkan
keterampilan proses sains
mahasiswa Pendidikan Fisika.
Buyuktaskapu, et. al (2012) said
that, In this study point out that
Processing Skills necessary for
children to do scientific research
can be acquired as early as pre-
school period and that a science
programs based on constructivist
approach to develop research skills
can be developed.
c. Analisis penuntun praktikum
Penuntun praktikum Fisika
Dasar yang digunakan
mahasiswa pendidikan fisika
saat ini memiliki keterampilan
proses yang belum terstruktur,
sehingga perlu dikembangkan
penuntun praktikum Fisika
Dasar berbasis keterampilan
proses sains mahasiswa pada
materi kerapatan yang di
dalamnya mengandung
keterampilan proses yang lebih
terstruktur. Penuntun
praktikum Fisika Dasar I yang
digunakan saat ini belum
menggunakan model
pembelajaran, sehingga perlu
dikembangkan penuntun yang
mampu meningkatkan
keterampilan proses sains
dengan menggunakan model
Problem Based Learning (PBL).
Terekedere (2014) said that, Some
of features (learning style,
decision-making behavior, type of
multiple intelligence) could reveal
more clearly the effectiveness of
PBL. Dagyar & Demirel (2015)
said that, it is thought that PBL’s
effectiveness on student
achievement can be increased.
d. Studi literatur
Studi literatur dilakukan
dengan mengumpulkan
informasi yang dapat
digunakan sebagai bahan
untuk mendesain dan
mengembangkan produk
melalui buku sumber ataupun
jurnal pendidikan. Berdasarkan
studi literatur diketahui bahwa
Penuntun Praktikum adalah
petunjuk atau pedoman yang
digunakan dalam kegiatan
praktikum.
2. Desain
Pada tahapan desain, peneliti
membuat rancangan dari
penuntun praktikum yang akan
dikembangkan. Penuntun
Praktikum dirancang sesuai
dengan hasil analisis yang telah
dilakukan, di mana rancangan
disesuaikan dengan kebutuhan
mahasiswa, kurikulum dan
capaian pembelajaran yang ingin
dicapai.
3. Pengembangan
Tahapan Development merupakan
tahapan produksi, segala sesuatu
yang telah dibuat dalam tahapan
desain menjadi nyata. Langkah-
langkah dalam tahapan ini di
antaranya adalah membuat objek-
objek belajar seperti dokumen teks,
gambar dan sebagainya, membuat
dokumen-dokumen tambahan
yang mendukung (Amri, 2015).
Tahap ini adalah penjabaran dari
spesifikasi produk yang dihasilkan
yakni penuntun praktikum Fisika
dasar I berbasis keterampilan
proses sains dengan menggunakan
model Problem Based Learning pada
materi kerapatan. Setelah produk
selesai dikembangkan, kemudian
dilakukan validasi ahli materi dan
ahli desaian oleh validator.
4. Implementasi
Pada tahap ini penulis melakukan
implemantasi pada kelompok
kecil, yaitu dengan jumlah subjek
uji coba sebanyak 10 mahasiswa
yang terdiri dari mahasiswa
angkatan 2013, 2014 dan 2015.
5. Evaluasi
Revisi dilakukan berdasarkan
saran yang telah diberikan oleh
dua orang validator dan
responden. Berdasarkan saran dan
komentar tersebut, penulis
memperbaiki penuntun yang
dikembangkan hingga akhirnya
dinyatakan valid oleh validator.
Analisis Data
1. Lembar validasi
Pada penelitian ini, validasi
dilakukan oleh 2 validator yang
merupakan ahli media dan ahli
materi. Pada tahap validasi
produk yang dikembangkan,
mula-mula penulis melakukan
validasi materi penuntun
praktikum kepada ahli materi
yang merupakan dosen
pendidikan fisika Universitas
Jambi yang kemudian dilanjutkan
dengan validasi media kepada ahli
media yang merupakan dosen
Pendidikan Fisika Universitas
Jambi juga. Validasi materi
dilakukan dalam tiga tahap dan
validasi media dilakukan 1 kali
validasi.
Adapun hasil revisi dari validator
adalah sebagai berikut:
1. Ada beberapa kalimat yang
diubah susunan katanya
ditambah ataupun dikurangi
agar menjadi kalimat yang
susunannya baik dan
mudah dipahami.
2. Ada ketidaksesuian antara
sanksi yang diberikan
dengan kesalahan yang
dilakukan oleh praktikan,
yaitu sanksi keterlambatan
harus direvisi dan
disesuaikan.
3. Untuk istilah penting yang
ada dalam tata tertib kurang
sesuai, sehingga harus
diperbaiki.
4. Gambar format cover laporan
akhir harus diperbesar.
5. Kata “kalian” yang
digunakan dalam penuntun
diganti dengan “Anda”.
6. Warna pada subjudul pada
hak, ketentuan dan tata
tertib praktikum kurang
kontras
7. Masih ada beberapa
ketentuan yang tumpang
tindih, sehingga perlu
diperbaiki.
8. Pada format laporan awal
harus ada kalimat
penghubung antara
subjudul dengan kalimat
setelahnya.
9. Variabel dalam grafik tidak
sesuai sehingga perlu
dilakukan revisi.
Hasil validasi media diperoleh
hasil sebesar 3,94 dengan kategori
sangat baik. Sedangkan hasil
validasi materi adalah sebagai
berikut:
Tabel 2 Hasil validasi materi
Tahap skor Criteria
1 1,76 Sangat tidak
baik
2 2,08 Baik
3 3,89 Sangat baik
2. Hasil angket respon
Sebelum dilakukan uji reliabilitas
terhadap Angket yang digunakan
untuk melihat respon mahasiswa,
angket tersebut harus memilik
validitas terlebih dahulu. Validitas
yang digunakan adalah validitas
logis. Untuk melakukan uji coba
reliabilitas menggunakan SPSS 21.
Dari perhitungan tersebut diperoleh
nilai realibilitas angket sebesar 0,728
dengan kategori memiliki
reliabilitas tinggi. Berdasarkan
angket yang telah diisi oleh
mahasiswa maka hasil analisis
adalah sebagai berikut.
Tabel 3 Hasil angket respon
Aspek skor kriteria
Ketertarikan 3,2 Baik
Keruntutan 3 Baik
Kemudahan 3,06 Baik
Gambar 4 Diagram hasil angket
respon mahasiswa
Hasil ini menunjukkan bahwa
penuntun praktikum Fisika Dasar I
berbasis keterampilan proses sains
dengan menggunakan model Problem
Based Learning pada materi kerapatan
yang dikembangkan telah memiliki
kategori yang layak untuk digunakan
dalam kegiatan praktikum sebagai
pedoman mahasiswa.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pengembangan dan uji coba yang telah
dilakukan, maka dapat kesimpulan
sebagai berikut:
1. Penuntun praktikum Fisika Dasar I
berbasis keterampilan proses sains
dengan menggunakan model
Problem Based Learning pada materi
Kerapatan mata kuliah Fisika
Dasar I dikembangkan
berdasarkan analisis kurikulum
dan kebutuhan mahasiswa dengan
menggunakan prosedur penelitian
ADDIE.
2. Dari uji coba yang telah
dilakukan, didapat hasil respon
mahasiswa tentang penuntun
praktikum Fisika Dasar I berbasis
keterampilan proses sains dengan
menggunakan model Problem
Based Learning yaitu:
a. aspek kemudahan sebesar
3,06 dalam kategori baik
b. aspek ketertarikan sebesar 3,2
dalam kategori baik
c. aspek keruntutan sebesar 3
dalam kategori baik
Dari uji coba yang dilakukan
kepada mahasiswa Pendidikan Fisika
secara keseluruhan dapat disimpulkan
bahwa penuntun praktikum yang
telah dikembangkan sudah layak
digunakan sebagai panduan
praktikum mahasiswa Pendidikan
Fisika Universitas Jambi pada materi
kerapatan. Hal ini dapat dilihat dari
hasil respon mahasiswa terhadap
penuntun praktikum ini dirata-ratakan
secara total sebesar 3,07 termasuk
kedalam kategori baik.
Saran
Keterta
rikan
Kerunt
utan
Kemud
ahan
Diagram hasil angket
respon mahasiswa
1. Penuntun praktikum Fisika Dasar I
ini dapat digunakan sebagai bahan
ajar yang mampu meningkatkan
keterampilan proses sains
mahasiswa dalam melaksanakan
praktikum Fisika dasar I di
Perguruan Tinggi pada materi
kerapatan berbasis Problem Based
Learning.
2. Penuntun praktikum Fisika Dasar I
berbasis Problem Based Learning ini
dapat dijadikan sebagai referensi
bagi peneliti selanjutnya dalam
membuat penuntun praktikum
berbasis Problem Based Learning.
3. Pengembangan Penuntun
praktikum Fisika Dasar I dengan
materi lain perlu dilakukan agar
menjadi bahan ajar alternatif
dalam pembelajaran.
UCAPAN TERIMAKASIH
Syukur Alhamdulillah senantiasa
penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan segala
kenikmatan didalam penyusunan
artikel ini. Shalawat dan salam
senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Ucapan
terimakasih juga penulis ucapkan
kepada para validator yang telah
memberi saran dan masukan dalam
penyusunan produk yang
dikembangkan serta kepada para
responden yang telah bersedia menjadi
subjek dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M. T. 2009. Inovasi Pendidikan
Melalui Problem Based Learning.
Jakarta:Kencana
Behera, S., Dr. C.V. Satyaprakasha.
2014. Effectiveness of Multi
Media Teaching on Process Skill
in Biology. International Journal Of
Informative &Futuristic Research.
1(8)
Branch, R. M. 2009. Instructional
Design: The ADDIE Approach. New
York: Springer
Burak, F., Baris, D., Murat, A., Eralp,
A. 2012. Developing A Science
Process Skills Test For Secondary
Students: Validity and
ReliabilityStudy*. Educational
Science: Theory and Practice. 12(3)
Buyuktaskapu, S., Nadir, C., Berrin, A.
2012. The Effect Of Constructivist
Science Teaching Program On
Scientific Processing Skills of 6
year-old Children. Egitim Ve
Bilim. 37(165)
Dagyar, M., dan Demirel, M. 2015.
Effects of Problem Based
Learning On Academic
Achievement: A Meta-analysis
Study*. Education and Science.
40(181)
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
2011. Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia.
Jakarta:Dirjen Dikti.
Dogan, I dan Halil, K. 2016.
Determination of Prospective
Preschool Teachers’ Science
Process Skill. Journal of European
Education. Vol. 6(1)
Ergul, R., Yeter, S., Sevgul, C., Zehra,
O., Sirin, G., Meral, S. 2011. The
Effect Of Inquiry-Based Science
On Elementary School Students’
Science Process Skills and Science
Attitudes. Bulgarian Journal Of
Science Education Policy (BJSEP).
5(1)
Inel, D dan Ali, G. B. 2010. The Effect
of Using Problem Based Learning
In Science and Technology
Teaching Upon Students’
academic Achievement and
Levels Of Structuring Concept.
APFSLT. 11(2)
Keil, C., Jodi, H., Jennifer, Z. 2009.
Improvements in Student
Achievement and Science Process
Skils Using Environmental
Health Science Problem Based
Learning Curricula. Electronic
Journal Science Of Education. 13(1)
Kustijono, R. 2011. Implementasi
Student Centered Learning dalam
praktikum Fisika Dasar. Jurnal
Penelitian Fisika dan Aplikasinya
(JPFA), Vol. 1(2)
Kuswanto. 2017. Profil Kemampuan
Awal Keterampilan Proses Sains
Mahasiswa Baru Pendidikan Fisika
Tahun Ajaran 2016/2017 Dalam
Melakukan Praktikum Fisika Dasar
1 Di Universitas Jambi. Skripsi.
Universitas Jambi: Jambi
Tim Penyusun Praktikum Fisika dasar.
2013. Panduan Praktikum Fisika
Dasar 1. Jambi: Laboratorium
Pendidikan Fisika Universitas
Jambi.
Prodi Pendidikan Fisika. 2015.
Kurikulum Prodi Pendidikan
Fisika. Jambi: Prodi Pendidikan
Fisika Universitas Jambi
Purba, F. J. Pengaruh Model Problem
Based Learning (PBL) Dengan
Pemahaman Konsep Awal
Terhadap Keterampilan Proses
Sains (KPS) Siswa SMA. Jurnal
Pendidikan Fisika. 4(2)
Rezba, R J, Constance. SS, Ronald. F,
James. F, James. O, Harold. H
J, 1995. Learning and Asseing
science process skills. Kndall:
Hunt publishing company
Riduwan, 2010. Belajar Mudah
Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sagala, N. L., Rahmatsyah, Mariati, P.
S. 2017. The Influence Of Problem
Based Learning Model On
Scientific Process Skill and
Problem Solving Ability Of
Student. IOSR-JRME. 7(4)
Santiani. “Kemampuan Keterampilan
Proses Sains Mahasiswa Fisika
Stain Palangka Raya Pada
Praktikum Fisika Dasar I”.
EduSains Vol 1 (2)
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
-----------2010. Metode Penelitian
Pendidikan:Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
-----------2014. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Terekedere, H., Ahmet, M., Gazi, U.
2014. The effect of Locus Of
Control in Web Problem Based
Learning On Attitude to Web
Based and Problem Based
Learning. Egitim Ve Bilim. 39(171)
Turan, S. dan Ozcan, D. 2011.
Hacettepe University Medical
School Students’ View On
attitudes Towards Problem Based
Learning. Egitim Ve Bilim. 36(162)
Univesitas Jambi. 2015. Prospektus
Univesitas Jambi 2015/2016.
Jambi: Universitas Jambi