penguatan demokrasi deliberatif lewat pengelolaan informasi warga

82
1 PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Upload: yossy-suparyo

Post on 28-Mar-2016

241 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Buku yang mengupas pengelolaan informasi untuk mendukung pelaksanaan demokrasi deliberatif.

TRANSCRIPT

Page 1: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

1

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Page 2: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

2

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

PENGUATAN DEMOKRASIDELIBERATIF LEWAT PENGELOLAAN

INFORMASI WARGA

Page 3: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

3

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Siapapun bisa mengutip, menyalin, dan menyebarluaskan sebagianatau keseluruhan tulisan dengan menyebutkan sumber tulisan dan

jenis lisensi yang sama, kecuali untuk kepentingan komersil.

Page 4: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

4

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

PENGUATAN DEMOKRASIDELIBERATIF LEWAT PENGELOLAAN

INFORMASI WARGA

YOSSY SUPARYO

SEKRETARIAT NASIONALKaukus 17++

2010

Page 5: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

5

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

PENGUATAN DEMOKRASI DELIBERATIF

LEWAT PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

PenulisYossy Suparyo

TataletakFathulloh

Edisi 1, Juni 2010

PenerbitSekretariat Nasional Kaukus 17++Jl. Sam Ratulangi Nomor 54A,Manahan, Surakarta (0271) 711061E-mail: [email protected]: http://kaukustujuhbelas.org

dan

COMBINE Resource InstitutionJl. KH Ali Maksum No 183Pelemsewu, Panggugharjo, Sewon, BantulTelp/Fax. (0274) 411123Website: http://combine.or.id

BUKU PANDUAN INI TIDAK DIPRODUKSI UNTUK UMUMHANYA DIPERGUNAKAN UNTUK KALANGAN SENDIRI

Page 6: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

6

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

MENGAPA BUKU INI DITULIS

Buku ini ditulis sebagai pedoman kerja para pewarta

warga yang melakukan pewartaan di lingkungan tempat

tinggalnya. Pewarta warga merupakan bentuk peran serta

warga untuk menyebarluaskan informasi untuk mengarus-

utamakan peristiwa dan permasalahan masyarakat akar

rumput ke ranah publik.

Mengapa Kaukus 17++ perlu mengusung pewartaan

warga? Kaukus 17++ menaruh perhatian pada pening-

katan peran serta warga untuk memengaruhi kebijakan

publik. Media massa mampu menyebarluaskan gagasan

warga, sekaligus menyuarakan menenggelamkan aspirasi

warga dengan pemberitaan yang berkutat pada aktivitas

elit. Bukan rahasia lagi, selama ini warga seringkali ditem-

patkan pada posisi objek pemberitaan oleh media massa

arus utama. Akibatnya, hasil-hasil pemberitaan media

massa lebih mewakili cara pandang elit dibanding cara

pandang warga.

Pewartaan warga muncul sebagai gerakan atau cara

pandang pewartaan baru yang menempatkan warga se-

bagai subjek dan objek pemberitaan. Warga bisa berperan

Page 7: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

7

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

dalam memproduksi berita, baik berupa teks, foto, suara,

dan gambar bergerak. Lebih dari itu, pewartaan warga

menggeser perilaku dalam bermedia. Hasilnya, pembaca

mendapatkan informasi dari sudut pandang warga sendiri.

Secara definitif, pewarta warga adalah warga biasa

yang menyebarluaskan informasi di lingkungannya de-

ngan memperhatikan kaidah-kaidah dalam dunia

pewartaan. Kegiatan pewarta warga tetap mengacu pada

tatacara dan prosedur pewartaan yang diatur dalam

Undang-undang No 40 tentang Pers. Dengan kata lain,

pewarta warga memiliki hak dan kewajiban yang sama

dengan pewarta umum di depan hukum.

Permasalahan utama dalam pewartaan warga adalah

rendahnya kemampuan para pewartanya. Pelatihan ini

merupakan usaha serius Kaukus 17++ untuk mendorong

kerja pewartaan warga ke arah yang lebih baik. Pewartaan

warga merupakan salah satu bentuk nyata dari konsep

deliberatif demokrasi yang menempatkan warga dalam

posisi penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbang-

sa, dan bernegara.

Seknas Kaukus 17++ memberikan penghargaan yang

setinggi-tingginya pada seluruh peserta yang telah rela

mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk berbagi

dan bertukar pengalaman dalam pelatihan ini. Jadikan,

kesempatan ini sebagai media untuk belajar, berbagi, dan

saling melindungi.

Seknas Kaukus 17++

Page 8: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

8

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Daftar Isi

Mengapa Buku ini Ditulis ~ 6

BAB 1 KEPEWARTAAN WARGA ~ 10

Definisi Pewarta Warga ~ 10

Pewarta Warga dan Perubahan Sosial ~ 13

Kelola Pengetahuan Lokal ~ 16

Pelihara Politik Ingatan ~ 19

BAB 2 KELAYAKAN BERITA ~21

Kedekatan ~ 22

Berakibat Pada Banyak Orang ~ 23

Kebaruan ~ 24

Manusiawi ~ 25

Hiburan ~ 25

Tindakan dan Pengembangan Diri ~ 25

BAB 3 PELIPUTAN ~ 27

Pertanyaan Peliputan ~ 28

Cara Peliputan ~ 31

Page 9: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

9

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Pahami Ragam Peristiwa ~ 33

Saat Peliputan ~ 35

Menghadapi Pihak-pihak dalam Peliputan ~ 37

BAB 4 TEKNIK WAWANCARA ~ 41

Persiapan Wawancara ~ 42

Saat Wawancara ~ 44

BAB 5 PENULISAN BERITA ~ 48

Judul Berita ~ 48

Teras Berita ~ 49

Tubuh Berita ~ 53

Penutup ~ 54

Berita Langsung ~55

Berita Ringan ~ 59

Berita Kisah ~ 61

BAB 6 PENYUNTINGAN ~ 63

Bahasa Pewartaan ~ 65

Ekonomi Kata ~ 67

Bahasa Baku dan Tidak Baku ~ 69

Pilihan Kata Sesuai Fakta ~ 72

BAB 7 ETIKA PEWARTA WARGA ~ 75

Daftar Bacaan ~ 78

Tentang Penulis ~ 80

Page 10: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

10

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

BAB 1KEPEWARTAAN WARGA

Definisi Pewarta Warga

Pewarta warga merupakan sebutan bagi warga yang

secara sukarela menyusun, mengemas, dan menyebarluas-

kannya informasi ke publik dengan memperhatikan prin-

sip-prinsip kepewartaan. Secara bahasa, pewartaan warga

merupakan alihbahasa dari citizen journalism. Citizen Jour-

nalism adalah peran serta warga dalam kegiatan pengum-

pulan, pelaporan, analisis, serta penyampaian informasi dan

berita (Wikipedia: 2010).

Kegiatan warga untuk membuat, menggunakan, dan

menyebarluaskan informasi daerahnya merupakan per-

kembangan baru dalam dunia kepewartaan. Sebelumnya

pengelolaan terpusat di tangan media massa arus utama.

Kini, warga pun mampu melakukan hal yang serupa, bah-

kan warga dapat menjadi anjing penjaga (watchdog) saat

media arus utama tidak berfungsi.

Pewartaan warga dapat dimaknai sebagai bentuk de-

sentralisasi informasi. Dewi (2008) berpendapat kegiat-

Page 11: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

11

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

an pewartaan warga memiliki dampak positif. Pertama,

pewartaan warga memberikan ruang bagi peran serta warga

dalam pengelolaan informasi. Keterlibatan warga dalam

dunia pewartaan membuktikan adanya hubungan dinamis

antara pelaku media dan pembacanya.

Kedua, bagi media arus utama, pewartaan warga me-

ningkatkan hubungan saling percaya antara media dan

pembacanya. Ketiga, pewartaan jenis ini mampu mem-

berikan ruang bagi warga untuk menegakkan hak-hak in-

formasi mereka.

Perkembangan pewartaan warga meningkat seiring

tumbuhnya kemampuan keberaksaraan media (media lit-

eracy) warga. Meski sebagian besar pewarta warga awal-

nya sekadar iseng, lama-kelamaan mereka menyadari ke-

giatan pengelolaan dan berbagi informasi sebagai sebuah

pilihan. Apabila warga mampu berbagi informasi, maka

pengetahuan dan kemampuan dalam menyelesaikan per-

masalahan hidup juga akan meningkat.

Hermanto (2008) berpendapat kemunculan pewar-

taan warga mampu menggeser cara pandang dunia per-

wartaan (Hermanto, 2008). Dalam pewartaan media arus

utama, warga hanya menempatkan sebagai objek pembe-

ritaan. Lewat pewartaan warga, warga tak sekadar objek,

sekaligus subjek pemberitaan. Pewartaan warga menjadi

genre pewartaan baru di tengah kegersangan dunia pe-

wartaan media massa arus utama.

Di Indonesia, pewartaan warga dipengaruhi oleh

kegiatan radio siaran. Pada 1983, Radio Suara Surabaya

Page 12: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

12

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

(SS) memiliki program siaran informasi lalu-lintas. Lalu,

program itu berkembang menjadi konsep interaktif. Kon-

sep ini mengubah cara kerja radio, bila sebelumnya komu-

nikasi yang bersifat satu arah, yaitu radio ke pendengar,

konsep interaktif memberikan kesempatan pada pende-

ngar untuk aktif memberikan informasi dan menyampai-

kan pendapatnya.

Konsep interaktif menciptakan hubungan dua arah,

yaitu antara pendengar dengan penyiar dan pendengar

dengan pendengar. Siapapun pendengar bisa memberi

tanggapan atau komentar dari pernyataan narasumber

maupun pendengar lainnya. Itulah yang disebut dengan

demokrasi dalam siaran radio.

Kegiatan serupa dipopulerkan oleh Radio Elshinta

Jakarta, melalui program laporan pendengar. Pendengar

bisa menyampaikan informasi melalui telepon ke radio

layaknya seorang pewarta. Program ini mendapat respon

bagus para pendengarnya. Sembari menunggu kemacetan

lalu-lintas, warga saling bertukar informasi mengenai

situasi lalu-lintas di sekitarnya. Dari sanalah ragam berita

mulai berkembang luas, dari pewartaan peristiwa yang

bersifat lokal hingga peristiwa-peristiwa nasional.

Kelahiran radio komunitas di sejumlah daerah sema-

kin menguatkan posisi pewartaan warga. Lalu, setelah

pengguna internet makin meluas, warga yang memunyai

akses makin menemukan saluran untuk menyampaikan

pendapatnya. Lantas bermunculan blog atau web yang

menerapkan model pewartaan warga.

Page 13: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

13

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Pesatnya inovasi di bidang teknologi informasi juga

memengaruhi minat warga pada kegiatan peliputan atau

pewartaan. Kapan pun dan di mana pun, semua orang

dapat merekam dan mencatat peristiwa-peristiwa yang

terjadi di sekitarnya. Ada teknologi kamera dijital, kamera

tangan (handycam), telepon seluler, perekam suara, yang

mampu merekam pelbagai peristiwa dan dibagikannya

pada warga lainnya.

Pewarta Warga dan Perubahan Sosial

Apakah pengelolaan informasi memiliki dampak pada

warga? Tentu, lewat pewartaan warga hubungan antara

pewarta dan pembacanya tak sekadar sebagai produsen

dan konsumen, tapi solidaritas sosial. Hermanto (2008)

menjelaskan dampak pewartaan warga sebagai berikut:

Sukiman, pegiat Radio Komunitas Lintas Merapi tampak

sumringah. Ia baru saja menerima surat elektronik dari sejumlah

warga negara Indonesia yang tinggal di Jepan. Mereka bersedia

menggelontorkan dana untuk kegiatan penanaman pohon di

desanya, Sidorejo, yang habis terlibas awan panas dan lahar

saat kawah Gunung Merapi aktif pada pertengahan 2006.

Awalnya ia iseng mengunggah tulisan tentang kegiatan

penanaman pohon untuk penyelamatan sumber air di lereng

Gunung Merapi dalam portal Jalin Merapi Ia tak menyangka

tulisannya ditanggapi oleh pembaca. Ada yang menyumbang

bibit, uang, maupun tenaga. Idenya pun cukup ‘nakal’, setiap

keluarga di sepanjang jalan yang ditanami pohon berkewajiban

untuk merawat pohon itu.

Page 14: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

14

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Hal serupa dialami oleh Muhdi, pegiat Radio Komu-

nitas Jaringan Tani Mandiri (JTM FM) di Andong, Boyolali.

Pria lulusan sekolah lanjutan pertama ini menyebarluas-

kan hasil wawancara dengan kepala desanya perihal kon-

disi jalan desa yang rusak. Imbasnya warga sadar bahwa

mereka berhak untuk meminta pelayanan fasilitas umum

yang layak pada pemerintah daerah. Sekarang kondisi ja-

lan raya Andong telah beraspal mulus dan nyaman dilalui.

Pewartaan warga tidak perlu risau dengan tekanan

kepentingan ekonomi, kekuasaan, ideologi, maupun tiras.

Pewarta dapat merekam peristiwa apapun yang ada di

daerahnya, lalu menyebarkannya. Kontrol utama dari pe-

wartaan warga hanya pada aturan dan perundang-un-

dangan yang mengatur tentang kegiatan pers dan pe-

nyiaran.

Keunggulan pewarta warga ada pada sudut pandang

pemberitaan yang berpihak ke warga. Perhatikan contoh

tulisan sebagai berikut:

“Juli tahun lalu, Radisem meninggalkan tanah air dengan

perasaan bangga. Ia akan menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW)

di Malaysia yang nantinya bisa membawa pulang Ringgit dalam

jumlah banyak. Sayang, bukan Ringgit yang didulang, justru

nasib buruk yang ia diterima. Beberapa hari yang lalu Radisem

pulang dalam kondisi mengenaskan.”

Peristiwa tragis di atas tidak diliput oleh media arus

utama. Berita itu justru ditulis oleh pewarta warga yang

kebetulan tetangga korban. Lalu, tulisan di atas memun-

Page 15: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

15

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

culkan solidaritas warga lainnya. Mereka menggelar ma-

lam keprihatinan, diskusi, tuntutan, dan dialog publik yang

melibatkan banyak pihak, seperti warga, mahasiswa, lem-

baga swadaya masyarakat, pemerintah, dan lain-lain.

Kisah menarik diwartakan Nurhadi, pewarta warga

di Indramayu. Dia menulis keluhan warga atas Peraturan

Daerah (Perda) Pendidikan di daerah itu. Pemerintah Kabu-

paten Indramayu mewajibkan warga untuk menyekolah-

kan anaknya hingga jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA). Siapapun yang melanggar aturan ini akan dikena-

kan sanksi kurungan penjara 5 tahun atau denda 50 juta

rupiah (17/11/2008). Perhatikan paragraf berikut ini:

Awalnya, warga Indramayu berbondong-bondong menye-

kolahkan anaknya. Namun, di tengah jalan warga merasa terje-

bak. Mereka dihantui tagihan biaya sekolah yang semakin ma-

hal. Sementara itu, jaminan akses pendidikan bagi masyarakat

kurang mampu tidak bisa ditepati pemerintah, anak-anak miskin

pun tidak terbebas dari biaya sekolah.

Hal serupa dituliskan oleh Ibe, pewarta dari Kowane,

Sulawesi Tenggara. Dia menceritakan nasib para siswa

Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Satu Atap Sa-

ponda, Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe, yang ke-

kurangan guru.

Siswa kelas 1-3 tak belajar matematika karena gurunya pergi

mendulang emas. Selama ini, kegiatan belajar-mengajar

difasilitasi oleh 5 guru yang semuanya berstatus honorer.

Pemerintah Kabupaten Konawe seharusnya menambah tena-

Page 16: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

16

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

ga pengajar dan mengubah status honorer menjadi pegawai

negeri bagi para pengajar di sekolah ini.

Tiga bulan setelah berita ini disebarluaskan, Pemkab

Kowane mengangkat para guru honorer di Saponda

menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Pewartaan

warga mampu menggeser dunia pewartaan menjadi alat

perubahan sosial.

Kelola Pengetahuan Lokal

Konsumen media cenderung memiliki informasi glo-

bal dibanding informasi lokal. Mereka mampu menyebut-

kan nama sungai terbesar di dunia dibanding nama sungai

di desanya. Lalu, lahirlah generasi yang tercerabut dari

pengetahuan lokalnya. Kenyataan ini digambarkan secara

apik oleh W.S. Rendra dalam puisinya Sajak Seonggok

Jagung yang ditulisnya pada 1975.

................

Aku bertanya:

Apakah gunanya pendidikan bila hanya akan membuat

seseorang menjadi asing di tengah kenyataan persoalannya?

Apakah gunanya pendidikan bila hanya mendorong sese-

orang menjadi layang-layang di ibukota kikuk pulang ke dae-

rahnya?

Apakah gunanya seseorang belajar filsafat, sastra, teknologi,

ilmu kedokteran, atau apa saja, bila pada akhirnya, ketika ia

pulang ke daerahnya, lalu berkata:

“Di sini aku merasa asing dan sepi!”

..............

Page 17: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

17

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Sejumlah simulasi yang dilakukan penulis menunjuk-

kan sebagian besar warga mulai acuh dengan lingkung-

annya. Pewartaan warga mengajak warga menengok kem-

bali pengetahuan-pengetahuan yang dekat dengan ling-

kungan mereka. Lewat pewartaan warga, banyak khasanah

lokal muncul ke ruang publik.

Widarto menulis makanan tradisional Gholak. Kini,

makanan khas Desa Serut, Kecamatan Kuwarasan, Kabu-

paten Kebumen hanya tersedia di satu tempat. Perhatikan

kutipan berikut ini:

Makanan yang berbentuk angka delapan dengan panjang

12-15 cm dan diameter 4-6 cm ini terbuat dari tepung krekel.

Tepung krekel adalah sebutan untuk tepung singkong yang

telah dijemur. Tepung krekel dicampur dengan parutan kelapa,

dibentuk angka delapan, lalu digoreng.

Gholak cocok dimakan dengan gethuk dan secangkir teh

atau kopi panas. Rasanya yang gurih membuat lidah terus

bergoyang. Apalagi ditemani dengan alunan macapat di pagi

hari.

Mia adalah pewarta warga Desa Kertosari yang sering

mengunggah kegiatan adat di desanya. Kertosari yang

terletak di lereng Gunung Semeru, masuk wilayah Keca-

matan Pasrujambe, Lumajang, tidak pernah melepaskan

adat istiadat nenek moyangnya. Keseharian mereka

diwarnai beragam ritual adat yang diwariskan secara tu-

run-menurun. Simak petikan tulisan warta sedekah desa

berikut ini:

Page 18: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

18

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Ritual sedekah desa ini diawali dengan kenduri oleh seluruh

warga di perempatan jalan desa. Esok harinya diadakan ruwatan

sehari penuh, lalu ditutup dengan pertunjukan wayang kulit

semalam suntuk.

Warga desa membuat kue untuk memeriahkan acara itu.

Kue dikumpulkan di rumah ketua Rukun Tetangganya masing-

masing. Setelah terkumpul. kue-kue diarak ke balai desa de-

ngan menggunakan amben atau dipan tempat tidur dan

dikumpulkan di balai desa.

Saat sedekah desa segala kegiatan warga sehari-hari

dihentikan. Sekedah desa menjadi hari libur bagi warga Desa

Kertosari.

Berita menarik disampaikan oleh pewarta warga Lom-

bok. Ia menulis perayaan Maulid Adat Wetu Telu yang

dilakukan di Desa Bayan, Kecamatan Bayan, Kabupaten

Lombok Utara. Perayaan maulid adat ini dilaksanakan pa-

da Mei minggu kedua, bertepatan dengan 15 Rabi’ul Awal

1430 Hijriyah.

Acara ini disemarakkan oleh permainan Perisaian

(temetian dalam bahasa Bayan) yang berlangsung di mas-

jid kuno, seperti di halaman masjid kuno Dusun Barung

Birak, Desa Sambik Elen; masjid kuno Desa Bayan; mas-

jid kuno Desa Sukadana dan Desa Anyar. Perhatikan kutip-

an berikut ini:

Permainan tradisional Suku Sasak ini dilakukan oleh dua pe-

tarung yang menggunakan rotan sebagai pemukul lawan serta

perisai (ende) terbuat dari kulit kerbau. Sementara itu, pekem-

bar berfungsi sebagai wasit sekaligus pendukung bagi petarung.

Page 19: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

19

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Acara perisaian berlangsung semalam suntuk dalam suasana

temaram sinar bulan purnama. Suasana menjadi semakin hidup

oleh iringan musik gamelan yang ditabuh bertalu-talu.

Beberapa wanita membimbing bocah kecil dan gadis remaja

memukul dua gong musik tradisional, lalu melamparkan ayam

baker dan sejumlah uang ke arah sekaha (penabuh).

Kepewartaan warga menjadi alat untuk menggali

segala potensi yang ada di sekeliling warga. Kepewartaan

warga juga melatih orang untuk perhatian pada pe-

ngembangan pengetahuan lokal.

Pelihara Politik Ingatan

Tanpa dukungan dokumentasi, pelbagai peristiwa

cepat terlupakan. Akibatnya kehidupan warga, seperti

keledai sebab dia sering terjatuh dalam lubang yang sama.

Pewartaan warga merupakan metode mendokumen-

tasikan peristiwa yang ada di masyarakat. Pewartaan

warga menjadi penjaga ingatan sehingga warga mampu

mengkritisi peristiwa-peristiwa yang memiliki kecende-

rungan yang sama. Meminjam istilah Milan Kundera, pe-

wartaan warga adalah politik memelihara ingatan dan

melawan lupa.

Pewarta warga korban lumpur PT Lapindo di Sidoarjo

yang tergabung dalam Radio Komunitas Suara Porong

(RSP) memiliki cara unik untuk menjaga ingatan warga

atas tragedi bencana lumpur yang menimpa warga

Kecamatan Porong, Tanggulangin, dan Jambon. Mereka

menamai program siaran dengan istilah mengingatkan

Page 20: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

20

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

pendengarnya pada biang kerok bencana lumpur, yakni

Lapindo.

Seperti terpampang di jadwal siaran, ada program

siaran bernama Lapindo, singkatan dari Lagu Pop Indo-

nesia. Program ini berisi siaran musik pop terkini diselingi

dengan pembacaan pesan dari pendengar lewat layanan

pesan pendek (short messeage service atau sms). Lapindo

disiarkan pukul 08.00-10.00 dari Senin sampai Jumat.

Tina, pewarta warga Gentasari menuliskan nasib

desanya, Gentasari, Kecamatan Kroya, Cilacap, dengan

gaya satir (28/11/2008).

Reputasi jamu asal Desa Gentasari hancur oleh ulah sejumlah

orang yang berlaku lancung. Mereka menggunakan aneka obat

kimia agar jamu buatannya bereaksi cepat pada pemakainya.

Umumnya, peramu obat kimia menggunakan obat penghilang

pusing, memacu nafsu makan, dan obat tidur.

Cara ini terbukti menghancurkan tradisi meramu jamu

tradisional yang telah berlangsung ratusan tahun. Karena nila

setitik, rusak susu sebelanga. Kini, tradisi dan pondasi usaha

jamu tradisional warga Desa Gentasari hancur oleh segelintir

orang yang ingin mengeruk kekayaan secara cepat.

Pewartaan warga mampu menjadi alat memelihara

ingatan warga. Warga bisa melakukan temu kembali

informasi sehingga pelbagai kejadian masa lalu bisa

diingat kembali secara mudah[::]

Page 21: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

21

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

BAB 2KELAYAKAN BERITA

Sebelum menerbitkan sebuah berita, pewarta harus

bertanya pada dirinya, apakah berita yang ingin ia tulis

dibutuhkan oleh pembaca?

Setiap pewarta paham tidak semua peristiwa layak

diberitakan. Dalam dunia pewartaan warga sekalipun ada

ukuran yang harus dipenuhi supaya suatu peristiwa layak

diberitakan. Ukuran layak atau tidak suatu peristiwa

diberitakan sering disebut dengan kriteria kelayakan

berita.

Pada dunia pewartaan warga sepakat hanya peristiwa

publiklah yang boleh disebarluaskan. Peristiwa publik

adalah peristiwa yang memiliki keterkaitan dengan

khalayak umum, seperti kecelakaan lalu-lintas akibat jalan

yang licin, kenaikan harga bahan pokok, dan penyebaran

penyakit yang berbahaya.

Lawan kata dari peristiwa publik adalah peristiwa

privat. Peristiwa privat adalah peristiwa yang tidak

berhubungan dengan publik, seperti rahasia pribadi

Page 22: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

22

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

seseorang, perselisihan dalam rumah tangga, kesukaan,

dan peristiwa lain yang tak berhubungan dengan kepen-

tingan publik.

Hubungan suami-istri di keluarga adalah masalah

privat. Apabila terjadi perbedaan pendapat antara si suami

dan si istri itu urusan pribadi mereka. Namun, apabila si

suami melakukan penyekapan, pemukulan, dan kekerasan

terhadap istrinya, maka peristiwa itu berubah menjadi

peristiwa publik. Tindakan pemukulan termasuk tindakan

yang dikategorikan melawan hukum.

Tidak semua peristiwa publik layak diberitakan. Suatu

peristiwa layak diberitakan apabila peristiwa tersebut

mengandung sesuatu yang penting atau sesuatu yang me-

narik. Ukuran mengenai apa yang penting atau apa yang

menarik bisa berbeda bagi setiap pewarta, komunitas,

maupun pembaca. Namun, secara umum peristiwa yang

dianggap memiliki nilai berita adalah yang mengandung

salah satu atau beberapa unsur berikut ini:

Kedekatan

Peristiwa yang dekat dengan pewarta atau khalayak

media layak disebarluaskan. Kedekatan peristiwa bisa

diukur secara fisik maupun emosional. Kedekatan secara

fisik diukur dari jarak geografis, peristiwa yang dekat da-

pat dirasakan secara langsung oleh pembaca.

Kedekatan emosional diukur lewat hubungan ke-

tertarikan, minat, dan kepedulian. Kedekatan emosional

bisa mengabaikan jarak geografis, biasanya kedekatan

Page 23: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

23

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

jenis ini terbentuk karena persamaan dan solidaritas

kepercayaan, kebudayaan, kesukuan, profesi, minat, dan

kepentingan. Perhatikan contoh berikut ini:

KEDEKATAN PENJELASAN

Jarak Kebakaran yang terjadi di Kampung Cilimus,

Desa Hurun bagi pewarta Radio Gema Lestari,

Pesawaran, Lampung memiliki lebih memenuhi

kriteria kedekatan dibanding kebakaran yang

menimpa sebuah pasar swalayan di Jakarta.

Emosional Perampasan peralatan siar milik Radio Ninanta

di Dusun Montong Gedeng, Desa Ketangga,

Kecamatan Suela, Kabupaten Lombok Timur

oleh Balai Monitoring setempat lebih memiliki

kedekatan dibanding perampokan yang me-

nimpa Camat sebab jaringan Suara Komunitas

terdiri dari radio-radio komunitas.

Berakibat Pada Banyak Orang

Peristiwa yang akan menimbulkan dampak pada orang

banyak layak diberitakan. Kenaikan harga bahan bakar

minyak dan pemberlakuan undang-undang perpajakan

yang baru memiliki dampak langsung pada kehidupan

khalayak sehingga penting diberitakan. Selain itu, berita

adanya bahaya yang mengancam kehidupan manusia,

seperti tindak kekerasan, bencana alam, dan penyakit juga

layak diberitakan.

Page 24: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

24

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

DAMPAK PENJELASAN

Fisik Peristiwa kecelakaan, kebocoran reaktor nuklir,

wabah penyakit, banjir, gempa bumi, demam

berdarah, penggusuran, dan lain-lain

Ekonomi Peristiwa kemiskinan, kenaikan bahan bakar

minyak, pemutusan hubungan kerja, kenaikan

harga, nilai tukar rupiah, penjualan aset negara,

dan lain-lain.

Budaya Peristiwa upacara adat, dialog antarbudaya,

kolaborasi pertunjukan, dan lain-lain.

Sosial Peristiwa diskriminasi keagamaan, konflik sosial,

dan lain-lain.

Psikis Peristiwa trauma, kecemasan, teror, konflik, dan

lain-lain.

Kebaruan

Peristiwa yang baru terjadi atau diketemukan penting

disebarluaskan. Kriteria baru bisa berbeda-beda tergan-

tung periode terbit media, seperti harian, mingguan, dwi-

mingguan, dan bulanan.

Peristiwa lampau juga layak dianggap baru bila

memiliki keterkaitan yang erat dengan kondisi kekinian.

Misalnya, pada pemberitaan Pemilihan Umum (Pemilu)

2009 tidak dapat dilepaskan dari peristiwa Pemilu 2004,

dan Pemilu 1999. Ketiganya memiliki hukungan, yaitu

Pemilu yang diselenggarakan setelah kejatuhan kepemim-

pinan Soeharto.

Page 25: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

25

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Manusiawi

Peristiwa yang memberikan sentuhan perasaan bagi

pembaca penting diberitakan. Peristiwa yang memancing

empati biasanya menyangkut orang biasa dalam situasi

luar biasa. Pemberitaan peristiwa ini akan menyentuh

perasaan kemanusiaan khalayak pembaca untuk berem-

pati pada subjek berita.

Hiburan

Hiburan diperoleh dari pemberitaan tentang

peristiwa yang menggugah perasaan karena sifat

manusiawi yang terkandung di dalamnya. Sesuatu yang

menggugah perasaan itulah yang menyebabkan berita

menarik dibaca sekalipun tidak bermanfaat langsung bagi

kepentingan pembaca.

Tindakan dan Pengembangan Diri

Peristiwa yang menambah pengetahuan pembaca

untuk memperbaiki kedudukan ekonomi atau sosial,

semacam peluang akibat perkembangan perdagangan,

peluang lapangan pekerjaan, atau petunjuk untuk

menambah pendapatan.

Suatu berita tidak harus memenuhi semua kriteria di

atas. Namun, semakin banyak unsur yang melekat dalam

suatu peristiwa, maka nilai beritanya semakin tinggi.

Peristiwa sebaiknya dikemas secara menarik, misalnya

ditulis dengan gaya bercerita, baik yang lucu atau meng-

Page 26: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

26

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

harukan, sehingga mengundang minat banyak orang.

Ada beberapa hal yang direkomendasikan sebagai

pertimbangan dalam penentuan kelayakan berita, yaitu:

1. Tulisan pewarta bukan hasil plagiat;

2. Pewarta harus menghindari penggunaan sumber

anonim;

3. Pewarta dilarang melakukan tindakan pelecehan,

baik dalam kegiatan pewartaan maupun kegiatan

nonpewartaan;

4. Kerja pewartaan sebesar-besarnya untuk pening-

katan mutu kehidupan warga atau komunitas.

Page 27: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

27

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

BAB 3PELIPUTAN

Peliputan adalah salah satu kegiatan pewartaan yang

paling penting. Lewat kegiatan peliputan, pewarta

mencari fakta, baik peristiwa yang dapat ia saksikan sendiri

maupun peristiwa yang tidak dapat dia disaksikan.

Saat peliputan, pewarta mengumpulkan fakta-fakta

yang bertebaran, lalu memilahnya, mana yang penting

dan mana yang tidak penting. Berhasil atau tidaknya suatu

peliputan peristiwa tergantung cara pengumpulan fakta,

pengenalan ragam peristiwa, serta bagaimana mengha-

dapi objek liputan.

Ketika mengumpulkan fakta di lapangan, pewarta

warga harus bertanya apakah fakta yang diperolehnya

dapat dipercaya? Pewarta perlu mempunyai alat agar ia

tidak begitu saja beranggapan setiap fakta yang ia per-

oleh itu telah benar atau lengkap. Alat itu adalah sikap

skeptis.

Menurut Ishwara (2005:2), pewarta harus menerap-

kan sikap skeptis agar mampu memilah fakta-fakta yang

Page 28: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

28

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

mereka temui di lapangan. Sikap skeptis adalah sikap

untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu, meragu-

kan apa yang diterima, dan mewaspadai segala kepastian

agar tidak mudah ditipu.

Pewarta warga adalah mata dan telingga publik, ia

melaporkan peristiwa-peristiwa yang di luar pengetahuan

warga. Pewarta warga berusaha mendorong terciptanya

perubahan sosial sebab dirinya bukan sekadar penyalur

informasi, tapi juga menjadi fasilitator, penyaring, dan

pemberi makna atas informasi.

Pertanyaan Peliputan

Setiap berita selalu mengungkap fakta-fakta tentang

peristiwa yang terjadi di tengah kehidupan pembaca.

Peristiwa itu sendiri selalu menyangkut manusia dan alam.

Peristiwa bisa terjadi karena interaksi antarmanusia, se-

perti antarindividu, antara individu dan kelompok,

antarkelompok atau karena interaksi antara manusia dan

alam. Berita mengungkap fakta-fakta tentang interaksi

tersebut, seperti apa peran, tindakan, dan reaksi terhadap

tindakan manusia atau alam di dalam suatu peristiwa.

Pembaca bersedia membaca berita yang disebar-

luaskan oleh pewarta karena mereka memercayai pe-

warta. Berita dianggap menarik apabila pewarta menya-

jikan fakta sebagai jawaban atas pertanyaan tentang

peristiwa yang muncul dibenak pembaca. Oleh karena

itu, saat meliput peristiwa pewarta harus mengajukan

pertanyaan pokok seperti yang diandaikan oleh pembaca.

Page 29: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

29

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Secara umum, pertanyaan-pertanyaan yang penting

ingin didapatkan oleh pembaca antara lain:

1. Apa yang terjadi?

Jelaskan apa yang peristiwa yang terjadi secara

gamblang. Peristiwa harus kongkret, hindari

penyebutan peristiwa yang bersifat umum.

Contoh:

Kecelakaan lalu-lintas (salah)

Sepeda motor menabrak sepeda (benar).

2. Siapa-siapa saja yang terlibat dalam peristiwa?

Dapatkan nama lengkap dari orang-orang yang

terlibat, jangan lupa cek ejaannya untuk ketelitian.

Contoh:

Soekarno apa Sukarno

Dandi apa Dandy

Akhmad apa Ahmad

Sumawikarta apa Sumowikarto

3. Kapan peristiwa terjadi?

Catatlah hari dan waktu terjadinya peristiwa secara

rinci.

Contoh:

Senin, 17 Januari 2009 pukul 15.30 (benar)

Senin, 17 Januari 2009 sore (salah)

4. Di mana peristiwa terjadi?

Dapatkan lokasi kejadian dan gambarkanlah.

Page 30: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

30

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Contoh:

Timbulharjo, Sewon, Bantul

Karangbajo, Bayan, Lombok Utara

5. Mengapa atau apa sebab peristiwa terjadi?

Carilah data penyebab kejadian secara lengkap. Bila

perlu temui narasumber-narasumber yang paham

atas peristiwa untuk mendapatkan penyebab yang

sahih, bukan sekadar kira-kira.

6. Bagaimana peristiwa terjadi?

Cari lebih banyak informasi tentang bagaimana pe-

ristiwa terjadi. Biasakan Anda membuat catatan

urutan peristiwa atau kronologisnya.

Pertanyaan-pertanyaan di atas digunakan oleh

pewarta warga untuk mengumpulkan fakta seluas-

luasnya. Setiap peristiwa biasanya mengandung informasi

yang menjawab keenam pertanyaan di atas.

Setiap fakta yang diperoleh sebagai jawaban atas

salah satu pertanyaan tersebut sebaiknya selalu diuji

kelayakannya oleh pewarta. Misalnya, ada peristiwa ke-

celakaan. Informasi semacam itu tidak jelas, sebab menim-

bulkan pertanyaan baru, kecelakaan apa? Kalau dijawab

kecelakaan lalu-lintas, masih kurang jelas, kecelakaan lalu-

lintas apa? Lebih informatif kalau jawaban yang diper-

oleh adalah tabrakan bus dan sepeda motor atau bus

menyerempet sepeda motor.

Page 31: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

31

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Cara Peliputan

Cara meliput ada bermacam-macam, seperti penga-

matan, wawancara, dan penelitian dokumen.

a. Pengamatan.

Pengamatan dipakai bila pewarta warga menyaksikan

peristiwa secara langsung. Ia berada secara fisik di lokasi

kejadian. Pewarta biasanya menggunakan ketajaman inde-

rawinya untuk mengungkap fakta. Pewarta mengum-

pulkan fakta yang bisa dilihat, didengar, dibaui, dirasa,

diraba, ataupun dikecap. Misalnya, pewarta harus meng-

gambarkan postur, wajah, warna kulit, rambut, dan seba-

gainya yang berkaitan dengan kesan penglihatan si jurna-

lis. Suara ditangkap dengan kesan pendengaran. Rasa air

dikenali dengan pengecapan (pencicipan).

Kesan yang diungkapkan disebut paparan faktual. Hin-

dari penilaian subjektif yang dilukiskan dengan kata sifat,

misalnya cantik, pemarah, gagah, dan lain sebagainya.

Kesan yang digambarkan harus benar-benar mengungkap-

kan fakta. Pewarta juga perlu mendapatkan informasi

dengan cara membuka kembali catatan-catatan, doku-

mentasi, buku, dan sebagainya, yang ada hubungannya

dengan peristiwa yang tengah diliput. Persiapan ini pen-

ting agar pewarta tidak sekadar pasif mencatat saja.

b. Wawancara

Wawancara artinya pertemuan tatap muka. Wawan-

cara melibatkan interaksi verbal antara dua orang atau

Page 32: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

32

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

lebih. Wawancara digunakan untuk memperoleh fakta

tentang apa yang dialami, apa yang dilihat, atau apa pen-

dapat maupun harapan seseorang berkaitan dengan suatu

peristiwa.

Wawancara selalu dilakukan terhadap beberapa pi-

hak. Misalnya, pada peristiwa penggusuran pedagang kaki

lima, ada pihak yang menggusur (Satuan Polisi Pamong

Praja), ada pihak yang digurus (pedagang kaki lima), dan

pembeli atau warga sekitar kejadian. Untuk memperoleh

fakta yang lengkap tentang penggusuran maka pewarta

perlu mewawancarai ketiga pihak tersebut.

Saat wawancara ada tiga hal pokok yang perlu dita-

nyakan oleh pewarta, yaitu kesan indrawi, atribut, dan pen-

dapat narasumber. Kesan indrawi diperlukan sebab pewarta

belum tentu menyaksikan peristiwa secara langsung.

Atribut seseorang diperlukan untuk memberikan

gambaran pada pembaca sehingga siapa narasumber yang

diwawancarai dan di mana posisi narasumber saat ter-

jadi peristiwa. Atribut yang umum digunakan adalah

nama, usia, status , dan hubungan dengan pihak-pihak

yang terkait dengan peristiwa.

Pendapat narasumber bisa berbentuk opini, harapan,

cita-cita, dan aspirasi. Semua itu dapat digali saat wawan-

cara. Misalnya pada peristiwa penggusuran, apakah peda-

gang nasi gudeg lesehan akan mengadu ke kepolisian

atau tidak, apa harapan pelanggan nasi gudeg setelah

peristiwa penggusuran, apa pendapat warga setempat,

bagaimana pendapat Satuan Polisi Pamong Praja.

Page 33: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

33

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

c. Penelitian Dokumentasi

Penelitian dokumen digunakan untuk mendapatkan

fakta tertulis, baik berupa angka (jumlah, besaran), tabel,

bagan, maupun teks (tulisan, surat perjanjian, surat ke-

putusan). Fakta seperti ini akan digunakan untuk mem-

perjelas atau sebagai bukti pendukung dalam pengung-

kapan peristiwa. Fakta-fakta dokumen tidak bisa diguna-

kan begitu saja. Misalnya, data berbentuk tabel perlu

diinterpretasikan lebih dahulu. Pada dokumen teks perlu

diperhatikan sumbernya. Sumber harus harus memiliki

otoritas atas fakta itu.

Pahami Ragam Peristiwa

Agar pewarta mudah mengumpulkan dan mencari

fakta tentang suatu peristiwa maka ia harus memahami

ragam peristiwa. Pengetahuan ragam peristiwa akan me-

mudahkan bagaimana teknik meliput yang diterapkan.

Peristiwa dapat dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu

peristiwa momentum, peristiwa teragenda, dan peristiwa

fenomena.

1. Peristiwa Momentum

Peristiwa momentum adalah peristiwa yang terjadi

tiba-tiba, tidak disangka-sangka. Nilai aktualitas peristiwa

jenis ini tinggi karena ciri-cirinya yang terjadi secara tiba-

tiba. Apabila peristiwa itu penting diketahui oleh pembaca

maka pewarta harus meliput dan memberitakannya

sesegera mungkin. Meskipun peliputan dilakukan dengan

Page 34: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

34

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

tergesa-gesa. Namun, pewarta harus tetap cermat, con-

tohnya, kecelakaan, banjir, perampokan, tabrakan, sakit,

dan lain-lain.

Peristiwa momentum menjadi andalan bagi pewarta

warga. Jumlah pewarta media arus utama sangat terbatas.

Mereka tidak memiliki pewarta maupun kontributor berita

di setiap kota. Akibatnya, pewarta media arus utama se-

lalu datang beberapa saat setelah peristiwa terjadi. Seba-

liknya, pewarta warga ada di mana-mana. Mereka dapat

mendokumentasikan dan menuliskan kejadian sesegera

mungkin dengan alat-alat yang tersedia. Dalam banyak

peristiwa, video amatir lebih mampu merekam peristiwa

dibanding pewarta media arus utama.

2. Peristiwa teragenda

Peristiwa teragenda adalah peristiwa yang kapan

terjadinya telah diketahui sebelumnya. Meliput peristiwa

teragenda memberi peluang bagi jurnalis untuk melaku-

kan persiapan. Contoh peristiwa teragenda adalah lomba

melukis di balai desa, pertandingan sepakbola antarkam-

pung, pelatihan internet di radio komunitas, dan lain-lain.

Pada peliputan peristiwa teragenda, penulisan berita

tidak semata secara kronologis tapi bisa dilakukan dengan

memilih segi (angle) yang menarik.

3. Peristiwa fenomena

Peristiwa fenomena terdiri atas sejumlah kejadian

yang menggejala. Belum tentu antara satu peristiwa dan

Page 35: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

35

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

peristiwa lainnya tampak pertautan yang jelas. Peristiwa

bisa bermunculan di sejumlah tempat yang tersebar dan

mencuat pada waktu yang berbeda sehingga seolah

berdiri sendiri. Setelah frekuensi kemunculannya semakin

tinggi, baru mudah melihatnya sebagai fenomena. Se-

ring kali gejala itu berlangsung tanpa pertanda yang tegas

karena terabaikan.

Pewarta warga harus menafsirkan hubungan

antarperistiwa sebelum dapat memahaminya sebagai

suatu fenomena. Meliput fenomena memerlukan

pendalaman masalah, kesabaran, kecermatan, kepekaan,

dan sikap kritis. Oleh karena itu, peliputan peristiwa

fenomena sering menghasilkan laporan mendalam.

Saat Peliputan

Agar mendapat hasil liputan yang baik, pewarta harus

memperhatikan langkah-langkah berikut ini:

1. Membuat garis besar liputan

Membuat garis besar liputan (outline) adalah langkah

penting sebelum meliput. Garis besar liputan membantu

pewarta untuk fokus pada penelusuran sumber utama pe-

ristiwa. Apapun teknik liputan yang digunakan—penga-

matan, wawancara, maupun penelitian dokumentasi—

garis besar liputan membimbing pewarta dari kebingung-

an akibat terlalu banyak fakta dan dokumen yang ia kum-

pulkan. Pewarta tidak akan kehabisan kata-kata dan tu-

lisannya enak dibaca dan mudah dicerna.

Page 36: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

36

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

2. Mengecek peralatan liputan

Sebelum melakukan peliputan, pewarta perlu

mengecek kembali apakah peralatan dan fungsi alat masih

baik. Kata pepatah, “peristiwa yang sama tidak muncul

dua kali”. Sangat disayangkan apabila pewarta menyia-

nyiakan peristiwa karena alat yang dibutuhkan lupa ter-

bawa atau tidak bisa bekerja sesuai dengan fungsinya.

3. Kumpulkan informasi dengan tepat

Kesalahan dalam dunia pewartaan disebabkan oleh

kelalaian atau kesembronoan yang tidak disengaja.

Seorang pewarta tidak punya waktu cukup untuk

mengecek informasi yang tuliskannya sehingga ia salah

menulis sumber berita.

Bujono dan Hadad [ed.] (1996: 25-26) memberikan

trik untuk mencegah dan menghindari kesalahan-kesalahan

saat mengumpulkan fakta sebagai berikut:

a. Bila Anda mewawancarai seseorang, tanyakan na-

manya, umurnya, alamatnya, dan nomor telepon-

nya. Setelah menumpulkan informasi, ejalah nama-

nya dan bacakanlah alamat dan nomor teleponnya

sehingga sumber berita bisa mengoreksinya. Nomor

telepon tidak ditulis dalam cerita, tapi pewarta harus

mempunyainya untuk mengadakan kontak dengan

sumber berita itu.

b. Bila nama, umur, dan alamat dari tangan kedua,

harap dicek pada buku telepon. Anda harus mengeja

namanya, menyebut umurnya, tanyakan pada

Page 37: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

37

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

sumber berita untuk membetulkannya.

c. Jangan sekali-kali beranggapan Anda mengetahui

semuanya. Anda selalu harus mengecek ulang setiap

informasi yang penting. Misalnya, karena dekat de-

ngan narasumber di kantor desa, Anda tentu hafal

dengan gelar dan jabatan seseorang di kantor itu.

Tapi apabila Anda ragu, maka hubungilah nara

sumber secara langsung.

d. Bila tulisan Anda menyangkut materi yang rumit,

pastikan dulu Anda mengetahui hal itu. Jangan sam-

pai pewarta menulis suatu istilah teknis sedangkan

dirinya tidak tahu.

Menghadapi Pihak-pihak dalam Peliputan

Di setiap peristiwa ada pihak-pihak yang berhubung-

an. Semua pihak berkepentingan dalam situasi tersebut,

sebab kepentingan pihak-pihak itulah yang antara lain

menyebabkan terjadinya peristiwa. Saat peliputan, pihak-

pihak itu sering menjadi sumber informasi.

Sebagai contoh, jika ada pemukulan, maka pewarta

akan berhubungan dengan pihak pemukul, korban, dan

saksi. Ada kemungkinan saat diwawancarai, baik si pe-

mukul maupun korban, cenderung akan memberi jawaban

yang membela kepentingan masing-masing. Di satu sisi

mereka akan membela diri, di sisi lain menyalahkan pihak

lain. Saksipun mungkin saja cenderung membela salah

satu pihak. Bahkan bukan mustahil salah satu pihak akan

mempengaruhi pewarta agar menulis berita yang

Page 38: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

38

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

membela kepentingan sendiri

Kondisi semacam ini harus disikapi oleh pewarta se-

cara cermat. Pewarta dituntut memberitakan secara

objektif. Karena itu, pewarta harus menerapkan prinsip

meliput tanpa pandang bulu, kejujuran, keseimbangan,

tidak memihak, menjunjung tinggi etika profesi, dan

memegang teguh janji.

1. Tanpa pandang bulu

Pewarta warga harus meliput kedua belah pihak

tanpa pandang bulu (cover both side). Cara ini meng-

hasilkan fakta yang lengkap, objektif, dan benar. Fakta

suatu peristiwa yang melibatkan dua pihak atau lebih

dapat disebut lengkap apabila fakta dari setiap pihak

ditampilkan. Teknik ini membuka peluang bagi pewar-

ta untuk melakukan cek dan cek ulang. Fakta yang

diperoleh dari pihak pertama tidak hanya dicek ulang

pada pihak tertentu, tapi dibandingkan dan dicek

ulang terhadap fakta yang diberitakan pihak lain.

2. Kejujuran

Kejujuran artinya saat meliput pewarta harus

menjaga kejujuran baik terhadap fakta maupun

pihak-pihak yang berinteraksi dalam suatu peristiwa.

Jika fakta yang diperoleh tentang satu pihak memang

menggambarkan sisi negatif atau sisi positif keberada-

aan pihak tersebut, semuanya harus diberitakan.

Pewarta tidak boleh memberitakan secara sepihak,

misalnya fakta positif atau fakta negatif saja.

Page 39: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

39

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

3. Keseimbangan

Keseimbangan berarti memberikan kesempatan

yang sama. Kesempatan wawancara tidak hanya

diberikan kepada satu pihak saja, melainkan kepada

semua pihak. Keseimbangan tidak boleh dimaknai

secara sempit, dalam pengertian kalau yang satu diwa-

wancarai satu jam atau hasil wawancara ditulis satu

alenia, maka yang lain demikian pula. Keseimbangan

merupakan upaya untuk memberikan kesempatan

yang adil.

4. Tidak Memihak

Tidak memihak berarti pewarta tidak boleh

memasukkan pendapat pribadi, emosi (dalam

pengertian rasa suka atau rasa tidak suka terhadap

seseorang atau kelompok). Kemukakan informasi

secara objektif berdasarkan data yang diperoleh di

lapangan.

5. Menjunjung etika profesi

Menjunjung etika profesi merupakan hal yang

perlu selalu ditanamkan sebagai sikap pewarta saat

peliputan. Etika profesi yang berasal dari kode etik

pewartaan yang disusun oleh profesi pewarta.

6. Memegang teguh janji

Ada kalanya sumber informasi tidak ingin namanya

disebut meskipun yang bersangkutan bersedia mema-

parkan fakta yang dimiliki. Dalam dunia perwartaan

disebut dengan istilah not for atribution. Sejauh alas-

an itu dapat diterima, misalnya bisa membahayakan

Page 40: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

40

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

dirinya (bisa ancaman kehidupan atau karir), permin-

taan itu harus dipenuhi. Demikian pula permintaan

tidak untuk diberitakan atau off the record. Namun

pewarta harus bersikap kritis terhadap permintaan

semacam itu, mempertanyakan sungguh-sungguh

alasan di balik permintaan itu.

Page 41: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

41

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

BAB 4TEKNIK WAWANCARA

Selain pengamatan peristiwa di lapangan, informasi

bisa didapatkan dari kegiatan wawancara. Wawancara di-

gunakan dalam meliput peristiwa-peristiwa yang bersifat

momentum. Pada peristiwa jenis ini, pewarta kadang tidak

menyaksikan detik-detik peristiwa berlangsung atau

menyaksikannya tetapi tidak secara utuh. Biasanya, pe-

warta melakukan serangkaian wawancara untuk menge-

tahui urutanperistiwa atau untuk menggali keterangan

yang lebih dalam dari sumber lain yang sesuai.

Melalui wawancara, pewarta memperoleh informasi

atau keterangan yang berupa pendapat, kesan, penga-

laman, dan pikiran. Informasi tersebut digunakan untuk

melengkapi tulisan sehingga pewarta bisa menyajikan

berita yang memadukan antara fakta dan pendapat.

Untuk menggali keterangan atau informasi dari

narasumber, wawancara tidak bisa dianggap sekadar

sambil lalu. Wawancara yang direncanakan secara khusus

Page 42: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

42

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

akan memberikan nilai tambah, terlebih apabila sumber-

nya memiliki keistimewaan atau pendapat yang dikemuka-

kannya memberikan pemahaman baru.

Persiapan Wawancara

Untuk melakukan wawancara, pewarta perlu mem-

persiapkan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Sebelum melakukan wawancara, pewarta warga ha-

rus menguasai persoalan yang akan dibicarakan. Bila

perlu, buatlah daftar pertanyaan dari yang bersifat

umum hingga pertanyaan yang sangat rinci.

2. Setelah yakin menguasai persoalan, tentukan arah per-

masalahan yang akan digali. Lengkapi bahan wawan-

cara dengan sejumlah informasi yang terkait dengan

tema wawancara.

3. Setelah menentukan permasalahan, tetapkan siapa

saja yang akan menjadi narasumber untuk diwawan-

carai. Jelaskan, alasan mengapa pewarta harus me-

wawancarai narasumber tersebut.

4. Kenali sifat-sifat narasumber sebelum wawancara.

Untuk mengenali lebih dekat narasumber, bertanya

kepada orang lain yang tahu atau dekat dengan nara-

sumber, atau membaca tulisan dan riwayat hidup,

termasuk kegemaran, keluarga, dan lainnya.

5. Sebelum bertatap muka, buatlah janji dahulu untuk

meminta dan menentukan kapan waktu yang luang

dan tepat tepat untuk melakukan wawancara, karena

Page 43: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

43

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

biasanya sumber berita memiliki kesibukan yang tidak

bisa diganggu.

6. Siapkan mental untuk mengadakan wawancara ka-

rena setiap individu memiliki sifat-sifat yang berbeda-

beda sehingga diperlukan membaca sifat-sifat calon

narasumber sebelum melakukan wawancara.

7. Persiapan peralatan yang diperlukan antara lain, buku

tulis, pena, perekam suara, dan kamera bila diperlu-

kan.

Persiapan-persiapan di atas sebaiknya mendapat per-

hatian serius dari pewarta. Melalui persiapan yang ma-

tang, ia akan mampu menggali sumber berita atau infor-

masi yang diperlukan untuk mengembangkan berita. Un-

tuk mendapatkan hasil yang baik, pewarta harus mene-

mukan orang yang memiliki keahlian dengan permasa-

lahan yang akan menjadi tema wawancara. Misalnya,

untuk menggali informasi radio komunitas tidak bisa

mengambil narasumber dari praktisi radio niaga. Cara

pandang pegiat radio komunitas dan niaga jelas berbeda.

Kalau sudah ada janji wawancara dan waktunya

sudah ditentukan maka pewarta harus menepatinya.

Wawancara bisa dilakukan di mana pun dan kapan pun,

asalkan dalam kondisi yang serba mendadak. Penguasaan

masalah tetap harus dipegang, supaya informasi yang

didapatkan sesuai dan memberi nilai tambah pada berita

yang diharapkan.

Page 44: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

44

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Saat Wawancara

Pada saat wawancara, pewarta perlu memperhatikan

hal-hal berikut ini:

1. Menjaga Suasana

Saat wawancara ciptakanlah suasana santai sehingga

komunikasi tidak terkesan kaku. Meskipun tema yang

dibahas serius, suasana nyaman harus tetap dijaga. Sebe-

lum memasuki materi yang akan dipercakapkan lebih enak

kalau dibuka dengan hal-hal yang umum, misalnya, soal

keadaan narasumber, baik itu masalah kesehatan,

kegemaran, dan sebagainya yang mungkin menyetuh hati.

Lakukan basa-basi secukupnya untuk menarik simpati

agar narasumber tidak terlalu pelit dengan pernyataan.

Namun, apabila waktu untuk wawancara sangat terbatas,

pewarta bisa mengabaikannya. Itu pun harus dibicarakan

sebelum wawancara.

2. Bersikap Wajar

Pewarta bisa berhadapan dengan narasumber yang

benar-benar pakar, namun tidak jarang yang dihadapi

tidak menguasai persoalan. Pewarta tidak perlu rendah

diri atau merasa lebih tinggi dari nara sumber. Pewarta

harus bisa mencegah supaya narasumber tidak bercera-

mah, karena itu ia perlu persiapan menghadapi pelbagai

sifat ini.

Selain persiapan wawancara, pewarta juga perlu

menguasai materi. Pandai-pandailah membawakan diri

agar tidak direndahkan. Apabila menghadapi narasumber

Page 45: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

45

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

yang tidak menguasai masalah, pewarta bisa mengarah-

kan tetapi tanpa harus menggurui sehingga inti persoalan

bisa tergali.

3. Memelihara Situasi

Dalam wawancara pewarta harus pandai memelihara

situasi supaya mendapat informasi yang dibutuhkan.

Hindari situasi perdebatan dengan narasumber, apalagi

kesan menginterograsi atau menghakimi.

Misalnya, ada wawancara dengan kepala desa yang

diduga menyelewengkan dana bantuan desa. Pewarta

tidak boleh langsung bertanya, apakah narasumber

melakukan korupsi? Itu akan menimbulkan ketegangan,

cobalah bertanya, jelaskan bagaimana Anda membelan-

jakan dana bantuan desa?

Dalam menghadapi kasus seperti itu pewawancara

harus mampu mencari celah agar mendapatkan informasi

yang lebih jelas.

4. Menjaga Pokok Persoalan

Menjaga pokok persoalan sangat penting dalam

setiap wawancara agar mendapatkan informasi sebanyak-

banyaknya. Untuk menjaga situasi ada anjuran pewarta

harus mengikuti apa yang dikatakan narasumber. Meski

harus mengikuti pembicaraan narasumber, diharapkan

tidak lari dari pokok persoalan. Berusahalah memperta-

jam pokok masalah agar tetap mendapatkan informasi

yang dibutuhkan.

Page 46: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

46

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Contohnya, untuk mendapat gambaran yang lebih

jelas tentang kerusakan lingkungan, pada awalnya

memang bercerita tentang lingkungan tetapi di tengah-

tengah pembicaraan membelok ke arah lain dan menyim-

pang dari pokok persoalan. Kalau sudah demikian maka

yang dilakukan segera mengembalikan inti persoalan.

5. Kritis

Sikap kritis perlu dikembangkan dalam wawancara

agar mendapat informasi yang lebih rinci dan lengkap.

Untuk itu diperlukan kejelian dalam menangkap persoalan

yang berkaitan dengan pokok pembicaraan yang sedang

dikembangkan.

Jeli dan kritis berkaitan dengan kemampuan pewarta

menangkap setiap kata dan kalimat yang disampaikan

oleh narasumber. Kekritisan tersebut tidak hanya me-

nyangkut pokok persoalan, tetapi juga menangkap

gerakan-gerakan narasumber.

Pewarta bisa meluruskan data bila narasumber salah

mengungkapkannya, baik itu tentang angka, tempat

kejadian, dan sebagainya. Kalau perlu ketika narasumber

sedang memberikan keterangan dalam keadaan gelisah,

hal ini harus ditangkap sebagai isyarat yang bisa

dituangkan dalam tulisan. Dengan demikian pembaca

mendapat gambaran utuh dan laporan tidak kering.

5. Sopan Santun

Dalam wawancara, sopan santun perlu dijaga, karena

Page 47: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

47

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

ini menyangkut etika pergaulan di dalam masyarakat yang

harus diperhatikan dan dipegang teguh. Kendati sudah

mengenal betul narasumber, pewarta dilarang bersikap

sembarangan, sombong, atau perilaku yang tidak

simpatik lainnya.

Di awal maupun di akhir wawancara jangan lupa

mengucapkan terima kasih kepada narasumber. Karena

telah memberikan kesempatan dan mendapatkan

informasi dari hasil wawancara. Pada akhir wawancara

pesanlah kepada narasumber untuk tidak keberatan dihu-

bungi bila ada data masih kurang.

Page 48: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

48

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

BAB 5PENULISAN BERITA

Menulis berita merupakan kegiatan utama pewarta

warga. Untuk mempelajari teknik penulisan dapat dimulai

dengan mengenali unsur-unsur yang membangun sebuah

tulisan. Tulisan terdiri judul, teras berita, tubuh berita,

dan penutup. Namun, belajar menulis berita itu seperti

belajar naik sepeda. Pewarta warga tidak sekadar belajar

teorinya, tapi harus mencoba dan terus mencobanya.

Bahan baku berita adalah hasil peliputan. Fakta-fakta

yang diperoleh dari peliputan dituliskan secara runtut

sehingga enak dibaca. Kriteria enak dibaca harus dipenuhi

agar seluruh berita dibaca oleh pembaca.

Judul Berita

Judul biasanya terdiri atas satu klausa yang meng-

andung sari informasi yang akan dipaparkan pada tulisan.

Apabila diperluka, judul bisa didampingi informasi tam-

Page 49: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

49

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

bahan berupa subjudul. Biasanya subjudul ditempatkan

sesudah judul.

Berikut ini pertimbangan-pertimbangan untuk mem-

buat judul:

(a) Pilihlah kata-kata yang mudah dipahami oleh pem-

baca;

(b) Utamakan kalimat aktif dengan menghilangkan

awalan. Kata-kata berbentuk pasif tidak boleh dihi-

langkan awalannya sebab akan bermakna sebaliknya.

(c) Jangan berupa kalimat, karena judul bukanlah kalimat

melainkan klausa.

(d) Hindari penggunaan singkatan yang belum akrab di

masyarakat.

Contoh :

- Warga Bandar Lampung Dirikan Forum RW untuk

Mengawasi Pelayanan Publik (Berbentuk kalimat

dan terlalu panjang, Forum RW bisa dimaknai fo-

rum rukun warga—karena ini yang lebih dikenal

pembaca)

- Awasi Pelayanan Publik Lewat Forum Rembug

Warga. (Berbentuk klausa, singkat).

Teras Berita

Teras berita merupakan bagian penting dalam

penulisan berita. Teras berita harus memikat pembaca.

Tanpa itu, berita tidak menarik perhatian pembaca untuk

melahapnya. Kegagalan menulis teras berita berarti kehi-

langan daya pikat. Pembaca tidak akan membaca tulisan.

Page 50: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

50

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Oleh karena itu, pewarta warga harus pandai membuat

dan menyusun kalimat saat membuat teras berita.

Tak ada teori yang baku bagaimana menulis teras beri-

ta. Semua teknik yang diajarkan dalam ilmu jurnalistik

hanya berdasarkan pengalaman dan perkembangan me-

dia massa. Apapun metode yang Anda gunakan harus

menggunakan bahasa yang rapi. Gunakan teknik pan-

cingan yang jitu.

Untuk membantu para pewarta warga menulis berita,

perhatikan contoh-contoh teras berita yang dikutip dari

Suara Komunitas

Ringkasan

Materi yang ditulis adalah inti berita. Teras berita jenis

ini paling banyak digunakan, terutama untuk berita-berita

langsung. Misalnya:

Pagi ini (16/4), warga kampung Pekandangan, Kecamatan

Pubian, Kabupaten Lampung Tengah, dikejutkan oleh temuan

bangkai kambing di kandang milik Salim. Kondisi bangkai

kambing sangat mengenaskan akibat luka cabikan dan gigitan

dari seekor harimau Sumatera.

Setelah pembaca teras berita, pembaca sudah bisa

menebak isi tulisan. Pembaca yang berminat bisa mene-

ruskan membaca, sedangkan yang tak berminat bisa mele-

watkan begitu saja. Teras berita rangkuman efektif digu-

nakan untuk menulis berita langsung. Teras berita jenis

ini membantu para pembaca ingin mengetahui informasi

dalam waktu yang singkat.

Page 51: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

51

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Bercerita

Teras berita bercerita menciptakan suatu suasana dan

membenamkan pembaca seperti ikut jadi tokohnya.

Pembaca masih bertanya apa yang terjadi. Misalnya:

Warga Kampung Cilimus, Desa Hurun, Kecamatan Krui,

terlihat cemas. Ada lima ekor ayam dari empat pemilik yang

berbeda mati mendadak sehingga tersebar desas-desus ayam

tersebut terjangkit virus flu burung.

Deskriptif

Teras berita deskriptif memberikan gambaran pada

pembaca tentang suatu tokoh atau suatu kejadian.

Biasanya disenangi oleh penulis yang hendak menulis

profil seseorang. Misalnya:

Namanya Kartowinangun, Laki-laki ini berumur 53 tahun.

Dia adalah salah satu pengrajin atap daun rumbia di Desa

Ciklapa, Kecamatan Kedungreja, Kabupaten Cilacap. Bersama

istrinya, sejak 1985 ia menggeluti pekerjaan itu sebagai

penghasilan utama keluarga.

Pertanyaan

Teras berita pertanyaan menantang rasa ingin tahu

pembaca, asal dipergunakan dengan tepat dan pertanya-

annya wajar saja. teras berita ini sebaiknya satu alinea

dan satu kalimat, dan kalimat berikutnya sudah alinea

baru. Misalnya:

Masih ingat Sumanto? Pria yang pernah mendapat julukan

‘manusia kanibal’ tersebut terlihat di sebuah pameran lukisan

di Purwokerto. Tidak sekadar hadir, Soemanto bahkan didapuk

untuk membuka acara tersebut.

Page 52: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

52

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Menuding

Teras berita ini berusaha berkomunikasi langsung

dengan pembaca dan ciri-cirinya adalah ada kata “Anda”

atau “Saudara”. Pembaca sengaja dibawa untuk menjadi

bagian cerita, walau pembaca itu tidak terlibat pada

persoalan. Misalnya:

Gagasan otonomi desa yang digembor-gemborkan banyak

kalangan sejak adanya Undang-Undang Pemerintah Daerah

Nomor 32 Tahun 2004, belum menyentuh substansi yang sesung-

guhnya.

Penggoda

Teras berita ini berfungsi untuk sekadar menggoda

dengan sedikit bergurau. Tujuannya untuk menggaet

pembaca agar secara tidak sadar dijebak ke baris

berikutnya.Teras berita ini juga tidak memberi tahu, cerita

apa yang disuguhkan karena masih teka-teki. Misalnya:

Rumah Sarwa selalu ramai, jika sebelumnya dipadati oleh

para pendengar, sekarang warga berjubel memintanya maju

dalam Pemilihan Kuwu.

Pembaca mulai menebak isi berita. Isi dibuat seperti

teka-teki yang dijabarkan dalam alinea-alinea berikutnya.

Nyentrik

Teras berita nyentrik, ekstrim, bisa berbentuk puisi

atau sepotong kata-kata pendek. Hanya baik jika seluruh

cerita bergaya lincah dan hidup cara penyajiannya. Misal:

“Awas banjir dan penyakit musiman datang.”

Page 53: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

53

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Membaca teras berita di atas, pembaca tidak bisa

menebak apa isi tulisan. Mereka harus membaca alenia

selanjutnya hingga sampai akhir.

Gabungan

Teras berita gabungan adalah gabungan dari

beberapa jenis teras berita di atas. Misalnya:

“Selamat datang para tamu, terimakasih atas doa restu yang

Anda berikan pada pasangan mempelai.” Seorang penyiar ra-

dio Kemayu FM, Losarang, tengah melakukan siaran dari ru-

mah warga yang mengadakan hajatan pesta pernikahan. Acara

itu direlai ke studio yang berjarak 2 km untuk disiarkan secara

langsung.

Ini gabungan teras berita kutipan dan deskriptif. Teras

berita apa pun bisa digabung-gabungkan.

Tubuh Berita

Tubuh berita merupakan tempat di mana berita terletak.

Dalam tubuh beritalah pembaca dapat mengetahui berita

yang sesungguhnya, dalam arti bukan rangkuman. Ka-

rena tubuh berita menyimpan informasi yang penting,

tubuh berita hendaknya ditulis semenarik mungkin,

sehingga mampu membuat pembaca terus membaca

berita tersebut, namun dengan tetap menjaga keringkasan

berita (karena ruang yang terbatas dalam surat kabar).

Setiap pokok pikiran dipaparkan pada tubuh berita,

didukung alasan yang diperkuat dengan bukti atau

contoh. Tubuh berita terdiri atas sejumlah alinea. Alinea

Page 54: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

54

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

disusun runtut, yang berarti ada keterkaitan antara

informasi yang disampaikan pada satu alinea dengan apa

yang disampaikan pada alinea sesudahnya. Keterkaitan

antaralinea itu biasanya dijembatani melalui kata kunci

atau kalimat.

Tubuh berita dapat disusun dengan susunan piramida

terbalik, dengan susunan kronologis, maupun dengan

susunan di mana informasi penting diletakkan di bela-

kang. Selain teknik penyusunan tubuh berita, membuat

berita yang baik juga dapat dilaksanakan dengan

memperhatikan kesatuan tubuh berita. Hal ini dapat

dilakukan dengan cara mengulangi kata-kata kunci; me-

makai kata maupun frase transisi yang tepat serta

menyusun struktur berita dengan benar dan mengalir.

Di samping itu kekuatan tubuh berita dapat pula

dibangun dengan menyertakan kutipan, baik langsung

maupun tidak langsung, dari sumber berita; menyertakan

nama atau jabatan sumber berita; memberi identifikasi

yang jelas tentang siapa sumber berita serta menyertakan

latar belakang berita.

Penutup

Penutup berita merupakan bagian akhir tulisan. Pada

bagian penutup informasi paling akhir disampaikan.

Penutup disusun dalam nada tulisan yang menggam-

barkan pembaca bahwa tidak ada lagi yang disampaikan.

Pada artikel ilmiah atau populer, penutup bisa berupa ke-

simpulan atau saran.

Page 55: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

55

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Berita Langsung

Penulisan berita dilakukan dalam format piramida

terbalik. Informasi yang paling penting dituliskan pada

bagian awal, sedang rincian informasi dituliskan pada

bagian sesudahnya. Berita harus menginformasikan

sesuatu yang penting dan perlu sesegera mungkin

diketahui pembaca sehingga cara penulisannya harus

langsung ke persoalan, ringkas, jelas, dan bergaya lugas.

Untuk membuat berita langsung yang cepat dan

lengkap, biasakan Anda menulis garis besar berita dengan

teliti. Berbekal garis besar berita pewarta selalu

memperhatikan unsur apa yang terjadi, di mana

kejadiannya, kapan terjadinya, siapa yang terlibat dalam

kejadian, mengapa peristiwa itu terjadi, dan bagaimana

kejadiannya.

Untuk menyusun fakta-fakta yang Anda temui saat

peliputan, ikutlah 5 LANGKAH berikut ini:

PALING PENTING

PENTING

KURANG

PENTING

Page 56: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

56

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

LANGKAH 1

Paragraf pertama disebut dengan teras berita. Teras

berita berisi materi yang paling penting dari peristiwa.

Buatlah paragraf berisi 2-3 kalimat yang memuat unsur

apa kejadiannya, di mana kejadiannya, siapa yang terlibat

dalam kejadian tersebut dan kapan kejadiannya. Misalnya:

Diskusi Kampung (Diskam) menjadi ajang berbagi cerita

bagi para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang pernah bekerja di

luar negeri. Di Kecamatan Kroya, Cilacap ada 30 TKI bercerita

suka dan duka mereka saat bekerja di luar negeri (13/9/2009).

Apa kejadiannya = Diskusi Kampung

Di mana kejadiannya = Kroya Cilacap

Kapan kejadiannya = 13/9/2009 artinya 13 September 2009

Siapa yang terlibat = TKI di Kroya

LANGKAH 2

Paparkan informasi dalam paragraf pertama dengan

kalimat pernyataan. Lalu, tulislah atribut narasumber dan

pendapatnya. Misalnya:

Diskam adalah kegiatan dua bulanan yang diselenggarakan

oleh Pusat Teknologi Komunitas (PTK) Mahnetik Cilacap. Me-

nurut Koordinator PTK Mahnetik Cilacap, Akhmad Fadli (32),

lewat Diskam para TKI belajar bersama pelbagai teknik meng-

atasi masalah saat di luar negeri.

Page 57: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

57

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

LANGKAH 3

Tulislah kutipan langsung dari narasumber yang

ditemui pada saat peliputan.

“Isu kekerasan, penipuan, pemerasan, dan tindakan diskrimi-

natif yang dialami oleh para TKI bukan isapan jempol. Lebih

dari 80 prosen TKI yang mengikuti Diskam memiliki penga-

laman langsung dengan kondisi itu,” ungkapnya.

LANGKAH 4

Buatlah paragraf penutup.

Setelah Diskam para TKI dan calon TKI diajarkan beragam

teknik menggunakan peralatan komunikasi untuk berbagi cerita.

LAKPESDAM berharap kegiatan ini dapat meningkatkan kemam-

puan dan keahlian para TKI yang akan berangkat ke luar negeri.

LANGKAH 5

Lalu buatlah judul yang tepat.

TKI Berbagi Cerita Lewat Diskusi Kampung

Lalu, susunlah paragraf yang telah dibuat berdasarkan

urutannya. Maka akan jadi berita seperti berikut ini:

Page 58: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

58

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

TKI Berbagi Cerita LewatDiskusi Kampung

Diskusi Kampung (Diskam) menjadi ajang berbagi cerita

bagi para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang pernah bekerja di

luar negeri. Di Kecamatan Kroya, Cilacap ada 30 TKI bercerita

suka dan duka mereka saat bekerja di luar negeri (13/9/2009).

Diskam adalah kegiatan dua bulanan yang diselenggarakan

oleh Pusat Teknologi Komunitas (PTK) Mahnetik Cilacap. Me-

nurut Koordinator PTK Mahnetik Cilacap, Akhmad Fadli (32),

lewat Diskam para TKI belajar bersama pelbagai teknik meng-

atasi masalah saat di luar negeri.

“Isu kekerasan, penipuan, pemerasan, dan tindakan diskri-

minatif yang dialami oleh para TKI bukan isapan jempol. Lebih

dari 80 prosen TKI yang mengikuti Diskam memiliki penga-

laman langsung dengan kondisi itu,” ungkapnya.

Setelah Diskam para TKI dan calon TKI diajarkan beragam

teknik menggunakan peralatan komunikasi untuk berbagi cerita.

LAKPESDAM berharap kegiatan ini akan meningkatkan

kemampuan dan keahlian para TKI yang akan berangkat ke luar

negeri. (YS)

Page 59: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

59

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Berita Ringan

Penulisan berita ringan tak jauh beda dengan berita

langsung. Berita ringan tidak mengutamakan unsur

penting yang hendak diberitakan, melainkan sesuatu

yang menarik. Berita ini biasa ditemukan sebagai keja-

dian yang manusiawi dalam kejadian penting. Kejadian

yang penting tersebut dituliskan sebagai berita langsung,

sedang yang menyangkut unsur manusiawi ditulis seba-

gai berita ringan.

Berdasarkan kejadiannya, berita ringat dibedakan atas

dua jenis. Pertama, berita ringan yang kejadiannya

merupakan sampiran dari peristiwa penting yang diberita-

kan lewat berita langsung. Kedua, berita ringan yang

kejadiannya berdiri sendiri, jadi tidak terkait dengan suatu

peritiwa penting yang bisa dituliskan sebagai berita

langsung. Berita ringan jenis kedua dapat “bertahan” lebih

lama, tidak terikat pada aktualitas. Jenis berita ini

memberikan ganjaran psikologis langsung bagi pembaca-

nya, misalnya keterharuan, kegembiraan, dan sebagainya.

Bahan yang ditulis sebagai berita ringan adalah kejadian

pada permukaan saja, tidak perlu melacak latar

belakangnya.

Apa saja unsur menarik yang dapat dijadikan materi

untuk penulisan berita ringan? Unsur menarik ini, karena

bukan sesuatu yang penting dan berdampak langsung

kepada kehidupan pembaca, semata-mata hanya memberi

sentuhan emosional bagi pembaca. Hal-hal semacam itu

terdapat dalam kejadian-kejadian yang mencerminkan

Page 60: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

60

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

kekonyolan (komedi), dramatis, kontroversial, tragis, atau

unik (di luar kebiasaan, atau jarang terjadi).

Seorang tokoh terkenal yang selama ini diketahui

selalu bersantap di restoran mewah, tiba-tiba terlihat

menikmati makan siang disebut warung di pinggir jalan.

Unsur ketenaran tokoh tersebut, dan juga tindakannya

di luar kebiasaan, dapat menjadikan peristiwa itu ditulis

sebagai berita ringan yang menarik. Contohnya

Nikmatnya Wedang Uwuh

Pernah lihat wedang uwuh? Konon, wedang uwuh

merupakan minuman khas raja-raja Mataram yang terkenal di

Imogiri. Di Cengkehan, Wukirsari, Imogiri, Bantul wedang uwuh

juga sangat populer. Apabila Anda berkunjung ke sana akan

menemukan penjual-penjual wedang uwuh yang menawarkan

dagangannya.

Minuman ini terbuat dari bahan-bahan yang diambil dari

alam, yaitu daun manis jangan, jahe, kayu secang, gula batu,

dan lain-lain. Minuman ini tak jauh beda dengan wedang jahe,

berwarna merah, mempunyai harum yang khas (pedas, agak

menthol).

Orang-orang yang telah meminum wedang ini mengatakan

kalau minuman ini banyak manfaatnya, dapat menghilangkan

rasa dingin, pusing, mual, bahkan ketika sedang meriang. Cara

pembuatannya sangat mudah. Tinggal masukkan bahan-bahan

wedang uwuh pada air mendidih, berikan gula batu sesuai selera

untuk mendapatkan rasa manis yang disukai. Minum kala

hangat. Segar.

Page 61: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

61

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Berita Kisah

Berita kisah adalah berita yang ditulis dengan cara

bertutur. Berita kisah digunakan untuk menyampaikan

informasi yang bersifat manusiawi dan perasaan, misalnya

penderitaan atau informasi tentang suka duka itulah yang

menggugah perasaan, pembaca akan merefleksikan

pengalaman orang tersebut ke dalam pengalamannya

sendiri.

Penulisan berita kisah tidak tergantung pada peristiwa

momentum, sekalipun itu memungkinkan. Apabila berita

kisah diangkat dari peristiwa momentum, berarti ada se-

seorang atau sekelompok orang mengamati suka duka

dalam peristiwa itu. Informasi yang penting dari peristiwa

momentum itu tetap biasa diberitakan dalam format

berita langsung, sedang suka duka dikisahkan melalui

berita kisah. Contoh:

Rumbia Ciklapa Makin Merana

Namaku Kartowinangun. Aku salah satu pengrajin rumbia

di Desa Ciklapa. Dua puluh empat tahun menganyam atap

warga.

Sejak 1985, Kartowinangun (53) memenuhi kebutuhan

hidupnya berbekal keterampilan menganyam daun rumbia.

Anyaman daun rumbia dapat dugunakan sebagai atap rumah.

Tanaman rumbia dikenal dengan sebuat daon atau kajang. Daon

hidup sumbur di sepanjang pinggir rawa yang mengepung

Desa Ciklapa.

Page 62: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

62

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Ciklapa merupakan salah satu desa di kawasan Kecamatan

Kedungreja, Cilacap. Desa Ciklapa dikenal sebagai desa yang

kaya akan daun rumbia. Di sepanjang anak Sungai Ciberem

yang membelah desa tumbuh daun rumbia, Banyak warga yang

menjadi pengrajin rumbia. Namun, sebagian besar pengrajin

sudah lanjut usia, seperti Kartowinangun.

Bapak dari 9 anak ini mengaku bisnis rumbia ini mampu

memenuhi tuntutan kebutuhan. Suatu kali, dia coba beralih ke

beberapa pekerjaan, seperti nelayan dan pekerja bangunan. Tapi

lama kelamaan ia merasa bahwa jalan hidupnya tetap ada di

bisnis atap rumbia.

Menurut Karto, para pembeli atap rumbia adalah pengrajin

batu bata. Mereka menggunakan daun rumbia untuk atap gubuk

pembakaran batu bata. Pembeli lainnya datang dari Jogjakarta,

mereka manfaatkan atap rumbia untuk hiasan pesta-pesta

perkawinan.

Kartowinangun sadar lambat laun kebutuhan akan atap

daun rumbia semakin kecil. Dunia modern lebih mengenal

bahan-bahan atap yang terbuat dari beton dan seng. Tapi

dengan pelbagai keterbatasan pengetahuan yang dimilikinya,

Karto tetap menjalani bisnis alam yang telah diturunkan

keluarganya.

Page 63: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

63

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

BAB 6PENYUNTINGAN

Penyuntingan berasal dari kata dasar sunting. Kata

sunting melahirkan bentuk turunan menyunting (kata

kerja), penyunting (kata benda), dan penyuntingan (kata

benda). Kata menyunting berarti menyiapkan naskah siap

terbit dengan memperhatikan sisi sistematika penyajian,

isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan struktur

kalimat). Orang yang melakukan pekerjaan menyunting

disebut penyunting. Jadi, penyuntingan bermakna proses,

cara, perbuatan, yang terkait dengan kegiatan sunting-

menyunting.

Menyunting dapat diartikan sebagai kegiatan

membaca kembali sembari menemukan kesalahan-

kesalahan redaksional sebuah tulisan. Proses ini biasanya

dilakukan oleh penulis terhadap tulisannya sendiri atau

penyunting terhadap tulisan orang lain. Bagi penulis

pemula, kegiatan penyuntingan sering disepelekan, padahal

para penulis besar berpendapat proses penyuntingan adalah

sebuah tahapan yang menjadi kunci sukses mereka.

Page 64: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

64

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Untuk mengetahui kesalahan, baik ejaan, gaya,

maupun pemakaian kata, pewarta harus membaca dan

membaca tulisannya. Bila perlu bacalah dan cek ejaan atau

kata yang meragukan dengan membuka kamus berkali-kali.

Namun, hindari mengecek ejaan atau pemakaian kata

pada saat menulis. Membuka kamus atau buku pedoman

pada saat Anda tengah menulis akan menghambat ke-

lancaran kreativitas dan memakan waktu.

Setelah selesai menulis, segeralah memeriksa ulang

tulisan. Pemeriksaan ulang akan mengurangi kesalahan.

Bila Anda menemukan kata yang salah eja atau salah pa-

kai, tulislah dalam buku catatan Anda. Jangan malu

menyimpan daftar kata yang membingungkan agar selalu

bisa mengecek mana yang salah dan mana yang benar de-

ngan cepat. Belajar mengeja kata-kata itu akan sangat

membantu. Terlebih bila si pewarta memahami tata bahasa

Indonesia yang baik dan benar.

Pengalaman menyunting memberikan banyak keun-

tungan pada pewarta. Pesan yang disampaikan pewarta

dapat ditangkap dengan baik oleh penyunting dan

pembaca. Pewarta juga menjadi lebih disiplin dalam me-

nulis sehingga fakta yang diungkap tidak kabur.

Penyuntingan tulisan perlu mempertimbangkan aspek

pembaca. Tulisan pewarta akan dibaca oleh pelbagai

kalangan, dengan umur, taraf hidup, dan pendidikan yang

berbeda-beda sehingga saat menyunting pewarta perlu

menyesuaikan gaya tulisannya dengan latar belakang

pembaca.

Page 65: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

65

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Secara garis besar kegiatan penyuntingan meliputi:

1. Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang kasat mata.

2. Menghilangkan kontradiksi yang ada dalam tulisan

sebelumnya.

3. Menyesuaikan gaya bahasa.

4. Meringkas beberapa kalimat atau dua kalimat yang

memiliki makna serupa.

5. Menghilangkan arti ganda yang membuat tulisan

jadi membosankan.

6. Melengkapi tulisan dengan anak kalimat atau

subjudul.

7. Memperbaiki judul supaya menarik.

8. Menulis keterangan gambar atau pekerjaan lain

yang terkait dengan tulisan yang disunting.

9. Menelaah kembali hasil tulisan, mungkin masih

terdapat kesalahan secara redaksional atau

substansial.

Bahasa Pewartaan

Ciri bahasa pewartaan adalah hemat, ringkas, jelas,

dan langsung ke persoalan. Umumnya, surat kabar dibaca

sekali saja dan sesudah itu selesai. Penggunaan bahasa

yang bertele-tele harus dihindari saat menulis berita.

Pembaca tak perlu mengerutkan dahi untuk memahami

kata, kalimat, paragraf dalam tulisan berita. Sekali baca,

berita sudah dapat dipahami. Apabila pembaca berhenti

membaca karena kurang paham maka dapat katakan

pewarta telah gagal menulis berita.

Page 66: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

66

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Untuk keperluan di atas, pewarta warga perlu

menguasai cara penggunaan bahasa berdasarkan kaidah

standar berbahasa. Salah satu keahlian bahasa yang harus

kuasai adalah penggunaan ejaan dan tanda baca.

Penggunaan ejaan dan tanda baca yang salah akan

mengganggu pembaca.

Persoalan ejaan mencakup bagaimana menggunakan

huruf besar, imbuhan (seperti awalan, sisipan, dan

akhiran), singkatan, dan penulisan kata asing baik dalam

bentuk asli maupun serapan. Tanda baca mencakup peng-

gunaan koma, tanda seru, tanda penghubung, tanda

kutip, dan sebagainya.

Rujukan pewarta Suara Komunitas adalah pedoman

bahasa yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Nasional,

Departemen Pendidikan Nasional. Secara umum, bahasa

pewartaan memiliki sifat khas, antara lain:

1. Singkat. Bahasa pewartaan menghindari penjelasan

yang panjang dan bertele-tele.

2. Padat. Bahasa pewartaan yang singkat mampu

menyampaikan informasi yang lengkap. Buanglah

kata-kata mubazir dan terapkan ekonomi kata.

3. Sederhana. Memilih kalimat tunggal dan sederhana,

bukan kalimat majemuk yang panjang, rumit. Kalimat

yang efektif, praktis, sederhana pemakaian kali-

matnya, tidak berlebihan pengungkapannya.

4. Lugas. Bahasa jurnalistik mampu menyampaikan

pengertian atau makna informasi secara langsung

dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga.

Page 67: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

67

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

5. Menarik. Penggunakan pilihan kata yang masih hidup,

tumbuh, dan berkembang. Menghindari kata-kata

yang sudah mati.

Ekonomi Kata

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengung-

kapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat

dipahami secara tepat pula (Sugono, 2003:91-92). Lawan

kata efektif adalah pemborosan atau menghambur-

hamburkan kata. Pemborosan kata tak menyebabkan

pelakunya menjadi miskin, tapi tulisan menjadi susah

dipahami. Kata-kata yang tidak perlu sebaiknya dihilang-

kan agar kalimat yang Anda buat menjadi kalimat yang

efektif.

Bagaimanakah cara mengetahui tulisan kita mengan-

dung pemborosan atau tidak?

Cara pertama, setiap kalimat minimal terdiri dari

subjek dan predikat. Banyak jurnalis pemula yang menulis

tanpa subjek, predikat ganda, dan lain-lain.

Misalnya:

Saya mencoba mengharapkan kehadiran teman lama saat

ini.

Bandingkan dengan:

Saat ini, saya berharap kehadiran teman lama.

Cara kedua, periksalah jumlah kata di setiap kalimat.

Apabila jumlah kata yang digunakan lebih dari 12 kata,

maka Anda telah menggunakan kalimat yang rumit.

Page 68: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

68

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Kalimat rumit biasanya terdiri lebih dari satu kalimat.

Maka periksalah apakah susunan induk kalimat dan anak

kalimat sudah benar.

Cara ketiga, periksalah tulisan Anda, apakah masih

mengandung kata atau frase boros. Berikut adalah daftar

kata atau frasa yang sering dipakai tidak hemat tetapi

banyak dijumpai penggunaannya.

BOROS

1. sejak dari

2. agar supaya

3. demi untuk

4. adalah merupakan

5. seperti … dan sebagainya

6. misalnya … dan lain-lain

7. antara lain … dan seterusnya

8. tujuan daripada

9. mendeskripsikan tentang

10.pelbagai faktor-faktor

11.daftar nama-nama

12.mengadakan penelitian

13.dalam rangka untuk

14.berikhtiar dan berusaha untuk memberikan pengawasan

15.mempunyai pendapat

16.melakukan pemeriksaan

17.menyatakan persetujuan

18.apabila …, maka

19.Walaupun …, namun

20.Berdasarkan …, maka

21.Karena … sehingga

22.Namun demikian,

23.sangat … sekali

Page 69: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

69

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

HEMAT

1. sejak atau dari

2. agar atau supaya

3. demi atau untuk

4. adalah atau merupakan

5. seperti atau dan sebagainya

6. misalnya atau dan lain-lain

7. antara lain atau dan seterusnya

8. tujuan tanpa daripada

9. mendeskripsikan tanpa tentang

10.pelbagai faktor

11.daftar nama

12.meneliti

13.untuk (tanpa dalam rangka)

14.berusaha mengawasi

15.berpendapat

16.memeriksa

17.menyetujui

18.Apabila …, tanpa kata penghubung

19.Walaupun …, tanpa kata namun

20.Berdasarkan …, tanpa maka

21.Karena … tanpa sehingga, atau sehingga tanpa karena ..

22.Namun, tanpa demikian atau Walaupun demikian

23.Sangat tanpa sekali, atau sekali tanpa sangat

Bahasa Baku dan Tidak Baku

Bahasa yang digunakan oleh pewarta Suara Komuni-

tas mengacu pada Pedoman Penggunaan Bahasa Indone-

sia. Penggunaan kata dan istilah menggunakan metode

sebagai berikut:

Page 70: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

70

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

1. Mencari kata umum pada bahasa Indonesia terlebih

dahulu

2. Kalau tidak ada mencari kata umum dipakai di

bahasa daerah

3. Kalau masih tidak berhasil, lakukan alihbahasa,

misalnya white collar menjadi kejahatan kerah putih,

4. Kalau ini juga gagal memakai bahasa Inggris. Bila

perlu, kata pinjaman ini dimodifikasi ejaan maupun

lafadnya seperti ini akan membawa kita ke masa

depan yang menjanjikan.

Maraknya penggunaan bahasa asing dalam komuni-

kasi menyebabkan banyak kata dalam bahasa Indonesia

yang mulai hilang. Warga lebih memilih kata dari bahasa

asing, baik secara langsung ataupun dalam bentuk serap-

an. Salah satu tujuan pewartaan warga adalah mengem-

balikan kata-kata yang jarang digunakan agar kosakata

tersebut tidak dihapus dari pengetahuan generasi yang

akan datang.

Berikut ini contoh bahasa yang jarang digunakan

karena tergantikan dengan kata serapan.

TIDAK DISARANKAN DISARANKAN

aksi tindakan

akuntabilitas tanggung gugat

argumen alasan

aktivitas kegiatan

badminton bulutangkis

contreng centang

Page 71: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

71

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

good governance pemerintahan yang baik

keyboard papan ketik

klasifikasi pengelompokan

kontinyu berkelanjutan

kultur budaya

list daftar

mouse tetikus

ndownload unduh

notes catatan

notebook, laptop komputer jinjing

partner mitra

observasi pengamatan

realitas kenyataan

riset penelitian

training pelatihan

upload unggah

Selain itu. biasakan menggunakan kata baku dalam

Bahasa Indonesia sehingga pesan yang Anda sampaikan

lebih gamblang. Berikut ini adalah contoh kata baku dan

tidak baku:

KATA BAKU KATA TIDAK BAKU

apotek apotik

kreativitas kreatifitas

produktif produktiv

analisis analisa

asas azas

telentang terlentang

pelbagai berbagai

sistem sistim

november nopember

Page 72: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

72

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

hakikat hakekat

roboh rubuh

isap hisap

subjek subyek

objek obyek

standar standard

standardisasi standarisasi

legalisasi legalisir

menyukseskan mensukseskan

antarnegara antar negara

memukul mempukul

memproduksi memroduksi

risiki resiko

sekadar sekedar

Pilihan Kata Sesuai Fakta

Tulisan yang baik mampu membawa pembacanya

seolah-olah berada dalam peristiwa yang diwartakan.

Karena itu, pewarta warga harus jujur dalam berbahasa,

sesuaikan bahasa dengan peristiwanya.

Pewarta tidak diperbolehkan memutarbalikan fakta

dengan memilih kata yang gagal menunjukkan peristiwa

yang sesungguhnya. Ungkapkan secara fakta secara rin-

ci, baik dengan kata konkret, kutipan, statisik, dan catatan.

Biarkan fakta yang bercerita sebab arti akan muncul dari

hubungan antara potongan-potongan informasi, bukan

hubungan antara kata-kata. Contoh:

Polisi mengamankan sepuluh Pedagang Kali Lima (PKL)

dalam operasi penertiban di Taman Kota Depok. Kepala Polisi

Sektor Depok, Hermanto, mengatakan anggotanya telah

Page 73: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

73

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

menyita gerobak dan peralatan dagang lainnya sebagai barang

bukti. Setelah dilakukan pemeriksaan, para pedagang serahkan

pada Dinas Sosial untuk dibina selama satu minggu.

Bandingkan dengan paragraf berikut:

Sepuluh pedagang kali lima ditangkap polisi dalam operasi

penggusuran di Taman Kota Depok. Menurut Parjiyem (45),

salah satu PKL, Kepolisian Sektor Depok mengambil gerobak

dan peralatan dagang miliknya. Pedagang selanjutnya diperiksa

dan dikurung di Dinas Sosial selama satu minggu.

Sepintas tidak ada yang perlu dipermasalahkan dalam

paragraf pertama. Paragraf seperti ini sering muncul

dalam pemberitaan di media massa arus utama. Setelah

membaca paragraf kedua perbedaannya cukup terasa.

Pemilihan kata pada paragraf pertama mewakili

kepentingan arus besar dengan pemilihan kata-kata yang

mengaburkan fakta yang sesungguhnya.

KATA KONKRET KATA UBAHAN

penggusuran penertiban

ditangkap diamankan

menyita mengambil

dikurung dibina

Paragraf kedua mewartakan peristiwa sesuai dengan

fakta, misalnya penertiban adalah kata yang digunakan

penguasa untuk melakukan tindakan penggusuran. Kata

diamankan jelas tidak tepat, sebab PKL merasa lebih aman

Page 74: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

74

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

berada di rumah mereka dibanding di kantor polisi, kata

penangkapan jelas lebih tepat.

Menyita adalah tindakan pengambilan setelah adanya

keputusan pengadilan. Kata penyitaan dalam paragraf

satu tidak tepat sehingga gunakan kata yang sesuai

dengan fakta, yaitu mengambil. Kata dibina lebih tepat

diganti dengan kata dikurung sebab kenyataannya para

PKL tidak diperbolehkan meninggalkan Dinas Sosial

selama satu minggu.

Page 75: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

75

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

BAB 7ETIKA PEWARTA WARGA

Etika pewartaan bisa diartikan sebagai nilai yang

menjadi pedoman para pewarta dalam melaksanakan

tugas. Etika pewartaan merupakan aturan main yang

dibuat sendiri oleh para pewarta—melalui suatu

organisasi profesi—dan media massa untuk menjaga agar

pewarta dan media massa tetap berjalan sesuai fungsinya.

Kebebasan kepewartaan bukan berarti memberi

kesempatan kepada pewarta dan media massa untuk

melakukan tindakan sewenang-wenang. Namun,

kebebasan pewartaan berupa kebebasan untuk melaku-

kan proses kepewartaan secara leluasa demi penyajian

fakta yang akurat melalui pemberitaan.

Kerja pewarta warga mampu memengaruhi dan

membentuk opini publik. Pengaruh itu bisa baik tapi juga

bisa buruk. Salah satu pengaruh buruk yang mungkin

ditimbulkan media adalah merugikan pembaca dengan

memberikan informasi yang salah. Etika diperlukan untuk

menjamin berita diliput dan disampaikan dengan cara

yang benar. Artinya, tidak menipu pembaca maupun

Page 76: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

76

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

sumber berita. Etika mengatur tata cara wartawan baik

saat melakukan liputan, sampai menuliskannya menjadi

berita.

Berikut ini adalah beberapa pedoman etika yang

harus diperhatikan:

1. Mengaku sebagai pewarta.

Jangan menyamar atau berpura-pura. Narasumber

harus diberi kesempatan untuk tahu bahwa dia

sedang berbicara dengan seorang wartawan. Reaksi

orang akan berbeda saat tahu bahwa dia menghadapi

wartawan.

2. Melindungi narasumber rahasia.

Ada kemungkinan seorang narasumber kunci mau

memberikan informasi, tapi tidak mau disebutkan

identitasnya. Mungkin dia takut, sungkan atau demi

keamanan. Tapi sebelum memberi jaminan kerahasia-

an, wartawan harus berusaha untuk diijinkan

menyebut identitas narasumber.

3. Mencari narasumber yang benar-benar cocok.

Pilih narasumber yang benar-benar sesuai dengan

tema berita. Bila kita salah memilih narasumber maka

informasi yang kita dapatkan kemungkinan akan

melenceng dari yang sebenarnya.

4. Tidak menerima suap, hadiah, atau fasilitas lain

dari narasumber.

Page 77: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

77

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Bagaimanapun juga seorang wartawan yang telah

‘diberi sesuatu’ oleh narasumber, akan cenderung

berpihak kepada pihak pemberi. Tentu saja hal ini akan

memengaruhi isi berita yang ditulis oleh si wartawan.

5. Memperhatikan keakuratan data.

Jangan percaya begitu saja dengan informasi yang

datang dari satu pihak. Setiap informasi harus di cek

kebenarannya.

Page 78: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

78

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

DAFTAR BACAAN

Bujono, Bambang. dkk (peny.).1997. Seandainya Saya

Wartawan Tempo. Jakarta: ISAI dan Yayasan Alumni

Tempo

Harsono, Andreas. “Sembilan Elemen Jurnalisme” dalam

http://andreasharsono.blogspot.com pada 1 Decem-

ber 2001

Iswara, Luwi. 2005. Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar.

Jakarta: Penerbit Buku Kompas

Kridalaksana, Harmurti. 1988. Kamus Sinonim Bahasa Indo-

nesia. Jakarta: Penerbit Nusa Indah.

Pamungkas. 2001. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indone-

sia yang Disempurnakan. Surabaya: Penerbit Giri Surya.

Rennie, Ellie. 2006. Community Media: A Global Introduc-

tion. Oxford: Rowman & Littlefield Publishers.

Sabarianto, Dirgo. 2001. Kebakuan dan Ketidakbakuan

Kalimat dalam Bahasa Indonesia. Jogjakarta:Penerbit

MGW

Soedjarwo. 1994. Beginilah Menggunakan Bahasa Indone-

sia. Jogjakarta: GMU Press.

Page 79: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

79

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

Sugono, Dendy. dkk. (peny.). 2003. Buku Praktis Berbahasa

Indonesia I. Jakarta: Pusat Bahasa

----------. 2003. Buku Praktis Berbahasa Indonesia II. Jakarta:

Pusat Bahasa

Suparyo, Yossy. 2009. Radio Komunitas dan Pelayanan Publik.

Yogyakarta: CRI

______. 2010. Pewartaan Warga: Teori dan Praktik.

Yogyakarta: CRI

Page 80: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

80

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

TENTANG PENULIS

YOSSY SUPARYO Aktif menulis karya jurnalistik,

sinema, korespondensi, dan pengembangan perangkat

lunak yang berbasis sumber terbuka (open source).

Riwayat pendidikan (1) Jurusan Ilmu Perpustakaan dan

Informasi-Universitas Islam Negeri Yogyakarta (2002); (2)

Jurusan Teknik Mesin-Universitas Negeri Yogyakarta

(1997).

Pengalaman organisasi yang dimiliki antara lain: (1)

Staf Manajemen Pengetahuan CRI (2007-sekarang); (2)

Dewan Pengarah Infest Yogyakarta (2009-sekarang); (3)

Koordinator Pokja Migran Worker Resource Center of In-

donesia (2009-sekarang); (4) Pengurus Besar Pergerakan

Mahasiswa Islam Indonesia (2002-2004); (5) Litbang Pre-

sidium Nasional Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia

(2001-2002); (6) Pimpinan PSDM LPM EKSPRESI Univer-

sitas Negeri Yogyakarta (UNY) (1999-2001); (7) Ketua

Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin UNY (1998-

1999). Tulisannya banyak tersebar di suratkabar, jurnal,

dan media virtual.

Page 81: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

81

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA

CATATAN

Page 82: Penguatan Demokrasi Deliberatif Lewat Pengelolaan Informasi Warga

82

PENGELOLAAN INFORMASI WARGA