pengkajian neurologi

9
Rangkuman Belajar dari Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan by Arif Muttaqin. Penerbit Salemba Medika 2008. Pengkajian keperawatan pada sistem persarafan adalah salah satu komponen dari asuhan keperawatan yang merupakan suatu usaha yang dilakukan perawat untuk menggali masalah dari klien. Pengkajian tersebut meliputi usaha pengumpulan data, pembuktian data kesehatan klien, baik fisik, emosi, pertumbuhan, sosial, kebudayaan, intelektual, mau pun aspek spiritual. Keahlian berkomunikasi, observasi, wawancara, dan pemeriksaan fisik sangat dibutuhkan seorang perawat untuk memperoleh data yang valid (Muttaqin, 2008). Berikut adalah skema pengkajian keperawatan sistem keperawatan (mutaqqin,2008) Pengkajian neurologis dimulai saat pertemuan pertama. Percakapan klien dan keluarga adalah sumber utama untuk mengevaluasi fungsi sistem persarafan secara utuh. Pengkajian secara umum 1. Identitas Klien Identitas klien meliputi : nama, usia (pada masalah disfungsi neurologis kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,

Upload: nela-rosa-harianja

Post on 05-Nov-2015

41 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ttt

TRANSCRIPT

Rangkuman Belajar dari Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan by Arif Muttaqin. Penerbit Salemba Medika 2008.Pengkajian keperawatan pada sistem persarafan adalah salah satu komponen dari asuhan keperawatan yang merupakan suatu usaha yang dilakukan perawat untuk menggali masalah dari klien. Pengkajian tersebut meliputi usaha pengumpulan data, pembuktian data kesehatan klien, baik fisik, emosi, pertumbuhan, sosial, kebudayaan, intelektual, mau pun aspek spiritual. Keahlian berkomunikasi, observasi, wawancara, dan pemeriksaan fisik sangat dibutuhkan seorang perawat untuk memperoleh data yang valid (Muttaqin, 2008).

Berikut adalah skema pengkajian keperawatan sistem keperawatan (mutaqqin,2008)

Pengkajian neurologis dimulai saat pertemuan pertama. Percakapan klien dan keluarga adalah sumber utama untuk mengevaluasi fungsi sistem persarafan secara utuh.

Pengkajian secara umum1. Identitas KlienIdentitas klien meliputi : nama, usia (pada masalah disfungsi neurologis kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, MRS, nomer rekam medis, dan diagnosis medis.

2. Keluhan utamaKeluhan utama klien biasanya akan segera terlihat bila sudah terjadi disfungsi neurologis. Keluhan yang sering muncul adalah : kelemahan ekstremitas sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, kejang (konvusi), sakit kepala hebat, nyeri otot, kaku kuduk, sakit punggung, tingkat kesadaran menurun (GCS kurang dari 15) akral dingin, dan ekspresi takut.

3. Riwayat Penyakit dahuluKetahui riwayat penyakit masa lalu klien. Beberapa pertanyaan yang megarah pada riwayat penyakit dahulu dalam pengkajian neurologis adalah

* Apakah klien menggunakan obat-obat seperti : analgesik, sedatif, hipnotis, antipsikotik,antidepresi, atau perangsang sistem syaraf.

* Apakah klien pernah mengeluhkan gejala sakit kepala, kejang, tremor, pusing, vertigo, kebasatau kesemutan pada bagian tubuh, kelemahan, nyeri, atau perubahan dalam bicara di masa lalu.

* Bila klien telah mengalami gejala dia tas, gali lebih detail. Contoh bila klien mengalami kejang tentukan rangkaian peristiwa (aura, jatuh ke tanah, menangis, aktivitas motorik, fase transisi, hilangnya kesadaran, inkontinensia, lamanya kejang). Pada kasus vertigo atau pusing, tentukan serangan, sensasi, dan gejala yang berhubungan.

* Diskusikan dengan significant other tentang perilaku klien akhir-akhir ini

* Perawat sebaiknya bertanya tentang riwayat perubahan penglihatan, pendengaran, penghidu,pengecapan, dan perabaan.

* Riwayat trauma kepala atau batang spinal, meningitis, kelainan konginetal, penyakit neurologis, atau konseling psikiatri

*Riwayat peningkatan kadar gula dan tekanan darah tinggi

*Riwayat tumor pada sistem persarafan dan akibat yang diderita sekarang.

4.Riwayat Penyakit SekarangPada gangguan neurologis, riwayat penyakit sekarang yang mungkin muncul adalah adanya riwayat trauma, riwayat jatuh, keluhan mendadak lumpuh saat klien melakukan aktivitas, keluhan pada gastrointestinal seperti mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separuh badan, gelisah, letargis, lelah apatis, perubahan pupil, dll.

5. Riwayat penyakit keluargaKaji riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan sistem persarapan.

6. Pengkajian Psikososial

Pengkajian ini meliputi : status emosi, kognitif, dan perilaku klien.

7. Kemampuan Koping normalPengkajian ini untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga serta masyarakat dan respon serta pengaruhnya pada kehidupan sehari-hari. Amati apakah ada dampak seperti : ketakutan, kecemasan, ketidakmampuan, kecacatan, gangguan citra diri.

8. Pengkajian SosioekonomispiritualKaji status ekonomi karena klien rawat inap atau pengobatan jalan yang mahal. Lakukan fungsi advokasi bila ada permasalahan. Perspektif keperawatan mengkaji dua hal, keterbatasan yang diakibatkan oleh defisit neurologis dalam hubungan dengan peran sosial klien dan rencana pelayanan yang akan mendukung adaptasi pada gangguan neurologis di dalam sistem dukungan individu.

Pemeriksaan Fisik NeurologisSecara umum, pemeriksaan fisik pada sistem persarafan ditujukan terhadap area fungsi utama, sebagai berikut :

1. Pengkajian Tingkat Kesadaran

2. Pengkajian Fungsi Serebral

3. Pengkajian Saraf Kranial

4. Pengkajian Sistem Motorik

5. Pengkajian respon reflek

6. Pengkajian Sistem Sensorik

Pengkajian Tingkat KesadaranKesadaran dapat didefinisikan sebagai keadaan yang mencerminkan pengintegrasian impuls eferen dan aferen. Semua impuls aferen disebut input susunan saraf pusat dan semua impuls eferen disebut output susunan saraf pusat (Priguna Sidaria, 1985).

Kewaspadaan adalah kesadaran yang sehat dan adekuat, yaitu aksi dan reaksi terhadap apa yang diserap (dilihat, dicium, didengar, dihidu, dikecap, dll) bersifat sesuai dan tepat.

Koma adalah keadaan saat suatu aksi sama sekali tidak dibalas dengan reaksi.

Koma kortikal bihemisferik adalah gangguan sehingga tingkat kesadaran menurun sampai tingkat terendah akibat neuron pengemban kewaspadaan sama sekali tidak berfungsi.

Koma diensefalik adalah gangguan sehingga tingkat kesadaran menurun sampai tingkat terendah akibat neuron pembangkit kewasapadaan tidak berdaya untuk mengaktifkan neuron pengemban kewaspadaan.

Koma keduanya bisa bersifat supratentorial atau infratentorial.

Kualitas kesadaran adalah parameter paling mendasar dan penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat keterjagaan klien dan respon terhadap lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem persarafan.

Pengkajian Fungsi SerebralPemeriksaan fungsi serebral secara ringkas terdiri dari pemeriksaan status mental, fungsi intelek tual, daya pikir, status emosional, dan kemampuan bahasa.

Status MentalYang dilakukan adalah

1. Observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, dengan melihat cara berpakaian klien, kerapian, dan kebersihan diri

2. Observasi postur, sikap, gerak-gerakan tubuh, ekspresi wajah, dan aktivitas motorik

3. Observasi gaya bicara klien dan tingkat kesadaran

4. Apakah gaya bicara klien jelas atau masuk akal?

5. Apakah klien sadar dan berespon atau mengantuk dan stupor?

Fungsi IntelektualPengkajian ini mencakup kemampuan untuk berpikir secara abstrak dan mamanfaatkan pengalaman. Lesi serebral yang bersifat bilateral dan difusi sangat menentukan pelaksanaan intelektual umum. Sedangkan Lesi yang bersifat lokal dapat menimbulkan aktivitas intelektual yang khusus. Klien yang mengalami kerusakan otak tidak mampu untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang kecil (rumit/kompleks) dan mengalami kesulitan menangkap makna suatu stimulus.

Pengkajian yang dilakukan adalah

1. Mengingat atau memori

2. Pengetahuan umum

3. Menghitung atau kalkulasi

4. Mengenal persamaan dan perbedaan

5. Mempertimbangkan

Daya PikirPriguna Sudharta (1985) dalam Muttqin (2008) menjelaskan alam pikiran atau jalan pikiran hanya dapat dinilai dari ucapan-ucapannya. Pengkajiannya adalah

1. Apakah klien bersifat spontan, alamiah, jernih, relevan, dan masuk akal?

2. Apakah klien mempunyai kesulitan berpikir, khayalan, dan keasyikan sendiri?

3. Apa yang menjadi pikiran klien?

Status EmosionalPengkajian emosional bisa dilihat dari :

1. Apakah tingkah laku klien alamiah, datar, peka, pemarah, cemas, apatis, atau euforia..?

2. Apakah alam perasaan klien berubah-ubah secara normal atau iramanya tidak dapat di duga dari gembira menjadi sedih selama wawancara?

3. Apakah tingkah laku klien sesuai dengan kata-kata atau isi dari pikirannya?

4. Apakah komunikasi verbal klien sesuai dengan tampilan komunikasi nonverbal?

Penilaian harus dilakukan secara pengertian melihat latar belakang klien seperti pendidikan, agama, dan faktor lain. Kecemasan dan ketegangan dapat terlihat dari sikap dan tingkah laku klien. Mata yang tidak tenang, warna wajah kemerahan, berkeringat, serta gemetar bisa mengungkapkan kecemasan dan ketegangan.

Kemampuan BahasaPada pengkajian ini mungkin perawat menemukan

1. Disfasia/afasia

Yaitu defisiensi fungsi bahasa akibat lesi atau kelainan korteks serebri.

macam-macam

Disfasia reseptif (posterior) : klien tidak bisa memahami bahasa lisan / tertulis. Bila klien tidak dapat memahami setiap perintah atau pertanyaan yang diajukan. Biasanya lancar tapi tidak teratur. Terjadi karena adanya lesi (infark, pendarahan, tumor) pada hemisfer yang dominan pada bagian posterior girus temporalis superior.

Disfasia Ekspresif (anterior) : klien dapat mengerti, tetapi tidak dapat menjawab dengan tepat. Bicaranya tidak lancar. Dikarenakan karena ada lesi pada bagian posterior girus frontalis inferior.

Disfasia nominal : klien tidak mampu menyebutkan benda tetapi aspek-aspek lain dari fungsi bicara klien normal. Disebabkan oleh lesi pada daerah temporoparietal posterior kiri.

Disfasia konduktif : Klien tidak dapat mengulangi kalimat-kalimat dan sulit menyebutkan nama benda, tetapi dapat mengiuti perintah. disebabkan oleh lesi pada fasikulus arkuatus.

2. Disartia yaitu kesulitan artikulasi. Penyebab tersering adalah intoksikasi alkohol, penyekit serebelum kehilangan koordinasi (bicara pelo)

3. Disfonia yaitu kualitas suara berubah (parau) dengan volume kecil akibat penyakit pada pita suara.

Untuk Pengkajian Saraf kranial, Sistem motorik, respon reflek, dan sensorik Tunggu post berikutnya :D