pengelolaan alokasi dana desa yang bebas dari …
TRANSCRIPT
![Page 1: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA YANG BEBAS DARI …](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022012518/61921f9faf99593f517acc34/html5/thumbnails/1.jpg)
Disiplin : Majalah Civitas Akademika Sekolah Tinggi Ilmu Hukum sumpah Pemuda
http://disiplin.stihpada.ac.id/ p-issn : 1411-0261 e-issn : 2746-394X
available online at http://disiplin.stihpada.ac.id/index.php/Disiplin/article/view/14
Volume 26 Nomor 2 September 2020 Page : 39-51
doi : http://doi.org/10.5281/zenodo.3923251
39
PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA YANG BEBAS DARI KORUPSI
Muryanto, Marsudi Utoyo, Firman Freaddy Busroh
Program Pascasarjana Magister Hukum
Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Sumpah Pemuda
Abstrak
Pemberian Alokasi Dana Desa merupakan wujud dari pemenuhanhak desa untuk me-
nyelenggarakan otonominya agar tumbuh dan berkembangmengikuti pertumbuhan dari desa
itu sendiri berdasarkan keanekaragaman,partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, pem-
berdayaan masyarakat dan meningkatkanperan Pemerintah Desa dalam memberikan pe-
layanan dan meningkatkankesejahteraan masyarakat serta memacu percepatan pem-
vbangunan dan pertumbuhanwilayah-wilayah strategis. Pemangkasan anggaran untuk se-
mua kementerian dan lembaga negara, namun khusus pos anggaran dana desa tidak ada
pengurangan.Ini menunjukkan konsistensi komitmen pemerintah dalam program pengen-
tasan kemiskinan di pedesaan dan pembangunan daerah tertinggal. Mengingat dana desa
saat ini peruntukannya difokuskan pada pembangunan infrastruktur desa dan pember-
dayaan masyarakat.Terhadap pengelolaan dana desa, yang dikhawatirkan banyak pihak
adalah penggunaannya yang berpotensi dikorupsi. Baik sengaja ataupun tidak disengaja
(karena kekurangpahaman cara pemanfaatan maupun pelaporan administratifnya) oleh
perangkat desa dan siapapun yang berkaitan dengan penggunaan dana desa. Kelemahan
utama pengawasan penggunaan dana desa sejatinya berpangkal pada kondisi sosiologis di
pedesaan yang masih feodalistik. Lembaga apapun yang ada di pedesaan, akan cenderung
melemah ataupun mudah diperlemah oleh kultur feodalistik yang ada sehingga terjadi
korupsi.
Kata Kunci : Alokasi Dana Desa, Korupsi, Tanggung Jawab
Abstract
The granting of Village Fund Allocation is a form of fulfilling the village's right to carry
out its autonomy so that it grows and develops following the growth of the village itself
based on diversity, participation, original autonomy, democratization, community
empowerment and increasing the role of the Village Government in providing services and
improving the welfare of the community and spurring acceleration development and
growth of strategic areas. Budget cuts for all ministries and state institutions, but
specifically for village budget funds there is no reduction. This shows the consistency of
the government's commitment in poverty alleviation programs in rural areas and the
development of disadvantaged areas. Considering that the current village budget
allocation is focused on the development of village infrastructure and community
empowerment. Regarding the management of village funds, what is feared by many parties
is their use which has the potential to be corrupted. Whether intentionally or
unintentionally (due to a lack of understanding of how to use and administrative reporting)
by village officials and anyone related to the use of village funds.The main weakness of the
supervision of the use of village funds actually stems from the sociological conditions in
the countryside which are still feudalistic. Any institution in the countryside will tend to
weaken or be easily weakened by existing feudalistic culture, resulting in corruption.
Keywords: Village Fund Allocation, Corruption, Responsibility
![Page 2: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA YANG BEBAS DARI …](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022012518/61921f9faf99593f517acc34/html5/thumbnails/2.jpg)
Disiplin : Majalah Civitas Akademika Sekolah Tinggi Ilmu Hukum sumpah Pemuda,
Vol. 26 No.2 September 2020, hal. 39-51
40
A. Latar Belakang
Agenda reformasi di Indonesia salah
satunya adalah desentralisasi, inisiatif desen
tralisasi lahir dari semangat mengembang
kan prinsip-prinsip demokrasi lokal yang
diabaikan selama Orde Baru dengan dike
luarkannya Undang-Undang Nomor. 23 Ta-
hun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
yang berlaku sebelumnya adalah Unda-
ng-undang Nomor. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah menggantikan Unda-
ng-Undang yang berlaku sebelumnya yaitu
Undang-undang Nomor. 5 Tahun 1974 ten-
tang Pemerintahan di Daerah. Perubahan
yang paling penting dengan adanya Unda-
ng-undang Nomor 23 Tahun 2014 ini ada-
lah pelimpahan kewenangan pemerintah pu
sat kepada daerah menyangkut sektor pela
yanan publik.1
Pemerintahan Desa adalah bentuk pe-
merintahan terkecil yang ada di negeri ini.
Luas wilayah desa biasanya tidak terlalu
luas dan dihuni oleh sejumlah keluarga.
Mayoritas penduduknya bekerja di bidang
agraris dan tingkat pendidikannya cende-
rung rendah. Karena jumlah penduduknya
tidak begitu banyak, maka biasanya hubu-
ngan kekerabatan antar masyarakatnya ter-
jalin kuat. Sebagai bagian terkecil dari sis-
tem pemerintahan di Indonesia, Desa meme-
gang peranan penting terutama berkaitan de-
ngan pembangunan-pembangunan yang la-
ngsung menyentuh kepada masyarakat.
Bantuan-bantuan tersebut diberikan se
cara langsung melalui desa untukdisalurkan
langsung kepada masyarakat agar masyara
kat membudidayakannya. Akantetapi dalam
kenyataannya bantuan-bantuan tersebut ada
yang tersalurkan kepadamasyarakat ada pula
yang tidak sampai, melainkan dimanfaatkan
oleh kelompok-kelompok tertentu. Banyak-
nya bantuan pemerintah yang dialokasikan
1Tertuang dalam Pasal 9, 10 Undang-undang
Nomor. 23 Tahun 2014, “Kewenangan daerah
mencakup kewenangan dalam seluruh bidang
pemerintahan kecuali dalam bidang politik luar
negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter
dan fiskal, agama ...”
untukpembangunan desa merupakan salah
satu bentuk perhatian pemerintah daerah
kepadadesa. (Peraturan Pemerintah) PP No
72 Tahun 2005 tersebut dijelaskan pula
bahwa minimalnya 10% darisumber penda
patan daerah yang diterima Kabupaten yang
diterima dari danaperimbangan propinsi dan
daerah, selanjutnya di bagi secara propor
sional yakni 30%untuk biaya operasional
dan 70% untuk kegiatan pemberdayaan ma
syarakat.Sementara itu dalam Peraturan Me
nteri Dalam Negeri (PERMENDAGRI) No
mor 37Tahun 2007 Tentang Pedoman Penge
lolaan Keuangan Desa disebutkan bahwa,
Pendapatan Desa terdiri dari:
a) Pendapatan Asli Desa (PADesa);
b) Bagi Hasil PajakKabupaten/Kota;
c) Bagian dari Retribusi Kabupaten/
Kota;
d) Alokasi Dana Desa(ADD);
e) Bantuan Keuangan dari Pemerintah,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten/Kota dan Desa lainnya;
f) Hibah; dan
g) Sumbangan Pihak Ketiga.
Jumlah Alokasi Dana Desa (ADD) ya
ng diterima oleh Kepala Desa sangatlahkecil
dan tidak sebanding dengan tanggungjawab
Kepala Desa yang diharapkan dapat meng
organisir pembangunan desa. Apalagi buda
ya pemotongan ADD oleh oknumbirokrasi
sehingga yang diterima oleh Pemerintah De
sa menjadi kecil. SedangkanPendapatan As
li Desa (PAD) hanya mengandalkan satu-
satunya kekayaan desaadalah tanah Beng
kok yang dimiliki oleh pemerintah desa. Hal
tersebut memaksapemerintah desa membuat
proposal proyek Infrastruktur sebanyak mu
ngkin kePemerintah Kabupaten.
Sedikitnya Alokasi Dana Desa dari pe
merintah Kabupaten, hal ini diperparah de
ngan banyaknya oknum-oknum, baik dari
Desa maupun kecamatan yang memanfaat
kan ADD tanpa hak dan kewenangan. Po
tensi penyelewengan keuanganDesa, jelas sa
ngat besar, hal ini tidak terlepas dari kelema-
han pengawasan dari aparatpemerintah ka
bupaten terhadap alur proses mengalirnya
![Page 3: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA YANG BEBAS DARI …](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022012518/61921f9faf99593f517acc34/html5/thumbnails/3.jpg)
Pengelolaan Alokasi Dana Desa … Muryanto
Marsudi Utoyo
Firman Freaddy Busroh
41
dana. Disamping itu yangtidak kalah penting
nya adalah Sumber Daya manusia dari apa
rat pemerintahan desaitu sendiri yang pada
umumnya lemah.
Kendati lokal menjadi locus korupsi
yang lebih terbuka, desentralisasi juga mem
bawa implikasi lain yaitu terjadinya pengua
tan kelompok masyarakat sipil di tingkat
lokal. Sejak penerapan kebijakan desentrali
sasi adalah berkembangnya organisasi ma
syarakat sipil dan media massa yang sema
kin bebas dan terbuka meski tidak berarti
perkembangan itu diikuti dengan mening
katnya kapasitas dan peran politik organi
sasi tersebut di tingkat lokal. Dari catatan
LP3ES pada tahun 2003 saja diperkirakan
terdapat 450 LSM yang aktif mengusung
berbagai isu di masyarakat. Bila dihitung
dengan berbagai LSM yang baru berdiri,
angka tersebut sangat mungkin membesar
beberapa kali lipat mengingat bahwa me
mang tidak ada keharusan melakukan pen
daftaran atau pendirian melalui badan nega
ra secara formal.2
Pemerintah sudah mengucurkan dana
desa sebanyak Rp 127,74 triliun sejak perta
ma kali digelontorkan pada 2015. Desa ya
ng sudah menerima dana tersebut 74.910 de
ngan rincian pada 2015 sebesar Rp 20,76
triliun, 2016 Rp 49,98 dan 2017 Rp 60
triliun.Presiden Joko Widodo (Jokowi) me
ngatakan setiap desa pada tahun pertama
kira-kira dapat Rp 300 juta, tahun kedua Rp
600 juta, tahun ketiga Rp 800 jutaan. Me-
nurut Presiden Jokowi, dari sekitar 74.000
desa yang menerima Dana Desa, ta hun ini
ada kurang lebih 900 desa yang mempunyai
masalah, kepala desanya ditang kap, karena
menyelewengkan Dana Desa. Untuk itu,
Jokowi meminta agar hati-hati mengguna-
kan dana ini."Silakan dipakai un tuk mem-
bangun infrastruktur silakan, jalan desa si-
lakan, dipakai untuk embung silakan, dipa-
2Tim Lindsey, 2002, “Anti-corruption and
NGOs in Indonesia”, in Stealing from the People:
The Clamp Down: in Search of New Paradigms,
Book 4, Jakarta, Aksara Foundation for Partnership
for Governance Reform in Indonesia, hlm 35-42
kai untuk irigasi yang kecil-kecil sila kan,
dipakai untuk membendung sungai ke cil
silakan. Yang paling penting yang tidak
boleh, hanya satu, jangan ada yang nganto
ngin untuk kepentingan pribadi, ini yang
tidak boleh," tegas Presiden Jokowi.3
Kelonggaran yang diberikan pemerin
tah pusat kepada pemerintah desa untuk me
ngelola Dana Desa membawa banyak man
faat, terutama dalam pembangunan di desa.
Namun demikian, wewenang tersebut jika
tak diimbangi dengan sadar hukum justru
akan membawa kesulitan bagi aparat desa,
juga menimbulkan kerugian bagi warga
desa. Padahal desa merupakan cikal bakal
terbentuknya masyarakat dan pemerintahan
di Indonesia. Jauh sebelum bangsa-negara
modern terbentuk, kelompok sosial sejenis
desa atau masyarakat adat dan lain sebagai
nya, telah menjadi bagian yang penting da
lam suatu tatanan negara.4
Pengelolaan dana desa, haruslah se
suai dengan regulasi yang ada agar tujuan
dari Dana Desa tersebut dapat tepat sasaran
dan tidak menimbulkan perkara hukum.
Dana Desa adalah dana yang bersumber
dari Anggaran pendapatan dan belanja ne-
gara yang diperuntukkan bagi desa yang
ditransfer melalui anggaran pendapatan dan
belanja derah kabupaten/kota dan diguna-
kan untuk membiayai penyelenggaraan pe-
merintahan, pelaksanaan pembangunan, pe-
mbinaan, kemasyarakatan dan pemberdaya-
an masyarakat.5 Minimnya pendapatan de-
sa menjadi kendala Pemerintah Desa untuk
menyelenggarakan pemerintahan desa de-
ngan baik. Meskipun Dana Desa merupa-
kan dana perimbangan yang diterima oleh
Kabupaten/ Kota, namun dana tersebut sa-
ngat dinantikan oleh Pemerintah Desa, kare
3ttps://www.merdeka.com/uang/gurih-gurih-s
edap-korupsi-dana-desa-sampai-900-kades-terciduk-
aparat.html, diakses pada tanggal 17 Desember 2018 4
Ni’matul Huda, 2014, Perkembangan
Hukum Tata Negara (Perdebatan dan Gagasan
Penyempurnaan), FH UII Press, Yogyakarta,hlm
361 5Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 2014
dan Peraturan Pemerintah RI Tahun 2016 Tentang
Desa, Citra Umbara, Bandung, hlm 214
![Page 4: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA YANG BEBAS DARI …](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022012518/61921f9faf99593f517acc34/html5/thumbnails/4.jpg)
Disiplin : Majalah Civitas Akademika Sekolah Tinggi Ilmu Hukum sumpah Pemuda,
Vol. 26 No.2 September 2020, hal. 39-51
42
na itu Dana Desa sangat membantu keua-
ngan desa. Mengelola keuangan desa ada-
lah kewenangan Kepala Desa yang dapat di
kuasakan sebagian kepada perangkat desa.6
Pengakuan keberadaan desa dalam Unda-
ng-undang Nomor. 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
diubah kedua kali dengan Undang-undang
Nomor. 9 Tahun 2015, ditegaskan dalam
Pasal 2 yang menyebutkan bahwa:
(1) Negara Kesatuan Republik Indo-
nesia dibagi atas Daerah provinsi
dan Daerah provinsi itu dibagi atas
Daerah Kabupaten dan Kota.
(2) Daerah Kabupaten/Kota dibagi atas
Kecamatan dan Kecamatan dibagi
atas Kelurahan dan/atauDesa.
Demikian pula dalam Pasal 371 ayat
(1) UU Nomor 23 Tahun 2014 kembali
menegaskan bahwa:
(1) Dalam Daerah kabupaten/kota dapat
dibentuk Desa.
(2) Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mempunyai kewenangan se-
suai dengan ketentuan peraturan pe-
rundang-undangan mengenai Desa.
Dengan demikian maka desa diakui
keberadaannya dan memiliki kewenangan
asli yang berasal dari hak asal-usul. Konse-
kuensi dari pengakuan atas otonomi asli
adalah Desa memiliki hak mengatur dan me
ngurus rumah tangganya sendiri berdasar-
kan asal-usul dan adat-istiadat setempat
(self governing community).
Pada dasarnya pembangunan di Ne-
gara Indonesia ditopang olehpembangunan
di tingkat nasional dan provinsi, demikian
juga maju mundurnyapembangunan di pro-
pinsi tidak terlepas dari pembangunan di
Kabupaten-kabupatenyang berada di bawah-
nya. Dan sudah barang tentu maju mundur-
nya Kabupatentergantung pada pembangu-
nan di kelurahan dan desa-desa di bawah
pemerintahannya. Demikian pula dengan
6
Lihat Pasal 93 ayat (3) Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa.
laju pertumbuhan perekonomian disuatu dae
rah baik Kabupaten maupun propinsi tidak
terlepas dari kemajuan pembangunan eko-
nomi di desa-desa.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 Tentang Pemerintahan Daerah menga-
tur secara khusus mengenai pendpatan da-
erah, yang di atur dalam Pasal 1 ayat35 me-
nyatakan bahwa “Pendapatan Daerah adalah
semua hak Daerah yang diakuisebagai pe-
nambah nilai kekayaan bersih dalam periode
tahun anggaran yangbersangkutan”, dan pa-
da Pasal 380 dalam penjelasan ayat 2, yaitu :
“Khusus untuk penga-
wasan yang terkait keuangan
Daerah meliputi kegiatanaudit,
reviu, evaluasi, pemantauan,
dan bimbingan teknis dalam
pengelolaanAPBD
kabupaten/kota yaitu sejak ta-
hap perencanaan, pelaksana-
an, pemantuan dan evaluasi
atas pelaksanaan APBD (ter-
masuk penyerapan APBD),
sampai dengan pertanggung-
jawaban pelaksanaan APBD
kabupaten/kota yang dilaku-
kan inspektorat kabupaten/ko-
ta dapat bekerjasama dengan
Inspektorat Jenderal Kemen-
terian dan/atau lembaga peme-
rintah non kementerian yang
menyelenggarakan urusan pe-
merintahan bidang pengawa-
san”.
Sumber pendapatan desa antara lain,
Pendapatan asli desa, bagi hasil pajakdaerah
dan retribusi daerah kabupaten/kota, bagian
dari dana perimbangan keuanganpusat dan
daerah yang diterima oleh kabupaten/kota,
bantuan dari pemerintah, pemerintah pro-
pinsi, dan pemerintah kabupaten/kota, hibah
dan sumbangan daripihak ketiga. Dengan
demikian hampir dapat dipastikan, banyak
desa yang hanya bergantung pada bantuan
dari pemerintah pusat, provinsi maupun
Kabupaten. Alhasil tujuan penyelenggaraan
otonomi daerah yakni memajukan pereko-
nomian didaerah, menciptakan efisiensi dan
![Page 5: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA YANG BEBAS DARI …](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022012518/61921f9faf99593f517acc34/html5/thumbnails/5.jpg)
Pengelolaan Alokasi Dana Desa … Muryanto
Marsudi Utoyo
Firman Freaddy Busroh
43
efektivitas pengelolaan sumber kekayaan
daerah, sulit untuk dicapai.7
Desa mempunyai hak untuk mem-
peroleh bagi hasil pajak daerah dan retri-
busidaerah dan bagian dari dana perim-
bangan keuangan pusat dan daerah yang di-
terima oleh Kabupaten/Kota. Bagian perole-
han desa dari Kabupaten disebut Alokasi
DanaDesa (ADD) yang disalurkan melalui
kas desa. Pemberian ADD merupakan wu-
jud pemenuhan hak desa untuk menyeleng-
garakan otonominya agar tumbuh dan ber-
kembang berdasarkan keanekaragaman, par-
tisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan
pemberdayaan masyarakat itu sendiri.8
Melalui Alokasi Dana Desa, desa
ataupun kelurahan berpeluang untuk menge-
lola pembangunan, pemerintahan dan sosial
kemasyarakatan desa secara otonom. Alo-
kasi Dana Desa adalah dana yang diberikan
kepada desa yang berasaldari dana perim-
bangan keuangan pemerintah pusat dan dae-
rah yang diterima olehKabupaten/Kota. Pem
berian Alokasi Dana Desa merupakan wujud
dari pemenuhanhak desa untuk menyeleng-
garakan otonominya agar tumbuh dan ber-
kembang mengikuti pertumbuhan dari desa
itu sendiri berdasarkan keanekaragaman,
partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, pem
berdayaan masyarakat dan meningkatkan
peran Pemerintah Desa dalam memberikan
pelayanan dan meningkatkankesejahteraan
masyarakat serta memacu percepatan pem-
bangunan dan pertumbuhan wilayah-wila-
yah strategis.9
7Mardiasmo, 2004, Otonomi dan Manajemen
Keuangan Daerah, Penerbit Andi, Yogyakarta,
hlm59 8Sukesi, EfektivitasProgram Alokasi Dana
Desa (ADD) Terhadap Perekonomian Desa Di
KabupatenPacitan, Jurnal Ilmiah, Universitas
Dokter Sutomo, Surabaya, Vol. 1 Desember Tahun
2007, hlm43 9
Bayu Sukmawan Budiyono,
2013,Pelaksanaan Kebijakan Alokasi Dana Desa
Berdasarkan PermendagriNo. 37 Tahun 2007
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa,
Jurnal ilmiah, Fakultas HukumUniversitas
Brawijaya, Malang,hlm 4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang ya-
ng telah diuraikan dalam latar belakang dan
dikaitkan dengan judul tesis, maka pada
kesempatan ini Penulis mengangkat perma-
salahan yaitu:
1. Bagaimana Tanggung Jawab Pidana
Kepala Desa dalam Rangka Pengelola
an Alokasi Dana Desa?
2. Faktor-faktor Apa Saja yang Menjadi
Penyebab Terjadinya Penyelewengan
Pengelolaan Alokasi Dana Desa ?
C. Pembahasan
1. Tanggung Jawab Pidana Kepala
Desa dalam Rangka Pengelolaan
Alokasi Dana Desa
Pengelolaan merupakan istilah yang
dipakai dalam ilmu manajemen secara eti-
mologi pengelolaan berasal dari kata “ke-
lola” (to manage) dan biasanya merujuk pa-
da proses mengurus atau menangani sesuatu
untuk mencapai tujuan. Meskipun banyak
ahli yang memberikan pengertian tentang
pengelolaan yang berbeda-beda, namun pa-
da prinsipnya memiliki maksud dan tujuan
yang sama. Menurut Balderton bahwa pe-
ngelolaan sama dengan manajemen yaitu
menggerakkan, mengorganisasikan, dan me-
ngarahkan usaha manusia untuk meman-
faatkan secara efektif material dan fasilitas
untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan
Moekijat mengemukakan bahwa pengelola-
an adalah merupakan rangkaian kegiatan
yang meliputi perencanaan, pengorganisa-
sian, petunjuk, pelaksanaan, pengendalian
dan pengawasan.10
Pengelolaan dalam administrasi adal-
ah merupakan sustu proses yang dimulai
dari proses perencanaan, pengaturan, peng-
awasan, penggerak, sampai dengan proses
terwujudnya tujuan. Dengan demikian da-
pat dikatakan bahwa istilah pengelolaan me
miliki pengertian yang sama dengan mana-
jemen, dimana pengelolaan merupakan ba-
10
RahardjoAdisasmita,2011, Pengelolaan
Pendapatan dan Anggaran Daerah, Graha Ilmu,
Yogyakarta, hlm 21-22
![Page 6: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA YANG BEBAS DARI …](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022012518/61921f9faf99593f517acc34/html5/thumbnails/6.jpg)
Disiplin : Majalah Civitas Akademika Sekolah Tinggi Ilmu Hukum sumpah Pemuda,
Vol. 26 No.2 September 2020, hal. 39-51
44
gian dari proses manajemen karena didalam
nya harus memperhatikan mengenai proses
kerja yang baik, mengorganisasikan suatu
pekerjaan, mengarahkan dan mengawasi, se
hingga apa yang diharapkan dapat terlak-
sana dengan baik.
Berdasarkan beberapa pengertian ten-
tang pengelolaan yang telah dikemukakan,
maka pengelolaan bukan hanya melaksana-
kan suatu kegiatan, akan tetapi merupakan
rangkaian kegiatan yang meliputi fungsi-
fungsi manajemen, seperti perencanaan, pe-
laksanaan dan pengawasan untuk mencapai
tujuan secara efektif dan efesien.11
Paradigma baru pengelolaan keuang-
an negara sesuai dengan perundang-unda-
ngan dibidang keuangan negara meliputi
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 ten-
tang Keuangan Negara, Undang-undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Pembendaha
raan Negara, dan Undang-undang Nomor 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Penge
lolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Ne-
gara setidaknya mengandung tiga kaidah
manajemen keuangan yaitu: orientasi pada
hasil, profesionalitas, serta akuntabilitas dan
transparansi. Paradigma ini dimaksud- kan
untuk memangkas ketidakefisienan.
Dalam Permendagri Nomor 113
Tahun 2014 menyebutkan bahwa pengelo-
laan Keuangan desa adalah merupakan ke-
seluruhan kegiatan yang meliputi peren
canaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelapo
ran, dan pertanggungjawaban keuangan de-
sa.12
Pada Pasal 2 tentang asas pengelolaan
Keuangan Desa, Keuangan desa dikelola
berdasarkan asas-asas transparan, akuntan-
bel, partisipatif serta dilakukan dengan ter-
tib dan disiplin anggaran. Dalam penge-
lolaan Keuangan desa sebagaimana dimak-
sud dalam masa 1 (satu) tahun anggaran
yakni mulai tanggal 1 Januari sampai deng-
an tanggal 31 Desember.13
11
Rahardjo Adisasmita, Op.Cit, 21-22. 12
Permendagri RI Nomor 113 Tahun 2014
Tentang Pengelolaan Keuangan Desa. 13
Ibid
Pertanggungjawaban Pidana dalam Pe-
ngelolaan Dana Desa
Pertanggungjawaban pidana dalam pe
ngelolaan Dana Desa berdasarkan PP RI
Nomor 8 Tahun 2016 tidak diatur. Sanksi
yang diatur dalam PP RI Nomor 8 Tahun
2016 hanyalah sanksi administratif yang
disebutkan dalam pasal 17 angka (3) dan (4),
yaitu : Pasal 17 angka (3) : Dalam hal
Menteri belum menerima dokumen sebagai
mana dimaksud pada ayat (1) atau bupati/
walikota belum menerima dokumen sebagai
mana dimaksud pada ayat (2), Menteri atau
bupati/walikota mengenakan sanksi adminis
tratif berupa penundaan penyaluran Dana
Desa sampai dengan diterimanya dokumen
tersebut. Dan Pasal 17 angka (4) : Keten
tuan lebih lanjut mengenai tata cara pengen
aan sanksi administratif sebagaimana dimak
sud pada ayat (3). Pertanggung jawaban
sanksi pidana pada pengelolaan Dana Desa
dapat dilakukan jika terjadi tindak pidana
korupsi. Dalam hal tindak pidana korupsi,
jenis-jenisnya dapat dikelompokkan dalam
tujuh jenis korupsi yaitu :
(1) jenis korupsi yang merugikan ke-
uangan negara;
(2) suap menyuap;
(3) penggelapan dalam jabatan;
(4) pemerasan;
(5) perbuatan curang;
(6) benturan kepentingan dalam penga-
daan, dan
(7) gratifikasi.
Jenis-jenis korupsi di atas merupakan
bagian dari cara bagaimana memahami pe
ngertian korupsi. Pengertian korupsi sebe
narnya telah dimuat secara tegas dan jelas
dalam Undang-Undang Nomor 3 tahun 1971
tentang pemberantasan tindak pidana korup-
si. Dalam Undang-Undang tersebut, penger-
tian korupsi sebagian besar merujuk dari
Undang-Undang Hukum Pidana (Kitab Un-
dang-Undang Hukum Pidana) yang lahir
sebelum negara ini merdeka. Namun sampai
saat ini pemahaman masyarakat terha- dap
korupsi masih sangat kurang.14
14KPK Republik Indonesia 2006, Memahami untuk
Membasmi Tindak Pidana Korupsi, KPK : Jakarta, hlm 1
![Page 7: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA YANG BEBAS DARI …](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022012518/61921f9faf99593f517acc34/html5/thumbnails/7.jpg)
Pengelolaan Alokasi Dana Desa … Muryanto
Marsudi Utoyo
Firman Freaddy Busroh
45
Dalam rangka memahami pengertian
korupsi secara mendalam dan komprehensif
bukan hal yang mudah. Oleh karena itu,
dibentuklah KPK agar memfokuskan diri
dalam mencermati berbagai perilaku seba-
gai indikasi perbuatan korupsi. Berdasarkan
Undang-Undang nomor 31 tahun 1999 jo
Undang-Undang nomor 20 tahun 2001 ten-
tang pemberantasan tindak pidana korupsi
menunjukkan bahwa kebiasaan berprilaku
korupsi yang selama ini oleh masyarakat di
anggap sebagai hal yang wajar dan lumrah
padahal hal tersebut termasuk ke dalam
bentuk tindak pidana korupsi. Sebagai ilus
trasi, pemberian hadiah ucapan terima kasih
kepada penyelenggaran negara yang berhu
bungan dengan jabatannya. Jika hal ini di-
laporkan ke KPK, maka dapat menjadi salah
satu bentuk tindak korupsi yaitu pemberian
gratifikasi. Oleh karena itu, dalam konteks
pertanggungjawaban pidana dalam menge-
lola Dana Desa penting sekali untuk bisa
memahami berbagai bentuk dan jenis per-
buatan yang bisa dikatagorikan sebagai ko-
rupsi. Melalui penelitian hal itu dapat dite-
mukan dan dipaparkan sehingga dapat men-
jadi upaya dini untuk mencegah agar dalam
pengelolaan Dana Desa tidak terjebak dalam
melakukan tindak pidana korupsi. Bentuk-
bentuk dan jenis yang terkait dengan tindak
pidana korupsi yang merugikan negara ha-
rus memenuhi unsur:
(1) setiap orang,
(2) memperkaya diri sendiri, orang lain,
atau korporasi;
(3) dengan cara melawan hukum,
(4) dapat merugikan negara atau pereko
nomian negara.
Unsur ini dapat terjadi dalam penge
lolaan Dana Desa. Unsur ini dipahami dari
pasal 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 jo Undang-undang Nomor 20 Tahun
2001:
(1) Setiap orang yang secara melawan
hukum melakukan perbuatan mem-
perkaya diri sendiri, atau orang lain,
atau suatu korporasi yang dapat me
rugikan keuangan negara atau pere
konomian negara, dipidana de ngan
pidana penjara seumur hidup, atau
pidana penjara paling singkat 4 ta-
hun atau paling lama 20 tahun. Den-
da paling sedikit 200 juta rupiah,
dan paling banyak 1 miliar rupiah.
(2) Dalam hal tindak pidana korupsi se-
bagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan dalam keadaan tertentu,
pidana mati dapat dijatuhkan. Jenis
pidana korupsi yang termasuk meru
gikan negara adalah menyalah guna
kan kewenangan untuk memperka
ya diri sendiri sehingga merugikan
negara.
Pertanggungjawaban pidana dalam pe
ngelolaan dana desa bisa terjadi jika oknum-
oknum pengelola menyalah gunakan kewe-
nangan mereka yang mengakibatkan keru-
gian negara. Adapun unsur-unsurnya dapat
dirinci sebagai berikut :
(1) Setiap orang,
(2) dengan tujuan menguntungkan diri
sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi,
(3) menyalahgunakan kewenangan, kese-
mpatan, atau sarana;yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukan; (5)
dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara.
Jenis korupsi yang paling banyak dan
sering dijumpai adalah korupsi yang terkait
suap menyuap. Rumusan korupsi yang ter-
kait dengan suap menyuap disebutkan pada
Pasal 5 ayat (1) huruf (a) Undang-Undang
nomor 20 tahun 2001 berasal dari pasal 209
ayat (1) angka (1) Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) yang merujuk
dalam Pasal 1 ayat (1) huruf (c) Un-
dang-Undang nomor 3 tahun 1971, dan pa-
sal 5 Undang-Undang nomor 31 tahun 1999
sebagai tindak pidana korupsi, yang kemu-
dian dirumuskan ulang pada Undang-un-
dang Nomor 20 tahun 2001. Guna menyi
mpulkan, apakah suatu perbuatan termasuk
korupsi, menurut pasal 1 harus memenuhi
unsur-unsur sebagai berikut :
(1) Setiap orang
(2) Memberi sesuatu atau menjanjikan se
suatu
![Page 8: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA YANG BEBAS DARI …](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022012518/61921f9faf99593f517acc34/html5/thumbnails/8.jpg)
Disiplin : Majalah Civitas Akademika Sekolah Tinggi Ilmu Hukum sumpah Pemuda,
Vol. 26 No.2 September 2020, hal. 39-51
46
(3) Kepada pegawai negeri atau penyele
nggara negara dengan maksud supaya
berbuat atau tidak berbuat sesuatu
dalam jabatannya sehingga bertenta-
ngan dengan kewajibannya.
Adapun pidana yang dijatuhkan ke-
pada pelaku tindak pidana korupsi menyuap
atau suap menyuap sesuai dengan pasal 5
ayat 1 huruf (a) Undang-Undang nomor 31
tahun 1999 jo Undang-undang nomor 20
tahun 2001 angka (1) dipidana dengan pi-
dana penjara paling singkat 1 tahun dan pa-
ling lama 5 tahun, dan atau pidana denda
paling sedikit 50 juta rupiah dan paling
banyak 250 juta rupiah setiap orang yang :
(a) memberi atau menjanjikan sesuatu ke-
pada pegawai negeri, atau penyeleng-
gara negara dengan maksud supaya
pegawai negeri atau penyelenggara
tersebut berbuat atau tidak berbuat
sesuatu dalam jabatannya, yang ber-
tentangan dengan kewajibannya; atau
(b) memberi sesuatu kepada pegawai ne
geri atau penyelenggara negara kare
na atau berhubungan dengan sesuatu
yang bertentangan dengan kewajiban
dilakukan atau tidak dilakukan dalam
jabatannya.
2. Faktor-faktor yang Menjadi Penye-
bab Terjadinya Penyelewengan Pe-
ngelolaan Alokasi Dana Desa
Pemerintah pusat tahun ini mengalo-
kasikan dana desa senilai Rp 46,9 triliun,
dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya
yang hanya Rp 20 triliun. Dana desa
sebesar itu diperuntukkan bagi 74.754 desa
yang tersebar di Indonesia. Setiap desa
menerima dana desa antara Rp 600 juta
sampai Rp 800 juta.15
Walaupun pemerintah pusat memang
kas anggaran untuk semua kementerian dan
lembaga negara, namun khusus pos angga-
ran dana desa tidak ada pengurangan. Ini
menunjukkan konsistensi komitmen peme-
15
Sarwono Suprapto, mencegah korupsi dana
desa http://www.sapa.or.id/f2/ 10341-dana -desa -iiiii
oo4, diakses pada tanggal 12 Februari 2019.
rintah dalam program pengentasan kemiski
nan di pedesaan dan pembangunan daerah
tertinggal. Mengingat dana desa saat ini pe
runtukannya difokuskan pada pembangunan
infrastruktur desa dan pemberdayaan masya
rakat.
Terhadap pengelolaan dana desa, ya-
ng dikhawatirkan banyak pihak adalah pe-
nggunaannya yang berpotensi dikorupsi.
Baik sengaja ataupun tidak disengaja (kare-
na kekurang pahaman cara pemanfaatan
maupun pelaporan administratifnya) oleh
perangkat desa dan siapapun yang berkaitan
dengan penggunaan dana desa.16
Kelema-
han utama pengawasan penggunaan dana
desa sejatinya berpangkal pada kondisi
sosiologis di pedesaan yang masih feoda-
listik. Lembaga apapun yang ada di pede-
saan, akan cenderung melemah ataupun
mudah diperlemah oleh kultur feodalis tik
yang ada.
Tokoh masyarakat ataupun lembaga
yang berani melakukan pengawasan pemba
ngunan desa, dengan mudahnya akan dicap
sebagai musuh bersama oleh masyarakat se
tempat. Pemberian cap 'musuh bersama'tadi
biasanya dimotori kepala desa dan segenap
perangkatnya. Lemahnya pengawasan peng
gunaan dana desa, berbagai upaya harus di
lakukan untuk meminimalisasi korupsi dana
desa. Salah satu upaya yang belum pernah
dilakukan adalah pemanfaatan Undang-
undang Nomor: 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik (Undang-
undang KIP). Undang-undang KIP dibuat
dengan tujuan antara lain untuk mewujud
kan penyelenggaraan negara yang baik,
yaitu yang transparan, efektif dan efisien,
bersih dan akuntabel. Dengan demikian Un-
dang-undang KIP juga dirancang untuk
mencegah korupsi di lingkungan badan pu-
blik pemerintah desa (pemdes).
Bagaimana cara mencegah korupsi
penggunaan dana desa, dan dana pembangu
16
Wawancara dengan Bapak Joko Wauyo,
Kades Desa Majatra, Kecamatan Pulau Rimau
Kabupaten Banyuasin, Pada Tanggal 20 Februari
2019
![Page 9: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA YANG BEBAS DARI …](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022012518/61921f9faf99593f517acc34/html5/thumbnails/9.jpg)
Pengelolaan Alokasi Dana Desa … Muryanto
Marsudi Utoyo
Firman Freaddy Busroh
47
nan desa yang lain, dengan menggunakan
UU KIP? Sangat mudah! Pemerintah, khu
susnya Kemendesa PDTT bekerja sama de
ngan Kemkominfo dan Kemendagri, tinggal
membuat Surat Keputusan Bersama (SKB)
yang mewajibkan setiap pemdes mengim
plementasikan Undang-undang KIP.
Dengan mengimplementasikan Und-
ang-undang KIP, setiap pemdes wajib me-
miliki website. Dalam web tersebut harus
dimuat berbagai informasi publik yang ada
pada badan publik pemdes, termasuk pro-
gram-program pembangunan desa yang did
anai dana desa, besaran dana desa, rincian
penggunaan, pertanggungjawaban dan lapo
ran keuangannya.
Langkah berikutnya, pemkab dituntut
untuk mendorong setiap desa memiliki web,
melatih pengisian, peng-update-an dan pe
ngelolaan web, serta pemasyarakatan penye
baran informasi lainnya melalui web pem
des. Bahkan pemanfaatan media sosial lain,
seperti SMS, twitter, facebook, juga didoro
ng dikembangkan untuk menyebarkan ber
bagai informasi dari pemdes.17
Sekaligus untuk mengembangkan in
teraksi dua arah antara pemdes dengan
warganya dan sebaliknya. Dengan mengu
mumkan program penggunaan dana desa,
besaran, rincian penggunaan, pertanggung-
jawaban, dan laporan keuangannya, publik,
khususnya warga desa memiliki akses un-
tuk mengetahui hal ihwal dana desa.
Dengan cara ini, kepala desa, pe-
rangkat desa dan kroni-kroninya, semakin
sempit ruang geraknya untuk melakukan
penyelewengan dana desa. Masyarakat sen-
diri memiliki ruang untuk ikut melakukan
pengawasan penggunaan dana desa.
Dengan berlakunya Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004, juga telah terjadi per
geseran yang sangat fundamental dalam
proses pemerintahan daerah, yakni bergeser
nya posisi dan peran serta kewenangan an-
tara pemerintah danmasyarakat.
17
Wawancara dengan Bapak Drs. Edi
Haryono Camat Pulau Rimau, pada Tanggal 20
Februari 2019
Pemerintah yang dulu berada jauh
dari masyarakat yang dilayani, kinimenjadi
begitu dekat, kekuasaan yang dulu begitu
jauh di pusat, kini menjadibegitu dekat bah-
kan berada di tengah dan bersama masya-
rakat yangmembutuhkannya. Dengan de-
mikian, mendekatkan kekuasaan kepada ma
syarakat dan mendekatkan pelayanan ke-
pada masyarakat merupakan esensi utama
perubahan yang akan dicapai melalui imple
mentasi kebijakan otonomi daerah.
Dengan demikian, dapat dikemuka
kan bahwa otonomi daerah padahakikatnya
adalah:
1. Hak mengurus rumah tangga sendiri
bagi suatu daerah otonom. Hak tersebut
bersumber dari wewenang pangkal dan
urusan-urusan pemerintah (pusat) yang
diserahkan kepada daerah. Istilah sen-
diri dalam hak mengatur dan mengurus
rumah tangga merupakan inti keoto-
nomian suatu daerah, penetapan kebijak
sanaan sendiri, pelaksanaan sendiri, ser-
ta pembiayaan dan pertanggungjawa
ban daerah sendiri.
2. Dalam kebebasan menjalankan hak me
ngurus dan mengatur rumah tangga sen-
diri, daerah tidak dapat menjalankan
hak dan wewenang otonominyaitu di
luar batas-batas wilayah daerahnya.
3. Daerah tindak boleh mencampuri hak
mengatur dan mengurus rumahtangga
daerah lain sesuai dengan wewenang
pangkal dan urusan yangdiserahkan ke
padanya.
Menurut Sarundajang.18
“Pemerintahan dae-
rah merupakan konsekuensilogis dari ada-
nya perbedaan etnis, linguistik, agama dan
institusi sosial berbagaikelompok masyara
kat lokal di suatu Negara”.
Melalui asas otonomi, maka daerah
diberi keleluasaan dalam menatamekanisme
pengelolaan kebijakan dengan kewenangan
yang lebih besar kepadadaerah. Pelaksanaan
18
Krishna D. Darumurti dan Umbu Rauta,
2000, Otonomi Daerah Perkembangan Pemikiran
dan Pelaksanaan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung,
hlm 2-3
![Page 10: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA YANG BEBAS DARI …](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022012518/61921f9faf99593f517acc34/html5/thumbnails/10.jpg)
Disiplin : Majalah Civitas Akademika Sekolah Tinggi Ilmu Hukum sumpah Pemuda,
Vol. 26 No.2 September 2020, hal. 39-51
48
desentralisasi akan membawa efektivitas da
lam pemerintahan, sebab wilayah Negara itu
pada umumnya terdiri dari pelbagaisatuan
daerah (yang dimaksud dengan perkataan
“daerah” di sini adalah bagiandari wilayah
negara) yang masing-masing memiliki sifat-
sifat khusus tersendiriyang disebabkan oleh
faktor-faktor geografis (keadaan tanah, ik-
lim, flora, fauna, adat-istiadat, kehidupan
ekonomi, dialek/bahasa, tingkat pendidikan/
pengajaran,d an sebagainya).19
Dalam Pasal 14 ayat (1) Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan,
bahwa urusan wajib yang menjadi kewena
ngan pemerintahan daerah untuk kabupaten/
kota merupakan urusan yang berskala ka-
bupaten/kota meliputi:
a. Perencanaan dan pengendalian pem
bangunan.
b. Perencanaan, pemanfaatan, dan pe
ngawasan tata ruang.
c. Penyelenggaraan ketertiban umum
dan ketentraman masyarakat.
d. Penyediaan sarana dan prasarana
umum.
e. Penanganan bidang kesehatan.
f. Penyelenggaraan pendidikan.
g. Penanggulangan masalah sosial.
h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan.
i. Fasilitas pengembangan koperasi,
usaha kecil dan menengah.
j. Pengendalian lingkungan hidup.
k. Pelayanan pertanahan.
l. Pelayanan kependudukan, dan cata
tan sipil.
m. Pelayanan administrasi umum pe-
merintahan.
n. Pelayanan administrasi penanaman
modal.
o. Penyelenggaraan pelayanan dasar
lainnya, dan
p. Urusan wajib lainnya yang diama-
natkan oleh peraturan perundang-
undangan.
19
Josef Riwu Kaho, 2002, Prospek Otonomi
Daerah di Negara Republik Indonesia,Raja Grafindo
Persada, Jakarta, hlm 9
Dari kewenangan yang dilimpahkan
oleh pemerintah kepadapemerintah daerah
tersebut tentunya sudah pasti harus sampai
ke daerahpedesaan, karena ujung tombak
pembangunan itu ada di pedesaan.Oleh ka
renaitu semua program pembangunan harus
dimulai dari daerah pedesaan, agar pemba
ngunan yang dilakukan dapat dirasakan oleh
semua pihak. Ada empat penyebab korupsi
dana desa yang marak terjadi sekarang ini
antara lain adalah :20
Faktor penyebab uta-
ma adalah peliba tan masyarakat yang ku-
rang dalam pro ses perencanaan dan penga-
wasan dana desa."Akses masyarakat untuk
menda patkan informasi pengelolaan dana
desa dan terlibat aktif dalam perencanaan
dan pengelolaan dalam praktiknya dibata-
si," Dalam Pasal 68 UU Desa te lah me-
ngatur hak dan kewajiban masya rakat desa
untuk mendapatkan akses dan dilibatkan
dalam pembangunan de sa. Pelibatan mas-
yarakat desa menjadi faktor paling dasar
karena masyarakat desalah yang paling tahu
kebutuhannya dan secara langsung menyak-
sikan bagai mana pembangunan di desa.
1. Faktor kedua adalah terbatasnya kompe
tensi kepala desa dan perangkat desa.
Keterbatasan ini khususnya mengenai
teknis pengelolaan dana desa, pengada
an barang dan jasa serta penyusunan
pertanggungjawaban keuangan desa.
2. Faktor ketiga, tidak optimalnya peran
lembaga-lembaga desa baik langsung
maupun tidak langsung. Lembaga-lem-
baga desa, tidak memainkan peran pen-
ting dalam pemberdayaan masyara kat
dan demokrasi tingkat desa, seperti Ba-
dan Permusyawaratan Desa atau BPD.
3. Faktor keempat yang tidak kalah pen
ting untuk diperhatikan adalah penyakit
biaya politik tinggi akibat kompetitif
nya arena pemilihan kepala desa. “Me-
ningkatnya anggaran desa diserta deng-
an meningkatnya minat banyak pihak
20
Wawancara dengan Bapak Drs. Edi
Haryono Camat Pulau Rimau, pada Tanggal 20
Februari 2019
![Page 11: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA YANG BEBAS DARI …](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022012518/61921f9faf99593f517acc34/html5/thumbnails/11.jpg)
Pengelolaan Alokasi Dana Desa … Muryanto
Marsudi Utoyo
Firman Freaddy Busroh
49
untuk maju dalam pemilihan kepala de-
sa tanpa agenda dan komitmen memba-
ngun desa,"
D. Kesimpulan
1. Tanggung Jawab Pidana Kepala Desa
dalam Rangka Pengelolaan Alokasi
Dana Desa adalah, bahwa pertang-
gungjawaban tindak pidana ko rupsi
dalam pengelolaan Dana Desa tidak
diatur dalam PP RI Nomor 8 Tahun
2016 namun mengacu pada tindak
pidana korupsi. Adapun bentuk-ben-
tuknya yang harus dipertanggungja-
wabkan antara lain perbuatan yang
merugikan negara atau perekono mian
negara, suap menyuap, pemberian ha-
diah atau ucapan terima kasih dan
lain-lain. suatu perbua tan termasuk ko
rupsi atau tidak harus memenuhi un-
sur-unsur sebagai berikut: Setiap ora-
ng, Memberi hadiah atau janji, Kepada
pe gawai negeri. Dengan mengingat
keku asaan atau wewenang yang me-
lekat pada jabatan atau ke dudukannya,
atau oleh pemberi hadiah atau janji
diang gap, melekat pada jabatan atau
kedudu kan tersebut.
2. Faktor-faktor yang Menjadi Penyebab
Terjadinya Penyelewengan Pengelola
an Alokasi Dana Desa adalah, faktor
pe nyebab utama adalah pelibatan
masyarakat yang kurang dalam proses
peren canaan dan pengawasan dana
desa."Akses masyarakat untuk men-
dapatkan informasi pengelolaan dana
desa dan terlibat aktif dalam peren-
canaan dan pengelolaan dalam prak-
tiknya dibatasi,". Faktor kedua adalah
terbatasnya kompetensi kepala desa
dan perangkat desa. Keterbatasan ini
khususnya mengenai teknis pengelo-
laan dana desa, pengadaan barang dan
jasa serta penyusunan pertanggung-
jawaban keuang an desa. Faktor ke-
tiga, tidak optimalnya peran lembaga-
lembaga desa baik lang sung maupun
tidak langsung. Faktor ke empat yang
tidak kalah penting untuk diperhati-
kan adalah penyakit biaya po litik ti-
nggi akibat kompetitifnya arena pemi-
lihan kepala desa.
E. Saran-saran
1. Agar pihak kabupaten/kecamatan se-
bagai otoritas pemerintahan dapat
mengawasi, memberikan bantuan /
pelatihan dan mengecek laporan tri-
wulan kepada setiap kades yang be-
rada di wilayah hu kum kabupaten-
/kecamatan yang menjadi binaannya.
2. Agar semua pihak terutama tokoh
masyarakat, dapat terlibat dan dapat
memberikan kepedulian kepada desa
nya dengan mengawasi dan memberi
kan arahan kepada kepala desa agar
mereka tidak salah dalam mengelola
alokasi dana desa dan jika terjadi
penyelewengan sudah dipastikan ak-
an ada perhatian dan protes dari wa-
rga desa.
Daftar Pustaka
Tertuang dalam Pasal 9, 10 Undang-undang Nomor. 23 Tahun 2014, “Kewenangan daerah
mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan kecuali dalam bidang
politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama ...”
Tim Lindsey, 2002, “Anti-corruption and NGOs in Indonesia”, in Stealing from the People:
The Clamp Down: in Search of New Paradigms, Book 4, Jakarta, Aksara
Foundation for Partnership for Governance Reform in Indonesia.
ttps://www.merdeka.com/uang/gurih-gurih-sedap-korupsi-dana-desa-sampai-900-kades-ter
ciduk-aparat.html, diakses pada tanggal 17 Desember 2018
![Page 12: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA YANG BEBAS DARI …](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022012518/61921f9faf99593f517acc34/html5/thumbnails/12.jpg)
Disiplin : Majalah Civitas Akademika Sekolah Tinggi Ilmu Hukum sumpah Pemuda,
Vol. 26 No.2 September 2020, hal. 39-51
50
Ni’matul Huda, 2014, Perkembangan Hukum Tata Negara (Perdebatan dan Gagasan
Penyempurnaan), FH UII Press, Yogyakarta.
Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 2014 dan Peraturan Pemerintah RI Tahun 2016
Tentang Desa, Citra Umbara, Bandung.
Lihat Pasal 93 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
Mardiasmo, 2004, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Penerbit Andi,
Yogyakarta.
Sukesi, EfektivitasProgram Alokasi Dana Desa (ADD) Terhadap Perekonomian Desa Di
KabupatenPacitan, Jurnal Ilmiah, Universitas Dokter Sutomo, Surabaya, Vol. 1
Desember Tahun 2007.
Bayu Sukmawan Budiyono, 2013,Pelaksanaan Kebijakan Alokasi Dana Desa
Berdasarkan PermendagriNo. 37 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa, Jurnal ilmiah, Fakultas HukumUniversitas Brawijaya, Malang.
RahardjoAdisasmita,2011, Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Hartoyo, Nuri, Herman Fikri, and Adi Purnama. "PERLINDUNGAN HUKUM
TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM MELALUI
RESTORATIF JUSTICE." Lex Librum: Jurnal Ilmu Hukum (2020): 102-113.
Permendagri RI Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
KPK Republik Indonesia 2006, Memahami untuk Membasmi Tindak Pidana Korupsi, KPK :
Jakarta.
Sarwono Suprapto, mencegah korupsi dana desa http://www.sapa.or.id/f2/ 10341-dana
-desa -iiiii oo4, diakses pada tanggal 12 Februari 2019.
Wawancara dengan Bapak Joko Wauyo, Kades Desa Majatra, Kecamatan Pulau Rimau
Kabupaten Banyuasin, Pada Tanggal 20 Februari 2019
Wawancara dengan Bapak Drs. Edi Haryono Camat Pulau Rimau, pada Tanggal 20 Februari
2019
Krishna D. Darumurti dan Umbu Rauta, 2000, Otonomi Daerah Perkembangan Pemikiran
dan Pelaksanaan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.
Josef Riwu Kaho, 2002, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia,Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Wawancara dengan Bapak Drs. Edi Haryono Camat Pulau Rimau, pada Tanggal 20 Februari
2019
![Page 13: PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA YANG BEBAS DARI …](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022012518/61921f9faf99593f517acc34/html5/thumbnails/13.jpg)
Pengelolaan Alokasi Dana Desa … Muryanto
Marsudi Utoyo
Firman Freaddy Busroh
51