pengantar ilmu ukur tanah

32
PENGANTAR ILMU UKUR TANAH (POLIGON) POLIGON Kerangka Kontrol Horisontal (KKH) merupakan kerangka dasar pemetaan yang memperlihatkan posisi horisontal (X,Y) antara satu titik relatif terhadap titik yang lain di permukaan bumi pada bidang datar. Untuk mendapatkan posisi horisontal dari KKH dapat digunakan banyak metode, salah satu metode penentuan posisi horisontal yang sering digunakan adalah metode poligon. Metode poligon digunakan untuk penentuan posisi horisontal banyak titik dimana titik yang satu dan lainnya dihubungkan dengan jarak dan sudut sehingga membentuk suatu rangkaian sudut titik- titik (polygon). Pada penentuan posisi horisontal dengan metode ini, posisi titik yang belum diketahui koordinatnya ditentukan dari titik yang sudah diketahui koordinatnya dengan mengukur semua jarak dan sudut dalam poligon. Macam-macam Poligon Poligon dapat dibedakan berdasarkan dari [1] bentuk dan [2] titik ikatnya. Poligon Menurut Bentuknya Berdasarkan bentuknya poligon dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu : poligon terbuka, tertututup, bercabang dan kombinasi. Poligon Terbuka Poligon terbuka adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya merupakan titik yang berlainan (tidak bertemu pada satu titik).

Upload: whewew

Post on 28-Dec-2015

317 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengantar Ilmu Ukur Tanah

PENGANTAR ILMU UKUR TANAH (POLIGON)

POLIGON

Kerangka Kontrol Horisontal (KKH) merupakan kerangka dasar pemetaan yang memperlihatkan posisi horisontal (X,Y) antara satu titik relatif terhadap titik yang lain di permukaan bumi pada bidang datar. Untuk mendapatkan posisi horisontal dari KKH dapat digunakan banyak metode, salah satu metode penentuan posisi horisontal yang sering digunakan adalah metode poligon. Metode poligon digunakan untuk penentuan posisi horisontal banyak titik dimana titik yang satu dan lainnya dihubungkan dengan jarak dan sudut sehingga membentuk suatu rangkaian sudut titik-titik (polygon). Pada penentuan posisi horisontal dengan metode ini, posisi titik yang belum diketahui koordinatnya ditentukan dari titik yang sudah diketahui koordinatnya dengan mengukur semua jarak dan sudut dalam poligon.

Macam-macam Poligon

Poligon dapat dibedakan berdasarkan dari [1] bentuk dan [2] titik ikatnya.

Poligon Menurut Bentuknya

Berdasarkan bentuknya poligon dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu :

poligon terbuka,

tertututup,

bercabang dan

kombinasi.

Poligon Terbuka

Poligon terbuka adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya merupakan titik yang berlainan (tidak bertemu pada satu titik).

Poligon Tertutup

Poligon tertutup atau kring adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya bertemu pada satu titik yang sama. Pada poligon tertutup, koreksi sudut dan koreksi koordinat tetap dapat dilakukan walaupun tanpa titik ikat.

Poligon Bercabang

Poligon cabang adalah suatu poligon yang dapat mempunyai satu atau lebih titik simpul, yaitu titik dimana cabang itu terjadi.

Page 2: Pengantar Ilmu Ukur Tanah

Poligon Kombinasi

Bentuk poligon kombinasi merupakan gabungan dua atau tiga dari bentukbentuk poligon yang ada.

2. Poligon Menurut Titik Ikatnya

1. Poligon Terikat Sempurna

Suatu poligon yang terikat sempurna dapat terjadi pada poligon tertutup ataupun poligon terbuka, suatu titik dikatakan sempurna sebagai titik ikat apabila diketahui koordinat dan jurusannya minimum 2 buah titik ikat dan tingkatnya berada diatas titik yang akan dihasilkan.

Poligon tertutup terikat sempurna :

Poligon tertutup yang terikat oleh azimuth dan koordinat.

Poligon terbuka terikat sempurna :

Poligon terbuka yang masing-masing ujungnya terikat azimuth dan koordinat.

2. Poligon Terikat Tidak Sempurna

Suatu poligon yang terikat tidak sempurna dapat terjadi pada poligon tertutup ataupun poligon terbuka, dikatakan titik ikat tidak sempurna apabila titik ikat tersebut diketahui koordinatnya atau hanya jurusannya.

Poligon tertutup tidak terikat sempurna :

Poligon tertutup yang terikat pada koordinat atau azimuth saja.

Poligon terbuka tidak terikat sempurna :

Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth saja, sedangkan ujung yang lain tidak terikat sama sekali. Poligon semacam ini dapat dihitung dari azimuth awal dan yang diketahui dan sudut-sudut poligon yang diukur, sedangkan koordinat dari masingmasing titiknya masih lokal.

Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh koordinat saja, sedangkan ujung yang lain tidak terikat sama sekali.Poligon semacam ini dapat dihitung dengan cara memisalkan azimuth awal sehingga masing-masing azimuth sisi poligon dapat dihitung, sedangkan koordinat masing-masing titik dihitung berdasarkan koordinat yang diketahui. Oleh karena itu pada poligon bentuk ini koordinat yang dianggap betul hanyalah pada koordinat titik yang diketahui (awal) sehingga poligon ini tidak ada orientasinya.

Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth dan koordinat, sedangkan ujung yang lain tidak terikat. Poligon jenis ini dapat dikatakan satu titik terikat secara sempurna namun belum terkoreksi secara sempurna baik koreksi sudut maupun koreksi koordinat, tetapi sistim koordinatnya sudah benar.

Page 3: Pengantar Ilmu Ukur Tanah

Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh azimuth. Pada poligon jenis ini ada koreksi azimuth, sedangkan koordinat titik-titik poligon adalah koordinat lokal.

Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh koordinat. Jenis poligon ini tidak ada koreksi sudut tetapi ada koreksi koordinat.

Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh koordinat, sedangkan ujung yang lain terikat azimuth. Pada poligon ini tidak ada koreksi sudut dan koreksi koordinat.

Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth dan koordinat saja, sedangkan ujung yang lain terikat koordinat. Jenis poligon ini tidak ada koreksi sudut tetapi ada koreksi koordinat.

Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh azimuth dan koordinat, sedangkan ujung yang lain tidak terikat azimuth. Poligon ini ada koreksi sudut tetapi tidak ada koreksi koordinat.

Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh azimuth dan koordinat, sedangkan ujung yang lain tidak terikat azimuth. Jenis poligon ini ada koreksi sudut tetapi tidak ada koreksi koordinat.

3. Poligon Tidak Terikat/Bebas

Poligon tertutup tanpa ikatan sama sekali (poligon lepas)

Poligon terbuka tanpa ikatan sama sekali (poligon lepas), pengukuran seperti ini akan terjadi pada daerah-daerah yang tidak ada titik tetapnya dan sulit melakukan pengukuran baik dengan cara astronomis maupun dengan satelit. Poligon semacam ini dihitung dengan orientasi lokal artinya koordinat dan azimuth awalnya dimisalkan sembarang.

Rumus Umum Perhitungan Poligon

Pada Gambar 9.5, untuk mendapatkan koordinat titik 1, 2, 3 dan 4 maka dilakukan pengukuran sudut (β1, β2,β3, β4) dan jarak (dB1, d12, d23, d34, d4C)

Rumus koordinat secara umum :

Syarat Geometris Hitungan Koordinat

1. Syarat Sudut

Page 4: Pengantar Ilmu Ukur Tanah

Apabila dipakai pada poligon tertutup dimana titik awal dan titik akhir sama maka rumus diatas akan berubah :

Untuk poligon tertutup yang diukur sudut dalamnya maka :

syarat sudut :

syarat absis :

syarat ordinat :

Untuk poligon tertutup yang diukur sudut luarnya maka :

syarat sudut :

syarat absis

syarat ordinat

Toleransi Pengukuran

Cara Pengukuran

Memasang alat theodolit pada titik awal dan aturlah alat tersebut.

Page 5: Pengantar Ilmu Ukur Tanah

Posisi teropong biasa arahkan alat pada titik sebelumnya (titik tetap, bila ada) dan kemudian pada titik selanjutnya, putarlah teropong pada posisi luar biasa arahkan ke titik seperti pada posisi teropong biasa.

Ukurlah jarak antar titik secara langsung dengan pita ukur.

Kemudian pindahkan alat theodolit ke titik selanjutnya, lakukan langkah 1 s.d 3, demikian seterusnya sampai titik terakhir apabila poligon terbuka dan kembali ke titik awal apabila poligon tertutup.

http://tianjemeduson.wordpress.com/2012/10/08/pengantar-ilmu-ukur-tanah-poligon/

Page 6: Pengantar Ilmu Ukur Tanah

Pengukuran Poligon Tertutup Terikat Koordinat

A. LATAR BELAKANG

Pengukuran dan pemetaan poligon merupakan salah satu metode pengukuran dan pemetaan kerangka dasar horizontal untuk memperoleh koordinat planimetris (X, Y) titik-titik ikat pengukuran. Metode poligon adalah salah satu cara penentuan posisi horizontal banyak titik dimana titik satu dengan lainnya dihubungkan satu sama lain dengan pengukuran sudut dan jarak sehingga membentuk rangkaian titik-titik (poligon). Dapat disimpulkan bahwa poligon adalah serangkaian garis berurutan yang panjang dan arahnya telah ditentukan dari pengukuran di lapangan.

Pengukuran poligon sendiri mempunyai maksud dan tujuan untuk menentukan letak titik di atas permukaan bumi serta posisi relatif dari titik lainnya terhadap suatu sistem koordinat tertentu yang dilakukan melalui pengukuran sudut dan jarak dan dihitung terhadap referensi koordinat tertentu. Selanjutnya posisi horizontal/koordinat tersebut digunakan sebagai dasar untuk pemetaan situasi topografi asuatu daerah tertentu.

A. MAKSUD DAN TUJUAN

Adapun maksud dan tujuan dari dilaksanakannya kegiatan praktek pengukuran poligon tertutup terikat koordinat ini antara lain adalah sebagai berikut :

1) Untuk memberikan pemahaman terhadap mahasiswa tentang pengukuran poligon tertutup terikat koordinat itu sendiri.

2) Agar mahasiswa mampu dan terampil dalam menggunakan alat Theodolit sesuai dengan prosedur.

3) Agar mahasiswa mengetahui cara poligon dimana serangkaian garis lurus yang menghubungkan titik-titik yang terletak di permukaan bumi. Prinsip kerja pengukuran poligon yaitu mencari sudut jurusan dan jarak dari gabungan beberapa garis yang bersama-sama membentuk kerangka dasar untuk keperluan pemetaan suatu daerah tertentu.

C. DASAR TEORI

Page 7: Pengantar Ilmu Ukur Tanah

Prinsip kerja pengukuran poligon yaitu mencari sudut jurusan dan jarak dari gabungan beberapa garis yang bersama-sama membentuk kerangka dasar untuk keperluan pemetaan suatu daerah tertentu

Adapun langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut :

1) Perhitungan Sudut Jurusan Awal (αawal) dan Sudut Jurusan Akhir (αakhir)

α awal = ArcTan (X akhir - X awal) / (Y akhir - Y awal)

α akhir = ArcTan (X awal - X akhir) / (Y awal - Y akhir)

2) Perhitungan Syarat Geometrik KPS (Kesalahan Penutup Sudut)

KPS = (Σβ - ((n - 2) . 180) - (α awal - α akhir)

fβ = -KPS

Koreksi (Vβi) = fβ/n, n=jumlah titik sudut

Toleransi KPS = 7"√n

3) Perhitungan Sudut yang Dikoreksi

βa kor = βa + Vβi

βb kor = βb + Vβi

βc kor = βc + Vβi

Dst………….

4) Perhitungan Sudut Jurusan Masing-masing Titik

αba = αag + 180 - βb kor

αcb = αba + 180 - βc kor

αdc = αcb + 180 - βd kor

Dst…………

Page 8: Pengantar Ilmu Ukur Tanah

5) Perhitungan Δx (Δabsis)

ΔXag = d1 x sin αag

ΔXba = d2 x sin αba

ΔXcb = d3 x sin αcb

Dst…………

Σdi sin αi = ΔXag + ΔXba + ΔXcb +⋯6) Perhitungan Δy (Δordinat)

ΔYag = d1 x cos αag

ΔYba = d2 x cos αba

ΔYcb = d3 x cos αcb

Dst…………

Σdi cos αi= ΔYag + ΔYba + ΔYcb +⋯7) Perhitungan Kesalahan Absis

fx = Σdi . sin αi - (Xa - Xg)

8) Perhitungan Kesalahan Ordinat

fy = Σdi . cos αi - (Ya - Yg)

9) Perhitungan Koreksi Absis

VXag = (d1 / Σdi) . (-fx)

VXba = (d2 / Σdi) . (-fx)

Dst…………

10) Perhitungan Koreksi Ordinat

Page 9: Pengantar Ilmu Ukur Tanah

VYag = (d1 / Σdi) . (-fy)

VYba = (d2 / Σdi) . (-fy)

VYcb = (d3 / Σdi) . (-fy)

Dst…………

11) Perhitungan Δx (Δabsis) yang Terkoreksi

ΔXag kor = ΔXag + VXag

ΔXba kor = ΔXba + VXba

ΔXcb kor = ΔXcb + VXcb

Dst…………

12) Perhitungan Δy (Δordinat) yang Terkoreksi

ΔYag kor = ΔYag + VYag

ΔYba kor = ΔYba + VYba

ΔYcb kor = ΔYcb + VYcb

Dst…………

13) Perhitungan Koordinat Titik Definitif

XA = XG + ΔXag

YA = YG + ΔYag

XB = XA + ΔXba

YB = YA + ΔYba

XC = XB + ΔXcb

YC = YB + ΔYcb

Dst…………

Page 10: Pengantar Ilmu Ukur Tanah

D. PELAKSANAAN PENGUKURAN

a) Peralatan

1) Pesawat Theodolit dan Statif

2) Rambu Ukur

3) Rol Meter

4) Unting-Unting untuk alat tanpa sentra optis

5) Kertas dan Alat Hitung

6) Data Board dan Alat Tulis

7) Patok dan Paku Payung

8) Payung

b) Persyaratan Operasi Theodolit

Syarat–syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolite sehingga siap dipergunakan untuk pengukuran yang benar adalah sebagai berikut :

1) Sumbu I harus tegak lurus dengan sumbu II (dengan menyetel nivo tabung dan nivo kotaknya).

2) Garis bidik harus tegak lurus dengan sumbu II.

3) Garis jurusan nivo skala tegak, harus sejajar dengan indeks skala tegak.

4) Garis jurusan nivo skala mendatar, harus tegak lurus dengan sumbu II. (syarat 2, 3, dan 4 sudah dipenuhi oleh pabrik pembuatnya).

c) Mengatur Sumbu Tegak

Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengatur sumbu tegak adalah sebagai berikut:

1) Usahakan agar nivo lingkaran mendatar sejajar dengan arah 2 sekrup kaki statif.

2) Tengahkan posisi gelembung nivo dengan cara memutar kedua skrup kaki statif secara bersamaan dengan arah yang berlawanan.

3) Setelah keadaan gelembung nivo berada di tengah maka putar theodolit 90º, tengahkan posisi gelembung nivo dengan hanya memutar skrup kaki statif yang ketiga

Page 11: Pengantar Ilmu Ukur Tanah

4) Kemudian kembalikan ke kedudukan semula (sejajar skrup kaki statif 1 dan 2).

5) Tengahkan kembali posisi nivo apabila gelembung nivo belum berada ditengah.

6) Kemudian putar theodolit 180º, sehingga nivo berputar mengelilingi sumbu tegak dalam kedudukan nivo yang sejajar dengan skrup kaki kiap 1 dan 2.

7) Bila garis arah nivo tegak lurus dengan sumbu tegak, maka gelembung nivo akan tetap berada ditengah.

d) Penyetelan Alat Theodolit

1) Mendirikan statif sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.

2) Pasang pesawat diatas kepala statif dengan mengikatkan landasan peawat dan sekrup pengunci di kepala statif.

3) Stel nivo kotak dengan cara:

a. Putarlah sekrup A,B secara bersama-sama hingga gelembung nivo bergeser kearah garis sekrup C. (lihat gambar 3a)

b. Putarlah sekrup c ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo bergeser ketengah (lihat gambar 3b).

c. Setel nivo tabung dengan sekrup penyetel nivo tabung.

4) Bila penyetelan nivo tabung menggunakan tiga sekrup penyetel (A,B,C), maka caranya adalah:

a. Putar teropong dan sejajarkan dengan dua sekrup A,B (lihat gambar 4a).

b. Putarlah sekrup A, B masuk atau keluar secara bersama-sama, hingga gelembung nivo bergeser ke tengah (lihat gambar 4a).

c. Putarlah teropong 90º ke arah garis sekrup C (lihat gambar 4b)

d. Putar sekrup C ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo bergeser ketengah.

5) Periksalah kembali kedudukan gelembung nivo kotak dan nivo tabung dengan cara memutar teropong ke segala arah. Bila ternyata posisi gelembung nivo bergeser, maka ulangi beberapa kali lagi dengan cara yang sama seperti langkah sebelumnya. penyetelan akan dianggap benar apabila gelembung nivo kotak dan nivo tabung dapat di tengah-tengah, meskipun teropong diputar ke segala arah.

Page 12: Pengantar Ilmu Ukur Tanah

e) Langkah Pengukuran

1) Siapkan catatan, daftar pengukuran dan buat sket lokasi areal yang akan diukur.

2) Tentukan dan tancapkan patok pada titik-titik yang akan dibidik.

3) Dirikan pesawat di atas titik P1 dan lakukan penyetelan alat sampai didapat kedataran.

4) Arahkan pesawat ke arah utara dan nolkan piringan sudut horizontal dan kunci kembali dengan memutar sekrup piringan bawah.

5) Putar teropong dan arahkan teropong pesawat ke titik P2, baca dan catat sudut horizontalnya yang sekaligus sebagai sudut azimuth. Bacaan ini merupakan bacaan biasa untuk bacaan muka.

6) Dengan posisi pesawat tetap di titik P1, putar pesawat 180º searah jarum jam, kemudian putar teropong 180º arah vertikal dan arahkan teropong ke titik P2.

7) Lakukan pembacaan sudut horizontal. Bacaan ini merupakan bacaan luar biasa untuk bacaan muka.

8) Putar teropong pesawat dan arahkan di titik P akhir dan lakukan pembacaan sudut horizontal pada bacaan biasa dan luar biasa. Bacaan ini merupakan bacaan belakang.

9) Dengan cara yang sama, lakukan pada titik-titik poligon berikutnya hingga kembali lagi ke titik P1.

10) Lakukan pengukuran jarak antar titik dengan meteran.

11) Lakukan perhitungan sudut pengambilan, sudut azimuth dan koordinat masing-masing titik.

12) Gambar hasil pengukuran dan perhitungan.

E. KESELAMATAN KERJA

1) Menggunakan pakaian kerja (wearpack) dan helm.

2) Pergunakan alat sesuai dengan kegunaan dan fungsinya.

3) Menggunakan sepatu untuk melindungi kaki.

4) Melindungi PPD dari sinar matahari langsung dengan menggunakan payung.

5) Serius dan tidak bersenda gurau ketika praktek serta melaksanakan praktek sesuai dengan instruksi dosen dan asisten.

Page 13: Pengantar Ilmu Ukur Tanah

F. HASIL PENGUKURAN

Silahkan klik http://www.4shared.com/file/_A7WcdlL/Pengukuran_Poligon_Tertutup_Te.html untuk mendownload file excel perhitungan pengukuran poligon tertutup terikat koordinat.

http://ilmu-civil1001.blogspot.com/p/pengukuran-poligon-tertutup-terikat.html

Page 14: Pengantar Ilmu Ukur Tanah

Ilmu Ukur Tanah (Dasar)

Pengertian Poligon

Poligon berasal dari kata polygon yang berarti poly : banyak dan gon(gone) : titik. Yang diaksud disini adalah poligon yang digunakan sebagai kerangka dasar pemetaan yang memiliki titik titik dimana titik tersebut mempunyai sebuah koordinat X dan Y.

Polygon adalah serangkaian garis lurus yang menghubungkan titik – titik yang ada di permukaan bumi. Pada jarak tersebut diperlukan jarak mendatar dan sudut mendatar yang digunakan untuk menetukan posisi horizontal relative terhadap titik – titik polygon.artinya letak satu titik terhadap titik lainnya dalam satu system koordinat. Pada ilmu teknik sipil terutama untuk perencanaan jalan, polygon digunakan sebagai dasar perencanaan jalan, poligon digunakan sebagai dasar perrencanaan geometri lengkung horizontal.

Jenis Poligon

•Poligon tertutup (poligon yang ujungnya saling bertemu (titik awal dan titik ahir menjadi satu) dan membentuk suatu loop atau kring)

•Poligon tertutup (koordinat lokal)

•Poligon terbuka tidak terikat / lepas /koordinat lokal (poligon yang ujung-ujungnya tidak terikat)

•Poligon terbuka tidak terikat sempurna (poligon yang salah satu titik ujungnya terikat atau diketahui koordinatnya)

•Poligon terbuka terikat sempurna (poligon yang ujung-ujungnya terikat pada dua titik yang diketahi koordinatnya)

Poligon memiliki beberapa jenis di pandang dari bentuk dan titik refrensi (acuan) yang digunakan sebagai sistem koordinat dan kontrol kualitas dari pengukuran poligon. Titik refrensi adalah titik yang mempunyai sebuah koordinat yang dalam penghitungannya mengacu pada sebuah datum dan proyeksi peta, di Indonesia datum yang di gunakan adalah WGS 84 sedangkan proyeksi peta menggunakan TM-3, sedangkan koordinat lokal adalah koordinat yang tidak mengacu pada dua hal tersebut (koordinat sementara), kalaupun hal itu di terapkan dalam pengukuran poligon untuk area yang cukup luas tentu saja

Page 15: Pengantar Ilmu Ukur Tanah

kelengkungan bumi diabaikan begitu saja. Untuk titik refrensi dalam pengukuran poligon ialah TDT (Titik Dasar Teknik) atau BM (Base Mark) Orde 3,2 ataupun Orde 1 yang telah memiliki kooordinat TM-3 dan diukur menggunakan GPS Geodetik.

Pengukuran Poligon

Cara membuat polygon adalah cara pertama untuk menentukan tempat lebih dari satu titik. Telah diketahui pula bahwa pada ujung awal polygon diperlukan suatu titik yang tentu dan sudut jurusan yang tentu pula. Supaya keadaan menjadi simetris,maka pada ujung akhir dibuat titik yang tentu pula dan diikat pada jurusan yang tentu lagi. Umunya suatu polygon dimulai dan diakhiri pada titik – titik tertentu dan diikat pada kedua ujung pada dua jurusan tertentu pula.

Sebelum dimulai dengan menghitung koordinat – koordinat di titik – titk polygon, maka lebih dulu harus diteliti pengukuran poligon. Karena untuk dapat menentukan koordinat koordinat diperlukan sudut dan jarak yang diukur pada polygon adalah sudut – sudut dan jarak – jarak pada polygon itu maka yang harus diteliti sudut – sudut dan jarak itu. Untuk dapat melakukan penelitian, maka harus diketahui dan ditentukan lebih dulu syarat – syarata apakah yang harus dipenuhi oleh suatu polygon.diukur pada poligon semua sudut antara sisi – sisi polygon dan panjang smeua sisi.

Pengukuran sudut Mendatar

Sudut Horizontal adalah sudut antara 2 arah dari satu titik, setelah diproyeksikan dengan bidang horizontal.

Pengukuran sudut mendatar (horizontal) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara reiterasi dan cara repetisi.

Pengukuran Reiterasi

Pengukuran sudut dengan cara reiterasi dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Tentukan terlebih dahulu titik-titik yang akan diukur sudutnya dengan Pesawat Theodolit (T). Misalkan titik A dan titik B.

b. Dengan pemasangan yang baik pesawat di titik P, kemudian baca besaran sudut horizontal pada arah PA dan arah PB.

c. Besar sudut A’PB’adalah = bacaan arah PB dikurang bacaan arah PA (bacaan kanan – bacaan kiri).

Pengukuran sudut cara Repetisi

Page 16: Pengantar Ilmu Ukur Tanah

Pengukuran sudut cara repetisi dengan pemakaian pesawat Theodolit digital elektronik ini, cukup dengan menekan tombol set 0 pada arah PA. maka pada layar akan ditampilkan pada pembacaan Horizontal 0o0’0”. Kemudian dilakukan pembacaan pada arah PB. Hasil yang didapatkan adalah besaran sudut ATB. Hanya saja perlu diperhatikan tanda untuk sudut kanan dan kiri. Pengukuran ini dapat dilakukan berulang-ulang agar lebih teliti.

Untuk pengecekan kebenaran pengukuran sudut horizontal dapat dilakukan dengan cara :

Ø Pengukuran sudut biasa dan sudut luar biasa.

Pengukuran sudut biasa dan sudut luar biasa pada satu titik dapat dilakukan dengan cara mengukur sudut biasa suatu titik A dari pesawat (T). Untuk pembacaan sudut luar biasa dilakukan dengan cara memutar teropong 180o kearah vertikal, sehingga vizier pada teropong berada di bawah. Kemudian teropong diarahkan ke titik A selisih pembacaan sudut biasa dan sudut luar biasa adalah 180o

Ø Pengukuran sudut kanan dan sudut kiri

Pada pesawat EDT yang digunakan dalam praktikum ini tersedia fasilitas sudut kanan dan sudut kiri. Cara nya yaitu dengan mengarahkan teropong pada titik A (dengan panah ). Kemudian dilakukan pembacaan. Hasil yang didapat adalah sudut kanan. Untuk mendapatkan sudut kiri, lakukan pengukuran sekali lagi dengan posisi panah ( ). Jumlah sudut kanan dan sudut kiri yang didapatkan sama dengan 360o atau 400g.

Pengukuran Jarak Mendatar

Jarak yang digunakan dalam poligon adalah jarak datar yang dapat dihasilkan dari berbagai cara diantaranya :

1. Dari pengamatan sebuah pita ukur, hal ini bersifat kasar dikarenakan ketelitian dari pita ukur hanya mencapai cm dan untuk memenuhi metode pengukuran jarak datar sangatlah susah untuk diterapkan.

2. Dari pengamatan rambu ukur dengan theodolite, bersifat kasar karena ketelitian 5cm dan tergantung dari jauh dan dekatnya jarak tersebut.

Page 17: Pengantar Ilmu Ukur Tanah

Dari gambar di samping dapat kita lihat

ba = 04.50 dm

bt = 04.25 dm

bb = 04.00 dm

jika V = 30º00’20”

(V adalah hasil pengurangan dari 90˚-bacaan vertikal, karena pada keadaan datar bacaan vertikal pada angka 90˚)

maka, d (slope distance) dapat dihitung

d = 100*(ba-bb) catatan (ba-bt=bt-bb)

d = 100*(4.50-04.00)

d = 100*0.50

d = 50 dm

d = 5m

jika d sudah diketahui maka kita sudah dapat menghitung jarak datar dengan cara

hd = d*cosV

hd = 5*cos30º00’20”

hd = 4.33 m

3. Dari penghitungan data jarak miring dan besaran sudut vertikal,

d = 89 m (jarak miring)

bv = 51º30’40” (bacaan sudut vertikal)

maka, sudut yang dibentuk adalah (v)

Page 18: Pengantar Ilmu Ukur Tanah

v = 90 º - 51º30’40” = 38º29’20”

jarak datar (hd)

hd = d * cosV

hd = 89 * cos 38º29’20”

hd = 69.663 meter

4. Dari hasil penghitungan instant oleh Total Station, sebenarnya pada Total station sudah terdapat bacaan HD (Horizontal Distance) yang muncul secara otomatis.

Syarat geometri polygon

Syarat geometri polygon adalah syarat – syarat yang harus dipenuhi dalam suatu pengukuran dengan polygoon.

Jumlah sudut – sudut yang diukur harus sama dengan selisih sudut jurusan akhir dan sudut jurusan awal ditambah dengan kelipatan dari 180°.

∑▒〖sudut yang diukur= α_akhir-α_awal 〗 + n. 180°

Jumlah d sin α harus sama dengan selisih absis titik akhir dan absis titik awal polygon.

∑▒〖d sinα= x_akhir-x_awal 〗

Jumlah d cos α harus sama dengan selisih ordinat titik akhir dan ordinat titik awal polygon

∑▒〖d cosα= y_akhir-y_awal 〗

Hitungan polygon

Page 19: Pengantar Ilmu Ukur Tanah

Jalannya hitungan polygon adalah:

-Jumlah sudut – sudut yang diukur. Hitung x_akhir-x_awal. Tentukan f_α (kesalahan pada sudut – sudut yang diukur) kemudian beri koreksi pada sudut sudut supaya syarat pertama dipenuhi.

-Hitung dengan α_awal dan sudut – sudut yang tela diberi koreksi sudut – sudut jurusan semua sisi. Sebagai penelitian pada jurusan terakhir harus didapat sudut jurusan ynang sama dengan x_akhir.

-Hitunglah dengan sudut sudut jurusan hasil d sin α dan d cos α. Jumlahkan semua d sin α dan d cos α. Tentukan x_akhir-x_awal dan y_akhir-y_awal dan hitunglah f_x (kesalahan pada proyeksi di sumbu x) dan f_y (kesalahan pada proyeksi di sumbu y). bagilah f_x dan f_y kepada absis dan ordinat titik –titik polygoon dengan perbandingan lurus dengan jarak – jaraknya.

-Akhirnya dapatlah dihitung kordinat – kordinat titik – titik polygoon yang didapat dari koordinat – koordinat titik di mukanya, karena:

x_2= x_1+ d_1 sin α_12

y_2= y_1+ d_1 cos α_12

Penghitungan Koordinat Poligon

Penghitungan poligon ini tergantung dari bentuk poligon dan letak titik referensi yang ada, untuk gambar diatas penghitungannya melewati 4 tahap penghitungan.

1. Hitung koreksi sudut tersebut dengan metode koreksi sudut poligon tertutup

2. Setelah terkoreksi, langkah selanjutnya adalah penentuan azimuth awal seperti penghitungan poligon terbuka tidak terikat sempurna dengan 2 buah titik referensi

Page 20: Pengantar Ilmu Ukur Tanah

3. Setelah azimuth awal terhitung bagi poligon tersebut menjadi 2 jalur poligon Poligon R1-R2 dan Poligon R2-R1

4. Hitung kembali dengan azimuth awal dari penghitungan di nomor 3, koreksi liniernya seperti penghitungan poligon terbuka tidak terikat sempurna dengan 2 buah titik referensi

Dasar Penghitungan Koordinat Poligon

Penghitungan poligon pada dasarnya hanyalah penghitungan sebuah detail yang berkesinambungan atau continous secara pararalel, akan tetapi sebuah poligon mempunyai koreksi baik itu koreksi sudut ataupun koreksi linier.

Lihat gambar :

Apabila azimuth detail 1 ke detail 2 telah di tentukan beserta koordinat di detail 1,

X1 = 1000

Y1 = 1000

A12 = 30˚01’30”

maka detail 2, 3, 4 dan 5 dapat di hitung koordinatnya dengan cara :

1. Hitung koordinat detail 2, jika d12 = 30m

X2 = X1+d12sinA12

X2 = 1000+30sin30˚01’30”

X2 = 1015.0113

Page 21: Pengantar Ilmu Ukur Tanah

Y2 = Y1+d12cosA12

Y2 = 1000+30cos30˚01’30”

Y2 = 1025.9742

2. Tentukan Azimuth detail 2 ke detail 3

A23 = ?? (Azimuth yang akan ditentukan)

A12 = 30˚01’30” (Azimuth awal)

A12’ = A12 (proyeksi perpanjangan garis)

Jika H2 = 250˚00’20” (besaran sudut Horisontal yang dibentuk antara detail 1 2 dan 3, di dapat dari pengukuran di lapangan)

H2’ = H2-180˚, maka :

A23 = H2’+A12’ atau A23 = (H2-180)+A12

[A = (H-180)+A’]

A23 = (H2-180)+A12

A23 = (250˚00’20”-180˚)+30˚01’30”

A23 = 70˚00’20”+30˚01’30”

A23 = 100˚01’50”

3. Hitung Koordinat detail 3

Jika d23 = 40m (jarak dari detail 2 ke 3, didapat dari pengukuran di lapangan), maka :

X3 = X2+d23sinA23

Page 22: Pengantar Ilmu Ukur Tanah

X3 = 1015.0113+40sin100˚01’50”

X3 = 1054.3999

Y3 = Y2+d23sinA23

Y3 = 1025.9742+40cos100˚01’50”

Y3 = 1019.0073

4. Tentukan Azimuth detail 3 ke detail 4

Jika H3 = 175˚00’00”, maka :

A34 = (H3-180)+A23

A34 = (175˚00’00”-180˚)+100˚01’50”

A34 = 95˚01’50”

5. Hitung koordinat detail 4

Jika d34 = 38m, maka :

X4 = X3+d34sinA34

X4 = 1054.3999+38sin95˚01’50”

X4 = 1092.2536

Y4 = Y3+d34sinA34

Y4 = 1019.0073+38cos95˚01’50”

Y4 = 1015.6752

6. Hitung Azimuth detail 4 ke detail 5

Jika H4 = 170˚00’00”, maka :

Page 23: Pengantar Ilmu Ukur Tanah

A45 = (H4-180)+A34

A45 = (170˚00’00”-180˚)+95˚01’50”

A45 = 85˚01’50”

7. Hitung koordinat detail 5

Jika d45 = 20m, maka :

X5 = X4+d45sinA45

X5 = 1092.2536+20sin85˚01’50”

X5 = 1112.1784

Y5 = Y4+d45sinA45

Y5 = 1015.6752+20cos85˚01’50”

Y5 = 1017.4077

http://naurahnazifa.blogspot.com/2011/11/ilmu-ukur-tanah-dasar.html

SATUAN, ARAH, DAN PENENTUAN POSISI DALAM ILMU UKUR TANAH

GONDELLS ILMU UKUR TANAH 5 Komentar

Page 24: Pengantar Ilmu Ukur Tanah

SATUAN, ARAH, DAN PENENTUAN POSISI DALAM ILMU UKUR TANAH

DATA UKURAN YANG DIPEROLEH DALAM ILMU UKUR TANAH :

SUDUT

– HORIZONTAL

– VERTIKAL

ARAH ATAU AZIMUT

JARAK

BEDA TINGGI

• 1. SATUAN SUDUT

SATUAN SUDUT YANG LAZIM DALAM IUT ADA 3 MACAM :

1. SEXAGESIMAL

1 LINGKARAN DIBAGI MENJADI 360 DERAJAT (360O), 1 DERAJAT = 60 MENIT (60’), 1 MENIT = 60 SECON (60”)

2. CENTICIMAL

1 LINGKARAN DIBAGI MENJADI 400 GRADE (400g), 1 GRADE = 10 DESIGRADE, 1 DESIGRADE = 10 CENTIGRADE (10c), 1 CENTIGRADE = 10 MILIGRADE (10cc), 1 MILIGRADE = 10 DESIMILIGRADE. ISTILAH GRADE = GON

3. RADIAL

1 LINGKARAN DIBAGI MENJADI 2π RADIAN. RADIAN (ρ)

SATUAN YANG TDK LAZIM DIGUNAKAN DALAM IUT, YAITU SATUAN MILITER. SATU LINGKARAN DIBAGI MENJADI 6400 miles.

KETIGA SATUAN DAPAT DIKONVERSIKAN SATU SAMA LAIN :

360O = 400g = 2π RADIAN =6400 miles

2. SUDUT ARAH DAN KUADRAN

SUDUT ARAH DALAM IUT TIDAK SAMA DENGAN SUDUT ARAH PADA ILMU UKUR SUDUT (GONEOMETRI)

— IUT à SUDUT DIMULAI DARI ARAH UTARA (SUMBU Y POSITIP) KE TIMUR SEARAH JARUM JAM

Page 25: Pengantar Ilmu Ukur Tanah

— IUS à SUDUT DIMULAI DARI ARAH TIMUR (SUMBU X POSITIP) KE UTARA BERLAWANAN ARAH JARUM JAM

DALAM IUT, SUDUT ARAH DINAMAKAN SUDUT JURUSAN ATAU AZIMUT. BERKAITAN DENGAN PERALATAN UKUR TANAH YANGG MENGGUNAKAN KOMPAS SEBAGAI PENUNJUK ARAH, DIKENAL PULA AZIMUT KOMPAS ATAU AZIMUT BOUSSOLE ATAU ISTILAH BEARING.

— IUT à KUADRAN SEARAH PUTARAN JARUM JAM

— IUS à KUADRAN BERLAWANAN ARAH JARUM JAM

NAMUN RUMUS-RUMUS GONEOMETRI SEPENUHNYA DAPAT DIPAKAI DALAM IUT.

• 3. SATUAN JARAK

• 4. MATEMATIKA DALAM IUT

• 5. MACAM AZIMUT KOMPAS DAN BERING

• 6. PRINSIP DASAR PENENTUAN POSISI

CARA GRAFIS

– DENGAN MENGUKUR JARAK-JARAKNYA

– DENGAN MENGUKUR SUDUT-JARAKNYA

q TRIANGGULASI

q KOORDINAT KUTUB

CARA NUMERIS

– DENGAN SUDUT JURUSAN ATAU AZIMUT DAN JARAK

– DENGAN PEMOTONGAN KE MUKA (INTERSECTION)

– DENGAN PEMOTONGAN KE BELAKANG (RESECTION)

• CARA NUMERIS

Page 26: Pengantar Ilmu Ukur Tanah

APABILA JARAK ANTARA TITIK A DAN B DIUKUR (d AB) DAN DEMIKIAN PULA SUDUT JURUSAN ATAU AZIMUT AB DIUKUR (α AB) DAN KOORDINAT A (XA, YA), MAKA POSISI TITIK B DAPAT DITENTUKAN DGN RUMUS :

DEMIKIAN PULA SEBALIKNYA, APABILA DUA BUAH TITIK A DAN B MASING-MASING DIKETAHUI KOORDINTANYA (XA, YA) DAN (XB, YB) MAKA DARI PADANYA DAPAT DITENTUKAN SUDUT JURUSAN DAN JARAKNYA.

- See more at: http://belajar-teknik-sipil.blogspot.com/2010/03/satuan-arah-dan-penentuan-posisi-dalam.html#sthash.d1spOvKK.dpuf