laporan ilmu ukur tanah

38
ULFAH ANDINI 1410015211065 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat melaksanakan Praktikum Ilmu Ukur Tanah dan menyelesaikan laporan ini. Laporan ini penulis susun berdasarkan hasil Praktikum Ilmu Ukur Tanah yang telah dilaksanakan pada Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta Padang, yang dimulai dari tanggal 10 s/d 11 Oktober. Praktikum ini diprioritaskan sebagai pengembangan dan pemantapan teori-teori yang didapat selama perkuliahan Ilmu Ukur Tanah. Terwujudnya laporan ini tidak terlepas dari arahan, bimbingan dan pertolongan dari semua pihak yang bersangkutan. Untuk itu sudah sepantasnya-lah penulis ucapkan terima kasih kepada : 1. Kepada Ibu Embun Sari Ayu ST,MT. selaku Kepala Laboratorium Ilmu Ukur Tanah dan Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil Universitas Bung Hatta Padang. 2. Kepada para instruktur Laboratorium Ilmu Ukur Tanah, yaitu : 1. Anggi Prasetia Pranajaya LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAH FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS BUNG HATTA

Upload: ulfah-andini

Post on 28-Jan-2016

157 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

contoh laporan Ilmu Ukur Tanah

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Ilmu Ukur Tanah

ULFAH ANDINI1410015211065

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat melaksanakan Praktikum Ilmu Ukur Tanah

dan menyelesaikan laporan ini.

Laporan ini penulis susun berdasarkan hasil Praktikum Ilmu Ukur Tanah

yang telah dilaksanakan pada Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik

Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta Padang, yang

dimulai dari tanggal 10 s/d 11 Oktober. Praktikum ini diprioritaskan sebagai

pengembangan dan pemantapan teori-teori yang didapat selama perkuliahan Ilmu

Ukur Tanah.

Terwujudnya laporan ini tidak terlepas dari arahan, bimbingan dan

pertolongan dari semua pihak yang bersangkutan. Untuk itu sudah sepantasnya-

lah penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Kepada Ibu Embun Sari Ayu ST,MT. selaku Kepala Laboratorium Ilmu Ukur

Tanah dan Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil Universitas

Bung Hatta Padang.

2. Kepada para instruktur Laboratorium Ilmu Ukur Tanah, yaitu :

1. Anggi Prasetia Pranajaya

2. Dedi Agustin

3. Zulkarnain Untung

Penulis harapkan semoga jasa dan kebaikan yang telah diberikan semua

pihak dalam terwujudnya laporan ini dan juga pengembangan wawasan penulis

semoga memberi hasil yang bermanfaat nantinya.

LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA

Page 2: Laporan Ilmu Ukur Tanah

ULFAH ANDINI1410015211065

Sebagai manusia yang memiliki kemampuan yang terbatas, penulis

menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna serta memiliki banyak

kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran-saran serta

kritikan yang membangun guna perbaikan atas kekurangan-kekurangan yang

terdapat pada laporan ini. Akhir kata penulis mengucapkan semoga laporan ini

dapat berguna bagi kita semua.

Padang, Oktober 2015

Penulis

LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA

Page 3: Laporan Ilmu Ukur Tanah

ULFAH ANDINI1410015211065

BAB IPENDAHULUAN

Dalam pelaksanaan suatu proyek yang dibutuhkan pertama kali adalah

peta beserta ukuran daerahnya. Dan hal ini berhubungan dengan Ilmu Ukur Tanah

yaitu dengan pemakaian alat-alat seperti Thoedolit dan Waterpass dan alat-alat

lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan Ilmu Ukur Tanah itu sendiri adalah

suatu ilmu yang berperan dalam menentukan letak nisbi atau posisi dari titik

kedudukan tanah di permukaan bumi dengan menganggap bumi sebagai bidang

datar

Secara umum pengertian dari Ilmu Ukur Tanah itu sendiri adalah suatu

disiplin ilmu yang berbentuk semua metoda dalam pengumpulan dan pemrosesan

tentang permukaan bumi. Jika dihubungkan dengan Teknik Sipil, Ilmu Ukur

Tanah atau Geodesi berperan penting seperti menentukan data-data posisi

(koordinat) dan ketinggian titik-titik di lapangan yang diukur ketinggiannya

berbeda-beda sehingga data-data yang didapat sangat membantu dalam proses

perencanaan dan pelaksanaan selanjutnya dari proyek

1.1 Latar Belakang

Dengan diketahuinya peranan Ilmu Ukur Tanah dalam pelaksanaan suatu

proyek, maka pemahamannya tidak akan sempurna jika tidak dilaksanakan

dengan prakteknya. Dan praktek ini berupa praktikum di lapangan dengan

menggunakan alat-alat pengukuran tanah yamg telah dipelajari di dalam

perkuliahan. Melalui praktikum ini maka dapat tercapainya tujuan dari

perkuliahan Ilmi Ukur Tanah.

Untuk mempermudah dari perkuliahan, maka mahasiswa dibagi menjadi

beberapa kelompok, yang setiap orang didalam kelompok yang bertugas secara

bergantian dalam pemakaian alat dengan tujuan agar setiap anggota memahami

dan mengerti fungsi dan cara penggunaan alat:

LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA

Page 4: Laporan Ilmu Ukur Tanah

ULFAH ANDINI1410015211065

Adapun anggota kelompok 1 adalah :

1. Deo Febrian Rimenta

2. M. Candra Kartika

3. Refky Elfran Nanda

4. Ella Dianingsari Pertiwi

5. Fajri Pawanda

6. Ulfah Andini

7. Lidya Intan Sari

8. Fadjrina L. Hakim

9. Balighul Hanifa

10. Fajar Tio Nugraha .A

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat secara langsung

memahami dan mengerti mengenai alat-alat Ilmu Ukur Tanah yang didapat pada

perkuliahan Ilmu Ukur Tanah dan pengaplikasiannya di lapangan.

Praktek lapangan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan mahasiswa dalam menggunakan alat yang dipakai dalam praktikum

lapangan, agar setiap anggota kelompok mengerti dan memahami alat-alat yang

dipergunakan, maka diperlukan keterlibatan secara langsung dari para

anggotanya. Dan yang lebih penting lagi adalah mahasiswa mendapatkan

pengalaman kerja lapangan dan tentunya berkesesuaian dengan bidang yang

mencakup Ilmu Ukur Tanah, antara lain :

1. pengetahuan ringkas tentang peta.

2. sistem koordinat unutk menentukan posisi titik-titik pada permukaan bumi

yang dianggap sebagai sebuah bidang datar.

3. pengetahuan dan pengenalan secara ringkas mengenai alat ukur jarak

(waterpass) dan alat ukur sifat ruang (theodolit).

4. beberapa metoda penentuan posisi horizontal.

LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA

Page 5: Laporan Ilmu Ukur Tanah

ULFAH ANDINI1410015211065

1.3 Ruang lingkup

Ruang lingkup dari praktikum Ilmu Ukur Tanah ini adalah pada

pelaksanaan dari teori-teori yang dipelajari pada perkuliahan Ilmu Ukur Tanah

dan pengarahan dari instruktur dalam pelaksaan praktikum sehingga memahami

cara-cara penggunaan alat dan pengukuran serta dapat mengatasi masalah-

masalah yang timbul pasa saat pelaksanaan praktikum di lapangan.

1.4 Pembatasan Masalah

Dengan berdasarkan waktu praktikum yang terbatas yaitu 10-11 Oktober

dan 24-25 Oktober 2015, maka praktikum Ilmu Ukur Tanah ini dibatasi pada :

1. pengukuran Waterpass

2. pengukuran Polygon

3. pengukuran Situasi Detail

1.5 Sumber Data

Sumber data dari praktikum lapangan ini adalah hasil dari pengukuran

yang didapat pada saat praktikum dimana pengukuran-pengukuran yang benar dan

akurat akan menjadi sumber data yang sangat akurat akan menjadi sumber data

yang sangat lengkap.

Selain itu sumber data juga berasal dari informasi-informasi yang didapat

dari standar-standar yang ada yang dipergunakan maupun keterangan dari dosen

di dalam perkuliahan serta arahan dari instruktur maupun dari buku-buku dan

diktat yang berhubungan dengan Ilmu Ukur Tanah

LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA

Page 6: Laporan Ilmu Ukur Tanah

ULFAH ANDINI1410015211065

BAB II

PENGUKURAN WATERPASS

2.1 Tujuan Praktikum

2.1.1 Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan praktikum diharapakan mahasiswa memahami

dan mengetahui dengan jelas tentang :

1. Alat sifat datar dan kegunaannya.

2. Bagaimana mengatur alat sifat datar (waterpass) dan kegunaannya

berdasarkan fungsinya masing-masing.

3. Cara melakukan pengukuran dengan menggunakan alat sifat datar

(waterpass).

2.1.2 Tujuan Khusus

1. Dapat menentukan beda tinggi sebuah jalur dengan memakai alat

waterpass

2. Dapat melakukan perhitungan dari data yang diperoleh guna

mendapatkan tinggi titik-titik.

2.2 Peralatan Yang Digunakan

1. satu set alat sifat datar

2. statif alat sifat datar

3. rambu / bak ukur

4. meteran

5. formulir pengukuran.

2.3 Dasar Teori

2.3.1 Pendahuluan

Maksud pengukuran tinggi adalah menetukan beda tinggi antara dua titik.

Bila beda tinggi h diketahui antara dua titik A dan B, sedang tinggi titik A

LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA

Page 7: Laporan Ilmu Ukur Tanah

ULFAH ANDINI1410015211065

diketahui sama dengan Ha dan titik B letak lebih tinggi dari pada titik A, maka

tinggi titik B, Hb = Ha + h.

Yang diartikan dengan beda tinggi antara titik A dan titik B adalah jarak

antara dua bidang nuvo yang melalui titik A dan B. umumnya bidang nivo adalah

bidang yang lengkung, tetapi bila jarak antara titik-titik A dan B dapat dianggap

sebagai bidang yang mendatar.

Beda tinggi antara dua titik dapat ditentukan dengan tiga cara yaitu:

a. dengan cara barometris;

b. dengan cara trigonometris;

c. dengan cara pengukuran penyipat datar.

Ketiga cara ini disusun sedemikian, hingga ketelitian dari atas ke bawah

akan menjadi besar. Cara yang memberikan hasil ketelitian terbesar adalah cara c

dengan pengukuran penyipat datar, sedang cara a cara yang terkasar untuk

menentukan beda tinggi antara dua titik. Dalam hal ini cara yang digunakan dalam

praktikum adalah cara c dengan ketelitian terbesar.

batas udara

bA

h h

gambar II. 3a

2.3.2 Syarat-syrat untuk Alat Ukur Penyipat Datar

Syarat utama yang harus dipenuhi oleh semua macam alat ukur penyipat

datar ialah : garis bidik di dalam teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.

Syarat-syarat berikut adalah syarat tambahan yang dimaksudkan untuk

mempercepat dan memudahkan pengukuran. Syarat tambahan pertama adalah

LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA

Page 8: Laporan Ilmu Ukur Tanah

ULFAH ANDINI1410015211065

Arah garis nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu alat ukur penyipat

datar. Bila garis bidik yang telah sejajar dengan garis arah nivo tidak

tegak lurus pada sumbu kesatu, maka garis sudut akan membuat sudut

< 90O dengan sumbu kesatu. Bila garis bidik diarahkan kemistar kiri

dengan gelombang nivo ditengah-tengah, maka garis arah nivo dan garis

bidik akan mendatar. Tetapi karena garis arah nivo tidak tegak lurus pada

sumbu kesatu, maka sumbu kesatu akan miring dari keadaan garis tegak

lurus.

Benang mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu kesatu. Pada

pengukuran tingi dengan cara menyipat datar, yang dicari selalu titik

potong garis bidik yang mendatar dengan mistar-mistar yang dipasang di

atas titik-titik, sedang diketahui bahwa garis bidik adalah garis lurus yang

menghubungkan titik potong dua benang atau garis diafragma dengan

titik tengah lensa objektif teropong. Maka pada pengukuran akan selalu

dibaca pada mistar-mistar tempat titik potong dua garis diafragma itu

pada mistar.

Maka syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh semua alat ukur penyipat datar

adalah:

a. Syarat utama : garis bidik teropong harus sejajar dengan garis nivo;

b. Syarat kedua : garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu

kesatu;

c. Syarat ketiga : garis memdatar diafragma harus tegak lurus pada

sumbu kesatu.

Sebelum alat ukur penyipat datar digunakan untuk mengukur, maka

syarat-syarat ini harus dipenuhi lebih dahulu dengan perkataan lain: alat ukur

penyipat diatur lebih dahulu, supaya tiga syarat itu dapat dipenuhi.

2.3.3 Macam-macam Alat Ukur Penyipat Datar

Berdasarkan konstruksinya alat ukur penyipat datar dapat dibagi dalam

empat macam utama:

LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA

Page 9: Laporan Ilmu Ukur Tanah

ULFAH ANDINI1410015211065

a. alat ukur penyipat datar dengan semua bagiannya tetap. Nivo tetap

ditempatkan di atas teropong, sedang teropong hanya dapat diputar dengan

sumbu kesatu sebagai sumbu putar;

b. alat ukur penyipat datar yang mempunyai nivo refersi, dan ditempatkan

pada teropong. Dengan demikian teropong selain dapat diputar dengan

sumbu kesatu sebagai pemutar, dapat pula diputar dengan satu sumbu

yang letak searah dengan garis bidik. Sumbu putar ini dinamakan sumbu

mekanis teropong. Teropong dapat diangkat dari bagian bawah alat

pengukur penyipat datar;

c. alat ukur penyipat datar dengan teropong yang mempunyai sumbu

mekanis, tetapi nivo tidak diletakkan pada teropong, melinkan ditempat di

bawah, lepas dari teropong. Teropong dapat di angkat dari bagian bawah

alat ukur penyipat datar;

d. alat ukur penyipat datar dengan teropong yang dapat di angkat dari bagian

bawah alat ukur penyipat datar dan dapat diletakkan di bagian bawah

dengan landasan yang berbentuk persegi, sedang nivo di tempatkan pada

teropong.

Karena konstruksi berbeda, maka cara pengaturan pada tiap-tiap macam

alat ukur penyipat datar akan berbeda pula, meskipun syarat-syarat yang harus

di penuhi untuk semua macam sama.

2.3.4 Konstruksi-konstruksi Khusus Penyipat Datar

a. Sebagaimana telah diketahui, pembacaan-pembacaan pada mistar harus

dilakukan dengan gelembung ditengah-tengah, supaya didapat garis bidik

yang mendatar, setel garis bidik dibuat sejajar dengan garis arah nivo lebih

dahulu. Untuk menggeserkan gelembung ketengah-tengah, pada beberapa

alat ukur penyipat datar ditempatkan suatu sekrup khusus dimaksudkan

untuk pekerjaan ini,

LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA

Page 10: Laporan Ilmu Ukur Tanah

ULFAH ANDINI1410015211065

Sekrup ini dinamakan sekrup miring yang bekerja dengan langsung pada

teropong dan dengan tidak langsung pada nivo yang ditempatkan di atas

teropong.

b. Untuk pembacaan yang sempurna, konstruksi yang lebih baik adalah bila

gelembung dapat pula dilihat di medan lihat teropong. Bayangan

gelembung dapat dilihat bersama-sama dengan bayangan mistar didalam

teropong, sehingga segara setelah gelembung ditengah-tengah, pembacaan

pada mistar dapat dilakukan.

c. Syarat utama yang berlaku untuk semua alat ukur penyipat datar adalah;

garis bidik harus sejajar dengan garis arah nivo. Meskipun alat ukur

penyipat datar telah di atur lebih dahulu dan syarat utama ini telah

dipenuhi, keadaan baik dari alat ukur dapat berubah karena pengangkutan

dan sebagainya, sehingga syarat-syarat yang tidak dapat dipenuhi lagi dan

didapat kesalahan-kesalahan pada hasil pengukuran. Didalam penulisan

laporan ini akan diberikan gambar-gambar alat ukur penyiat datar, pada

alat dimana garis bidik akan selalu otomatis dalam keadaan mendatar,

sehingga pada alat-alat ukur penyipat datar tidak lagi didapat nivo tabung.

Nivo kotak tetap ada untuk membuat tegak lurus sumbu kesatu dengan

cara yang kasar.

2.3.5 Mistar dan Perlengkapannya

Mistar yang digunakan pada pengukuran penyipat datar dibuat dari kayu

yang panjangnya ada 3 sampai 4 meter, bahkan ada yang 5 meter, Karena

panjangnya ini dan untuk memudahkan pengangkutannya, maka mistar dapat

dilipat a 1.50 m atau a 2.00 m. Skala mistar dibuat dengan cm; tiap-tiap

centimeter adalah blok merah, putih atau hitam. Tiap-tiap meter diberi warna yang

berlainan, merah putih dan hitam putih untuk memudahkan pembacaan meter.

2.3.6 Ketentuan Teknik

Ketentuan Teknik Sifat Datar (waterpass) sesuai dengan ketelitian

waterpass yang diminta, yaitu harus mencapai tingkat ketelitian orde II yaitu 10

LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA

Page 11: Laporan Ilmu Ukur Tanah

ULFAH ANDINI1410015211065

D mm. Dimana D adalah jumlah jarak dalam Km. Ketentuan ini penting sekali

dalam hubungannya mempersiapkan alat ukur dan metode yang digunakan. Untuk

mencapai ketelitian yang digunakan apakah sesuai atau tidak rusak. Biasanya alat

ukur waterpass kerusakannya terletak pada kesalahan-kesalahan garis bidik.

Walaupun kesalahan tersebut dapat dieliminir yaitu dengan metode pengukuran

yang mengharuskan alat berdiri tepat ditengah-tengah antara kedua rambu namun

alat tetap harus diperbaiki yaitu dengan mengkalibrasikan alat waterpass. Sesudah

faktor alat diperhatikan, baru diperhatikan faktor pengukur (manusia) jangan

sampai terjadi kesalahan-kesalahan yang fatal. Kesalahan-kesalahan yang

mungkin terjadi dalam melakukan pengukuran alat sifat datar antara disebabkan

oleh :

a. Kesalahan si pengukur sendiri, ini merupakan kesalahan kebetulan yang

disebabkan karena kurang teliti dalam penafsiran pembacaan rambu. Adanya

kesalahan karena kekeliruan pengukuran atau penafsiran skala yang salah

disebut blunder. Kesalahan blunder bisa langsung diketahui setelah

pengukuran (misalnya hasil pengukuran beda antara pergi dengan pulang

setelah dihitung bedanya terlalu jauh atau melebihi toleransi yang diizinkan)

maka dilakukan pengukuran ulang di tempat yang bersangkutan.

b. Kesalahan karena alat-alat yang digunakan yaitu :

Tidak sejajarnya garis bidik dengan garis arah nivo

Kesalahan karena miringnya rambu

Kesalahan karena turunnya rambu

Kesalahan karena turunnya statif alat

a. Sebelum melakukan pengukuran, alat ukur diatur dengan mengusahakan agar:

Garis bidik teropong sejajar dengan garis arah nivo

Benang mendatar difargma harus tegak lurus sumbu I

b. Alat diusahakan berdiri tegak diantara kedua rambu

c. Karena sulit memenuhi hal tersebut (tergantung medan) maka diusahakan

agar jumlah jarak ke muka dan jumlah jarak ke belakang pada setiap seksi

diusahakan sama. Medan yang relatif sulit tetap dituntut agar ketelitian

LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA

Page 12: Laporan Ilmu Ukur Tanah

ULFAH ANDINI1410015211065

memenuhi toleransi atau tidak memenuhi batas kesalahan. Misalnya satu

seksi diukur mulai dari titik BM ke titik P1. untuk melancarkan jalannya

pengukuran langsung dihitung jumlah jarak ke muka dan ke belakang untuk

slag-slag yang telah diukur (satu slag = satu kali berdiri alat)

d. Jumlah slag pada setiap seksi dibuat genap. Pemasangan rambu bergantian,

artinya rambu muka pada slag pertama menjadi rambu belakang pada slag

berikutnya.

e. Pengukuran dilakukan pada waktu : jam 08.00 s/d 12. 30Pemasangan rambu

diusahakan tegak dengan bantuan unting-unting atau nivo

f. Sistem pembacaan rambu sebagai berikut :

Muka - Belakang – Belakang – Muka, yang dibaca adalah benang atas,

benang tengah, dan benang bawah

g. Pengukuran dilakukan pergi dan pulang pada setiap seksi

h. Jika beda tinggi ukuran pergi dan pulang mempunyai selisih yang lebih dari

toleransi ketelitian yang diinginkan maka pengukuran diulang lagi esoknya

i. Kadang-kadang pengukuran pergi dan pulang tidak melalui patok-patok yang

telah ditentukan maka digunakan tata rambu, hal ini apabila patok-patok

tersebut rusak, amblas, hilang atau sulit pada pembidikan alat

2.4 Langkah-langkah Pelaksanaan Praktikum

1. Sediakan Alat, Statip, Waterpass, Payung, Unting-unting, Rambu Ukur,

Meteran.

2. Dirikan statip sejajar horizontal.

3. Tempatkan waterpass di atas statip.

4. Ratakan nivo kotak dengan menyetel sekrup.

5. Tentukan posisi titik detail yang akan diperiksa ketinggiannya (P1, P2, P3,

P4, P5)

6. Ukur jarak posisi titik yang akan ditinjau dengan meteran.

7. Dirikan statip diantara kedua titik tersebut dengan menaikkan dan

menurunkan kaki statip sampai keadaan rata.

LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA

Page 13: Laporan Ilmu Ukur Tanah

ULFAH ANDINI1410015211065

8. Letakkan waterpass di atas statip, lalu kunci dengan penguncinya agar

waterpass tidak bergerak.

9. Atur nivo tabung hingga gelembungnya berada di tengah dengan

menggunakan secrup ABC.

10. Arahkan waterpass atau bidik titik yang dituju dengan menggunakan

vizier.

11. Baca skala BA, BB, BT dan catat pada table double stand.

12. Lakukan cara yang sama untuk titik-titik berikutnya.

LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA

Page 14: Laporan Ilmu Ukur Tanah

ULFAH ANDINI1410015211065

BAB III

PENGUKURAN SITUASI DETAIL

( POLYGON TERIKAT )

Tujuan Praktikum

A. Secara Umum:

Dapat mengatur Theodolit sehingga siap digunakan sesuai

fungsinya dengan baik

Dapat membuat denah situasi

B. Secara Khusus:

Mengukur tinggi rendahnya permukaan tanah, dengan cara

mengukur sebanyak mungkin titik detail untuk mendapatkan bentuk

topografi.

Membuat garis kontur (garis yang menghubungkan titik yang mempunyai

ketinggian yang sama) dari data yang diperoleh dari hasil pengukuran titik

detail

Peralatan Yang Digunakan

1. satu set alat Theodolit

2. statif Theodolit

3. rambu ukur

4. formulir situasi detail

5. kalkulator

6. meteran

Dasar Teori

Keadaan tinggi rendah permukaan tanah, kadang kala sangat diperlukan

dalam merencanakan suatu bangunan. Untuk itu perlu dilakukan pengkuran situasi

detail dengan mengukur sebanyak mungkin titik detail. Makin rapat titik

detailnya, maka akan memberikan gambaran permukaan tanah yang lebih baik.

LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA

Page 15: Laporan Ilmu Ukur Tanah

ULFAH ANDINI1410015211065

Bentuk permukaan tanah akan dilukiskan oleh garis-garis yang

menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian yang sama yang disebut

kontur.

Supaya pekerjaan berlangsung dengan cepat maka penempatan alat diatur

sedemikian rupa sehingga dapat dibidik sebanyak mungkin titik-titik di

sekitarnya. Penggunaan lebih lanjut dari pengukuran situasi detail ini adalah untuk

pembuatan peta kontur. Peta kontur adalah suatu peta yang menunjukkan

gambaran bentuk topografi suatu daerah yang dinyatakan menurut garis-garis

kontur.

3.3.1 Sifat-sifat garis kontur

selalu merupakan garis yang tertutup kecuali pada batas gambar peta

garis-garis kontur dengan ketinggian yang berbeda-beda tidak mungkin

saling berpotongan atau menjadi satu

garis kontur dengan ketinggian yang sama tidak mungkin terpecah

menjadi dua kontur / bercabang

untuk keadaan tanah yang landai pada peta terlihat bahwa jarak antara

kontur yang satu dengan yang lainnya tidak terlalu rapat

garis-garis kontur yang menggambarkan bentuk tanjung atau bukit

merupakan garis-garis lengkung yang cembung ke arah tanjung

garis-garis kontur yang menunjukkna teluk atau lembah-lembah ke arah

hulu sungai merupakan garis-garis lengkung cekung ke arah luar teluk

atau ke arah muara

garis-garis kontur yang berpotongan dengan jalan terlihat pada peta

merupakan garis lengkung cembung ke arah menurunnya jalan

LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA

Page 16: Laporan Ilmu Ukur Tanah

ULFAH ANDINI1410015211065

3.3.2 Pemakaian dan penggunaan peta kontur :

untuk keperluan perencanaan sistem distribusi pengairan (irigsi)

perencanaan real estate

hitungan penimbunan dan penggalian tanah (cut and fill)

perencanaan lokasi Dam, Jembatan, Pelabuhan Udara, dan keperluan-

keperluan teknis lainnya.

Beberapa cara pembuatan peta kontur :

a. Metode Radial

b. Metode Profil

c. Metode Grid

Pemetaan kontur dengan metode Grid dilakukan dengan cara pengukuran

tinggi titik menurutarah garis lurus dalam setiap jarak tertentu dan pada setiap

interval Grid tertentu pula. Hasil pemetaan kontur dengan metode Grid dapat

memberikan ketelitian lebih baik.

3.3.3 Pelaksanaan Pengukuran di Lapangan

3.3.3.1 Penempatan Alat Ukur di Lapangan

Cara penempatan theodolite dan statif di lapangan adalah sebagai berikut:

Pilih tempat titik station/titik kontrol dilapangan sedemikian rupa hingga

dari titik ini dapat membidik titik-titik di lapangan sebanyak mungkin agar

dapat membuat bayangan keadaan disekitar titik itu di atas permukaan

bumi.

Tancapkan kaki statif di atas titik di station dan usahakan kepala statif

(base plate) mendekati datar agar memudahkan kita untuk menstel alat

ukur theodolite.

Buat posisi statif hampir merupakan segitiga kemudian kencangkan kaki

statif supaya jangan naik turun.

Letakkan alat theodolite di atas base plate.

LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA

Page 17: Laporan Ilmu Ukur Tanah

ULFAH ANDINI1410015211065

Tempatkan theodolite tepat di tengah titik station dengan centring optik

(untuk membuat sumbu vertical / sumbu I tegak lurus).

Ketengahkan gelembung udara dari nivo kotak dengan cara menyetel

sekrup penyetel (untuk membuat sumbu II datar).

Atur gelombang nivo tabung agar berada ditengah-tengah setiap arah

mendatar teropong dengan 3 (tiga) sekrup pengatur ABC.

3.3.3.2 Cara Menyeimbangkan Thedolite (Pendataran Theodolite)

Gambar III. 3a

Sebelum di lakukan pembacaan pada alat theodolite terlebih dahulu

di lakukan pendataran theodolite sebagai berikut:

Alat theodolite didatarkan secara kasar dengan bantuan sekrup A, B, dan C

yaitu dengan jalan di putar sampai gelembung nivo berada tepat ditengah.

Alat theodolite di putar sedemikian rupa sehingga nivo tabung menjadi

sejajar dengan garis A – C.

Sekrup A dan C diputar dengan salah satu cara sebagai berikut:

a. A – ke kiri c. C – ke kanan

b. A – ke kanan d. C – ke kiri

Arah dari ibu jari menentukan arah yang akan diikuti gelembung,

umpama bila gelembung berada disebeleh kiri dari bagian tengah, maka

LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA

B

A C

Page 18: Laporan Ilmu Ukur Tanah

ULFAH ANDINI1410015211065

ibu jari kiri harus bergerak ke kanan (ibu jari kanan ke kiri) agar

gelembung masuk ketengah.

Putar alat theodolite sebanyak 90O mengikuti arah tangan lonceng

sehingga nivo tabung akan tegak lurus pada garis A – C (gelembung akan

keluar dari kedudukannya di tengah).

Kini sekrup B di putar dengan tangan kiri sampai gelembung masuk

ketengah lagi.

Sebagai kontrolan theodolite harus di putar keliling sehingga gelembung

tetap di tengah, kalau tidak harus di stel kembali.

Sebelum memulai pengukuran harus di laksanakan :

o Teropong di balik-balik beberapa kali.

o Alat diputar beberapa kali

3.3.4 Pembacan sudut dan Rambu dengan alat Theodolite

Sebelum digunakan alat ukur theodolite haruslah memenuhi syarat-syarat

alat theodolite sebagai berikut yaitu :

1. Sumbu I harus tegak lurus sumbu II.

2. Sumbu II harus mendatar.

3. Garis bidik tegak lurus sumbu II.

4. salah indek (lingkaran vertical) sama dengan no.

Setelah theodolite memenuhi syarat dan telah melakukan pengaturan

maka pengukuran telah dapat dilakukan. Dalam hal pelaksanaan pengukuran

sebaiknya dilakukan minimal 3 (tiga) orang yaitu: 2 orang memegang sumbu, dan

1 (satu) orang melekukan pembacaan (juru ukur). Dalam hal melakukan

pengukuran data-data yang harus diambil meliputi:

1. Pembacaan benang atas (Ba), benang bawah (Bb), dan benang

tengah (Bt).

2. Pembacaan sudut hirizontal dan vertical.

3. HI (tinggi alat).

LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA

Page 19: Laporan Ilmu Ukur Tanah

ULFAH ANDINI1410015211065

Hal yang harus diketahui oleh juru ukur adalah sebagai berikut :

Menyetel sekrup sebelum sekrup halus di

stel, sekrup kasar dulu yang di stel.

Selama di adakan pengukuran harus

dihindari menyentuh gelas darinivo tabung.

Setelah statif datar dan pesawat di stel

kakinya, maka pesawat harus dijaga supaya tidak bergoyang.

Pengukuran terhadap sumbu harus di bidik

bagian sumbu yang pas seperti benang bawah 1.000.

Setiap selesai membaca suatu titik

gelembung, nivo harus dicek kembali supaya distel.

Pengukuran dilakukan pagi atau pada cuaca

yang cerah.

Menempatkan pesawat harus di jaga

keselamatannya.

a. Pembacaan Rambu Ukur

Sebelum membaca rambu ukurdi lakukan terlebuh dahulu di bidik

dengan menggunakan visir sampai mendekati sasaran kemudian putaran

theodolite dikunci dengan pengunci vertical dan horizontal, kemudian

jelaskan bayangan dan benang silang di tengah sumbu dengan

menggunakan sekrup penggerak halus horizontal kemudian lakukan

pembacaan, usahakan benang bawah, terletak pada garis benang silang

bahwa supaya mudah dalam perhitungan jarak miringnya nanti.

b. Pembacaan sudut

1. Sudut Vertikal

Pada teropong keadaan horizontal dan dalam pembacaan biasa (kedudukan

satu) maka pembacaan sudut vertical adalah 90O. Sedangkan angka yang

terbaca lebih besar dari 90O, maka titik objek berada lebih rendah dari

ketinggian tempat alat ukur didirikan (teropong mengarah kebawah).

LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA

Page 20: Laporan Ilmu Ukur Tanah

ULFAH ANDINI1410015211065

Sebaliknya apabila terbaca lebih kecil dari 90O, maka ketinggian alat ukur

lebih rendah dari ketinggian titik objek daerah yang di ukur.

2. Sudut Horizontal

Sudut horizontal adalah besar sudut yang didapat dari selisih hasil pembacaan

antara dua jurusan/arah. Arah Utara yang digunakan berupa Utara Geotis,

Magnetis, Astronomis, dan sebaginya. Setelah susut vertical dibaca langsung

putar micrometer dan masukkan angka sudut 2 garis sejajar.

Pengukuran situasi menggunakan sistem RAAI yakni alat berdiri pada titik

yang mempunyai pengikatan titik polygon situasi (minimum dilakukan pengikatan

pada dua titik polygon situasi) seperti diketahui kerangka dasar luar (Kring

polygon luar) dan kerangka dasar dalam (Kring polygon dalam) kemudian di

dalamnya terdapat jalur-jalur polygon situasi yang terikat pada titik kerangka

dasar / titik BM (x,y) maupun ketinggian (H). untuk memenuhi kebutuhan

perencanaan apabila terdapat bangunan maupun fasilitas lainnya yang telah ada

maka pengukuran harus diteliti

3.3.5 Teori Takimetri

3.3.5.1 Pengantar

“Metode Stadia” , yang disebut “Takimetri” di Eropa adalah adalah

cara yang cepat dan efisien dalam mengukur jarak yang cukup teliti

untuk sifat datar trigonometric, beberapa polygon dan penentuan lokasi

detail-detail topografik. Lebih lanjut, dalam metode ini cukup dibentuk

regu 2 atau 3 orang, sedangkan pada pengukuran dengan transit dan pita

biasanya diperlukan 3 atau 4 orang.

Stadia berasal dari kata Yunani untuk satuan panjang yang asal

mulanya diterapkan dalam pengukuran jark-jarak untuk pertandingan

atletik – dari sinilah muncul kata “stadium” (stadion) dalam pengertian

modern. Kata ini menyatakan 600 satuan Yunani (sama dengan satuan

“feet”), atau 609 ft 9 in dalam ketentuan Amerika Sekarang.

Istilah stadia sekarang sekarang dipakai untuk benang silang dan

rambu yang dipakai dalam pengukuran, maupun metodenya sendiri.

LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA

Page 21: Laporan Ilmu Ukur Tanah

ULFAH ANDINI1410015211065

Pembacaan optis (stadia) dapat dilakukan dengan transit, theodolite,

alidade, dan alat sipat datar.

Seperti telah dijelaskan pengukuran situasi titik detail dimaksudkan untuk

mendapatkan posisi horizontal dan ketinggian dari titik detail tersebut. Untuk

mendapatkan ketinggian titik detail tersebut dihitung beda tinggi antara titik

tempat berdiri alat terhadap titi detail yang bersangkutan.

Tachymetri merupakan metode penentuan kontur yang cepat, karena

dengan pembacaan nonius horizontal dan nonius vertikal disamping pembacaan

benang-benang silang terhadap rambu ketinggian, baik posisi maupun ketinggian

dasar rambu dapat dihitung. Oleh karena itulah dipakai Theodolit sebagai

tachymetri.

Bentuk Theodolit dibagi menjadi :

Theodolit reiterasi

Theodolit repetisi

Dalam konstruksi perbedaan antara kedua Theodolit ini hanya pada bagian

bawahnya saja yaitu :

Pada Theodolit reiterasi pelat lingkaran skala mendatar dijadikan

satu dengan tabung yang terletak di antara tiga sekrup

Pada Theodolit repetisi pelat lingkaran skala mendatar ditempatkan

sedemikian rupa sehingga pelat ini dapat berputar sendiri dengan

tabung pada tiga sekrup penyetel sebagai sumbu putar

Sket pemakaian alat Theodolit :

LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA

Page 22: Laporan Ilmu Ukur Tanah

ULFAH ANDINI1410015211065

BAB IV

PENGUKURAN POLYGON

4.1 Tujuan Praktikum

1. untuk mendapatkan posisi / kerangka dasar horizontal

2. untuk mendapatkan posisi planimetris (x,y) dari titik guna pengikatan

selanjutnya

4.2 Peralatan Yang Digunakan

1. satu set alat Theodolit

2. statif Theodolit

3. dua buah rambu ukur

4. pita ukur

5. formilir polygon

6. meteran

4.3 Dasar Teori

Cara membuat suatau polygon adalah untuk menentukan tempat lebih dari

satu titik. Telah diketahui pula bahwa pada ujung awal polygon diperlukan satu

titik yang telah diketahui sudut jurusannya. Supaya keadaan menjadi simetris,

maka pada ujung akhir dibuat titik yang tentu pula dan diikat pada jurusan yang

tentu lagi. Umumnya suatu polygon dimulai dan diakhiri pada titik-titik tertentu

dan diikat pada kedua ujung pada dua jurusan tertentu pula.

Sebelum dimulai menghitung koordinat-koordinat titik-titik polygon,

maka lebih dahulu harus diteliti pengukuran polygon. Karena unutk dapat

menentukan koordinat-koordinat diperlukan sudut dan jarak pada polygon itu.

Untuk dapat melakukan penelitian, maka harus diketahui dan ditentukan lebih

dahulu syarat-syarat apakah yang harus dipenuhimoleh suatu polygon.

LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA

Page 23: Laporan Ilmu Ukur Tanah

ULFAH ANDINI1410015211065

Syarat hitungan polygon tertutup:

1. sudut yang diukur = ( n – 2 ) 180

2. d sin = 0

3. d cos = 0

Pengukuran polygon ini terdiri dari pengukuran polygon tertutup,

dimaksudkan untuk mendapatkan posisi planimetris ( x,y ) dari titik-titik ukur.

Adapun metoda pengukuran adalah:

1. Pengukuran dilakukan 1 seri yaitu biasa – biasa - luar bi asa – luar biasa

2. Pengukuran jarak menggunakan pita ukur panjang 50 m

3. Penutup sudut maksimum 10n, dimana n = banyak titik

4. Kontrol pengukuran sudut dengan cara membuat polygon tertutup

5. Syarat yang harus dipenuhi dalam perhitungan

4.4 Langkah-langkah pelaksanaan praktikum

1. Letakkan alat ( theodolit ) pada titik yang akan diukur sudut horizontalnya

2. Mengatur alat dan nivo

3. Memutar tropong sebesar 180 untuk memeriksa kedudukan nivo

4. Apabila alat sudah siap untuk digunakan maka persiapkan alat dan

formulir pengukuran

5. Mengarahkan teropong pada titik yang akan dibaca sudut horizontal

6. Putar teropong pada titik lain yang akan dibaca sudut horizontalnya dalam

keadaan biasa dengan memotong teropong dengan sudut 180

7. Mengarahkan kembali teropong pada titik pertama untuk mendapatkan

sudut luar biasa

8. Memindahkan alat ketitik lain dan mengulangi pekerjaan (1) sampai (&).

Jadi sudut yang dibaca adalah sudut biasa,biasa,luar biasa dan luar biasa.

LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA

Page 24: Laporan Ilmu Ukur Tanah

ULFAH ANDINI1410015211065

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dengan berakhirnya praktikum Ilmu Ukur Tanah ini, maka mahasiswa

dapat membuktikan hal-hal yang terjadi dalam pelaksanaan teori dilapangan baik

dari cara pemetaan peta kedaerah daerah yang akan dibangan, contoh

jalan,bangunan dan lain-lain.

Selain itu kita juga dapat membuktikan apa-apa saja yang dapat diukur dan

dilaksanaan dalam praktikum baik penggunaan alat maupun cara pengukurannya

sehingga nanti bisa melaksanakannya sewaktu terjun dalam pelaksanaan suatu

proyek

Dengan keadaan cuaca dan keadaan alam pada waktu praktikum kurang

baik yang merupakan salah satu penghambat dalam pelaksanaan praktikum dan

akan mengurangi tingkat ketelitian pengukuran. Selain itu praktikum ini dapat

menambah pengetahuan salam pengaturan dan penggunaan alat, perhitungan serta

pengambaran dari hasil pengukuran tersebut.

Semoga pengalaman yang didapat dari praktek Ilmu Ukur Tanah ini akan

sangat membantu dalam menyelesaikan masalah yang timbul dilapangan nantinya,

dan juga memberikan dorongan moral dan mental untuk kesiapan menghadapi

lapangan.

Saran-saran

1. Sebaiknya praktikum dilaksanakan sejalan dengan teori-teori yang

dipelajari pada perkuliahan sehingga lebih mudah dimengerti

2. Kurangnya alat-alat dalam praktikum sehingga menghambat kelancaran

praktikum

3. Asisten kalau bisa memberikan keterangan lebih jelas agar mahasiswa

praktikan tidak salah melaksanakan praktikum.

LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA

Page 25: Laporan Ilmu Ukur Tanah

ULFAH ANDINI1410015211065

DAFTAR PUSTAKA

Russell C. Brinker and Paul R. Wolf, “ Elementary Surveying Seven Edition, Erlangga, Jakarta, 1997.

Soetomo Wangsotjitro, “Ilmu Ukur tanah”, Kanisius, Yogyakarta, 1985.

Suyono Sosrodarsono, “Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan”, PT. Pradaya Paramita, Jakarta, 1983.

Muchidin Noor, “Ilmu Ukur Tanah Bangunan Sipil”, Sekolah PembanguanPrakarya, Bandung.

Rachman MD, “Penentuan Ketelitian Hasil Pengukuran”, Divisi Surta, Jakarta, 1983.

Manual Praktikum Ilmu Ukur tanah, laboratorium Mekanika Tanah & Ilmu Ukur

Tanah, Universitas Bung hatta, Padang, 2002

LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA

Page 26: Laporan Ilmu Ukur Tanah

ULFAH ANDINI1410015211065

LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA