penerbitan dan percetakan · pdf filemalang, april 2015 . ... buku pelajaran sekolah, buku...
TRANSCRIPT
PENERBITAN DAN PERCETAKAN
Tugas ini disusun untuk memenui tugas mata kuliah penerbitan dan desain grafis yang dibimbing
oleh Pitoyo Widhi Atmoko, S.SI., M.SI.
Oleh:
Husnul Chotimah 125030700111016
Dea Pristotia
Wahyu Laras
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Malang, April 2015
DAFTAR ISI
PENERBITAN BUKU ............................................................................................................................ 3
Pengertian Penerbitan Buku ................................................................................................................. 3
Perkembangan Dunia Tulis-Menulis .................................................................................................... 5
Jenis Penerbit Menurut Buku Terbitannya ............................................................................................ 7
Jenis Penerbit Menurut Statusnya ........................................................................................................ 8
Jenis Terbitan ...................................................................................................................................... 8
Sejarah Penerbitan Buku di Indonesia ................................................................................................ 10
Proses Penerbitan Buku ..................................................................................................................... 11
Pengadaan Naskah ............................................................................................................................. 13
Penyuntingan ..................................................................................................................................... 15
PERCETAKAN .................................................................................................................................... 18
Pengertian percetakan ........................................................................................................................ 18
Sejarah percetakan ............................................................................................................................. 18
PERBEDAAN PENERBITAN DAN PERCETAKAN .......................................................................... 20
Daftar pustaka ....................................................................................................................................... 21
PENERBITAN BUKU
Pengertian Penerbitan Buku
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 91), kata penerbit diberikan dibawah kata terbit.
Terbit antara lain mengandung arti keluar untuk diedarkan (tentang surat kabar, buku, dan
sebagainya) kata penerbit sebagai bentukan kata terbit mengandung arti orang atau perusahaan
yang menerbitkan buku, majalah, dan sebagainya. Pada mulanya, penerbitan adalah percetakan,
yaitu sebagai kegiatan pembuatan (manufacturing), dan belum berfungsi sebagai penyebarluasan.
Lalu pada abad ke-19, penerbit berfungsi sebagaimana fungsinya yang sekarang, yakni sebagai
promotor dari kata-kata tercetak. Dunia penerbitan dan percetakan berkembang terus, baik
cakupan pekerjaannya maupun peralatan pendukungnya. Dalam dunia penerbitan semakin
banyak jenis buku yang diterbitkan, dalam berbagai bahasa, dan disebarkan diberbagai negara.
Maka terciptalah berbagai jenis penerbit yang mengkhususkan diri menerbitkan buku tertentu,
misalnya jenis buku anak-anak, buku pelajaran sekolah, buku pariwisata. Adakalanya sebuah
buku diterbitkan dalam bahasa tertentu. Misalnya buku pariwisata Indonesia diterbitkan dalam
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Agar menarik, buku perlu dirancang secara khusus, sesuai
dengan jenisnya. Dalam dunia perbukuan, selain penerbit dan percetakan, dikenal pula pihak
perancang buku. Mereka inilah yang bertugas menangani penampilan buku agar menarik dan
sesuai dengan isinya. Di negara yang penerbitannya telah lebih maju, pengkhususan bidang
pekerjaan ini sudah lebih merinci. Sehinggga dikenal perusahaan yang khusus menyiapkan
naskah, merancang buku, mengatur perbanyakan naskah, mencetak, menjilid, mempromosikan.
Mendistribusikan, dan menjual buku. Masing-masing mempunyai tugas sendiri-sendiri. Di
Indonesia, pada umumnya semua tugas penerbitan penerbitan, perancangan, dan percetakan ini
masih dikelola dalam satu atau dua perusahaan saja.
Perkembangan pekerjaan di dunia perbukuan ini juga diikuti oleh perkembangan peralatan
pendukungnya. Mesin tik biasa telah berkembang menjadi mesin tik elektronik dengan berbagai
macam kemampuan. Penemuan komputer semakin memacu perkembangan peralatan penerbit
dan percetakan. Pengetikan naskah sudah tidak lagi menggunakan mesin tik, melainkan dengan
memanfaatkan kompoter dan program pengolah kata seperti WordStar dan WordPerfect.
Merancang halaman dan sampul buku pun sudah dikerjakan dengan komputer. Mesin cetak dan
mesin potong kertas sudah juga dikomputerkan.
Dengan semakin berkembangnya perincian pekerjaan dalam dunia perbukuan, semakin
berkembang juga masalah yang dihadapi. Di pihak penerbit, hak dan kewajiban penulis maupun
penyunting yang mewakili penerbit semakin menuntut rincian yang lebih tegas. Demikian pula
keterlibatan pihak lain seperti perancang, percetakan, dan toko buku. Untuk mengatur
kepentingan semua pihak itu diperlukan serangkaian ketentuan. Maka diciptakanlah Surat
Perjanjian Penerbitan, Undang-Undang Hak Cipta, Uang Jasa Penulis, ISBN, dan sebagainya.
Menurut Pambudi (1981: 1) penerbitan adalah pencetakan, yaitu sebagai kegiatan pembuatan
(manufacturing), dan belum berfungsi sebagai penyebarluasan. Pada abad kesembilan belas,
penerbit berfungsi sepertti fungsinya yang sekarang., yaitu sebagai promotor sari kata-kata
tercetak. Mempublikasikan kepada umum, mengetengahkan kekhalayak ramai, kata dan gambar
yang telah diciptakan oleh jiwa-jiwa kreatif, kemudian disunting oleh para penyunting unutk
selanjutnya digandakan oleh para pencetak.
Altbach (2000: 45) mengemukakan pendapat bahwa penerbit buku merupakan seorang investor
dalam perbukuan. Penerbit adalah seorang yang mengeluarkan uang untuk pengarang,
penerjemah, penyunting, pencetak, pabrik kertas, dan yang lain-lain untuk memproduksikan
buku, dan untuk para penjual, pemasang iklan, dan mereka yang membantu dalam
pemasarannya, dan menerima uang dari penjual buku dan yang lain-lain yang membeli buku
tersebut atau yang membeli hak untuk menggunakan isi buku itu dalam berbagai cara. Penerbit
berharap, menerima uang lebih banyak daripada yang dikeluarkan.
Informasi dari salah satu media elektronik Wikipedia menyebutkan bahwa penerbit atau
penerbitan adalah industri yang berkonsentrasi memproduksi dan memperbanyak sebuah literatur
dan informasi- atau sebuah aktivitas membuat informasi yang dapat dinikmati publik. Aminoedin
(1989: 165) mengatakan, editor mula-mula berarti penerbit. Di prancis sampai sekarang masih
ditulis editeur pada kulit dan halaman judul buku. Asal kata ini dari bahasa latin editus, bentuk
past participle dari edere. Artinya menerbitkan. Dahulu waktu penerbitan masih langka penerbit
dan editor itu diwakili oleh satu orang saja. Dia (penerbit dan editor) yang mencari naskah,
menyunting naskah, mempersiapkah naskah untuk percetakan, mencari bahan, menjual buku,
dan sebagainya. Penerbitan sekarang sudah berkembang dengan pesat sekali. Tidak mungkin lagi
semua itu dilakukan oleh satu orang. Sekarang tugas dibagi-bagi. Ada pimpinan penerbit
(selanjutnya disingkat dengan penerbit saja), dan ada editor. Pekerjaan pimpinan penerbitan
adalah mencari editor, mencari langganan, bahan untuk proses percetakan buku, memikirkan
penjualan, penyimpanan stok dan sebagainya, biasanya hal-hal yang tidak langsung mengenai
suatu naskah. Pekerjaan yang berhubungan langsung dengan naskah diserahkan kepada editor.
Pekerjaan ini adalah menghubungi pengarang, kadang-kadang juga mencari pengarang, menilai
naskah, menghubungi pembaca ahli kalau naskah diterima, menyunting naskah,
mempersiapkannya untuk tipografi, memikirkan cara-cara percetakan yang sesuai seperti
pemakaian huruf-huruf, penjilidannya, kertas yang akan dipakai, ukuran buku dan lain-lain,
mengumpulkan bahan untuk pengikalanan, mengawasi percetakan dan sebagainya.
Perkembangan Dunia Tulis-Menulis
Manusia mulai mengenal bahan tertulis dari peninggalan batu bertulis, kepingan batu yang
bertatahkan rangkaian huruf yang mirip gambar, seperti hieroglif dari mesir serta tulisan dalam
gulungan daun lontar dan papirus.
Sebagaimana diketahui bahwa sudah sejak barabad-abad yang lalu manusia mengenal huruf.
Menurut catatan sejarah adalah dengan dibawanya sejenis kertas dari negeri Cina oleh para
saudagar Eropa pada abad ke-15. Perkembangan lebih lanjut adalah penemuan cikal bakal mesin
cetak yang kita kenal sekarang oleh Johann Gutenberg di Mainz, jerman sekitar tahun 1450.
Sejak itulah mesin cetak berkembang pesat dan sekarang sekitar enam tahun setengah abad sejak
masa Gutenberg, computer turut berperan dalam dunia tulis- menulis.
Perkembangan pekerjaan dunia perbukuan diikuti oleh perkembangan peralatan pendukungnya.
Mesin tik biasa telah berkembang menjadi mesin tik elektronik dengan berbagai macam
kemampuan. Penemuan computer semakin memacu perkembangan peralatan penerbitan dan
percetakaan. Pengetikan naskah sudah tidak lagi menggunakan mesin tik, melainkan dengan
memanfaatkan computer dengan program pengelolah kata dengan berbagai fasilitas yang
tersedia. Selain itu untuk merancang halaman dan sampul buku telah dilakukan dengan program
ventura dan coreldraw. Mesin cetak dan mesin pemotong juga telah menggunakan komouter.
Buku elektronik yaitu buku dalam bentuk cakram padat kini semakin dikenal, semua kemajuan
tehnologi semakin mempermudah pekerjaan penerbitan dan pendidikan.
Selain buku, masih banyak lagi jenis terbitan lain yang biasa diterbitkan oleh sebuah penerbit.
Seperti:
1. Jurnal
Jurnal adalah terbitan berkala yang berbentuk pamflet berseri berisi bahan yang sangat diminati
orang saat diterbitkan . Bila dikaitkan dengan kata ilmiah di belakang kata jurnal dapat terbitan
berarti berkala yang berbentuk pamflet yang berisi bahan ilmiah yang sangat diminati orang saat
diterbitkan.
2. X- banner
Jika kita mengacu kepada kaidah dasar poster, X banner ini adalah karya seni atau desain grafis
yang memuat komposisi gambar dan huruf di atas kertas berukuran besar. Pengaplikasiannya
dengan ditempel di dinding atau permukaan datar lainnya dengan sifat mencari perhatian mata
sekuat mungkin. Karena itu X banner biasanya dibuat dengan warna-warna kontras dan kuat.
3. Brosur
Brosur adalah terbitan tidak berkala yang tidak dijilid keras, lengkap (dalam satu kali terbitan),
memiliki paling sedikit 5 halaman tetapi tidak lebih dari 48 halaman, di luar perhitungan sampul.
Adanya perkembangan penerbitan buku dan sejenisnya semakin banyak masalah yang dihadapi,
dipihak penerbitan hak dan kewajiban penulis maupun penyuntingan yang mewakili penerbitan
dituntut untuk lebih berpotensi.
Jenis Penerbit Menurut Buku Terbitannya
Secara lebih luas, penerbit dapat kita golongkan antara lain menurut jenis terbitannya. Dari sudut
ini kita mengenal tiga kelompok besar penerbit, yaitu penerbit buku umum, penerbit buku anak-
anak, dan penerbit khusus. Kelompok yang terakhir ini dapat dibagi lagi menjadi penerbit buku
pelqjqran sekolah dasar dan menengah, penerbit buku universitas, dan penerbit buku ilmiah.
1. Penerbit Buku Umum
Pembaca sasaran penerbit ini adalah khalayak ramai yang sudah tentu sangat beragam, sukar
dikenali, dan sukar diperkirakan. Porsi terbesar karya penerbit jenis ini adalah buku fiksi. Dalam
hal ini, pengarang yang sudah sukses dan terkenal merupakan kekayaan penerbit yang tak
ternilai. Puncak penjualan buku umum biasanya dicapai pada setahun pertama penerbitan, yaitu
pada saat penerbit mempromosikan buku-buku terbitan terbarunya.
2. Penerbit Buku Anak-Anak
Pada penerbit jenbis ini, judul-judul lama merupakan modal utama karena pada umumnya buku
anak-anak yang klasik selalu dicetak ulang. Agar menarik buat pembaca yang masih kecil-kecil,
buku anak-anak biasanya sarat warna, sehingga biaya produksinya besar. Untuk mengatasi biaya
besar itu, penerbit sering bekerja sama dengan penerbit lain. Khusunya penerbit luar negri untuk
menerbitkan judul yang sama.
3. Penerbit Buku Khusus
Dalam kelompok ini terdapat penerbit buku pelajaran sekolah dasar dan menengah (selanjutnya
disebut penerbit buku sekolah), penerbit buku universitas, dan penerbit buku ilmiah.
Diperkirakan 65% penerbit di Indonesia bergerak dalam penerbitan buku sekolah (termasuk
buku anak-anak), dan sekitar 15% menerbitkan buku universitas. Penerbit buku ilmiah
jumlahnya sangat sedikit, diperkirakan tidak sampai 5% (ceramah ketua IKAPI, Juli 1990).
Jenis Penerbit Menurut Statusnya
Penerbit dapat juga dikelompokkan menurut statusnya, yaitu penerbit swasta dan penerbit
pemerintah. Penerbit swasta dikelola oleh badan swasta, biasanya mengutamakan keuntungan.
Sebaliknya, penerbit pemerintah dikelola oleh lembaga pemerintah, dan biasanya tidak terlalu
menggutamakan keuntungan, melainkan lebih menitikberatkan pemenuhan kebutuhan
pemerintah.
Jenis Terbitan
Seperti juga penerbit, terbitan dapaat dikelompokkan. Pengelompokkan pertama adalah menurut
jenis barang yang diterbitkan, yaitu majalah, koran, dan buku. Majalah dan jurnal ilmiah
biasanya terbit dalam bentuk seperti buku, yaitu mempunyai sampul dan isi. Keduanya terbit
secara berkala, dapat mingguan, bulanan, tribulanan, dan sebagainya. Berbeda dengan koran dan
majalah, buku tidak terbit secara berkala. Sebuah buku dapat dicetak beberapa kali dengan isi
yang tetap sama. Buku yang dicetak pertama kali disebut cetakan pertama, yang kedua kali
cetakan kedua, dan seterusnya. Bila buku dipinda oleh pengarangnya, artinya ada perubahan
nyata dalam isinya, maka buku hasil pindaan itu disebut edisi baru. Jadi, buku berjudul sama
tetapi edisinya berbeda, tentu berbeda isinya, meskipun perbedaan itu tidak selalu mencolok.
Menurut sampulnya, buku dapat dikelompokkan dalam dua bagian besar. Buku bersampul tegar
dan bersampul lembek. Dewasa ini, berkat kemajuan teknologi di bidang perbukuan, jenis
sampul sudah lebih beragam, ada yang terbuat dari sejenis plastik atau kulit buatan. Jenis kertas
sampulpun bermacam-macam, sehingga sampul untuk buku bersampul lembek dapat dipilih
sesuai dengan keinginan.
Kita juga mengenal kelompok buku fiksi dan nonfiksi. Buku fiksi adalah rekaan pengarang,
misalnya novel dan cerita pendek, serta buku rekaan ilmiah. Buku nonfiksi adalah kebalikan
buku fiksi, yaitu buku yang ditulis berdasarkan kejadian nyata, fakta, atau hukum alam.
Contohnya adalah biografi dan buku ilmu pengetahuan.
Dari pembacanya kita mengenal pembaca dewasa, kaum wanita, kaum pria, anak-anak, remaja,
pelajar, mahasiswa, kelompok berpendidikan tinggi, kelompok berpendidikan rendah, kaum
profesional (orang yang mempunyai keahlian tertentu yang diperlukan untuk kelancaran
pekerjaannya, misalnya para manajer perusahaan, ahli komputer, pakar olah raga, guru, juru
masak), dan sebagainya.
Dari isinya buku dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok besar. Jika kita pada jenis
pengelompokkan pokok bahasan menurut sistem Dewey yang lazim digunakan, maka kita
mengenal kelompok buku yang membahas tentang informasi, agama, ekonomi, sosial,
matematika, fisika, kedokteran dan farmasi, teknik, arsitektur dan sipil, sastra dan fiksi, dan
geografi. Kelompok besar ini dapat dibagi lagi menjadi kelompok yang lebih kecil, misalnya
kelompok buku ekonomi dirinci menjadi bisnis, manajemen, akuntansi, dan lain-lain.
Perkembangan teknologi yang sangat pesat dalam dunia penerbitan dan percetakan mendorong
diciptakannya jenis terbitan yang tidak menggunakan kertas sebagai wahananya. Di masa awal
1960-an sudah dikenal naskah dalam bentuk gulungan film dan mikrofis. Untuk membaca
naskah yang dimuat dalam bentuk tersebut diperlukan alat pembaca khusus yang dilengkapi
dengan sebuah layanan seperti televisi. Di Indonesia alat seperti ini dapat dijumpai antara lain di
Perpustakaan Nasional, Peropustakaan PDII, Perpustakaan The British Council, Perpustakaan
Pusat ITB.
Sejumlah buku, khususnya buku rujukan seperti kamus, buku katalog, dan ensiklopedi,
diterbitkaan dalam bentuk cakram keras, disebut CD-ROM (compac disk- read only memory).
Cakram tersebut dapat memuat data dalam jumlah yang sangat besar, misalnya 18 jilid
Encyclopedia Britanica yang tebalnya 200-an ribu halaman dapat dimuat dalam satu cakram
saja. Untuk membacannya, pembaca memerlukan seperangkat alat khusus yang dapat
menampilkan naskah dalam cakram itu pada layar monitor.
Disamping buku dalam bentuk yang bermacam-macam tadi, penerbit juga menyediakan alat
pendukung lain seperti lembaran teransparansi untuk menyajikan kuliah, bagan berbagai macam
proses, slide, dan kaset video.
Sejarah Penerbitan Buku di Indonesia
Di Indonesia, awalnya bentuk buku masih berupa gulungan daun lontar. Menurut Ajip Rosidi
(sastrawan dan mantan ketua IKAPI), secara garis besar, usaha penerbitan buku di Indonesia
dibagi dalam tiga jalur, yaitu usaha penerbitan buku pelajaran, usaha penerbitan buku bacaan
umum (termasuk sastra dan hiburan), dan usaha penerbitan buku agama. Pada masa penjajahan
Belanda, penulisan dan penerbitan buku sekolah dikuasai orang Belanda. Kalaupun ada orang
pribumi yang menulis buku pelajaran, umumnya mereka hanya sebagai pembantu atau ditunjuk
oleh orang Belanda. Usaha penerbitan buku agama dimulai dengan penerbitan buku-buku agama
Islam yang dilakukan orang Arab, sedangkan penerbitan buku –buku agama Kristen umumnya
dilakukan oleh orang-orang Belanda. Penerbitan buku bacaan umum berbahasa Melayu pada
masa itu dikuasai oleh orang-orang Cina. Orang pribumi hanya bergerak dalam usaha penerbitan
buku berbahasa daerah. Usaha penerbitan buku bacaaan yang murni dilakukan oleh pribumi,
yaitu mulai dari penulisan hingga penerbitannya, hanya dilakukan oleh orang-orang Sumatera
Barat dan Medan. Karena khawatir dengan perkembangan usaha penerbitan tersebut, pemerintah
Belanda lalu mendirikan penerbit Buku Bacaan Rakyat. Tujuannya untuk mengimbangi usaha
penerbitan yang dilakukan kaum pribumi. Pada tahun 1908, penerbit ini diubah namanya
menjadi Balai Pustaka. Hingga Jepang masuk ke Indonesia, Balai Pustaka belum pernah
menerbitkan buku pelajaran karena bidang ini dikuasai penerbit swasta belanda. Sekitar tahun
1950-an, penerbit swasta nasional mulai bermunculan. Sebagian besar berada di pulau Jawa dan
selebihnya di Sumatera. Pada awalnya, mereka bermotif politis dan idealis. Mereka ingin
mengambil alih dominasi para penerbit
Belanda yang setelah penyerahan kedaulatan di tahun 1950 masih diijinkan berusaha di
Indonesia. Pada tahun 1955, pemerintah Republik Indonesia mengambil alih dan menasionalisasi
semua perusahaan Belanda di Indonesia. Kemudian pemerintah berusaha mendorong
pertumbuhan dan perkembangan usaha penerbitan buku nasional dengan jalan memberi subsidi
dan bahan baku kertas bagi para penerbit buku nasional sehingga penerbit diwajibkan menjual
buku-bukunya denga harga murah. Pemerintah kemudian mendirikan Yayasan Lektur yang
bertugas mengatur bantuan pemerintah kepada penerbit dan mengendalikan harga buku. Dengan
adanya yayasan ini, pertumbuhan dan perkembangan penerbitan nasional dapat meningkat
dengan cepat. Menurut Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) yang didirikan 1950, penerbit yang
menjadi anggota IKAPI yang semula berjumlah 13 pada tahun 1965 naik menjadi 600-an lebih.
Pada tahun 1965 terjadi perubahan situasi politik di tanah air. Salah satu akibat dari perubahan
itu adalah keluarnya kebijakan baru pemerintah dalam bidang politik, ekonomi dan moneter.
Sejak akhir tahun 1965, subsidi bagi penerbit dihapus. Akibatnya, karena hanya 25% penerbit
yang bertahan, situasi perbukuan mengalami kemunduran. Sementara itu, pemerintah melalui
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mashuri, kemudian menetapkan bahwa semua buku
pelajaran disediakan oleh pemerintah. Keadaan tidak bisa terus-menerus dipertahankan karena
buku pelajaran yang meningkat dari tahun ke tahun. Karena itu, diberikan hak pada Balai
Pustaka untuk mencetak buku-buku yang dibutuhkan di pasaran bebas. Para penerbit swasta
diberikan kesempatan menerbitkan buku-buku pelengkap dengan persetujuan tim penilai. Hal
lain yang menonjol dalam masalah perbukuan selama Orde Baru adalah penerbitan buku yang
harus melalui sensor dan persetujuan kejaksaan agung. Tercatat buku-buku karya Pramudya
Ananta Toer, Utuj Tatang Sontani dan beberapa pengarang lainnya, tidak dapat dipasarkan
karena mereka dinyatakan terlibat G30S/PKI. Sementara buku-buku “Siapa Menabur Angin
Akan Menuai Badai”, kemudian “Era Baru, Pemimpin Baru” tidak bisa dipasarkan karena
dianggap menyesatkan, terutama mengenai cerita-cerita seputar pergantian kekuasaan pada tahun
1966.
Proses Penerbitan Buku
Menurut Manik Purba yang dikutip dalam sebuah website mengemukakan bahwa proses
penerbitan buku adalah sebagai berikut :
1. Misalkan anda sebagai pengarang ingin menegajukan naskah kumpulan puisi ke penerbit A.
2. Yang anda ajukan cukup naskahnya dalam bentuk ketikan (misalnya Ms. Word) dan bisa
disertai print outnya agar memudahkan penerbit dalam memproses naskah tersebut. Penerbit
biasanya memberikan banyak kemudahan bagi pengarang yang sudah banyak mengarang buku.
Penerbit mau saja menerima kiriman naskah melalui email dan sebagainya.
3. Penerbit akan menentukan apakah naskah tersebut layak diterbitkan dan kira-kira dibutuhkan
masyarakat (ada penilaian terhadap isi naskah maupun kwalitas/bobot pengarangnya).
4. Lalu penerbit akan mengontak pengarang dan membicarakan isi naskah maupun honor.
5. Sistem honor tergantung sistem yang dianut oleh penerbit. Bisa bersifat langsam (seolah
naskah tersebut dibeli oleh penerbit) dengan memberi harga pada naskah tersebut, misalnya
dibeli seharga Rp 3.000.000.- dan dibayar secara sekaligus atau bertahap. Tergantung pengajuan
penerbit dan disetujui oleh pengarang.
6. Kerugian sistem ini bagi pengarang adalah: penerbit bisa mencetak naskah tersebut dalam
jumlah banyak dan bisa dicetak beberapa kali, tanpa memberi honor tambahan lagi kepada
pengarang.
7. Bisa juga dengan sistem royalti dimana pengarang memperoleh persentase terhadap harga
naskah/ buku tersebut. Rata-rata nilai royalti: 10% s/d 15% dari harga buku yang terjual.
Pengarang-pengarang yang sudah terkenal sering ditawari honor yang tinggi karena penerbit
yakin buku karangannya bakal laku keras. Misalnya: buku tersebut akan dicetak sebanyak 5.000
buah/eksamplar dan dijual dengan harga Rp 15.000.- per eksemplar. Maka pengarang akan
memperoleh honor (dianggap semua buku terjual): 10% x 5.000 x Rp 15.000.- Sering
pembayaran ini pun dilakukan secara bertahap misalnya 1 x 3 bulan atau 1 x 6 bulan. Bila buku
tersebut dicetak ulang lagi, maka penerbit membuat perjanjian lagi dan pengarang akan
memperoleh royalti lagi. Biasanya penerbit akan mengontak pengarang lagi untuk cetak ulang
(karena bisa jadi pengarang tidak bersedia lagi dan mau pindah ke penerbit lain).
8. Dengan menggunakan softcopy naskah yang diberikan dalam bentuk ketikan Microsoft Word
tersebut, penerbit akan mengolahnya dan mengatur layout serta membuat desain covernya.
Desain cover bisa juga diajukan oleh pengarang bila pengarang juga seorang yang ahli dalam
desain. Setelah desain cover dan layout isi buku telah selesai, maka akan dimulai proses cetak.
9. Proses cetak sering dimulai dengan mencetak contoh (dummy) dulu dan melihat hasilnya agar
kelak tidak terjadi kesalahan besar. Setelah itu akan dilakukan proses cetak sejumlah yang
diinginkan (misalnya: 5.000 buah buku).
10. Penerbit akan memberikan buku contoh hasil cetakan bagi pengarang untuk file pribadinya
dan kemudian penerbit akan melakukan pembayaran kepada pengarang sesuai perjanjian yang
telah disepakati/ditandatangani. Bila buku tersebut ingin dicetak terus dan ternyata pengarangnya
telah meninggal, maka perjanjian dan hak pembayaran royalti akan diberikan kepada ahli waris
(istri/ anaknya) dan seterusnya penerbit akan berurusan dengan ahli warisnya.
11. Penerbit akan menyebarkan buku tersebut ke toko buku untuk dibeli oleh masyarakat.
12. Perjanjian Royalti adalah antara pengarang dan penerbit, sedangkan Hak Cipta adalah Hak
Pengarang yang bisa diurus oleh pengarang dengan mendaftarkannya ke Departement
Kehakiman dan HAM, Direktorat Hak Cipta. Penerbit tidak mengurus Hak Cipta karena Hak
Cipta adalah urusan pengarang (kecuali naskah tersebut telah dibeli oleh Penerbit dan
sepenuhnya menjadi hak milik penerbit). Tidak banyak buku yang didaftarkan Hak Ciptanya
oleh pengarang, biasanya buku-buku yang sangat terkenal atau buku yang bakal dibutuhkan terus
yang didaftarkan Hak Ciptanya oleh pengarang.
Pengadaan Naskah
Penerbitan buku akan berjalan dengan lancar bila ada naskah. Naskah merupakan bahan baku
penerbit yang utama. Naskah, tentu saja ditulis oleh penulis oleh penulis atau pengarang. Dengan
demikian, pengarang, naskah, dan penerbitan merupakan tiga bagian yang tak terpisahkan.
Ketiganya merupakan degup jantung yang menghidupkan penerbit.
Penerbit harus mengetahui buku-buku apa saja yang dibutuhkan oleh pembaca, karena itu
penerbit membutuhkan langkah-langkah yang berarti, dimana langkah yang pertama adalah
mencari buku yang harus diterbitkan dalam bidangnya, contohnya adalah buku-buku sekolah
dasar, maka dari itu buku yang dibutuhkan adalah buku banyak menunjang pelajaran , naskah
yang ditulis harus dapat disesuiakan apabila terjadi penyempurnaan kurikulum, keluesan
peyajian isi naskah perlu diperhatikan, dsatu segi kedalaman dan keluasan badan. Metodologi
dan sistem evaluasinya harus sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku serta urutan
penyajian bahan disesuiakan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Langkah kedua adalah mencari pengarang yang mampu menulis buku yang dimaksud. Menurut
Paembonan (1990: 30) pengarang yang ditunjuk setidak-tidaknya memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1. Menguasai ilmu dan materi pelajaran yang akan ditulis.
2. Memiliki pengetahuan yang memadai tentang psikologi belajar, didaktik, dan metodik
pengajaran yang bersangkutan .
3. Memiliki pengalaman mengajar dalam mata pelajaran yang akan ditulisnya.
4. Memiliki kemahiran dan pengalaman menulis buku. Akan tetapi, sejalan dengan semakin
ketatnya persaingan antar penerbit, maka cara lama dengan menunggu naskah ini sudah mulai
ditinggalkan. Penerbit sudah mulai gesit mencari gagasan dan mewujudkannya menjadi buku.
Dalam badan penerbitan, tugas mengadakan naskah ini dibedakan kepada penyunting, khususnya
penyunting pengada naskah. Adapun yang harus diperhatikan dalam pengadaan naskah ini
adalah sebagai berikut:
1. Sumber Naskah
Naskah yang terbaru harus dicari oleh seorang penyunting, ia dapat menemukan gagasan naskah
melalui pameran buku, reuni, pertemuan antar pakar bidang ilmu tertentu dan lain sebagainya.
Maka dicarilah penulis yang mampu menuangkan gagasannya itu dalam bentuk tertulis. Penulis
dapat diketahui dari daftar nma pengarang yang sesui dengan daftar penulis/pengarang yang
dimiliki penerbit.
Selain itu dapat pula dengan cara mencari pengrang buku sejenis yang telah beredar. Cara lain
untuk mendapatkan naskah adalah penerbit melakukan seyembara mengarang ataupun
menghubungi langsung orang yang ahli dalam bidang ilmu pengetahuan yang tertentu.
Penggunaan buku berbahasa asing dibutuhkan penerjemah naskah. Seorang penerjemah harus
menguasai bahasa asing tersebut dengan baik. Penerbitan harus pandai memilih judul serta
memilih penerjemah yang berkemampuan baik dan mendapatkan izin penerjemahan dari pemilik
hak cipta buku yang asli.
2. Penilain Naskah
Penyunting bertugas menentukan apakah sebuah naskah akan diterima untuk diterbitkan atau
ditolak. Penyunting menilai naskah antara lain dari isinya, cakupannya, penyusunan isi, cara
penyajian dan bahasa. Bila penyunting tidak dapat member penilain tentang isi dan cakupan
naskah, maka ia dapat meminta bantuan seorang penelaah ataupun pakar dalam bidang ilmu yang
berhubungan dengan buku tersebut.
Penyuntingan
Bagian penyuntingan merupakan inti sebuah penerbitan, karena fungsinya yang utama
mengembangkan naskah, dibagian inilah bahan baku penerbitan yang berupa naskah diolah dan
dipersiapkan sehingga naskah yang tadinya masih mentah menjadi siap dan layak terbit. Yang
paling bertanggung jawab atas isi sebuah buku tentu pengarang, namun penerbit yang baik akan
menerbitkan naskah yang seharusnya memerlukan penyuntingan atau belum layak terbit.
Pekerjaan penyuntingan naskah disebuah penerbitan yang besar terdiri dari:
1. Kontrak Penerbitan
Penerimaan naskah oleh penerbitan harus benar-benar hasil karya pengarang yang bersangkutan,
bukan hasil jiplikan. Jaminan pengarang dalam hal ini sangat penting dan harus tertuang dalam
kontrak penerbitan naskahnya. Kontrak atau surat perjanjian penerbitan itu harus ditanda tangani
oleh pengrang dan pihak penerbit sebelum naskah tersebut diolah lebih lanjut.
2. Penyerahan Naskah
Naskah biasanya diserahkan oleh pengarang pada pihak penerbit dalam bentuk tertulis, ketikan
maupun disket. Naskah diserahkan rangkap satu dan untuk pengarang biasanya memiliki
arsipnya.
3. Ketaat Asasan
Naskah disebut taat asas bila penyajiannya mengikuti pola tertentu dengan tetap. Di indonesia
belum ada pedoman yang mantap mengenai asasan sebuah naskah,namun sebagai patokan
penerbit dapat berpedoma Ejaan Yang Disempurnakan terbitan pusat pengembangan dan
pembinaan bahasa.
4. Tata Bahasa
Penggunaan bahasa yang baik dan benar merupakan syarat yang harus di penuhi oleh sebuah
naskah. Kalimat yang mengungkapkan pesan pengarang harus dapat dipahami pembaca.
Penyuntingan memberikan saran kepada penulis. sehingga naskah yang ada tidak hanya berbobot
isinya namun baik bahasanya.
5. Kelengkapan Naskah
Naskah yang telah selesai, diserahkan oleh penyuntingan kegiatan prodiksi untuk di persiapkan
percetakannya menjadi buku.kelengkapan naskah terdiri dari:
a. Cover
b. Halaman Judul Utama
c. Halaman Persembahan
d. Kata Pengantar
e. Daftar Isi
f. Tabel
g. Ilustrasi
h. Singkatan
i. Lambang
j. Catatan Kaki
k. Daftar Pustaka
l. Lampiran
m. Indeks
n. Biografi singkat
PERCETAKAN
Pengertian percetakan
Pencetak adalah pembuat buku dalam arti fisik. Jadi percetakan adal organisasi badan usaha,
baik swasta maupun pemerintah, yang kegiatannya memperbanyak atau mencetak buku.
Persetakan harus mempunyai izin untuk menjual jasa grafika atau cetak dari departemen
perindustrian dan perdagangan RI.
Percetakan adalah sebuah proses industri (baik dilakukan oleh industri berskala kecil maupun
besar) untuk memproduksi secara massal tulisan dan gambar, terutama dengan tinta di atas kertas
menggunakan sebuah mesin cetak. Percetakan juga merupakan sebuah bagian penting dalam
penerbitan dan percetakan transaksi. Di samping itu, percetakan pun tidak hanya fokus pada
cetak saja secara kasat mata, tetapi di sana mencakup berbagai tekhnik dan jenis kegiatan yang
dilakukan, seperti desain, penempatan warna yang tepat, pengukuran jenis kertas, dan lain
sebagainya.
Dalam dunia percetakan banyak banner, kartu undangan, kartu nama, buku, koran, brosur, flyer
dan majalah sekarang ini biasanya dicetak menggunakan teknik percetakan offset. Gambar yang
akan dicetak diprint di atas film lalu ditransfer ke plat cetak. Warna-warna bisa didapatkan
dengan menimpakan beberapa pola warna dari setiap pelat offset sekaligus. Kejelian dalam
menentukan warna dan jenis kertas yang digunakan di setiap cetak yang diinginkan, membuat
hasil cetakan akan lebih bagus dan maksimal serta profesional.
Sejarah percetakan
Percetakan yang ada saat ini tidak muncul dengan sendirinya, tetapi dimulai oleh beberapa orang
sehingga percetakan dapat dikenal saat ini. Percetakan pertama kali ditemukan oleh masyarakat
cina pada abad 14 sehingga tak heran jika kebanyakan mesin cetak terbuat dan bermerk berasal
dari cina.
Namun sebelum itu, sejarah menuliskan informasi tanggal dari gambar dinding gua yang
berumur lebih dari 30.000 tahun. Pada tahun 2500 B.C., orang Mesir mengukir hieroglyphics
pada batu. Akan tetapi, percetakan yang kita ketahui sekarang tidak ditemukan hingga lebih dari
sekitar 500 tahun yang lalu.
Di Eropa, sebelum percetakan ditemukan, semua informasi yang tercatat ditulis dengan tangan.
Buku-buku dengan hati-hati disalin oleh ahli tulis (scribes) yang sering menghabiskan waktu
bertahun-tahun untuk menyelesaikan satu jilid buku. Metode ini begitu lambat dan mahal dan
hanya sedikit orang yang memiliki kesempatan atau kemampuan untuk membaca karya yang
telah selesai.
Teknik cetak pertama kali yang dikenal dimulai dari Kota Mainz, Jerman pada tahun 1440 yang
merupakan sentra kerajinan uang logam saat itu. Pertama kali metode cetak diperkenalkan oleh
Johannes Gutenberg dengan inspirasi uang logam yang digesekkan dengan arang ke atas kertas.
Relief uang logam menimbulkan ide untuk membuat permukaan dengan tinggi bervariasi. Hal ini
dikenal dengan nama cetak tinggi. Dan sampai saat ini, perkembangan dunia percetakan semakin
canggih dengan jenis mesin dan kertas yang memudahkan para pebisnis dunia percetakan dalam
menjalankan kegiatannya. Tidak perlu membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan
cetakan yang diinginkan, baik untuk cetak kartu undangan, invoice atau bon bisnis Anda,
maupun jenis cetak lainnya.
PERBEDAAN PENERBITAN DAN PERCETAKAN
Penerbitan dan percetakan adalah dua hal yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan.
Meskipun demikian penerbitan dan percetakan itu berbeda. Secara sederhana penerbit bisa
dikatakan sebagai industri gagasan sementara percetakan seperti industri biasa yang
menggunakan mesin-mesin.
Mengutip dari buku Taktis Menyunting Buku karya Bambang Trim, perbedaan penerbit
dan percetakan adalah sebagai berikut ;.
Penerbitan Percetakan
Investasi minim Investasi besar
Running by program Running by orde
BEP dalam jangka pendek BEP dalam jangka panjang
Margin keuntungan besar Margin keuntungan kecil
Resiko tidak terjual Resiko kesalahan cetak
Penerbit dan percetakan memiliki hubungan yang erat. Hubungan yang erat tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut ;
1. Penerbit berbeda dengan percetakan karena modal utamanya adalah gagasan yang
kemudian diolah menjadi buku siap terbit.
2. Percetakan modal utamanya adalah mesin-mesin yang digunakan untuk menerima
order cetak, termasuk buku.
3. Tidak semua penerbit memiliki percetakan, dan tidak harus juga memiliki percetakan.
Daftar pustaka http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/564/jbptunikompp-gdl-liamuchlis-28173-4-bab2-lia.pdf
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/564/jbptunikompp-gdl-liamuchlis-28173-4-bab2-lia.pdf
http://orsemaproduction.com/pengertian-dan-sejarah-percetakan/
Syahid, Muhammad. 2014. Paper Pengantar Ilmu Penerbitan. Jakarta