penerapan asas keseimbangan dalam perjanjian...

84
PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN TERHADAP PERLINDUNGAN KONSUMEN PT ADIRA FINANCE Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: Tiara Alfionissa (11140480000099) K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1439H /2018M

Upload: doankhue

Post on 21-Mar-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN

PEMBIAYAAN TERHADAP PERLINDUNGAN KONSUMEN

PT ADIRA FINANCE

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

Tiara Alfionissa

(11140480000099)

K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1439H /2018M

Page 2: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal
Page 3: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal
Page 4: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal
Page 5: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

v

ABSTRAK

Tiara Alfionissa. NIM 11140480000099. PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN

DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN TERHADAP PERLINDUNGAN

KONSUMEN PT ADIRA FINANCE. Program studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah

dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439 H/2018 M.

xi + 72 halaman + 2 halaman daftar pustaka + 3halaman lampiran.

Studi ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai penerapan asas keseimbangan

di dalam perjanjian pembiayaan yang ada di PT Adira Finance terhadap perlindungan

konsumen yang diatur di dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen dan POJK Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perlindungan

Konsumen Sektor Jasa Keuangan. Perjanjian pembiayaan yang ditawarkan

menggunakan perjanjian baku yang dibuat oleh satu pihak saja yaitu pihak pelaku

usaha, sehingga dapat memberatkan konsumen sebagai debitur dikemudian hari

apabila tidak diterapkannya asas keseimbangan di dalam perjanjian tersebut.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan

pendekatan penelitian normatif-yuridis. Penelitian yang dilakukan selain melakukan

pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan, buku-buku, dan jurnal (library

research) yang berhubungan dengan skripsi ini, peneliti juga melakukan penelitian

langsung ke lapangan dengan cara wawancara kepada pihak yang berhubungan, yaitu

Karyawan PT Adira Finance Kreo dan Konsumen dari PT Adira Finance.

Hasil penelitian menunjukan bahwa di dalam perjanjian pembiayaan PT Adira

Finance terdapat 4 (empat) pasal yang bertentangan dengan UUPK dan POJK-

PKSJK, namun 2 (dua) dari pasal yang bertentangan tersebut pada aplikasinya

menerapkan asas keseimbangan dimana konsumen mendapatkan hak untuk

bernegosiasi dan meminta keringanan denda kepada pelaku usaha. Sedangkan, dua

pasal lainnya bertentangan dengan UUPK dan POJK-PKSJK dan juga tidak

menerapkan asas keseimbangan dimana konsumen tidak mendapatkan kejelasan

mengenai pengenaan denda dikemudian hari dan tidak diberikannya hak untuk

menuntut dan mengajukan keberatan terkait jumlah kewajiban konsumen.

Kata Kunci : Penerapan Asas Keseimbangan, Perjanjian Pembiayaan, Perusahaan

Pembiayaan Konsumen, Perlindungan Konsumen.

Pembimbing : Dr. Djawahir Hejazziey, S.H., M.A., M.H

Daftar Pustaka : 1997 sampai 2018

Page 6: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

vi

KATA PENGANTAR

حيم حمن الر بسم هللا الر

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah S.W.T, karena berkat

rahmat, nikmat serta karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN

TERHADAP PERLINDUNGAN KONSUMEN PT ADIRA FINANCE”. Sholawat

serta salam peneliti panjatkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu’Alayhi wa

Sallam, yang telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang

terang benderang ini.

Selanjutnya, dalam penelitian skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan

bimbingan, arahan, serta bantuan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini

peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. Dekan dan para Wakil dekan Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H., Ketua Program Studi Ilmu Hukum dan

Drs. Abu Thamrin, S.H., M.Hum, Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berkontribusi dalam pembuatan skripsi ini.

3. Dr. Djawahir Hejazziey, S.H., M.A., M.H, Dosen Pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta kesabaran dalam

memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga

kepada peneliti dalam menyusun skripsi ini.

4. A. Kurniawan, selaku karyawan PT Adira Finance Kreo yang sudah

menyempatkan waktunya untuk peneliti wawancarai terkait data penelitian

skripsi.

5. Kepala dan Staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

membantu dalam menyediakan fasilitas yang memadai untuk peneliti

mengadakan studi kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

vii

6. Pihak-pihak lain yang telah memberi kontribusi kepada peneliti dalam

penyelesaian karya tulisnya.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi

peneliti dan umumnya bagi pembaca. Sekian dan Terima kasih.

Jakarta, 4 April 2018

Penulis

Page 8: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ……..…………………………...… ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ………………………. iii

LEMBAR PERNYATAAN ……………………………………………………..… iv

ABSTRAK …..……………………………………………………………………… v

KATA PENGANTAR …………………………………………………………….. vi

DAFTAR ISI …………………………………………………………………...… viii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………….. 1

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………… 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ………………….. 6

C. Tujuan Penelitian …………………………………………………….. 7

D. Manfaat Penelitian …………………………………………………… 8

E. Metode Penelitian ……………………………………………………...8

F. Sistematika Penelitian ………………………………………………. 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA …………………………………………………... 14

A. Kajian Teoritis ………………………………………………………. 14

1. Kerangka Teoritis ……………………………………………….. 14

2. Kerangka Konseptual …………………………………………… 31

B. Tinjauan Kajian Review Terdahulu ………………………………… 32

BAB III PERUSAHAAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PT ADIRA

FINANCE ………………………………………………………………. 36

A. Perusahaan Pembiayaan Konsumen PT Adira Finance …………….. 36

B. Isi Perjanjian Pembiayaan yang Merugikan di PT Adira Finance ….. 42

BAB IV ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PT ADIRA

FINANCE ………………………………………………………………. 45

A. Penerapan asas keseimbangan dalam perjanjian pembiayaan konsumen

di PT Adira Finance ………………………………………………… 45

Page 9: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

ix

B. Upaya Hukum Konsumen terhadap Perusahaan Pembiayaan yang

Tidak Menerapkan Asas Keseimbangan ……………………………. 61

C. Analisa Peneliti mengenai Penerapan Asas Keseimbangan di dalam

Perjanjian dan Perlindungan Hukum terhadap Konsumen …………. 63

BAB V PENUTUP ……………………………………………………………… 68

A. Kesimpulan …………………………………………………………..

68

B. Rekomendasi ………………………………………………………... 69

DAFTAR PUSTAKA ………………...…………………………………………... 71

LAMPIRAN ………………………………………………………………………. 73

Page 10: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembiayaan konsumen adalah salah suatu kegiatan pembiayaan dalam bentuk

dana untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan system

pembayaran angsuran atau berkala oleh konsumen.1 Di dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata tidak menjelaskan secara khusus tentang perjanjian

pembiayaan dan mengategorikan perjanjian pembiayaan sebagai perjanjian tak

bernama atau onbenoemde overeenkomst (innominal).2 Namun demikian buku III

KUHPerdata menganut sistem terbuka, yaitu memberikan kebebasan yang

seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa

saja dan dengan siapa saja, asalkan tidak melanggar hukum, ketertiban umum dan

kesusilaan.3 Dalam pembuatan perjanjian pembiayaan konsumen di Indonesia

dilaksanakan berdasarkan ketentuan Pasal 1338 Ayat (1) KUHPerdata yang

dikenal dengan Asas Kebebasan Berkontrak, yaitu suatu asas yang menyatakan

bahwa setiap orang pada dasarnya boleh dan bebas untuk membuat suatu

perjanjian sesuai dengan kehendak dan kepentingan mereka. Perjanjian

pembiayaan konsumen tersebut wajib dibuat dalam bahasa Indonesia, dan apabila

dipandang perlu dapat diterjemahkan ke dalam bahasa asing.

Pada kenyataannya, dalam perjanjian pembiayaan konsumen masih ditemukan

beberapa pasal yang dianggap tidak menerapkan asas keseimbangan terkait

kedudukan antara kedua belah pihak, dan membuat salah satu pihak merasa

dirugikan. Ketidak seimbangan tersebut terjadi karena adanya asas kebebasan

berkontrak yang dibuat oleh salah satu pihak yang dominan saja.

1 Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 2

2 Mariam Darus Badrulzaman dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung: Citra Aditya Bakti,

2001), h. 67.

3 Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 1998), h. 13.

Page 11: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

2

Umumnya, perjanjian yang digunakan di dalam perjanjian pembiayaan

konsumen menggunakan perjanjian baku atau kontrak standar (standard contract)

yaitu kontrak yang klausul-klausulnya telah ditetapkan atau dirancang oleh salah

satu pihak dan pihak lainnya hanya tinggal menandatangani perjanjian yang sudah

dicetak tersebut.4 biasanya kontrak tersebut sudah tercetak dalam bentuk formulir-

formulir tertentu hingga para pihak hanya mengisikan data-data informatif

tertentu saja dengan sedikit atau bahkan tanpa perubahan dalam klausula-

klausulanya, dimana pihak lain dalam kontrak tersebut tidak mempunyai

kesempatan atau sedikit kesempatan untuk menegosiasi atau mengubah klausula-

klausula yang sudah dibuat oleh salah satu pihak tersebut.5

Secara ekonomi penggunaan kontrak standar dalam perjanjian dianggap

memiliki keuntungan praktis, mengurangi negosiasi yang bertele-tele dan

penghematan biaya, namun secara hukum perjanjian tersebut tentunya akan lebih

menguntungkan bagi pembuatnya dan dapat menimbulkan ketidak seimbangan

antara perusahaan pembiayaan konsumen dengan konsumennya, adanya ketidak

seimbangan kedudukan antara para pihak dalam suatu perjanjian sering

menyebabkan pihak yang kedudukannya lebih rendah akan mengalami keadaan

yang kurang menguntungkan.

Ditambah lagi saat menandatangani perjanjian pembiayaan konsumen banyak

konsumen yang tidak teliti terhadap isi perjanjian tersebut dan cenderung

langsung menandatanganinya karena malas membaca perjanjian tersebut yang

berlembar-lembar dan kalimatnya yang panjang, bahkan kadang fontnya dibuat

dengan ukuran yang kecil dan menggunakan bahasa hukum yang tidak dimengerti

oleh konsumen. Pelaku usaha juga terkadang tidak menjelaskan isi dari perjanjian

tersebut dan tidak memberikan waktu yang cukup untuk konsumen mempelajari

4 Ahmadi Miru, Hukum Kontrak Perancangan Kontrak, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007), h.

39

5 Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis) Buku Kedua… h. 76.

Page 12: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

3

dan mencermati satu persatu isi dari perjanjian. Kurangnya perhatian dari

masyarakat dalam membaca isi perjanjian, membuat pihak yang memiliki posisi

lebih kuat dapat menggunakan kesempatan tersebut untuk melakukan penyalah

gunaan keadaan demi menguntungkan perusahaan misalnya dengan menggunakan

asas kebebasan berkontrak dalam menentukan klausul-klausul tertentu seperti

misalnya dalam isi perjanjian tersebut pelaku usaha sebisa mungkin

meminimalkan kewajiban mereka dan memaksimalkan hak mereka sebagai

pelaku usaha lalu mencantumkan klausula tindakan sepihak terhadap barang yang

sudah dibeli oleh konsumen dan klausula yang dilarang oleh undang-

undang/klausula eksenorasi seperti yang dijelaskan di dalam pasal 18 UUPK dan

POJK no 1 Tahun 2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.

Maka dari itu di dalam UUPK dan POJK-PKSJK juga diatur mengenai asas

keseimbangan yang dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara

kepentingan konsumen, pelaku usaha dan pemerintah dalam arti materiil ataupun

spiritual. Tujuan dari adanya asas keseimbangan disini tentunya untuk melindungi

kedudukan para pihak yang bersangkutan.

Dari penjelasan di atas, perusahaan dapat dikatakan tidak menerapkan asas

keseimbangan dalam membuat isi perjanjian karena hak dan kewajiban konsumen

berada jauh dibawah pelaku usaha dan dapat menyebabkan kerugian terhadap

konsumen di kemudian hari, misalnya setelah perjajian pembiayaan itu berjalan

dan konsumen terlambat bayar, jaminan mereka di eksekusi oleh pihak

perusahaan pembiayaan tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu dan lain

sebagainya. Walaupun konsumen mengetahui adanya klausula yang bertentangan

dengan undang-undang, konsumen hanya memiliki pilihan menerima atau

menolak perjanjian baku yang disodorkan kepadanya, dalam hal demikian posisi

konsumen adalah sangat lemah karena sebagai pihak yang membutuhkan.

Meskipun tahu dalam posisi lemah akan tetapi konsumen tidak mempunyai

pilihan lain selain menyetujui walaupun dengan berat hati karena sangat

membutuhkan barang modal dari perusahaan pembiayaan tersebut.

Page 13: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

4

Terlihat jelas bahwa walaupun sudah ada ketentuan mengenai perlindungan

konsumen, tetapi masih ada saja pelaku usaha yang melakukan hal yang dapat

merugikan konsumen dan tidak memposisikan kedudukan konsumen dengan

seimbang di dalam perjanjian tersebut.

Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan di atas, sehingga peneliti

tertarik untuk mengangkatnya dalam sebuah penelitian dengan judul: “Penerapan

Asas Keseimbangan dalam Perjanjian Pembiayaan terhadap Perlindungan

Konsumen PT Adira Finance”

B. Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijabarkan sebelumnya, maka

identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Saat menandatangani perjanjian pembiayaan, konsumen tidak

membacanya dengan teliti dan cenderung langsung menandatangani

perjanjian tersebut.

b. Terjadi ketidakseimbangan hak dan kewajiban antara konsumen dengan

pelaku usaha.

c. Konsumen banyak dirugikan dengan tidak terpenuhinya asas

keseimbangan di dalam perjanjian pembiayaan.

d. Dalam isi perjanjian, pelaku usaha cenderung mencantumkan klausula

yang menguntungkan perusahaan dan membebankan kewajiban-kewajiban

secara berlebihan kepada konsumen.

2. Pembatasan Masalah

Karena luas dan dalamnya masalah-masalah tersebut dan agar penelitian

ini dapat fokus membahas lebih tuntas, serta dapat mencapai sasaran yang

diharapkan, maka perlu adanya pembatasan masalah. Berdasarkan identifikasi

masalah yang ada maka peneliti hanya membatasi pada pelaksanaan

perjanjian pembiayaan konsumen kendaraan bermotor saja.

Page 14: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

5

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi serta pembatasan

masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti memfokuskan pada

masalah utama yaitu penerapan asas keseimbangan dalam perjanjian

pembiayaan di PT Adira Finance , serta upaya hokum yang dapat dilakukan

oleh konsumen saat tidak diterapkannya asas keseimbangan.

Untuk mempertegas arah pembahasan dari masalah utama yang telah

diuraikan diatas, maka dibuat rincian perumusan masalah dalam bentuk

pertanyaan, sebagai berikut:

a. Bagaimana penerapan asas keseimbangan dalam perjanjian pembiayaan

konsumen PT Adira Finance?

b. Bagaimana upaya hukum yang dapat dilakukan oleh konsumen saat

pelaku usaha tidak menerapkan asas keseimbangan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk memberikan informasi tentang penerapan asas keseimbangan dalam

perjanjian pembiayaan di perusahaan pembiayaan

2. Untuk mengetahui upaya hukum yang dapat dilakukan oleh konsumen saat

tidak diterapkannya asas keseimbangan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat tidak

hanya untuk peneliti, tetapi juga untuk akademik dan masyarakat umum.

1. Manfaat Teoritis

Dapat dijadikan acuan untuk studi berikutnya yang lebih mendalam terkait

masalah yang sama.

2. Manfaat Praktis

Page 15: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

6

a. Dapat memberikan gambaran jelas sebelum melakukan pembelian

kendaraan bermotor dengan perusahaan pembiayaan konsumen.

b. Mengetahui bagaimana cara pelaku usaha dalam menjalankan asas

keseimbangan di dalam perjanjian.

c. Memberikan gambaran kepada pemerintah terkait banyaknya perusahaan

pembiayaan yang masih melanggar UUPK terkait dengan isi

perjanjiannya.

3. Manfaat bagi masyarakat umum

a. Masyarakat mengetahui pentingnya membaca dengan teliti isi

perjanjian pembiayaan.

b. Masyarakat mengetahui hak dan kewajiban antara pelaku usaha dan

konsumen

c. Masyarakat dapat lebih berhati-hati dalam memilih perusahaan

pembiayaan.

d. Masyarakat dapat menghindari terjadinya kemungkinan-kemungkinan

buruk yang terjadi setelah menandatangani surat perjanjian

pembiayaan.

E. Metode Penelitian

Dalam metode penelitian ini peneliti akan memaparkan tentang beberapa

metode yang akan digunakan, diantaranya adalah:

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif, yaitu

penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau

data sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan

penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literature-literatur yang

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Penelitian hukum secara

yuridis maksudnya penelitian yang mengacu kepada studi kepustakaan yang

Page 16: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

7

ada ataupun terhadap data sekunder yang digunakan6 sedangkan bersifat

normative maksudnya penelitian hukum yang bertujuan untuk memperoleh

pengetahuan normative tentang hubungan antara satu peraturan dengan

peraturan lain dan penerapan dalam prakteknya.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata atau tulisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati.

3. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari konsumen atau

pihak yang terkait langsung dengan masalah yang diteliti. Dalam

penelitian ini data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan

menggunakan pedoman wawancara yang dilakukan terhadap sumber

informasi yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan pedoman

wawancara, sehingga wawancara yang dilakukan merupakan wawancara

yang terfokus (focused interview). Metode wawancara dianggap sebagai

metode paling efektif dalam pengumpulan data primer di lapangan,

karena interview dapat bertatap muka langsung. Hasil wawancara ini

diharapkan dapat memberikan gambaran dalam perlindungan hukum

terhadap konsumen jasa pembiayaan atas kendaraan bermotor yang

bertentangan dengan undang-undang dan bagaimana penyelesaiannya.

b. Data Sekunder

6 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat),

(Jakarta: Rajawali Pers, 2001), h. 13-14.

Page 17: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

8

Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh peneliti secara

tidak langsung melalui media perantara dan melalui studi kepustakaan

dengan cara membaca, mengutip dan menelaah peraturan perundang-

undangan, buku-buku, kamus, dan literature lain yang berkenaan dengan

permasalahan yang akan dibahas. dalam penelitian ini peneliti

menggunakan 3 bahan hukum sebagai berikut:

1) Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mengikat yang

berasal dari:

a) KUHPerdata.

b) Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen.

c) Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan

Fidusia.

d) POJK Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen

Sektor Jasa Keuangan.

e) POJK Nomor 29/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan

Usaha Peraturan Pembiayaan.

f) Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang Lembaga

Pembiayaan.

g) Peraturan Materi Keuangan RI Nomor 130/PMK.010/2012

tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia bagi Perusahaan

Pembiayaan yang Melakukan Pembiayaan Konsumen untuk

Kendaraan Bermotor dengan Pembebanan Jaminan Fidusia.

h) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.01/2006 tentang

Perusahaan Pembiayaan.

2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukumyang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti buku-buku hasil

karya para sarjana, hasil penelitian serta berbagai hasil wawancara

Page 18: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

9

sebagai hasil penelitian peneliti yang berkaitan dengan permasalahan

yang akan dibahas.

3) Data non-hukum (Tersier)

Bahan non hukum merupakan bahan hukum yang memberikan

petunjuk atau penjelasan atas bahan hukum primer dan sekunder.

Seperti kamus hukum, ensiklopedia, indeks kumulatif, internet dll.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

terutama data sekunder dan sebagai penunjang adalah data primer. Sebagai

berikut:

a. Studi kepustakaan (library research), yaitu bentuk pengumpulan data

yang dilakukan dengan membaca buku literature, mengumpulkan,

membaca dokumen yang berhubungan dengan obyek penelitian, dan

mengutip dari data-data sekunder yang meliputi peraturan perundang-

undangan, dokumen dan bahan kepustakaan lain dari beberapa buku

referensi, artikel-artikel dari beberapa jurnal, arsip, hasil penelitian

ilmiah, peraturan perundang-undangan, laporan, teori-teori, media masa

seperti koran, internet dan bahan kepustakaan lainnya yang relevan

dengan masalah yang akan diteliti.

b. Wawancara, yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

tersebut dilakukan dengan dua orang pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai

(interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.7

Wawancara dilakukan dengan cara terpimpin, yaitu wawancara

dilaksanakan dengan jalan informan diberi kebebasan untuk menjawab

7 Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002),

h. 103

Page 19: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

10

pertanyaan yang ditentukan. Cara tersebut digunakan peneliti untuk

mendapatkan keterangan secara lisan dari responden.8

5. Teknik Pengolahan Data

Interview atau wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah

wawancara bebas terpimpin, Hasil data Interview atau wawancara tersebut

kemudian diubah dari format audio menjadi visual dalam bentuk teks

melalui transkrip data.

6. Analisis Bahan Hukum

Data yang diperoleh dari penulisan kepustakaan maupun dari

penelitian lapangan akan diolah berdasarkan analisis normatif, kualitatif.

Normatif karena peneliti bertitik tolak dari peraturan yang ada sebagai

norma hukum positif, sedangkan kualitatif yang dimaksud yaitu

memaparkan kenyataan-kenyataan yang didasarkan atas hasil penelitian.9

Memahami kebenaran yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pertanyaan

kepada sejumlah responden baik secara lisan maupun secara tertulis selama

dalam melakukan penelitian.

7. Teknik Penulisan

Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan peneliti dalam skripsi

ini berdasarkan kaidah-kaidah dan teknik penulisan yang terdapat dalam

“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017”.

F. Sistematika Penulisan

Masing-masing bab terdiri atas beberapa subbab sesuai pembahasan dan

materi yang diteliti di atas. Adapun perincian sebagai berikut:

8 Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia, 1989), h. 162

9 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), h. 233

Page 20: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

11

BAB I : Merupakan bab pendahuluan yang memuat latar belakang masalah

yang memuat alasan mengapa peneliti mengambil judul penelitian ini,

identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan

manfaat, metode penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II: Bab ini berisi kajian pustaka, kerangka teoritis dan kerangka

konseptual, serta kajian tinjauan review terdahulu.

BAB III: Dalam bab ini peneliti akan membahas secara umum mengenai profil

perusahaan pembiayaan yang akan peneliti bahas di dalam penelitian

ini, yaitu profil dari PT Adira Finance

BAB IV: Dalam bab ini berisi uraian hasil dari penelitian yang kemudian

dibahas dengan menggunakan teori yang terdapat di bab II.

BAB V : Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan rekomendasi.

Page 21: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis

1. Kerangka Teoritis

Berikut beberapa teori yang menjadi kerangka teori peneliti

a. Asas Keseimbangan dalam Perjanjian

Dalam rangka menjaga keseimbangan dan memelihara hak-hak yang

dimiliki oleh para pihak sebelum perjanjian dibuat menjadi perikatan yang

mengikat bagi para pihak, maka diaturlah berbagai asas umum yang

merupakan pedoman serta menjadi rambu dalam mengatur dan membentuk

perjanjian yang akan dibuat hingga pada akhirnya menjadi perikatan yang

mengikat para pihak.

Berdasarkan penjelasan singkat tersebut dan sebagaimana yang telah

dijelaskan di dalam point sebelumnya mengenai asas – asas di dalam sebuah

perjanjian, Herlien Budiono berpendapat adanya asas baru dalam hukum

perjanjian yaitu asas keseimbangan.

Pengertian asas kebebasan berkontrak dan asas pacta sunt servanda dalam

kenyataannya dapat menimbulkan ketidakadilan. Kebebasan berkontrak

didasarkan pada asumsi bahwa para pihak dalam kontrak memiliki posisi

tawar (bargaining position) yang seimbang, tetapi dalam kenyataannya para

pihak tidak selalu memiliki posisi tawar yang seimbang. Persyaratan standar

selalu diterima oleh pihak lawan tanpa membaca persyaratan ini atau

mengetahui isi secara utuh, bahwa terhadap penentuan kontrak standar

tersebut pada penggunaannya menimbulkan kerugian yang sangat serius.

Dalam beberapa peristiwa dalam persyaratan standar dibuat tanpa hak karena

konflik-konflik yang akan datang diselesaikan apriori dengan merugikannya

Page 22: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

13

atau karena penyelesaian konflik diserahkan kepada instansi yang tidak dapat

diharapkan.

Kontrak yang demikian seringkali diibaratkan dengan dua kekuatan yang

tidak seimbang, antara pihak yang mempunyai bargaining position kuat (baik

karena penguasaan modal/dana, teknologi maupun skill) dengan pihak yang

lemah bargaining position – nya. Dengan demikian pihak yang lemah

bargaining position – nya hanya sekedar menerima segala isi kontrak dengan

terpaksa (taken for granted) sebab apabila mencoba menawar dengan

alternative lain kemungkinan besar akan menerima konsekuensi kehilangan

apa yang dibutuhkan. Jadi hanya ada dua alternative pilihan bagi pihak yang

lemah bargaining position – nya untuk menerima atau menolak (take it or

leave it), yang dimaksud dengan asas keseimbangan dalam hal ini adalah

suatu asas yang dimaksudkan untuk menyelaraskan pranata-pranata hukum

dan asas-asas pokok hukum perjanjian yang dikenal di dalam KUHPerdata

yang mendasarkan pemikiran dan latar belakang individualisme pada satu

pihak dan cara pikir bangsa Indonesia pada lain pihak. Bahwa kata

keseimbangan pada satu sisi dibatasi oleh kehendak (yang dimunculkan oleh

pertimbangan atau keadaan yang menguntungkan), dan pada sisi lain oleh

keyakinan (akan kemampuan untuk) mengejawantahkan hasil atau akibat

yang dikehendaki; dalam batasan kedua sisi ini tercapailah keseimbangan

yang dimaknai positif. Pemahaman terhadap daya kerja asas keseimbangan

yang menekankan keseimbangan posisi para pihak yang berkontrak terasa

seimbang dalam kaitannya dengan kontrak konsumen.

1) Pengertian Asas Keseimbangan

Selain asas-asas pokok yang diatur di dalam KUHPerdata mengenai

perjanjian, terdapat satu asas lagi yang menurut peneliti sangat penting

dan harus diketahui penerapannya di dalam perjanjian, salah satunya

adalah asas keseimbangan. Asas keseimbangan dalam Kamus Besar

Page 23: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

14

Bahasa Indonesia mengandung arti sama, sebanding, menunjuk kepada

satu keadaan, posisi, derajat, berat dll.1 Sedangkan asas keseimbangan

dalam perjanjian yang dijelaskan oleh beberapa ahli seperti Herlien

Budiono dan Sutan Remy Sjahdeini, adalah:

a) Herlien Budiono di dalam bukunya mengatakan bahwa asas keseimbangan

adalah asas yang dimaksudkan untuk menyelaraskan pranata-pranata

hukum dan asas-asas pokok hukum perjanjian yang dikenal dalam

KUHPerdata yang berdasarkan pemikiran dan latar belakang

individualisme pada satu pihak sehingga hukum kontrak tersebut dapat

diterima sebagai bagian dari hukum Indonesia.2

b) Sutan Remy Sjahdeini memahami bahwa asas keseimbangan adalah

keseimbangan para pihak yang berkontrak dari posisi atau kedudukan para

pihak yang (seharusnya) sama.3

Di dalam hukum perjanjian islam, terdapat asas yang menjelaskan

mengenai asas keseimbangan, yaitu Al-Musawah. Al-Musawah mengandung

pengertian bahwa para pihak mempunyai kedudukan (bargaining position)

yang sama, sehingga dalam menentukan term and condition dari suatu

akad/perjanjian setiap pihak mempunyai kesetaraan atau kedudukan yang

seimbang.4 Dasar hukum mengenai asas ini tertuang di dalam ketentuan al-

Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 13.

يد وأتن حرم يا أيها الذيي آهىا أوفىا بالعق عام إل ها يتلى عليكن غير هحلي الص ىد أحلث لكن بهيوة ال

يحكن ها يريد إى للا

1 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-IV, (Jakarta: PT Gramedia Pusaka

Utama, 2008), h.373.

2 Herlien Budiono, Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian di Indonesia, (Bandung:

Citra Aditya Bakti, 2006), h. 510.

3 Sutan remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para

Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti,2009), h. 7.

4 Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perjanjian Islam di Indonesia (konsep, regulasi, dan

implementasinya), (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010), h. 32

Page 24: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

15

(الهجرات:٣١/٩٤)

“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki

dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-

suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia

diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyayang.” (QS.

Al’Hujurat:49/13)

Dari ketentuan tersebut, dalam Islam ditunjukan bahwa semua orang

mempunyai kedudukan yang sama di depan hukum (equality before the law),

sedangkan yang membedakan kedudukan antara satu dengan yang lainnya di

sisi Allah adalah derajat ketaqwaannya. Orang yang mulia di sisi-Nya adalah

orang-orang yang bertaqwa, antara lain dengan menjalankan perintah-

perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.5

a) Tujuan Asas Keseimbangan

Tujuan dari adanya asas keseimbangan adalah untuk memperoleh hasil

akhir yang menempatkan posisi antara pihak seimbang (equal) dalam

menentukan hak dan kewajibannya sebagai pelaku usaha dan konsumen.

b) Aspek Asas Keseimbangan

Ketiga aspek dari perjanjian yang terkait berkelindan yang akan

difungsikan sebagai faktor penguji dalam rangka menetapkan akibat-

akibat yang muncul apabila teriadi ketidak seimbangan adalah sebagai

berikut:6

(1) Perbuatan Para Pihak

Perilaku individual di dalam khazanah ilmu hukum didefinisikan

sebagai perbuatan yang ditujukan pada suatu akibat hukum. Agar

5 Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perjanjian Islam di Indonesia… h. 33.

6 Herlien Budiono, Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian di Indonesia, h.334-338.

Page 25: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

16

suatu perbuatan dapat memunculkan akibat hukum maka perbuatan

hukum dimunculkan oleh dua kategori perbuatan, yakni pernyataan

kehendak dan kewenangan bertindak.

Keadaan tidak seimbang dapat terjadi sebagai akibat dari

perbuatan hukum yang dengan cara terduga dapat menghalangi

pengambilan keputusan atau pertimbangan secara matang. Yang

dimaksud di sini adalah keadaan yang berlangsung lama, seperti

ketidakcakapan bertindak (handelings-onbekwaamheid). Juga,

tercakup ke dalam itu ialah perbuatan-perbuatan sebagai akibat dari

cacatnya kehendak pelaku, misalnya karena ancaman (bedreiging),

penipuan (bedrog), atau penyalahgunaan keadaan (misbruik van

omstandighedeni).

Penyalahgunaan keadaan dikatakan ada bila seseorang yang

mengetahui atau seharusnya mengerti bahwa orang lain karena

keadaan atau yang kondisi khusus, misalnya, keadaan kejiwaan, atau

dalam hal adanya ketergantungan psikis atau praktikal lainnya, kurang

pengalaman atau karena keadaan terpaksa (noodtoestand), ternyata

telah tergerak untuk melakukan atau mendorong suatu perbuatan

hukum tertentu. Terhadap aspek ini dapat ditambahkan satu factor

lainnya, yakni berkenaan dengan pembebanan atau resiko yang berada

bukan pada pihak pengambil keputusan, melainkan pada pihak

lainnya. Perbuatan itu harus sedemikian rupa sehingga kontrak yang

bersangkutan dimunculkan kekeliruan perihal suatu keadaan tertentu

yang pada gilirannya dapat mengakibatkan situasi dan kondisi tidak

seimbang.

(2) Isi dari Kontrak

Isi kontrak ditentukan oleh apa yang para pihak, baik secara tegas

maupun diam-diam disepakati, terkecuali perbuatan hukum yang

Page 26: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

17

bersangkutan bertentangan dengan aturan-aturan yang dikategorikan

sebagai hukum yang bersifat memaksa. Hal ini pertama-tama

berkaitan dengan asas kebebasan berkontrak, yakni bahwa pada

prinsipnya setiap orang bebas untuk menentukan sendiri isi suatu

kontrak. Isi kontrak berkenaan dengan apa yang telah dinyatakan para

pihak, ataupun maksud dan tujuan yang menjadi sasaran pencapaian

kontrak sebagaimana betul dikehendaki para pihak melalui perbuatan

hukum tersebut. Sekalipun kebebasan untuk menentukan sendiri isi

kontrak tidak dicantumkan secara tegas di dalam undang-undang,

cakupan asas tersebut dibatasi oleh undang- undang, yakni bahwa

setiap perbuatan hukum yang bertentangan dengan undang-undang,

kesusilaan yang baik, atau ketertiban umum, bisa jadi absah, batal

demi hukum, atau kadang dapat dibatalkan. Suatu perjanjian dengan

isi seperti itu, umum, yang bertentangan dengan undang-undang,

kesusilaan, atau ketertiban umum, mengakibatkan keadaan tidak

seimbang. Perjanjian tersebut dasarkan asas keseimbangan

menyebabkan keabsahan suatu perjanjian terganggu.

(3) Pelaksanaan Kontrak

Sudah selayaknya suatu kontrak harus dipenuhi oleh kedua pihak

dengan itikad baik. Faktor-faktor pelengkap lain yang menjadi gayut

bila pihak-pihak terkait tidak melengkapinya sendiri adalah ketentuan-

ketentuan dari aturan pelengkap, yaitu kepatutan dan kelayakan.

Penting bahwa itkad baik (goeder trouw) diprioritaskan, bahkan juga

dalam hal perjanjian dengan aturan-aturan memaksa (dwingend recht).

Selain itu, juga harus turut diperhitungkan perubahan keadaan yang

berpengaruh terhadap pemenuhan prestasi yang diperjanjikan.

Page 27: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

18

b. Perjanjian Pembiayaan Konsumen

Di dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata tidak menjelaskan secara

khusus tentang perjanjian pembiayaan dan mengategorikan perjanjian

pembiayaan sebagai perjanjian tak bernama atau onbenoemde overeenkomst

(innominal).7 Di dalam Buku Ketiga, Bab II Pasal 1313 s/d Pasal 1319

KUHPerdata. Pasal 1319 menyatakan bahwa semua persetujuan, baik yang

mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama

tertentu, tunduk kepada peraturan umum yang termuat dalam bab ini dan bab

lain. Oleh sebab itu maka perjanjian pembiayaan konsumen terikat oleh

semua peraturan umum yang termuat dalam buku ketiga KUHPERdata, salah

satunya adalah ketentuan pasal 1266 KUHPerdata terkait syarat batal.

1) Pengertian Perjanjian

Berdasarkan Pasal 1313 Buku III Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata, “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang

atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Suatu

perjanjian diartikan suatu perbuatan hukum mengenai harta benda

kekayaan antara dua pihak, dalam satu pihak berjanji atau dianggap

berjanji untuk melakukan suatu hal atau tidak melakukan sesuatu hal.8

Hubungan hukum yang timbul karena perjanjian itu mengikat kedua belah

pihak yang membuat perjanjian, sebagaimana daya mengikat Undang-

Undang. Hal ini sesuai dengan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang

berbunyi: “Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai

Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya”. Ikatan yang lahir dari

perjanjian yang demikian dinamakan perikatan.

7 Mariam Darus Badrulzaman dkk, Kompilasi Hukum Perikatan… h. 67.

8 Prodjodikiro Wirdjono, Asas-Asas Hukum Perjanjian, Cetakan VII, (Bandung: Sumur

Bandung, 1997), h. 12.

Page 28: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

19

Perikatan menunjukkan adanya suatu hubungan hukum antara para

pihak yang berisi hak dan kewajiban masing-masing. Perjanjian

menunjukkan suatu janji atau perbuatan hukum yang saling mengikat

antara para pihak. Menurut Subekti, “perikatan adalah suatu hubungan

hukum antara dua pihak, berdasar mana pihak yang satu berhak menuntut

sesuatu dari pihak yang lain, berkewajiban memenuhi itu”.9

Dari definisi yang dikemukakan oleh Subekti, dapat disimpulkan

bahwa perikatan memiliki unsur-unsur sebagai berikut, yaitu:

a) Adanya hubungan hukum, yaitu hubungan yang diatur oleh hukum.

b) Adanya pihak kreditur dan debitur, yaitu pihak yang aktifberpiutang

(kreditur) dan berhak atas prestasi tertentu, sedangkan debitur adalah

pihak yang diwajibkan memberikan prestasi tertentu.

c) Adanya prestasi, yaitu hal yang dijanjikan untuk dilaksanakan baik

oleh kreditur maupun oleh debitur sebagaimana diatur dalam Pasal

1234 KUH Perdata yang menyatakan bahwa: “Tiap perikatan adalah

untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu”.

Perjanjian dapat melahirkan lebih dari satu perikatan, seperti dalam

perjanjian jual beli, akan lahir perikatan untuk membayar, menyerahkan

barang, menjamin dari cacat tersembunyi, menjamin barang yang dijual

dari tuntutan pihak ketiga dan lain-lain. Perikatan yang bersumber dari

Undang-Undang pada umumnya perikatan yang dilahirkan dan ditentukan

secara khusus oleh Undang-Undang, seperti ganti rugi, kewajiban

mendidik anak, pekarangan yang berdampingan dan lain-lain.

2) Asas dalam Hukum Perjanjian

Dalam rangka menjaga keseimbangan dan memelihara hak-hak yang

dimiliki oleh para pihak sebelum perjanjian dibuat menjadi perikatan yang

mengikat bagi para pihak, maka diaturlah berbagai asas umum yang

9 Subekti, Hukum Perjanjian, Cetakan 12, (Jakarta: Intermasa, 1990, h.1

Page 29: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

20

merupakan pedoman serta menjadi rambu dalam mengatur dan

membentuk perjanjian yang akan dibuat hingga pada akhirnya menjadi

perikatan yang mengikat para pihak. Berikut ini akan dijelaskan asas-asas

hukum perjanjian secara umum, diantaranya adalah:

a) Asas konsensualisme

Asas konsensualisme sering diartikan bahwa dibutuhkan

kesepakatan untuk lahirnya kesepakatan. Pengertian ini tidak tepat

karena maksud asas konsensualisme adalah bahwa lahirnya kontrak

ialah pada saat terjadinya kesepakatan. Dengan demikian, apabila

tercapai kesepakatan antara para pihak, lahirlah kontrak, walaupun

kontrak itu belum dilaksanakan pada saat itu. Hal ini berarti bahwa

dengan tercapainya kesepakatan oleh para pihak melahirkan hak dan

kewajiban bagi mereka atau biasa juga disebut bahwa kontrak tersebut

sudah bersifat obligatoir, yakni melahirkan kewajiban bagi para pihak

untuk memenuhi kontrak tersebut.10

Asas konsensualisme disimpulkan

dari Pasal 1320 KUH Perdata.

b) Asas Kebebasan Berkontrak

Asas kebebasan berkontrak merupakan salah satu asas yang sangat

penting dalam hukum kontrak. Kebebasan berkontrak ini oleh

sebagian sarjana hukum biasanya didasarkan pada pasal 1338 ayat (1)

BW, bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai

undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Demikian pula ada

yang mendasarkannya pada pasal 1320 BW yang menerangkan

tentang syarat sahnya perjanjian.11

c) Asas Personalia

10

Ahmad Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan kontrak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2007), h. 3

11 Ahmad Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan kontrak… h. 4

Page 30: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

21

Asas ini diatur dalam pasal 1315 KUHPer, yang berbunyi “Pada

umumnya tak seorangpun dapat mengikatkan diri atas nama sendiri

atau meminta ditetapkannya suatu janji selain untuk dirinya sendiri”.

Dari rumusan tersebut dapat kita ketahui bahwa pada dasarnya suatu

perjanjian yang dibuat oleh seseorang dalam kapasitasnya sebagai

individu, subjek hukum pribadi, hanya akan berlaku dan mengikat

untuk dirinya sendiri.12

d) Perjanjian Berlaku sebagai Undang-undang (Pacta Sunt Servanda)

Asas yang diatur dalam pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata ini

menyatakan bahwa “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku

sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Jadi

perjanjian adalah sumber dari perikatan. Sebagai suatu perikatan yang

dibuat dengan sengaja atas kehendak para pihak secara sukarela, maka

segala sesuatu yang telah disepakati oleh para pihak harus

dilaksanakan oleh para pihak sebagaimana telah dikehendaki oleh

mereka. Dalam hal salah satu pihak dalam perjanjian tidak

melaksanakannya, maka pihak lain dalam perjanjian berhak untuk

memaksakan pelaksanaannya melalui mekanisme dan jalur hukum

yang berlaku.13

e) Asas Itikad Baik

Dalam pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata, menyatakan bahwa

“Perjanjian-perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”.

Rumusan tersebut memberikan arti pada kita semua bahwa sebagai

sesuatu yang disepakati dan disetujui oleh para pihak, pelaksanaan

12

Kartini Muljadi dan Gunawarman Widjaja, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, (Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 14

13 Kartini Muljadi dan Gunawarman Widjaja, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian… h. 59

Page 31: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

22

prestasi dalam tiap-tiap perjanjian harus dihormati sepenuhnya, sesuai

dengan kehendak para pihak pada saat perjanjian ditutup.14

f) Kontrak Baku dalam Perjanjian

Kontrak baku adalah kontrak yang klausul-klausulnya telah

ditetapkan atau dirancang oleh salah satu pihak. Penggunaan kontrak

baku dalam kontrak-kontrak yang biasanya dilakukan oleh pihak yang

banyak melakukan kontrak yang sama terhadap pihak lain, didasarkan

pada Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata bahwa semua perjanjian yang

dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya.15

Kebebasan berkontrak sebagai mana diatur dalam Pasal 1338 ayat

(1) tersebut sangat jelas ideal jika para pihak yang terlibat dalam suatu

kontrak posisi tawar menawarnya seimbang antara satu dengan yang

lainnya. Apabila dalam suatu perjanjian, kedudukan para pihak tidak

seimbang, pihak lemah biasanya tidak berada dalam keadaan yang

betul-betul bebas untuk menentukan apa yang diinginkan dalam

perjanjian. Dalam hal demikian, pihak yang memiliki posisi lebih kuat

biasanya menggunakan kesempatan tersebut untuk menentukan

klausul-klausul tertentu dalam kontrak baku, yaitu kalusul-klausul

yang menguntungkan bagi yang membuatnya, atau meringankan atau

menghapuskan beban-beban atau kewajiban tertentu yang seharusnya

menjadi bebannya.16

c. Perlindungan Konsumen Perusahaan Pembiayaan

1) Pengertian Perlindungan Konsumen

14

Kartini Muljadi dan Gunawarman Widjaja, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian… h. 79

15 Ahmad Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan kontrak… h. 39

16 Ahmad Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan kontrak… h. 39-40

Page 32: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

23

Dalam pasal 1 ayat (1) UUPK, perlindungan konsumen adalah segala

upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi

perlindungan kepada konsumen. Sedangkan konsumen dalam pasal 1 ayat

(2) UUPK adalah setiap orang yang pemakai barang dan/atau jasa yang

tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,

orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Selain dalam UUPK, perlindungan konsumen juga diatur dalam POJK

Nomor 1 Tahun 2013 tentang perlindungan konsumen sektor jasa

keuangan. Di dalam pasal 1 ayat (3) POJK-PKSJK, perlindungan

konsumen adalah perlindungan terhadap konsumen dengan cakupan

perilaku pelaku usaha jasa keuangan. Sedangkan Konsumen adalah pihak-

pihak yang menempatkan dananya dan/atau memanfaatkan pelayanan

yang tersedia di Lembaga Jasa Keuangan

2) Hak dan Kewajiban para Pihak

Hak dan Kewajiban para pihak diatur di dalam UUPK dan POJK-

PKSJK. Namun, dalam POJK-PKSJK hanya mengatur hak dan kewajiban

dari pelaku usaha jasa keuangan saja. Di dalam UUPK, hak dan kewajiban

para pihak terdapat di dalam Bab III pasal (4) sampai dengan pasal (7).

Hak dan kewajiban para pihak yang diatur di dalam UUPK merupakan

hak dan kewajiban yang membahas mengenai pelaku usaha secara umum.

Sedangkan hak dan kewajiban yang diatur di dalam POJK-PKSJK

merupakan hak dan kewajiban yang dikhususkan untuk para pelaku usaha

di sektor jasa keuangan saja.

3) Asas dalam Perlindungan Konsumen

Dalam pasal 2 UUPK, perlindungan konsumen diselenggarakan

sebagai usaha bersama berdasarkan 5 (lima) asas yang relevan dalam

pembangunan nasional, yaitu:

Page 33: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

24

a) Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala

upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus

memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen

dan pelaku usaha secara keseluruhan.

b) Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat

diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada

konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan

melaksanakan kewajibannya secara adil.

c) Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan

antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam

arti materiil ataupun spiritual.

d) Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk

memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada

konsumen dalam penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang

dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.

e) Asas kepastian hukum dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun

konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam

penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin

kepastian hukum.

Sedangkan, di dalam pasal 21 POJK-PKSJK, pelaku usaha jasa keuangan

wajib memenuhi keseimbangan, keadilan, dan kewajaran dalam pembuatan

perjanjian dengan Konsumen. Keseimbangan dalam membuat perjanjian,

misalnya dalam hal Konsumen telah memberikan informasi dan dokumen

yang jujur dan tidak menyesatkan, Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib

menyimpan dan menggunakan informasi dan dokumen tersebut semata-mata

untuk kepentingan Konsumen.

Keadilan dalam membuat perjanjian, misalnya dalam hal Konsumen telah

sepakat untuk membayar produk dan/atau layanan dari Pelaku Usaha Jasa

Page 34: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

25

Keuangan, Pelaku Usaha Jasa Keuangan juga harus memberikan produk

dan/atau layanan dimaksud sesuai dengan perjanjian. Sebagai contoh

kewajaran dalam membuat perjanjian, misalnya penetapan harga atau biaya

yang dikenakan atas produk dan/atau layanan harus sesuai dengan biaya yang

dikeluarkan.

4) Perbuatan yang Dilarang bagi Pelaku Usaha

Perbuatan yang dilarang oleh pelaku usaha di atur di dalam POJK-PKSJK.

Selain itu, dalam pasal 8 UUPK juga mengatur mengenai perbuatan yang

dilarang oleh pelaku usaha, pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau

jasa untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula

baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila:

a) Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;

b) Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali

barang yang dibeli konsumen;

c) Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali

uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh

konsumen;

d) Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik

secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan

sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara

angsuran;

e) Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau

pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen;

f) Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau

mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa;

g) Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan

baru, tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat

Page 35: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

26

sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa

yang dibelinya;

h) Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk

pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap

barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.

Selain itu, pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak

atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang

pengungkapannya sulit dimengerti. Setiap klausula baku yang telah ditetapkan

oleh pelaku usaha pada dokumen atau perjanjian yang memenuhi ketentuan

sebagaimana dimaksud diatas dinyatakan batal demi hukum dan pelaku usaha

wajib menyesuaikan klausula baku yang bertentangan dengan Undang-undang

ini

d. Pembiayaan Konsumen atas Kendaraan Bermotor

1) Pengertian Pembiayaan Konsumen

Dalam pasal 1 angka (6) Keputusan presiden Nomor 61 tahun 1988

jo. Pasal 1 angka (7) Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009, perusahaan

pembiayaan konsumen adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk dana

untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan system

pembayaran angsuran atau berkala oleh konsumen. Selain itu pengertian

lain dari pembiayaan konsumen adalah suatu pinjaman yang diberikan

oleh suatu perusahaan kepada debitur untuk pembelian barang dan jasa

yang akan langsung dikonsumsikan oleh konsumen, dan bukan untuk

tujuan produksi atau distribusi. Perusaahan yang memberikan pembiayaan

diatas, disebut perusahaan pembiayaan konsumen (costumer Finance

company).17

2) Jenis Perusahaan Pembiayaan

17

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h.23

Page 36: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

27

Atas dasar kepemilikannya, perusahaan pembiayaan konsumen dapat

dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: 18

a) Perusahaan pembiayaan konsumen yang merupakan anak dari

perusahaan supplier barang dan jasa yang akan dibeli oleh debitur.

Perusahaan pembiayaan konsumen ini dibentuk oleh perusahaan

induknya, yaitu supplier untuk memperlancar penjualan barang dan

jasa perusahaan induknya, maka biasanya perusahaan hanya melayani

barang dan jasa yang diproduksi atau ditawarkan oleh perusahaan

induknya.

Contoh: PT Trame merupakan perusahaan yang berdiri dibidang

jual beli motor bekas dan baru. Saat daya beli masyarakat mulai turun,

maka PT Trame ingin memperlancar penjualannya dengan cara

mendirikan PT Tramefan. PT Tramefan merupakan perusahaan

pembiayaan konsumen yang khusus melayani kredit pembelian segala

merk motor baru dan bekas pada PT Trame.

b) Perusahaan pembiayaan konsumen yang merupakan satu grup usaha

dengan supplier barang dan jasa yang akan dibeli oleh debitur. Pada

perusahaan pembiayaan konsumen jenis ini pada dasarnya tidak jauh

berbeda dengan perusahaan pembiayaan konsumen yang merupakan

anak dari perusahaan supplier. Perusahaan pembiayaan konsumen ini

biasanya juga hanya melayani pembiayaan barang dan jasa yang

diproduksi oleh supplier yang masih satu grup usaha dengan

perusahaan tersebut. Perbedaannya hanya terletak pada hubungan

antara supplier dengan perusahaan pembiayaan konsumen.

Contohnya: PT Suzuki Finance merupakan hasil dari kerjasama

antara Itochu Corporation dengan Suzuki Motor Corporation. Dimana

18

Y.R Soesilo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: Salemba empat, 2000), h. 149

Page 37: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

28

Itochu merupakan perusahaan yang bergerak di berbagai macam

bidang usaha, salah satu perusahaan yang tergabung dalam Itochu

adalah Suzuki Motor Corporation yang merupakan produsen

kendaraan bermotor. Demi meningkatkan penjualan kendaraan

bermotor yang di produksi oleh Suzuki Motor Corporation, maka

Itochu Corporation membentuk satu perusahaan lagi dengan nama

Suzuki Finance yang bergerak dibidang pembiayaan konsumen.

Pembiayaan konsumen yang dilayani oleh Suzuki Finance juga

hanyalah pembelian kendaraan bermotor yang dilakukan di Suzuki

Motor Corporation.

c) Perusahaan pembiayaan yang tidak mempunyai kaitan kepemilikan

dengan supplier barang dan jasa yang akan dibeli oleh debitur.

Perusahaan pembiayaan yang tidak mempunyai kaitan kepemilikan

dengan supplier biasanya tidak hanya melayani pembelian atas barang

pada satu supplier saja. Perusahaan pembiayaan ini biasanya melayani

pembiayaan pembelian pada supplier lain. Sedangkan untuk

spesialisasi perusahaan pembiayaan konsumen ini biasanya terletak

pada jenis atau tipe barang dan daerah pemasarannya tersebut.

Perusahaan pembiayaan konsumen ada yang berspesialisasi pada

pembelian barang elektronik, meubel, kendaraan bermotor baik baru

maupun bekas, dll.

Contohnya: PT Adira Finance adalah perusahaan pembiayaan

konsumen yang tidak memiliki kaitan dengan supplier, ia melayani

konsumen dari berbagai dealer dan pembiayaannya tidak hanya untuk

kendaraan bermotor tapi juga untuk barang elektronik, perabotan

rumah, umroh, property dll.

3) Kedudukan Para Pihak dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen

Page 38: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

29

Ada tiga pihak yang terlibat dalam suatu transaksi pembiayaan

konsumen, yaitu pihak perusahaan pembiayaan konsumen, pihak

konsumen, dan pihak supplier.

a) Hubungan antara Perusahaan Pembiayaan Konsumen dengan

Konsumen yang berupa hubungan kontraktual. Dimana pihak pemberi

biaya sebagai kreditur dan pihak penerima biaya (konsumen) sebagai

pihak debitur. Jadi hubungan kontraktual antara pihak penyedia dana

dengan pihak konsumen adalah sejenis perjanjian kredit.19

b) Hubungan Pihak Perusahaan Pembiayaan Konsumen dengan Pihak

Supplier.

Berbeda dengan hubungan antara perusahaan pembiayaan konsumen

dengan konsumen dimana terjadi hubungan kontraktual, di dalam

hubungan antara perusahaan pembiayaan konsumen dengan supplier tidak

ada hubungan kontraktual. Dalam hal ini antara pihak penyedia dana

(pemberi biaya) dengan pihak supplier (penyedia barang) tidak

mempunyai sesuatu hubungan hukum yang khusus, kecuali pihak

penyedia dana hanya pihak ketiga yang diisyaratkan. Maksud persyaratan

itu adalah pembayaran atas barang-barang yang dibeli konsumen dari

supplier akan dilakukan oleh pihak ketiga, yaitu perusahaan pembiayaan

konsumen.

c) Hubungan antara Konsumen dengan Supplier, yang terdapat dua

hubungan kontraktual, yaitu:

(1) Perjanjian pembiayaan konsumen antara perusahaan pembiayaan

konsumen dengan konsumen.

(2) Perjanjian jual beli antara supplier dengan konsumen.

e. Resiko Kegiatan Usaha Pembiayaan

19

Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.4

Page 39: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

30

Bisnis pembiayaan sepeda motor dan mobil merupakan salah satu bisnis

yang memiliki tingkat resiko yang sangat besar. Resiko itu antara lain

adalah Prepayment yaitu konsumen melunasi utang mereka lebih awal dari

perjanjian semula dan default yaitu konsumen tidak mempu melunasi hutang

atau kredit kendaraa sepeda motor dan mobil.20

Selain prepayment dan default, perusahaan pembiayaan juga mengalami

resiko pengurangan nilai dari kendaraan yang disita dari para konsumen yang

tidak mampu melunasi kreditnya. Hampir seluruh kendaraan yang disita dari

para konsumen mengalami penurunan nilai jual, selain itu hampir kendaraan

tersebut sudah mengalami kecacatan atau kerusakan. Ini menyebabkan

perusahaan pembiayaan menghadapi resiko kesulitan untuk menjual

kendaraan bekas tersebut ke pasar. Berdasarkan resiko tersebut, perusahaan

pembiayaan merupakan salah satu perusahaan yang memiliki tingkat resiko

kerugian yang besar bagi bisnisnya. Resiko adalah sesuatu yang sering kali

terjadi dalam suatu kegiatan bisnis dan sifatnya tidak terduga. Untuk dapat

menghilangkan atau meminimalisir resiko yang menyebabkan kerugian ini,

sebuah perusahaan membutuhkan suatu strategi atau alat yang mampu

menangani resiko tersebut. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah

menghindari resiko, memindahkan resiko, mengurangi efek negative resiko,

dan menampung sebagian atau seluruh konsekuansi atas resiko tersebut.

Dalam proses menanggulangi resiko prepayment, PT Adira Finance pada

khususnya dan perusahaa pembiayaan kendaraan bermotor pada umumnya

dapat menggunakan strategi menghindari resiko tersebut dengan membuat

suatu kebijakan mengenai procedure dan tata cara pembayaran kredit

kendaraan bermotor dimana salah satu procedure tersebut mewajibkan

konsumen membayar sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan, tidak

boleh kurang dari waktu tersebut atau lebih dari waktu tersebut. Namun,

20

Yuddy Saputra, Dua Macam Resiko Pembiayaan,

https://yuddysaputra.blogspot.co.id/2011/08/ diakses pada tanggal 6 April 2018.

Page 40: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

31

apabila perusahaan pembiayaan tersebut belum membuat suatu kebijakan

mengenai procedure dan tata cara pembayaran kredit, perusahaan pembiayaan

tersebut dapat mengakumulasikan sisa bunga dengan tingkat inflasi yang

diperkirakan oleh perusahaan sesuai dengan keadaan ekonomi saat ini ke satu

waktu dimana konsumen ingin melunasi hutangnya pada waktu tersebut

sebelum tengang waktu kredit seharusnya berakhir.

Untuk resiko default, atau kegagalan pembayaran, PT Adira Finance

dapat menggunakan strategi mengurangi dampak resiko tersebut serta

menampung sebagian dari resiko tersebut. Salah satu cara mengurangi

dampak resiko default, perusahaan sebaiknya melakukan penilaian dan

observasi terlebih dahulu kepada konsumen yang akan mengajukan kredit

motor atau mobil tersbut. Ada beberapa cara penilaian yang bisa digunakan

dalam mengurangi dampak negative dari resiko default ini yang diantarannya

melakukan penilaian secara ketat pada konsumen yang mengajukan kredit

dari segi karakter konsumen, kondisi keuangan konsumen, kekayaan yang

konsumen miliki, dan jaminan apa yang bisa diberikan oleh konsumen.

Untuk menghindari resiko kerugian dari kendaraan yang disita dari

konsumen yang tidak mampu melunasi hutangnya. Perusahaan dapat

mengalihkan resiko kepada perusahaan asuransi dimana, apabila produk yang

disita mengalami kerusakan yang menyebabkan penurunan nilai, perusahaan

dapat melakukan kerja sama dengan perusahaan asuransi, yang mana apabila

kendaraan tersebut mengalami kerusakaan, perusahaan tidak perlu

mengeluarkan biaya kembali pada saat perbaikan kendaraan bermotor

tersebut. Selain itu untuk dapat menjual kembali kendaraan tersebut, PT

Adira Finance diharapkan melakukan kerja sama dengan perusahaan atau

dealer penjual motor atau mobil bekas, yang mana dengan bekerja sama

dengan dealer kendaraan bekas, perusahaan diharapkan dapat meminimalisir

Page 41: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

32

kerugian atau bahkan mendapatkan keuntungan yang lebih dari penjuala

kendaraan motor dan mobil bekas tersebut.

2. Kerangka Konseptual

Adapun yang menjadi kerangka konseptual dari peneliti adalah sebagai

berikut:

a. Penerapan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian penerapan

adalah perbuatan menerapkan. Sedangkan menurut beberapa ahli berpendapat

bahwa, penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori,

metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu

kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah

terencana dan tersusun sebelumnya.

b. Asas Keseimbangan

Sutan Remy Sjahdeini memahami bahwa asas keseimbangan adalah

keseimbangan para pihak yang berkontrak dari posisi atau kedudukan para

pihak yang (seharusnya) sama.21

Sedangkan, di dalam UUPK Pasal 2, asas

keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara

kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil

ataupun spiritual.

c. Perjanjian

Berdasarkan Pasal 1313 Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,

“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Suatu perjanjian

diartikan suatu perbuatan hukum mengenai harta benda kekayaan antara dua

21

Sutan remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para

Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti,2009), h. 7.

Page 42: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

33

pihak, dalam satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan

suatu hal atau tidak melakukan sesuatu hal.22

d. Pembiayaan Konsumen

Dalam Pasal 1 angka (6) Keputusan Presiden Nomor 61 tahun 1988 jo.

Pasal 1 angka (7) Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009, perusahaan

pembiayaan konsumen adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk dana untuk

pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan system

pembayaran angsuran atau berkala oleh konsumen. Selain itu pengertian lain

dari pembiayaan konsumen adalah suatu pinjaman yang diberikan oleh suatu

perusahaan kepada debitur untuk pembelian barang dan jasa yang akan

langsung dikonsumsikan oleh konsumen, dan bukan untuk tujuan produksi

atau distribusi. Perusaahan yang memberikan pembiayaan diatas, disebut

perusahaan pembiayaan konsumen (costumer Finance company).23

B. Tinjauan Kajian Review Terdahulu

Penelitian skripsi ini peneliti merujuk kepada beberapa penelitian terdahulu,

diantaranya:

1. Nama : Yeti Siti Rohayati

Institusi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun : 2013

Judul Skripsi : Penerapan Asas Keseimbangan dalam Perjanjian Kredit

Modal Kerja di PT Bank Mandiri (Analisis: Undang-undang Nomor 8 Tahun

1999 tentang perlindungan Konsumen).

Dalam skripsi ini membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

penerapan asas keseimbangan dalam perjanjian kredit modal kerja di bank serta

22

Prodjodikiro Wirdjono, Asas-Asas Hukum Perjanjian, Cetakan VII, (Bandung: Sumur

Bandung, 1997), h. 12.

23 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h.23

Page 43: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

34

membahas mengenai perjanjian kredit didalam bank mandiri. Sedangkan

perbedaan antara skripsi di atas dengan penelitian yang akan peneliti buat adalah

bahwa skripsi di atas fokus terhadap perjanjian kredit modal kerja di bank

mandiri, sedangkan focus yang akan peneliti lakukan mengenai perjanjian

pembiayaan konsumen yang memang memiliki perbedaan dengan perjanjian

kredit modal kerja. Selain itu, peneliti juga membahas mengenai upaya

perlindungan hukum terhadap konsumen perusahaan pembiayaan akibat tidak

diterapkannya asas keseimbangan.

2. Nama : Ambatua Simarmata

Institusi : Universitas Indonesia

Tahun : 2012

Judul Skripsi : Perusahaan Pembiayaan Konsumen (consumers Finance) dan

prinsip kehati-hatiannya.

Skripsi ini membahas mengenai bagaimana system perusahaan dalam

melakukan pembiayaan terhadap konsumen dan bagaimana cara perusahaan

menggunakan prinsip kehati-hatian dalam melakukan perjanjian pembiayaan

konsumen agar tidak terjadi kerugian di dalam perusahaan pembiayaan konsumen

tersebut. Perbedaan antara skripsi di atas dengan penelitian yang akan peneliti

buat adalah bahwa skripsi di atas hanya membahas mengenai perusahaan

pembiayaan konsumen secara umum, sedangkan penelitian yang akan peneliti

tulis lebih memfokuskan perusahaan pembiayaan konsumen terhadap kendaraan

bermotor. Selain itu, peneliti tidak hanya akan membahas perjanjian pembiayaan

konsumen atas kendaraan bermotor saja, tetapi juga membahas mengenai

bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen yang merasa dirugikan oleh

pelaku usaha, jadi disini peneliti lebih memposisikan diri sebagai konsumen yang

merasa dirugikan oleh pihak perusahaan pembiayaan konsumen. Kalau skripsi di

atas menggunakan prinsip kehati-hatian dalam perjanjiannya, maka disini peneliti

Page 44: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

35

akan membahas mengenai asas keseimbangan di dalam perjanjian pembiayaan

tersebut.

3. Nama : Herlien Budiono

Judul Buku : Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia

Dalam buku tersebut membahas secara rinci mengenai macam-macam asas di

dalam perjanjian terutama asas keseimbangan. Buku ini selain dijadikan sebagai

kajian review terdahulu, peneliti juga mengambil beberapa bahan untuk

dimasukan ke dalam teori-teori yang ada. Perbedaannya dengan penelitian yang

akan peneliti tulis adalah di dalam buku tersebut tidak terdapat pembahasan

mengenai perlindungan konsumen yang merasa dirugikan akibat tidak

diterapkannya asas keseimbangan di dalam perjanjian yang diberikan oleh para

pelaku usaha.

4. Nama : Aldo Agustinus Lawadi, Achmad Busro, Ery Agus Priyono

Judul Jurnal : Tinjauan Yuridis terhadap Perjanjian Pembiayaan Kendaraan

Bermotor Roda Empat pada Lembaga Pembiayaan PT BCA Finance.

Jurnal ini membahas mengenai perjanjian pembiayaan kendaraan bermotor

roda empat yang diberikan oleh PT BCA Finance, dalam jurnal ini peneliti juga

membahas mengenai isi perjanjian yang diberikan oleh PT BCA Finance

bertentangan dengan asas proporsionalitas dan asas keseimbangan atau tidak.

Perbedaannya dengan penelitian yang akan peneliti tulis adalah bahwa jurnal di

atas membahas menggunakan asas proporsionalitas sedangkan peneliti membahas

penerapan asas keseimbangan di dalam perjanjiannya.

Page 45: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

36

BAB III

PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PT ADIRA FINANCE

A. Profil Perusahaan Pembiayaan Konsumen PT Adira Finance

1. Sejarah Singkat PT Adira Finance

PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk atau Adira Finance didirikan pada

tahun 1990 berdasarkan Akta Pendirian Nomor 131 tanggal 13 Nopember 1990,

dibuat di hadapan Misahardi Wilamarta, S.H., Notaris di Jakarta, dan telah

mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan

Surat Keputusannya Nomor C2-19.HT.01.01.TH.91 tanggal 8 Januari 1991, dan

didaftarkan dalam register untuk maksud itu yang berada di Kantor Kepaniteraan

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan di bawah Nomor 34/Not.1991/PN.JKT.SEL

pada tanggal 14 Januari 1991, serta diumumkan dalam Tambahan Nomor 421

Berita Negara Republik Indonesia Nomor 12 tanggal 8 Pebruari 1991.

Sejak awal, Adira Finance berkomitmen untuk menjadi perusahaan

pembiayaan terbaik dan terkemuka di Indonesia. Adira Finance hadir untuk

melayani beragam pembiayaan seperti kendaraan bermotor baik baru ataupun

bekas. Melihat adanya potensi ini, Adira Finance mulai melakukan penawaran

umum melalui sahamnya pada tahun 2004 dan Bank Danamon menjadi pemegang

saham mayoritas sebesar 75%. Melalui beberapa tindakan korporasi, saat ini Bank

Danamon memiliki kepemilikan saham sebesar 92,07% atas Adira Finance. Adira

Finance pun menjadi bagian Temasek Holdings yang merupakan perusahaan

investasi plat merah asal Singapura.1

Pada 2012, Adira Finance menambah ruang lingkup kegiatannya dengan

pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Demi memberikan pengalaman layanan

pembiayaan yang maksimal, Perusahaan pun mulai menyediakan produk

1 https://adira.co.id/sekilas-adira-Finance/, diakses pada tanggal 26 Januari 2018.

Page 46: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

37

pembiayaan durables bagi konsumennya. Hingga tahun 2015, Adira Finance

mengoperasikan 558 jaringan usaha di seluruh Indonesia dengan didukung oleh

lebih dari 21 ribu karyawan, untuk melayani 3 juta konsumen dengan jumlah

piutang yang dikelola lebih dari Rp. 40 triliun.2

Adira Finance senantiasa berupaya untuk memberikan kontribusi kepada

bangsa dan negara Indonesia. Melalui identitas dan janji brand “Sahabat Setia

Selamanya”, Adira Finance berkomitmen untuk menjalankan misi yang berujung

pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Hal itu dilakukan melalui

penyediaan produk dan layanan yang beragam sesuai siklus kehidupan konsumen

serta memberikan pengalaman yang menguntungkan konsumen. Sampai dengan

tanggal 31 Mei 2016, Perusahaan memiliki 201 kantor cabang, 279 kantor

perwakilan dan 64 kios yang tersebar di seluruh wilayah Republik Indonesia.3

2. Visi, Misi dan Nilai PT Adira Finance4

a. Visi PT Adira Finance

Menciptakan nilai bersama demi kesinambungan Perusahaan dan

kesejahteraan masyarakat Indonesia.

b. Misi PT Adira Finance

1) Menyediakan produk dan layanan yang beragam sesuai dengan siklus

kehidupan pelanggan

2) Memberikan pengalaman yang menguntungkan dan bersahabat kepada

pemangku kepentingan

3) Memberdayakan komunitas untuk mencapai kesejahteraan

c. Nilai-Nilai Perusahaan

1) (Advance) Keunggulan

2 https://adira.co.id/sekilas-adira-Finance/, diakses pada tanggal 26 Januari 2018.

3 https://adira.co.id/sekilas-adira-Finance/, diakses pada tanggal 26 Januari 2018.

4 https://adira.co.id/visi-misi-filosofi-dan-nilai/, diakses pada tanggal 26 Januari 2018.

Page 47: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

38

Satu langkah lebih baik dan lebih cepat dibandingkan orang lain pada

umumnya atau pesaing; Mempunyai gambaran ke depan yang jelas dan

terarah; dan Handal mengambil keputusan dengan cepat dan tepat dalam

segala keadaan.

2) (Discipline) Disiplin

Mengarah kepada sesuatu yang lebih baik melalui proses perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan dan perbaikan secara terus-menerus; Cara

berpikir dan cara bersikap yang sesempurna mungkin; dan Bersikap

disiplin sesuai dengan norma organisasi.

3) (Integrity) Integritas

Berkomitmen yang disertai dengan sikap yang konsisten; Dapat

dipercaya (jujur dan tulus); Dapat menjaga etika usaha; Mempunyai rasa

memiliki yang tinggi; dan Menjadi panutan bagi karyawan lainnya.

4) (Reliable) Dapat Diandalkan

Mempunyai mental seorang juara, yang tercermin dari perilaku yang

senantiasa berpikir positif dan cerdas; dan Rasa tanggung jawab yang

penuh terhadap segala sesuatu yang dilakukan. (Accountable)

Akuntabilitas Menyampaikan sesuatu berlandaskan pada data fakta; dan

Keterbukaan yang obyektif dan bijaksana.

5) (Teamwork) Kerjasama

Sinergi; Bersedia berkorban satu sama lain; dan Tidak saling

menyalahkan satu sama lain.

6) (Obsessed) Motivasi Tinggi

Bekerja dengan proses yang benar dan berorientasi pada hasil yang

optimal; Motivasi yang tinggi dalam bentuk bersedia melakukan pekerjaan

lebih dan bersikap proaktif; Meningkatkan keahlian; dan Saling menjaga

atau memelihara satu sama lain.

Page 48: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

39

3. Jenis Pembiayaan di Adira Finance

PT Adira Finance merupakan jenis perusahaan pembiayaan yang tidak

mempunyai kaitan kepemilikan dengan supplier barang dan jasa yang akan dibeli

oleh debitur/konsumen. Perusahaan pembiayaan yang tidak mempunyai kaitan

kepemilikan dengan supplier biasanya tidak hanya melayani pembelian atas

barang pada satu supplier saja. Perusahaan pembiayaan ini biasanya melayani

pembiayaan pembelian pada supplier lain. Sedangkan spesialisasi perusahaan

pembiayaan konsumen biasanya pada jenis atau tipe barang dan daerah

pemasarannya.

Saat peneliti melakukan wawancara di PT Adira Finance Cabang Kreo.

Secara umum, PT Adira Finance ternyata memiliki memiliki 4 jenis pembiayaan,

diantaranya adalah:5

a. Pembiayaan MAXI, yang terdiri dari pembiayaan kredit motor atau mobil

baru/bekas (new booking / repeat order) untuk seluruh merk kendaraan,

KPR, umroh dan durable ( kredit untuk elektronik, gadget, dan perlengkapan

rumah tangga). Pembiayaan ini berpedoman pada Peraturan Menteri

Keuangan Republik Indonesia Nomor 84/PMK.012/2006

b. Pembiayaan Leasing/FEET, yaitu pembiayaan khusus komersial (kendaraan

truk, bus, dll) produk, range pembiayaan kredit diatas 2 miliar. Jenis

pembiayaan ini berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Republik

Indonesia Nomor 84/PMK.012/2006

c. Pembiayaan SMART, Solusi pembiayaan Adira Finance bagi para pemilik

sepeda motor bekas.

d. Pembiayaan Konsumen Berdasarkan Prinsip Syariah, yaitu kegiatan

pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen

dengan pembayaran secara angsuran sesuai dengan prinsip. Pembiayaan

5 Berdasarkan Wawancara Pribadi dengan Karyawan PT Adira Finance Kreo, tanggal 23

Januari 2017

Page 49: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

40

Konsumen berdasarkan Prinsip Syariah ini berpedoman pada Peraturan Ketua

Bapepam-LK Nomor PER-03/BL/2007.

Namun, Adira Finance Kreo hanya menyediakan pembiayaan untuk

kendaraan roda dua yang baru maupun bekas, roda empat khusus lease back, dan

durable saja. Di Adira Finance Kreo juga menerapkan dua metode yaitu

konvensional dan juga syariah.6

4. Mekanisme Transaksi Pembiayaan Konsumen di PT Adira Finance

Adapun mekanisme transaksi pembiayaan konsumen di PT Adira Finance

menurut informan yang peneliti wawancarai adalah:

a. Tahap Permohonan

Konsumen dapat melakukannya dengan 3 cara, yaitu:

1) Kendaraan Baru (new), konsumen bisa mendapatkan rekomendasi dari

dealer atau sub-dealer yang memang sudah bekerjasama dengan Adira

Finance, konsumen juga bisa langsung mendatangi kantor Adira Finance

terdekat dari lokasi rumahnya, selain itu konsumen juga bisa melalui

karyawan Adira Finance.

2) Kendaraan Bekas (use), kurang lebih sama dengan kendaraan baru,

tambahannya adalah konsumen juga bisa melalui aplikasi OLX.

3) Lease Back, konsumen dapat langsung datang ke kantor Adira Finance

terdekat, melalui karyawan Adira Finance ataupun melalui kios yang

sudah bekerjasama dengan Adira Finance.

b. Tahap Pengecekan dan Pemeriksaan Lapangan

Pada tahap ini, akan dilakukan pengecekan atas kebenaran dari pengisian

formulir dengan melakukan analisis dan evaluasi terhadap data dan informasi

yang telah diterima. Selanjutnya dilakukan:

6 Interview Pribadi dengan Bapak Iwan Karyawan PT Adira Finance Kreo, tanggal 23 Januari

2017

Page 50: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

41

1) Kunjungan ke tempat calon konsumen (plant visit)

2) Pengecekan ke tempat lain (credit checking)

Hal ini dilakukan untuk memastikan kebutuhan akan barang konsumen

dan menghitung secara pasti berapa besar tingkat kebenaran laporan calon

konsumen dengan laporan yang telah disampaikan.

c. Tahapan pembuatan costumer profile

Berdasar hasil pemeriksa lapangan, marketing department akan membuat

costumer profile yang memuat tentang identitas calon konsumen , jenis dan

tipe barang kebutuhan konsumen, dll.

d. Tahap pengajuan proposal kepada kredit komite

Marketing department akan mengajukan proposal atas permohonan yang

diajukan oleh calon konsumen terebut kepada kredit komite. Apabila

permohonan calon konsumen ditolak, maka harus diberitahukan melalui surat

penolakan. Sedangkan apabila permohonan disetujui, maka oleh marketing

department akan diteruskan ke tahap berikutnya.

e. Tahap pengikatan

Berdasarkan keputusan dari kredit komite, selanjutnya bagian legal akan

mempersiapkan pengikatan yang berupa perjanjian pembiayaan konsumen

beserta lampirannya, jaminan pribadi (jika ada) dan jaminan perusahaan (jika

ada) untuk ditandatangani oleh calon konsumen.

f. Tahap pemesanan barang kebutuhan konsumen

Setelah perjanjian ditandatangani, selanjutnya perusahaan pembiayaan

konsumen akan melakukan pemesanan barang kebutuhan konsumen kepada

supplier dan dituangkan dalam penegasan pemesanan pembelian/confirm

purchase order dan bukti pengiriman dan surat tanda penerimaan barang.

Page 51: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

42

g. Tahap pembayaran kepada supplier

Setelah barang modal diserahkan oleh supplier kepada konsumen,

selanjutnya supplier akan melakukan penagihan kepada perusahaan

pembiayaan konsumen.

h. Tahap penagihan/monitoring pembayaran

Setelah seluruh pembayaran kepada supplier dilakukan, proses selanjutnya

adalah pembayaran angsuran oleh konsumen sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan. Pada tahap ini, collecting department akan memonitor

pembayaran angsuran berdasarkan jatuh tempo yang telah ditetapkan, dan

berdasarkan sistem pembayaran yang telah disepakati. Di samping itu, juga

akan dilakukan monitoring terhadap jaminan dan jangka waktu berlakunya

jaminan.

i. Tahap pengembalian surat jaminan

Setelah konsumen melunasi seluruh kewajibannya kepada perusahaan

pembiayaan konsumen, maka perusahaan akan mengembalikan kepada

konsumen berupa jaminan BPKB (Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor)

dan/atau sertifikat dan/ atau faktur /invoice dan dokumen lainnya jika ada.

B. Isi Perjanjian Pembiayaan yang Merugikan di PT Adira Finance

Di dalam perjanjian pembiayaan di PT Adira Finance, terdapat beberapa pasal

yang peneliti anggap akan merugikan konsumen dikemudian hari dan selanjutnya

akan peneliti analisis pada Bab IV, diantara pasal yang peneliti anggap akan

merugikan konsumen diantaranya adalah:

1. Pasal 2 ayat (10)

“Seluruh kewajiban DEBITUR kepada KREDITUR dapat ditagih seketika dan

sekaligus tanpa pemberitahuan/peringatan/teguran secara tertulis terlebih dahulu

kepada DEBITUR, sehingga suatu peringatan dengan surat juru sita atau surat

lainnya tidak diperlukan lagi apabila terjadi salah satu keadaan seperti yang

Page 52: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

43

peneliti jabarkan sebelumnya, diantaranya adalah “Apabila DEBITUR lalai

membayar angsuran secara penuh pada tanggal yang telah ditetapkan, atau

DEBITUR lalai/tidak memenuhi syarat-syarat dalam perjanjian ini atau perjanjian

/pernyataan lain yang berhubungan dan merupakan satu kesatuan dengan

perjanjian ini dan/atau perjanjian lainnya yag terpisah dari perjajian ini.””

2. Pasal 2 ayat (11) huruf (e)

“Selama jangka waktu perjanjian ini, segala beban pajak dan/ atau beban lainnya

atas jaminan baik sekarang maupun kemudian hari (bila ada) akan menjadi beban

DEBITUR. Selama jangka waktu perjanjian, DEBITUR wajib mengasuransikan

jaminan dan/ atau jasa. Segala kerusakan atau resiko lain pada jaminan,

DEBITUR harus segera melaporkannya kepada KREDITUR dalam waktu 24 jam

setelah kejadian tersebut berlangsung. Terhadap ketentuan huruf e butir 11 ini

tidak dapat dijadikan alasan untuk tidak melaksanakan atau menunda kewajiban

pembayaran angsuran DEBITUR kepada KREDITUR.”

3. Pasal 2 ayat (11) huruf (g)

“Berdasarkan catatan pembukuan KREDITUR, KREDITUR berhak menentukan

seluruh jumlah kewajiban DEBITUR, baik berupa pokok pinjaman, sisa pokok

pinjaman, bunga, denda, biaya pelelangan/penjualan, honorarium

pengacara/kuasa untuk menagih, serta biaya-biaya lain yang timbul dan menjadi

beban DEBITUR berdasarkan perjanjian ini,. DEBITUR dengan ini melepaskan

semua haknya untuk mengajukan keberatan atau tuntutan atas: i) penyerahan

jaminan; ii) perhitungan yang diberikan KREDITUR atas hasil penjualan jaminan

dan potongannya; iii) jumlah kewajiban atau sisa kewajiban bunga dan iv) biaya-

biaya lain /denda-denda serta ongkos-ongkos yang bersangkutan dengan

penerimaan penjualan jaminan sebagaimana yang diuraikan diatas.”

4. Pasal 2 ayat (4)

“Untuk setiap hari keterlambatan pembayaran yang wajib dibayar berdasarkan

perjanjian ini, maka DEBITUR dikenakan denda atas jumlah yang tertunggak

Page 53: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

44

sebesar 0,5% (nol koma lima persen) per hari keterlambatan untuk, fasilitas

pembiayaan kendaraan roda dua atau roda tiga (sepeda motor) dan 0,2% (nol

koma dua persen) per hari keterlambatan untuk fasilitas pembiayaan kendaraan

roda empat atau lebih (mobil) untuk fasilitas pembiayaan dengan jaminan selain

kendaraan bermotor (seperti tanah dan/ atau bangunan dan lain-lain). Denda wajib

dibayar seketika dan sekaligus tanpa diperlukan teguran untuk itu pada saat

ditagih.”

Page 54: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

45

BAB IV

ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PT ADIRA FINANCE

A. Penerapan Asas Keseimbangan dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen di PT

Adira Finance

Perjanjian yang akan dianalisis oleh peneliti dalam penelitian ini adalah perjanjian

pembiayaan konsumen atas kendaraan bermotor di PT Adira Finance Cabang Kreo.

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, peneliti melakukan wawancara langsung

dengan karyawan yang bekerja di dalam perusahaan pembiayaan tersebut dan dua

orang konsumen PT Adira Finance.

Perjanjian pembiayaan konsumen yang terdapat di Adira Finance menggunakan

perjanjian baku atau kontrak baku yang seluruh klausul-klausulnya telah ditetapkan

secara sepihak dalam bentuk formulir. Perjanjian baku sendiri telah diterima secara

luas tidak hanya oleh para pelaku usaha tetapi juga oleh masyarakat karena dianggap

dapat mengefesiensikan waktu dan biaya biasanya pembuatannya perjanjian baku

dilakukan secara masal.

Dalam hal perjanjian baku tersebut, para calon konsumen tidak diperkenankan

untuk merubah isi atau menegosiasikan setiap pasal yang ada di dalamnya. Calon

konsumen hanya dapat menerima atau menolak perjanjian tersebut. Maka dari itu

dibutuhkan asas keseimbangan untuk menciptakan keadaan yang adil bagi para pihak

dalam hubungan kontraktual, di dalam perjanjian tersebut harus memuat pertukaran

yang adil agar suatu prestasi diimbangi pula oleh kontra prestasi sehingga

menimbulkan keadaan berimbang.

Herlien Budiono menyatakan bahwa terdapat tiga aspek yang saling berkaitan

dari perjanjian yang dapat dijadikan sebagai factor penguji berkenaan dengan daya

kerja asas keseimbangan, yaitu perbuatan para pihak; isi kontrak/perjanjian; dan

pelaksanaan kontrak.1 Pertama peneliti melihat dari perbuatan para pihak dalam

perjanjian pembiayaan di perusahaan Adira Finance, bahwa di dalam perjanjian

1 Herlien Budiono, Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian di Indonesia… h.334-338.

Page 55: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

46

tersebut terdapat perbuatan hukum yang dilarang seperti penyalah gunaan keadaan.

Penyalah gunaan keadaan dikatakan ada bila seseorang yang mengetahui atau

seharusnya mengerti bahwa orang lain karena keadaan atau kondisi khusus misalnya

gangguan kejiwaan, kurang pengalaman atau karena keadaan terpaksa

(noodtoestand), ternyata telah tergerak untuk melakukan atau mendorong (atau

melanjutkan) suatu perbuatan hukum tertentu. Jadi hanya ada dua alternative pilihan

bagi konsumen yang lemah bargaining position – nya di dalam perjanjian

pembiayaan yaitu untuk menerima atau menolak perjanjian tersebut (take it or leave

it). Apabila konsumen menerima perjanjian tersebut, maka konsumen tidak dapat

bernegosiasi dengan pelaku usaha mengenai isi perjanjian tersebut, atau dengan kata

lain perjanjian tersebut tidak dapat diubah lagi.

Kedua, dilihat dari isi perjanjiannya. Isi perjanjian/kontrak lazimnya ditentukan

oleh para pihak dinyatakan baik secara tegas namun dengan memperhatikan aturan-

aturan yang dikategorikan sebagai hukum yang bersifat memaksa. Penentuan isi

kontrak dilandasi asas kebebasan berkontrak namun dibatasi oleh undang-undang,

kesusilaan dan ketertiban umum. Perjanjian yang bertentangan dengan undang-

undang, kesusilaan dan ketertiban umum berdasarkan asas keseimbangan dapat

menyebabkan keabsahan perjanjian menjadi terganggu.

Peneliti memandang isi perjanjian baku dalam perjanjian pembiayaan yang akan

peneliti bahas masih ada pertentangan di dalam beberapa pasalnya dan memberatkan

pihak konsumen yang membuat konsumen berada di posisi yang lemah.

Ketiga, dilihat dari pelaksanaan kontrak, dimana sudah selayaknya suatu kontrak

harus dipenuhi oleh kedua belah pihak dengan itikad baik. Menurut peneliti bahwa

pelaksanaan perjanjian pembiayaan di PT Adira Finance tersebut dilaksanakan

dengan mempertimbangkan itikad baik, dimana konsumen dapat meminta keringanan

dari denda dan mendapatkan teguran terlebih dahulu apabila melakukan kelalaian.

Namun itikad baik tersebut tidak dilakukan pada semua pasal yang bertentangan,

karena di dalam sdua pasal tersebut tidak terdapat itikad baik yang menimbulkan

Page 56: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

47

tidak terciptanya asas keseimbangan dimana pihak perusahaan pembiayaan selaku

pelaku usaha tidak memberikan kesempatan kepada konsumen untuk melakukan

negosiasi.

1. Kewajiban dan Hak Para Pihak dalam Perjanjian

Untuk mengetahui apakah dalam perjanjian pembiayaan di PT Adira Finance

menerapkan asas keseimbangan atau tidak, maka peneliti akan menjabarkan pasal

demi pasal mengenai kewajiban dan hak dari para pihak.

a. Kewajiban dari PT Adira Finance selaku KREDITUR

1) Pasal 2 ayat (1), menjelaskan bahwa KREDITUR akan melakukan

pencairan fasilitas pembiayaan setelah DEBITUR memenuhi seluruh

kewajiban yang ditentukan oleh KREDITUR

2) Pasal 2 ayat (11) huruf (a), menjelaskan bahwa KREDITUR lah yang akan

menyimpan bukti kepemilikan atas jaminan beserta dokumen lain

sebagaimana dimaksud dalam lampiran perjanjian ini sampai seluruh

kewajiban DEBITUR kepada KREDITUR dibayar lunas.

3) Pasal 2 ayat (12) huruf (a), menjelaskan bahwa KREDITUR akan

menyerahkan bukti kepemilikan atas jaminan kepada DEBITUR apabila

seluruh kewajiban DEBITUR telah dipenuhi dan dibayar lunas

2. Hak dari PT Adira Finance selaku KREDITUR

a. Pasal 2 ayat (6) dijelaskan apabila terjadi gejolak moneter dan/atau peristiwa

atau kondisi sejenis yang mengakibatkan kenaikan tingkat suku bunga

pinjaman, maka KREDITUR berhak untuk menyesuaikan tingkat suku bunga

tersebut dan menyesuaikan jumlah kewajiban pembayaran angsuran

DEBITUR dan memberitahukannya secara tertulis kepada DEBITUR 30

(tigapuluh) hari kalender sebelum tanggal penyesuaian efektif berlaku. Atas

perubahan tersebut DEBITUR dengan ini menyatakan setuju dan sepakat

untuk mengikuti penyesuaian tersebut.

Page 57: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

48

b. Pasal 2 ayat (10) menjelaskan bahwa, seluruh kewajiban DEBITUR kepada

KREDITUR dapat ditagih seketika dan sekaligus tanpa

pemberitahuan/peringatan/teguran secara tertulis terlebih dahulu kepada

DEBITUR, sehingga suatu peringatan dengan surat juru sita atau surat lainnya

tidak diperlukan lagi, apabila terjadi salah satu keadaan:

1) DEBITUR mengajukan permohonan untuk dinyatakan pailit atau

permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang-utangnya

(surseance van betalling) atau debitur digugat pailit oleh pihak manapun

juga.

2) DEBITUR meninggal dunia, kecuali apabila penerima hak/para ahli

warisnya dapat memenuhi seluruh kewajiban DEBITUR dan dalam hal ini

disetujui oleh KREDITUR (klausul ini hanya berlaku untuk DEBITUR

perorangan).

3) DEBITUR ditaruh di bawah pengampuan (under curatele gesteld).

4) DEBITUR lalai membayar angsuran secara penuh pada tanggal yang telah

ditetapkan, atau DEBITUR lalai/tidak memenuhi syarat-syarat dalam

perjanjian ini atau perjanjian /pernyataan lain yang berhubungan dan

merupakan satu kesatuan dengan perjanjian ini dan/atau perjanjian lainnya

yang terpisah dari perjajian ini.

5) Jaminan dialihkan atau dijaminkan kepada pihak ketiga tanpa ijin tertulis

sebelumnya dari KREDITUR, atau disita oleh instansi yang berwenang,

atau hilang, rusak, atau musnah karena sebab apapun juga.

6) DEBITUR tersangkut dalam suatu perkara pidana

7) DEBITUR memberikan suatu data, pernyataan, surat keterangan atau

dokumen yang ternyata tidak benar atau tidak sesuai dengan fakta

sebenarnya dalam atau mengenai hal-hal yang oleh KREDITUR dianggap

penting.

Page 58: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

49

8) DEBITUR lalai untuk melengkapi dokumen-dokumen, keterangan-

keterangan/atau data-data yang secara wajar diminta oleh KREDITUR

sesuai dengan perjanjian maupun dalam bentuk lainnya.

9) Pasal 2 ayat (11) huruf (d), menjelaskan bahwa KREDITUR atau

wakilnya berhak untuk setiap waktu, atas beban dan biaya DEBITUR

untuk:

a) Memasuki jaminan tersebut,

b) Memeriksa keadaan jaminan,

c) Melakukan atau menyuruh DEBITUR melakukan sesuai huruf c butir

11 ini jika DEBITUR lalai dan

d) Menempatkan/membuat tanda-tanda pada jaminan yang menunjukan

hak dan kepentingan KREDITUR.

10) Pasal 2 ayat (11) huruf (f), menjelaskan bahwa apabila DEBITUR tidak

melunasi seluruh atau sebagian kewajibannya kepada KREDITUR, maka

KREDITUR berhak dengan ini diberi kuasa dengan hak substitusi oleh

DEBITUR untuk melakukan:

a) Menerima kapanpun jaminan tersebut,

b) Menjual jaminan atas nama DEBITUR melalui pelelangan umum atau

dibawah tangan atau dengan perantara pihak lain dengan harga pasar

yang layak dan dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang

dianggap baik oleh KREDITUR. Setelah jaminan diterima oleh

KREDITUR, KREDITUR berhak untuk melaksanakan penjualan atas

jaminan, setelah itu menghadap kepada siapapun dan dimanapun,

memberikan dan menerima keterangan, membuat/atau menyuruh

membuat akta/atau perjanjian, menandatangani tanda penerimanya,

menyerahkan jaminan kepada yang berhak menerimanya dan

melakukan tindakan tanpa ada yang dikecualikan guna tercapainya

penjualan jaminan tersebut. Uang hasil penjualan jaminan akan

Page 59: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

50

dipergunakan untuk biaya yang timbul atas penjualan jaminan,

melunasi pokok pinjaman DEBITUR, melunasi kewajiban lainnya

termasuk bunga dan denda (jika ada). Apabila masih terdapat sisa

uang, maka sisa uang tersebut merupakan hak DEBITUR, sebaliknya

apabila uang hasil penjualan itu tidak cukup untuk melunasi pokok

pinjaman dan seluruh kewajiban lainnya, maka DEBITUR tetap

berkewajiban untuk membayar sisa kewajiban yang masih terutang

kepada KREDITUR selambat-lambatnya dalam waktu satu minggu

setelah pemberitahuan KREDITUR kepada DEBITUR.

11) Pasal 2 ayat (11) huruf (g), menjelaskan bahwa berdasarkan catatan

dan pembukuan KREDITUR, KREDITUR berhak menentukan

seluruh jumlah kewajiban DEBITUR, baik berupa pokok pinjaman,

sisa pokok pinjaman, bunga, denda, biaya pelelangan/penjualan,

honorarium pengacara/kuasa untuk menagih, serta biaya-biaya lain

yang timbul dan menjadi beban DEBITUR berdasarkan perjanjian ini.

DEBITUR dengan ini melepaskan semua haknya untuk mengajukan

keberatan atau tuntutan atas:

a) Penyerahan jaminan,

b) Perhitungan yang diberikan KREDITUR atas hasil penjualan

jaminan dan potongannya,

c) Jumlah kewajiban atau sisa kewajiban bunga,

d) Biaya-biaya lain/atau denda-denda serta ongkos-ongkos yang

bersangkutan dengan penerimaan dan penjualan jaminan

sebagaimana diuraikan diatas.

12) Pasal 2 ayat (12) huruf (a), menjelaskan bahwa KREDITUR berhak

atas pembayaran angsuran, biaya-biaya ataupun denda yang wajib

dibayar (jika ada) oleh DEBITUR secara tepat waktu dan penuh.

Page 60: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

51

Selain itu KREDITUR juga berhak atas pemenuhan seluruh kewajiban

DEBITUR berdasarkan perjanjian ini.

13) Pasal 2 ayat (14), menjelaskan bawa KREDITUR berhak untuk

mengalihkan baik sebagian atau seluruhnya hak-hak dan kewajiban-

kewajiban KREDITUR yang timbul dari perjanjian ini kepada pihak

ketiga lainnya termasuk namun tidak terbatas pada PT Bank Danamon

Indonesia Tbk dan DEBITUR dengan ini memberikan persetujuan atas

pengalihan tersebut.

3. Kewajiban Konsumen Perusahaan Pembiayaan selaku DEBITUR

a. Pasal 2 ayat (3), menjelaskan bahwa DEBITUR wajib membayar angsuran,

biaya-biaya termasuk namun tidak terbatas pada biaya administrasi atas

penerimaan angsuran dimanapun dengan sarana apapun serta biaya-biaya

lainnya yang timbul sehubungan dengan perjanjian ini, ataupun denda yang

wajib dibayar (jika ada) secara tepat waktu dan penuh sesuai dengan

perjanjian ini. Apabila pembayaran angsurannya hanya sebagian, maka

pembayaran dianggap belum dilakukan sampai DEBITUR membayar penuh

sesuai nilai angsuran yang ditetapkan dalam perjanjian ini. Apabila tanggal

pembayaran jatuh pada hari libur, maka DEBITUR wajib melakukan

pembayaran angsuran pada hari kerja terakhir sebelum hari libur.

b. Pasal 2 ayat (4), menjelaskan bahwa untuk setiap hari keterlambatan

pembayaran yang wajib dibayar berdasarkan perjanjian ini, maka DEBITUR

dikenakan denda atas jumlah yang tertunggak sebesar 0,5% per hari

keterlambatan untuk fasilitas pembiayaan kendaraan roda dua atau roda tiga

(sepeda motor) dan 0,2% per hari keterlambatan untuk fasilitas pembiayaan

kendaraan roda empat atau lebih (mobil) atau untuk fasilitas pembiayaan

dengan jaminan selain kendaraan bermotor (seperti tanah dan/atau bangunan

dan lain-lain). Denda wajib dibayar seketika dan sekaligus tanpa diperlukan

teguran untuk itu pada saat ditagih.

Page 61: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

52

c. Pasal 2 ayat (11) huruf (c), menjelaskan bahwa DEBITUR wajib memelihara

dan mengurus jaminan tersebut sebaik-baiknya dan melakukan pemeliharaan

dan perbaikan atas biaya DEBITUR dan bila ada bagian dari jaminan yang

diganti atau ditambah maka bagian tersebut termasuk dalam penyerahan

jaminan yang dimaksud kepada KREDITUR.

d. Pasal 2 ayat (11) huruf (e), menjelaskan bahwa selama jangka waktu

perjanjian ini, segala beban pajak dan/atau beban lainnya atas jaminan baik

sekarang maupun kemudian hari (bila ada) akan menjadi beban DEBITUR.

Selama jangka waktu perjanjian, DEBITUR wajib mengasuransikan jaminan

dan/atau jasa. Segala kerusakan atau resiko lain pada jaminan, DEBITUR

harus melaporkannya kepada KREDITUR dalam waktu 24 jam setelah

kejadian tersebut berlangsung. Terhadap ketentuan ini tidak dapat dijadikan

alasan untuk tidak melaksanakan atau menunda kewajiban pembayaran

angsuran DEBITUR kepada KREDITUR.

4. Hak Konsumen Perusahaan Pembiayaan selaku DEBITUR

a. Pasal 2 ayat (5), menjelaskan bahwa DEBITUR diperkenankan melakukan

pembayaran dipercepat baik sebagian atau seluruhnya, dengan pemberitahuan

secara tertulis 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum tanggal jatuh tempo

pembayaran angsuran berikutnya. Pemberitahuan tertulis tersebut tidak dapat

ditarik kembali dan mengikat DEBITUR.

b. Pasal 2 ayat (12) huruf (b), menjelaskan bahwa DEBITUR berhak menerima

bukti kepemilikan atas jaminan setelah seluruh kewajibannya dilunasi.

Penerapan asas keseimbangan dalam kontrak pembiayaan sangat

diperlukan untuk mewujudkan perjanjian yang saling menguntungkan satu

sama lain. Namun terkadang pada kenyataannya hal tersebut tidak diterapkan

oleh para pelaku usaha, seperti halnya hasil penelitian menunjukan bahwa

dalam kontrak pembiayaan ternyata masih ada beberapa klausula yang tidak

seimbang dan dapat merugikan konsumen, diantaranya adalah:

Page 62: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

53

c. Pasal 2 ayat (10)

Dalam pasal ini menjelaskan bahwa, seluruh kewajiban DEBITUR kepada

KREDITUR dapat ditagih seketika dan sekaligus tanpa

pemberitahuan/peringatan/teguran secara tertulis terlebih dahulu kepada

DEBITUR, sehingga suatu peringatan dengan surat juru sita atau surat lainnya

tidak diperlukan lagi apabila terjadi salah satu keadaan seperti yang peneliti

jabarkan sebelumnya, diantaranya adalah “Apabila DEBITUR lalai membayar

angsuran secara penuh pada tanggal yang telah ditetapkan, atau DEBITUR

lalai/tidak memenuhi syarat-syarat dalam perjanjian ini atau perjanjian

/pernyataan lain yang berhubungan dan merupakan satu kesatuan dengan

perjanjian ini dan/atau perjanjian lainnya yag terpisah dari perjajian ini.”

Menurut hasil analisis peneliti, tindakan pelaku usaha di dalam pasal

tersebut tidak sesuai dengan apa yang dicantumkan dalam norma hukum pasal

1238 KUHPerdata yang menyatakan bahwa:

“Si berhutang lalai, apabila dengan surat perintah atau dengan sebuah akta

sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini,

menetapkan bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu

yang ditentukan.”

Jadi di dalam pasal perjanjian ini, pelaku usaha tidak menjelaskan

mengenai surat teguran atau somasi terlebih dahulu kepada konsumen akibat

terjadinya kelalaian dalam membayarkan kembali angsuran dari konsumen

kepada pelaku usaha dalam perjanjian pembiayaan konsumen. Jadi setelah

adanya surat teguran atau somasi, pelaku usaha baru diperkenankan

menerapkan pasal 1243 KUHPerdata mengenai penggantian biaya, rugi dan

bunga karena tidak terpenuhinya suatu perikatan.

Dalam pasal tersebut juga pelaku usaha dianggap telah melakukan

tindakan sepihak dengan cara menagih secara seketika atau sekaligus tanpa

adanya pemberitahuan terlebih dahulu bahkan tanpa adanya peringatan

Page 63: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

54

ataupun teguran kepada konsumen. Tindakan sepihak sendiri telah diatur oleh

Undang-Undang No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 18

ayat (1) huruf (d) Jo. POJK Nomor 1 tahun 2003 tentang perlindungan

konsumen jasa keuangan Pasal 22 ayat (3) huruf (c). Di dalam peraturan

tersebut, pelaku usaha dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku

pada tiap perjanjian apabila menyatakan pemberian kuasa dari konsumen

kepada pelaku usaha, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk

melakukan segala tindakan sepihak atas barang yang diagunkan oleh

konsumen secara angsuran, kecuali tindakan tersebut dilakukan berdasarkan

peraturan perundang-undangan.

Namun, pada kenyataannya, setiap keterlambatan pembayaran oleh

konsumen, konsumen akan diberi peringatan terlebih dahulu oleh pelaku

usaha.2 Untuk keterlambatan pembayaran mulai dari 1-2 hari, pelaku usaha

akan memberi peringatan melalui telefon kepada konsumen. Untuk

keterlambatan pembayaran 3-30 hari, pelaku usaha akan melakukan

pengecekan/penagihan dirumah untuk mempertanyakan pembayaran tersebut.

Untuk keterlambatan pembayaran 31-60 hari, pelaku usaha akan melakukan

penagihan ke rumah konsumen disertai dengan surat tugas penarikan. Sampai

keterlambatan 61-120 hari maka pelaku usaha akan melakukan penagihan

melalui mitra kerja (professional kolektor).

Apabila konsumen melakukan pengalihan jaminan atau dijaminkan

kepada pihak ketiga tanpa ijin tertulis sebelumnya dari KREDITUR serta

pindah alamat tanpa konfirmasi kepada pelaku usaha, maka pelaku usaha

dapat langsung menyita jaminan sebelum 31 hari karena konsumen telah

dianggap wanprestasi.3 Menurut peneliti, klausula baku yang terdapat di

dalam pasal 2 ayat (10) diatas memang bertentangan dengan norma hukum

2 Interview Pribadi dengan Karyawan PT Adira Finance Kreo, tanggal 23 Januari 2018.

3 Interview Pribadi dengan Karyawan PT Adira Finance Kreo, tanggal 23 Januari 2018.

Page 64: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

55

dan Undang-Undang No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal

18 ayat (1) huruf (d) Jo. POJK Nomor 1 tahun 2003 tentang perlindungan

konsumen jasa keuangan Pasal 22 ayat (3) huruf (c). Namun, dalam

aplikasinya pelaku usaha disini melakukan itikad baik dengan cara

memberikan peringatan atau somasi kepada konsumen yang lalai membayar

dan juga membawa surat tugas penarikan resmi apabila konsumen sudah

masuk ke dalam indikasi kredit macet, tidak seperti yang dijelaskan di dalam

pasal tersebut bahwa kewajiban debitur dapat ditagih seketika dan sekaligus

tanpa pemberitahuan/peringatan/teguran secara tertulis terlebih dahulu kepada

DEBITUR, sehingga suatu peringatan dengan surat juru sita atau surat lainnya

mengenai lalainya debitur dalam melakukan pembayaran angsuran secara

penuh pada tanggal yang telah ditetapkan. Jadi, pada intinya klausula baku

yang terdapat di dalam pasal 2 ayat (10) ini masih dapat ditanggulangi dan

tidak akan merugikan konsumen karena konsumen sudah mendapatkan

haknya untuk mendapatkan pemberitahuan terlebih dahulu.

Penjelasan tersebut diperkuat oleh pengakuan dari salah satu konsumen

PT Adira Finance yang peneliti wawancarai, yaitu Ibu Kurnia Rahayu. Ia

pernah melakukan keterlambatan dalam pembayaran kembali kendaraan yang

ia beli di PT Adira Finance selama kurang lebih 1 minggu, namun pelaku

usaha disini tidak langsung menarik kendaraan yang dimilikinya. Sebelumnya

pelaku melakukan teguran pada 2 (dua) hari keterlambatan dan melakukan

penagihan kepada saudari Nia di rumahnya saat ia sudah melakukan

keterlambatan pembayaran selama kurang lebih 1 minggu.4

d. Pasal 2 ayat (11) huruf (e)

Dalam pasal ini menjelaskan bahwa selama jangka waktu perjanjian ini,

segala beban pajak dan/ atau beban lainnya atas jaminan baik sekarang

4 Interview Pribadi dengan Ibu Kurnia Rahayu selaku Konsumen PT Adira Finance, tanggal 20

Februari 2018.

Page 65: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

56

maupun kemudian hari (bila ada) akan menjadi beban DEBITUR. Selama

jangka waktu perjanjian, DEBITUR wajib mengasuransikan jaminan dan/

atau jasa. Segala kerusakan atau resiko lain pada jaminan, DEBITUR harus

segera melaporkannya kepada KREDITUR dalam waktu 24 jam setelah

kejadian tersebut berlangsung. Terhadap ketentuan huruf e butir 11 ini tidak

dapat dijadikan alasan untuk tidak melaksanakan atau menunda kewajiban

pembayaran angsuran DEBITUR kepada KREDITUR.

Menurut penulis pasal ini akan merugikan konsumen sebagai debitur di

kemudian hari dan membuat debitur berada di posisi lemah yang membuat

tidak dipenuhinya asas keseimbangan, karena di dalam pasal ini terdapat

kalimat “beban lain atas jaminan baik sekarang maupun dikemudian hari (bila

ada) akan menjadi beban debitur”. Harusnya pelaku usaha menjelaskan secara

rinci beban lain seperti apa, karena di dalam POJK Nomor 1 tahun 2013

tepatnya pada pasal 33 dijelaskan bahwa:

“Pelaku usaha jasa keuangan dilarang mengenakan biaya apapun kepada

konsumen atas pengajuan pengaduan.”

Jadi berdasarkan pasal tersebut apabila konsumen ingin melakukan

pengaduan, maka biayanya bukanlah dibebankan kepada konsumen,

melainkan kewajibannya pelaku usaha. Jadi, pelaku usaha harus lebih

merincikan biaya-biaya yang dimaksud.

Selain itu, di dalam pasal 18 ayat (1) huruf (a), menjelaskan bahwa:

“Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan

untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula

baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila menyatakan

pengalihan tanggung jawab pelaku usaha”

Dalam pasal diatas, menjelaskan bahwa pelaku usaha dilarang

mengalihkan tanggungjawabnya kepada konsumen. Jadi apabila terdapat

beban lain atas jaminan baik sekarang maupun dikemudian hari (bila ada)

Page 66: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

57

yang menjadi tanggung jawab pelaku usaha atau terjadi akibat kelalaian

pelaku usaha, maka konsumen tidak dapat menanggung beban tersebut dan

akan tetap menjadi beban pelaku usaha.

e. Pasal 2 ayat (11) huruf (g)

Dalam pasal ini menjelaskan bahwa berdasarkan catatan pembukuan

KREDITUR, KREDITUR berhak menentukan seluruh jumlah kewajiban

DEBITUR, baik berupa pokok pinjaman, sisa pokok pinjaman, bunga, denda,

biaya pelelangan/penjualan, honorarium pengacara/kuasa untuk menagih,

serta biaya-biaya lain yang timbul dan menjadi beban DEBITUR berdasarkan

perjanjian ini,. DEBITUR dengan ini melepaskan semua haknya untuk

mengajukan keberatan atau tuntutan atas: i) penyerahan jaminan; ii)

perhitungan yang diberikan KREDITUR atas hasil penjualan jaminan dan

potongannya; iii) jumlah kewajiban atau sisa kewajiban bunga dan iv) biaya-

biaya lain /denda-denda serta ongkos-ongkos yang bersangkutan dengan

penerimaan penjualan jaminan sebagaimana yang diuraikan diatas.

Menurut penulis pasal ini akan merugikan konsumen sebagai debitur

dikemudian hari dan membuat debitur berada di posisi lemah yang membuat

tidak dipenuhinya asas keseimbangan Dalam pasal tersebut, menurut peneliti

pelaku usaha telah melanggar Pasal 29 POJK-PKSJK, yaitu:

“Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib bertanggung jawab atas kerugian

Konsumen yang timbul akibat kesalahan dan/atau kelalaian, pengurus,

pegawai Pelaku Usaha Jasa Keuangan dan/atau pihak ketiga yang bekerja

untuk kepentingan Pelaku Usaha Jasa Keuangan.”

Jadi, apabila pelaku usaha melakukan kesalahan dalam penghitungan

atau kesalahan apapun terkait kegiatan yang dilakukan oleh pengurus,

pegawai perusahaan maupun pihak ketiga yang bertindak atas nama

perusahaan dan hal tersebut merugikan konsumen, maka konsumen berhak

Page 67: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

58

mengajukan keberatan dan meminta pertanggungjawaban tersebut kepada

pelaku usaha.

Selain itu, pelaku usaha juga tidak menerapkan asas keseimbangan dimana

konsumen dipaksa untuk melepaskan semua haknya untuk mengajukan

keberatan atau tuntutan atas: i) penyerahan jaminan; ii) perhitungan yang

diberikan KREDITUR atas hasil penjualan jaminan dan potongannya; iii)

jumlah kewajiban atau sisa kewajiban bunga dan iv) biaya-biaya lain /denda-

denda serta ongkos-ongkos yang bersangkutan dengan penerimaan penjualan

jaminan sebagaimana yang telah diuraikan diatas.

Selain tidak menerapkan asas keseimbangan, pelaku usaha juga tidak

mempertimbangkan asas kepastian hukum yang dijelaskan dalam UUPK. Di

dalam pasal ini, konsumen tidak diberikan keadilan untuk mengajukan

keberatan atau tuntutan terhadap tindakan yang dilakukan oleh pelaku usaha.

Sedangkan di dalam UUPK menjelaskan mengenai asas kepastian hukum

yang dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati hukum

dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen,

serta negara menjamin kepastian hukum.

Selain itu di dalam UUD 1945 pasal 28 H ayat (2) juga menjelaskan

bahwa:

“Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan yang

khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna

mencapai persamaan dan keadilan.”

Jadi, disini posisi antara konsumen dan pelaku usaha tidak seimbang

dimana konsumen hanya bisa menerima dan mentaati klausula yang dibuat

oleh pelaku usaha untuk melepaskan semua haknya untuk mengajukan

keberatan dan tuntutan. Harusnya konsumen dapat mengajukan keberatan atau

tuntutan apabila memang pelaku usaha terbukti melakukan kesalahan dalam

menentukan jumlah kewajiban DEBITUR, baik berupa pokok pinjaman, sisa

Page 68: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

59

pokok pinjaman, bunga, denda, biaya pelelangan/penjualan, honorarium

pengacara/kuasa untuk menagih, serta biaya-biaya lain yang timbul.

Selain hak dan kewajiban yang peneliti paparkan diatas, masih

terdapat beberapa klausula yang tidak seimbang dan memberatkan konsumen,

diantaranya adalah:

1) Pasal 2 ayat (4)

Dalam pasal ini menjelaskan bahwa untuk setiap hari keterlambatan

pembayaran yang wajib dibayar berdasarkan perjanjian ini, maka

DEBITUR dikenakan denda atas jumlah yang tertunggak sebesar 0,5%

(nol koma lima persen) per hari keterlambatan untuk, fasilitas pembiayaan

kendaraan roda dua atau roda tiga (sepeda motor) dan 0,2% (nol koma dua

persen) per hari keterlambatan untuk fasilitas pembiayaan kendaraan roda

empat atau lebih (mobil) untuk fasilitas pembiayaan dengan jaminan

selain kendaraan bermotor (seperti tanah dan/ atau bangunan dan lain-

lain). Denda wajib dibayar seketika dan sekaligus tanpa diperlukan

teguran untuk itu pada saat ditagih.

Dilihat dari klausula pasal tersebut, menurut peneliti pasal diatas jelas

akan menguntungkan pelaku usaha yang tujuannya melindungi mereka

dari para konsumen agar konsumen membayar tepat pada waktunya serta

mencegah konsumen untuk menunggak angsuran setiap bulannya.

Sedangkan konsumen akan sangat dirugikan dengan tidak adanya teguran

terlebih dahulu saat mereka melakukan keterlambatan pembayaran.

Namun, dalam prakteknya pelaku usaha dan konsumen dapat

bernegosiasi terhadap jumlah denda yang ditanggung oleh konsumen,

bahkan konsumen dapat tidak dikenakan denda sama sekali dengan syarat

histori pembayaran konsumen di bulan-bulan sebelumnya lancar atau

dengan pertimbangan lainnya. Hal ini dapat dilakukan apabila konsumen

Page 69: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

60

melakukan itikad baik dengan cara mengajukan keberatan tersebut kepada

pelaku usaha.5

Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan dari salah satu responden

yang peneliti wawancarai yaitu Ibu Maryam yang merupakan konsumen

dari PT Adira Finance, ia telah melakukan keterlambatan pembayaran

angsuran dan dikenakan denda untuk setiap hari keterlambatannya itu. Ia

baru pertama kali melakukan keterlambatan pembayaran, karena bulan-

bulan sebelumnya ia selalu membayar tepat pada waktunya. Ia mengaku

alasan ia telat melakukan pembayaran karena perusahaan tempat ia

bekerja terlambat memberikan gaji. Karena menumpuknya denda yang

harus ia bayar, ia mendatangi PT Adira Finance untuk melakukan

permohonan pengurangan denda dengan menceritakan alasan mengapa ia

bisa sampai terlambat membayar angsuran. Setelah ia menceritakan alasan

mengapa ia terlambat melakukan pembayaran, maka dengan beberapa

pertimbangan yang dilakukan oleh PT Adira Finance diantaranya karena

adanya itikad baik dari konsumen untuk melakukan pembayaran dengan

tepat waktu di bulan-bulan sebelumnya, maka PT Adira Finance

melakukan pengurangan denda sebesar 40% dari jumlah semua denda

yang ia terima.6

Jadi, menurut peneliti dalam Pasal 2 ayat (5), PT Adira Finance selaku

pelaku usaha telah menerapkan asas keseimbangan dimana konsumen

dapat menyampaikan keluhan atau dapat menegosiasikan jumlah denda

yang ia terima. Bahkan pelaku usaha disini dapat menghapuskan denda

tersebut dengan beberapa pertimbangan.

5 Interview Pribadi dengan Saudara Iwan selaku Karyawan PT Adira Finance Kreo, tanggal

23 Januari 2018.

6 Interview Pribadi dengan Ibu Maryam selaku Konsumen PT Adira Finance, tanggal 23

Februari 2018.

Page 70: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

61

B. Upaya Hukum Konsumen terhadap Perusahaan Pembiayaan yang Tidak

Menerapkan Asas Keseimbangan

Perjanjian pembiayaan konsumen untuk kendaraan bermotor pada prakteknya

dilakukan dalam bentuk perjanjian baku yang berisi klausula-klausula yang bersifat

membatasi tanggung jawab (klausula eksonerasi) penjual terhadap kewajiban yang

seharusnya telah ditentukan dan dijamin pemenuhannya oleh hukum positif.

Perjanjian baku yang berisi klausula-klausula baku tersebut dibuat oleh penjual untuk

melindungi kepentingannya tanpa mempertimbangkan perlindungan kepentingan

konsumen yang seharusnya dilindungi dan dijamin.

Dalam pasal 1 ayat (1) UUPK, perlindungan konsumen adalah segala upaya yang

menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.

Sedangkan dalam POJK Nomor 1 Tahun 2013 tentang perlindungan konsumen sektor

jasa keuangan, perlindungan konsumen adalah perlindungan terhadap konsumen

dengan cakupan perilaku pelaku usaha jasa keuangan. Tujuan dari adanya

perlindungan konsumen adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan dan

kemandirian masyarakat, meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam menuntut

hak-haknya, menciptakan unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi,

menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen

sehingga tumbuh sikap jujur dan bertanggung jawab terhadap konsumen serta

meningkatkan kualitas barang maupun jasa yang menjamin kelangsungan usaha

produksi barang atau jasa, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan konsumen.

Pemberian kebebasan kepada para pihak oleh KUHPerdata dalam menentukan

bentuk dan isi perjanjian yang mengikat di antara para pihak tersebut melalui asas

kebebasan berkontrak tidak boleh menciptakan suatu ketidakseimbangan yang dapat

menimbulkan kerugian pada pihak konsumen dan membuat konsumen berada di

posisi yang lemah. Dengan demikian pemberlakuan Pasal 18 UUPK dan Pasal 22

POJK PKSJK yang membatasi pencantuman klausula baku dengan melarang

Page 71: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

62

beberapa bentuk klausula baku harus dijadikan patokan oleh pelaku usaha dalam

membuat perjanjian baku yang akan mengikat para pihak. Perjanjian pembiayaan

konsumen kendaraan bermotor yang telah dibuat sebelum lahirnya UUPK dan POJK

PKSJK harus terlebih dahulu disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan di dalam

UUPK seperti yang dijelaskan di dalam Pasal 18 ayat (4) UUPK.

Apabila konsumen merasa dirugikan dan terjadi sengketa dalam hal tidak

dipenuhinya asas keseimbangan, maka konsumen dapat mengadukannya kepada

pelaku usaha terlebih dahulu untuk di musyawarahkan di putuskan maksimal 20 hari

dan di dalam POJK-PKSJK pelaku usaha wajib melaksanakan mekanisme pelayanan

dan penyelesaian pengaduan bagi konsumen tanpa dikenakan biaya. Apabila setelah

melakukan pengaduan dan menjalankan mekanisme pelayanan dan penyelesaian

pengaduan tidak mencapai kesepakatan, maka konsumen dapat melakukan

penyelesaian sengketa di luar pengadilan ataupun melalui pengadilan.

Penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan diselenggarakan untuk

mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau mengenai

tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terjadi kembali atau tidak akan terulang

kembali kerugian yang diderita oleh konsumen.

Apabila melakukan penyelesaian sengketa di luar pengadilan, maka konsumen

dapat melakukannya melalui lembaga alternative penyelesaian sengketa yang berupa

BPSK (Badan Perlindungan Konsumen Jasa Keuangan) yang dibentuk oleh

pemerintah. Badan penyelesaian sengketa konsumen wajib mengeluarkan putusan

paling lambat dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah gugatan diterima.

Selain melakukan penyelesaian sengketa melalui lembaga alternative penyelesaian

sengketa, konsumen juga dapat menyampaikan permohonan pengaduan kepada

Otoritas Jasa Keuangan untuk memfasilitasi penyelesaian pengaduan konsumen yang

dirugikan oleh pelaku usaha.

Page 72: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

63

Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan,

gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan

tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa.

Jadi menurut peneliti, meskipun mayoritas pasal yang terdapat di dalam

perjanjian pembiayaan PT Adira Finance menerapkan asas keseimbangan, tetap

terdapat dua pasal yang tidak menerapkan asas keseimbangan dimana konsumen

dipaksa untuk melepaskan haknya untuk menuntut dan mengajukan keberatan

terhadap keputusan pelaku usaha dan tidak ada negosiasi di dalamnya.

C. Analisa Peneliti mengenai Penerapan Asas Keseimbangan di dalam Perjanjian

dan Perlindungan Hukum terhadap Konsumen

Di dalam perjanjian pembiayaan untuk kendaraan bermotor, PT Adira Finance

selaku pelaku usaha menggunakan perjanjian baku yang hanya dibuat oleh satu pihak

saja yaitu pihak pelaku usaha sendiri. Hal ini memang diperbolehkan namun dilarang

mencantumkan klausula-klausula yang dilarang di dalam undang-undang.

Kenyataannya di dalam perjanjian yang peneliti analisa, masih terdapat pasal-pasal

yang mengandung klausula baku yang dilarang oleh undang-undang dan POJK

sehingga tidak terjadi keseimbangan di dalamnya. Selain melanggar undang-undang

dan POJK, pelaku usaha juga melanggar ketentuan yang terdapat di dalam al-Qur’an

Surat Al-Hujurat ayat 13, yang berbunyi,

يد وأتن حرم يا أيها الذيي آهىا أوفىا بالعقىد أحلث لكن عام إل ها يتلى عليكن غير هحلي الص بهيوة ال

يحكن ها يريد إى للا

(الهجرات:٣١/٩٤)

“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan

seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu

di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah

Maha Mengetahui lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 49/13)

Page 73: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

64

Dari ketentuan tersebut, dalam Islam di tunjukkan bahwa semua orang

mempunyai kedudukan yang sama di depan hukum (equality before the law),

sedangkan yang membedakan kedudukan antara satu dengan yang lainnya di sisi

Allah adalah derajat ketaqwaannya. 7

Jadi dalam ayat al-qur’an ini menganjurkan bagi

para pihak untuk memiliki kedudukan (bargaining position) yang sama dalam

menentukan term and condition dari suatu perjanjian, agar setiap pihak mempunyai

kesetaraan atau kedudukan yang seimbang. Jika hanya salah satu pihak yang

menentukan term and condition, maka ketentuan tersebut tidak diperbolehkan

menimbulkan kerugian kepada pihak lain. Berdasarkan semua pasal mengenai hak

dan kewajiban para pihak dan salah satu pasal lainnya di dalam perjanjian baku yang

sudah peneliti paparkan sebelumnya, terlihat jelas bahwa pihak yang dominan adalah

PT Adira Finance selaku pelaku usaha, sehingga terdapat perbedaan posisi para pihak

ketika perjanjian baku tersebut diadakan dimana konsumen berada diposisi yang

lemah.

Dalam perjanjian pembiayaan konsumen kendaraan bermotor di PT Adira

Finance yang telah diteliti oleh peneliti, ternyata masih terdapat beberapa pasal yang

secara prinsip melanggar ketentuan yang terdapat dalam UUPK dan POJK PKSK,

diantaranya adalah:

1. Pasal 2 ayat (10), “Seluruh kewajiban DEBITUR kepada KREDITUR dapat

ditagih seketika dan sekaligus tanpa pemberitahuan/peringatan/teguran secara

tertulis terlebih dahulu kepada DEBITUR, sehingga suatu peringatan dengan surat

juru sita atau surat lainnya tidak diperlukan lagi apabila terjadi salah satu keadaan

seperti yang peneliti jabarkan sebelumnya, diantaranya adalah “Apabila

DEBITUR lalai membayar angsuran secara penuh pada tanggal yang telah

ditetapkan, atau DEBITUR lalai/tidak memenuhi syarat-syarat dalam perjanjian

ini atau perjanjian /pernyataan lain yang berhubungan dan merupakan satu

7 Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perjanjian Islam di Indonesia (konsep, regulasi, dan

implementasinya), h. 33

Page 74: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

65

kesatuan dengan perjanjian ini dan/atau perjanjian lainnya yag terpisah dari

perjajian ini.””

2. Pasal 2 ayat (11) huruf (e), “Selama jangka waktu perjanjian ini, segala beban

pajak dan/ atau beban lainnya atas jaminan baik sekarang maupun kemudian hari

(bila ada) akan menjadi beban DEBITUR. Selama jangka waktu perjanjian,

DEBITUR wajib mengasuransikan jaminan dan/ atau jasa. Segala kerusakan atau

resiko lain pada jaminan, DEBITUR harus segera melaporkannya kepada

KREDITUR dalam waktu 24 jam setelah kejadian tersebut berlangsung. Terhadap

ketentuan huruf e butir 11 ini tidak dapat dijadikan alasan untuk tidak

melaksanakan atau menunda kewajiban pembayaran angsuran DEBITUR kepada

KREDITUR.”

3. Pasal 2 ayat (11) huruf (g), “Berdasarkan catatan pembukuan KREDITUR,

KREDITUR berhak menentukan seluruh jumlah kewajiban DEBITUR, baik

berupa pokok pinjaman, sisa pokok pinjaman, bunga, denda, biaya

pelelangan/penjualan, honorarium pengacara/kuasa untuk menagih, serta biaya-

biaya lain yang timbul dan menjadi beban DEBITUR berdasarkan perjanjian ini,.

DEBITUR dengan ini melepaskan semua haknya untuk mengajukan keberatan

atau tuntutan atas: i) penyerahan jaminan; ii) perhitungan yang diberikan

KREDITUR atas hasil penjualan jaminan dan potongannya; iii) jumlah kewajiban

atau sisa kewajiban bunga dan iv) biaya-biaya lain /denda-denda serta ongkos-

ongkos yang bersangkutan dengan penerimaan penjualan jaminan sebagaimana

yang diuraikan diatas.”

4. Pasal 2 ayat (4), “Untuk setiap hari keterlambatan pembayaran yang wajib

dibayar berdasarkan perjanjian ini, maka DEBITUR dikenakan denda atas jumlah

yang tertunggak sebesar 0,5% (nol koma lima persen) per hari keterlambatan

untuk, fasilitas pembiayaan kendaraan roda dua atau roda tiga (sepeda motor) dan

0,2% (nol koma dua persen) per hari keterlambatan untuk fasilitas pembiayaan

kendaraan roda empat atau lebih (mobil) untuk fasilitas pembiayaan dengan

Page 75: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

66

jaminan selain kendaraan bermotor (seperti tanah dan/ atau bangunan dan lain-

lain). Denda wajib dibayar seketika dan sekaligus tanpa diperlukan teguran untuk

itu pada saat ditagih.”

Menurut peneliti di dalam empat pasal tersebut jelas melanggar ketentuan yang

terdapat di dalam UUPK dan juga POJK PKSJK dan tentunya akan merugikan

konsumen di kemudian hari. Pasal yang bertentangan dengan peraturan yang ada di

dalam UUPK dan POJK PKSJK membuat tidak terpenuhinya asas keseimbangan

yang di jelaskan di dalam UUPK dan POJK PKSJK. Namun, tidak semua pasal yang

bertentangan tersebut melanggar asas keseimbangan, diantara klausula tersebut pada

kenyataannya atau pada aplikasinya pelaku usaha masih melakukan itikad baik

dengan memberikan kesempatan untuk melakukan negosiasi atau pengurangan denda

wajib dibayarkan oleh debitur walaupun tidak diterapkan pada semua klausula yang

bertentangan.

Dari empat pasal yang melanggar UUPK dan POJK PKSJK tersebut, terdapat 2

pasal yang menurut peneliti tidak melanggar asas keseimbangan, atau dengan kata

lain di dalam perjanjian tersebut pelaku usaha telah menerapkan asas keseimbangan

dalam aplikasinya. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya negosiasi para pihak

saat konsumen melakukan kelalaian pembayaran angsuran maupun denda. Selain itu,

untuk penagihan pada kenyataannya pelaku usaha sudah terlebih dahulu melakukan

peneguran kepada konsumen. Tidak seperti yang dituliskan di dalam pasal perjanjian

bahwa untuk menagih seluruh kewajiban maka pelaku usaha tidak memerlukan

peringatan atau teguran terlebih dahulu. Hal tersebut jelas tidak melanggar asas

keseimbangan yang terdapat di dalam UUPK Pasal 2, dimana asas keseimbangan

dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku

usaha, dan pemerintah dalam arti materiil ataupun spiritual.

Jadi, 2 pasal tersebut walaupun di dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT

Adira Finance masih bertentangan dengan UUPK dan POJK PKSJK, namun pada

kenyataannya atau aplikasinya pelaku usaha sudah beritikad baik dengan tetap

Page 76: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

67

memberikan hak kepada konsumen untuk bernegosiasi terkait pengurangan beban

pembayaran angsuran dan denda.

Sedangkan, untuk 2 pasal lainnya yaitu pasal 2 ayat (11) huruf (e) dan pasal 11

ayat (2) huruf (g) menurut peneliti ia bukan hanya melanggar ketentuan yang ada di

dalam UUPK dan POJK PKSJK, namun juga melanggar asas keseimbangan dan asas

keadilan karena di dalam perjanjian itu menjelaskan mengenai pembebanan biaya lain

serta pelepasan hak konsumen untuk menuntut dan mengajukan keberatan tanpa

adanya negosiasi lagi dengan konsumen. Jadi, dalam hal ini konsumen hanya bisa

menerima keputusan yang diberikan oleh pelaku usaha. Dengan demikian, tidak

terdapat perlindungan hukum terhadap konsumen dalam hal menuntut dan

mengajukan keberatan atas jumlah kewajiban yang harus dibayarkan oleh konsumen.

Apabila konsumen merasa dirugikan dan terjadi sengketa dalam hal tidak

dipenuhinya asas keseimbangan tersebut, maka konsumen dapat mengadukannya

kepada pelaku usaha untuk dilakukan musyawarah dan di dalam POJK-PKSJK

pelaku usaha wajib melaksanakan mekanisme pelayanan dan penyelesaian pengaduan

bagi konsumen tersebut tanpa dikenakan biaya. Apabila setelah melakukan

pengaduan dan menjalankan mekanisme pelayanan dan penyelesaian pengaduan tidak

mencapai kesepakatan, maka konsumen dapat melakukan penyelesaian sengketa di

luar pengadilan ataupun melalui pengadilan.

Bagi klausula yang memang sudah jelas melanggar peraturan perundang-

undangan dan sudah tidak bisa di negosiasikan lagi oleh konsumen maka klausula

tersebut menurut pasal 18 ayat (3) dan (4) akan batal demi hukum dan tidak mengikat

para pihak. Pelaku usaha juga wajib menyesuaikan kembali klausula yang

bertentangan tersebut.

Page 77: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari beberapa pemaparan pada bab-bab sebelumnya, maka peneliti dapat

mengambil kesimpulan dan sekaligus sebagai jawaban atas beberapa perumusan

masalah yang penulis berikan.

1. Bahwa penerapan asas keseimbangan dalam perjanjian pembiayaan konsumen di

PT Adira Finance belum sepenuhnya dilakukan, hal tersebut terlihat dari masih

adanya pasal-pasal yang bertentangan dengan UUPK dan POJK-PKSJK di dalam

perjanjian. Diantara pasal yang belum menerapkan asas keseimbangan dan

bertentangan dengan UUPK dan POJK-PKSJK tersebut ternyata setelah peneliti

teliti lebih lanjut pada aplikasinya PT Adira Finance telah memenuhi asas

keseimbangan dimana konsumen dapat bernegosiasi kepada pelaku usaha terkait

kelalaian pembayaran angsuran beserta denda. Pelaku usaha juga masih beritikad

baik dengan memberikan teguran atau peringatan terlebih dahulu bahkan

pengurangan denda serta penghilangan denda dengan pertimbangan-pertimbangan

tertentu. Namun, tidak semua pasal yang bertentangan tersebut bisa diberlakukan

negosiasi. Karena di dalam 4 pasal tersebut terdapat dua pasal yaitu pada pasal 2

ayat (11) huruf (e) dan pasal 11 ayat (2) huruf (g) yang benar-benar akan

merugikan konsumen dimana konsumen dipaksa untuk melepaskan haknya untuk

menuntut dan mengajukan keberatan dan mengenai pembebanan biaya lain tanpa

adanya negosiasi lagi dengan konsumen. Jadi walaupun hanya terdapat dua pasal

yang tidak menerapkan asas keseimbangan dan melanggar ketentuan yang

terdapat di dalam pasal 18 UUPK Jo. POJK-PKSJK, tetap saja membuat

perjanjian tersebut akan batal demi hukum dan harus menyesuaikannya dengan

undang-undang. Seperti yang dijelaskan di dalam UUPK Pasal 18 ayat (3) dan

(4).

Page 78: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

69

2. Bahwa upaya hukum yang dapat dilakukan oleh konsumen apabila mengalami

kerugian dari tidak diterapkannya asas keseimbangan adalah dengan cara

konsumen yang bersangkutan melakukan musyawarah dengan pihak pelaku usaha

tersebut terlebih dahulu dan apabila hal tersebut tidak mencapai kata sepakat

maka konsumen dapat menempuh jalur di luar pengadilan melalui BPSK (Badan

Perlindungan Konsumen Jasa Keuangan) yang dibentuk oleh pemerintah,

konsumen juga dapat menyampaikan permohonan kepada Otoritas Jasa Keuangan

untuk memfasilitasi penyelesaian pengaduan Konsumen yang dirugikan oleh

pelaku usaha. Selain melalui jalur di luar pengadilan konsumen juga dapat

menempuh jalur pengadilan. Untuk jalur pengadilan disini, konsumen dapat

mengajukan gugatan atau keberatan melalui pengadilan negeri.

B. Rekomendasi

Sebagai penutup dari kesimpulan di atas, peneliti akan memberikan rekomendasi

terkait dengan penerapan asas keseimbangan di dalam perjanjian pembiayaan,

sebagai berikut:

1. Peneliti menyarankan kepada PT Adira Finance selaku pelaku usaha untuk lebih

memberikan hak kepada konsumen dalam hal bernegosiasi agar terciptanya

keseimbangan posisi antara konsumen dengan pelaku usaha dan tidak terjadi hal

yang akan merugikan konsumen dikemudian hari.

2. Peneliti menyarankan kepada pemerintah untuk lebih meningkatkan sosialisasi

serta pembinaan kepada masyarakat yang menggunakan jasa perusahaan

pembiayaan mengenai Undang-undang Perlindungan Konsumen dan Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan mengenai Perlindungan Konsumen Sektor Jasa

Keuangan, karena selama ini masyarakat tidak mengetahui bahwa sebagai

konsumen mereka dilindungi oleh UUPK dan POJK-PKSJK dan pelaku usaha

juga tidak bisa sewenang-wenang terhadap mereka.

3. Peneliti menyarankan kepada OJK untuk lebih meningkatkan pengawasannya

terhadap perusahaan-perusahaan pembiayaan terkait pencantuman klausula baku

Page 79: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

70

di dalam perjanjian pembiayaan agar tidak terjadi hal yang akan merugikan

konsumen di kemudian hari.

4. Untuk masyarakat yang menggunakan jasa perusahaan pembiayaan maupun yang

ingin mendapatkan jasa dari perusahaan pembiayaan agar lebih teliti di dalam

membaca isi dari perjanjian, agar konsumen dapat terhindar dari hal-hal yang

merugikan di kemudian hari. Konsumen juga harus berani menuntut hak-hak

yang seharusnya mereka dapatkan

Page 80: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

71

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Anshori, Abdul Ghofur, Hukum Perjanjian Islam di Indonesia (konsep, regulasi, dan

implementasinya), Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010.

Arifin, Zainal, Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Badrulzaman, Mariam Darus, dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: Citra

Aditya Bakti, 2001.

Badrulzaman, Mariam Darus, dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: Citra

Aditya Bakti, 2001.

Budiono, Herlien, Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian di Indonesia,

Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006.

Fuady, Munir, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Bandung: PT

Citra Aditya Bakti, 2003.

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: Rajawali Pers, 2008.

Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT Gramedia, 1989.

Miru, Ahmad, Hukum Kontrak dan Perancangan kontrak, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2007.

Moleong, Lexi J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2002.

Muljadi, Kartini dan Gunawarman Widjaja, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian,

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.

Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-IV, Jakarta: PT Gramedia

Pusaka Utama, 2008.

Simatupang, Richard Burthon, Aspek Hukum dalam Bisnis, Jakarta: Rineka Cipta,

2003.

Sjahdeini, Sutan remy, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang

bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Jakarta:

Pustaka Utama Grafiti,2009.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan

Singkat), Jakarta: Rajawali Pers, 2001

Page 81: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

72

Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.

Soesilo, Y.R. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: Salemba empat, 2000.

Syaifuddin, Muhammad, Hukum Kontrak Memahami Kontrak dalamPerspektif

Filsafat, Teori, Dogmatik dan Praktik Hukum (Seri Pengayaan Hukum

Perikatan), Bandung: Mandar Maju, 2012.

Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa, 1998.

Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

Wirdjono, Prodjodikiro, Asas-Asas Hukum Perjanjian, Cetakan VII, Bandung: Sumur

Bandung, 1997.

Peraturan Perundang-undangan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.01/2006 tentang Perusahaan

Pembiayaan.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perlindungan

Konsumen Sektor Jasa Keuangan

Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan.

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomr 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Jurnal

Lawadi Aldo Agustinus, Achmad Busro, Ery Agus Priyono, “Tinjauan Yuridis

terhadap Perjanjian Pembiayaan Kendaraan Bermotor Roda Empat pada

Lembaga Pembiayaan PT BCA Finance”, Jurnal Hukum Diponegoro, Vol 5,

No 23, tahun 2016.

Web

Finance, Adira, “Sekilas Perusahaan”, Artikel diakses pada tanggal 26 Januari 2018

dari https://adira.co.id/sekilas-adira-Finance/.

Finance, Adira, “Visi, Misi, Filosfi dan Nilai”, Artikel diakses pada tanggal 26

Januari 2018 dari https://adira.co.id/visi-misi-filosofi-dan-nilai/.

Saputra, Yuddy, “Dua Macam Resiko Pembiayaan”, Artikel diakses pada tanggal 6

April 2018 https://yuddysaputra.blogspot.co.id/2011/08/.

Page 82: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

73

LAMPIRAN

Page 83: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

74

Page 84: PENERAPAN ASAS KESEIMBANGAN DALAM PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42241/1/TIARA... · Konsumen Sektor Jasa Keuangan. ... terdapat 4 (empat) pasal

75