proposal tiara

53
1 PROPOSAL PENELITIAN HUBUNGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN RIWAYAT HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK JUNI - DESEMBER 2010 OLEH : MUTIARA AINI MALAU 080100025

Upload: mutiara-aini

Post on 26-Jul-2015

187 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Tiara

1

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN

RIWAYAT HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK JUNI -

DESEMBER 2010

OLEH :

MUTIARA AINI MALAU

080100025

Page 2: Proposal Tiara

2

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Penelitian dengan Judul :

Hubungan Penyakit Jantung Koroner Dengan Riwayat Hipertensi di

RSUP H. Adam Malik Pada Tahun 2010

Yang dipersiapkan oleh:

Mutiara Aini Malau

080100025

Proposal Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk

Page 3: Proposal Tiara

3

Dilanjutkan ke Lahan Penelitian.

Medan, 6 Mei 2011

Disetujui,

Dosen Pembimbing

(dr. Isti Ilmiati Fujiati, Msc. CM-FM, MPd. Ked)

Page 4: Proposal Tiara

4

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

proposal karya tulis ilmiah ini.

Proposal karya tulis ilmiah ini diberi judul “Hubungan Penyakit Jantung

Koroner dengan Riwayat Hipertensi di RSUP H. Adam Malik Pada Tahun 2010”

disusun untuk melengkapi dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan tahap sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara, Medan, peneliti berharap semoga proposal karya tulis ilmiah ini bermanfaat

bagi pembaca.

Dalam proposal karya tulis ilmiah ini, peneliti mendapatkan bantuan dari

beberapa pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Isti Ilmiati Fujiati, Msc. CM-FM, MPd. Ked, selaku pembimbing

penelitian dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

2. Penguji Prof. Dr. A. Afif Siregar, SP.A(K), SP. JP dan dr. M. Fahdy, SP.OG

3. Dosen dan staf/karyawan Fakultas Kedokteran USU yang telah banyak

membantu peneliti dalam menyelesaian studi.

4. Bagian petugas Poliklinik Kardiologi RSUP H. Adam Malik

5. Ibunda, ayahanda tercinta dan seluruh keluarga, yang telah susah payah untuk

memberikan dukungan baik moril maupun materil sehingga peneliti dapat

menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini.

6. Kepada Muhammad yunus helmy Nasution dan sahabat-sahabat saya yaitu

dani, cempaka, puteri, elvi, dila, arif, maya, endah, sofi, astrit serta teman

teman lainnya yang telah memberi dukungan dan banyak motivasi serta

meluangkan waktu untuk berdiskusi tentang proposal karya ilmiah ini.

Peneliti masih menyadari bahwa proposal karya tulis ilmiah ini masih

banyak kekurangan baik dari segi isi maupun bahasanya. Untuk itu peneliti

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi menyempurnakan

proposal karya tulis Ilmiah ini di masa yang akan datang.

Page 5: Proposal Tiara

5

Akhirnya peneliti mengharapkan semoga proposal karya tulis ilmiah ini

dapat membawa manfaat terutama bagi peneliti sendiri dan para pembaca

sekalian.

Medan, Mei 2011

Peneliti

MUTIARA AINI MALAU

NIM : 080100025

DAFTAR ISI

Halaman

Page 6: Proposal Tiara

6

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. i

KATA PENGANTAR .............................................................................. ii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iv

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ..........................................................................

1

1.2. Rumusan Masalah .....................................................................

3

1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................

3

1.4. Manfaat Penelitian .....................................................................

3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 5

2.1. Epidemiologi Penyakit Jantung Koroner .................................. 6

2.2. Pengertian Pnyakit Jantung Koroner ......................................... 6

2.3. Faktor risiko Penyakit Jantung Koroner ................................... 7

2.4. Arteriosklerosis dan Kematian Otot Jantung ............................ 13

2.5. Gejala Penyakit Jantung ........................................................... 14

2.5.1. Asimptomatik ................................................................... 15

2.5.2. Angina Pectoris ................................................................. 15

2.5.3. Angina Pectoris Stabil ...................................................... 16

2.5.4. Angina Pectoris tak Stabil ................................................ 16

2.5.5. Infark Miokard Akut ......................................................... 16

2.5.6. Gangguan Irama Jantung .................................................. 17

2.6. Hipertensi ................................................................................. 17

2.6.1. Etiologi dan Patofiologi .................................................... 18

2.6.3. Sistem Renin Angiotensin ................................................. 19

2.6.3. Sistem Saraf Otonom ......................................................... 20

Page 7: Proposal Tiara

7

2.6.4. Disfungsi Endotel ............................................................... 20

2.6.5. Zat Vasoaktif ..................................................................... 20

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 21

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ..................................................... 21

3.2. Variabel dan Definisi Operasional ............................................ 21

3.3. Hipotesa ..................................................................................... 22

BAB 4 METODE PENELITIAN .............................................................. 23

4.1. Rancangan Penelitian ................................................................. 23

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 23

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................. 23

4.3.1. Populasi .............................................................................. 23

4.3.2. Besar Sampel ...................................................................... 23

4.3.3. Teknik pengambilan Sampel .............................................. 24

4.3.4. Kriteria Inklusi .................................................................... 24

4.4. Teknik Pengunpulan Data .......................................................... 24

4.5. Pengolahan dan Analisa Data ..................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 26

Page 8: Proposal Tiara

8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini Hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa hal,

antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien

hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi

tekanan darahnya belum mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan

komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas. (Yogiantoro,

2007)

Data epidemilogis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya

populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar

juga akan bertambah, dimana baik hipertensi sitolik maupun kombinasi hipertensi

sistolik dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia

diatas 65 tahun. Selain itu, laju pengendalian tekanan darah yang dahulu terus

meningkat, dalam dekade terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi (pola kurva

mendatar), dan pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34% dari seluruh

pasien hipertensi. (yogiantoro, 2007)

Dalam perjalanannya, hipertensi dapat mengakibatkan gangguan pada

jantung, otak, ginjal, dan mata melalui dua mekanisme yang berhubungan yaitu

efek dari peningkatan tekanan arteri (pada struktur dan fungsi jantung dan arteri)

dan efek dalam percepatan perkembangan aterosklerosis. Dalam kurun 20 tahun

terakhir, angka kematian karena serangan jantung dan stroke yang disebabkan

oleh hipertensi mengalami penurunan. Akan tetapi, dua efek hipertensi lainnya

yaitu gagal jantung dan penyakit ginjal kronis justru meningkat. Menurut

Pickering (2008) dalam Anggraini (2010).

Di dunia, hampir 1 miliar orang atau 1 dari 4 orang dewasa menderita

hipertensi. hipertensi merupakan penyakit kronis serius yang bisa merusak organ

tubuh. Setiap tahun hipertensi menjadi penyebab 1 dari setiap 7 kematian (7 juta

Page 9: Proposal Tiara

9

per tahun) disamping menyebabkan kerusakan jantung, otak dan ginjal. Di negara

berkembang Penyakit yang menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

yang ada di Indonesia maupun di beberapa berkembang lainnya ada di dunia.

Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara

berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan

menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka

penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini. (Zamhir, 2006)

Dari 33 Propisnsi di indonesia terdapat 8 propinsi yang kasus penderita

hipertensi melebihi rata - rata nasional yaitu : Sulawesi Selatan (27%), Sumatera

Barat (27%), Jawa Barat (26%), Jawa Timur (25%), Sumatera Utara 24%,

Sumatera Selatan (24%), Riau (23%), dan Kalimantan timur (22%). sedangkan

dalam perbandingan kota di Indonesia kasus hipertensi cenderung tinggi pada

daerah urban seperti : Jabodetabek, Medan, Bandung, Surabaya, dan Makassar

yang mencapai 30 – 34%. (Zamhir, 2006).

Berdasarkan profil kesehatan Sumatera Utara Tahun 2000 penyakit

jantung koroner menempati urutan ketiga dari penyakit tidak menular yaitu

hipertensi, Diabetes Mellitus, dan penyakit jantung koroner dari pola penyakit

penderita rawat inap dirumah sakit dengan jumlah penderita sebanyak 354 orang

yang berumur > dari 60 Tahun dengan proporsi 2,66%. Jumlah kematian

penderita penyakit jantung koroner sebanyak 37 orang dengan CFR (Case Fatality

Rate) 12,17 %. (Yanti, 2004)

Berdasarkan Data dari rekam medik RSUP H. Adam Malik Medan, di

Poliklinik Kardiovaskular, selama juni sampai Desember 2010 tercatat pasien

yang datang dan didiagnosa hipertensi sebanyak 1652 orang. Sedangkan di RSUP

H.Adam Malik sendiri, belum ada data tentang hubungan penyakit jantung

koroner dengan riwayat hipertensi pada pasien di Poliklinik Kardiovaskular RSUP

H. Adam Malik Medan selama Juni sampai Desember 2010.

Bertitik tolak dari uraian diatas, penulis ingin mengetahui hubungan

penyakit jantung koroner dengan riwayat hipertensi di RSUP H. Adam Malik Juni

sampai Desember 2010.

Page 10: Proposal Tiara

10

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Uraian dalam latar belakang masalah diats, memberikan dasar

bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan peneliatian berikut “Bagaimanakah

pengaruh hubungan penyakit jantung koroner dengan riwayat penyakit

hipertensi?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara kejadian penyakit jantung koroner

dengan riwayat hipertensi tahun 2010 di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam

Malik Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui karakteristik penderita penyakit jantung koroner dengan

riwayat hipertensi

2. Untuk mengetahui jumlah penderita penyakit hipertensi

3. Untuk mengetahui jumlah penderita penyakit jantung koroner

4. Untuk mengetahui hubungan penyakit jantung koroner dengan riwayat

hipertensi

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi petugas

kesehatan khususnya di RSUP H. Adam Malik, masyarakat, dan ilmu

pengetahuan.

a. Program Pelayanan Kesehatan

Memberikan informasi tentang karakteristik hipertensi dan penyakit

jantung koroner

b. Memberikan informasi pada masyarakat mengenai faktor risiko hipertensi

yang berpengaruh terhadap kejadian PJK, sehingga masyarakat dapat

mengetahui dan melakukan pencegahan.

Page 11: Proposal Tiara

11

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan ilmu

kesehatan khususnya ilmu epidemiologi dan sebagai bahan informasi

untuk penelitian selanjutnya.

d. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan pembaca KTI ini dan peneliti

sendiri tentang penyakit jantung koroner dengan riwayat hipertensi

Page 12: Proposal Tiara

12

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Epidemiologi Penyakit Jantung Koroner (PJK)

PJK tidak hanya menyerang laki-laki saja, wanita juga berisiko terkena

PJK meskipun kasusnya tidak sebesar pada laki-laki. Pada orang yang berumur 65

tahun ke atas, ditemukan 20 % PJK pada laki-laki dan 12 % pada wanita. Pada

tahun 2002, WHO memperkirakan bahwa sekitar 17 juta orang meninggal tiap

akibat penyakit kardiovaskuler, terutama PJK (7,2 juta) dan stroke (5,5 juta).

(WHO, 2002)

Secara umum angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah

(PJPD) di Indonesia belum diteliti secara akurat. Di Amerika Serikat pada tahun

1996 dilaporkan kematian akibat PJPD mencapai 959.277 penderita, yakni 41,4 %

dari seluruh kematian. Setiap hari 2600 penduduk meninggal akibat penyakit ini.

Meskipun berbagai pertolongan mutakhir telah diupayakan, namun setiap 33 detik

tetap saja seorang warga Amerika meninggal akibat penyakit ini. Dari jumlah

tersebut 476.124 kematian disebabkan oleh Penyakit Jantung Koroner. Huon,

keith D, john M, lain A (2002) dalam ( Supriyono, 2008)

Tabel 2.1. Penyebab Utama Kematian di Amerika Serikat, Tahun 1996.No Jenis Penyakit Kejadian Jumlah Kematian

1 Penyakit Jantung Koroner 476.124

2 Penyakit jantung dan

pembuluh darah lain

483.103

3 Carsinoma 539.533

4 Kecelakaan 94.948

5 AIDS 31.130

1. Jumlah 1.624.838

Kenyataan lain menunjukkan bahwa, di Inggris penyakit kardiovaskuler

membunuh satu dari dua penduduk dalam populasi, dan menyebabkan hampir

Page 13: Proposal Tiara

13

sebesar 250.000 kematian pada tahun 1998. Satu dari empat laki-laki dan satu dari

lima perempuan meninggal setiap tahun karena PJK, yang merepresentasikan

sekitar setengah kematian akibat penyakit kardiovaskuler. Merupakan konsep

yang salah bahwa PJK jarang terjadi pada perempuan, faktanya tidak banyak

perbedaan antara perempuan dibandingkan laki-laki dalam insiden penyakit ini

dihitung berdasarkan harapan hidup yang lebih panjang. Massie and Amidon

(2003) dalam Supriyono (2008)

2.2. Pengertian

Menurut WHO (1997), penyakit jantung koroner (coronary heart diseases)

merupakan ketidaksanggupan jantung akut maupun kronik yang timbul karena

kekurangan suplai darah pada miokardium sehubungan dengan proses penyakit

pada system nadi koroner.

Menurut American Heart Assosiation (AHA 1980), penyakit jantung

koroner merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah arteri koroner

dimana terdapat penebalan dalam dinding dalam pembuluh darah disertai adanya

plak yang mengganggu aliran darah ke otot jantung yang akibatnya dapat

mengganggu fungsi jantung.

Penyakit jantung koroner (PJK) bervariasi tergantung pada derajat aliran

dalam arteri koroner. Bila aliran koroner masih mencukupi kebutuhan jaringan tak

akan timbul keluhan atau manifestasi klinik, dalam keadaan normal, dimana

areteri koroner tidak mengalami penyempitan atau spasme, peningkatan

kebutuhan jaringan otot miokard dipenuhi oleh peningkatan aliran darah, sebab

aliran darah koroner dapat ditingkatkan sampai 5 kali dibandingkan saat istirahat,

yaitu dengan cara meningkatkan frekuensi denyut jantung dan isi sekuncup seperti

pada saat melakukan aktifitas fisik, bekerja atau olah raga. Mekanisme pengaturan

aliran koroner mengusahakan agar pasok maupun kebutuhan jaringan terpenuhi,

sehingga setiap jaringan mampu melakukan fungsi secara optimal. (Rilantono,

1996)

Penyakit jantung koroner dapat memberikan manifestasi klinis yang

berbeda-beda. Untuk menentukan manifestasi klinisnya perlu melakukan

pemeriksaan yang seksama. Dengan memperhatikan klinis penderita, riwayat

Page 14: Proposal Tiara

14

perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik, elektrokardiografi saat istirahat, foto dada,

pemeriksaan enzim jantung dapat membedakan subset klinis PJK.

1. Asimptomatik (Silent Myocardial Ischemia)

2. Angina Pektoris

a. Angina Pectoris Stabil

b. Angina Pectoris tidak Stabil

c. Variant Angina (Prinzmetal Angina)

3. Infark Miokard Akut

4. Dekompensasi kordis

5. Aritmia Jantung

6. Mati mendadak (suddent death)

7. Syncope. (Joewono, 2003)

2.3 Faktor Risiko PJK

Faktor-faktor risiko mayor-independen PJK terdiri dari. Kebiasaan,

merokok, hipertensi, tingginya kadar kolesterol total dan kolesterol-LDL serum,

rendahnya kadar kolesterol- HDL serum, diabetes-melitus dan umur tua. Berbagai

penelitian tersebut menunjukkan bahwa factor-faktor itu bersifat aditif. Jadi

jumlah risiko total seseorang ditemukan oleh factor risiko keseluruhan (global)

yang dipunyainya.

Faktor risiko kondisional berhubungan dengan peningkatan risiko PJK,

walaupun kontribusinya tehadap risiko PJK belum jeas dibuktikan. Factor risiko

pencetus adalah factor-faktor yang jelas memperburuk pengaruh factor risiko

mayor-independen. Dua diantaranya, yaitu obesitas sentral dan aktifitas fisik yang

rendah. (Santoso, dkk, 2009)

2.3.1 Hiperkolesterolemia.

Hiperkolesteromia merupakan factor risiko untuk CAD. Hubungan erat

antara hiperkolesterolemia dan atherosclerosis sudah diketahui dengan baik.

Penelitian terhadap binatang yang diberikan makan kolesterol menunjukkan

bahwa vasodilatasi endothelium-dependent berkurang baik pada pembuluh darah

sedang maupun pembuluh darah resisten setelah histology yang terjadi terbukti

sebagai lesi atherosclerosis. Mirip dengan relaksasi vascular endhotelial-

Page 15: Proposal Tiara

15

dependent yang akan menurun pada pasien hiperkolesterolemia, baik ada maupun

tidak adanya factor risiko koroner yang lain. Disfungsi endotel (menurunnya efek

vascular NO) akan mempercepat onset atherosclerosis koroner yang terjadi lebih

dini sebagai factor predisposisi terjadinya vasospasme pada arteri koroner.

(Sargowo, 2003)

a. Kolesterol Total.

Kadar kolesterol total yang sebaiknya adalah ( 200 mg/dl) bila > 200 mg/dl

berarti resiko untuk terjadinya PJK meningkat.

Tabel 2.2. kadar kolesterol total Kadar kolesterol total

Normal Agak tinggi Tinggi

<200 mg /dl 2-239 mg / dl >240 mg / dl

b. LDL Kolesterol.

LDL (Low Density Lipoprotein) kontrol merupakan jenis kolesterol yang

bersifat buruk atau merugikan (bad cholesterol): karena kadar LDL yang

meninggi akan rnenyebabkan penebalan dinding pembuluh darah. Kadar LDL

kolesterol lebih tepat sebagai penunjuk untuk mengetahui resiko PJK dari pada

kolesterol total.

Tabel 2.3. Kadar LDL kolesterolKadar LDL kolesterol

Normal Agak tinggi Tinggi

< 130 mg /dl 130 - 159 mg / dl > 160 mg / dl

c. HDL Koleserol :

HDL (High Density Lipoprotein) kolesterol merupakan jenis kolesterol

yang bersifat baik atau menguntungkan (good cholesterol) : karena mengangkut

kolesterol dari pembuluh darah kembali ke hati untuk di buang sehingga

mencegah penebalan dinding pembuluh darah atau mencegah terjadinya proses

arterosklerosis.

Tabel 2.4. Kadar HDL kolesterol

Page 16: Proposal Tiara

16

Kadar HDL kolesterol

Normal Agak tinggi Tinggi

< 45 mg /dl 35 - 45 mg / dl > 35 mg / dl

Jadi makin rendah kadar HDL kolesterol, makin besar kemungkinan

terjadinya PJK. Kadar HDL kolesterol dapat dinaikkan dengan mengurangi berat

badan, menambah exercise dan berhenti merokok.

d. Rasio Kolesterol Total : HDL Kolesterol

Rasio kolesterol total: HDL kolesterol sebaiknya (4.5 pada laki-laki dan

4.0 pada perempuan). makin tinggi rasio kolesterol total : HDL kolesterol makin

meningkat resiko PJK.

e. Kadar Trigliserida.

Trigliserid didalam yang terdiri dari 3 jenis lemak yaitu Lemak jenuh,

Lemak tidak tunggal dan Lemak jenuh ganda. Kadar triglisarid yang tinggi

merupakan faktor resiko untuk terjadinya PJK.

Tabel 2.5. Kadar trigliseridKadar trigliserid

Normal Agak tinggi

(sedang)

Tinggi Sangat sedang

< 150 mg/dl 150-250 mg/dl 250 – 500 mg/dl >500 mg/dl

Kadar trigliserid perlu diperiksa pada keadaan sbb : Bila kadar kolesterol

total > 200 mg/dl, PJK, ada keluarga yang menderita PJK < 55 tahun, ada riwayat

keluarga dengan kadar trigliserid yang tinggi, ada penyakit DM & pankreas.

(Djohan, 2004)

2.3.2 Merokok

Di Amerika Serikat,merokok berhubungan erat bagi sekitar 325.000

kematian premature atau dini setiap tahunnya. Setiap jumlah kematian tersebut

terdapat kematian akibat pjk dan lebih dari satu kematian pjk itu karena merokok,

merokok sigaret tinggi nikotin menyebabkan peningkatan frekuensi denyut

Page 17: Proposal Tiara

17

jantung istirahat serta meningkatkan tekanan darah sistolik dan diastolic sehingga

meningkatkan kebutuhan kebutuhan oksigen myokardium.

Penelitian Framingham mendapatkan kematian mendadak akibat pjk pada

laki-laki perokok 10 kali lebih besar dari pada bukan perokok pada perempuan

perokok 4,5 kali lebih besar dari pada bukan perokok

Apabila berhenti merokok penurunan risiko pjk akan berkurang 50% pada

akhir tahun pertama setelah berhenti merokok dan kembali seperti yang tidak

merokok setelah berhenti merokok 10 tahun.(Yanti, 2009)

2.3.3. Obesitas

Terdapat saling keterkaitan antara obesitas dengan risiko peningkatan PJK,

hipertensi, angina, stroke, diabetes dan merupakan beban penting pada kesehatan

jantung dan pembuluh darah. Data dari Framingham menunjukkan bahwa apabila

setiap individu mempunyai berat badan optimal, akan terjadi penurunan insiden

PJK sebanyak 25 % dan stroke/cerebro vascular accident (CVA) sebanyak 3,5 %.

Penurunan berat badan diharapkan dapat menurunkan tekanan darah,

memperbaiki sensitivitas insulin, pembakaran glukosa dan menurunkan

dislipidemia. Hal tersebut ditempuh dengan cara mengurangi asupan kalori dan

menambah aktifitas fisik. Disamping pemberian daftar komposisi makanan ,

pasien juga diharapkan untuk berkonsultasi dengan pakar gizi secara teratur.

Tabel 2.6. Klasifikasi berat lebih dan obesitas pada orang dewasa berdasarkan IMT Menurut WHO

No Klasifikasi IMT (kg/m2)

1 < 18.5 BB kurang

2 18.5-24.9 BB Normal

3 >25 BB lebih

4 25,0-29,9 Pra-obes

5 30.0 – 34.9 Obesitas I

6 35.0 – 39.9 Obesitas II

7 > 40 Obesitas III

Sumber :WHO, 2000

2.3.4. Hipertensi Sistemik

Page 18: Proposal Tiara

18

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kalalembang dan Alfrienti dengan

judul“Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit jantung koroner

di RSUKanujoso Djatiwibowo Balikpapan” menyimpulkan bahwa 4 (empat)

faktor risiko yangmempunyai pengaruh bermakna (p < 0,05) adalah tekanan darah

(hipertensi), umur,riwayat PJK pada orang tua dan olah raga.

Tabel 2.7. Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa (18 tahun keatas)Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal < 120 <80

Prahipertensi 120-139 80-89

Hipertensi derajat 1 140-159 90-99

Hipertensi derajat 2 >160 >100

Sember: JNC VII, 2003

2.3.5. Umur

Telah dibuktikan adanya hubungan antara umur dan kematian akibat PJK.

Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan

meningkat dengan bertambahnya umur. Kadar kolesterol pada laki-laki dan

perempuan mulai meningkat umur 20 tahun. Pada laki-laki kolesterol meningkat

sampai umur 50 tahun. Pada perempuan sebelum menopause ( 45-0 tahun ) lebih

rendah dari pada laki-laki dengan umur yang sama. Setelah menopause kadar

kolesterol perempuan meningkat menjadi lebih tinggi dari pada laki-laki.

2.3.6. Jenis kelamin.

Di Amerika Serikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1

dari 5 laki-laki dan 1 dari 17 perempuan . Ini berarti bahwa laki-laki mempunyai

resiko PJK 2-3 X lebih besar dari perempuan.

2.3.7. Geografis.

Resiko PJK pada orang Jepang masih tetap merupakan salah satu yang

paling rendah di dunia. Akan tetapi ternyata resiko PJK yang meningkat padta

orang jepang yang melakukan imigrasi ke Hawai dan Califfornia . Hal ini

menunjukkan faktor lingkungan lebih besar pengaruhnya dari pada genetik.

Page 19: Proposal Tiara

19

2.3.8. Ras

Perbedaan resiko PJK antara ras didapatkan sangat menyolok, walaupun

bercampur baur dengan faktor geografis, sosial dan ekonomi . Di Amerika serikat

perbedaan ras perbedaan antara ras caucasia dengan non caucasia ( tidak termasuk

Negro) didapatkan resiko PJK pada non caucasia kira-kira separuhnya.

2.3.9. Diet.

Didapatkan hubungan antara kolesterol darah dengan jumlah lemak di

dalam susunan makanan sehari-hari ( diet ). Makanan orang Amerika rata-rata

mengandung lemak dan kolesterol yang tinggi sehingga kadar kolesterol cendrung

tinggi. Sedangkan orang Jepang umumnya berupa nasi dan sayur-sayuran dan

ikan sehingga orang jepang rata-rata kadar kolesterol rendah dan didapatkan

resiko PJK yang lebih rendah dari pada Amerika.

Beberapa peetunjuk diet untuk menurunkan kolesterol :

1. Makanan harus mengandung rendah lemak terutama kadar lemak jenuh

tinggi.

2. Mengganti susunan makanan dengan yang mengandung lemak tak jenuh.

3. Makanan harus mengandung rendah kolesterol.

4. Memilih makanan yang tinggi karbohidrat atau banyak tepung dan

Berserat

5. Makanan mengandung sedikit kalori bila berat badan akan diturunkan

padta obesitas dan memperbanyak exercise.

2.3.10. Diabetes.

Intoleransi terhadap glukosa sejak dulu telah diketahui sebagai

predisposisi penyakit pembuluh darah. Penelitian menunjukkan laki-laki yang

menderita DM resiko PJK 50 % lebih tinggi daripada orang normal, sedangkan

pada perempuaan resikonya menjadi 2x lipat.

2.3.11. Exercise.

Exercise dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki

kolaterol koroner sehingga resiko PJK dapat dikurangi. Exercise bermanfaat

karena :

1. Memperbaiki fungsi paru dan pemberian oksigen ke miokard

Page 20: Proposal Tiara

20

2. Menurunkan BB sehingga lemak tubuh yang berlebihan berkurang

bersama-sama dengan menurunkan LDL kolesterol.

3. Membantu menurunkan tekanan darah

4. Meningkatkan kesegaran jasmani.

2.3.12. Perilaku dan Kebiasaan lainnya.

Dua macam perilaku seseorang telah dijelaskan sejak tahun 1950 yaitu :

Tipe A dan Tipe B. Tipe A umumnya berupaya kuat untuk berhasil, gemar

berkompetisi, agresif, ambisi, ingin cepat dapat menyelesaikan pekerjaan dan

tidak sabar.Sedangkan tipe B lebih santai dan tidak terikat waktu . Resiko PJK

pada tipe A lebih besar daripada tipe B.

2.3.13. Perubahan Keadaan Sosial Dan stress.

Perubahan angka kematian yang menyolok terjadi di Inggris dan Wallas .

Korban serangan jantung terutama terjadi pada pusat kesibukan yang banyak

mendapat stress. (Djohan, 2004)

Penelitian Supargo dkk ( 1981-1985 ) di FKUI menunjukkan orang yang stress 1

1/2 X lebih besar mendapatkan resiko PJK stress disamping dapat menaikkan tekanan

darah juga dapat meningkatkan kadar kolesterol darah.

2.4. Arteriosklerosis dan Kematian Otot Jantung.

Arteriosklerosis berasal dari bahasa yunani, yaitu athero berarti sejenis

bubur atau pasta dan sclerosis berarti pengerasan, hal itu digambarkan sebagai

penumpukan bahan lemak, dan kolesterol dengan konsistensi lunak dan/atau

kalsium yang mengeras sepanjang dinding arteri. Bentukan ini disebut plak

aterosklerosis. Plak ini menyumbat sebagian atau seluruh lumen arteri. (Santoso,

dkk, 2009)

Pembuluh koroner terdiri dari 3 lapisan, yaitu tunika intima (lapisan

dalam), tunika media (lapisan tengah), dan tunika adventisia (lapisan luar), tunika

intima terdiri dari 2 bagian, lapisan tipis sel-sel endotel merupakan lapisan yang

memberikan permukaan licin antara darah dan dinding arteri serta lapisan

subendhotelium, sel-sel endhotel ini memproduksikan zat-zat seperti

prostaglandin, heparin dan activator plasminogen yang membantu mencegah

agregasi trombosit dan vasokonstriksi. Selain itu endotel juga mempunyai daya

Page 21: Proposal Tiara

21

regenerasi cepat untuk memelihara daya anti trombogenik arteri. Jaringan ikat

menunjang lapisan endotel dan memisahkannya dengan lapisan yang lain.

Tunika media merupakan lapisan otot di bagian tengah dinding arteri yang

mempunyai 3 bagian: bagian sebelah dalam disebut membrane elastic internal,

kemudian jaringan fibrus otot polos dan sebelah luar membrane jaringan elastic

eksterna. Lapisan tebal otot polos dan jaringan kolagen, memisahkan jaringan

membrane elastic eksterna. Dan yang terakhir ini memisahkan tunika media

dengan adventisia. Tunika adventisia umumnya mengandung jaringan ikat dan

dikelilingi oleh vasa vasorum yaitu jaringan arteriol. (Rilantono, 1996)

Timbul berbagai pendapat yang saling berlawanan sehubungan dengan

patogenesis aterosklerosis pembuluh darah koroner. Namun perubahan patologis

yang terjadi pada pembuluh yang mengalami kerusakan dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Dalam tunika intima timbul endapan lemak dalam jumlah kecil yang

tampak

bagaikan garis lemak.

2. Penimbunan lemak terutama beta-lipoprotein yang mengandung banyak

kolesterol pada tunika intima dan tunika media bagian dalam.

3. Lesi yang diliputi oleh jaringan fibrosa menimbulkan plak fibrosa.

4. Timbul ateroma atau kompleks plak aterosklerotik yang terdiri dari lemak,

jaringan fibrosa, kolagen, kalsium, debris seluler dan kapiler.

5. Perubahan degeneratif dinding arteria.

Sklerosis pada arteri koroner atau pembuluh darah jantung secara khas akan

menimbulkan tiga hal penting yang sangat ditakuti oleh siapapun, yaitu

serangan jantung, angina pectoris, serta gangguan irama jantung. Anis

(2006) dalam Supriyono (2009 )

2.5. Gejala Penyakit Jantung

Manifestasi iskemia miokard, biasanya akibat penyampitan atau

penyumbatan arteri koroner paling sering adalah

1. Asimptomatik (silent Myocardial Ischemia)

2. Angina Pektoris

Page 22: Proposal Tiara

22

Angina Pectoris tidak Stabil

Variant Angina (Prinzmetal Angina)

3. Infark Miokard Akut

4. Dekompensasi kordis

5. Aritmia Jantung

2.5.1. Asimptomatik (silent Myocardial Ischemia)

Kadang penderita penyakit jantung koroner diketahui secara kebetulan

misalnya saat dilakukan check up kesehatan. Kelompok penderita ini tidak pernah

mengeluh adanya nyeri dada (angina) baik pada saat istirahat maupun saat

aktifitas. Secara kebetulan penderita menunjukkan adanya iskemia saat dilakukan

uji beban latihan. Ketika EKG menunjukkan depresi segmen ST, penderita tidak

mengeluh adanya nyeri dada. Pemeriksaan fisik, foto dada dan lain-lain dalam

batas-batas normal. Mekanisme silent iskemia diduga oleh karena: ambang nyeri

yang meningkat, neuropati otonomik (pada penderita diabetes), meningkatnya

produksi endomorfin, derajat stenosis yang ringan. (Joewono, 2003)

2.5.2. Angina Pectoris.

Adanya Angina Pectoris dapat dikenal secara:

1. Kwalitas nyeri dada yang khas yaitu perasaan dada tertekan, merasa

terbakar atau susah bernafas.

2. Lokasi nyeri yaitu restrosternal yang menjalar keleher, rahang atau

mastoid dan turun ke lengan kiri.

3. Faktor pencetus seperti sedang emosi, bekerja, sesudah makan atau dalam

udara dingin.

2.5.3. Angina Pectoris Stabil

Kebutuhan metabolik otot jantung dan energi tak dapat dipenuhi karena

terdapat stenosis menetap arteri koroner yang disebabkan oleh proses

aterosklerosis. Keluhan nyeri dada timbul bila melakukan suatu pekerjaan. sesuai

dengan berat ringannya pencetus dibagi atas beberapa tingkatan :

1. Selalu timbul sesudah latihan berat.

2. Timbul sesudah latihan sedang ( jalan cepat 1/2 km)

3. Timbul waktu latihan ringan (jalan 100 m)

Page 23: Proposal Tiara

23

4. Angina timbul jika gerak badan ringan (jalan biasa)

Diagnosa

1. Pemeriksaan EKG

2. Uji latihan fisik (Exercise stress testing dengan atau tanpa pemeriksaan

radionuclide)

3. Angiografi koroner. (Djohan, 2004)

2.5.4.Angina Pectoris Tak Stabil

Yang dimaksud kedalam angina tak stabil yaitu: 1. Pasien dengan

anginayang masih baru dalam 2 bulan, dimana angina cukup berat dan frekuensi

cukup sering, lebih dari 3 kali per hari. 2. Pasien dengan angina yang makin

bertambah berat, sebelumnya angina stabil, lalu serangan angina timbul lebih

sering, dan lebih berat sakit dadanya, sedangkan factor presipitasi makin ringan. 3.

Pasien dengan serangan angina pada waktu istirahat.

Beratnya angina:

1. Kelas I: angina yang berat untuk pertama kali, atau makin bertambah

beratnya nyeri dada.

2. Kelas II:Angina pada waktu istirahat dan terjadinya subakut dalam 1bulan,

tapi tak ada seran gan angina dalam waktu 48 jam terakhir.

3. Kelas III: adanya serangan angina waktu istirahat dan erjadinya secara

akut baik sekali atau lebih, dalam waktu 48 jam terakhir. (Sudoyo,

Setiyohadi, Alwi, Simadibrata K, Setiati, 2006)

2.5.5. Infark miokard akut (IMA)

Kebanyakan pasien dengan infark miokard akut mencari pengobatan

karena rasa sakit didada. Namun demikian ,gambaran klinis bisa bervariasi dari

pasien yang datang untuk melakukan pemeriksaan rutin, sampai pada pasien yang

merasa nyeri di substernal yang hebat dan secara cepat berkembang menjadi syok

dan eadem pulmonal, dan ada pula pasien yang baru saja tampak sehat lalu tiba-

tiba meninggal.

Serangan infark miokard biasanya akut, dengan rasa sakit seperti

angina,tetapi tidak seperti angina yang biasa, maka disini terdapat rasa penekanan

yang luar biasa pada dada atau perasaan akan datangnya kematian. Bila pasien

Page 24: Proposal Tiara

24

sebelumnya pernah mendapat serangan angina ,maka ia tabu bahwa sesuatu yang

berbeda dari serangan angina sebelumnya sedang berlangsung. Juga, kebalikan

dengan angina yang biasa, infark miokard akut terjadi sewaktu pasien dalam

keadaan istirahat ,sering pada jam-jam awal dipagi hari. Nitrogliserin tidaklah

mengurangkan rasa sakitnya yang bisa kemudian menghilang berkurang dan bisa

pula bertahan berjam-jam malahan berhari-hari. Nausea dan vomitus merupakan

penyerta rasa sakit tsb dan bisa hebat, terlebih-lebih apabila diberikan martin

untuk rasa sakitnya.

Rasa sakitnya adalah diffus dan bersifat mencekam, mencekik,

mencengkeram atau membor. Paling nyata didaerah subternal, dari mana ia

menyebar kedua lengan, kerongkongan atau dagu, atau abdomen sebelah atas

(sehingga ia mirip dengan kolik cholelithiasis, cholesistitis akut ulkus peptikum

akut atau pancreatitis akut). (Djohan, 2004)

2.5.6. Gangguan irama Jantung.

Gangguan irama jantung dapat menimbulkan kematian secara mendadak.

Gejalanya berupa hilangnya kesadaran dengan cepat, yang sering kali didahului

nyeri dada. Disamping itu secara umum penderita biasanya tampak cemas,

gelisah, pucat dan berkeringat dingin. Denyut nadi umumnya cepat (takhikardi),

irama tidak teratur, tetapi dapat pula denyut nadi lambat (bradikardia). Hipertensi

maupun hipotensi dapat terjadi pada penderita ini. Meskipun kadang-kadang

kurang jelas pada pemeriksaan fisik pada jantung, tetapi pemeriksaan

menggunakan EKG (elektrokardiografi) akan sangat membantu memberi

informasi. Huon H, dkk, (2002) dalam Supriyono, 2008),

2.6. Hipertensi

Faktor usia dan hipertensi keduanya dapat mengakibatkan stroke dan

penyakit jantung iskemik, hal ini bisa mengakibatkan kematian. (Kaplan, 2006).

Menurut penelitian Framingham Heart Study dalam Kaplan dan Flynn,

penyakit hipertensi berkembang menjadi 90%, pada umur 75 atau 85 tahun setelah

dilakukan follow up selama 20 tahun, pada orang yang menderita normotensiv

pada umur 55 atau 65.

Page 25: Proposal Tiara

25

Hipertensi adalah peninggian tekanan darah diatas normal. Ini termasuk

golongan penyakit yang terjadi akibat suatu mekanisme kompensasi

kardiovaskuler untuk mempertahankan metabolisme tubuh agar berfungsi normal,

Mekanisme tersebut terjadi melalui sistem neurohumoral dan kardiovaskular.

Rilantono, Baraas, Karo, Roebiono, (1996)

Meningkatnya tekanan darah dapat mengakibatkan penyakit jantung

koroner. Menurut Joint National Committe on Detection Evaluation and

Treatment of High Blood Pressure JNC VII tahun 2003, hipertensi dapat

diklasifikasikan berdasarkan tekanan darah penderita, batasan hipertensi sebagai

berikut:

Tabel 2.9. Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa (18 tahun keatas)Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal < 120 <80

Prahipertensi 120-139 80-89

Hipertensi derajat 1 140-159 90-99

Hipertensi derajat 2 >160 >100

Sumber: JNC VII, 2003

2.6.1. Etiologi dan Patofisiologi

Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi atas hipertensi primer/ esensial

dan hipertensi skunder. Dikatakan hipertensi primer bila penyebab timbulnya

hipertensi tidak diketahui, dan hipertensi jenis ini dijumpai pada 95 % kasus

hipertensi. Hal ini dibuktikan pada beberapa penelitian menurut Kaplan (2006)

dalam Anggraini (2008). Dimana hipertensi esensial menjadi penyebab pada 89 -

95 % penderita hipertensi. Mengenai patofisiologi hipertensi masih banyak

terdapat ketidakpastian. Beberapa mekanisme fisiologis terlibat dalam

mempertahankan tekanan darah yang normal, dan gangguan pada mekanisme ini

dapat menyebabkan terjadinya hipertensi esensial. Mungkin banyak faktor yang

saling berkaitan ikut berperan dalam terjadinya peningkatan tekanan darah, dan

faktor-faktor ini dapat berbeda pada masing-masing pasien.

Page 26: Proposal Tiara

26

Pada kebanyakan bentuk hipertensi, tinggiya tekanan darah dihubungkan

dengan penurunan relaksasi endothelium-dependent. Defek tersebut

memperlihatkan kejadian munculnya tekanan darah tinggi dan selalu lebih

berakibat daripada penyebab hipertensi sendiri. Pokok persoalan dalam hipertensi,

disfungsi endotel pada hipertesi dapat mendukung peningkatan tahanan pembulh

perifer (khususnya jika hal itu terjadi dalam tahanan arteri) dan komplikasi-

komplikasi penyakit pembulih darah (jika terjadi dalam arteri yang berukuran

besar dan medium). (Sargowo, 2003)

Penelitian Framingham menunjukkan LVH akan meninggikan PJK 4 – 5 kalipada penderita usia lanjut.

Sumber: Limacher (1992) dalam Supriyono, (2008)

2.6.2. Sistem Renin-Angiotensin

Angiotensin II berperan baiksebagai hormon sirkulasi maupun sebagai

hormon lokal jaringan dan juga sebagai neuromodulator pada central nervous

system. Penelitian ini, dengan menggunakan teknik molekul dan biokimia,

menunjukkan bahwa ACE jaringan lokal memiliki mekanisme regulasi yang

Kematian mendadak

Page 27: Proposal Tiara

27

berbeda-beda pada pembuluh darah, jantung, otak, dan ginjal, serta bahwa ACE

jaringan lokal merupakan dasar yang paling penting bagi dinding pembuluh darah

koroner. Penelitian biokimia menunjukkan bahwa 90 sampai 99% dari ACE pada

tubuh ditemukan dalam jaringan,dengan 10% atau kurang ditemukan didalam

sirkulasi. Vanhoutte (1989) dalam sargowo (2003)

2.6.3. Sistem Saraf Otonom

Stimulasi sistem saraf otonom dapat menyebabkan konstriksi arteriol dan

dilatasi arteriol. Jadi sistem saraf otonom mempunyai peranan yang penting dalam

mempertahankan tekanan darah yang normal. Ia juga mempunya peranan penting

dalam memediasi perubahan yang berlangsung singkat pada tekanan darah

sebagai jawaban terhadap stres dan kerja fisik.

2.6.4. Disfungsi Endotel

Sel endotel mampu memproduksi zat vasoaktif yang kuat, termasuk

molekul vasodilator oksida nitrogen dan peptida vasokonstriktor endotelin.

Diduga disfungsi endotelium berperan pada hipertensi esensial.

2.6.4. Zat Vasoaktif

Banyak sistem vasoaktif lain yang mekanismenya mempengaruhi

transportasi garam dan tonus vaskular yang terlibat dalam mempertahankan

tekanan darah yang normal. Bradikinin adalah vasodilator kuat yang dapat

diinaktivasi oleh ACE. Endotelin yang merupakan vasokonstriktor endotelial

vaskular kuat, yang dapat meningkatkan tekanan darah yang sensitif garam serta

mengaktivasi sistem renin- angiotensin lokal. Peptida atrium natriuretik (atrial

natriuretik peptide/ ANP) yang merupakan hormon yang diproduksi atrium

jantung bila terdapat peningkatan volume darah dengan efek meningkatkan

ekskresi garam dan air dari ginjal, bila ada gangguan pada sistem ini dapat

mengakibatkan retensi cairan dan hipertensi. Lumbantobing (2008) dalam

Anggraini (2010)

Page 28: Proposal Tiara

28

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1. kerangka konsep penelitian

3.2. Variabel dan Definisi Operasional

Yang menjadi variable indpenden dalam penelitian ini adalah: riwayat

penyakit hipertensi, dan variable dependen adalah: penyakit jantung koroner.

Tabel 3.1.Definisi operasional dan skala pengukuranVariabel Definisi

OperasionalAlat Ukur Cara ukur Hasil

UkurSkala

Hipertensi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah arteri, sistol ≥ 140 mmHg dan diastol ≥ 90 mmHg. (JNC VII).

Alat ukur dengan menggunakan rekam medik

Cara ukur dengan menggunakan rekam medik

HT(+)HT(-)

Nominal

PJK

Penyakit jantung koroner (coronary heart diseases) adalah penyakit

Alat ukur dengan menggunakan rekam medik

Cara ukur dengan menggunakan rekam medik

PJK (+)PJK (-)

Nominal

Riwayat hipertensi Penyakit jantung koroner

Page 29: Proposal Tiara

29

jantung yang diagnosa berdasarkan rekam medic

3.3. Hipotesa

Hipotesa untuk penelitian ini adalah ada hubungan antara kejadian

penyakit jantung koroner dengan riwayat hipertensi.

Page 30: Proposal Tiara

30

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan penelitian case-control

study yaitu penelitian dimulai dengan mengidentifikasi pasien dengan efek yang

disebut kasus dan kelompok tanpa efek disebut sebagai kontrol, kemudian secara

retrospektif diteliti faktor risiko yang dapat menerangkan mengapa kasus terkena

efek, sedang kontrol tidak, pengumpulan data atau variabel yang akan diteliti

berupa variabel dependen dan independen dinilai melalui rekam medis.

(yang direvisi berwarna merah)

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.

Tempat ini dipilih karena merupakan rumah sakit pendidikan dan rujukan di

Medan serta mudah dijangkau. Penelitian dilakukan pada bulan juni sampai 8

agustus 2011.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini berasal dari data sekunder yaitu pasien yang

menderita penyakit jantung koroner dengan riwayat hipertensi pada bulan juni

sampai desember 2010 di RSUP H. Adam Malik Medan. Berdasarkan data dari

Bagian Rekam Medis RSUP H. Adam Malik pada tahun 2010, pasien berjumlah

1652 orang.

4.3.2. Besar Sampel

Besar sampel sebanyak 108 orang yang dihitung dengan menggunakan rumus

besar sampel untuk populasi lebih kecil dari 10.000 (Notoatmodjo, 2002), yaitu:

n= N

1+N (d2 )

Keterangan

N = Besar populasi

Page 31: Proposal Tiara

31

n = Besar sampel

d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan, yaitu 10%

x= 1652

1+1652 ( 0.12 )

n = 108 orang

4.3.3. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan teknik probability

sampling/ random sample dengan jenis simple random sampling. Pada metode ini,

dihitung terlebih dahulu jumlah subjek dalam populasi yang akan dipilih

sampelnya (sebanyak 1652 orang pada penelitian ini). Tiap subjek dalam populasi

diberi nomor, dan dipilih sebagian dari mereka sebanyak sampel yang diperlukan

berdasarkan perhitungan rumus (dalam penelitian ini 108 orang) secara acak

dengan bantuan tabel angka random. Jenis pengambilan sampel ini dipilih karena

tiap subjek dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih atau

tidak terpilih sebagai sampel penelitian sehingga sampel yang dipilih diharapkan

dapat mewakili populasi atau dapat digeneralisasikan ke populasi, dan dengan

simple random sampling, pengacakan pemilihan sampel lebih mudah

diaplikasikan karena menggunakan bantuan tabel angka random.

4.3.4. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi penelitian ini adalah semua rekam medis pasien penyakit

jantung koroner dengan riwayat hipertensi selama bulan juni sampai

desember 2010 di RSUP H. Adam Malik Medan.

(yang direvisi berwarna merah)

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini hanya data sekunder yaitu rekam

medis pasien penyakit jantung koroner pada bulan juni sampai desember 2010 di

RSUP H. Adam Malik. Data ini diperoleh dari bagian Rekam Medis RSUP H.

Adam Malik Medan. Kemudian data yang ingin diteliti yaitu pasien yang

mempunyai riwayat hipertensi

Page 32: Proposal Tiara

32

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Data diolah dengan menggunakan program komputer SPSS for windows

17 yang disajikan dalam bentuk tabel dengan perhitungan distribusi frekuensi dan

dianalisa dengan uji chi-square untuk melihat hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

Page 33: Proposal Tiara

33

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, D., 2010. Hubungan Kejadian Hipertrofi Ventrikel kiri dengan Riwayat

Hipertensi Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif pada Tahun 2009 di RSUP H.

Adam Malik Medan. Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Medan

Djohan, T. B. A., 2004. Penyakit Jantung Koroner Dan Hypertensi. Universitas Sumatera

Utara. Medan.

Fajar, Ibnu et al., 2009. Statistika untuk Praktisi Kesehatan. Graha Ilmu,

Yogyakarta.

JNC, 1992. The Fifth Report of the Joint National Commite on Detection, Evaluation

and treatment high blood pressure, JNC-V, National Commite of Health.

Joewono, Soesetyo Boedi., 2003. Ilmu Penyakit Jantung. Airlangga University

Press, Surabaya.

Kaplan, N. M., Flynn, J.T., 2006. Clinical Hypertension. Ninth Edition. USA:

Lippincott Williams & Wilkins, USA.

Notoatmojo, S., 2003. Metedologi Penelitian Kesehatan. Penebit Rineka, Jakarta.

Rilantono, LI., Baraas, F., Santoso, K.K., Roebiono,P.S., 1996. Buku Ajar

KardiologiI. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Santoso, Anwar et al., 2009. Lipid dan Penyakit Jantung Koroner. Centra

Communications, Jakarta.

Sastroasmoro, S.,Ismael, S., 2010. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Ed.

3. Sagung Seto, Jakarta.

Sudoyo, A. W et al., 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, Jakarta.

Page 34: Proposal Tiara

34

Supriyono, M., 2008. Faktor-faktor yang Berpengaryh Terhadap Kejadian Penyakit

Jantung Koroner Pada Kelompok Usia ≤ 45 Tahun. Tesis, Universitas

Diponegoro, Semarang.

Wahyuni, A. S., 2007. Statistika Kedokteran (disertai aplikasi dengan SPSS).

Bamboedoe Communication. Jakarta.

World Health Organization, 2002. WHO World Health Organization Report 2000, WHO, Genewa.

---------------------------------, 2003. WHO World Health Organization Report 2000, WHO, Genewa.

Yanti, S. D., 2009. Karakteristik Penderita penyakit Jantung Koroner Rawat Inap Di

RSU Dr.Piringadi Medan Tahun 2003 – 2006. Skripsi, Universitas Sumatera

Utara, Medan.

Yogiantoro, Mohammad, 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Hipertensi Esensial. Edisi Revisi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Zamhir, S, 2004. Prevalensi Dan Determinan Hipertensi Di Indonesia, Jurnal

Kesehatan Masyarakat Nasional, Jakarta.