pembuatan dan pemurnian bioetanol dari buah pepaya ... · pdf fileetanol adalah senyawa...
TRANSCRIPT
1
Pembuatan Dan Pemurnian Bioetanol Dari Buah Pepaya Menggunakan
Proses Fermentasi Dan Destilasi
Jefri Sagala (4113210014), Ita Purnama Dewi (4113210012), M. Dermawan Susanto
(4111610003), Tifany Puspita (4113210027)
Program Studi Kimia, Jurusan Kimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Medan,
Jl. Willem Iskandar, Pasar. V, P.O. Box 1589, Medan Estate, Medan 20221, Sumatera Utara
Abstrak
Bioetanol adalah etanol yang berasal dari sumber hayati. Bioetanol bersumber dari
gula sederhana, pati dan selulosa. Pada mini riset ini membahas pembuatan
bioetanol dengan bahan baku buah pepaya, yang merupakan potensi pada daerah
kaki gunung Seuluwah, Aceh. Pada pembuatan bioetanol ini melalui dua tahapan
proses yaitu proses fermentasi dengan mengubah glukosa menjadi etanol dengan
bantuan bakteri Saccharomyces cereviceae yang terkandung pada yeast dan proses
destilasi. Sehingga hasil akhirnya didapat biooetanol dengan kemurnian 85 - 90
%.
Kata kunci : Bioetanol, buah pepaya, fermentasi, destilasi
Abstract
Bioethanol is ethanol derived from biological resources. Bioethanol derived from
simple sugars, starch and cellulose. In this research discusses mini bioethanol
manufacturing with raw materials papaya, which is the potential at the foot of the
mountain Seuluwah district, Aceh. In the manufacture of bioethanol is a two-stage
fermentation process that is to change the glucose into ethanol with the aid of
bacteria contained in cereviceae Saccharomyces yeast and distillation process. As
a result finally obtained biooetanol with purity 85-90%.
Keywords : Bioethanol, Papaya Fruit, Fermentation, Distillation
2
I. PENDAHULUAN
Bioetanol adalah etanol yang berasal
dari sumber hayati. Bioetanol bersumber
dari gula sederhana, pati dan selulosa.
Setelah melalui proses fermentasi
dihasilkan etanol. Etanol adalah senyawa
organik yang terdiri dari karbon, hydrogen
dan oksigen, sehingga dapat dilihat sebagai
turunan senyawa hidrokarbon yang
mempunyai gugus hidroksil dengan rumus
C2H5OH. Etanol merupakan zat cair, tidak
berwarna, berbau spesifik, mudah terbakar
dan menguap, dapat bercampur dalam air
dengan segala perbandingan. Bahan baku
untuk memproduksi bioetanol berasal dari
bahan yang mengandung glukosa, berpati,
dan bahan yang berselulosa (Wiratmaja
dkk, 2011). Diantara banyak sumber bahan
baku yang mengandung sumber amilum,
pepaya adalah salah satunya.
Pepaya (Carica papaya L.)
merupakan salah satu komoditas buah
yang hampir semua bagiannya dapat
dimanfaatkan. Krishna et al. (2008)
mengemukakan bahwa bagian tanaman
buah pepaya seperti akar, dam, buah dan
biji mengandung fitokimia: polisakarida,
vitamin, mineral, enzim, protein, alkaloid,
glikosida, saponin dan flavonoid yang
semuanya dapat digunakan sebagai nutrisi
dan obat.
3
Tanaman ini termasuk familia
Caricaceae. Tumbuhan ini banyak tumbuh
di dataran rendah hingga 1.000 meter di
atas permukaan laut, terutama di daerah
yang subur.
Tumbuhan ini dapat
dikembangbiakkan melalui biji yang
disemaikan (15-25 cm) lalu dipindahkan
ke pekarangan.
Mengandung enzim papain,
alkaloid karpaina, psudo karpaina,
glikosid, karposid, saponin, beta karotene,
pectin, d-galaktosa, l-arabinosa, papain,
papayotimin papain, vitokinose, glucoside
cacirin, karpain, papain, kemokapain,
lisosim, lipase, glutamin, siklotransferase.
Nama lainnya : gedang (Sunda); kates
(Jawa); peute, betik, ralempaya, punti kayu
(Sumatera); pisang malaka, bandas,
manjan (Kalimantan); kalujawa, padu
(Nusa Tenggara); kapalay, kaliki, unti
jawa (Sulawesi); papaw tree; papaya;
papayer; melonenbaum; fan mu gua.
Proses ini bertujuan untuk
menghasilkan bioetanol dengan bahan
baku buah pepaya. Buah pepaya dipilih
sebagai bahan baku pembuatan etanol
dikarenakan merupakan sumber hayati
yang memiliki kandungan pati yang dapat
dikonversikan menjadi bioetanol.
Memanfaatkan bahan baku buah papaya
tentunya dapat meningkatkan effisiensi
dan proses produksi dari pembuatan
Bioetanol serta mengoptimalkan
pemanfaatan buah papaya. Pembuatan
bioetanol dengan bahan dasar dan buah
pepaya ini melalui dua tahapan proses
yaitu proses fermentasi dan destilasi.
Proses fermentasi mengubah glukosa
menjadi etanol dengan bantuan bakteri
Saccharomyces cereviceae yang
terkandung pada yeast. Selanjutnya
dilakukan pemurnian etanol dari air hasil
fermentasinya menggunakan prinsip
destilasi, dengan tujuan untuk mengetahui
bioetanol yang dihasilkan dan berapa
4
kadar yang dapat dimurnikan dalam proses
destilasi.
Alat destilasi yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan alat destilasi
sederhana yang dirangkai menggunakan
peralatan yang mudah didapatkan. Oleh
sebab itu, selain membuat bioetanol,
penelitian ini juga bertujuan untuk
mengetahui efektivitas dari alat destilasi
sederhana yang telah dirangkai.
Proses destilasi merupakan proses
pemurnian untuk meningkatkan kadar
etanol yang dihasilkan pada proses
fermentasi. Destilasi atau penyulingan
adalah suatu metode pemisahan bahan
kimia berdasarkan perbedaan kecepatan
atau kemudahan menguap (volatilitas)
bahan. Dalam penyulingan, campuran zat
dididihkan sehingga menguap, dan uap ini
kemudian didinginkan kembali ke dalam
bentuk cairan. Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap lebih
dulu. Penerapan proses ini didasarkan pada
teori bahwa pada suatu larutan, masing-
masing komponen akan menguap pada
titik didihnya (wikipedia).
Buah pepaya yang sudah tidak layak
jual bisa dimanfaatkan untuk bahan baku
bioetanol. Buah-buahan yang mengandung
kadar gula tinggi merupakan bahan yang
potensial untuk bahan baku bioetanol.
Buah yang dipakai bukan buah yang masih
bagus dan segar, tetapi buah-buah yang
sudah tidak layak jual atau hampir busuk
Buah yang tidak layak jual cukup banyak.
Perkiraan saya ada sekitar 5-10% buah
yang tidak layak jual. Jadi jumlahnya
cukup melimpah ruah, apalagi di puncak
musim panen.
Kadar gula buah pepaya belum
dianalisis di laboratorium, jadi blum tahu
berapa kadar yang tepat. Buah pepaya
yang sudah masak rasanya manis sekali.
Perkiraan saya bisa sampai 10% kadar
gulanya. Kadar yang cukup tinggi untuk
dibuat etanol. Hitung-hitungan teoritis di
atas kertas. Andaikan seluruh gula di
dalam pepaya bisa diubah menjadi etanol,
maka etanol yang bisa diproduksi sekitar
5.1%. Satu ton buah afkir, teoritisnya, bisa
menghasilkan 51 Kg etanol absolute.
Realitasnya efisiensinya tidak pernah
100%. Mungkin hanya 85-90% yang bisa
diambil. Demikian juga kadar etanolnya
mungkin 60%, 80%, atau 95%. Meskipun
begitu volumenya cukup besar, bisa
sampai 48 liter dan nilainya bisa Rp
576.000 per ton buah afkir.
5
II. METODE PEMBUATAN
BIOETANOL
PERALATAN
Peralatan yang dibutuhkan sangatlah
sederhana dan mudah diperoleh di sekitar
kebun. Alat-alat utama yang dipakai antara
lain.
1. Mesin parut untuk menghancurkan
buah. Kalau mesin parut susah
didapat, bisa juga pakai manual
dengan cara ditumbuk.
2. Drum atau bak untuk menampung
bahan baku.
3. Drum atau bak fermentasi
4. Timbangan kecil. Bisa pakai
timbangan kue.
5. Etanol meter. Kalau alat ini perlu
dibeli di kota. Biasanya ada di toko-
toko yang menjual alat-alat
laboratorium.
6. Distilator. Alat ini harus dipesan ke
produsennya. Sesuaikan kapasitas
distilator dengan kapasitas produksi
etanolnya.
7. Peralatan pendukung lainnya,
seperti: ember, gayung, parang, dan
lain-lain.
BAHAN-BAHAN
Bahan - bahan yang dibutuhkan untuk
produksi bioetanol dari limbah buah-
buahan antara lain seperti disebutksn di
bawah ini.
1. Limbah buah, jelas ini adalah bahan
baku utamanya.
2. Ragi roti. Bisa pakai ragi roti yang
banyak dijual di toko yang menjual
bahan baku kue/roti.
3. Urea dan NPK (15-15-15), untuk
nutrisi tambahan ragi.
RESEP BAHAN
Idealnya sebelum difermentasi sari buah
perlu ditest terlebih dahulu kandungan
gulanya. Tetapi kalau sudah terbiasa, bisa
dikira-kira. Resep dasarnya adalah sebagai
berikut :
Ragi = 0.5% x kadar gula x volume sari
buah
Urea = 0.5% x kadar gula x volume sari
buah
NPK = 0.2% x kadar gula x volume sari
buah
Sebagai contoh kadar gula sari buah
adalah 10%, maka untuk setiap 1 drum
volume 200 liter penambahan bahan-
bahannya adalah :
100 gr Ragi
100 gr Urea
40 gr NPK
6
LOKASI PRODUKSI
Disekitar perkebunan pepaya di kaki
gunung Seulawah Aceh
CARA PEMBUATAN
Cara pembuatan bioetanol dari limbah
buah pepaya yaitu :
1. Buah dihancurkan terlebih dahulu
dengan menngunakan parutan atau
ditumbuk.
Gambar 1 : Menghancurkan buah pepaya
dengan cara ditumbuk
2. Masukkan Urea & NPK ke dalam
drum dan dicampur hingga merata.
Gambar 2 : Jus buah pepaya yang siap
difermentasi
3. Encerkan yeast dengan air hangat-
hangat kuku, diaduk sampai muncul
buihnya.
4. Masukkan ragi ke dalam sari buah
dan diaduk sampai tercampir merata.
5. Campuran ragi roti dan NPK harus
diaduk sampai tercampur merata.
6. Sari buah difermentasi minimal
selama 72 jam atau 3 hari, sampai
tidak muncul buihnya lagi.
Sari buah yang sedang difermentasi,
khamir tampak aktif memfermentasi
sari buah.
7. Sari buah diperas dan diambil airnya.
7
Gambar 3 : Pemerasan
8. Air perasan ini kemudian didestilasi
untuk mendapatkan etanol.
Gambar 4 : Proses destilasi etanol
III. PEMBAHASAN DAN HASIL
PRODUKSI
FERMENTASI
Fermentasi mempunyai pengertian aplikasi
metabolisme mikroba untuk mengubah
bahan baku menjadi produk yang bernilai
tinggi, seperti asam – asam organik,
protein sel tunggal, antibiotika, dan
biopolymer. Fermentasi merupakan proses
yang relative murah yang pada
hakekatnya telah lama dilakukan oleh
nenek moyang kita secara tradisional
dengan produk – produknya yang sudah
biasa dikonsumsi manusia sampai
sekarang, seperti tape, tempe, oncom, dan
lain – lain. ( Nurhayani, 2000 ).
Proses fermentasi pepaya termasuk
jenis fermentasi dengan substrat padat
biasanya disebut Solid State Fermentation
( SSF ). SSF adalah pertumbuhan bakteri
pada partikel padat yang mana rongga
antar partikel mengandung fase gas dan
sedikit mengandung air. Meskipun tetesan
air mungkin kelihatan antar partikel, dan
mungkin cuma lapisan tipis pada
permukaan partikel. Kebanyakan dari
proses SSF adalah golongan jamur,
meskipun beberapa golongan bakteri dan
beberapa golongan ragi. SSF biasanya
menggunakan inokulum traditional, dan
proses SSF merupakan fermentasi aerob.
Substrat dari SSF menggunakan produk
atau by produk dari perkebunan, pertanian,
hutan atau makanan. Dalam industri
fermentasi diperlukan substrat yang
murah, mudah tersedia, dan efisien
penggunaannya. Usaha selalu dilakukan
untuk menemukan substrat baru yang lebih
murah dan lebih baik, tetapi kadang –
8
kadang timbul masalah baru dalam hal
cara penyimpanan, kemudahan untuk
disterilisasi atau komposisi yang berbeda.
(Fardiaz, 1988)
Beberapa faktor yang mempengaruhi
pemilihan substrat untuk fermentasi adalah
: Tersedia dan mudah di dapat, dimana
substrat untuk fermentasi harus ada
sepanjang tahun. Substrat yang baik untuk
industri adalah yang relative stabil dan
dapat disimpan selama beberapa bulan,
Substrat yang digunakan harus dapat di
fermentasi. Penggunaan hidrokarbon
murah sebagai substrat telah dirintis sejak
tahun 1960. Berdasarkan faktor yang
mempengaruhi pemilihan substrat untuk
fermentasi limbah pepaya termasuk
substrat yang baik karena limbah buah
pepaya berlimpah di Indonesia dan
kurang dalam pemanfaatannya.
Kandungan gula pada pepaya yang
cukup tinggi sehingga cocok digunakan
menjadi substrat dalam proses fermentasi.
Pada proses metabolisme mikroba
media harus sesuai dengan yang
dibutuhkan oleh mikroba dan suplay
energi untuk mikroba harus tetap di jaga.
Salah satu jalan untuk menghitung
persamaan stoikiometri dari bentuk
pertumbuhan atau produk , untuk
fermentasi aerob :
Persamaan ini seharusnya
ditunjukkan pada jumlah yang banyak,
yang mana sangat penting untuk untuk
menentukan media yang ekonomis,
persamaan ini juga bisa digunakan untuk
menghitung banyaknya jumlah nutrisi
yang diperlukan untuk memproduksi
jumlah yang spesifik dari biomass,
menghitung konsentrasi substrat yang
dibutuhkan untuk memproduksi produk
yang diinginkan.
Sumber energi yang digunakan dalam
proses fermentasi :
• Sumber Karbon
Sumber karbon seperti karbohidrat,
lipid dan protein. Beberapa
mikroorganisme dapat juga menggunakan
hidrokarbon atau metanol sebagai karbon
dan sumber energi. Dimana pada
pembuatan bioetanol ini kami
menggunakan pepaya sebagai sumber gula
yang dapat diubah menjadi sumber energi
• Sumber Nitrogen
Industri menggunakan sumber
nitrogen inorganik dan organik untuk
memenuhi kebutuhan mikroorganisme.
Menurut hunter Inorganic nitrogen
9
biasanya disuplay dari gas ammonia,
garam ammonium atau nitrat. Tujuan
pemakaian Ammonia biasanya digunakan
untuk control pH dan sumber nitrogen
untuk memproduksi serum albumin yang
menggunakan saccharomyces cerevisae.
Kalau Garam ammonium seperi
ammonium sulfat akan membuat kondisi
asam dan sebagai sumber nitrogen dan
ammonium nitrat akan mengarah kearah
asam dan digunakan sebagai sumber
nitrogen. ( Stanbury,1984 ) Pada
penelitian ini menggunakan Urea
(NH2)2CO dan NPK
Pengaruh Oksigen
Mikroba dapat dibedakan atas tiga
group berdasarkan kebutuhannya akan
oksigen, yaitu mikroba yang bersifat
aerobik, anaerobic dan anaerobik
fakultatif. ( Fardiaz,1987)
Tahapan – tahapan pertumbuhan mikroba
yang utama ada 4 yaitu :
1. Lag Phase ( Fase Adaptasi ), dimana
pada saat ini posisi pertumbuhan
lambat dan cenderung mikroba
beradaptasi menyesuaikan
lingkungan yang baru.
2. Exponential / Logarithmic Phase
(Fase Pertumbuhan).
3. Stationary Phase ( Fase stationer /
Fase dimana kematian seimbang
dengan Pertumbuhan ).
4. Death Phase ( Fase Kematian )
Kematian lebih besar daripada
pertumbuhan. (Dwidjoseputro, 1984)
Ragi adalah suatu inokulum atau
starter untuk melakukan fermentasi dalam
pembuatan produk tertentu. Ragi ini dibuat
dari tepung beras, yang dijadikan adonan
ditambah ramuan-ramuan tertentu dan
dicetak dengan diameter ± 2 – 3 cm,
digunakan untuk membuat arak, tape
ketan, tape ketela (peuyeum), dan brem di
Indonesia. Secara tradisional bahan-bahan
seperti laos, bawang putih, tebu kuning
atau gula pasir, ubi kayu, jeruk nipis
dicampur dengan tepung beras, lalu
ditambah sedikit air sampai terbentuk
adonan. Adonan ini kemudian didiamkan
dalam suhu kamar selama 3 hari dalam
keadaan terbuka, sehingga ditumbuhi
khamir dan kapang secara alami. Setelah
itu adonan yang telah ditumbuhi mikroba
diperas untuk mengurangi airnya, dan
dibuat bulatan-bulatan lalu dikeringkan.
(Nurhayani, 2000 ).
Berdasarkan beberapa penelitian
yang terdahulu bahwa pada ragi tape yang
di jual di pasar traditional.
Terdapat 2 macam isolat mikroba,
yaitu isolat kapang dari dan khamir. Sesuai
kandungan yang terdapat pada ragi, maka
proses fermentasi dibagi menjadi dua
10
tahap yaitu perubahan pati menjadi gula
sederhana oleh kerja kapang dan
perubahan gula menjadi alkohol oleh kerja
khamir. (Suliantri, 1975)
Proses fermentasi dengan teknologi
yang sesuai dapat menghasilkan produk
protein. Protein mikroba sebagai sumber
pangan untuk manusia mulai
dikembangkan pada awal tahun 1900.
Protein mikroba ini kemudian dikenal
dengan sebutan Single Cell Protein (SCP)
atau Protein Sel Tunggal. Menurut
Tannembaum (1971), Protein Sel Tunggal
adalah istilah yang digunakan untuk
protein kasar atau murni yang berasal dari
mikroorganisme, seperti bakteri, khamir,
kapang, ganggang dan protozoa.
Sebenarnya ada dua istilah yang
digunakan untuk produk mikroba ini, yaitu
PST (Protein Sel Tunggal) dan Microbial
Biomass Product (MBP) atau Produk
Biomassa Mikrobial (PBM). Bila mikroba
yang digunakan tetap berada dan
bercampur dengan masa substratnya maka
seluruhnya dinamakan PBM. Bila
mikrobanya dipisahkan dari substratnya
maka hasil panennya merupakan PST.
(Nurhayani, 2000 ).
Fermentasi dapat dilakukan dengan
metode kultur permukaan dan kultur
terendam sub merged. Kultur permukaan
yang menggunakan substrat padat atau
semi padat banyak digunakan untuk
memproduksi berbagai jenis asam organik
dan enzim. Fermentasi padat dengan
substrat pepaya dilakukan untuk
meningkatkan kandungan protein dan
mengurangi masalah limbah pertanian.
Dalam proses fermentasi
memerlukan inokulum dan Starter. Pada
proses fermentasi pepaya memerlukan
starter yaitu ragi. (Nurhayani, 2000 ).
Produk yang dihasilkan dari proses
fermentasi ini adalah bioethanol. Satu ton
buah pepaya yang tidak layak dikonsumsi
bisa menghasilkan 51 kg ethanol absolute.
Tetapi realitasnya efisiensinya tidak
pernah mencapai 100%, mungkin sekitar
85 – 90% yang bisa diambil. Dan juga
kadar ethanolnya mungkin sekitar 60%,
80%, atau 95%. Limbah bioethanol juga
dapat diolah kembali menjadi Pupuk
Organik Cair (POC).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Bioetanol adalah etanol yang berasal dari
sumber hayati. Bioetanol bersumber dari
gula sederhana, pati dan selulosa. Setelah
melalui proses fermentasi dihasilkan
etanol. Etanol adalah senyawa organik
yang terdiri dari karbon, hydrogen dan
11
oksigen, sehingga dapat dilihat sebagai
turunan senyawa hidrokarbon yang
mempunyai gugus hidroksil dengan rumus
C2H5OH.
Krishna et al. (2008) mengemukakan
bahwa bagian tanaman buah pepaya
seperti akar, dam, buah dan biji
mengandung fitokimia: polisakarida,
vitamin, mineral, enzim, protein, alkaloid,
glikosida, saponin dan flavonoid yang
semuanya dapat digunakan sebagai nutrisi
dan obat.
Proses ini bertujuan untuk
menghasilkan bioetanol dengan bahan
baku buah pepaya. Buah pepaya dipilih
sebagai bahan baku pembuatan etanol
dikarenakan merupakan sumber hayati
yang memiliki kandungan pati yang dapat
dikonversikan menjadi bioetanol.
Memanfaatkan bahan baku buah papaya
tentunya dapat meningkatkan effisiensi
dan proses produksi dari pembuatan
Bioetanol serta mengoptimalkan
pemanfaatan buah papaya. Pembuatan
bioetanol dengan bahan dasar dan buah
pepaya ini melalui dua tahapan proses
yaitu proses fermentasi dan destilasi.
Proses fermentasi mengubah glukosa
menjadi etanol dengan bantuan bakteri
Saccharomyces cereviceae yang
terkandung pada yeast. Selanjutnya
dilakukan pemurnian etanol dari air hasil
fermentasinya menggunakan prinsip
destilasi, dengan tujuan untuk mengetahui
bioetanol yang dihasilkan dan berapa
kadar yang dapat dimurnikan dalam proses
destilasi.
Proses destilasi merupakan proses
pemurnian untuk meningkatkan kadar
etanol yang dihasilkan pada proses
fermentasi. Destilasi atau penyulingan
adalah suatu metode pemisahan bahan
kimia berdasarkan perbedaan kecepatan
atau kemudahan menguap (volatilitas)
bahan.
Produk yang dihasilkan dari proses
fermentasi ini adalah bioethanol. Satu ton
buah pepaya yang tidak layak dikonsumsi
bisa menghasilkan 51 kg ethanol absolute.
Tetapi realitasnya efisiensinya tidak
pernah mencapai 100%, mungkin sekitar
85 – 90% yang bisa diambil. Dan juga
kadar ethanolnya mungkin sekitar 60%,
80%, atau 95%. Limbah bioethanol juga
dapat diolah kembali menjadi Pupuk
Organik Cair (POC).
SARAN
Jangan buang buah-buah yang tidak layak
jual dan sdh mulai membusuk. Buah-buah
tersebut bisa diolah menjadi etanol yang
nilainya lumayan besar
12
V. DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Destilasi
(Diakses pada 17 September 2014).
I Nyoman W. P., I Gusti B. W., dan I
Nyoman, S. W., 2011. Pembuatan
Etanol Generasi Kedua Dengan
Memanfaatkan Limbah Rumput Laut
Eucheuma Cottonii Sebagai Bahan
Baku. Kampus Bukit Jimbaran Bali.
Krishna, K.L., M. Paridhavi, J.A. Patel.
2008. Review on nutritional,
medicinal and pharmacological
properties of papaya (Carica papaya
L.). Nat. prod. Rad. 7(4):364-373.
Olivia, Risalah,R.A., Sudaryanto. 2004.
“Kinetika Hidrolisa Pati Menjadi
Glukosa Dari Kulit Ketela Pohon
Dengan Larutan HCl“. Jurusan
Teknik Kimia, Universitan Katolik
Widya Mandala,Surabaya.
Susanto, Feri., Yusak, Yuniarti., dan
Bulan , Rumondang. 2012.
Pengaruh Penambahan Ragi Roti
Dan Waktu Fermentasi Terhadap
Glukosa Hasil Hidrolisis Selulosa
ampas Tebu (Saccharum
officanarum) Dengan HCl 30%
Dalam Pembuatan Bioetanol. Jurnal
ilmiah. Departemen Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Sumatera Utara.
Yanuar, Willy. 2009. Aktivitas Antioksidan
dan Imunodulator Serealia non
Beras. IPB.