pbl tb lusia dr regina

47
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (ekstra paru). TB ditularkan melalui udara dalam bentuk droplet (percikan dahak) penderita TB dengan Bakteri Tahan Asam positif (BTA (+), sehingga ketika seorang penderita TB batuk atau bersin, droplet yang mengandung kuman TB tersebut dapat terhirup orang lain dan menyebabkan terjadinya infeksi TB. 1 Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk). 1 TB merupakan penyebab kematian kedua setelah HIV/AIDS pada golongan penyakit infeksi. Tahun 2012, 8,6 juta orang telah terinfeksi TB dan 1,3 juta meninggal karena TB. 2 Diperkirakan sebanyak 95% kasus TBC dan 98% kematian akibat TBC terjadi pada negara berkembang, termasuk Indonesia. Indonesia merupakan negara dengan pasien TBC terbanyak ke-5 setelah India, China, Afrika Selatan, dan Nigeria. Sebanyak 5,8% dari jumlah pasien TBC di dunia terdapat di Indonesia. Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50 tahun). 1,3 Diperkirakan, setiap tahun ada 429.730 kasus baru dan 1

Upload: ambc-smfk-uaj

Post on 08-Dec-2015

65 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

haha

TRANSCRIPT

Page 1: PBL TB Lusia Dr Regina

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi kuman

TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (ekstra paru). TB ditularkan melalui udara

dalam bentuk droplet (percikan dahak) penderita TB dengan Bakteri Tahan Asam positif

(BTA (+), sehingga ketika seorang penderita TB batuk atau bersin, droplet yang

mengandung kuman TB tersebut dapat terhirup orang lain dan menyebabkan terjadinya

infeksi TB.1 Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB

adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi

buruk).1

TB merupakan penyebab kematian kedua setelah HIV/AIDS pada golongan

penyakit infeksi. Tahun 2012, 8,6 juta orang telah terinfeksi TB dan 1,3 juta meninggal

karena TB.2 Diperkirakan sebanyak 95% kasus TBC dan 98% kematian akibat TBC

terjadi pada negara berkembang, termasuk Indonesia.

Indonesia merupakan negara dengan pasien TBC terbanyak ke-5 setelah India,

China, Afrika Selatan, dan Nigeria. Sebanyak 5,8% dari jumlah pasien TBC di dunia

terdapat di Indonesia. Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling

produktif secara ekonomis (15-50 tahun).1,3 Diperkirakan, setiap tahun ada 429.730 kasus

baru dan kematian 62.246 orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 102 per 100.000

penduduk.3 Angka Multi Drug Resistant – TB (MDR-TB) diperkitakan sebesar 2% dari

seluruh kasus TB baru dan 20 % dari kasus TB dengan pengobatan ulang. Diperkirakan

terdapat sekitar 6.300 kasus MDR-TB setiap tahunnya.1

Tahun 2012, WHO memperkirakan insidensi TB di Indonesia sekitar 185 per

100.000 penduduk dan prevalensi 297 per 100.000 penduduk. Angka ini tinggi karena

adanya ko-infeksi dengan HIV yang menjadi perhatian tambahan dalam program TB.2

Berdasarkan hasil Riskesdas 2010, prevalensi TB pada DKI Jakarta menempati urutan

ke – 5 tertinggi di indonesia. Tingginya angka kasus TB di masyarakat masih menarik

perhatian pemerintah untuk terus memperhatikan program TB.4

1

Page 2: PBL TB Lusia Dr Regina

Sejalan dengan meningkatnya kasus TB, pada tahun 1990-an WHO (World Health

Organization) dan IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung

Disease) mengembangkan strategi pengendalian TB yang dikenal sebagai strategi DOTS

(Directly Observed Treatment Short-course).1,3 Sejak tahun 2000 strategi DOTS mulai

dilaksanakan di Indonesia dan dilakukan secara nasional terutama di puskesmas yang

diintegrasikan dalam pelayanan kesehatan dasar. Fokus utama DOTS adalah penemuan

dan penyembuhan pasien, terutama pada pasien TB menular sehingga diharapkan dapat

memutus rantai penularan. Strategi ini memiliki lima komponen kunci, yaitu komitmen

politis, dengan peningkatan kesinambungan pendanaan; penemuan kasus melalui

pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya; pengobatan yang standar,

dengan supervisi dan dukungan bagi pasien; sistem pengelolaan dan ketersediaan OAT

yang efektif; dan sistem monitoring pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan

penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program1

Sasaran strategi nasional pengendalian TB adalah mengacu pada rencana strategis

kementerian kesehatan dari tahun 2009 sampai tahun 2014 yaitu menurunkan prevalensi

TB dari 235 per 100.000 penduduk menjadi 224 per 100.000 penduduk. Prevalensi TB di

DKI Jakarta sebesar 1.032 per 100.000 penduduk. Sasaran keluarannya adalah

meningkatkan persentase kasus baru TB paru (BTA positif) yang ditemukan dari 73%

menjadi 90%; meningkatkan persentase keberhasilan pengobatan kasus baru TB paru

(BTA positif) mencapai 88%; meningkatkan persentase provinsi dengan CDR di atas

70% mencapai 50%; dan meningkatkan persentase provinsi dengan keberhasilan

pengobatan di atas 85% dari 80% menjadi 88%.1 Angka CDR di di DKI Jakarta mencapai

85% sedangkan ngka penjaringan suspek di Indonesia pada tahun 2010 sebesar 167 per

100.000 penduduk, sedangkan di DKI Jakarta sebesar 131 per 100.000 penduduk.1 Tahun

2012, insidensi TB di kecamatan Pademangan sebesar 178 per 100.000 penduduk dan

prevalensinya sebesar 267 per 100.000 penduduk.4

Dalam laporan evaluasi ini, kinerja Puskesmas Kelurahan (PKL) Pademangan

Barat I akan dievaluasi mengenai upaya penanggulangan TB berdasarkan program

nasional yang sudah ditetapkan.

2

Page 3: PBL TB Lusia Dr Regina

1.2 Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Mengetahui dan menilai kinerja PKL Pademangan Barat I dalam menjalankan

program penanggulangan TB pada bulan Januari 2013 – Desember 2013.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran pelaksanaan dan pencapaian program penanggulangan

TB di PKL Pademangan Barat I selama bulan Januari 2013 – Desember 2013.

2. Mengetahui kendala dalam pelaksanaan program penanggulangan TB di PKL

Pademangan Barat I selama bulan Januari 2013 – Desember 2013.

3. Mencari dan mengusulkan alternatif solusi untuk masalah yang dihadapi dalam

pelaksanaan program penanggulangan TB di PKL Pademangan Barat I selama

bulan Januari 2013 – Desember 2013

3

Page 4: PBL TB Lusia Dr Regina

1.3. Alur Kinerja Penanggulangan TB

4

Dewasa Anak (≤ 15 tahun)

Memberikan rujukan untuk pemeriksaan BTA dan Röntgen

thorax

Pemeriksaan BTA di laboratorium

Melakukan skoring

Pasien datang dan mendaftarkan diri di loket pendaftaran,

membayar biaya registrasi dan mendapat nomor antrian

Pasien masuk ke Balai Pengobatan Umum

Pasien dengan gejala :demam, batuk lebih dari 2 minggu

atau batuk darah, sesak, berat badan menurun, malaise, berat

badan menurun drastis

SUSPEK PENDERITA TB

PENEGAKAN DIAGNOSIS

Pencatatan di form TB.06

Form TB.0

5

Form TB.04 dicatat oleh petugas lab.

Tes Mantoux di ruang tindakan (hasil dinilai 3 hari setelah tes)

Page 5: PBL TB Lusia Dr Regina

Diagram 1. Alur kinerja penanggulangan TB

5

Hasil pemeriksaan dibawa dan diperlihatkan kepada dokter lalu

dilakukan skoring akhir atau diagnosis

Dewasa :BTA (+) atauBTA (-) Radiologi (+)

Anak : skoring ≥ 6DIAGNOSIS TB

BUKAN TB

Mulai pengobatan TB

Pemberian antibiotik non OAT selama 14 hari

Pindah data ke Form TB.01

Form TB.02 sebagai Kartu PasienSemua yang tertulis di TB.01

direkapitulasi di Form TB.03 dan dilaporkan setiap 3 bulan

Page 6: PBL TB Lusia Dr Regina

BAB II

KERANGKA EVALUASI

2.1. Kerangka Evaluasi

Diagram 2. Kerangka Evaluasi

Keterangan

1. Masukan meliputi :

a. Tenaga

b. Dana

c. Sarana :

Sarana Medis inventaris dan habis dipakai

Sarana Non Medis inventaris dan habis dipakai

d. Metode :

Metode Medis metode penyimpanan dan pelayanan medis

Metode Non Medis metode pengumpulan masa, penyuluhan, pembinaan

peran serta masyarakat, pencatatan dan pelaporan

2. Proses meliputi :

a. Perencanaan

b. Pengorganisasian

c. Pelaksanaan

d. Pencatatan atau pelaporan

e. Pengawasan

6

Page 7: PBL TB Lusia Dr Regina

3. Keluaran meliputi :

a. Penyuluhan tuberkulosis

b. Cakupan pelayanan dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan

c. Cakupan dan mutu pelayanan medis

d. Pembinaan peran serta masyarakat

4. Lingkungan meliputi :

a. Lingkungan Fisik

b. Lingkungan Non Fisik

5. Umpan Balik meliputi :

a. Rapat kerja membahas laporan kegiatan

b. Rapat kerja membahas laporan dari masyarakat atau instansi lain

6. Dampak :

Penurunan angka mortalitas

2.2. Kerangka Pikir

Alur pemikiran dalam evaluasi ini adalah sebagai berikut :

1. Mempelajari Pedoman Penanggulangan TB Nasional dan pedoman dari WHO

mengenai TB. Mencari indikator-indikator yang digunakan secara global.

2. Mencari data-data primer dan sekunder yang diambil dari status pasien Balai

Pengobatan Umum (BPU), form TB01, TB02, TB03, TB04, TB05, TB06, TB09

dan wawancara dengan penanggung jawab Program Penanggulangan TB.

3. Membandingkan data yang didapat dengan indikator yang telah ditetapkan. Jika

terdapat perbedaan maka akan diangkat sebagai masalah.

4. Merumuskan masalah-masalah yang ada dan mengurutkan prioritas masalah

dengan memberikan pembobotan pada tiap masalah lalu mencari akar penyebab

masalah tersebut.

5. Mencari pemecahan masalah yang sesuai, konkrit dan realistis untuk dapat

disarankan dan dilakukan oleh puskesmas.

2.3. Definisi Operasional 1

7

Page 8: PBL TB Lusia Dr Regina

Adapun definisi-definisi yang perlu diketahui untuk menyamakan persepsi dalam

penegakan diagnosis pasien TB adalah sebagai berikut :

- Sembuh

Pasien telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dan pemeriksaan dahak ulang

hasilnya negatif pada akhir pengobatan (AP) dan pada satu pemeriksaan sebelumnya.

- Pengobatan lengkap

Pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tetapi tidak ada hasil

pemeriksaan dahak ulang pada AP dan pada satu pemeriksaan sebelumnya.

- Meninggal

Pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab apapun.

- Putus berobat

Pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya

selesai.

- Gagal

Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan

kelima atau lebih selama pengobatan.

- Pindah

Pasien yang dipindah ke unit pencatatan dan pelaporan lain dan hasil pengobatannya tidak

diketahui.

2.4. Indikator 1Indikator-indikator yang akan digunakan dalam menilai kinerja puskesmas

adalah sebagai berikut

Angka penjaringan suspek

Jumlah suspek yang diperiksa dahaknya di antara jumlah pasien BPU dalam 1

tahun. Angka ini digunakan untuk mengetahui upaya penemuan pasien dalam

suatu wilayah tertentu, dengan memperhatikan kecenderungannya dari waktu ke

waktu (triwulan/tahunan)

Proporsi pasien TB BTA (+) di antara suspek

Persentase pasien BTA (+) yang ditemukan di antara seluruh suspek yang

diperiksa dahaknya. Angka ini menggambarkan mutu proses penemuan, diagnosis

8

jumlah TB BTA (+) x 100% jumlah suspek TB yang diperiksa

jumlah suspek yang diperiksa x 100% jumlah pasien BP

Page 9: PBL TB Lusia Dr Regina

pasien, serta kepekaan menetapkan kriteria suspek. Angka ini berkisar 5 – 15%.

Jika < 5% dapat disebabkan oleh penjaringan suspek terlalu longgar atau ada

masalah dalam pemeriksaan laboratorium (negatif palsu). Bila angka > 15% bisa

disebabkan karena penjaringan terlalu ketat atau hasil pemeriksaan laboratorium

(positif palsu).

Proporsi pasien TB paru BTA (+) di antara semua pasien TB paru tercatat/diobati

Persentase pasien TB paru BTA (+) di antara semua pasien TB paru yang tercatat.

Indikator ini menggambarkan prioritas penemuan pasien TB yang menular. Angka

ini sebaiknya ≥ 65%. Bila angka rendah, dapat disebabkan oleh mutu diagnosis

rendah atau kurang memberikan prioritas penemuan pasien yang menular.

Proporsi pasien TB anak di antara seluruh pasien TB

Persentase pasien TB anak (< 15 tahun) di antara seluruh pasien TB tercatat.

Angka ini berkisar 15%. Jika terlalu besar, kemungkinan terjadi overdiagnosis.

Angka Konversi (Conversion Rate)

Persentase pasien baru TB paru BTA (+) yang mengalami perubahan menjadi

BTA (-) setelah masa pengobatan intensif. Angka ini berguna untuk mengetahui

secara cepat hasil pengobatan dan pengawasan langsung menelan obat. Angka ini

sebaiknya ≥80%.

Angka Kesembuhan (Cure Rate)

Angka yang menunjukkan persentase pasien baru TB paru BTA (+) yang sembuh

setelah selesai masa pengobatan di antara pasien baru TB paru BTA (+) yang

tercatat. Angka ini sebaiknya ≥ 85%.

Angka keberhasilan pengobatan

9

jumlah TB BTA (+) x 100% jumlah semua diagnosis TB

jumlah konversi x 100%jumlah pasien TB paru BTA (+) yang mendapat pengobatan

jumlah pasien TB paru BTA (+) yang sembuh x 100%jumlah pasien TB paru BTA (+) yang diobati

jumlah diagnosis TB anak x 100%jumlah semua diagnosis TB (dewasa + anak)

Jumlah pasien baru TB BTA positif (sembuh+pengobatan lengkap) x100%`````````Jumlah pasien batu TB BTA positif yang diobati

Page 10: PBL TB Lusia Dr Regina

Angka kesembuhan adalah angka yang menunjukkan persentase pasien baru TB

paru BTA positif yang menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun

pengobatan lengkap) diantara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat.

Dengan demikian angka ini merupakan penjumlahan dari angka kesembuhan dan

angka pengobatan lengkap.

10

Page 11: PBL TB Lusia Dr Regina

BAB III

ANALISIS SITUASI

3.1 Data Umum

3.1.1. Data Demografi

Kelurahan Pademangan Barat memiliki luas wilayah 353,35 Ha, yang terdiri dari 16

RW, 213 RT, 25.998 KK. Luas wilayah Jakarta Utara adalah 139,96 km2. Luas wilayah

DKI Jakarta adalah 661,52 km

- Jumlah penduduk Kelurahan Pademangan Barat tahun 2012 adalah 87.042 jiwa,

dengan penduduk di Pademangan Barat I sebanyak 31.520 jiwa. Jumlah penduduk

Kecamatan Pademangan sebesar 162.591 jiwa.. Jumlah penduduk Jakarta Utara

sebesar 1.732.979 jiwa. Jumlah penduduk di DKI Jakarta sebesar 10.096.301 jiwa.

- Kepadatan penduduk Kelurahan Pademangan Barat sebesar 24.977 jiwa/km2.

Angka ini lebih besar dibandingkan dengan kepadatan penduduk di Kecamatan

Pademangan yaitu sebesar 13.642 jiwa/km2. Sedangkan kepadatan penduduk di

Jakarta Utara adalah 11.816 jiwa/km2 dan kepadatan penduduk Jakarta adalah

13.819 jiwa/km2.

- Jumlah pengguna Kartu Jakarta Sehat (KJS) di Kelurahan Pademangan Barat

adalah sebanyak 5713 orang, 6,5% dari seluruh penduduk Kelurahan Pademangan

Barat. Jumlah penduduk miskin di Jakarta Utara adalah 92.600 orang (5,4%).

Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta sebesar 375.700 orang (3,7%) pada

September 2013.

- Daerah kumuh di Kelurahan Pademangan Barat adalah di RW 02, 10, dan 13.

Luas pemukiman kumuh di Jakarta utara sebesar 407 Ha dengan total 98 RW

kumuh. Persentase daerah kumuh di DKI Jakarta adalah 5,4% dari total luas

wilayah dengan total 416 RW kumuh.

3.1.3 Data Rumah Sehat

Jumlah rumah di Kelurahan Pademangan Barat 1 adalah 5.472 dengan

presentase rumah sehat yaitu 37,6%. Presentase ini lebih rendah dibandingkan rumah

sehat di Jakarta Utara yaitu 48.81%. Presentase rumah sehat di DKI Jakarta 33,2%

dan di Indonesia 24,9%.

11

Page 12: PBL TB Lusia Dr Regina

3.1.4. Data Peran Serta Masyarakat

Kader khusus TB di Kelurahan Pademangan Barat I belum ada. Tidak terdapat

kelompok-kelompok TB atau yang berkaitan dengan TB dalam masyarakat.

3.2 Data Khusus

Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian terhadap pelaksanaan

program penanggulangan TB di wilayah Pademangan Barat I:

Tabel 3.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian terhadap pelaksanaan program

penanggulangan TB di wilayah Pademangan Barat I tahun 2012

Faktor yang Mempengaruhi Penilaian Terhadap Pelaksanaan Program

Penanggulangan TB di Wilayah Pademangan

Insidensi TB 178/100.000 penduduk

Prevalensi TB 267/100.000 penduduk

Angka Kematian Akibat TB Terdapat 2 laporan kasus TB yang

meninggal selama periode Januari

2013-Desember 2013

Cause Specific Death Rate 1,1%

Case Detection Rate 62%

Prevalensi HIV/AIDS -

Prevalensi anak kurang gizi -Sumber: Profil Kesehatan Puskesmas Pademangan 2012

Tabel 3.2 Jumlah Pengunjung BPU Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat I per Triwulan

periode Juli 2012 – Juni 2013

Triwulan Jumlah Pasien

Triwulan I (Juli-September 2012) 1976

Triwulan II (Oktober-Desember 2012) 1560

Triwulan III (Januari-Maret 2013) 1511

Triwulan IV (April-Juli 2013) 1088

Total 6135

3.3 Data Primer dan Sekunder

12

Page 13: PBL TB Lusia Dr Regina

3.3.1 Suspek TB dewasa Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat I periode Juli 2012-

Juni 2013

Tabel 3.3 Suspek TB dewasa berdasarkan

status BPU dan Form TB 06

Suspek Jumlah

BTA (+) 10

BTA (-) radiologi (+) 16

BTA (-) radiologi (-) 2

Tidak didiagnosa TB 2

Hasil tidak kembali 4

Total 34

sumber: status BPU dan form TB 06 periode Juli 2012-Juni2013

Dari 34 pasien yang disuspek TB, semuanya dilakukan pemeriksaan

BTA dan 10 pasien di antaranya BTA (+), sedangkan ada 16 pasien yang BTA (-)

dengan radiologi (+), ada 2 pasien dengan BTA (-) radiologi (-), 2 pasien tidak

didiagnosa sebagai TBC dan 4 pasien tidak datang kembali untuk menyerahkan

hasil pemeriksaan.

3.3.2 Pasien TB paru dewasa yang berobat ke poli TB Puskesmas Pademangan Barat I

periode Juli 2012 - Juni 2013

Tabel 3.4 Pasien TB Paru Dewasa yang diobati di PKL Pademangan Barat I

Diagnosis TB Jumlah

BTA (+)

Diobati di PKL Pademangan Barat I

10

BTA (–)

Radiologi (+)

Diobati di PKL Pademangan Barat I

14

Total Pasien TB paru PKL Pademangan Barat I 24

Sumber: TB01 & TB03 periode Juli 2012 – Juni 2013

13

Page 14: PBL TB Lusia Dr Regina

Dari 10 pasien BTA (+) dan 14 pasien BTA (-) radiologi (+), semua pasien diobati

di Puskesmas Pademangan Barat I.

3.3.3 Pasien TB paru BTA (+) dewasa yang mengalami konversi setelah 2 bulan

pengobatan (akhir fase intensif) di Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat I periode

Juli 2012- Juni 2013

Tabel 3.5 Pasien TB Paru BTA (+) Dewasa yang Konversi

di Akhir Fase Intensif

Hasil Pemeriksaan Sputum Jumlah

Konversi 10

Tidak Konversi 0

Total 10

Sumber: TB01 & TB03 periode Juli 2012 – Juni 2013

Semua pasien TB paru BTA (+) yang ditangani di Puskesmas Kelurahan

Pademangan Barat I, berjumlah 10 pasien, mengalami konversi setelah menjalani fase

intensif selama 2 bulan di Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat I.

3.3.4 Suspek TB anak Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat I periode Juli 2012 – Juni

2013

Tabel 3.6 Suspek TB Anak

Suspek TB Anak Jumlah

Diagnosis TB paru ditegakkan 2

Tidak terdiagnosis TB paru 0

Total 2

Sumber: status BPU, TB01 & TB03 periode Juli 2012 – Juni 2013

Jumlah seluruh suspek TB anak adalah 2 orang dan pada 2 suspek dilakukan

tes Mantoux, dimana skor untuk tes Mantoux yang (+) adalah 2.

14

Page 15: PBL TB Lusia Dr Regina

3.3.5 Hasil pengobatan pasien TB paru Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat I periode

Tabel 3.7 Hasil Pengobatan TB Paru

Diagnosis TB Hasil

Pengobatan

Jumlah

BTA (+) Sembuh 7

Lengkap 0

Hilang 0

Putus

Berobat

0

Pindah 2

Meninggal 1

Gagal 0

Total BTA (+) 10

BTA (–)

Radiologi (+)

Lengkap 11

Hilang 3

Putus

Berobat

0

Pindah 0

Meninggal 0

Gagal 0

Total BTA (-) 14

TB Anak Lengkap 2

Putus

Berobat

0

Hilang 0

Pindah 0

Meninggal 0

Total TB Anak 2

Sumber: TB01 & TB03 periode Januari 2013 – Desember 2013

15

Page 16: PBL TB Lusia Dr Regina

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 10 Februari 2014 – 14 Februari 2014 di

Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat I.

Tabel 8. Jenis Data, Cara Pengambilan, dan Variabel yang Didapat

Jenis data Cara

pengambilan

Variabel

DATA PRIMER

Observasi lapangan Melakukan

pengamatan

dan

pencatatan

Tenaga

Sarana medis

Sarana non medis

Metode medis

Pengorganisasian

Pencatatan dan pelaporan

Lingkungan

Status Balai Pengobatan

Umum dan Formulir TB 01

Melihat

dokumen dan

melakukan

pencatatan

Pasien yang disuspek TB

Hasil pemeriksaan dahak

Tipe dan klasifikasi penyakit TB

Kategori OAT yang digunakan

PMO

Hasil pengobatan

Kelengkapan data dan status

Koordinator Program

Penanggulangan TB

Wawancara Program penanggulangan TB Paru dan

kegiatannya di Puskesmas

Pengetahuan mengenai kriteria pasien

TB

Sumber daya manusia program

penanggulangan TB

Metode medis, pelaksanaan medis,

dan pelatihan dokter dalam program

penanggulangan TB Paru di

Puskesmas Kelurahan dan Kecamatan

Struktur organisasi, sistem pencatatan

dan pelaporan serta pengawasan

16

Page 17: PBL TB Lusia Dr Regina

progam TB

Pemantauan dan evaluasi program TB

Penyuluhan TB perorangan dan

kelompok

Kunjungan ke rumah untuk penemuan

kasus baru dan penilaian kepatuhan

berobat

PMO dan Kader

Lingkungan fisik dan non fisik

Masalah yang dihadapi dalam program

DATA SEKUNDER

Data umum

Profil Kesehatan

Puskesmas Pademangan

2013

Melihat

dokumen dan

melakukan

pencatatan

Data demografi dan kependudukan

wilayah kelurahan Pademangan Barat

I

Data Khusus

Laporan Bulanan TB

Puskesmas Pademangan

Barat I tahun 2012-2013

Melihat

dokumen dan

melakukan

pencatatan

Jumlah suspek TB

Jumlah kasus baru BTA +

Jumlah pasien sembuh, pengobatan

lengkap

Form-form

1. Register TB

Kabupaten/ Kota

(TB.03)

Melihat

dokumen dan

melakukan

pencatatan

Jumlah pasien TB yang mendapat

pengobatan

Jumlah pasien TB paru usia anak (≤

15 tahun) yang mendapat pengobatan

Jumlah pasien baru TB paru BTA (+)

Jumlah pasien baru TB paru BTA (-)

dan rontgen (+)

Hasil pemeriksaan dahak masing-

masing pasien

Jumlah pasien TB paru kambuh,

pindahan atau defaulter

17

Page 18: PBL TB Lusia Dr Regina

2. Daftar Suspek

(TB.06)

Hasil pengobatan

Angka kematian TB

Kecocokan pendataan

Jumlah suspek TB

Hasil pemeriksaan dahak masing-

masing pasien

Kecocokan pendataan

18

Page 19: PBL TB Lusia Dr Regina

BAB IV

PERUMUSAN MASALAH

Masalah yang diambil ialah masalah yang berasal dari indikator keluaran yang tidak

mencapai target yang telah ditetapkan menurut Pedoman Nasional Penanggulangan TB tahun

2011 yang juga diikuti sebagai target di PKL Pademangan Barat I.

Berdasarkan dari perbandingan hasil keluaran dan target, maka didapati angka-angka

sebagai berikut :

Tabel 9. Perumusan Masalah

Angka Penjaringan Suspek

Rumus:

jumlah suspek yang diperiksa x 100000 jumlah pasien BPU

Angka Penjaringan

Suspek

36 x100000

6135

58/100000

Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara

suspek yang diperiksa dahaknya

Rumus:

∑psTB BTA+ yg ditemukan pd suspek

-------------------------------------- x100%

∑ seluruh suspek TB yg diperiksa

Proporsi pasien TB

paru BTA positif

diantara suspek yang

diperiksa dahaknya

10 x 100%

34

= 29%

5-15% (+)

Proporsi Pasien TB Paru BTA + di antara

Semua Pasien TB Paru Tercatat/Diobati

Rumus:

∑ ps TB BTA + x100%

seluruh ps TB (semua tipe)

Proporsi pasien TB

paru BTA positif

diantara seluruh pasien

TB paru

= 10 x 100%

24+2

= 38 %

≥ 65% (+)

Proporsi pasien TB anak diantara seluruh

pasien TB

Rumus:

∑ ps TB anak (<15 thn) x 100%

∑ seluruh ps TB yg tercatat

Proporsi pasien TB

anak diantara seluruh

pasien TB

= 2 x 100%

26

= 7.6 %

Berkisar 15% (-)

Angka Konversi (Conversion Rate) Kualitas Pelayanan

Konversi sputum minimal (-)

19

Page 20: PBL TB Lusia Dr Regina

Rumus:

∑ kasus baru BTA (+) yg konversi

------------------------------------------- x 100%

∑ kasus baru BTA (+) yg diobati

8

Konversi = ---x 100%

8

= 100 %

80% pada akhir pengobatan fase

awal, khususnya penderita baru

dengan BTA +

Angka Kesembuhan (Cure Rate)

Rumus:

∑ kasus baru BTA (+) yg sembuh

--------------------------------------x 100%

∑ kasus baru BTA (+) yg diobati

6

Sembuh = ----x 100%

8

= 75 %

Angka kesembuhan minimal

85% dari kasus baru yang

ditemukan.

(+)

Berdasarkan hasil penyajian data, pada variabel keluaran dijumpai beberapa masalah

yaitu:

1. Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara suspek yang diperiksa dahaknya

di atas target 5-15%, yakni 29 %(A)

2. Angka proporsi pasien TB paru BTA positif di antara seluruh pasien TB paru

di bawah angka target ≥65%, yakni 38% (B)

3. Angka kesembuhan (Cure rate) di bawah target > 85% yaitu hanya 75% (C)

20

Page 21: PBL TB Lusia Dr Regina

BAB V

PEMBAHASAN DAN PENYELESAIAN MASALAH

5.1 Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil penyajian data, pada variabel keluaran dijumpai beberapa masalah

yaitu:

1. Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara suspek yang diperiksa dahaknya di

atas target 5-15%, yakni 29 %(A)

2. Angka proporsi pasien TB paru BTA positif di antara seluruh pasien TB paru di

bawah angka target ≥65%, yakni 38% (B)

3. Angka kesembuhan (Cure rate) di bawah target > 85% yaitu hanya 75% (C)

5.2 Pembobotan Masalah

Pembobotan masalah ditetapkan melalui sistem skoring yang akan menggambarkan

seberapa penting masalah yang diangkat. Adapun parameter yang digunakan adalah

sebagai berikut :

1. Besarnya masalah, dilihat dari kesenjangan terhadap standar :

- Skor 1 : 0-19,99%

- Skor 2 : 20-39,99%

- Skor 3 : 40-59,99%

- Skor 4 : 60-79,99%

- Skor 5 : 80-100%

2. Berat ringannya akibat yang ditimbulkan oleh masalah tersebut :

- Skor 1 : Tidak ada pengaruh terhadap masyarakat (tidak berat)

- Skor 2 : Ragu-ragu antara 1-3

- Skor 3 : Cukup berpengaruh terhadap masyarakat (kurang berat)

- Skor 4 : Ragu-ragu antara 3-5

- Skor 5 : Sangat berpengaruh terhadap masyarakat (berat sekali)

3. Kemampuan sumber daya (tenaga, biaya, waktu) untuk mengatasi masalah tersebut:

- Skor 1 : Tidak dapat mengatasi

- Skor 2 : Ragu-ragu antara 1-3

- Skor 3 : Kurang dapat mengatasi

21

Page 22: PBL TB Lusia Dr Regina

- Skor 4 : Ragu-ragu antara 3-5

- Skor 5 : Dapat mengatasi

4. Keuntungan sosial yang diperoleh (kecendungan masyarakat untuk melaksanakan

program):

- Skor 1 : Keuntungan sosial rendah (tidak menarik masyarakat)

- Skor 2 : Ragu-ragu antara 1-3

- Skor 3 : Keuntungan sosial sedang (cukup menarik masyarakat)

- Skor 4 : Ragu-ragu antara 3-5

- Skor 5 : Keuntungan sosial tinggi (sangat menarik masyarakat)

Tabel 10. Pembobotan Masalah

No Parameter Masalah

A B

1 Besarnya masalah berdasarkan

kesenjangan terhadap standar3 2

2 Berat ringannya akibat yang

ditimbulkan5 3

3 Kemampuan sumber daya

untuk mengatasi masalah3 3

4 Keuntungan sosial yang

diperoleh5 5

Jumlah 16 13

Urutan Prioritas Masalah I II

Penjelasan Pembobotan Masalah

1. Besar masalah menggunakan rumus dengan

G = Gap (kesenjangan)

E = Expected (target yang ingin dicapai)

O = Output (data yang diperoleh di lapangan)

22

G = E – O

Page 23: PBL TB Lusia Dr Regina

a. Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara suspek yang diperiksa dahaknya di

atas target 5-15%, yakni 29%

Masalah (Gap) = E – O x 100%

= 5% -29% ------------15%-29%

= 24% --- 14%

Skor 2

b. Angka proporsi pasien TB paru BTA positif di antara seluruh pasien TB paru di

bawah angka target ≥65%, yakni 38%

Masalah (Gap) = E – O

= 65 % - 38%

= 27%

Skor 2

c. Angka kesembuhan (Cure rate) di bawah target > 85% yaitu 75%

Masalah (Gap) = E – O

= 85 % - 75%

= 10 %

Skor 1

2. Berat ringan akibat yang ditimbulkan

a. Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara suspek yang diperiksa dahaknya di

atas target 5-15%,yakni 29%

Indikator ini merupakan presentasi pasien BTA positif yang ditemukan di antara

seluruh suspek yang diperiksa dahaknya dan menggambarkan mutu dari proses

penemuan sampai diagnosis pasien serta kepekaan menetapkan kriteria suspek.

Bila angka ini lebih dari 15% maka dapat disebabkan oleh karena penjaringan

suspek yang terlalu ketat atau ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium

seperti hasil positif palsu. Penjaringan pasien TB yang terlalu ketat dapat

menyebabkan banyaknya suspek penderita TB yang seharusnya dapat terdiagnosa

TB menjadi lepas dan tidak terjaring . Hal ini dapat menyebabkan para suspek TB

23

Page 24: PBL TB Lusia Dr Regina

tersebut tidak menjalani prosedur pemeriksaan dan pengobatan yang seharusnya

sehingga dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas akibat TB. Angka positif

palsu pada pemeriksaan di laboratorium menyebabkan banyaknya pasien non TB

didiagnosa dan diobati sebagai TB. Hal ini dapat merugikan pasien yang ternyata

bukan TB tetapi didiagnosa dengan TB sehingga terapinya dapat menimbulkan

efek samping, resistensi, serta mengeluarkan biaya yang tentunya bisa digunakan

bagi pasien TB yang benar-benar menderita TB.

(Skor 5)

b. Angka proporsi pasien TB paru BTA positif di antara seluruh pasien TB paru di

bawah angka target ≥65%, yakni 38%

Indikator ini menggambarkan prioritas penemuan pasien TB yang menular di

antara semua pasien TB paru yang diobati. Angka yang lebih rendah dari 65%

menunjukan mutu diagnosis yang rendah dan kurang menentukan prioritas untuk

menemukan pasien yang menular sehingga menyebabkan rantai penularan sulit

untuk diputus. Hal ini dapat meningkatkan jumlah penderita TB dan berujung

meningkatnya kematian akibat TB.

(Skor 5)

c. Angka kesembuhan (cure rate) diantara pasien baru TB paru BTA positif yang

tercatat adalah sebesar 75%, sedangkan angka kesembuhan minimal yang

ditargetkan adalah ≥85%.

Angka kesembuhan yang rendah di Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat I

disebabkan bukan karena kegagalan terapi, namun karena adanya pasien yang

tidak menjalani pengobatan hingga akhir (pasien pindah dan meninggal). Angka

kesembuhan yang rendah akan mempengaruhi risiko kekambuhan penyakit,

kemungkinan penularan yang meningkat dan kemungkinan mengalami

komplikasi, terjadinya MDR atau kematian.

(Skor : 3)

24

Page 25: PBL TB Lusia Dr Regina

3. Kemampuan sumber daya untuk mengatasi masalah

a. Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara suspek yang diperiksa dahaknya

di atas target 5-15%, yakni 29%

Indikator ini menggambarkan mutu penemuan pasien, diagnosis dan

laboratorium. Penemuan pasien baru BTA (+) akan semakin meningkat dengan

melibatkan seluruh kalangan.. Pada Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat I

penjaringan yang muncul bukan karena kriteria yang terlalu ketat, namun lebih karena

sedikitnya orang yang terjaring menjadi suspek TB. Diawali dengan penemuam dan

penjaringan suspek yang diikuti dengan penentuan diagnosis yang baik.

Penjaringan suspek TB dapat dilakukan secara promosi pasif maupun aktif.

Promosi pasif dapat dilakukan oleh dokter dan petugas kesehatan, sementara

promosi aktif memerlukan peran masyarakat (kader) yang memang saat ini

belum terlaksana di Kelurahan Pademangan Barat I.

Selain itu dibutuhkan juga fasilitas laboratorium yang menunjang untuk

pemeriksaan sehingga dapat langsung diperiksa dan ditangani di tempat.

Pemeriksaan ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Pademangan yang

memiliki fasilitas yang cukup baik.

(Skor 4)

b. Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara seluruh pasien TB paru adalah

38% sedangkan pada target adalah ≥ 65%.

Angka proporsi ini rendah dapat dikarenakan mutu diagnosis yang masih rendah

dan penemuan kasus dini belum dilakukan secara aktif.

Untuk menegakkan diagnosis, diperlukan keahlian dan keterampilan dari tenaga

kesehatan termasuk petugas medis dan petugas laboratorium, sarana prasarana

yang menunjang, dan cara pasien membuang dahak yang benar. Angka

penemuan BTA (+) ini sebenarnya dapat diperbaiki jika petugas BPU yang

memberikan rujukan pemeriksaan dahak ke laboratorium Puskesmas Kecamatan

Pademangan dapat memberikan penjelasan kepada pasien bagaimana cara

membuang dahak yang benar dimana hal tersebut telah dilakukan di Puskesmas

Kelurahan Pademangan Barat I, namun yang sulit adalah adanya pengawasan

atau bimbingan secara langsung pada saat pasien membuang dahak.

(Skor 3)

25

Page 26: PBL TB Lusia Dr Regina

c. Angka kesembuhan (cure rate) diantara pasien baru TB paru BTA positif yang

tercatat adalah sebesar 75%, sedangkan angka kesembuhan minimal yang

ditargetkan adalah ≥85%

Angka kesembuhan di Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat I disebabkan

karena adanya pasien yang meninggal dan pindah. Hal ini sulit dihindari.

(Skor 3)

4. Keuntungan sosial yang diperoleh (ketertarikan masyarakat)

a. Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara suspek yang diperiksa dahaknya

di atas target 5-15%,yakni 29%

Salah satu penyebab dari tingginya angka proporsi pasien TB paru BTA positif

diantara suspek adalah penjaringan yang terlalu ketat. Pada Puskesmas

Kelurahan Pademangan Barat I penjaringan yang muncul bukan karena kriteria

penjaringan yang terlalu ketat, namun lebih karena sedikitnya orang yang

terjaring menjadi suspek TB.

Jika angka ini dapat diperbaiki maka keuntungan yang diperoleh penemuan

suspek lebih banyak sehingga yang dapat diobati dan pemutusan rantai

penularan TB yang lebih baik sehingga pada akhirnya akan menurunkan

morbiditas dan mortalitas akibat TB. Dengan menurunnya angka morbiditas

dan mortalitas akibat TB dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang

lebih baik dan lingkungan masyarakat yang sehat.

Dari segi ketertarikan masyarakat, pasien dengan gejala suspek TB tentu akan

secara langsung berusaha mencari kesembuhan dengan berobat sehingga

penjaringan suspek secara pasif dapat berjalan dengan baik, namun pada

sebagian kecil masyarakat masih ditemukan stigma sehingga juga menurunkan

keinginan untuk memeriksakan diri.

(Skor 4)

b. Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara seluruh pasien TB paru 38%

sedangkan pada target adalah ≥ 65%.

Penilaian angka ini tergantung dari keahlian dan keterampilan tenaga

kesehatan termasuk petugas medis dan petugas laboratorium, sarana prasarana

yang menunjang, dan cara pasien membuang dahak yang benar. Peningkatan

jumlah suspek TB yang diperiksa dahaknya akan meningkatkan angka ini.

Ketertarikan suspek TB untuk memeriksakan dahaknya dapat ditingkatkan

26

Page 27: PBL TB Lusia Dr Regina

dengan edukasi pasien oleh petugas kesehatan tentang pentingnya pemeriksaan

dahak untuk memastikan diagnosis dan cara membuang dahak yang benar.

Kebanyakan pasien TB akan memeriksakan dahaknya tetapi sebagian kecil

pasien kurang tertarik karena pemeriksaan dahak dilakukan di Puskesmas

Keceamatan yang jaraknya cukup jauh dan perlu datang dua kali ke

puskesmas.

(Skor 3)

c. Angka kesembuhan (cure rate) diantara pasien baru TB paru BTA positif yang

tercatat adalah sebesar 75%, sedangkan angka kesembuhan minimal yang

ditargetkan adalah ≥85%

Angka kesembuhan yang tinggi memberikan keuntungan pada pasien yang

menderita TB berupa terbebas dari penyakit, kualitas hidup meningkat,

kemungkinan terjadi kekambuhan sangat kecil dan masyarakat di sekitar tidak

mendapat risiko penularan. Kepatuhan pasien TB sendiri berpengaruh dalam

angka kesembuhan, sehingga pasien TB menjadi sadar bahwa TB merupakan

penyakit yang dapat sembuh dengan pengobatan teratur, sehingga pasien post

berobat OAT dapat memotivasi dan memberikan semangat untuk berobat

teratur demi kesembuhan pasien baru. (Skor: 5)

27

Page 28: PBL TB Lusia Dr Regina

Tabel 5.1 Prioritas Masalah

Berdasarkan sistem skoring yang telah dilakukan maka yang menjadi prioritas

masalah adalah Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara suspek yang diperiksa

dahaknya di atas target 5-15%, yakni 29%

28

No Parameter

A B C

1 Besarnya masalah 2 2 1

2 Berat ringannya akibat yang ditimbul-kan

5 5 3

3 Sumber daya yang tersedia

4 3 3

4 Keuntung-an sosial yang diperoleh

4 3 5

JUMLAH 15 13 12

I II III

Page 29: PBL TB Lusia Dr Regina

5.2 Pohon Masalah

29

Kurangnya penemuan kasus secara aktif dan

pasif

SDM kurang

Pembentukan dan pelatihan kader TB

Penjaringan suspek belum optimal

Tidak semua pasien memeriksakan dirinya ke

Puskesmas (Stigma)

Proporsi pasien TB paru BTA (+) diantara suspek yang diperiksa

dahaknya sebesar 29%

Promosi dan partisipasi

Tidak adanya penyuluhan TB di lingkungan

Petugas selain dokter BPU ketrampilannya

kurang

Pelatihan petugas/ asisten dokter di BP

Pelayanan

Page 30: PBL TB Lusia Dr Regina

5.3. Penyebab Masalah

Jenis Kendala

Input

- Petugas TB

- Bantuan masyarakat

Petugas TB berjumlah 1 orang (sesuai

standar) namun merangkap sebagai

penanggung jawab program lain

Belum ada kader khusus TB

Proses

- Kunjungan ke rumah

- Penyuluhan tentang TB

Sulit dilakukan karena petugas TB hanya 1

orang dan belum ada kader TB

Sulit dilakukan karena petugas TB hanya 1

orang dan belum ada kader TB

5.3 Penyelesaian Masalah

1. Pembentukan dan pelatihan kader TB

Pelaksana Penanggung jawab program penanggulangan TB

Waktu 6 bulan sekali

Tempat Ruang pertemuan puskesmas

Materi Membahas manfaat, tugas, dan peranan dari pengadaan kader TB

Tugas kader TB:

- Menyaring dan mendata suspek penderita TB di wilayahnya

serta menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan ke

puskesmas wilayahnya

- Melakukan penyuluhan atau diskusi TB berkala dengan

masyarakat di lingkungannya untuk mengurangi adanya

stigma

- Melakukan kunjungan rumah ke rumah untuk penemuan

kasus secara aktif

Sasaran Penduduk wilayah Kelurahan Pademangan Barat I

Tujuan Membantu petugas TB dalam melaksanakan dan memantau

program penanggulangan TB

30

Page 31: PBL TB Lusia Dr Regina

Cara - Mengadakan pertemuan dengan ketua RW dan

mensosialisasikan mengenai penemuan suspke dan diagnosis

TB paru BTA (+) yang masih rendah serta rencana

pembentukan dan pelatihan kader TB. Bekerja sama dengan

ketua RW dalam mensosialisasikan program penanggulangan

TB kepada masyarkat.

- Menyusun jadwal pertemuan dan pelatihan kader

- Memberikan penjelasan mengenai TB dan pembagian tugas

kepada kader

2. Pelatihan bagi seluruh petugas kesehatan di Balai Pengobatan (BP)

Pelaksana Dokter umum atau penanggung jawab program TB di Puskesmas

Kelurahan Pademangan Barat I

Waktu Satu kali, tergantung kesediaan waktu dari masing-masing petugas

Tempat Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat I

Materi Informasi mengenai gejala-gejala yang harus dicurigai sebagai

suspek TB, seperti batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih

yang disertai dengan dahak bercampur darah, batuk darah, sesak

nafas, badan lemas, nafsu makan menurut, berat badan menurun,

berkeringat malah hari tanpa kegiatan fisik, demam lebih dari 1

bulan.

Informasi tentang cara pengambilan dahak yang benar.

Selain itu juga dapat diberikan pengertian akan pentingnya pengisian

identitas terutama alamat yang lengkap sehingga tidak akan

menyulitkan proses kunjungan ke rumah.

Sasaran Petugas Kesehatan yang bertugas di BP

Tujuan Meningkatkan jumlah suspek TB secara tepat

Cara Membahas mengenai gejala-gejala apa yang harus dicurigai

sebagai suspek TB

31

Page 32: PBL TB Lusia Dr Regina

Membahas apa kesulitan dalam menentukan seorang pasien

sebagai suspek TB

Di poli TB dan BP tertempel contoh form TB.01 yang terisi lengkap

sehingga dapat membantu mengingatkan baik dokter ataupun

petugas kesehatan lainnya di dalam mengisi form

32

Page 33: PBL TB Lusia Dr Regina

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Masalah yang ada pada program penanggulangan TB di Puskesmas Kelurahan

Pademangan Barat I adalah KL Pademangan Barat II adalah proporsi pasien TB paru

BTA (+) diantara suspek yang diperiksa dahaknya yaitu 29%, melebihi angka yang

diharapkan yaitu 5-15 %. Masalah ini timbul karena penjaringan suspek TB yang kurang

dan disebabkan karena tidak adanya kader TB secara khusus dan kurangnya pengetahuan

dan keterampilan dalam proses pengambilan dahak. Pasien yang mengalami gejala juga

beberapa ada yang tidak berobat ke pelayanan kesehatan karena stigma TBC di

masyarakat, dimana hal tesebut dapat terjadi karena kurangnya edukasi kepada pasien.

Oleh karena itu diperlukan penyelesaian masalah yaitu dengan adanya kerjasama antara

puskesmas dengan masyarakat sekitar berupa adanya pembentukan kader dan pelatihan

bagi petugas.

6.2. Saran

Beberapa kegiatan yang dapat saya sarankan untuk penyelesaian masalah di atas

adalah sebagai berikut :

1. Pembentukan dan pelatihan kader untuk membantu petugas TB dalam

pelaksanaan program penanggulangan TB.

2. Adanya penyuluhan kesehatan di lingkungan yang dilakukan terutama oleh

kader di lingkungannya masing-masing, dibantu dengan petugas kesehatan.

3. Pelatihan bagi seluruh petugas kesehatan di Balai Pengobatan (BP).

Dengan saran tersebut diharapkan akan terjadi peningkatan jumlah penjaringan

suspek TB sehingga penemuan kasus TB dapat meningkat dan penderita dapat diobati

sehingga menurunkan angka kesakitan dan kematian TB serta mencegah terjadinya TB

MDR, baik di Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat I maupun di Indonesia.

33

Page 34: PBL TB Lusia Dr Regina

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis. Jakarta; 2011.

2. World Health Organization. Global Tuberculosis Report 2013. Perancis; 2013.

3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Strategi Nasional Pengendalian Tuberkulosis di

Indonesia 2010-2014. Jakarta; 2011

4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Laporan

Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010. Jakarta; 2010.

34