pbl apendisitis

24
LAPORAN PBL APENDISITIS AKUT Di susun oleh: Abraham Gita Ramanda 10.2009.059 / A-8 UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Upload: abraham-gita-ramanda

Post on 25-Jul-2015

415 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: pbl apendisitis

LAPORAN PBL

APENDISITIS AKUT

Di susun oleh:

Abraham Gita Ramanda 10.2009.059 / A-8

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

J A K A R T A

Page 2: pbl apendisitis

Kata Pengantar

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat

anugerahNya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah saya kali

ini berjudul “Apendisitis akut”

Pada kesempatan ini, saya juga tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada dr. Diana yang telah memberi saya kesempatan untuk membuat

makalah ini sehingga saya dapat menambah wawasan dan pengetahuan saya khususnya

dalam mata kuliah mengenai sistem digestive.

Di dalam kamus Indonesia telah dikatakan bahwa “tak ada gading yang tak retak”.

Saya sadar saya dapat melakukan kesalahan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati

saya sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca guna pembuatan makalah saya yang

berikutnya.

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi anda.

Jakarta, 23 Mei 2011

Abraham Gita Ramanda

2

Page 3: pbl apendisitis

Daftar Isi

Kata Pengantar ....................................................................................................... 2

Daftar Isi ................................................................................................................ 3

Bab I: Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………………. 4

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………… 4

1.3 Tujuan Penulisan …………………………………………………….. 4

1.4 Manfaat Penulisan …………………………………………………… 5

Bab II: Isi

2.1 Anamnesis Apendisitis akut ………………………………………….. 6

2.2 Pemeriksaan Apendisitis akut ………………………………………… 7

2.3 Diagnosis Apendisitis akut ……………………………………………. 8

2.4 Etiologi Apendisitis akut …………………………………………... 9

2.5 Faktor Resiko Apendisitis akut ……………………………………... 9

2.6 Epidemiologi Apendisitis akut ……………………………………... 10

2.7 Patofisiologi Apendisitis akut ………………………………………... 10

2.8 Tatalaksana Apendisitis akut ……………………………………….. 12

2.9 Prognosis Apendisitis akut ………………………………………..... 13

2.10 Komplikasi Apendisitis akut ………………………………………. 13

2.11 Prevensi Apendisitis akut ………………………………………….. 14

Bab III: Penutup

Kesimpulan ……………………………………………………………… 15

Daftar Pustaka …………………………………………………………………... 16

3

Page 4: pbl apendisitis

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Appendisitis akut adalah penyakit radang pada appendiks vermiformis yang terjadi secara

akut. Apendiks atau umbai cacing hingga saat ini fungsinya belum diketahui dengan pasti,

namun sering menimbulkan keluhan yang mengganggu. Apendiks merupakan tabung

panjang, sempit (sekitar 6 – 9 cm), menghasilkan lendir 1-2 ml/hari. Lendir itu secara

normal dicurahkan dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum. Bila ada hambatan

dalam pengaliran lendir tersebut maka dapat mempermudah timbulnya apendisitis

(radang pada apendiks). Di dalam apendiks juga terdapat imunoglobulin, zat pelindung

terhadap infeksi dan yang banyak terdapat di dalamnya adalah Ig A. Selain itu pada

apendiks terdapat arteria apendikularis yang merupakan end-artery.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana anamnesis pada apendisitis akut?

1.2.2 Bagaimana pemeriksaan untuk mengetahui apendisitis akut?

1.2.3 Bagaimana diagnosis dari apendisitis akut?

1.2.4 Bagaimana etiologi dari apendisitis akut?

1.2.5 Bagaimana faktor resiko dari apendisitis akut?

1.2.6 Bagaimana epidemologi dari apendisitis akut?

1.2.7 Bagaimana patofisiologi dari apendisitis akut?

1.2.8 Bagaimana penatalaksanaan untuk apendisitis akut?

1.2.9 Bagaimana prognosis untuk apendisitis akut?

1.2.10 Bagaimana komplikasi dalam apendisitis akut?

1.2.11 Bagaimana pencegahan untuk apendisitis akut?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui cara anamnesis yang tepat apendisitis akut.

1.3.2 Untuk mengetahui pemeriksaan yang tepat apendisitis akut.

1.3.3 Untuk mengetahui diagnosis bagi apendisitis akut.

1.3.4 Untuk mengetahui etiolgi apendisitis akut.

1.3.5 Untuk mengetahui faktor resiko dari apendisitis akut.

1.3.6 Untuk mengetahui epidemologi apendisitis akut.

4

Page 5: pbl apendisitis

1.3.7 Untuk mengetahui proses patofisiologi apendisitis akut.

1.3.8 Untuk mengetahui penatalaksanaan yang tepat apendisitis akut.

1.3.9 Untuk mengetahui prognosis apendisitis akut.

1.3.10 Untuk mengetahui komplikasi apendisitis akut.

1.3.11 Untuk mengetahui pencegahan bagi apendisitis akut.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Untuk menambah pengetahuan mahasiswa/i Universitas Kristen Krida Wacana.

1.4.2 Untuk menambah referensi perpustakaan.

5

Page 6: pbl apendisitis

Bab II

Isi

2.1 Anamnesis Apendisitis Akut

Anamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara. Anamnesis

dapat dilakukan langsung kepada pasien, yang disebut autoanamnesis, atau dilakukan

terhadap orang tua, wali, orang yang dekat dengan pasien, atau sumber lain, disebut

sebagai aloanamnesis.

Anamnesis dalam apendisitis akut dapat dibagi dalam beberapa kategori utama: usia,

jenis kelamin, nyeri abdomen, dan gejala sistemik.

1. Usia dan Jenis Kelamin

Yang sangat tua dan sangat muda, masing-masing menampilkan sekitar 10 persen

penyajian pasien nyeri abdomen akut. Tetapi pasien di atas usia 65 tahun mempunyai

dua kali insiden penyakit bedah (30 persen) sebagai sebab nyeri abdomennya

dibandingkan pasien di bawah usia 65 tahun. Pada usia dewasa, wanita lebih mungkin

tampil dengan nyeri abdomen dibanding pria, tetapi pada pria yang menampilkan

gejala ini mempunyai insidens penyakit bedah yang lebih tinggi. Sistem

genitourinarius lazim menyebabkan nyeri abdomen pada wanita meliputi penyakit

peradangan pelvis, infeksi tractus urinarius, dismenore dan kehamilan ektopik.

2. Nyeri

Nyeri tanda abdomen akuta. Ini bisa ditandai oleh cara mulainya, sifat, faktor

pencetus atau lokalisasinya. Ada tiga jenis mulainya nyeri abdomen: eksplosif, cepat

dan bertahap. Pasien yang mendadak dicekam nyeri eksplosif menderita sekali, lebih

mungkin menderita pecahnya viskus berongga ke dalam cavitas peritonealis bebas

atau menderita ‘vascular accident’ berkelanjutan. Kolik berasal dari ginjal dan saluran

empedu bisa dimulai mendadak, tetapi jarang menyebabkan nyeri begitu parah,

sehingga pasien tak berdaya. Pasien dengan nyeri yang cepat dimulai, yang cepat

memburuk mungkin menderita pankreatitis akuta, trombosis mesenterica atau

strangulasi usus halus. Pasien dengan nyeri yang dimulai beratahap mungkin

menderita peradangan peritoneum, seperti yang terlihat dalam apendisitis atau

divertikulitis. Keparahan nyeri bisa ditandai sebagai menyiksa, parah, tumpul atau

seperti kolik. Nyeri menyiksa tak berespon terhadap narkotika menggambarkan suatu

6

Page 7: pbl apendisitis

lesi vaskular akuta seperti ruptura aneurisma abdominalis atau infark usus. Pasien

infark usus khas menderita nyeri melebihi proporsi gambaran fisik dan laboratorium.

Nyeri yang parah tetapi mudah dikendalikan oleh obat khas peritonitis akibat vikus

yang pecah atau pankreatitis akut. Nyeri tumpul, samar-samar yang sukar dilokalisasi

menggambarkan suatu proses peradangan dan lazim presentasi awal apendisitis. Nyeri

kolik yang ditandai sebagai kram dan dorongan (rush) menggam barkan

gastroenteritis. Nyeri akibat obstruksi usus halus mekanik juga bersifat kolik, tetapi

mempunyai pola berirama dengan interval bebas nyeri bergantian dengan kolik parah.

Dorongan peristaltik menyertai gastronteritis tidak perlu terkoordinasi dengan nyeri

kolik.1

2.2 Pemeriksaan Apendisitis Akut

Pemeriksaan Fisik

- Inspeksi: pada apendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling,

sehingga pada inspeksi biasa ditemukan distensi perut.

- Palpasi: kecurigaan menderita apendisitis akan timbul pada saat dokter melakukan

palpasi perut dan kebahagian paha kanan. Pada daerah perut kanan bawah seringkali

bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri

(Blumberg sign). Nyeri perut kanan bawah merupakan kunci dari diagnosis

apendisitis akut.

Juga ada 4 hal yang penting dalam mendiagnosa apendisitis akut:

1. Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri visceral) yang beberapa waktu kemudian

menjalar ke perut kanan bawah.

2. Muntah oleh karena nyeri visceral.

3. Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus)

4. Gejala lain adalah badan lemas dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit,

menghindari pergerakan di sekitar perut yang terasa nyeri.

Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut, tetapi paling terasa

nyeri pada titik Mc Burney. Jika sudah infiltrat, insfeksi juga terjadi jika orang dapat

menahan sakit, dan kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium:

7

Page 8: pbl apendisitis

a. Leukosit meningkat sebagai respon untuk melindungi tubuh terhadap

mikroorganisme yang menyerang pada apendisitis akut dan jika perforasi akan

terjadi leukositosis yang lebih tinggi lagi.

b. Hb (hemoglobin) tampak normal.

c. Laju Endap Darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrate.

d. Urine penting untuk melihat apakah ada infeksi pada ginjal.

Pemeriksaan radiologi:

Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnose appendicitis akut,

kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai

berikut:

a. Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan

b. Kadang ada fekolit (sumbatan)

c. Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma.

Ultrasonografi mungkin bersifat diagnostik. Radiografi toraks menyingkirkan

penyakit lapangan paru kanan bawah, yang dapat menyerupai nyeri kuadran kanan

bawah karena iritasi saraf T10, T11, T12.2,3

2.3 Diagnosis Apendisitis Akut

Working Diagnosis

Meskipun pemeriksaan dilakukan dengan cermat dan teliti, diagnosis klinis apendisitis

akut masih mungkin salah pada sekitar 15-20% kasus. Keasalahan diagnosis lebih sering

pada perempuan dibanding pada lelaki. Hal ini dapat disadari mengingat pada

perempuan terutama yang masih muda sering timbul gangguan yang mirip apendisitis

akut. Keluhan itu berasal dari genitalia interna karena ovulasi, menstruasi, radang di

pelvis, atau penyakit ginekologik lain. Untuk menurunkan angka kesalahan diagnosis

apendisitis akut bila diagnosis meragukan, sebaiknya dilakukan observasi penderita di

rumah sakit dengan setiap 1-2 jam. Foto barium kurang dapat dipercaya. Ultrasonografi

bisa meningkatkan akurasi diagnosis. Demikian pula laparoskopi pada kasus yang

meragukan. Pemeriksaan jumlah leukosit membanu menegakkan diagnosis apendisitis

akut. Pada kebanyakan kasus terdapat leukositosis, terlebih pada kasus dengan

komplikasi.3

Defferential Diagnosis

Pankreatitis Akut

8

Page 9: pbl apendisitis

Merupakan peradangan nonbakterial dari pankreas, yang disebabkan oleh enzim-enzim

pankreas. 40% disebabkan oleh batu empedu. 40% lainnya dari alkoholisme, mungkin

disebabkan oleh peningkatan tekanan duktus pankreas dengan hipersekresi, presipitasi

protein, spasme sfingter Oddi, presipitasi kalsium, dan meningkatnya permeabilitas

duktus. Manifestasi klinik yaitu nyeri midepigastrik hebat hebat yang menjalar ke

punggung, berkurang bila duduk, disertai dengan muntah hebat, nyeri tekan abdomen

atas dan defans muskular. Pemeriksaan laboratorium menunjukan hiperamilasemia.

Kalsium mungkin turun. Radiografi dapat memperlihatkan sentinel loop dari udara usus.

CT scan untuk menunjukan keparahan penyakit. Terapi yang penting adalah penggantian

cairan elektrolit yang hilang, pemantauan volume vaskular (kateter Foley, jalur sendiri),

penilaian ulang hematokrit dan elektrolit (termasuk kalsium) dan istirahat usus.2

Urotilitas Pielum/ Ureter Kanan

Batu ureter atau batu ginjal kanan. Adanya riwayat kolik dari penggan ke perut menjalar

ke inguinal kanan merupakan gambaran yang khas. Eritrosituria seing ditemukan. Foto

polos perut atau urografi intravena dapat memastikan penyakit tersebut. Pielonefritis

sering disertai dengan demam tinggi, mengigil, nyeri kontrovertebral di sebelah kanan,

dan pluria.1

2.4 Etiologi Apendisitis Akut

Penyebab apendisitis tersering adalah adanya obstruksi lumen. Pada umumnya

obstruksi ini terjadi karena:

1. Hyperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.

2. Adanya faekolit dalam lumen apendiks.

3. Adanya benda asing seperti biji-bijian.

4. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.

Penyebab lainnya adalah infeksi kuman dari colon. Kuman yang terbanyak adalah E.

coli dan streptococcus.2,4

2.5 Faktor Resiko Apendisitis Akut

Penderita laki-laki lebih banyak daripada wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30

tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada

masa tersebut. Morfologi dari apendiks juga mempengaruhi terjadinya apendisitis akut:

1. Apendik yang terlalu panjang,

2. Messo apendik yang pendek.

3. Penonjolan jaringan limpoid.

9

Page 10: pbl apendisitis

4. Kelainan katub di pangkal apendiks.2,3

2.6 Epidemiologi Apendisitis Akut

Apendisitis akut di negara maju lebih tinggi daripada di negara berkembang, namun

dalam tiga-empat dasawarsa terakhir terjadi peningkatan. Kejadian ini diduga disebabkan

oleh meningkatnya pola makan berserat dalam menu sehari-hari. Pada laki-laki dan

perempuan pada umumnya sebanding, kecuali pada umur 20 – 30 tahun insiden pada

laki-laki lebih tinggi. Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak

yang kurang dari satu tahun yang jarang dilaporkan, mungkin karena tidak terduga

sebelumnya. Insiden tertinggi terjadi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu

menurun.3

2.7 Patofisiologi Apendisitis Akut

Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia

folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan

sebelumnya, atau neoplasma.

Obstruksi tersebut menyebabkan mucus yang diproduksi mukosa mengalami

bendungan. Makin lama mucus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding

apendiks mempunyai keterbatasan sehinga menyebabkan peningkatan tekanan

intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang

mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi

apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.

Bila sekresi mucus terys berlanjut, tekanan akan terus meningkat. hal tersebut akan

menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.

Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga

menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis

supuratif akut.

Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang

diikuti dengan gangrene. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila

dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.

Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan

bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa local yang disebut infiltrate

apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.

Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding

apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih

10

Page 11: pbl apendisitis

kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah

terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah.

Penelitian terakhir menemukan bahwa ulserasi mukosa akibat parasit seperti E

Hystolitica, merupakan langkah awal terjadinya apendisitis pada lebih dari separuh

kasus, bahkan lebih sering dari sumbatan lumen. Makanan rendah serat juga memiliki

kemungkinan menimbulkan apendisitis. Tinja yang keras pada akhirnya akan

menyebabkan konstipasi yang akan meningkatkan tekanan didalam sekum sehingga akan

mempermudah timbulnya penyakit itu. Apendisitis dapat menyerang siapa saja, segala

umur dan pada semua jenis kelamin.

Nyeri dari visera seringkali secara bersamaan dilokalisasi di dua daerah permukaan

tubuh karena nyeri dijalarkan melalui nyeri alih viseral dan nyeri langsung parietal,

mekanisme:

1. Impuls nyeri yang berasal dari apendiks akan melewati serabut-serabut nyeri viseral

saraf simpatik dan selanjutnya akan masuk ke medulla spinalis kira-kira setinggi

thorakal X sampai thorakal XI dan dialihkan ke daerah sekeliling umbilikus

(menimbulkan rasa pegal dan kram).

2. Dimulai di peritoneum parietal tempat apendiks meradang yang melekat pada dinding

abdomen. Ini menyebabkan nyeri tajam di peritoneum yang teriritasi di kuadran kanan

bawah abdomen.

Manifestasi klinik dari apendisitis akut:

1. Nyeri kuadran kanan bawah. Biasanya disertai dengan demam derajat rendah, mual,

dan sering kali muntah.

2. Pada titik McBurney (terletak disepertiga lateral antara umbilicus dan spina anterior

dari ilium) nyeri tekan setempat karena tekanan dan sedikit kaku dari bagian bawah

otot rectum kanan.

3. Nyeri alih mungkin saja ada, letak apendiks mengakibatkan sejumlah nyeri tekan,

spasme otot, dan konstipasi atau diare.

4. Tanda rovsing dapat timbul dengan mempalpasi kuadran bawah kiri, yang secara

paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran kanan bawah.

5. Jika terjadi ruptur apendiks, maka nyeri akan menjadi lebih menyebar, terjadi distensi

abdomen akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk.3,4

11

Page 12: pbl apendisitis

2.8 Penatalaksanaan Apendisitis Akut

Terapi selalu operatif karena lumen yang terobstruksi tidak akan sembuh dengan

antibiotic saja. Apendisitis akut tanpa rupture diterapi dengan apendektomi segera

setelah evaluasi medis selesai. Rupture apendisitis dengan peritonitis local atau flegmon,

dioperasi setelah resusitasi awal untuk memperbaiki cairan serta elektrolit yang hilang.

Rupture apendisitis dengan penyebaran pada peritonitis membutuhkan resusitasi cairan

yang lebih luas, tetapi pasien harus menjalani operasi secara normal dalam 4 jam untuk

mencegah berlanjutnya kontaminasi peritoneum.

1. Sebelum operasi

a. Observasi

Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala apendisitis

seringkali masih belum jelas. Dalam keadaan ini obsevasi ketat perlu dilakukan.

Pasien diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak boleh

diberikan bila dicurigai adanya apendisitis ataupun bentuk peritonitis lainnya.

Pemeriksaan abdomen dan rectal seta pemeriksaan darah (leukosit dan hitung

jenis) diulang secara periodic. Foto abdomen dan toraks tegak dilakukan untuk

mencari kemungkinan adanya penyulit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosis

ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah

timbulnya keluhan.

b. Intubasi bila perlu

c. Antibiotik: Pemberian antibiotik untuk kuman Gram negatif dan positif serta

kuman anaerob, dan pemasangan pipa nasogastrik perlu dilakukan sebelum

pembedahan.

2. Operasi. Ada 2 macam:

a. Operasi terbuka: satu sayatan akan dibuat (sekitar 5 cm) dibagian bawah kanan

perut. Sayatan akan lebih besar jika apendisitis sudah mengalami perforasi.

12

Page 13: pbl apendisitis

b. Laparoskopi: sayatan dibuat sekitar dua sampai empat buah. Satu didekat pusar,

yang lainnya diseputar perut. Laparoskopi berbentuk seperti benang halus dengan

kamera yang akan dimasukkan melalui sayatan tersebut. Kamera akan merekam

bagian dalam perut kemudian ditampakkan pada monitor. Gambaran yang

dihasilkan akan membantu jalannya operasi dan peralatan yang diperlukan untuk

operasi akan dimasukkan melalui sayatan di tempat lain. Pengangkatan apendiks,

pembuluh darah, dan bagian dari apendiks yang mengarah ke usus besar akan

diikat.

3. Pascaoperasi.

Perlu dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya pendarahan

di dalam, syok, hipertermia, atau gangguan pernapasan. Angkat sonde lambung bila

pasien telah sadarm sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Baringkan

pasien dalam posisi Fowler. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi

gangguan. Selama itu pasin dipuasakan. Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya

pada pergorasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali

normal.

Kemudian berikan minum mulai 15ml/jam selama 4-5jam lalu naikkan menjadi

30ml/jam. Keesikan harinya diberikan makanan saring, dan hari berikutnya diberikan

makanan lunak.

Satu hari pascaoperasi, pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempa tidur selama

2x30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar. Hari

ketujuh jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.3,4

2.9 Prognosis Apendisitis Akut

Dengan diagnosis yang akurat seta pembedahan, tingkat mortalitas dan

morbiditas penyakit ini sangat kecil. Keterlambatan diagnosis akan meningkatkan

morbiditas dan mortalitas bila terjadi komplikasi. Serangan berulang dapat terjadi bila

apendiks tidak diangkat. Terminologi apendisitis kronis sebenarnya tidak ada.3

2.10 Komplikasi Apendisitis Akut

Apendisitis adalah penyakit yang jarang mereda dengan spontan tetapi penyakit

ini tidak dapat diramalkan dan mempunyai kecenderungan menjadi progresif dan

13

Page 14: pbl apendisitis

mengalami perforasi. Karena perforasi jarang terjadi dalam 8 jam pertama, observasi

aman untuk dilakukan dalam masa tersebut.

Tanda-tanda perforasi meliputi meningkatnya nyeri spasme otot dinding perut

kuadran kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau abses yang terlikalisasi,

ileus, demam, malaise, dan leukositosis semakin jelas. Bila perforasi dengan peritonitis

umum atau pembentukan abses telah terjadi sejak pasien pertama kali datang, diagnosis

dapat ditegakan dengan pasti.

Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang di lakukan adalah operasi untuk

menutup asal perforasi. Sedangkan tindakan lain sebagai penunjang:

- Tirah baring dalam posisi Fowler medium (setengah duduk)

- Pemasangan NGT

- Puasa

- Koreksi cairan dan elektrolit

- Pemberian penenang

- Pemberian antibiotic spectrum luas dilanjutkan dengan pemberian antibiotic

yang sesuai dengan hasil kultur

- Transfuse untuk mengatasi anemia

- Penanganan syok septic secara intensif, bila ada.

Bila terbentuk abses apendiks, akan teraba massa di kuadran kanan bawah yang

cenderung menggelembung ke arah rectum atau vagina. Terapi dini dapat diberikan

kombinasi antibiotic (misalnya ampisilin, gentamisin, metronidazol, atau klindamisin).

Dengan sediaan ini abses akan segera menghilang, dan apendiktomi dapat dilakukan 6-

12 minggu kemudian. Pada abses yang tetap progresif harus segera dilakukan drainase.

Abses daerah pelvis yang menonjol kea rah rectum atau vagina dengan fluktuasi positif

juga perlu dibuatkan drainase.

Tromboflebitis supuratif dari sistem portal jarang terjadi tetapi merupakan

komplikasi yang letal. Hal ini harus kita curigai bila ditemukan demam sepsism

menggigil, hepatomegali, dan ikterus setelah terjadi perforasi apendiks. Pada keadaan

ini diindikasikan pemberian antibiotic kombinasi dengan dranase.

14

Page 15: pbl apendisitis

Komplikasi lain yang dapat terjadi berupa abses subfrenikus dan fokal sepsis

intraabdominal lain. Obstruksi intestinal juga dapat terjadi akibat perlengketan.3,4

2.11 Prevensi Apendisitis Akut

Tidak ada cara untuk memprediksi terjadinya apendisitis atau mencegah terjadinya

apendisitis. Juga tidak ada cara pencegahan faktor resiko untuk apendisitis. Sedankan

faktor resiko yang memungkinkan terjadinya apendisitis adalah diet randah serat dan

tinggi gula, sejarah keluaga, dan infeksi kuman.5

Bab III

Penutup

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembelajaran yang dikaji, dapat disimpulkan bahwa hasil hipotesis yang

disepakati, yaitu “laki-laki dengan keluhan demam dan nyeri pada perut sebelah kanan bawah

menderita apendisitis akut” dapat diterima. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisa

terhadap anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, working diagnosis,

differential diagnosis, etiologi, epidemologi, faktor resiko, patofisiologi, manifestasi klinik,

penatalaksanaan, komplikasi, prognosis, dan pencegahan pada enterobiasis.

15

Page 16: pbl apendisitis

Daftar Pustaka

1. De Jong , W. Sjamsuhidajat, R. Buku ajar ilmu bedah. Edisi kedua. Jakarta: Penerbit

buku kedokteran (EGC). 2004.h.640-5.

2. Mansjoer, A., dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta:

Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2000.h.307-

10.

3. Schwartz, S, I. Shires, G, T, S. Spencer, F, C. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah.

Edisi 6. Jakarta: Penerbit buku kedokteran. 2000.h.437-41.

4. Teirney LM, McPhee SJ, Papadokis MA. Current medical diagnosis and treatment.

44th ed. New York: Mc Grw-Hill; 2005.p.594-5.

5. Appendicitis. Edisi 4 february 2010. Diunduh dari

http://www.emedicinehealth.com/appendicitis/article_em.htm , 19 mei 2011.

16