mola newww arie

51
Presentasi Kasus MOLA HIDATIDOSA Oleh : Aria Chandra G. G 0001053 Dewi Endriyani N. H. G 0001072 Diana Purnamasari G 0002053 Hambrah S. Atriadewi G 0002071 Pembimbing : Dr. Soetrisno, SpOG(K)

Upload: salamah-ary-widyasari

Post on 30-Jul-2015

117 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mola Newww Arie

Presentasi Kasus

MOLA HIDATIDOSA

Oleh :

Aria Chandra G. G 0001053

Dewi Endriyani N. H. G 0001072

Diana Purnamasari G 0002053

Hambrah S. Atriadewi G 0002071

Pembimbing :

Dr. Soetrisno, SpOG(K)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

2007

Page 2: Mola Newww Arie

ABSTRAK

Sebuah kasus mola hidatidosa dengan anemia dan leukositosis pada

seorang wanita G4P3A0, 39 tahun. Penderita adalah kiriman dari RS. Banyudono,

dengan keterangan amenore dengan perdarahan, terlambat menstruasi 4 bulan

lebih. Perdarahan dari jalan lahir sejak 2 minggu SMRS. Abdomen distended, NT

(-), TFU ½ simfisis pusat. Pemeriksaan USG didapatkan vesica urinaria terisi

cukup, tampak uterus supel, ukuran 18x16x15 cm, tidak tampak gambaran janin

intra uterin atau ekstra uterin. Tampak gambaran ”Honey comb appearance”.

Total abdominal hysterectomy (TAH) dilakukan karena ini merupakan

terapi pilihan bagi wanita yang sudah berusia lanjut dan sudah memiliki jumlah

anak yang cukup, dan bisalphingo-oophorectomy (BSO) dilakukan karena

terdapat perdarahan pada kasus ini. 1,2

Kata kunci : mola hidatidosa, TAH, BSO

1

Page 3: Mola Newww Arie

BAB I

PENDAHULUAN

  Mola Hidatidosa adalah suatu penyakit trofoblas gestasional

sebagai akibat dari suatu kehamilan yang berkembang tidak sempurna.

Walaupun penyakit ini sudah cukup lamadikenal, namun sampai sekarang

penyakit ini masih tetap aktual, karena masih banyak hal-hal yang belum jelas.

Penyakit ini dapat ditemukan diseluruh dunia dengan angka kejadianyan g

be r beda -beda . Penyak i t i n i l eb ih banyak d i t emu kan d i nega ra -

nega ra As i a dan Amerika Latin.Penyakit ini lebih banyak dijumpai pada

golongan sosio ekonomi rendah. Di Indonesia menurut laporan beberapa

penulis dari berbagai daerah menunjukkan angka kejadian yang berbeda-beda.

Angka kejadian Mola Hidatidosa di Indonesia berkisar antara 1 : 51 sampai1 :

141 kehamilan. Sedangkan di negara barat angka kejadian ini lebih

rendah dari padanegara-negara Asia dan Amerika Latin, misalnya

Amerika Serikan 1 : 1450 kehamilan(Hertig & Sheldon, 1978) dan di Inggris

1 : 1500 (Womack & Elston, 1985).Berdasarkan pemeriksaan morfologi, penyakit

ini tergolong dalam neoplasma jinak. Akan tetapi dalam perjalanan

penyakitnya dapat berkembang menjadi neoplasma ganas yangdisebut

Korio Karsinoma. Pada Mola 20% berkembang menjadi keganasan

trofoblastik.Setelah terbentuk mola komplit, invasi ke uterus terjadi

pada 15% pasien & metastasis terjadi pada 4% pasien. Kasus

koriokarsinoma yang berkembang dari mola partial belum pernah

dilaporkan, walaupun 4% pasien dengan mola parsial akan berkembang

menjadi penyakit trofoblastik non metastasis persisten yang membutuhkan

kemoterapi

Hampir semua wanita dengan penyakit trofoblastik gestasional dapat

disembuhkan dengan tetap mempertahankan fungsi reproduksinya. Berhubung

dengan kemungkinan bahwa mola hidatidosa dapat menjadi ganas, maka terapi

2

Page 4: Mola Newww Arie

yang terbaik pada wanita dengan usia yang sudah lanjut dan sudah mempunyai

jumlah anak yang sesuai dengan yang diinginkan adalah histerektomi.1

3

Page 5: Mola Newww Arie

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. MOLA HIDATIDOSA

1. Definisi 2,4,5

Mola hidatidosa adalah suatu keadaan patologik dari jonjot-jonjot

korion (chorionic villi/villi korialis), dimana sebagian atau seluruhnya

mengalami degenerasi hidropik berupa gelembung yang menyerupai

anggur. Karena itu secara umum lebih dikenal sebagai hamil anggur.

Mola hidatidosa ditandai dengan :

a. Degenerasi kistik dari villi, disertai pembengkakkan hidropik.

b. Avaskularitas, atau tidak adanya pembuluh darah janin.

c. Proliferasi jaringan trofoblastik.

2. Etiologi

Walaupun MH sudah dikenal sejak abad keenam, sampai sekarang

masih belum diketahui apa yang menjadi penyebabnya. Oleh karena itu,

pengetahuan tentang faktor resiko menjadi penting agar dapat

menghindarkan terjadinya MH, seperti tidak hamil pada usia yang

ekstrem dan memperbaiki gizi.5

3. Patogenesis dan Patofisiologi

Mola hidatidosa terdiri dari dua jenis mola hidatidosa komplet

(MHK) dan mola hidatidosa parsial (MHP). Banyak teori yang telah

dilontarkan tentang patogenesis MHK ini, antara lain teori Hertig dan

teori Park.5

Teori Hertig, menganggap bahwa pada mola hidatidosa terjadi

insufisiensi peredaran darah akibat matinya embrio pada minggu ke 3-5

(missed abortion), sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan

mesenhin villi dan terbentuklah kista-kista kecil yang makin lama makin

besar, sampai akhirnya terbentuklah gelembung mola. Sedangkan

proliferasi trofoblas merupakan akibat dari tekanan villi yang

oedematous tadi.5

4

Page 6: Mola Newww Arie

Sebaliknya, Park mengatakan bahwa yang primer adalah adanya

jaringan trofoblas yang abnormal, baik berupa hiperplasi, displasi,

maupun neoplasi. Bentuk abnormal ini disertai pula dengan fungsi yang

abnormal, dimana terjadi absorpsi cairan yang berlebihan ke dalam villi.

Keadaan ini menekan pembuluh darah, yang akhirnya menyebabkan

kematian embrio.5

Teori yang sekarang banyak dianut adalah teori sitogenetik. Secara

sitogenetik dapat diterangkan sebagai berikut. Mola komplet tidak

mengandung jaringan fetal, terjadi karena sebuah ovum yang tidak

berinti (kosong) atau yang intinya tidak berfungsi, dibuahi oleh sebuah

sperma haploid 23,X, terjadilah hasil konsepsi dengan kromosom

23,X.3,5 Kromosom ini kemudian mengadakan penggandaan sendiri

(endoreduplikasi). Sembilan puluh persen diantaranya memiliki

kromosom 46,XX dan 10% lainnya memiliki kromosom 46,XY. Jadi,

kromosom MHK itu seperti wanita, tetapi kedua X-nya berasal dari jalur

paternal (ayah). Tidak ada unsur ibu, sehingga disebut ”Diploid

Androgenetik”. Satu telur berinti dibuahi oleh satu sperma haploid (yang

selanjutnya menduplikasikan kromosomnya), atau telur tersebut dibuahi

oleh 2 sperma.3,5 Pada mola komplet, villi korionik membengkak dengan

bentuk menyerupai anggur (hidatiforme), dan terjadi hiperplasia

trofoblastik.3

Suatu bentuk yang jarang dari mola komplet rekuren berasal dari

jalur biparental dan mengakibatkan kesalahan ekspresi gen-gen yang

dicetak. Mola jenis ini terjadi jika cetakan gen maternal dalam ovum

hilang. Meskipun hasil konsepsi memiliki gen dari kedua orang tua,

hilangnya cetakan gen maternal mengakibatkan fungsi gen ekuivalen

dengan 2 genom dari jalur paternal. Kehamilan molar rekuren jenis ini

diturunkan secara familial dan tampaknya merupakan kecacatan resesif

autosomal.3,5

Pada mola parsial, jaringan fetal seringkali ditemukan. Pembuluh

darah dan eritrosit fetus pada umumnya ditemukan pada villi.

5

Page 7: Mola Newww Arie

Komplemen kromosom adalah 69XXX atau 69XXY. Hal ini merupakan

akibat dari fertilisasi satu ovum haploid dan duplikasi kromosom haploid

paternal atau dari dispermia. Tetraploidi juga mungkin terjadi. Seperti

halnya pada mola komplet, jaringan trofoblastik mengalami hiperplasia

dan terjadi pembengkakan villi korionik.3

4. Insidensi

Di Amerika Serikat: Di negara-negara barat, mola hidatidosa

terjadi pada 1 dari setiap 1000-1500 kehamilan. Mola hidatidosa

merupakan temuan secara tidak sengaja pada sekitar 1 dari setiap

600 abortus terapeutik.3,5

Internasional: Di negara-negara Asia, rata-rata kejadian adalah

15 kali lebih tinggi dibandingkan di Amerika Serikat. Jepang

melaporkan 2 kasus tiap 1000 kehamilan. Di negara-negara Timur

Jauh, beberapa sumber memperkirakan rata-rata sekitar 1 kasus

tiap 120 kehamilan.3,5

5. Mortalitas/Morbiditas

Pada pasien-pasien dengan mola hidatidosa, 20% diantaranya

berkembang menjadi keganasan trofoblastik. Setelah suatu mola komplet

terbentuk, invasi uterus terjadi pada 15% pasien, dan metastasis terjadi

pada 4% pasien. Tidak dilaporkan adanya kasus koriokarsinoma pada

mola parsial, meskipun 4% pasien dengan mola parsial mengalami

penyakit trofoblastik non metastasis persisten yang membutuhkan

kemoterapi.3,4,5

6. Ras

Kehamilan mola tidak memiliki predileksi untuk ras atau etnik

tertentu, meskipun negara-negara Asia menunjukkan suatu rata-rata yang

15 kali lebih tinggi dibandingkan rata-rata di Amerika Serikat. Wanita

Asia yang tinggal di Amerika Serikat tampaknya tidak memiliki rata-rata

yang berbeda untuk mengalami kehamilan mola dibandingkan dengan

kelompok etnis lainnya.3,5

6

Page 8: Mola Newww Arie

7. Usia

Mola hidatidosa lebih sering ditemukan pada puncak usia

reproduksi. Wanita di usia remaja awal atau pada tahun-tahun

perimenopause merupakan kelompok yang memiliki resiko paling

tinggi. Wanita yang lebih tua dari 35 tahun memiliki peningkatan resiko

sebesar 2 kali lipat. Wanita berusia lebih dari 40 tahun mengalami

peningkatan resiko sebesar 4-10 kali lipat dibandingkan yang berusia 20-

40 tahun. Resiko tidak dipengaruhi oleh paritas.5

B. KLINIS 1,2,3,4,5

1. Riwayat Klinis Penyakit

Mola komplet: Manifestasi klinis yang khas dari kehamilan mola

komplet berubah sesuai dengan perkembangan ultrasonografi

resolusi tinggi. Sebagian besar mola sekarang dapat didiagnosis pada

trimester pertama sebelum timbulnya tanda dan gejala klinis klasik.

Perdarahan pervaginam: Gejala klasik yang paling sering

ditemukan pada mola komplet adalah perdarahan per vagina.

Terlepasnya jaringan mola dari desidua mengakibatkan

timbulnya perdarahan. Uterus dapat mengalami distensi karena

darah yang terkumpul dalam jumlah besar, dan cairan gelap

mungkin mengalir dari vagina. Gejala ini terjadi pada 97% kasus.

Hiperemesis: Pasien juga dilaporkan mengalami nausea berat dan

vomiting. Hal ini diakibatkan oleh peningkatan tajam level

human chorionic gonadotropin (HCG).

Hipertiroidisme: Sekitar 7% pasien mengalami takikardi, tremor

dan kulit yang menghangat.

Mola parsial: Pasien dengan mola parsial tidak mengalami gambaran

klinis yang sama dengan mola komplet. Pasien-pasien tersebut pada

umumnya mengalami tanda dan gejala yang sama dengan gejala

pada abortus inkomplet dan missed abortion.

Perdarahan pervaginam

Tidak didapatkannya irama denyut jantung bayi

7

Page 9: Mola Newww Arie

2. Pemeriksaan Fisik

Mola komplet

Besarnya kehamilan tidak sesuai dengan usia kehamilan: Suatu

pembesaran uterus yang lebih besar dari yang seharusnya untuk

usia kehamilan yang sama merupakan tanda klasik dari mola

komplet. Pembesaran yang tidak seharusnya ini disebabkan oleh

pertumbuhan trofoblastik yang berlebihan dan darah yang

terkumpul dalam uterus. Bagaimanapun juga, pada pasien dengan

pembesaran yang sesuai atau lebih kecil dari yang seharusnya

juga memiliki frekuensi yang hampir sama untuk mengalami

kehamilan mola.

Preeklamsia: Sekitar 27% pasien dengan mola komplet

berkembang menjadi toksik, ditandai dengan hipertensi (Tekanan

darah >140/90 mmHg), proteinuria (>400 mg/dL), sedangkan

edema dengan konvulsi hiperpireksia jarang terjadi.

Kista teka lutein: Merupakan kista ovarium dengan diameter

lebih besar dari 6 cm dan terjadi bersamaan dengan pembesaran

ovarium. Kista ini pada umumnya tidak dapat dipalpasi dengan

pemeriksaan bimanual tetapi dapat diidentifikasi dengan

ultrasonografi. Pasien mungkin mengalami nyeri atau rasa

tertekan pada pelvis. Karena peningkatan ukuran ovarium, maka

resiko yang harus diwaspadai adalah terjadinya torsio. Kista ini

memiliki respon yang baik terhadap level beta-HCG yang tinggi

dan secara spontan mengalami regresi setelah mola dievakuasi.

Mola parsial

Pembesaran uterus dan preeklamsia dilaporkan hanya pada 3%

pasien.

Kista teka lutein, hiperemesis, dan hipertiroidisme jarang

ditemukan.

8

Page 10: Mola Newww Arie

Kehamilan kembar

Kehamilan kembar dengan satu mola komplet dan satu fetus

dengan plasenta normal pernah dilaporkan. Kasus-kasus dengan

bayi yang sehat dalam keadaan ini juga pernah dilaporkan.

Wanita dengan kehamilan mola dan kehamilan normal memiliki

resiko untuk mengalami penyekit persisten dan metastasis.

Terminasi kehamilan merupakan pilihan yang direkomendasikan.

Kehamilan dapat dilanjutkan selama status maternal stabil tanpa

adanya perdarahan, tirotoksikosis, atau hipertensi berat. Pasien

harus diberitahukan mengenai resiko morbiditas maternal yang

berat akibat komplikasi dari keadaan tersebut.

Gen prenatal yang didiagnosis dari sampling villi korionik atau

amniosintesis direkomendasikan untuk evaluasi kariotipe fetus.

C. DIAGNOSIS BANDING 1,4

Hiperemesis gravidarum

Kehamilan ektopik terganggu

Abortus

Gemelli

Hidramnion

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG 2,3,4,5

1. Pemeriksaan Laboratorium

Beta-HCG kuantitatif: Level HCG yang lebih dari 100.000 mlU/mL

menunjukkan pertumbuhan trofoblastik yang berlebihan dan

meningkatkan kecurigaan sehingga kemungkinan kehamilan mola

harus disingkirkan. Suatu kehamilan mola juga mungkin terjadi

dengan level HCG yang normal.

Hitung sel darah lengkap dan hitung platelet: Anemia merupakan

komplikasi medis yang paling sering terjadi, akibat dari koagulopati.

9

Page 11: Mola Newww Arie

Fungsi pembekuan: Tes fungsi pembekuan untuk mengetahui adanya

koagulopati atau untuk menentukan penatalaksanaan pada kasus-

kasus yang berhasil ditemukan.

Tes fungsi hati.

Pemeriksaan urea nitrogen darah (blood urea nitrogen/BUN) dan

kreatinin.

Tiroksin: Meskipun wanita dengan kehamilan mola pada umumnya

secara klinis eutiroid, tiroksin plasma biasanya meningkat di atas

kisaran nilai pada saat kehanilan. Dapat muncul gejala

hipertiroidisme.

Serum inhibin A dan aktivin A: Inhibin A dan aktivin A serum

meningkat 7 hingga 10 kali lipat pada kehamilan mola dibandingkan

dengan kehamilan normal pada usia kehamilan yang sama.

Penurunan drastis inhibin A dan aktivin A serum setelah

pengangkatan suatu mola dapat membantu memantau proses remisi.

2. Pemeriksaan Radiologis

Ultrasonografi merupakan kriteria standar untuk identifikasi baik

kehamilan mola komplet atau parsial. Pada pencitraan klasik,

menggunakan teknologi ultrasonografi tua, gambaran badai salju

(snowstorm) mengindikasikan adanya villi korionik hidropik.

Ultrasonografi resolusi tinggi mampu memperlihatkan massa

intrauterin yang kompleks, terdiri dari banyak kista-kista kecil.

Sekali suatu kehamilan mola berhasil didiagnosis, maka suatu

radiografi dada dasar harus dilakukan. Paru-paru merupakan daerah

metastasis utama untuk tumor trofoblastik maligna.

3. Pemeriksaan Histologis

Mola komplet: Jaringan fetus tidak ditemukan, didapatkan proliferasi

tropoblastik berlebihan, villi yang hidropik, dan kromoson 46,XX

atau 46,XY. Juga, mola komplet menunjukkan ekspresi berlebih

beberapa faktor pertumbuhan, termasuk faktor pertumbuhan

10

Page 12: Mola Newww Arie

epidermal c-myc, dan c- dan cerb B-2, dibandingkan dengan plasenta

normal.

Mola parsial: Jaringan fetus seringkali ditemukan, misalnya amnion

dan sel darah merah fetus. Juga didapatkan villi hidropik dan

proliferasi trofoblastik.

E. PENATALAKSANAAN 1,2,3,4,5

1. Terapi Medis

Stabilisasi pasien

Tranfusi jika pasien mengalami anemia

Koreksi koagulopati

Terapi hipertensi

2. Terapi Pembedahan

Evakuasi isi uterus melalui dilatasi dan kuretase penting untuk

dilaksanakan.

Induksi dengan prostaglandin dan oksitosin tidak dianjurkan karena

peningkatan resiko akibat perdarahan dan kemungkinan malignansi

sesuadahnya.

Oksitosin intravena harus mulai diberikan bersamaan dengan

dimulainya dilatasi servik dan dilanjutkan post operasi untuk

mengurangi kemungkinan perdarahan. Pertimbangan menggunakan

formulasi uterotonik (misalnya, Methergine, Hemabate) juga

dianjurkan.

Distres pernafasan sering terjadi selama pembedahan. Hal ini

kemungkinan disebabkan oleh embolisasi trofoblastik, gagal jantung

kongestif high-output akibat anemia, atau cairan iatrogenik yang

berlebihan. Distres pernafasan ini harus secara agresif diterapi

dengan bantuan ventilasi dan monitoring, jika diperlukan.

3. Konsultasi/Rujukan

Seorang ahli ginekologi onkologi harus dikonsultasikan jika pasien

dipercaya memiliki resiko untuk mengalami malignansi.

11

Page 13: Mola Newww Arie

4. Diet

Tidak diperlukan diet khusus.

5. Aktivitas

Pasien diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai kemampuannya.

Pengistirahatan pelvis dianjurkan selama 4-6 minggu setelah

pengosongan uterus, dan pasien diinstruksikan untuk tidak hamil

dulu selama 12 bulan ke depan. Kontrasepsi yang adekuat dianjurkan

selama periode ini.

Monitoring nila beta-HCG serial untuk identifikasi sejumlah kecil

pasien yang berkembang mengalami keganasan. Jika terjadi

kehamilan, elevasi nilai beta-HCG dapat disalahartikan dengan

perkembangan keganasan.

F. MEDIKASI 5

Kemoterapi profilaksis pada mola hidatidosa masih kontroversial.

Sebagian besar wanita sembuh setelah evakuasi uterus.

G. FOLLOW UP 1,3,5

1. Penatalaksanaan Lebih Lanjut Pasien Rawat Jalan

Level beta-HCG kuantitatif serial harus diperiksa.

Pemeriksaan nilai beta-HCG dilakukan setelah 48 jam pertama

dan selanjutnya setiap 2 minggu hingga nilai berada di dalam

batas nilai rujukan.

Nilai tersebut harus secara konsisten turun dan tidak pernah naik.

Jika nilai tersebut telah mencapai nilai rujukan, maka

pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan selama satu tahun.

Setiap peningkatan nilai beta-HCG membutuhkan pemeriksaan

radiografi dada dan pemeriksaan pelvis untuk menentukan

diagnosis dini adanya metastasis.

Kontrasepsi direkomendasikan selama 6 bulan hingga 1 tahun

setelah evakuasi uterus.

Pasien dengan riwayat kehamilan mola komplet atau parsial

sebelumnya memiliki resiko 10 kali lipat untuk mengalami

12

Page 14: Mola Newww Arie

kehamilan mola kedua pada kehamilan selanjutnya. Evaluasi semua

kehamilan selanjutnya sedini mungkin dengan ultrasonografi.

2. Komplikasi

Perforasi uterus selama suction curettage kadang-kadang terjadi

karena uterus yang membesar dan melunak. Jika terjadi perforasi,

maka prosedur evakuasi harus dilanjutkan dengan bantuan

laparaskopi.

Perdarahan/hemoragi merupakan komplikasi yang seringkali terjadi

selama evakuasi kehamilan mola. Karena alasan inilah, maka

oksitosin intravena harus diberikan sebelum memulai prosedur

evakuasi. Methergine dan/atau hemabate juga harus selalu tersedia.

Pasien harus telah diketahui golongan darahnya, dilakukan crossed

check, dan darah untuk tranfusi telah tersedia.

Penyakit trofoblastik maligna terjadi pada 20% kehamilan mola.

Untuk alasan ini, HCG kuantitatif harus dimonitor secara serial

selama 1 tahun post evakuasi hingga hasilnya didapatkan negatif.

Faktor-faktor yang dilepaskan oleh jaringan mola memiliki aktivitas

fibrinolitik. Semua pasien harus diperiksa untuk kemungkinan terjadi

koagulopati intravaskuler diseminata (DIC).

Emboli trofoblastik dipercaya dapat menyebabkan insufisiensi

pernafasan akut. Faktor resiko terbesar didapatkan jika uterus lebih

besar dari seharusnya pada usia kehamilan 16 minggu. Kondisi ini

dapat bersifat fatal.

3. Prognosis

Karena diagnosis dini dan terapi yang tepat, rata-rata mortalitas saat

ini untuk mola hidatidosa adalah nol. Sekitar 20% wanita dengan

mola komplet selanjutnya menderita keganasan trofoblastik.

Keganasan trofoblastik gestasional ini 100% dapat disembuhkan.

Faktor klinis yang berhubungan dengan resiko keganasan adalah usia

lanjut, nilai HCG tinggi (>100.000 mIU/mL), eklamsia,

hipertiroidisme, dan kista teka lutein bilateral. Sebagian besar

13

Page 15: Mola Newww Arie

faktor-faktor tersebut tampaknya mampu merefleksikan jumlah

proliferasi trofoblastik. Memperkirakan pasien mana yang akan

menderita penyakit trofoblastik gestasional adalah sulit, dan

penentuan terapi harus didasarkan pada adanya setiap atau semua

faktor resiko tersebut.

4. Edukasi Pasien

Karena potensi untuk berkembang menjadi penyakit keganasan yang

kecil tetapi nyata, dan karena keganasan tersebut dapat disembuhkan

secara absolut, maka pentingnya perawatan follow-up rutin harus

ditekankan.

Pasien harus menghindari kehamilan selama 1 tahun untuk

menghindari kebingungan dalam menentukan perkembangan suatu

keganasan. Kontrasepsi yang efektif harus digunakan. Jika terjadi

kehamilan, elevasi nilai beta-HCG tidak dapat digunakan untuk

membedakan kehamilan dari perkembangan penyakit.

Kehamilan selanjutnya harus diperiksa sedini mungkin dengan

sonografi karena meningkatnya resiko untuk rekurensi kehamilan

mola pada pasien tersebut.

Resiko rekurensi adalah sebesar 1-2%. Setelah 2 atau lebih

kehamilan mola, resiko rekurensi yang dilaporkan adalah 1 dalam

6,5 hingga 1 dalam 17,5 kehamilan.

H. LAIN-LAIN 2,3,5

1. Perangkap Medis/Legal

Kegagalan untuk menegakkan diagnosis pada pasien dengan

hiperemesis: Banyak pasien dengan kehamilan mola mengalami

nausea dan vomiting berat karena level tinggi HCG yang bersirkulasi

dalam darah.

Kegagalan untuk menjelaskan pentingnya perawatan follow-up

cermat setelah evakuasi mola: Sekitar 20% pasien dengna kehamilan

mola mengalami keganasan trofoblastik.

14

Page 16: Mola Newww Arie

Kegagalan mengenali arti penting level beta-HCG yang mendatar:

Jika level beta-HCG mendatar, harus dipertimbangkan secara serius

kemungkinan keganasan persisten. Radiografi thorak harus

dilakukan untuk mengetahui adanya metastasis. Jika penyakit

metastasis ditemukan, staging menggunakan CT scan dilakukan pada

abdomen, pelvis, dan otak, dan pasien harus mendapatkan terapi

sesuai dengan hasil yang didapatkan.

Kegagalan untuk menegakkan diagnosis pada pasien yang

mengalami preeklamsia sebelum kehamilan 24 minggu: Duapuluh

tujuh persen pasien dengan mola komplet mengalami preeklamsia.

Kegagalan untuk mengenali kehamilan mola yang terjadi bersama

dengan fetus normal: Kehamilan kembar dan multipel dengan

kehamilan mola telah dijelaskan di atas. Resiko malignansi dengan

metastasis tinggi, juga resiko morbiditas maternal akibat perdarahan,

eklamsia, atau komplikasi lain dari kehamilan mola.

15

Page 17: Mola Newww Arie

BAB III

STATUS PENDERITA

A. ANAMNESIS

1. Identitas Penderita

Nama : Ny. S

Umur : 38 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Agama : Islam

Alamat : Jebres Tengah rt 02 /rw 24 Jebres Surakarta

Status Perkawinan : Kawin 1 kali dengan suami sekarang, 13 tahun

HPMT : 25 Februari 2007

HPL : 07 Maret 2007

UK : 20 minggu

Tanggal Masuk : 25 Juni 2007

No.CM : 01 12 38 45

Berat badan : 43 Kg

Tinggi Badan : 155 cm

2. Keluhan Utama

Keluar darah dari jalan lahir

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Datang seorang G3P2A0, 38 tahun, kiriman RS Banyudono dengan

keterangan amenorhoe dan perdarahan. Terlambat mens 4 bulan lebih.

Perdarahan dari jalan lahir dirasakan sejak 2 minggu SMRS. Sejak tadi

pagi timbul flek-flek. Ganti pembalut 5-7 kali/ hari, mual dan muntah

berlebih, > 5x/ hari.

16

Page 18: Mola Newww Arie

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat sesak nafas : Disangkal

Riwayat Hipertensi : Disangkal

Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal

Riwayat DM : Disangkal

Riwayat Asma : Disangkal

Riwayat Alergi Obat/ makanan : Disangkal

Riwayat Penyakit selama hamil : Disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Mondok : Disangkal

Riwayat Hipertensi : Disangkal

Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal

Riwayat DM : Disangkal

Riwayat Asma : Disangkal

Riwayat Alergi Obat/makanan : Disangkal

6. Riwayat Fertilitas

Baik

7. Riwayat Obstetri

I. ♂, 13 tahun, 3000 gram, spontan

II. ♂, 11 tahun 3200 gram, spontan

III. ♂, 3 tahun 3000 gram, spontan

IV. Sekarang

8. Riwayat Ante Natal Care (ANC)

Teratur, pertama kali periksa ke puskesmas pada usia kehamilan 1 bulan.

9. Riwayat Haid

- Menarche : 13 tahun

- Lama menstruasi : 6 hari

- Siklus menstruasi : 28 hari

10. Riwayat Pernikahan

Menikah 1 kali (umur 25 tahun)

11. Riwayat Keluarga Berencana

17

Page 19: Mola Newww Arie

Tidak KB

B. PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Interna

Keadaan Umum : Sedang, compos mentis, gizi kesan baik

Tanda Vital :

Tensi : 110/60 mmHg

Nadi : 80 x/ menit

Respiratory Rate : 20 x/ menit

Suhu : 36,1 0C

Kepala : Mesocephal

Mata : Conjuctiva anemis (+/+), Sklera ikterik (-/-)

THT : Tonsil tidak membesar, Pharinx hiperemis (-)

Leher : Pembesaran kelenjar tiroid (-)

Thorax : Gld. Mammae dalam batas normal, areola mammae

hiperpigmentasi (+/+)

Cor :

Inspeksi : IC tidak tampak

Palpasi : IC tidak kuat angkat

Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar

Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)

Pulmo :

Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi : Fremitus raba dada kanan = kiri

Perkusi : Sonor/Sonor

Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)

Abdomen :

Inspeksi : Dinding perut > dinding dada, distended (+)

Palpasi : Supel, NT (-), hepar lien tidak teraba, TFU 2 jari di

atas simfisis pusat, teraba massa (+) sebesar telur

angsa

18

Page 20: Mola Newww Arie

Perkusi : Tympani pada bawah processus xiphoideus, redup

pada daerah uterus

Auskultasi : DJJ (-), Peristaltik (+) ↓

Genital : Lendir darah (+) ,air ketuban (-)

Ekstremitas : Oedema - - , Akral dingin - -

- - - -

2. Status Obstetri

Inspeksi

Kepala : Mesocephal

Mata : Conjungtiva Anemis (+/+), sclera ikterik (-/-)

Thorax : Glandula mammae hipertrofi (+), areola mammae

hiperpigmentasi (+)

Abdomen :

Inspeksi : Dinding perut > dinding dada, distended (+)

Palpasi : Supel, NT (-), hepar lien tidak teraba, TFU 2 jari di

atas simfisis pusat, teraba massa (+) sebesar telur

angsa.

Perkusi : Tympani pada bawah processus xiphoideus, redup

pada daerah uterus

Auskultasi : DJJ (-), Peristaltik (+) ↓

Genital eksterna : Vulva/uretra dalam batas normal, lendir darah (-),

peradangan (-), tumor (-)

Ekstremitas : Oedema - - , Akral dingin - -

- - - -

Pemeriksaan Dalam :

Inspekulo : vulva/ uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal,

portio lunak, mencucu, OUE tertutup, darah (+), lendir (-).

VT : Vulva/ Uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal,

portio lunak, mencucu, Hegar sign (+), OUE tertutup, CU

19

Page 21: Mola Newww Arie

sebesar kepala bayi, antefleksi, Adneksa/ parametrium kanan-

kiri dalam batas normal, darah (+).

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium Darah tanggal 22 Mei 2012

Hb : 10,4 g/dl GDS : 135 mg/dL

Hct : 39 % Ureum : 23 mg/dL

Eritrosit : 3,85 x 106/uL Creatinin : 0,7 mg/dL

Leukosit : 11,8 x 103/uL Albumin : 3,2 g/dL

Trombosit : 582 x 103/uL Na : 131 mmol/L

Golongan Darah : O K : 3,9 mmol/L

HbSAg : negatif Cl : 101 mmol/L

2. Ultrasonografi (USG) tanggal 25 Juni 2007:

Vesica urinaria terisi cukup, tampak uterus ukuran 18x16x15 cm.

Tampak gambaran vesicular menyerupai “Honey Comb Appearance”.

Tak tampak gambaran janin intra uterin/ ekstra uterin.

Kesan : Mola Hidatidosa.

D. KESIMPULAN

Seorang G4P3A0, 39 thn, UK = 17+1 minggu dengan riwayat fertilitas

baik, riwayat obstetrik baik, distended (+), TFU 2 jari di atas simfisis

pusat, teraba massa (+),DJJ (-). Pada pemeriksaan USG tampak uterus

ukuran 18x16x15 cm, tampak gambaran vesicular menyerupai “Honey

Comb Appearance”, tak tampak gambaran janin intra uterin/ ekstra uterin.

E. DIAGNOSIS

Mola Hidatidosa dengan anemia, leukositosis, trombositopeni.

F. PROGNOSIS

Jelek

G. TERAPI

- Mondok bangsal RPK awasi KU dan VS

- Antibiotika

- Lab darah rutin cito

- Perbaikan KU transfusi s/d Hb ≥ 10 g/dL

20

Page 22: Mola Newww Arie

- Usul evakuasi jaringan mola jika KU baik

- Konsul Interna

- Usul pemeriksaan βHCG

- Usus pemeriksaan T3, T4, TSH

- Konsul staff bangsal

H. FOLLOW UP

Tanggal 25 Juni 2007 :

Konsul Interna :

Advis :

- Tranfusi WBC Hb ≥ 10 mg/dL

- Injeksi Ca. Glukonas setiap post transfusi 3 kolf

- Diet TKTP

Keluhan : -

Keadaan umum : sedang, compos mentis, kesan gizi baik

Tanda vital : T = 110/70 mmHg Rr = 22 x/menit

N = 84 x/menit Suhu = 36,9 0C

Mata : Conjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/-)

Thorax : Cor : dalam batas normal

Pulmo : dalam batas normal

Abdomen : supel, NT (-), TFU ½ simfisis pusat

Genital : darah (+) sedikit, discharge (-)

Laboratorium darah:

Hb : 8,3 gr/dl

Hct : 23,5 %

Eritrosit : 2,8 x 106/uL

Leukosit : 24,9 x 103/uL

Trombosit : 94 x 103/uL

Diagnosis :Mola Hidatidosa dengan anemia, leukositosis, trombositopeni.

21

Page 23: Mola Newww Arie

Terapi:

1. Awasi KU dan VS

2. Balance cairan

3. Transfusi s/d Hb ≥ 10 g/dL

4. Usul evakuasi jaringan mola jika KU baik

5. IVFD Asering (20 tpm)

6. Injeksi Ampicillin 1 g/ 8 jam

7. Injeksi Traneksamat 500 mg/ 8 jam

8. Usul pemeriksaan βHCG, T3, T4, TSH

Tanggal 26 Juni 2007

Keluhan : -

Keadaan umum : sedang, compos mentis, kesan gizi baik

Tanda vital : T = 120/70 mmHg Rr = 20 x/menit

N = 88 x/menit Suhu = 37,0 0C

Mata : Conjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/-)

Thorax : Cor : dalam batas normal

Pulmo : dalam batas normal

Abdomen : supel, NT (-), TFU ½ simfisis pusat,teraba massa(+)

Genital : darah (+), gelembung (+), discharge (-)

Diagnosis : Mola Hidatidosa dg anemia,leukositosis,trombositopeni

Terapi :

1. Awasi KU dan VS

2. Balance cairan

3. Transfusi s/d Hb ≥ 10 g/dL

4. Usul evakuasi jika KU baik

5. IVFD Asering (20 tpm)

6. Injeksi Ampicillin 1 g/ 8 jam

7. Injeksi Traneksamat 500 mg/ 8 jam

8. Usul pemeriksaan βHCG, T3, T4, TSH

22

Page 24: Mola Newww Arie

Tanggal 27 Juni 2007

Keluhan : -

Keadaan umum : sedang, compos mentis, kesan gizi baik

Tanda vital : T = 120/80 mmHg Rr = 20 x/menit

N = 80 x/menit Suhu = 36,8 0C

Mata : Conjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/-)

Thorax : Cor : dalam batas normal

Pulmo : dalam batas normal

Abdomen : supel, NT (-), TFU ½ simfisis pusat,teraba massa (+)

Genital : darah (+) sedikit, discharge (-)

Diagnosis : Mola Hidatidosa dg anemia, leukositosis,trombosipeni.

Terapi :

1. Awasi KU dan VS

2. Balance cairan

3. Transfusi s/d Hb ≥ 10 g/dL

4. Usul evakuasi jika KU baik

5. IVFD Asering (20 tpm)

6. Injeksi Cefotaxim 1 g/ 12 jam

7. Injeksi Metronidazole 500 mg/ 8 jam

8. injeksi Prednisolone 20 mg/ 8 jam

9. Usul pemeriksaan βHCG, T3, T4, TSH

Tanggal 28 Juni 2007

Keluhan : -

Keadaan umum : sedang, compos mentis, kesan gizi baik

Tanda vital : T = 110/70 mmHg Rr = 22 x/menit

N = 84 x/menit Suhu = 36,9 0C

Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Thorax : Cor : dalam batas normal

Pulmo : dalam batas normal

Abdomen : supel, NT (-), TFU ½ simfisis pusat,teraba massa (+)

Genital : darah (+) sedikit, discharge (-)

23

Page 25: Mola Newww Arie

Laboratorium darah:

Hb : 8,3 gr/dl

Hct : 23,5 %

Eritrosit : 2,8 x 106/uL

Leukosit : 24,9 x 103/uL

Trombosit : 94 x 103/uL

Diagnosis : Mola Hidatidosa dg anemia, leukositosis,trombosipeni.

Terapi :

1. Awasi KU dan VS

2. Balance cairan

3. Transfusi s/d Hb ≥ 10 g/dL

4. Usul evakuasi jika KU baik

5. IVFD Asering (20 tpm)

6. Injeksi Cefotaxim 1 g/ 12 jam

7. Injeksi Metronidazole 500 mg/ 8 jam

8. Injeksi Prednisolone 20 mg/ 8 jam

9. Usul pemeriksaan βHCG, T3, T4, TSH

10. Transfusi WBC 4 kolf

Tanggal 29 Juni 2007

Keluhan : -

Keadaan umum : sedang, compos mentis, kesan gizi baik

Tanda vital : T = 120/80 mmHg Rr = 20x/menit

N = 80 x/menit Suhu = 36,5 0C

Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Thorax : Cor : dalam batas normal

Pulmo : dalam batas normal

Abdomen : supel, NT (-), TFU ½ simfisis pusat ,teraba massa (+)

Genital : darah (+) sedikit, discharge (-)

Laboratorium darah:

Hb : 10,2 gr/dl

Hct : 32,5 %

24

Page 26: Mola Newww Arie

Eritrosit : 2,8 x 106/uL

Leukosit : 17,2 x 103/uL

Trombosit : 134 x 103/u

Diagnosis : Mola Hidatidosa dg anemia, leukositosis,trombositopeni.

Terapi :

1. Awasi KU dan VS

2. Usul Kuretase

3. IVFD Asering (20 tpm)

4. Injeksi Cefotaxim 1 g/ 12 jam

5. Injeksi Metronidazole 500 mg/ 8 jam

6. Injeksi Prednisolone 20 mg/ 8 jam

7. Usul pemeriksaan βHCG, T3, T4, TSH

Tanggal 30 Juni 2007

Keluhan : -

Keadaan Umum : sedang , CM , gizi kesan baik

Tanda vital : T = 130/90 mmHg Rr = 20x/menit

N = 84 x/menit Suhu = 36,5 0C

Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Thorax : Cor : dalam batas normal

Pulmo : dalam batas normal

Abdomen : supel, NT (-), TFU ½ simfisis pusat

Genital : darah (+) sedikit, discharge (-)

Laboratorium darah:

Hb : 11,1 gr/dl

Hct : 35,0 %

Eritrosit : 4,03 x 106/uL

Leukosit : 15,1 x 103/uL

Trombosit : 185 x 103/Ul

Diagnosis : Mola Hidatidosa

25

Page 27: Mola Newww Arie

Terapi :

1. Awasi KU dan VS

2. Pro Kuretase

3. IVFD Asering (20 tpm)

4. Injeksi Cefotaxim 1 g/ 12 jam

5. Injeksi Metronidazole 500 mg/ 8 jam

6. Injeksi Prednisolone 20 mg/ 8 jam

7. Usul pemeriksaan βHCG, T3, T4, TSH

Tanggal 1 Juli 2007

Keluhan : -

Keadaan umum : sedang, compos mentis, kesan gizi baik

Tanda vital : T = 120/80 mmHg Rr = 20x/menit

N = 80 x/menit Suhu = 36,3 0C

Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Thorax : Cor : dalam batas normal

Pulmo : dalam batas normal

Abdomen : supel, NT (-), TFU teraba 2 jari di atas SOP ,massa (-)

Genital : darah (-) sedikit, discharge (-)

Diagnosa : Post Kuretase e/c Mola Hidatidosa

Terapi :

1. Awasi KU dan VS

2. Amoxicilin 3 x 1

3. Roborantia 2x1

4. Usul Histerektomi

Tanggal 2 Juli 2007

Keluhan : -

Keadaan umum : sedang, compos mentis, kesan gizi baik

Tanda vital : T = 130/80 mmHg Rr = 20x/menit

N = 84 x/menit Suhu = 36,5 0C

Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Thorax : Cor : dalam batas normal

26

Page 28: Mola Newww Arie

Pulmo : dalam batas normal

Abdomen : supel, NT (-), TFU teraba 2 jari di atas SOP,massa (-)

Genital : darah (-) sedikit, discharge (-)

Diagnosa : Post Kuretase e/c Mola Hidatidosa

Terapi :

1. Awasi KU dan VS

2. Amoxicilin 3 x 1

3. Roborantia 2x1

4. Usul Histerektomi

Tanggal 3 Juli 2007

Keluhan : -

Keadaan umum : sedang, compos mentis, kesan gizi baik

Tanda vital : T = 130/80 mmHg Rr = 20x/menit

N = 84 x/menit Suhu = 36,5 0C

Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Thorax : Cor : dalam batas normal

Pulmo : dalam batas normal

Abdomen : supel, NT (-), TFU teraba 2 jari di atas SOP,massa (-)

Genital : darah (-) sedikit, discharge (-)

Diagnosa : Post Kuretase e/c Mola Hidatidosa

Terapi :

1. Awasi KU dan VS

2. Amoxicilin 3 x 1

3. Roborantia 2x1

4. Usul Histerektomi

Tanggal 4 Juli 2007

Keluhan : -

Keadaan umum : sedang, compos mentis, kesan gizi baik

Tanda vital : T = 130/80 mmHg Rr = 20x/menit

N = 84 x/menit Suhu = 36,5 0C

Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

27

Page 29: Mola Newww Arie

Thorax : Cor : dalam batas normal

Pulmo : dalam batas normal

Abdomen : supel, NT (-), TFU teraba 2 jari di atas SOP,massa (-)

Genital : darah (-) sedikit, discharge (-)

Diagnosa : Post Kuretase e/c Mola Hidatidosa

Terapi :

1. Awasi KU dan VS

2. Amoxicilin 3 x 1

3. Roborantia 2x1

4. Persiapan Histerektomi :

-Puasa 6 jam pre operasi

-Pasang IV Line setelah puasa

-Sedia darah sesuai operator

-Informed Consent

Tanggal 5 Juli 2007

Keluhan : -

Keadaan umum : sedang, compos mentis, kesan gizi baik

Tanda vital : T = 130/80 mmHg Rr = 20x/menit

N = 84 x/menit Suhu = 36,5 0C

Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Thorax : Cor : dalam batas normal

Pulmo : dalam batas normal

Abdomen : supel, NT (-), TFU teraba 2 jari di atas SOP,massa (-)

Genital : darah (-) sedikit, discharge (-)

Diagnosa : Post Kuretase e/c Mola Hidatidosa

Terapi :

1. Awasi KU dan VS

2. Histerektomi

3. Instruksi Post OP:

a.Awasi KU / VS

b. Puasa sampai peristaltik usus positif

28

Page 30: Mola Newww Arie

c.Balance cairan

d. Transfusi darah sampai dengan Hb lebih dari 10 gr/dl

e. Medika mentosa :

-IVFD Nacl : D5% : RL = 1 : 2 : 1 20 tpm

-Injeksi Cefotaxim 1 gram /12 jam

-Infus Metronidasol 500 mg / 8 jam

-Injeksi Vitamin C 1 ampul / 12 jam

-Injeksi Tramadol 1 ampul / 8 jam

-Injeksi Alinamin F 1 ampul / 8 jam

-Injeksi Vitamin B complek 2 cc / 24 jam

Tanggal 6 Juli 2007

Keluhan : -

Keadaan umum : sedang, compos mentis, kesan gizi baik

Tanda vital : T = 130/80 mmHg Rr = 20x/menit

N = 84 x/menit Suhu = 36,5 0C

Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Thorax : Cor : dalam batas normal

Pulmo : dalam batas normal

Abdomen : supel, NT (-), massa (-), luka bekas operasi tertutup

verban (+)

Genital : darah (-) sedikit, discharge (-)

Diagnosa : Post TAH + BSO a/i Mola Hidatidosa, DPH 1

Terapi :

1. Awasi KU /VS

2. Balance cairan

3. Transfusi sampai Hb > 10 g /dl

4. IVFD Nacl : D5% : RL = 1 : 2 : 1 20 tpm

5. Injeksi Cefotaxim 1 gram /12 jam

6. Infus Metronidasol 500 mg / 8 jam

7. Injeksi Vitamin C 1 ampul / 12 jam

8. Injeksi Tramadol 1 ampul / 8 jam

29

Page 31: Mola Newww Arie

9. Injeksi Alinamin F 1 ampul / 8 jam

10. Injeksi Vitamin B complek 2 cc / 24 jam

Laboratorium darah:

Hb : 8,4 gr/dl

Hct : 26,1 %

Eritrosit : 2,95 x 106/uL

Leukosit : 23,2 x 103/uL

Trombosit : 304 x 103/Ul

Tanggal 7 Juli 2007

Keluhan : -

Keadaan umum : sedang, compos mentis, kesan gizi baik

Tanda vital : T = 130/80 mmHg Rr = 20x/menit

N = 84 x/menit Suhu = 36,5 0C

Mata : Conjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/-)

Thorax : Cor : dalam batas normal

Pulmo : dalam batas normal

Abdomen : supel, NT (-), massa (-), luka bekas operasi tertutup

verban (+)

Genital : darah (-) sedikit, discharge (-)

Diagnosa : Post TAH + BSO a/i Mola Hidatidosa, DPH 2

Terapi :

1. Awasi KU /VS

2. Balance cairan

3. Transfusi sampai Hb > 10 g /dl

4. IVFD Nacl : D5% : RL = 1 : 2 : 1 20 tpm

5. Injeksi Cefotaxim 1 gram /12 jam

6. Infus Metronidasol 500 mg / 8 jam

7. Injeksi Vitamin C 1 ampul / 12 jam

8. Injeksi Tramadol 1 ampul / 8 jam

9. Injeksi Alinamin F 1 ampul / 8 jam

10. Injeksi Vitamin B complek 2 cc / 24 jam

30

Page 32: Mola Newww Arie

Tanggal 8 Juli 2007

Keluhan : -

Keadaan umum : sedang, compos mentis, kesan gizi baik

Tanda vital : T = 130/80 mmHg Rr = 20x/menit

N = 84 x/menit Suhu = 36,5 0C

Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Thorax : Cor : dalam batas normal

Pulmo : dalam batas normal

Abdomen : supel, NT (-), massa (-), luka bekas operasi tertutup

verban (+)

Genital : darah (-) sedikit, discharge (-)

Diagnosa : Post TAH + BSO a/i Mola Hidatidosa, DPH 3

Terapi :

1. Awasi KU /VS

2. Balance cairan

3. Transfusi sampai Hb > 10 g /dl

4. IVFD Nacl : D5% : RL = 1 : 2 : 1 20 tpm

5. Injeksi Cefotaxim 1 gram /12 jam

6. Infus Metronidasol 500 mg / 8 jam

7. Injeksi Vitamin C 1 ampul / 12 jam

8. Injeksi Tramadol 1 ampul / 8 jam

9. Injeksi Alinamin F 1 ampul / 8 jam

10. Injeksi Vitamin B complek 2 cc / 24 jam

11. Injeksi Tranexamt 1 ampul / 8 jam

31

Page 33: Mola Newww Arie

32

Page 34: Mola Newww Arie

BAB IV

ANALISA KASUS

Pada kasus ini ditegakkan diagnosis mola hidatidosa berdasarkan :

1. Anamnesis

Pada pasien ini ditemukan keluhan

Pasien tidak haid selama 4 bulan (amenorrhea). Keadaan ini merupakan

tanda tanda kehamilan subyektif.

Pasien mual dan muntah berlebihan (hyperemesis). Keadaan ini terjadi

karena peningkatan tajam level Human Chorionic Gonadotropin (HCG)

Perdarahan lewat vagina. Keadaan ini terjadi karena terlepasnya jaringan

mola dari desidua.

2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan abdomen pasien ini ditemukan

Usia kehamilan pasien 17 +1 minggu, dengan TFU ½ simfisis pusat (sesuai

usia kehamilan 24 minggu). Pada usia kehamilan pasien ini TFU

seharusnya 2 jari di bawah pusat. Pembesaran uterus pasien tidak sesuai

dengan umur kehamilannya (lebih besar dari seharusnya). Hal ini

disebabkan oleh pertumbuhan trofoblastik yang berlebihan dan darah yang

terkumpul dalam uterus.

Pada palpasi, teraba massa, tidak teraba bagian- bagian janin.

Pada auskultasi, tidak ditemukan adanya denyut jantung janin.

3. Pemeriksaan penunjang

Pada pemeriksaan USG :

Tampak uterus dengan ukuran 18 x 16 x 15 cm. Tampak gambaran

vesiculair menyerupai “Honey Comb Appearance”. Tak tampak gambaran

janin intrauterin / ekstrauterin.

Gambaran vesiculair yang menyerupai “Honey Comb Appearance”

menunjukkan adanya villi korionik yang hidropik yang merupakan

keadaan patologik dari mola hidatidosa.

33

Page 35: Mola Newww Arie

Faktor risiko

Pada pasien ini memiliki faktor risiko yaitu usia 39 tahun dimana termasuk

dalam rentang usia <20 tahun dan >35 tahun, yang merupakan kelompok usia

yang memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadinya mola.

Terapi

1. Perbaikan keadaan umum

Pada pasien ini dilakukan perbaikan KU dengan tranfusi darah untuk

mengatasi anemia yang terjadi karena perdarahan.

2. Kuretase

Pada pasien ini dilakukan kuretase untuk mengeluarkan jaringan mola.

Kuretase dilakukan satu kali, kecuali jika terdapat indikasi maka dapat

dilakukan kuretase ulang.

3. Histerektomi

- Pada pasien ini dilakukan TAH dengan pertimbangan usia tua dan paritas

tinggi merupakan faktor predisposisi terjadinya keganasan. Batasan yang

dipakai adalah 35 tahun dengan anak hidup tiga.

- Dilakukan juga BSO karena pada mola terjadi peningkatan kadar Beta-

HCG yang dapat menyebabkan terbentuknya kista teka lutein pada ovarium

dengan resiko terjadinya torsio.

34

Page 36: Mola Newww Arie

DAFTAR PUSTAKA

1. Sarwono Prawirohardjo, 1999. ILMU KANDUNGAN. Gangguan

bersangkutan dengan konsepsi, Mola Hidatidosa. Ed.2, cet.3. Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka

2. Ben-Zion Taber, 1984. Manual of Gynecologic and obstetric Emergencies.

Philadelphia: W.B. Sounders Company

3. Rayburn, William F., et.al, 2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya

Medika

4. Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri fisiologi, Obstetri

patologi. Ed.2. Jakarta: EGC

5. Martaadisubrata, Jamhur, 2005. Buku Pedoman Pengelolaan Penyakit

Trofoblas Gestasional. Jakarta: EGC

35