manual mahasiswa neuropsikiatri 2012-2013

Upload: achoonk-ramadhan

Post on 02-Jun-2018

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Manual Mahasiswa Neuropsikiatri 2012-2013

    1/33

    1

    SISTEM NEUROPSIKIATRI

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    PELATIHAN KETERAMPILAN KLINIK

    PEMERIKSAAN KLINIS NEUROLOGI

    PANDUAN PESERTA

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2012

  • 8/10/2019 Manual Mahasiswa Neuropsikiatri 2012-2013

    2/33

    2

    PENDAHULUAN

    Keterampilan medik adalah keterampilan motorik yang harus dikuasai oleh

    seorang tenaga medik agar dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.

    Melalui fasilitas berupa skill lab mahasiswa dapat berlatih keterampilanketerampilanmedik yang mereka perlukan dalam situasi latihan di laboratorium, bukan dalam

    suasana kontak antara dokter-pasien di rumah sakit. Latihan keterampilan klinik ini

    mengajar mahasiswa agar dapat berlatih secara trial and error, dapat mengulang-

    ulang kegiatan atau tindakan yang sama (dengan kadang-kadang melakukan

    kekeliruan) sampai betul-betul terampil. Keadaan seperti ini hampir tidak mungkin

    dilakukan pada penderita yang sedang dirawat di rumah sakit.

    Apabila keterampilan motorik sudah dikuasai, dilanjutkan dengan latihan

    yang mengandung unsur emosi. Latihan ini diteruskan sampai menjadi suatu

    rangkaian keterampilan medik yang kompleks.

    Karena mahasiswa telah menguasai keterampilan dalam melakukan

    penatalaksanaan, rasa percaya diri menjadi lebih besar, dan mahasiswa dapat bersikap

    lebih baik terhadap pasien, serta mengurangi kendal-kendala emosional antara

    mahasiswa dengan pasien pada waktu koass harus kontak dengan pasien.

  • 8/10/2019 Manual Mahasiswa Neuropsikiatri 2012-2013

    3/33

    3

    TATA TERTIB KEGIATAN CSL (CLINICAL SKILL LABORATORY)

    Sebelum Pelatihan

    Membaca penuntun belajar (manual) keterampilan Klinik Sistem

    Neuropsikiatri dan bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang

    akan dilakukan.

    Selama Pelatihan

    1. Datang 15 menit sebelum CSL dimulai

    2. Wajib mengikuti seluruh kegiatan CSL sesuai dengan jadwal rotasi

    yang telah ditentukan.

    3. Mengenakan jas laboratorium yang bersih dan dikancing rapi pada

    setiap kegiatan CSL.

    4. Memakai atribut / nama yang ditempelkan pada jas laboratorium

    5. Berpartisipasi aktif pada semua kegiatan latihan

    6. Bagi kegiatan yang menggunakan model memperlakukan model

    tersebut seperti manusia atau bagian tubuh manusia.

    7. Tidak diperkenankan menghilangkan, mengambil atau meminjam

    tanpa ijin setiap alat / bahan yang ada pada ruang CSL.

    8. Setiap selesai kegiatan CSL mahasiswa harus merapikan kembali alat

    dan bahan yang telah digunakan.

    9. Bagi mahasiswa yang kehadirannya kurang dari 100 % makawajib

    hadir pada saat review CSL

    Pada saat ujian CSL

    1. Ujian dapat diikuti apabila kehadiran pada kegiatan CSL minimal

    100%.

    2. Membawa kartu kontrol yang telah ditandatangani oleh koordinator

    instruktur CSL.

    3. Bagi yang tidak ikut ujian karena sakit diwajibkan membawa

    keterangan bukti diagnosis dari dokter paling lambat 3 hari setelah

    tanggal sakit.

    SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB CSL

    1. Bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan CSL tidak sesuai dengan

    jadwal rotasinya dianggap tidak hadir.

    2. Bagi mahasiswa yang presentase kehadiran CSLnya

  • 8/10/2019 Manual Mahasiswa Neuropsikiatri 2012-2013

    4/33

    4

    PEMERIKSAAN KLINIS NEUROLOGI

    TUJUAN PEMBELAJARAN

    I. TUJUAN PEMBELAJARAN :

    Mahasiswa mampu melakukan:1. Pemeriksaan derajat kesadaran

    2. Pemeriksaan fungsi kortikal luhur3. Pemeriksaan tanda rangsang menings

    4. Pemeriksaan test koordinasi5. Pemeriksaan saraf kranial

    6. Pemeriksaan sistem sensorik: exteroceptif dan proprioceptif7. Pemeriksaan sistem motorik: pergerakan otot, kekuatan otot, dan tonus otot

    8. Pemeriksaan refleks fisiologis: refleks bisep, trisep, brachioradialis, patella, danachilles

    9. Pemeriksaan refleks patologis: Babinski, Hoffmann Tromner, Oppenheimdan variasi lain

    II. SASARAN PEMBELAJARAN

    Setelah melakukan latihan keterampilan ini, mahasiswa mampu :

    1. Mempersiapkan klien untuk pemeriksaan derajat kesadaran

    2. Melakukan pemeriksaan derajat kesadaran dengan Glasgow Coma Scale3. Melakukan pemeriksaan fungsi kortikal luhur (kaku kuduk Kernigs sign)

    4. Mempersiapkan klien untuk pemeriksaan tanda rangsang menings5. Melakukan pemeriksaan tanda rangsang menings

    6. Mempersiapkan klien untuk pemeriksaan test koordinasi (hidung jari hidung)7. Melakukan pemeriksaan fungsi koordinasi

    8. Mempersiapkan klien untuk pemeriksaan motorik;9. Melakukan pemeriksaan motorik secara benar;

    10. Mempersiapkan alat dan klien untuk pemeriksaan refleks biseps, refleks triseps;brakhioradialis, refleks patella dan refleks achilles;

    11. Melakukan pemeriksaan refleks biseps, triseps, brakhioradialis, patella,dan Achilles.

    12. Mempersiapkan klien untuk pemeriksaan refleks patologis fungsi kesadaran13. Melakukan pemeriksaan refleks Babinski, Hoffmann-tromner, dan Oppenheim

    14. Melakukan variasi lain dari pemeriksaan refleks patologis15. Mampu mempersiapkan alat untuk pemeriksaa saraf kranialis.

    16. Mampu melakukan pemeriksaan saraf kranialis.

  • 8/10/2019 Manual Mahasiswa Neuropsikiatri 2012-2013

    5/33

    5

    INDIKASI :

    PERSIAPAN ALAT :

    - Kuas halus Kapas

    - Bulu Tissue- Tabung berisi air dingin Tabung berisi air panas

    - Jarum tumpul Peniti

    - Garpu Tala Frekwensi 128 Hz Garpu Tala Frekwensi 256 HZ

    - Hammer

    DESKRIPSI KEGIATAN

    Kegiatan Waktu Deskripsi

    1. Pengantar 2 menit Pengantar 2. Bermain Peran Tanya & Jawab

    30menit

    1. Mengatur posisi duduk mahasiswa2. Dua orang dosen memberikan contoh bagaimana

    cara melakukan pemeriksaan neurologis.Mahasiswa mengamati peragaan dengan

    menggunakan Penuntun Belajar.3. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk

    bertanya dan dosen memberikan penjelasan tentangaspek-aspek yang penting

    # 3. Praktek bermainperan

    dengan UmpanBalik

    100menit

    1. Mahasiswa dibagi menjadi pasangan-pasangan.Diperlukan minimal seorang Instruktur untuk

    mengamati setiap langkah yang dilakukan olehpaling banyak 4 pasangan.

    2. Setiap pasangan berpraktek melaku-kan langkah-langkah pemeriksaan neurologis secara serentak

    3. Instruktur berkeliling diantara ma-hasiswa danmelakukan supervisi menggunakan check list.

    4. Instruktur memberikan pertanyaan dan umpanbalik kepada setiap pasangan

    # 4. Curah Pendapat/ Diskusi

    15menit

    1. Curah Pendapat/Diskusi : Apa yang dirasakanmudah? Apa yang sulit? Menanyakan bagaimana

    perasaan mahasiswa yang pada saat melakukan

    pemeriksaan Apa yang dapat dilakukan oleh dokteragar klien merasa lebih nyaman?2. Instruktur membuat kesimpulan dengan menjawab

    pertanyaan terakhir dan memperjelas hal-hal yangmasih belum dimengerti

    Total waktu 150menit

  • 8/10/2019 Manual Mahasiswa Neuropsikiatri 2012-2013

    6/33

    6

    PENUNTUN PEMBELAJARAN

    KETERAMPILAN PEMERIKSAAN KLINIS NEUROLOGIK

    Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :

    1. Perlu perbaikan: langkah-langkah yang tidak dilakukan dengan benar danatau tidak sesuai urutannya, atau ada langkah yang tidak dilakukan.

    2. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai urutannya,tetapi tidak efisien.

    3. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan danefisien.

    TS Tidak Sesuai: Langkah tidak perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan

    keadaan.

    NO. LANGKAH / KEGIATAN KASUS

    A. MENYIAPKAN KLIEN 1 2 31. Sapalah klien atau keluarganya dengan ramah dan perkenalkan dirianda, serta tanyakan keadaannya.

    2. Berikanlah informasi umum pada klien atau keluarganya tentang

    pemeriksaan neurologis yang akan dilakukan, tujuan dan manfaatuntuk keadaan klien.

    3. Berikanlah jaminan pada klien atau keluarganya tentang keamanandari tindakan yang anda lakukan

    4. Berikanlah jaminan pada klien atau keluarganya tentang kerahasiaanyang diperlukan klien

    5. Jelaskanlah pada klien tentang hak-hak klien atau keluarganya,

    misalnya tentang hak untuk menolak tindakan pemeriksaaanneurologist yang akan dilakukan, tanpa mengurangi haknya akanpelayanan kesehatan.

    7. Persilahkan klien untuk naik dan berbaring di tempat tidur

    B. CUCI TANGAN BIASA (RUTIN) 1 2 3

    8. Lepaskanlah cincin, arloji, gelang dan lain-lain perhiasan di

    pergelangan tangan dan jari. Simpan ditempat yang aman.

    9. Gulunglah lengan baju sampai sebatas siku.

    10. Basahilah tangan dengan air mengalir, lalu kecilkan aliran air.

    11. Tuangkanlah kira-kira 3 ml sabun cair, dan ratakanlah diseluruh

    tangan.

    12. Gosokkanlah kedua telapak tangan13. Gosokkanlah telapak tangan kanan pada punggung tangan kiri

    dan sebaliknya silih berganti

    14. Gosoklah jari-jari, dengan memasukkan jari-jari tangan kanandisela-sela jari-jari tangan kiri sambil menggosok. Lakukanlah

    sebaliknya secara silih berganti.

    15. Gosoklah kedua ibu jari dan area sekitarnya.

    16. Bersihkanlah dan gosokkanlah ujung jari dan kuku jari kedua

  • 8/10/2019 Manual Mahasiswa Neuropsikiatri 2012-2013

    7/33

    7

    tangan dengan menggosokkan pada telapak tangan yang sebelahnya.

    Lakukanlah pada tangan yang lain.

    17. Gosoklah kedua pergelangan tangan silih ber-ganti.

    18. Bilaslah kedua tangan dengan air mengalir.

    19. Tutuplah keran tanpa menyentuh dengan tangan yang sudah dicuci,

    yaitu dengan menggunakan siku, kertas tissue atau lap bersih.20. Keringkanlah tangan dengan lap bersih atau tissue

  • 8/10/2019 Manual Mahasiswa Neuropsikiatri 2012-2013

    8/33

    8

    CSL I

    1. PEMERIKSAAN DERAJAT KESADARAN

    2. PEMERIKSAAN FUNGSI KORTIKAL LUHUR

    3. PEMERIKSAAN TANDA RANGSANG MENINGS

  • 8/10/2019 Manual Mahasiswa Neuropsikiatri 2012-2013

    9/33

    9

    PEMERIKSAAN DERAJAT KESADARAN

    PENGERTIAN

    Kesadaran dapat didefinisikan sebagai keadaan yang mencerminkan

    pengintegrasian impuls eferen dan aferen, keseluruhan dari impuls aferen disebutinput susunan saraf pusat dan keseluruhan dari impuls eferen dapat disebut output

    susunan saraf pusat. Pemeriksaan tingkat kesadaran yang sekarang dipakai adalahskala dari GLASGOW (Glasgow Coma Scale) yang lebih praktis untuk dokter umum

    maupun para medis karena patokan/kriteria yang lebih jelas dan sistematis. Skala dariGlasgow ini disamping menentukan tingkat kesadaran, juga berguna untuk

    menentukan prognosis perawatan suatu penyakit

    TUJUAN PEMBELAJARAN

    Memberi pengetahuan dan keterampilan mengenai fungsi kesadaran

    Melakukan pemeriksaan fungsi kesadaran untuk menilai derajat kesadarandan mengetahui letak lesi pada susunan saraf pusat serta membantumenetukan prognosis klien

    Membantu klien untuk memberikan penanganan awal serta persiapan rujukan.

    MEDIA DAN ALAT BANTU

    Penuntun Belajar.

    METODE PEMBELAJARAN

    Demonstrasi kompetensi sesuai dengan Penuntun Belajar.

  • 8/10/2019 Manual Mahasiswa Neuropsikiatri 2012-2013

    10/33

    10

    NO LANGKAH KLINIK PEMERIKSAAN KESADARAN

    DENGAN GLASGOW COMA SCALE

    KASUS

    SCORE 1 2 3

    Klien diminta berbaring, kemudian pemeriksa melakukan evaluasidengan menilai

    A. EYE RESPONSE

    1. Spontan 4

    2. Terhadap suara : Meminta klien membuka mata 3

    3. Terhadap rangsang nyeri : tekan pada saraf supraorbital 2atau kuku jari

    4. Tidak ada reaksi : dengan rangsang nyeri klien 1tidak membuka mata

    B. VERBAL RESPONSE 1 2 3

    1 Berorientasi baik 5

    Menanyakan diamana ia berada, tahu waktu, hari, bulan

    2. Bingung (confused). Menanyakan dimana ia berada, 4

    kapan opname di Rumah sakit (dapat mengucapkankalimat, namun ada disorientasi waktu dan tempat )

    3. Tidak tepat 3Dapat mengucapkan kata-kata, namun

    Tidak berupa kalimat dan tidak tepat

    4 Mengerang (mengeluarkan suara yang tidak punya arti) 2

    tidak mengucapkan kata, hanya suara mengerang

    5. Tidak ada jawaban (suara tidak ada) 1

    C. MOTORIK RESPONSE1. Menurut perintah . 6Menyuruh klien mengangkat tangan misalnya

    2. Mengetahui lokasi nyeri. 5Berikan rangsang nyeri dengan menekan jari pada supra

    Orbita.Bila klien mengangkat tangan sampai melewati dagu untukmenepis rangsang nyeri tersebut berarti dapat

    mengetahui lokasi nyeri

    3. Reaksi menghindar .Menolak rangsangan nyeri pada 4

    anggota gerak

    4. Reaksi fleksi (dekortikasi) 3

    Berikan rangsang nyeri misal menekan dengan objekseperti ballpoint pada jari kuku . Bila terdapat reaksi

    fleksi berarti ingin menjauhi rangsang nyeri

    5 Extensi spontan (decerebrasi) 2

    Memberikan rangsang nyeri yang cukup adekuatTerjadi ekstensi pada siku

    6 Tidak ada gerakan/reaksi 1

    Rangsang yang diberikan harus cukup adekuat

  • 8/10/2019 Manual Mahasiswa Neuropsikiatri 2012-2013

    11/33

    11

    PEMERIKSAAN FUNGSI KORTIKAL LUHUR

    PENGERTIAN

    Pemeriksaan status mental merupakan evaluasi fungsi kognitif dan emosi yang

    harus dilakukan secara runtut dan sitematis. Mulai dengan fungsi dasar tingkatkesadaran, kemudian fungsi kognitif dasar seperti berbahasa dan pemeriksaan yang

    lebih kompleks seperti berhitung, pertimbangan dsb.

    TUJUAN PEMBELAJARAN

    Memberi pengetahuan dan keterampilan mengenai fungsi kortikal luhur

    Menekankan pentingnya pemeriksaan fungsi kortikal luhur dilakukanterutama karena dapat mempertajam pendeteksian kelainan di otak

    Mampu menerapkan pemeriksaan ini dalam praktek klinis untuk mengevaluasistatus mental dan kognitif klien dan merujuk bila diperlukan penanganan lanjut.

    MEDIA DAN ALAT BANTU

    Penuntun Belajar.Manikin organ otak

    MMSEPensil/pulpen, kertas

    METODE PEMBELAJARAN

    Demonstrasi kompetensi sesuai dengan Penuntun Belajar.

    No LANGKAH KLINIK PEMERIKSAAN

    FUNGSI KORTIKAL LUHUR

    KASUS

    I. ORIENTASI 1 2 3

    1. Klien dipersilakan duduk

    Klien diminta menyebutkan tanggal, hari, bulan,tahun, musim ruangan, rumah sakit/kampus, kota,

    propinsi, negara.

    2 Mencatat kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh klien

    3 Adanya kesalahan-kesalahan menunjukkan gangguan

    orientasi.

    II. REGISTRASI

    1 Meminta klien mengingat 3 kata bola, melati, kursi.

  • 8/10/2019 Manual Mahasiswa Neuropsikiatri 2012-2013

    12/33

    12

    III. ATENSI/KALKULASI

    1 Meminta klien mengurangi angka sebanyak lima seri :100-7 ;

    Atau menyebutkan urutan huruf dari belakang kataWAHYU.

    IV. REKOL (MEMORI)1. Meminta klien mengingat kembali ketiga kata tadi.

    V. BAHASA

    1. Klien diminta menyebutkan jam tangan (arloji),pensil.

    2. Kemudian meminta mengulang kata: namun, tanpadan bila.

    3. Menilai pengertian verbal : Meminta klien mengambilkertas ini dengan tangan kanan. Lipatlah menjadi dua

    dan letakkan di lantai tutup mata

    4. Klien diminta menulis huruf atau angka yang

    didiktekan oleh pemeriksa5. Bila berhasil dilanjutkan dengan menulis kata atau

    kalimat

    Gangguan menulis disebut agrafia

    VI. KONSTRUKSI

    Klien dminta meniru gambar ini

  • 8/10/2019 Manual Mahasiswa Neuropsikiatri 2012-2013

    13/33

    13

    PEMERIKSAAN TANDA RANGSANG MENINGS

    PENGERTIAN

    Rangsangan selaput otak adalah gejala yang timbul akibat peradangan padaselaput otak (meningitis) atau adanya benda asing pada ruang suarachnoid (darah),

    zat kimi (kontras) dan invasi neoplasma (meningitis carcinoma). Manifestasisubyektif adalah sakit kepala, kuduk kaku, fotofobia dll.

    Yang perlu diperhatikan adalah timbulnya gejala yang disebut meningismus,yaitu pada pemeriksaan fisik terdapat rangsangan selaput otak, tetapi tidak ada proses

    patologis di daerah selaput otak tersebut melainkan di luar kranium (misalnyamastoiditis)

    TUJUAN PEMBELAJARAN

    Memberi pengetahuan dan keterampilan mengenai gejala dan cara pemeriksaantanda rangsang menings.

    Menentukan penyebab timbulnya tanda rangsang menings sehingga dapatmembedakan apakah gejala tersebut adalah suatu meningismus.

    Membantu klien untuk memberikan penanganan awal serta persiapan rujukan .

    MEDIA DAN ALAT BANTU

    Penuntun Belajar.

    METODE PEMBELAJARAN

    Demonstrasi kompetensi sesuai dengan Penuntun Belajar.

    KETERAMPILAN PEMERIKSAAN

    TANDA RANGSANG SELAPUT OTAK

    NO. LANGKAH KLINIK PEMERIKSAAN

    TANDA RANGSANG SELAPUT OTAK

    KASUS

    A. KAKU KUDUK 1 2 3

    1. Pemeriksa berada di sebelah kanan klien. Klien berbaring

    telentang tanpa bantal.2 Tempatkan tangan kiri pemeriksa di bawah kepala klien yangsedang berbaring, tangan kanan berada diatas dada klien.

    3. Rotasikan kepala klien ke kiri dan ke kanan untukmemastikan klien sedang dalam keadaan rileks .

    4. Kemudian tekukkan (fleksikan) kepala secara pasif danusahakan agar dagu mencapai dada.

    5 Interpretasi: normal bila kaku kuduk negatif. Abnormal bila

  • 8/10/2019 Manual Mahasiswa Neuropsikiatri 2012-2013

    14/33

    14

    terdapat tahanan atau dagu tidak mencapai dada (kaku kuduk

    positif).

    B. KERNIGS SIGN 1 2 3

    1. Klien berbaring telentang

    2. Fleksikan paha klien pada persendian panggul sampai

    membuat sudut 90 derajat3. Tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut sampai

    membuat sudut 135 derajat atau lebih.

    4. Interpretasi:normal bila ektensi lutut mencapai minimal 135derajat (kernigs sign negatif) , abnormal bila tidak dapat

    mencapai 135 derajat atau terdapat rasa nyeri (kernigs signpositif)

    C. BRUDZINSKI I 1 2 3

    1. Klien berbaring telentang

    2. Tangan kiri diletakkan di bawah kepala, tangan kanan di atas

    dada kemudian dilakukan fleksi kepala dengan cepat kearah

    dada klien sejauh mungkin.3. Tangan yang satunya lagi ditempatkan di dada klien untuk

    mencegah di angkatnya badan

    4. Interpretasi : Tanda ini positif bila kedua tungkaimengalami fleksi involunter

    D. BRUDZINSKI II 1 2 3

    1. Klien berbaring telentang

    2. Satu tungkai difleksikan secara pasif pada persendianpanggul, sedangkan tungkai yang satu berada dalam kedaan

    ekstensi (lurus).

    3 Interpretasi: tanda ini positif bila tungkai yang satu terjadi

    fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut kontraleteral.E. BRUDZINSKI III 1 2 3

    1. Klien berbaring telentang

    2. Tekan os zygomatikus

    3. Terjadi fleksi involunter pada kedua ekstremitas superior

    ( Brudzinski III positif )

    F. BRUDZINSKI IV 1 2 3

    1. Klien berbaring telentang

    2. Tekan os sympisis os pubis

    3. Terjadi fleksi involunter pada kedua ekstremitas inferior

    (Brudzinski IV positif)

  • 8/10/2019 Manual Mahasiswa Neuropsikiatri 2012-2013

    15/33

    15

    CSL II

    1. PEMERIKSAAN TEST KOORDINASI

    2. PEMERIKSAAN NERVUS KRANIALIS

    3. PEMERIKSAAN FUNGSI SENSORIK

  • 8/10/2019 Manual Mahasiswa Neuropsikiatri 2012-2013

    16/33

    16

    PEMERIKSAAN TEST KOORDINASI

    PENGERTIAN

    Kemampuan mensinergiskan secara normal faktor motorik, sensorik dalammelakukan gerakan normal. Serebelum digunakan untuk gerakan sinergistik tersebut,

    oleh sebab itu serebelum adalah pusat koordinasi. Gangguan koordinasi dapatdisebabkan oleh disfungsi serebelum, sistem motorik, sistem ekstrapiramidal,

    gangguan psikomotor, gangguan tonus, gangguan sensorik (fungsi proprioseptik),sistem vestibular, dll. Gangguan koordinasi dibagi menjadi gangguan equilibratory

    dannon equilibratory.

    TUJUAN PEMBELAJARAN

    Mahasiswa memilki pengetahuan dan keterampilan mengenai cara pemeriksaanfungsi koordinasi.

    SASARAN PEMBELAJARAN

    Setelah melakukan latihan keterampilan ini, mahasiswa :

    1. Dapat mempersiapkan klien dengan baik2. Dapat memberikan penjelasan pada klien atau keluarganya tentang apa yang

    akan dilakukan, alat yang dipakai, bagaimana melakukan, apa manfaatnya,serta jaminan atas aspek keamananan dan kerahasiaan data klien.

    3. Dapat melakukan pemeriksaan fungsi koordinasi dengan benar dan tepat

    MEDIA DAN ALAT BANTU

    Penuntun Belajar.

  • 8/10/2019 Manual Mahasiswa Neuropsikiatri 2012-2013

    17/33

    17

    METODE PEMBELAJARAN

    Demonstrasi kompetensi sesuai dengan Penuntun Belajar.

    No. LANGKAH KLINIK

    PEMERIKSAAN FUNGSI KOORDINASI

    KASUS

    A. TES-TES EQUILIBRIUM

    1.1.TES ROMBERG

    Klien diminta berdiri dengan kedua kaki saling merapat,pertama kali dengan mata terbuka, kemudian dengan mata

    tertutup.

    1 2 3

    Tes ini untuk membedakan lesi propriseptif (sensori ataxia)

    atau lesi cerebellum. Pada gangguan propsrioseptif jelassekali terlihat perbedaan antara membuka dan menutup mata.

    Pada waktu membuka mata klien masih sanggup berdiritegak, tetapi begitu menutup mata klien langsung kesulitan

    mempertahankan diri dan jatuh. Pada lesi cerebellum waktumembuka dan menutup mata klien kesulitan berdiri tegak dan

    cenderung berdiri dengan kedua kaki yang lebar (wide base)

    2. TANDEM WALKING 1 2 3

    1 Klien diminta berjalan pada satu garis lurus di atas lantai,

    2 Tempatkan tumit yang satu didepan jari-jari kaki

    berlawanan, baik dengan mata terbuka maupun mata tertutup

    TES-TES NON EQUILIBRIUM

    Finger to Nose test 1 2 3

    1 Dengan posisi duduk/berbaring meminta klienmengekstensikan lengannya.

    2. Mintalah klien menyentuh ujung hidungnya dengan jaritelunjuknya dengan gerakan perlahan kemudian dengan

    gerakan yang cepat.

    Disdiadokinesia 1 2 3

    1. Klien diminta menggerakkan kedua tangannya bergantian,pronasi dan supinasi dengan posisi siku diam

    2. Mintalah klien melakukan gerakan tersebut secepatmungkin, baik dengan mata terbuka maupun dengan mata

    terututup

    Gangguan diadokinesia disebut disdiadokinesia

    SETELAH SELESAI PEMERIKSAAN

    1. Jelaskanlah pada klien apa yang anda dapatkan pada semuapemeriksaan yang telah dilakukan.

    2. Ucapkanlah kata perpisahan dengan klien dan usahakanlahmembesarkan hati klien dengan harapan-harapan.

    3. Lakukanlah cuci tangan rutin.

  • 8/10/2019 Manual Mahasiswa Neuropsikiatri 2012-2013

    18/33

    18

    PEMERIKSAAN NERVUS KRANIALIS

    Saraf otak atau saraf kranialis adalah saraf perifer yang berpngkal pada otakdan batang otak. Fungsinya motorik, sensorik dan khusus. Kita mempunyai 12 pasang

    saraf otak.

    1.

    LANGKAH KLINIK PEMERIKSAAN NERVI CRANIALIS

    NERVUS OFTALMICUS (Nn.Cranialis I)

    1. Menerangkan tujuan pemeriksaan kepada penderita

    Syarat Pemeriksaan : Tidak ada penyakit intranasal :Meminta penderita duduk atau berbaring, sambil menutup matanya

    2. Menaruh salah satu bahan/zat di depan salah satu lubang hidungpenderita sementara lubang hidung yang lain ditutup

    3. Meminta penderita mencium bahan/ zat yang dikenalnya :penderita mengenal zat dengan baik disebut normosmia

    bila daya cium berkurang : hiposmiatidak dapat mencium sama sekali ; anosmia

    NERVUS OPTIKUS (Nn.Cranialis II)

    a. Ketajaman penglihatan

    1.

    Syarat Pemeriksaan : Tidak ada kelainan organic pada bola mata,tidak ada fotofobia :

    Meminta penderita duduk atau berdiri dengan 3 jarak meter daripemeriksa

    2. Penderita diminta menghitung jari dari jarak tersebut.Normal : ketajaman penglihatan 3/60 (60 adalah jarak orang normal

    dapat menghitung jari)

    3. Bila penderita hanya mampu menghitung jari dengan jarak kurangdari 3 meter maka ketajaman penglihatan (visus) menurun

    Cara lain : Gerakan tangan : Orang normal membedakan geraktangan pada jarak 300 meter.

    Pemeriksaan senter : bila penderita hanya dapat membedakangelap dan terang, maka ketajaman penglihatan adalah 1/tak

    terhingga. Ketajaman penglihatan nol (0) bila tidak dapat melihat

    cahaya.

    b. lapangan penglihatan

    1. Tes konfrontasi

    1. Syarat Pemeriksaan : Pemeriksa harus normal :

    Meminta penderita duduk atau berdiri menghadap pemeriksa dengan jarak 60-100 cm (duduk atau berdiri berhadapan)

  • 8/10/2019 Manual Mahasiswa Neuropsikiatri 2012-2013

    19/33

    19

    2. Mata penderita yang akan diperiksa berhadapan dengan mata pemeriksa, biasanya mata

    yang berlawanan, mata kiri berhadapan dengan mata kanan pada garis dan ketinggianyang sama. Mata yang lain ditutup obyek (jari, benda)

    3. Menggerakkan jari/polpen dari kuadran perifer menuju ke arah sentral sampai penderitamelihat obyek. Obyek digerakkan dari segala jurusan.

    4. Meminta penderita memberi respon jika mulai melihat gerakan jari dan hal inidibandingkan dengan pemeriksa apakah ia juga sudah melihatnya.Bila ada gangguan lapangan penglihatan maka pemeriksa akan lebih dahulu melihat

    gerakan obyek tersebut.

    NO. LANGKAH KLINIK PEMERIKSAAN NERVI CRANIALIS KASUS

    A. PEMERIKSAAN NERVI CRANIALIS III, IV, VI

    1. Pemeriksa memperhatikan celah mata penderita untuk menilai apakahterdapat ptosis : kelopak mata terjatuh, mata tertutup dan tidak dapat

    dibuka.

    2. Pemeriksa memperhatikan posisi mata penderita, untuk menilai apakahterdapat exopthalmus, enopthalmus, strabismus (divergen dan konvergen)atau salah satu mata dalam posisi melihat ke atas atau bawah ( skew

    deviation).

    3. Perhatikan dan catat pupil penderita : bentuk (bundar/lonjong), ukuran

    (mm), sama besar (isokor)Meminta penderita melihat jauh(fiksasi pada benda yang jauh letaknya),

    senter pupil penderita dari arah luar ke sentral, dan pupil yang disenterakan kontriksi pada keadaan normal (refleks cahaya langsung positif).

    Bila tidak terjadi konstriksi, refleks cahaya langsung negatif.Meminta penderita melihat jauh (fiksasi pada benda yang jauh letaknya),

    senter pupil penderita dari arah luar ke sentral, dan lihat pupil sebelahkontralateral. Normal, pupil kontralateral ikut berkontriksi (refleks cahaya

    tidak langsung/refleks konsensual positif). Bila tidak terjadi konstriksipupil kontralateral, refleks cahaya tidak langsung/refleks konsensual

    negatif.

    4. Meminta penderita melihat jauh, kemudian penderita diminta melihat

    dekat dengan menempatkan pen di dekat mata penderita. Perhatikanapakah pupil berkontriksi. Refleks akomodasi positif, bila pupil

    berkontriksi dan sebaliknya negatif bila pupil tidak berkontriksi.

    5. Penderita tidur terlentang, pemeriksa menempatkan pen pada posisi

    vertikal sejauh 50 cm dari mata penderita dalam arah penglihatan sentral.

    Tangan yang lain memegang kelopak mata atau dagu penderita untukfiksasi kepala.Pemeriksa menggerakkan pen secara perlahan ke arah lateral, medial,

    atas, bawah, dan ke arah yang miring yaitu atas-lateral, bawah-medial,atas-medial dan bawah-lateral. Perhatikan apakah mata penderita dapat

    mengikuti gerakan itu dan tanyakan apakah penderita melihat ganda(diplopia). Bila penderita tidak dapat menggerakkan mata ke arah lateral,

    parese m rectus lateralis yang dipersarafi N cranialis VI. Bila penderita

  • 8/10/2019 Manual Mahasiswa Neuropsikiatri 2012-2013

    20/33

    20

    tidak dapat menggerakkan mata ke arah medial bawah, parese m obliqus

    superior yang dipersarafi N cranialis IV. Bila penderita tidak dapatmenggerakkan mata ke arah selain lateral dan medial-bawah, parese N

    cranialis III.

    B. PEMERIKSAAN NERVUS CRANIALIS VII

    1. Perhatikan muka penderita : simetris atau tidak. Perhatikan kerutan dahi,pejaman mata, sulcus nasolabialis, dan sudut mulut.

    2. Meminta penderita mengangkat alis dan mengerutkan dahi. Perhatikan

    simetris atau tidak. Kerutan dahi menghilang pada sisi yang lumpuh.

    3 Meminta penderita memejamkan mata dan kemudian pemeriksa mencoba

    membuka mata penderita. Pada sisi yang lumpuh, penderita tidakdapat/sulit memejamkan mata (lagopthalmus) dan lebih mudah dibuka

    oleh pemeriksa.

    4. Meminta penderita menyeringai atau menunjukkan gigi, mencucurkan

    bibir atau bersiul, dan mengembungkan pipi. Perhatikan sulcusnasolabialis akan mendatar, sudut mulut menjadi lebih rendah, dan tidak

    dapat mengembungkan pipi pada sisi lumpuh.5. Bedakan kelumpuhan nervus VII tipe UMN dan tipe LMN. Tipe UMN,

    bila kelumpuhan hanya terdapat pada daerah mulut (m. orbicularis oris).Tipe LMN, bila kelumpuhan terjadi baik pada daerah mulut maupun pada

    mata (m. orbicularis oculi) dan dahi (m. frontalis).

    6. Menjelaskan penderita tentang pemeriksaan fungsi pengecapan.

    Pemeriksa menulis rasa larutan yang disediakan.Meminta penderita menjulurkan lidah.

    Mengeringkan lidah dengan tissue.Meminta penderita tutup mata dan meneteskan larutan yang telah

    disediakan.

    Meminta penderita buka mata, tetap menjulurkan lidah, dan menunjukrasa larutan yang telah tertulis di kertas.

    NERVUS CRANIALIS VIII, IX DAN X DIPERIKSA PADA SISTEM SPESIAL

    SENSE

    C. PEMERIKSAAN NERVUS CRANIALIS XII

    1. Penderita disuruh membuka mulut dan perhatikan lidah dalam keadaan

    istirahat : besar lidah, kesamaan bagian kiri dan kanan, atrofi, berkerut,dan fasikulasi.

    2. Penderita disuruh menjulurkan lidah untuk memeriksa adanya parese- Perhatikan apakah ada tremor dan fasikulasi

    - Perhatikan apakah ada deviasi lidah ke satu sisi. Sebagai patokan dapat

    dipakai garis diantara kedua seri (incisivus). Bila ada parese satu sisi,lidah berdeviasi ke sisi parese.

    - Meminta penderita menyentuhkan lidah ke pipi kiri dan kanan. Saat

    bersamaan, tangan pemeriksa ditempatkan di pipi sisi luar untukmerasakan kekuatan sentuhan lidah penderita.

    3. Meminta penderita mengucapkan huruf R atau kata-kata yangmengandung huruf R, misalnya ular lari lurus. Pemeriksaan ini untuk

    menilai apakah ada disartria (cadel atau pelo).

  • 8/10/2019 Manual Mahasiswa Neuropsikiatri 2012-2013

    21/33

    21

    PEMERIKSAAN SISTEM SENSORIK

    Sistem sensorik adalah sistem yang mengubungan manusia dengan dunia luar.Informasi yang diterima oleh reseptor menjadi petanda bagi tubuh untuk memberikan

    respon. Sistem sensorik dibagi menjadi 2 yaitu exteroceptif dan proprioceptif.

    Gejala sensorik dapat diklasifikasikan dalam 5 golongan yaitu :1. Hilang perasaan kalau dirangsang (anestesia)

    2. Perasaan terasa berelebihan kalau dirangsang (hipersetesia)3. Perasaan yang timbul secara spontan, tanpa adanya perangsangan (parestesia)

    4. Nyeri

    NO. LANGKAH KLINIK PEMERIKSAAN SENSORIK KASUS

    A. PEMERIKSAAN SENSASI TAKTIL 1 2 3

    1. Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan2. Memilih dengan benar alat yang akan digunakan

    3. Memberikan rangsangan secara ringan tanpa memberi tekanan

    jaringan subkutan

    4. Meminta penderita untuk menyatakan YA atau TIDAK pada

    setiap perangsangan

    5. Meminta penderita untuk menyebutkan daerah yang dirangsang

    6. Meminta penderita untuk membedakan dua titik yang dirangsang

    B. SENSASI NYERI SUPERFISIAL 1 2 3

    1. Mata penderita tertutup

    2. Pemeriksa terlebih dahulu mencoba jarum tadi terhadap dirinya

    sendiri3 Tekanan terhadap kulit penderita seminiml mungkin, jangan sampai

    menimbulkan perlukaan.

    4. Penderita jangan ditanya: apakah Anda merasakan ini atau apakah ini

    runcing?

    5. Rangsangan terhadap kulit dikerjakan dengan ujung jarum dan kepala

    jarum secara bergantian, sementara itu penderita diminta untukmenyatakan sensasinya sesuai dengan pendapatnya.

    6. Penderita juga diminta untuk menyatakan apakah terdapat perbedaanintensitas ketajaman rangsangan di daerah yang berlainan.

    7. Apabila dicurigai ada daerah yang sensasinya menurun maka

    rangsangan dimulai dari daerah tadi menuju ke arah yang normal.C. PEMERIKSAAN SENSASI SUHU 1 2 3

    1. Penderita lebih baik dalam posisi berbaring.

    2. Mata penderita tertutup

    3. Tabung dingin/panas terlebih dahulu dicoba terhadap diri pemeriksa.Tabung ditempelkan pada kulit penderita, dan penderita diminta untuk

    menyatakan apakah terasa dingin atau panas.

    4. Sebagai variasi, penderita dapat diminta untuk menyatakan adanya

  • 8/10/2019 Manual Mahasiswa Neuropsikiatri 2012-2013

    22/33

    22

    rasa hangat.

    5. Pada orang normal, adanya perbedaan suhu 2-5oC sudah mampu

    untuk mengenalinya.

    D. PEMERIKSAAN SENSASI GERAK DAN POSISI 1 2 3

    1. Mata penderita tertutup

    Penderita dapat duduk atau berbaring.2. Jari-jari penderita harus benar-benar dalam keadaan relaksasi dan

    digerakkan secara pasif oleh pemeriksa, dengan sentuhan seringan

    mungkin sehingga dihindari adanya tekanan terhadap jari-jari tadi.

    3. Jari yang diperiksa harus dipisahkan dari jarijari di sebelah kiri/

    kanannya sehingga tidak bersentuhan, sementara itu jari yangdiperiksa tidak boleh melakukan gerakan aktif seringan apapun.

    4. Penderita diminta untuk menyatakan apakah ada perubahan posisi jariataupun apakah ada gerakan pada jarinya.

    5. Apabila diperoleh kesan adanya gangguan sensasi gerak dan posisi,maka dianjurkan untuk memeriksa bagian tubuh lain yang ukurannya

    lebih besar, misalnya tungkai bawah atau lengan bawah.6. Cara lain ialah dengan menempatkan jari-jari salah satu tangan

    penderita pada posisi tertentu, sementara itu, mata penderita tetaptertutup; kemudian penderita diminta untuk menjelaskan posisi jari-

    jari tadi ataupun menirukan posisi tadi pada tangan yang satunya lagi.

    E. PEMERIKSAAN SENSASI GETAR / VIBRASI 1 2 3

    1. Getarkan garpu tala terlebih dahulu, dengan jalan ujung garpu tala

    dipukulkan pada benda padat/keras yang lain.

    2. Kemudian pangkal garpu tala segera ditempelkan pada bagian tubuh

    tertentu.

    3. Yang dicatat ialah tentang intensitas dan lamanya vibrasi.

    4. Kedua hal tersebut bergantung pada kekuatan penggetaran garpu taladan interval antara penggetaran garpu tala tadi dengan saat peletakan

    garpu tala pada bagian tubuh yang diperiksa.

    F. PEMERIKSAAN SENSASI TEKAN 1 2 3

    1. Penderita dalam posisi terbaring dan mata tertutup.

    2. Ujung jari atau benda tumpul ditekankan atau disentuhkan lebih kuatterhadap kulit.

    3 Di samping itu, dapat diperiksa dengan menekankan struktursubkutan, misalnya massa otot, tendo, dan saraf itu sendiri, baik

    dengan benda tumpul atau dengan cubitan dengan skala yang lebihbesar.

    4. Penderita diminta untuk menyatakan apakah ada tekanan dansekaligus diminta untuk mengatakan daerah mana yang ditekan tadi.

    G. PEMERIKSAAN SENSASI NYERI DALAM ATAU NYERI

    TEKAN

    1 2 3

    Massa otot, tendo atau saraf yang dekat permukaan ditekan denganujung jari atau dengan (menekan di antara jari telunjuk dan ibu jari).

    Penderita diminta untuk menyatakan apakah ada perasaan nyeri atautidak; pernyataan ini dicocokkan dengan intensitas tekanan.

  • 8/10/2019 Manual Mahasiswa Neuropsikiatri 2012-2013

    23/33

    23

    CSL III

    1. PEMERIKSAAN SISTEM MOTORIK

    2. PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS

    3. PEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS

  • 8/10/2019 Manual Mahasiswa Neuropsikiatri 2012-2013

    24/33

    24

    PEMERIKSAAN SISTEM MOTORIK

    PENGERTIAN

    Gangguan pergerakan meliputi kelainanan yang bersifat primer misalnya

    pada lesi UMN atau LMN dan sekunder misalnya pada ganglia basalis danserebellum. Klien sering datang ke dokter karena tubuh bagian tertentu tidak bisa

    bekerja dengan baik. Sebagian besar manifestasi obyektif kelainan saraf tampakdalam bentuk gangguan gerak otot. Oleh karena itu memeriksa sistem motorik harus

    dilakukan dengan mahir.

    TUJUAN PEMBELAJARAN

    Memberi pengetahuan dan keterampilan mengenai gejala dan carapemeriksaan sistem motorik..

    Mampu melakukan pemeriksaan motorik secara sistematik

    Menentukan letak lesi kelumpuhan otot..

    MEDIA DAN ALAT BANTU

    Penuntun Belajar.Manikin otot dan saraf

    METODE PEMBELAJARAN

    Demonstrasi kompetensi sesuai dengan Penuntun Belajar.

    LANGKAH KLINIK PEMERIKSAAN MOTORIK

    A. UKURAN OTOT 1 2 3

    1 Mintalah klien berbaring dengan santai 2 Lakukanlah observasi pada semua otot

    3 Periksalah perubahan bentuk otot (eutrofi, hipertrofi, hipotrofi )

    4 Carilah ada atau tidaknya fasikulasi otot

    B. PERGERAKAN OTOT 1 2 3

    1 Mintalah klien berbaring dengan santai

    2 Mintalah klien untuk menekukkan lengannya di sendi siku,

    mengangkat lengan di sendi bahu, mengepal dan meluruskan jari-jari tangan. Bandingkan pergerakan sisi kiri dan kanan.

    3 Mintalah klien untuk menekukkan tungkainya di sendi lutut danpanggul serta mengerakkan jari-jari kakinya. Bandingkan

    pergerakan sisi kiri dan kanan.C. KEKUATAN OTOT 1 2 3

    1 Meminta klien berbaring, kemudian pemeriksa berdiri disampingkanan tempat tidur klien. Suruhlah klien mengangkat kedua

    lengan ke atas sampai melewati kepala. Nilailah kekuatan lengandengan membandingkan kiri dan kanan. Kelemahan dapat dilihat

    bila lengan yang satu lebih berat atau lebih lambat bergerakdibandingkan lengan yang lainnya.

  • 8/10/2019 Manual Mahasiswa Neuropsikiatri 2012-2013

    25/33

    25

    2 Berikan tahanan ringan sampai berat pada lengan klien dan

    nilailah besar kekuatan yang dimilki oleh klien.Hal yang sama dilakukan pada kedua tungkai.

    Interpretasi : Kekuatan otot dinilai dalam derajat :5 : Kekuatan normal Seluruh gerakan dapat dilakukan

    berulang-ulang tanpa terlihat adanya kelelahan4 : Seluruh gerakan otot dapat dilakukan dengan benar dan

    dapat melawan tahan ringan dan sedang dari pemeriksa3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat

    2 : Di dapatkan gerakan tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya berat (gravitasi)

    1 : Kontraksi minimal dapat terasa atau teraba pada otot yang bersangkutan tanpa mengakibatkan gerakan

    0 : Tidak ada kontraksi sama sekali. Paralisis total.

    3 Lakukan cuci tangan rutin

    D. TONUS OTOT 1 2 3

    1 Mintalah klien berbaring dengan santai.2 Alihkanlah perhatian klien dengan mengajaknya berbicara.

    3 Gunakan kedua tangan untuk menggerakkan lengan bawah kliendi sendi siku secara pasif, lakukan berulang kali secara perlahan

    dan kemudian secara cepat

    4 Nilai tahanan yang dirasakan sewaktu menekukkan dan

    meluruskan tangan

    5 Lakukanlah pemeriksaan juga pada sendi lutut, pada anggotagerak kanan dan kiri,

    Cara pemeriksaan lain:Lakukan fleksi dan ekstensi pada sendi siku, lutut, pergelangan

    tangan dan kaki.

  • 8/10/2019 Manual Mahasiswa Neuropsikiatri 2012-2013

    26/33

    26

    SISTEM REFLEKS

    PENGERTIAN

    Refleks adalah jawaban terhadap suatu perangsangan. Gerakan yang timbul

    namanya gerakan reflektorik. Semua gerakan reflektorik merupakan gerakan yangbangkit untuk penyesuaian diri, baik untuk menjamin ketangkasan gerakan volunter,

    maupun untuk membela diri. Bila suatu perangsangan dijawab dengan bangkitnyasuatu gerakan, menandakan bahwa daerah yang dirangsang dan otot yang bergerak

    secara reflektorik terdapat suatu hubungan.. Lintasan yang menghubungkan reseptordan efektor itu dikenal sebagai busur refleks. Refleks dibagi dalam dua kelompok

    yaitu refleks fisiologis dan refleks patologis. Pemeriksaan refleks yang akan dilakukanadalah : refleks bisep, refleks trisep, refleks patella dan refleks achilles. Untuk refleks

    patologis adalah refleks babinski, hoffman-tromner dan refleks openheim.

    TUJUAN PEMBELAJARAN

    Mahasiswa memilki pengetahuan dan keterampilan mengenai cara pemeriksaanrefleks baik refleks fisiologis maupun refleks patologis..

    SASARAN PEMBELAJARAN

    Setelah melakukan latihan keterampilan ini, mahasiswa :

    1. Dapat melakukan persiapan alat/bahan dengan benar2. Dapat memberikan penjelasan pada klien atau keluarganya tentang apa yang akan

    dilakukan, alat yang dipakai, bagaimana melakukan, apa manfaatnya, sertajaminan atas aspek keamananan dan kerahasiaan data klien.

    3. Dapat melakukan pemeriksaan refleks fisiologis dengan benar dan tepat4. Dapat melakukan pemeriksaan refleks patologis dengan benar dan tepat

    MEDIA DAN ALAT BANTU

    Penuntun Belajar.

    Hammer Refleks

    METODE PEMBELAJARAN

    Demonstrasi kompetensi sesuai dengan Penuntun Belajar.

  • 8/10/2019 Manual Mahasiswa Neuropsikiatri 2012-2013

    27/33

    27

    PENUNTUN PEMBELAJARAN

    KETERAMPILAN PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS

    NO. LANGKAH / KEGIATAN KASUSA. PEMERIKSAAN REFLEK BISEPS 1 2 3

    1. Mintalah klien berbaring telentang dengan santai

    2. Fleksikanlah lengan bawah klien di sendi siku

    3. Letakkanlah tangan klien di daerah perut di bawah umbilikus

    4. Letakkanlah ibu jari pemeriksa pada tendo biseps klien laluketuklah tendo tersebut palu

    B. PEMERIKSAAN REFLEKS TRISEPS 1 2 3

    1. Mintalah klien berbaring dengan santai

    2. Fleksikan lengan bawah klien di sendi siku dan tangan

    sedikit dipronasikan

    3. Letakkanlah tangan klien di daerah perut di atas umbilikus4. Ketuklah tendo otot triseps pada fosa olekrani

    C. PEMERIKSAAN REFLEKS BRAKHIORADIALIS 1 2 3

    1. Mintalah klien berbaring dengan santai

    2. Posisikan lengan bawah klien dalam posisi setengah fleksi dantangan sedikit dipronasikan

    3. Mintalah klien untuk merelaksasikan lengan bawahnyasepenuhnya

    4. Ketuklah pada processus styloideus

    D. PEMERIKSAAN REFLEKS PATELLA 1 2 3

    1. Mintalah klien berbaring telentang dengan santai

    2. Letakkan tangan pemeriksa di belakang lutut3. Fleksikan tungkai klien pada sendi lutut

    4 Ketuklah pada tendon muskulus kuadriseps femoris di bawahpatella

    E. PEMERIKSAAN REFLEKS ACHILLES 1 2 3

    1. Mintalah klien berbaring dengan santai

    2. Fleksikan tungkai bawah sedikit, kemudian pegang kaki padaujungnya untuk memberikan sikap dorsofleksi ringan pada

    kaki

    3. Ketuklah pada tendo achilles

    4.Lakukan cuci tangan rutin

  • 8/10/2019 Manual Mahasiswa Neuropsikiatri 2012-2013

    28/33

    28

    PENUNTUN BELAJAR

    KETERAMPILAN PEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS

    KETERAMPILAN MEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGISNO. LANGKAH / KEGIATAN KASUS

    A. PEMERIKSAAN REFLEKS BABINSKI 1 2 3

    1. Meminta klien berbaring dengan tungkai di luruskan.

    2. Pegang pergelangan kaki supaya kaki tetap pada tempatnya

    3. Dengan sebuah benda yang berujung agak runcing, telapak kakidigores dari tumit menyusur bagian lateral menuju pangkal ibu

    jari

    B. PEMERIKSAAN REFLEKS OPPENHEIM 1 2 3

    1. Meminta klien berbaring dengan tungkai di luruskan.

    2. Mengurut dengan kuat tulang tibialis anterior ke arah distal

    dengan ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah .C. PEMERIKSAAN REFLEKS HOFFMANN-TROMNER 1 2 3

    1. Mintalah klien berbaring

    2. Peganglah pergelangan tangan klien dengan jari-jari difleksikan.

    3 Jepitlah jari tangan klien di antara telunjuk dan jari tengah

    pemeriksa

    4. Gunakalah ibu jari untuk menggores dengan kuat ujung jari

    tengah klien (Snap)

    5. Lakukan cuci tangan rutin

  • 8/10/2019 Manual Mahasiswa Neuropsikiatri 2012-2013

    29/33

    29

    SISTEM NEURO-PSIKIATRI

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK

    TEKNIK WAWANCARA PSIKIATRI

    BUKU PANDUAN MAHASISWA

    FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUNDDIN

    MAKASSAR

    2012

  • 8/10/2019 Manual Mahasiswa Neuropsikiatri 2012-2013

    30/33

  • 8/10/2019 Manual Mahasiswa Neuropsikiatri 2012-2013

    31/33

    31

    Persiapan :

    1. Menata ruangan agar nyaman2. Menyiapkan alat-alat tulis

    3. Menyiapkan status pasien

    Lay-out ruangan

    Pengantar Pasien

    Dokter

    Pasien

    Dokter

  • 8/10/2019 Manual Mahasiswa Neuropsikiatri 2012-2013

    32/33

    32

    PENUNTUN PEMBELAJARAN

    TEHNIK WAWANCARA(digunakan oleh Peserta)

    Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan mengguakan kriteria berikut :

    1. Perlu perbaikan : Langkat-langkah tidak dilakukan dengan benar dan tidaksesuai urutannya

    2. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, tetapi ridak efisien

    3. Mahir : Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan danefisien

    PENUNTUN PEMBELAJARAN KETERAMPILANTEHNIK WAWANCARA

    NO. LANGKAH / KEGIATAN KASUSFASE PERKENALAN

    1. Mempersilahkan pasien masuk ke tuangan

    2. Menyapa pasien dengan penuh keakraban

    3. Memperkenalkan diri sambil menjabat tanganpasien

    4. Mempersilahkan duduk

    5. Menunjukkan sikap empati

    FASE PEMBUKAAN

    5. Menawarkan bantuan yang dapat diberikan

    6. Menanyakan alasannya datang ke poliklinik ataukeluhan utama

    7. Menggunakan keluhan utama untukmengembangkan diagnosis banding dan diagnosissementara

    FASE INTI

    8. Menanyakan ruwayat penyakit sekarang mulaidari onsetnya, frekwensinya, sifatnya gejalanya,lamanya, keparahannya, lokasi dan

    penjalarannya, perjalanan penyakitnya, gejala-gejala lain yang menyertainya, dan pengaruh

    penyakit tsb terhadap aktivitas sosial danpekerjaan serta waktu senggang.

    9. Menyingkirkan dan atau memasukan berbagaikemungkinan diagnosis dengan menggunakanpertanyaan terpusat dan terinci

    10. menelusuri jawaban yang samar-samar atau tak

  • 8/10/2019 Manual Mahasiswa Neuropsikiatri 2012-2013

    33/33

    jelas dengan gigih untuk menentukan akurasi

    jawaban pertanyaan.

    11. menggunakan campuran pertanyaan terbuka dantertutup

    12. Menanyakan riwayat penyakit dahulu13. Menanyakan riwayat pribadi

    14. Menanyakan riwayat penyakit keluarga

    15. Menanyaknn keadaan diri dan lingkungan pasiensaat ini

    FASE PENUTUP

    16. memberikan pasien kesempatan untukmengajukan pertanyaan pada akhir wawancara.

    17. Membuat kesimpulan hasil wawancara

    FASE PENGAKHIRAN18. Membuat diagnosa dan menyusun rencana

    alternatif terapi

    19. Menjabat tangan pasien sambil memberi harapan

    kepada pasien agar segalanya berjalan lancar danbaik