manajemen produksi

32
M O D U L M O D U L MANAJEMEN PRODUKSI MANAJEMEN PRODUKSI REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PUSAT DATA DAN INFORMASI 1999

Upload: pekerja-sosial-masyarakat

Post on 30-Jun-2015

1.438 views

Category:

Education


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Manajemen Produksi

M O D U LM O D U LMANAJEMEN PRODUKSIMANAJEMEN PRODUKSI

REPUBLIK INDONESIADEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

PUSAT DATA DAN INFORMASI1999

Page 2: Manajemen Produksi

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN1.1. Pengertian Produksi1.2. Tujuan Dari Produksi1.3. Lingkup Pembahasan Manajemen Produksi

II. FUNGSI DAN SISTEM PRODUKSI2.1. Proses (Processes)2.2. Jasa Produksi (Services)2.3. Perencanaan (Planning)

III. TATA LETAK DAN LOKASI INDUSTRI3.1. Perencanaan Lokasi3.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi3.3. Tapak Perusahaan/Industri (Local Site)

IV. PENGENDALIAN PERSEDIAAN4.1. Sistem Pengendalian Persediaan4.2. Penentuan Harga Persediaan4.3. Klasifikasi Persediaan

V. PEMELIHARAAN (MAINTENANCE)5.1. Lingkup Pemeliharaan/Perawatan (Maintenance)5.2. Pengendalian Terhadap Pemeliharaan/Perawatan

(Control of Maintenance)5.3. Tipe Pemeliharaan/Perawatan (Maintenance Type)

VI. PENGENDALIAN MUTU (QUALITY CONTROL)6.1. Elemen Kwalitas6.2. Prinsip Dalam Aktivitas Pengendalian Mutu6.3. Manfaat Pengendalian Mutu6.4. Pengendalian Mutu Terpadu (Total Quality Control)6.5. Penetapan Gugus Kendali Mutu (GKM)

Page 3: Manajemen Produksi

I. PENDAHULUAN

1.1. Pengertian Produksi

Kata produksi selalu digunakan untuk mengartikan nama seperti

pembuatan (Manufacture). Pembuatan suatu barang dan jasa sangat

dipegaruhi oleh faktor-faktor produksi bahan (material), mesin

(machine), metoda (method) tenaga kerja, modal (money) dan

kewiraswastaan (skill) untuk meningkatkan kegunaan dari barang dan

jasa tersebut. Dapat dikatakan pula produksi adalah kegiatan untuk

meningkatkan/ menciptakan kegunaan atau nilai tambah suatu barang

dan jasa (form utilite).

Sedangkan manajemen adalah kegiatan atau usaha untuk mencapai

suatu tujuan dengan mengkoordinir kegiatan melalui orang lain.

Dengan demikian untuk meningkatkan kegunaan suatu barang dan jasa

tidak dapat dilakukan sendiri, melainkan bersama-sama orang lainnya

maka dibutuhkn manajemen dan secara operasional dalam peningkatan

kegunaan barang dan jasa dibutuhkan faktor-faktor produksi yang

dikoordinasikan oleh kewiraswastaan (skill) yang disebut manajer.

Dari keterangan tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian

manajemen produksi/operasional yaitu kegiatan untuk mengatur agar

dapat menciptakan dan menambah kegunaan (utility) suatu barang dan

jasa. Untuk mengatur ini perlu dibuat kegiatan-kegiatan yang

berhubungan dengan usaha-usaha mencapai tujuan ditetapkan agar

barang dan jasa dihasilkan sesuai dengan apa yang diharapkan baik

kwalitas, kuantitas, waktu yang direncakan serta biaya-biaya yang perlu

dikeluarkan.

Dana (money) disebut pertama karena merupakan prasarat operasional

suatu usaha atau industri pengolahan. Dana diperlukan untuk

mendapatkan mesin dan peralatan, bahan baku, membayar upah/gaji

Page 4: Manajemen Produksi

dan sampai pada waktunya memperoleh laba dari penjualan produk

yang dihasilkan; persoalan dana biasanya terkait dengan kepemilikan.

Mesin (machine), mesin yang dimaksud disini termasuk semua fasilitas

produksi seperti bangunan, peralatan dan perlengkapannya atau disebut

juga harta tetap (fexed asset). Bahan baku (material), berbeda dengan

harta tetap (fixed asset). Bahan baku merupakan aktiva lancar yang

merupakan bagian utama dari produk jadi yang ditawarkan kepada

pelanggan atau digunakan untuk membuat suatu produk.

Bahan baku bisa berupa bahan mentah yang langsung diperoleh dari

sumber daya alam seperti hasil pertanian, hasil tambang ataupun yang

telah mengalami proses awal seperti minyak nilam untuk bahan baku

minyak wangi atau produk kimia lainnya.

Manusia (man), manusia disini adalah anggota masyarakat yang

diperlukan untuk pembuatan atau menggunakan mesin dan bahan baku

untuk membuat produk, persoalan manusia pada industri perlu

mendapat perhatian yaitu tenaga kerja non trampil atau kurang

produktive yang harus diawasi melalui cara-cara pembayaran upah,

pelatihan kerja, hubungan kerja, dan lain-lain.

Methoda (method), teknik kerja sama dan meliputi mesin, bahan baku

dalam operasional perusahaan secara berkesinambungan, meneliti cara-

cara yang baik untuk membuat produk, memilih bahan baku yang baik

dan memperbaiki urutan operasional sehingga diperoleh satu alur

produksi yang cukup baik.

1.2. Tujuan dari Produksi

Tujuan produksi yaitu untuk meningkatkan nilai tambah barang dan

jasa menjadi lebih tinggi melalui perubahan bentuk dari bahan baku

menjadi barang setengah jadi atau pun barang jadi. Nilai tersebut

diperoleh dengan mengoptimalisasikan penggunaan faktor-faktor

produksi berupa harta tetap (tanah, gedung, dst), tenaga kerja, modal

dan kewiraswastaan. Dengan demikian diharapkan dalam kegiatan

Page 5: Manajemen Produksi

produksi tersebut dapat diperoleh tata cara pembuatan barang dan jasa

dengan baik dan tepat dari segi jumlah waktu dan harga.

1.3. Lingkup Pembahasan Manajemen Produksi meliputi:

v Fasilitas produksi:

² Rekayasa produksi (Production Engeneering)

² Work Study dan Desain Pekerjaan.

² Lokasi Industri dan Tata Letak (Plant Location and Lay Out).

v Penunjang Produksi terdiri dari:

² Perencanaan dan pengendalian produksi (Production Planning

Control)

² Pengendalian Persediaan (Inventory Control)

² Pembelian (Purchasing)

² Pengendalian Mutu (Quality Control)

² Pemeliharaan (Maintenance)

v Pengembangan yang menjadi tanggung jawab fungsi

produksi:

² Desain produk (product design)

² Pembayaran dan perangsang (Payment and Incentive).

v Dalam hal ini pembahasannya akan dibatasi disesuaikan

dengan kebutuhan industri kecil saat ini yaitu meliputi:

² Tata Letak dan Lokasi Industri (Plant Location and lay Out)

² Pengendalian persediaan (Inventory Control)

² Pengendalian Mutu (Quality Control)

² Pemeliharaan (Maintenance)

Page 6: Manajemen Produksi

II. FUNGSI DAN SISTEM PRODUKSI

Sebelum membahas materi diatas perlu dipahami fungsi dan sistim produksi.

Secara umum fungsi produksi bertanggung jawab atas pengolahan bahan baku

dan penolong/pembantu menjadi barang jadi atau jasa yang akan memberikan

hasil pendapatan bagi perusahaan.

Untuk melaksanakan fungsi produksi ini diperlukan rangkaian kegiatan yang

merupakan suatu sistim. Bermacam-macam kegiatan yang diperlukan untuk

melaksnakan fungsi ini, dapat dilakukan oleh banyak bagian yang ada atau

dapat dilakukan oleh satu atau beberapa orang saja terutama diperusahaan

kecil.

2.1. Proses (Processes)

Proses yang diartikan sebagai metode dan teknik yang digunakan untuk

mengolah bahan.

Pada proses produksi terdapat unsur-unsur bahan baku, manusia, mesin

dan peralatan. Bahan baku tersebut diolah lebih lanjut dengan bantuan

manusia dan mesin berakibatkan meningkatknya nilai bahan tersebut

menjadi produk setengah jadi jadi atau produk jadi.

Dalam hal ini proses produksi terdiri dari sistim yang dapat mengubah

bentuk bahan dengan digunakan atau menggunakan teknologi sistem

pengolahan/proses yang sering digunkan sekarang ini adalah:

v Batch Production, yang terdiri dari pengolahan/pengerjaan

sejumlah besar variasi produk dengan variasi bahan-bahan yang

terbatas. Batch Production dapat dilakukan untuk menghasilkan

produk dalam kecil (nus satu) atau dalam besar (serial) Contoh :

pembuatan angklung.

v Sistim Proses (Process System)

yaitu produk dibuat secara terus menerus dalam suatu pola/desain

tertentu, seperti penyulingan minyak atseri. Biasanya sistim proses

Page 7: Manajemen Produksi

ini berhubungan dengan pengolahan bahan baku menjadi produk

antara.

v Produksi massa produk tunggal (Mass Production - One Product)

Produksi massa produk tunggal umumnya banyak terdapat pada

inudtsri pengolahan. Perbedaannya terutama pada arus bahan yang

sangat rumit yang menghasilkan sejumlah komponen yang harus

di assembling untuk membuat produk akhir, sebagai contoh

produksi celana jean.

v Produksi massa multi produk (Mass Production Multi Product)

Perkembangan produksi massa terakhir ini menuju pada suatu

serial produk yang sangat bervariasi, seperti pembuatan sangat

berproduk elektronika.

v Proses Kontruksi (Contruction Process)

Dalam hal ini bahan dan komponen dibawa kesuatu tempat dan

dipergunakan untuk mengerjakan pembangunan ditempat tersebut

seperti pembuatan kapal.

2.2. Jasa Produksi (Services)

Jasa produksi meliputi pengetahuan dan teknologi yang dibutuhkan

untuk mengorganesir, menetapkan dan mengkomunikasikan agar

proses produksi dapat dilaksnakan secara efektif.

Jasa (Services) ini berhubungan dengan:

v Produk yang meliputi penelitian mutu, desain, spesifikasi logo,

inspeksi, dan lain-lain.

v Teknologi, dalam hal ini diperlukan pengetahuan dalam

pemakaian teknologi yang terus berkembang yaitu :

² Dalam penggunaan peralatan.

² Pengetahuan dalam proses secara keseluruhan.

Page 8: Manajemen Produksi

v Penggunaan sumber-sumber yang ada dimana mesin danperalatan, tenaga serta bahan-bahan hendaknya dapatdipergunakan secara effesien.

2.3. Perencanaan (Planning)

Perencanaan ini dibutuhkan untuk menjamin tujuan produksi dapatdilakukan dengan efektif. Perencanaan yang berhubungan denganfungsi produksi, terutama dalam 2 (dua) hal yaitu:

v Proses Perencanaan (Process Planning)Dalam proses ini dibutuhkan pertimbangan yang terperincimengenai bahan-bahan yang dibutuhkan untuk melaksanakankegiatan pengolahan dan susunan kegiatan/peralatan yang akandigunakan.

Biasanya proses perencanaan ini meliputi:² Routing yaitu susunan kegiatan operasi harus dikerjakan dan

fasilitas yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan operasi.² Perencanaan yang terperinci yang terdiri dari pertimbangan

untuk suatu kegiatan operasi pada kurun waktu tertentu,seperti, penentuan mesin yang digunakan, kegiatan yang harusdilakukan oleh operator dan kegiatan pengendalian mesin-mesin yang akan dipakai.

² Peralatan khusus (Special) Equipment)Peralatan khusus yang diperlukan dibuat rencana terperinci,terutama untuk penentuan apakah peralatan ini perlu dipesan(Order) atau dibeli dipasar bebas.

v Perencanaan dan pengendalian produksi

Dalam hal ini penekanannya lebih besar pada kegiatan dalam

proses produksi, dengan sasaran untuk dapat memberi sumbangan

lebih besar terhadap laba perusahaan serta sasaran spesifik yaitu:

mengembangkan Route, Schedule Kerja, penggunaan material

secara optimal, optimalisasi mesin/peralatan, tenaga kerja,

termasuk operasional pabrik sesuai dengan rencana.

Page 9: Manajemen Produksi

III. TATA LETAK DAN LOKASI INDUSTRI

3.1. Perencanaan Lokasi

Sebelum mencari lokasi perusahaan atau industri harus dilakukan

antisipasi dengan perkiraan-perkiraan untuk jangka panjang guna

mengatasi kebutuhan perusahaan dimasa yang akan datang.

Dalam hal ini mempertimbangkan kebijakan yang berkaitan dengan

perluasan usaha atau industri, antisipasi dalam hal deversifikasi produk,

perubahan selera pasar, perubahan sumber bahan baku dan pengaruh

lainnya yang dapat diperkirakan.

Perhatian sungguh-sungguh harus ditumpukan pada faktor-faktor

ekonomis yang memperngaruhi kebutuhan pendirian, perluasan dan

pemilihan lokasi industri.

Pemilihan lokasi industri biasanya sebagai akibat dari 3 (tiga) hal yang

mempengaruhi:

v Faktor Regional meliputi Wilayah Administrasi Daerah tetangga

serta potensi industri diwilayah tersebut mendukung atau tidak

terhadap industri yang akan didirikan.

v Pemukiman masyarakat, pada pemukiman masyarakat diharapkan

potensi sumber daya manusia yang dapat mendukung peningkatan

produktivitas industri.

v Penetapan tapak yang tepat dikota, dipinggir kota atau dekat

sumber bahan baku.

3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemilihan Lokasi

Dalam melakukan pemilihan lokasi banyak alasan yang dapat

terungkap meliputi:

v Jaringan Prasana dan Sarana

Baiknya Prasarana dan sarana erat kaitannya dengan transportasi

seperti kecepatan pencapaian pasar, sumber bahan baku, tempat

Page 10: Manajemen Produksi

penyediaan tenaga kerja , komunikasi, perbankan dll. Dengan

prasarana dan sarana yang baik akan mempermudah mobilitas

tenaga kerja yang berasal dari masyarakat di pedesaan/pingir kota.

v Tersedianya Tenaga Kerja

Perusahaan atau industri tidak dapat melaksanakan operasionalnya

tanpa tenaga kerja. Dengan demikian perlu mendapat perhatian

mengenai pasar tenaga kerja yang dapat menjamin pengadaan

tenaga kerja yang memenuhi syarat yang berasal dari sekitar

lokasi. Hal ini diperlukan untuk pengisian berbagai posisi pada

organisasi perusahaan atau industri di maksud. Tingkat upah yang

tetapkan secara totalitas dan secara proporsional masih pada

batasan yang normal yang tercermin dalam struktur biaya

produksi yaitu berkisar dibawah 40% dari total biaya produksi

untuk industri padat tenaga kerja.

v Pertimbangan Biaya

Dalam pemilihan lokasi atas dasar perbandingan biaya dapat

dilaksanakan dengan perincian sebagai berikut:

No. Komponen

Biaya

Tapak A

(Rp.)

Tapak B

(Rp.)

Tapak

(Rp.)

Tapak D

(Rp.)

1 Tenaga Kerja 13.106.000 11.054.000 11.548.000 11.954.000

2 Over Head 1.190.000 618.000 602.000 936.000

3 Angkutan 507.000 432.000 368.000 300.000

4 Utilities 204.000 248.000 214.000 236.000

TOTAL 15.007.000 12.352.000 12.730.000 13.106.000

Perkiraantabungan untukmesin baru/th

- 2.655.000 2.227.000 1.541.000

Prosentasebiaya industriyang dapatdihemat

- 17.7% 115,2% 12,3%

Page 11: Manajemen Produksi

Pada saat ini yang penting mendapat perhatian lebih besar pada

industri antara yang mampu mendorong tumbuhnya industri

menengah dan kecil. Dengan menggunakan tenaga kerja yang

berada dipedesaan melalui peningkatan kemampuan dan

ketrampilan mereka akan mendorong produktivitas serta dapat

menelan biaya perjam kerja effektive.

v Dekat dengan Pasar

Biaya dan lamanya waktu pengangkutan produk kepelanggan

menjadi pertimbangan penting bagi banyak perusahaan atau

industri.

Dalam hal ini perusahaan atau industri lebih tertarik berlokasi

dekat dengan pusat perbelanjaan bila pertumbuhan biaya dapat

dihemat dalam prosentase yang lebih besar.

v Dekat dengan Bahan Baku

Sepertinya hal dalam pertumbuhan biaya biaya disini juga

diperhitungkan lokasi mana yang dapat menghemat biaya lebih

besar dekat bahan baku atau dekat pasar.

v Dekat dengan perusahaan atau industri yang telah ada (existing)

Dalam hal ini sebagai pertimbangan pada lokasi industri existing

dapat memanfaatkan fasilitas yang telah ada seperti pelayanan per

bankan, ekspor dst.

v Pengadaan tanah dan biaya tanah

Dalam pengadaan tanah sering terjadi permasalahan, disebabkan

sebagian masyarakat mendukung di daerahnya dibangun industri

dan ada bagian lainnya yang menolak.

Dalam hal ini pengusaha tidak perlu cepat putus asa, namun dapat

dicarikan penyelesaian yang saling menguntungkan secara terbuka

dan transparansi. Secara logika dengan adanya pembangunan

industri akan dapat mengangkat pendapatan masyarakat serta

mengupayakan meminimalisasi biaya sosial yang menjadi beban

masyarakat.

Page 12: Manajemen Produksi

3.3. Tapak perusahaan/industri (Local site)

Setelah menseleksi hubungan masyarakat dengan pendirian usaha atau

industri, persoalan berikutnya menseleksi ketepatan Tapak (Site).

Pengkajian disini selalu dikaitkan dengan tersedianya fasilitas

transportasi air/saluran air, energi, kondisi tanah, biaya tanah, dst.

Page 13: Manajemen Produksi

IV. PENGENDALIAN PERSEDIAAN

Pengendalian persediaan (Inventory Control) cukup penting guna peningkataneffisiensi yang meliputi 2 (dua) phase yaitu:

♦ Perencanaan harian untuk keperluan operasi produksi.♦ Perencanaan pengendalian persediaan sebagai pertanggung jawaban.

Pertanggung jawaban lainnya yaitu pencatatan dan pelaporan transaksi yangmeliputi bahan baku dan dampak terhadap jenis persediaan lainnya.

4.1. Sistim Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan merupakan persoalan dasar industri. Indikasi

ini cukup komplek dari sistim ini, secara proposional melaksanakan

pencatatan transaksi persediaan, gerak bahan baku,

pemeliharaan/perawatan dan menetapkan jumlah pengendalian yang

diperlukan untuk pencapaian sasaran.

Bila pengendalian persediaan diperlukan secara terus-menerus

dilaksanakan oleh karyawan melalui pencatatan pada tabel “Inventory

Record” yang dilakukan pada setiap transaksi dalam waktu, jumlah

seperti yang ditetapkan, demikian pula biaya pemeliharaan/perawatan

dicatat pada Low Cost Item”. Sebaiknya informasi persediaan dicatat

pada memo/nota, meliputi:

v On Order, disini dicatat bahan baku yang dipesan, bukan

penerimaan.

v Reciveved (Penerimaan), disini dicatat seluruh penerimaan

walaupun tidak terjadi jumlah yang balance dalam kolom.

v On Hand, disini dicatat jumlah yang diterima masuk dalam tempat

penyimpanan (gudang) dan jumlah yang dikeluarkan.

v Pengeluaran untuk digunakan (Issued) dalam kalom ini dicatat

seluruh kuantitas yang akan masuk ke tempat pengolahan

(pabrik).

v Allokasi (Allocated), pada kolom ini dicatat jumlah yang masuk

untuk pengeluaran atas pesanan khusus penggunaan bahan baku

Page 14: Manajemen Produksi

sampai pada ruangan stock dan dijamin dapat dipergunakan jika

diperlukan untuk persiapan masuk tempat pengolahan (pabrik).

v Tersedia (Available), jumlah bahan baku disini siap digunakandan dapat melakukan pesanan berikutnya.

Informasi tersebut dapat diperoleh dari pencatatan persediaan secaraterus-menerus, dalam hal ini menunjukkan bila jumlah bahan bakudisetujui untuk pesanan berikutnya, jumlah yang dipesan, yang siapmasuk proses pengolahan dan jumlah dari Vendor atau Toko dan tidakperlu melalui Stockroom.

4.2. Penentuan Harga Persediaan

Dalam penentuan harga persediaan lazimnya digunakan 4 (empat)dasar penentuan harga yaitu:

v First in - First Out (FIFO)Disini ditetapkan untuk persediaan yang masuk terlebih dahuluakan dikeluarkan pada kesempatan pertama dan harga persediaandikalkulasi sesuai pada saat persediaan tersebut masuk.Dengan demikian maka biaya persediaan yang dijual/digunakandan biaya persediaan yang tinggal dapat dihitung sebagai berikut:

Contoh:Persediaan awal berjumlah 100.000 unit dengan harga beli Rp.200/unit ; pembelian berikutnya adalah sebagai berikut:

10 Januari 1998 : 200.000 unit @ Rp 240 = Rp. 48.000.00020 Januari 1998 : 300.000 unit @ Rp. 220 = Rp. 66.000.00030 Januari 1998 : 100.000 unit @ Rp. 230 = Rp. 23.000.000 600.000 unit Rp. 137.000.000

Persediaan (bahan baku) yang digunakan:100.000 unit @ Rp. 200 Rp. 20.000.000200.000 unit @ Rp. 240 Rp. 48.000.000200.000 unit @ Rp. 220 Rp. 44.000.000500.000 unit Rp. 112.000.000

Persediaan yang tinggal : Rp. 45.000.000100.000 unit @ Rp. 220 - Rp. 22.000.000100.000 unit @ Rp. 230 - Rp. 23.000.000

Page 15: Manajemen Produksi

v Last in First Out (LIFO)

Disini ditetapkan untuk persediaan yang masuk terakhir

dikeluarkan terlebih dahulu, yang perhitungannya sebagai berikut:

100.000 unit @ Rp. 230 Rp. 23.000.000

300.000 unit @ Rp. 220 Rp. 66.000.000

100.000 unit @ Rp. 240 Rp. 24.000.000

500.000 unit Rp. 113.000.000

Persediaan yang tinggal:

100.000 unit @ Rp. 240 Rp. 24.000.000

100.000 unit @ Rp. 200 Rp. 20.000.000

200.000 unit Rp. 44.000.000

v Methode Rata-rata

Berdasarkan contoh diatas tersebut maka perhitungan persediaan

yang dijual/digunakan dan yang masih tinggal menurut methode

biaya rata-rata adalah sebagai berikut:

Jumlah persediaan awal + jumlah pembelian = 100 unit + 600 unit= 700.000 unit dengan nilai Rp. 157.000.000.

Harga rata-rata = Rp. 157.000.000 = Rp. 224,285

700.000

Nilai penjualan/yang digunakan:500.000 unit x Rp. 224,285 = Rp. 112.142,50

Nilai persediaan akhir x Rp. 224,285 = Rp. 414.857.000

v Methode NIFO (Next in First Out)Berdasarkan contoh tersebut diatas, maka biaya persediaan yangdijual/digunakan dan yang tinggal menurut methode ini adalahsebagai berikut:

Nilai yang dijual/digunakan:200.000 unit @ Rp. 240 = Rp. 48.000.000300.000 unit @ Rp. 220 = Rp. 66.000.000500.000 unit = Rp. 116.000.000

Page 16: Manajemen Produksi

Nilai persediaan akhir:

100.000 unit @ Rp. 200 = Rp. 20.000.000

100.000 unit @ Rp. 230 = Rp. 23.000.000

200.000 unit = Rp. 43.000.000

Methode tersebut diatas cukup relevan jika digunakan, tetapi bila

perseiaan digudang cukup besar maka tidak praktis lagi.

Methode LIFO dan FIFO dipandang dari sudut manajemen

perusahaan adalah methode perhitungan biaya persediaan yang

lebih realistis dalam menggambarkan keuntungan riil, oleh karena

methode ini memakai konsep nilai ganti.

4.3. Klassifikasi Persediaan

Hampir semua industri menggunakan klassifikasi yang sama terhadap

persediaan termasuk bahan mentah (row material), pembelian

komponen, kegiatan dalam aktivitas produksi, produk jadi dan

pengadaan:

v Raw material merupakan bahan yang belum mengalami

perubahan dari industri. Raw material termasuk jenis biaya pada

industri sampai raw material siap masuk proses produksi.

v Pembelian Komponen

Klassifikasi persesiaan ini berupa bagian atau part yang

dibutuhkan untuk penyelesaian produk, tidak termasuk prosessing

sebelum pemasangan (assembling) menjadi produk jadi.

Persoalan persediaan bahan baku (material), walaupun ada

kalanya komponen seperti ini merupakan produk jadi pada

industri lain.

Contoh:

kancing baju dan ritsliting untuk industri konpeksi (garment)

v Produk Dalam Proses (work in process)

Klassifikasi persediaan seperti ini dipergunakan untuk perhitungan

biaya produksi.

Page 17: Manajemen Produksi

Seluruh bahan baku dan komponen yang telah masuk dalam

kegiatan produksi sampai produk selesai dan belum siap untuk

dipasarkan dapat masuk dalam klassifikasi ini.

v Produk jadi (Finished Goods)

Klassifikasi persediaan ini merupakan jumlah produk jadi yang

siap dipasarkan, dalam hal ini termasuk juga persediaan yang

belum habis terjual (persediaan akhir) yang berada ditempat

penyimpanan atau pabrik.

Dalam hal ini nilai dari produk jadi (finished goods) biasanya

cukup tinggi ada kalanya merupakan permasalahan perusahaan.

v Supplies seluruh bahan baku (material) yang diperlukan untuk

operasional industri selain penggunaan komponen dan keperluan

produk jadi di klassifikasikan pada supplies atau dalam akuntasi

biaya di klassifikasi dalam bahan tidak langsung (Indirect

Material). Sedangkan bahan baku (material) yang menjadi

komponen produk jadi (finished goods) disebut bahan langsung

(direct materials)

Adapun yang disebut supplies ini seperti : minyak pelumas,

penghisap debu di pabrik, dan lain-lain.

v Persediaan Optimum

Sejumlah besar penyediaan yang mengalami volume penjualan

menurun memberi konsekwensi menurunkan laba.

Jumlah persediaan yang kecil menghadapi permintaan yang

meningkat akan mengakibatkan kerugian dalam menghadapi

pesaing juga memberi konsekwensi menurunkan laba.

Kondisi seperti ini harus dapat diatasi dengan suatu indikasi untuk

penetapan kebutuhan menimum persediaan dan secara operasional

dapat diperkirakan dengan penggunaan alat perputaran persediaan

(Inventory Turn Over).

Page 18: Manajemen Produksi

Inventory Turn Over ini merupakan Index pengendalian

persediaan yang sering digunakan adalah Ratio dari nilai produk

yang siap dijual dengan investasi persediaan rata-rata untuk 1

(satu) kurun waktu.

(Inventory Turn Over = Nilai produk siap jual

Nilai persediaan rata-rata)

Jika terjadi angka Index yang tinggi berarti membutuhkan tingkat

persediaan dan biaya perawatan yang rendah, demikian pula dapat

meningkatkan effisiensi dan tabungan (saving). Inventory

(persediaan) di implikasikan pada dana yang ditanam pada

industri yaitu : niali bahan baku, biaya upah produksi, biaya

angkutan (handling cost) dan sewa gudang.

Perencanaan tingkat persediaan optimum dalam pengelolaan

persedian meningkatkan kerjasama dengan fungsi pemasaran.

Trend pasar harus memperkirakan secara akurat besarnya

persediaan yang tepat, penambahan dapat dilakukan jika bagian

penjualan merasa perlu merangi jika menurut perkiraan penjualan

akan menurun.

Persoalana ini memerlukan kelancaran komonikasi antara fungsi

pemasaran dengan penelitian seksama untuk pemecahan masalah

tersebut. Sebagai dasar untuk berfikir dapat digunakan formula

sebagai berikut :

Q = 2 RS I

Ket : Q = Jumlah optimum persediaan yang dipesanR = Biaya pesananS = Jumlah pesanan untuk satu kurun waktu

I = Biaya perawatan per unit untuk kurun waktu yangditetapkan.

Page 19: Manajemen Produksi

V. PEMELIHARAAN (MAINTENANCE)

Pemeliharaan atau pearawatan adalah tugas dari manajemen produksi yangberhubungan dengan persoalan rutin dalam pemeliharan physik mesin danperalatan pabrik agar kondisi opeasional industri cukup lancar.

Aktivitas yang cukup penting bagi setiap industri mempersiapkan kondisipabrik siap operasi ; disebabkan demikian dapat menjamin penggunaan mesin,gedung dan palayanan yang dibutuhkan oleh bagian lain untuk menghasilkantingkat pengembalian investasi yang optimum (Return on Investment).

Dengan berkembangnya suatu industri mengakibatkan semakin komplekdalam perawatan maka program pemiliharaan/perawatan semakin pentingguna menjamin kelancaran produksi.

Setiap industri akan meng-estimasi biaya pemeliharaan/perawatan dan terusmeningkat tergantung umur pemakian mesin dan perlengkapan (machine andequipment).

5.1. Lingkup Pemeliharan/Perawatan (Maintenance)

Perawatan/pemeliharaan dibutuhkan oleh setiap industri yang

berkembang disebabkan kemungkinan rusak/macetnya mesin,

komponen yang patah, perbaikan gudang, generator, dan lain-lain.

Pemelihraan/perawatan dapat di klasifikasikan kepada:

v Primary Function (Fungsi Utama):

² Perawatan/pemeliharaan untuk menjaga berlanjutnya

operasional industri.

² Pemeliharan/perawatan bangunan pabrik dan landasan pabrik.

² Pemeliharaan peralatan dan komponen yang haus.

² Perubahan dan pengembangan perlengkapan dan bangunan.

² Pemasangan baru keperluan mesin dan bangunan.

v Secondary Function (Fungsi Penunjang):

² Pemeliharaan/perawatan ruangan kantor.

² Pengamanan pabrik/gedung termasuk alat pemadam

kebakaran.

Page 20: Manajemen Produksi

² Pengaturan buangan.

² Tertib administrasi.

² Pelayanan/jasa pelayanan kebersihan.

² Ruangan Accounting.

² Polusi dan kebisingan.

² Jasa lainnya yang menunjang kelancaran kegiatan produksi.

Pada umumnya kegiatan demikian dapat dikontrakkan kepada pihak ke

3 (tiga).

Adapun yang harus dirawat/dipelihara sendiri oleh Departemen

produksi pada ruang kerja yang tidak dapat ditinggalkan (Ruang tempat

produksi).

Dengan demikian setiap pekerja harus bertanggung jawab untuk

pemeliharaan tersebut agar area tempat kerja mereka bersih dari ok

bekas, sampah buangan lainnya, dll. Dalam hal ini wewenang berada

pada mandor.

5.2. Pengendalian terhadap pemeliharaan/perawatan (control ofmaintenance)

Pengendalian terhadap perawatan diperlukan kertas kerja dan

pencatatan, pencatan diperlukan untuk mengsukseskan program

perawatan/pemeliharaan.

Keberhasilan program diupayakan dengan menyusun jadwal schedule)

pemeriksaan untuk mengetahui cacat, waktu jatuh tempo perawatan dan

jasa-jasa sebelum kerusakan terjadi.

Beberapa pengendalian yang digunakan dengan bentuk dan alat

penolong sebagai berikut:

v Pesanan pekerjaan (work authorization /work order)

Biasanya hal ini diisyaratkan sebelum perawatan dilaksanakan

atau started. Bentuk ini dikerjakan oleh mandor atau yang lainnya

yang bertanggung jawab langsung pada operasional peralatan

pabrik, dalam hal ini termasuk informasi tempat kerja, bila

Page 21: Manajemen Produksi

pekerjaan dapat diselesaikan dan bila pekerjaan harus dinilai

termasuk juga penggunaan bahan baku dan tenaga kerja tertentu.

v Jadwal kerja (work schedule)Salah satu kesulitan pengendalian perawatan/pemeliharaan,pekerjaan di luar jadwal jika atasan memberi pekerjaan per paket.

Pada tahap awal mandor atau supervisor perawatan/pemeliharaan

dapat mengestemasi jumlah pekerja dan waktu yang diperlukan

untuk tiap pesanan.

v Biaya Bahan (material)Pekerjaan pemeliharaan ditentukan oleh penggunanya menurutkebutuhan/kapsitas ruang kerja. Penggunaan biaya melalui notapesanan yang diuraikan dalam kartu pesanan yang diberi nomorpesanan pekerjaan (Work Order) Lmp : No. 246, dst.Berdasarkan kartu pesanan tersebut diakumulasikan kedalam totalbiaya bahan (total material cost) yang diperlukan untuk suatupekerjaan tersebut.

v Biaya Tenaga Kerja (Labor Cost)Beberapa perusahaan yang memiliki mechanic mempersiapkankartu khusus (Special Card) untuk mencatat berapa banyak waktuyang digunakan atau dihemat untuk setiap tugas yang diberikankepadanya. Beberapa besar biaya yang diperlukan untuk jam kerjamechanic yang dihabiskan dalam merawat suatu pekerjaan danberapa besar waktu yang dapat dihemat dalam hal inipenghematan yang ditimbulkan tersebut boleh jadi dibayarkankepada mechanic.

v Anggaran (Budget)

Walaupun biaya perawatan/pemeliharaan mengalami fluktuasi,

namun beberapa estimasi perlu dibuat untuk usulan anggaran,

pengalaman yang lalu dijadikan pedoman.

Anggaran disusun dengan basis nilai perawatan untuk sejumlah

unit yang diproduksikan atau jumlah pesanan.

Page 22: Manajemen Produksi

v Pencatatan Equipment (Equipment Record)

Pencatatan demikian dibutuhkan oleh setiap program perawatan,

pemeliharaan catatan demikian termasuk kesesuaian data

mengenai equipment itu sendiri seperti jumlah peralatan dan biaya

start.

Informasi demikian dibutuhkan bila pesanan komponen atau bila

diperlukan informasi tentang pengadaan. Pada kartu reparasi

dicatat : jadwal (Schedule) pemeriksaan, biaya pemeriksaan dan

reparasi.

Informasi biaya reparasi dinilai khusus dengan demikian suatu

informasi dapat ditetapkan jika biaya lebih besar dari yang normal

mungkin juga disebut replacement.

5.3. Type Pemeliharaan/Perawatan (Maintenance Type)

Pemeliharaan/pemeliharaan dapat dikatagorikan 3 (tiga) type yaitu :

Corrective, Preventive, Predictive.

v Corrective Maintenance

Sangat bervariasi, hal ini dimaksudkan pemeliharaan yang

menjadi pekerjaan reparasi (perbaikan).

Reparasi dilakukan jika pearalatan dan mesin mengalami

kerusakan, dalam kasus ini diperlukan pemeriksaan jenis

kerusakan dan membuat rencana keperluan perbaikan.

v Preventive Maintenance

Kegiatan ini bertolak belakang dengan Coorrective Maintenance

yaitu dilakukan sebelum terjadi kerusakan dan mengarah kepada

memperkecil kemungkinan terjadi kerusakan dan mengantisipasi

kemungkinan terjadi kemacetan kegiatan produksi.

Preventive maintenance terdiri dari:

² Perbaikan desain, pemasangan peralatan dan mesin.

² Pemeriksaan secara prodik mesin dan peralatan.

Page 23: Manajemen Produksi

² Mempersiapkan biaya perawatan secara keseluruhan

(Overhaul of Equipment).

² Pembersihan, pengecatan, pengsisian minyak pelumas untuk

mesin dan peralatan, pembersihan gedung dan lain-lain.

Preventive Maintenance pada umumnya memperkirakan pola

yang dapat memeperkecil biaya perawatan. Kunci pelaksanaan

preventive yang baik bagaimana juga terletak pada pemeriksaan

mesin dan peralatan produksi, alat penggerak, material handling,

equipment, penerangan, gedung dan lain-lain.

v Preventive Maintenance

Predective Maintenance, dalam type ini antisipasi dengan

menambah perhatian pada hal-hal yang sensitive. Jadi predictive

maintenance merupakan preventive maintenance yang

menggunakan analisa sensitive seperti temperatur, resistansi

(ketahanan) dan lain-lain. Kondisi demikian di ukur secara peredic

atau berlanjut.

Page 24: Manajemen Produksi

VI. PENGEDALIAN MUTU (QUALITY CONTROL)

Pengendalian mutu produk termasuk dalam sistim produksi yang berwaldengan pembuatan : produk desain, pengolahan, pemeriksaan, pengujian,pengepakan, penjualan, pendestribersian, pemasangan dan pelayanan dilapangan.Pengendalian mutu adalah 2 (dua) aktivitas yang saling berhubungan darisistim produksi yaitu:♦ Pengembangan spesifikasi umum dan spesifikasi teknik.♦ Menjamin kesesuaian produk yang dihasilkan dengan spesifikasi yang

telah digariskan.

6.1. Elemen Kwalitas

Pengembangan kwalitas produk termasuk dalam sistim produksi serta

memberi perhatian khusus pada pengembangan kwalitas.

Dalam pengembangan kwalitas dihadapkan pada ciri-ciri seperti

ukuran/dimensi, bentuk, daya tahan/daya tarikan, dll.

Setiap ciri ditetapkan seperti spesifikasi : 0,500 ± 0,002 in, dst.

Perkataan kwalitas dimaksud dapat berbeda untuk barang yang berbeda

dan selera pemakai yang berbeda pula, seler dan tingkat penghasilan

pemakai. Dengan demikian element mutu ditetapkan berdasarkan selera

pemakai.

Penetapan element mutu berlandaskan pada spesifikasi selera pemakai

seperti yang digambarkan sebagai berikut:

Page 25: Manajemen Produksi

Kebutuhan Spesifikasi Desain pesifikasi Pemakai Umum Produk Teknik

Kemampuan Proses M U T U

Proses Pengen Tingkat kemampuan

dalian penyesuaian dengan dengan spesifikasi

Pemeriksaan teknis

Dengan demikian dalam pengendalian mutu ada 4 (empat) proseduryang harus ditempuh yaitu:

v Menyusun StandarDalam penysunan standard akan dipilih element mana yangpenting diperhatikan yang paling menyentuh selera pemakaidilihat dari segi perlingdungan, keamanan serta lama pemakaian.

v Mengukur penyimpangan dari standar,dalam hal ini diberikanbatas tolenransi yang dibenarkan terjadi penyimpangan daristandar yang ditetapkan misal : ketebalan kaca mobil diberi batastoleransi antara 0,500 ± 0,001 in.

v Melakukan perbaikan untuk memperkecil penyimpanganmelewati batas indentifikasi penyebab tim dari unsur bahan,mesin, manusia, methode kerja.

v Menyusun rencana perbaikan dan penyesuaian dengan standard.

Dalam hal ini tampak pada kita bahwa pengendalian mutu

merupakan salah satu bagian dari sistim produksi . Sistim

produksi berawal dari bahan, tenaga kerja dan komponen lainnya

merupakan hasil suatu sistim.

Masukan Sistim produksi Keluaran

Page 26: Manajemen Produksi

6.2. Prinsip dalam aktivitas pengendalian mutu

Dalam aktivitas pengendalian mutu dikenal dengan 3 (tiga) prinsip

yaitu:

v Menyusun kebijaksan mutu

Dalam menyusun kebijaksan mutu ditetapkan kreteria-kreteria

yang diperlukan untuk menjamin mutu produk sesuai dengan

selera pemakai yang meliputi ukuran, bentuk komposisi bahan,

suhu, dst.

v Membuat ringkasan desain produk

Rangkaian desain disusun berdasarkan konsep-konsep untuk

diusulkan yang disebut rangkaian desain dasar. Selanjutnya

disusun ringkasan desain menengah dan desain final, seperti

digambarkan sebagai berikut:

- Konsep atau usulan - Pengembangan dan - Pilot produksi pengujian - Produksi

- Desain produksi

6.3. Manfaat Pengendalian Mutu

Pengendalian mutu diperlukan untuk memberikan kepuasan kepada

pemakai produk tersebut dan merupka salah satu upaya untuk

pengembangan usaha.

Untuk menghadapi persaingan dalam menghasilkan suatu produk ada 4

(empat) ciri kemampuan yang diperlukan yaitu:

v Memahami keinginan konsumen untuk mendapatkan pembeli,

agar biaya dapat ditekan.

v Mampu mengikuti perubahan teknologi, politik dan sosial.

v Mampu memperkirakan apa yang diinginkan oleh konsumen 1 s/d

10 tahun mendatang.

Ringkasan desaindasar final

Ringkasan desainMenengah

Rangkaian desainfinal

Page 27: Manajemen Produksi

v Mampu menyiapkan produk yang baik dan bekelanjutan

Menurut deming tidak mungkin dilakukan hal demikian, tetapi

kenyataan banyak perusahaan mempelajari pengalaman yang lalu,

merupakan ciri untuk mengatasi persaingan dimasa yang akan

datang.

Memenuhi kebutuhan konsumen menjadi kewajiban setiap

perusahaan dan merupakan kegiatan pokok untuk :

v Memantau hasil dan tingkat keputusan pemakai.

v Identifikasi perbaikan yang diperlukan sipemakai produk tersebut.

v Perbaikan produk dan jasa yang sesuai dengan keinginan

konsumen dan biaya yang murah.

v Memperkirakan dan jumlah persyaratan yang diinginkan pemakai.

v Memproduksikan produk yang sesuai dengan keinginan

pemakai/pelanggan.

Untuk terlaksankannya kegiatan tersebut ada tiga ciri pokok yang

perlu diperhatikan:

² Punya tekad yaitu perbaikan mutu tidak akan berhenti selamakegiatan produksi berlangsung.

² Berilmu dalam upaya perbaikan mutu diperlukan pengetahuanteknis produksi maupun kultural yang mampumenterjemahkan selera pemakai produk yang dihasilkan.

² Melibatkan seluruh anggota/ karyawan sehingga setiapkaryawan merasa bertanggung jawab atas perbaikan mutuproduk.

6.4. Pengendalian Mutu Terpadu (Total Quality Control)

Pengendalian mutu adalah aplikasi ilmu dasar dan terapan yang bersifat

keteknikan ataupun manajerial yang bertujuan mempertahankan mutu

dan mengembangkan daya guna bahan baku seoptimal mungkin

sekaligus meningkatkan nilai tambah sebagai berikut:

v Pengendalian bahan dan barang-barang yang akan digunakan

berdasarkan standar mutu yang ditentukan.

Page 28: Manajemen Produksi

v Pembuatan jadwal kegiatan perbaikan mutu.

v Pengukuran effisiensi setiap faktor produksi.

v Pengamatan produksi akhir.

v Pengandalian dan penyimpanan.

v Menyiapkan berbagai spesifikasi tata cara termasuk cara

pengujian statistik.

v Pengawasan hukum.

v Penentuan harga, anggaran biaya dan inventarisasi.

² Evaluasi dari semua kegiatan yang dilakukan sekaligus

membuat laporannya:

Laporan tersebut dapat digunakan untuk membuat berbagaikebijaksanaan yang menyangkut macam permasalahan seperti:penemuan baru, pembiyaan, penetapan harga, dan seterusnya.

6.5. Penetapan Gugus Kendali Mutu (GKM)

Gugus kendali mutu (GKM) adalah suatu kelompok karyawan yang

terdiri dari 3 sampai 8 orang dari unit kerja yang sama yang secara

sukarela dan bersinambungan melakukan kegiatan pengendalian mutu

ditempat kerjanya.

GKM sebagai suatu sistem untuk meningkatkan mutu dan optimasi

pemanfaatan sumber daya, telah menjadi budaya masyarakat industri

Jepang.

v Penerapan GKM dapat ditempuh melalui:

² Layanan Konsultasi Langsung

Layanan konsultasi ini diberikan oleh klinik GKM yang

memberikan kesempatan kepada pengusaha

kecil/menengah/klien lainnya untuk berkonsultasi dengan

“Tenaga Ahli/Fasilitas GKM yang ada dipusat maupun

didaerah, melalui telepon atau langsung tatap muka, tanpa

dipungut biaya.

Tenaga ahli/fasilitas GKM yang dapat dihubungi dapat dilihat

pada lampiran 1.

Page 29: Manajemen Produksi

² Layanan konsultasi melalui surat

Layanan konsultasi ini diberikan oleh klinik GKM yang

melaui surat menyurat. Untuk itu pengusaha industri

kecil/menengah/klien lainnya diharapkan:

ê Mengirimkan surat kepada petugas klinik GKM baik yang

ada dipusat maupun daerah.

ê Alamat dan isi surat hendaknya ditulius dengan jalan

(boleh diketik/tulis tangan)

ê Jangan lupa menyertakan perangko secukupnya untuk

pengiriman jawabannya.

ê Jawaban atas berbagai hal dan permasalahan yang

disampaikan akan dijawab secepatnya melalui surat,

diupayakan tidak lebih dari 2 minggu.

² Bantuan Tenaga Ahli/Fasilitas

Bagi pengusaha industri kecil/menengah/klien lainnya yang

membutuhkan bantuan tenaga ahli/fasilitas dapat

menghubungkan petugas klinik GKM dipusat maupun daerah.

Persyaratannya:

² Perusahaan industri kecil/menengah/klien lainnya

menyampaikan permohonan secara tertulis kepada petugas

klinik GKM pusat/daerah.

² Perusahaan industri kecil/kiliennya bersedia membayar biaya

pelatihan/bimbingan/konsultasi sebesar 25% dari biaya yang

dibutuhkan.

² Lamanya pelaksanaan pelatihan/bimbingan/konsultasi antara

1-12 minggu, sesuai dengan kebutuhan.

v Propek Sistim Paten di Indonesia

Sistem paten di Indonesia telahh dilmulai sejak 1 Agustus 1991.

Dalam memasyarakatkan paten melakukan kerjasama dengan

instansi pemerintah, swasta, perguruan tinggi dan menjalin serta

membina kerjasama dengan Badan Dunia (WIPO) dan Kantor-

Page 30: Manajemen Produksi

kantor Paten di luar negeri lainnya, misalnya EPU, APO, USPTO,

JPO, AIPO, dll.

Pelaksanaan sistim paten menunjukkan perkembangan yang cukup

baik, dan pengelolaan Aplikasi Paten di KPI (Kantor Paten

Indonesia) langsung dengan Otomasi Kantor (Computerized

System) bahkan sejak tahun anggaran 1991/1992 KPI mempunyai

program komputerisasi dengan mewujudkan proyek MIS, hingga

sekarang.

Paten adalah hak khusus yang diberikan oleh negara kepada

penemu dibidang teknologi baik untuk proses maupun produk

serta melaksanakan penemuan tersebut dalam jangka waktu

tertentu.

Paten diberikan atas penemuan dibidang teknologi yang

memenuhi 3 persyaratan substantif:

² Penemuan harus baru (novelty)

² Penemuan harus mengandung langkah-langkah inventive

(inventif stip)

² Penemuan harus dapat diproduksi (industrial aplicable)

Dalam jangka waktu tertentu paten harus dilaksanakan dalam

wilayah RI.

Paten yang disetujui akan dipublikasikan melalui publikasi B yang

dimuat dalam berita resmi paten.

Publikasi-publikasi ilmiah baik berbentuk buku, brosur, journal

maupun dalam bentuk lainnya berasal dari dokumen paten yang

kemudian dijabarkan dalam betuk basaha dan cara yangmudah

dipahami dan populer oleh halayak ramai.

Untuk keperluan penelusuran dokumen paten dalam rangka

pemeriksaan subtantif kantor paten mempunyai koleksi berbentuk

CD-ROM, Microfelm, Microhece dan kertas.

Page 31: Manajemen Produksi

v Unit Pelayan Teknis (UPT)

UPT adalah unit yang melaksanakan pelayanan jasa pembinaan

kepada pihak ke-3, untuk meningkatkan nilai tambah, mutu

produksi atau mutu manajemen para pengusaha/pengrajin industri

kecil.

Pelayanan jasa pembinaan adalah kegiatan UPT dalam rangka

melaksanakan tugas untuk memenuhi permintaan layanan jasa

dari masyarakat dengan menggunakan sarana/prasarana UPT

dalam rangka meningkatkan nilai tambah, mutu produksi dan

manajemen.

² Satuan kerja UPT, terdiri dari:

ê Kepala UPT

ê Sekretaris UPT

ê Bendahara

ê Bidang Teknologi

ê Bidang Penyuluhan

ê Bidang Personil.

v Bidang Teknologi

Bidang teknologi mempunyai tugas membantu kepala UPT dalam

memberikan pelayanan jasa pembinaan kepada pihak ke-3 dengan

menggunakan mesin peralatan dan sarana lainnya yang meliputi:

² Menyusun rencana kerja dan rencana jasa pelayanan jasapembinaan sesuai dengan permintaan pihak ke-3.

² Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan permintaan pihak ke-3.² Memelihara dan merawat mesin/peralatan dan sarana UPT.² Mengadakan percobaan-percobaan dalam rangka

pengembangan teknologi yang meliputi mesin/peralatan dandiversifikasi produk.

² Membimbing pihak ke-3 yang magang maupun kerja praktekdi UPT.

Page 32: Manajemen Produksi

v Tata Cara Pelayanan

Biaya pelayanan jasa pembinaan dibebankan kepada pihak ke-3

berdasarkan tarif yang telah disetujui bersama antara kepala UPT

dan pihak ke-3.

Pihak ke-3 yang memerlukan pelayanan jasa pembinaan

mengajukan permintaan pelayanan jasa kepala UPT.

Rencana kerja dan perhitungan biaya dipersipakan oleh bidang

teknologi. Rencana kerja dan biaya pelayanan jasa yang

sepakati/disetujui bersama dituangkan dalam surat pesanan/surat

kontrak dengan ketentuan sebagai berikut :

² Nilai dibawah Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) digunakan

surat pesanan pelayana jasa diketahui/disetujui oleh UPT.

² Nilai diatas Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah) s/d Rp.

10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) digunakan surat

kontrak/perjanjian pelayanan jasa pembinaan, diketahui oleh

Ka. Kandep setempat.

² Nilai diatas Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) digunakan

surat perjanjian/kontrak kerjasama pembinaan, diketahui Ka.

Kanwil setempat.