makalah thalasemia
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini, penyakit thalassemia merupakan penyakit genetika yang
paling banyak di Indonesia. Frekuensinya terus meningkat dengan
penderita sekitar 2000 orang per tahun. Walupun begitu, masyarkat tidak
menaruh perhatian yang cukup besar terhadap penyakit yang sudah
menjadi salah satu penyakit genetika terbanyak ini. Hal ini disebabkan
karena gejala awal dari penyakit sangat umum seperti anemia dan muntah-
muntah. Padahal gejala akhir yang ditimbulkan akan sangat fatal jika tidak
ditangani secara akurat, cepat, dan tepat.
1.2. Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan suatu
gambaran, penjelasan yang lebih mendalam mengenai penyakit
thalassemia ini. Diharapkan masyarakat dapat melakukan pencegahan dan
pengobatan dini dengan cara yang tepat.
1.3. Rumusan Masalah
1) Apakah yang menyebabkan penyakit Thalassemia ?
2) Bagaimana gejala dan pengobatan penyakit Thalassemia ?
1

1.4. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun makalah ini
adalah metode pustaka dan studi literatur, dengan mencari dan
mengumpulkan data penting dari berbagai sumber seperti website dan
situs-situs internet serta buku-buku yang ada.
1. 5. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan makalah ini dibagi menjadi menjadi 3 bagian :
Bab I : Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan Penulisan
1.3. Rumusan Masalah
1.4. Metode Penulisan
1.5. Sistematika Penulisan
Bab II : Isi
2.1. Definisi
2.2. Penyebab
2.3. Klasifikasi
2.4. Diagnosis
2.5. Gejala Klinis
2.6. Pengobatan
Bab III : Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Bab IV: Penutup
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
2

BAB II
ISI
2. 1. Definisi
Thalassemia adalah suatu penyakit congenital herediter yang diturunkan
secara autosom berdasarkan kelainan hemoglobin, di mana satu atau lebih rantai
polipeptida hemoglobin kurang atau tidak terbentuk sehingga mengakibatkan
terjadinya anemia hemolitik (Broyles, 1997). Dengan kata lain, thalassemia
merupakan penyakit anemia hemolitik, dimana terjadi kerusakan sel darah di
dalam pembuluh darah sehingga umur eritosit menjadi pendek (kurang dari 120
hari). Penyebab kerusakan tersebut adalah Hb yang tidak normal sebagai akibat
dari gangguan dalam pembentukan jumlah rantai globin atau struktur Hb.
Secara normal, Hb A dibentuk oleh rantai polipeptida yang terdiri dari 2
rantai beta. Pada beta thalassemia, pembuatan rantai beta sangat terhambat.
Kurangnya rantai beta berakibat pada meningkatnya rantai alpha. Rantai alpha ini
mengalami denaturasi dan presitipasi dalm sel sehingga menimbulkan kerusakan
pada membran sel, yaitu membrane sel menjadi lebih permeable. Sebagai
akibatnya, sel darah mudah pecah sehingga terjadi anemia hemolitik. Kelebihan
rantai alpha akan mengurangi stabilitas ggugusan hem yang akan mengoksidasi
hemoglobin dan membrane sel, sehingga menimbulkan hemolisa.
Jenis thalasemia secara klinis dibagi menjadi dua golongan, yaitu
thalassemia mayor yang memberikan gejala yang jelas bila dilakukan pengkajian
dan thalasemia minor yang sering tidak memberikan gejala yang jelas.
3

2.2 ETIOLOGI
Penyakit thalassemia adalah penyakit keturunan yang tidak dapat
ditularkan.banyak diturunkan oleh pasangan suami isteri yang mengidap
thalassemia dalam sel – selnya.
2. 2. PATOFISIOLOGI
Thalassemia merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan rantai
asam amino yang membentuk hemoglobin yang dikandung oleh sel darah merah.
Sel darah merah membawa oksigen ke seluruh tubuh dengan bantuan substansi
yang disebut hemoglobin. Hemoglobin terbuat dari dua macam protein yang
berbeda, yaitu globin alfa dan globin beta. Protein globin tersebut dibuat oleh gen
yang berlokasi di kromosom yang berbeda. Apabila satu atau lebih gen yang
memproduksi protein globin tidak normal atau hilang, maka akan terjadi
penurunan produksi protein globin yang menyebabkan thalassemia. Mutasi gen
pada globin alfa akan menyebabkan penyakit alfa- thalassemia dan jika itu terjadi
pada globin beta maka akan menyebabkan penyakit beta-thalassemia.
2. 2. 1. Alfa-Thalassemia
Alfa-globin adalah sebuah komponen (subunit) dari protein yang lebih
besar yang disebut hemoglobin, yang merupakan protein dalam sel darah merah
yang membawa oksigen ke sel dan jaringan di seluruh tubuh. Hemoglobin terdiri
dari empat subunit: dua subunit alfa-globin dan dua subunit jenis lain globin.
HBA1 (Hemoglobin, alfa 1) adalah gen yang memberikan instruksi untuk
membuat protein yang disebut alpha-globin. Protein ini juga diproduksi dari gen
yang hampir identik yang disebut HBA2 (Hemoglobin, alfa 2). Kedua gen globin
alpha-terletak dekat bersama-sama dalam sebuah wilayah kromosom 16 yang
dikenal sebagai lokus globin alfa.
4

HBA1 dan HBA2 terletak di kromosom 16 lengan pendek di posisi 13.3.
HBA1 terletak di gen pasangan basa 226.678 ke 227.519 sedangkan HBA 2
terletak di pasangan basa 222.845 ke 223.708 .
Pada manusia normal terdapat 4 kopi gen alpha-globin yang terdapat
masing-masing 2 pada kromosom 16. Gen-gen ini membuat komponen globin
alpha pada hemoglobin orang dewasa normal, yang disebut hemoglobin A. dan
juga merupakan komponen dari hemoglobin pada janin dan orang dewasa lainnya,
yang disebut hemoglobin A2. Mutasi yang terjadi pada gen alpha globin adalah
delesi.
Delesi 1 gen α : tidak ada dampak pada kesehatan, tetapi orang tersebut
mewarisi gen thalasemia, atau disebut juga Thalassaemia Carier/Trait
Delesi 2 gen α : hanya berpengaruh sedikit pada kelinan fungsi darah
Delesi 3 gen α : anemia berat, disebut juga Hemoglobin H (Hbh) disease
Delesi 4 gen α : berakibat fatal pada bayi karena alpha globin tidak
dihasilkan sama sekali
Gambar diatas menunjukkan bahwa kedua orang tua yang pada gen nya
terdapat masing-masing 2 gen yang sudah termutasi. Maka anaknya 25% normal,
25% carrier, 25% 2 gen delesi, 25% menderita hemoglobin H disease.
5

2. 2. 2. Beta-Thalassemia
Globin beta adalah sebuah komponen (subunit) dari protein yang lebih
besar yang disebut hemoglobin, yang terletak di dalam sel darah merah. HBB gen
yang memberikan instruksi untuk membuat protein yang disebut globin beta.
Lebih dari 250 mutasi pada gen HBB telah ditemukan menyebabkan
talasemia beta. Sebagian besar mutasi melibatkan perubahan dalam satu blok
bangunan DNA (nukleotida) dalam atau di dekat gen HBB. Mutasi lainnya
menyisipkan atau menghapus sejumlah kecil nukleotida dalam gen HBB. Mutasi
gen HBB yang menurunkan hasil produksi globin beta dalam kondisi yang
disebut beta-plus (B +) talasemia.
Tanpa globin beta, hemoglobin tidak dapat terbentuk yang mengganggu
perkembangan normal sel-sel darah merah. Kekurangan sel darah merah akan
menghambat oksigen yang akan dibawa dan membuat tubuh kekurangan
oksigen. Kurangnya oksigen dalam jaringan tubuh dapat menyebabkan kerusakan
organ, dan masalah kesehatan lainnya termasuk thalassemia beta.
HBB gen yang terletak di kromosom 11 lengan pendek di posisi 15.5.
HBB gen dari pasangan basa 5.203.271 sampai pasangan basa 5.204.876 pada
kromosom 11.
Pada manusia normal terdapat 2 kopi gen beta globin yang terdapat pada
kromosom 11, yang membuat beta globin yang merupakan komponen dari
6

hemoglobin pada orang dewasa, yang disebut hemoglobin A. Lebih dari 100 jenis
mutasi yang dapat menyebabkan thalasemia β, misalkan mutasi beta 0 yang
berakibat tidak adanya beta globin yang diproduksi, mutasi beta +, dimana hanya
sedikit dari beta globin yang diproduksi.
Jika seseorang memiliki 1 gen beta globin normal, dan satu lagi gen yang
sudah termutasi, maka orang itu disebut carier/trait.
Gambar diatas menunjukkan bahwa kedua orangtua merupakan
carier/trait. Maka anaknya 25% normal, 50% carier/trait, 25% mewarisi 2 gen
yang termutasi (thalasemia mayor).
2. 3. Klasifikasi Penyakit
1. Alpha Thalassemias
Alpha thalassemia diam carrier
Alpha thalassemia minor, juga disebut sifat thalassemia alfa
Penyakit hemoglobin H
Alpha thalassemia mayor, juga disebut hydrops fetalis
7

2. Beta Thalassemias
Beta thalassemia minor, juga disebut sifat thalassemia beta
Beta thalassemia intermedia
Beta thalassemia mayor, juga disebut Cooley's anemia atau beta-nol (ß 0)
thalassemia
Beta-plus (ß +) thalassemia
Mediterania anemia
2. 4. Diagnosis
Thalassemia dapat di ketahui dengan cara melakukan tes darah yang terdiri
dari termasuk menghitung kelengkapan darah (CBC) dan tes hemoglobin khusus.
CBC memberikan informasi tentang jumlah hemoglobin dan berbagai
jenis sel darah, seperti sel darah merah, dalam sampel darah. Penderita
thalassemia memiliki lebih sel-sel darah merah sehat lebih sedikit dan
kurang hemoglobin dalam keadaan normal. Penderita alfa thalassemia atau
beta thalassemia mungkin memiliki sel darah marah lebih kecil daripada
sel darah merah normal.
Tes hemoglobin mengukur jenis hemoglobin dalam sampel darah.
Penderita thalassemia memiliki masalah dengan alpha atau rantai protein
beta globin hemoglobin.
Umumnya orang yang menderita thalassemia didiagnosis pada saat usia
dini. Hal ini karena tanda-tanda dan gejala dari penyakit ini telah muncul dalam 2
tahun pertama mereka hidup.
Orang yang memiliki bentuk yang lebih ringan thalassemia dapat
didiagnosis setelah tes darah rutin menunjukkan mereka telah anemia. Dokter
mencurigai seseorang menderita thalassemia jika seseorang itu menunjukkan
8

bahwa dia anemia dan merupakan anggota dari sebuah kelompok yang memiliki
resiko tinggi untuk terkena thalassemia.
Diagnosis dapat juga dilakukan dengan melakukan tes pada jumlah zat
besi dalam darah untuk mengetahui apakah anemia disebabkan oleh kekurangan
zat besi atau thalassemia. Kekurangan zat besi - anemia terjadi saat tubuh tidak
memiliki cukup besi untuk membuat hemoglobin. Jika anemia pada talasemia
terjadi karena masalah dengan salah satu rantai globin alpha atau rantai beta
globin hemoglobin, bukan karena kekurangan zat besi.
Thalassemia merupakan penyakit keturunan yang diteruskan dari orang tua
kepada anak-anak, studi genetik keluarga juga dapat membantu mendiagnosis
gangguan ini. Ini melibatkan mengambil riwayat kesehatan keluarga dan
melakukan tes darah pada anggota keluarga untuk menunjukkan apakah ada gen
hemoglobin yang telah hilang atau diubah.
2. 5. Gejala Klinis
Tanda dan gejala dari penyakit thalassemia disebabkan oleh kekurangan
oksigen di dalam aliran darah. Hal ini terjadi karena tubuh tidak cukup membuat
sel-sel darah merah dan hemoglobin. Keparahan gejala tergantung pada keparahan
dari gangguan yang terjadi.
Tidak Gejala
Alpha Thalassemia silent carrier umumnya tidak memiliki tanda-tanda
atau gejala. Hal ini terjadi karena kekurangan protein globin alfa sangat kecil
sehingga hemoglobin dalam darah masih dapat bekerja normal.
Anemia ringan
9

Orang yang telah menderita thalassemia alfa atau beta dapat mengalami
anemia ringan. Namun, banyak orang dengan jenis talasemia tidak memiliki
tanda-tanda atau gejala yang spesifik. Anemia ringan dapat membuat penderita
merasa lelah dan hal ini sering disalahartikan menjadi anemia yang kekurangan
zat besi.
Anemia ringan sampai sedang dan tanda serta gejala lainnya
Orang dengan beta talasemia intermedia dapat mengalami anemia ringan
sampai sedang. Mereka juga mungkin memiliki masalah kesehatan lainnya,
seperti:
a) Memperlambat pertumbuhan dan pubertas. Anemia dapat memperlambat
pertumbuhan anak dan perkembangannya.
b) Masalah tulang, thalassemia dapat membuat sumsum tulang (materi spons
dalam tulang yang membuat sel-sel darah) tidak berkembang. Hal ini
menyebabkan tulang lebih luas daripada biasanya. Tulang juga dapat
menjadi rapuh dan mudah patah.
c) Pembesaran limpa. Limpa adalah organ yang membantu tubuh melawan
infeksi dan menghapus materi yang tidak diinginkan. Ketika seseorang
menderita talasemia, limpa harus bekerja sangat keras. Akibatnya, limpa
menjadi lebih besar dari biasanya. Hal ini membuat penderita mengalami
anemia parah. Jika limpa menjadi terlalu besar maka limpa tersebut harus
disingkirkan.
Anemia berat dan tanda serta gejala lainnya
Orang dengan penyakit hemoglobin H atau thalassemia beta mayor (disebut
juga Cooley's anemia) akan mengalami talasemia berat. Tanda dan gejala-gejala
muncul dalam 2 tahun pertama kehidupannya. Mereka mungkin akan mengalami
anemia parah dan masalah kesehatan serius lainnya, seperti:
a) Pucat dan penampilan lesu
10

b) Nafsu makan menurun
c) Urin akan menjadi lebih pekat
d) Memperlambat pertumbuhan dan pubertas
e) Kulit berwarna kekuningan
f) Pembesaran limpa dan hati
g) Masalah tulang (terutama tulang di wajah)
Komplikasi Thalassemia
Perawatan yang ada sekarang yaitu hanya dengan membantu penderita
thalassemia berat untuk hidup lebih lama lagi. Akibatnya, orang-orang ini harus
menghadapi komplikasi dari gangguan yang terjadi dari waktu ke waktu.
Jantung dan Liver Disease
Transfusi darah adalah perawatan standar untuk penderita
thalassemia. Sebagai hasilnya, kandungan zat besi meningkat di dalam darah. Hal
ini dapat merusak organ dan jaringan, terutama jantung dan hati.
Penyakit jantung yang disebabkan oleh zat besi yang berlebihan adalah
penyebab utama kematian pada orang penderita thalassemia. Penyakit jantung
termasuk gagal jantung, aritmis denyut jantung, dan terlebih lagi serangan
jantung.
Infeksi
Di antara orang-orang penderita thalassemia, infeksi adalah penyebab
utama penyakit dan kedua paling umum penyebab kematian. Orang-orang yang
limpanya telah diangkat berada pada risiko yang lebih tinggi, karena mereka tidak
lagi memiliki organ yang memerangi infeksi.
11

Osteoporosis
Banyak penderita thalassemia memiliki tulang yang bermasalah, termasuk
osteoporosis. Ini adalah suatu kondisi di mana tulang menjadi sangat lemah, rapuh
dan mudah patah.
2. 6. Pengobatan
Pengobatan thalassemia bergantung pada jenis dan tingkat keparahan dari
gangguan. Seseorang pembawa atau yang memiliki sifat alfa atau beta talasemia
cenderung ringan atau tanpa gejala dan hanya membutuhkan sedikit atau tanpa
pengobatan. Terdapat 3 (standar) perawatan umum untuk thalassemia tingkat
menengah atau berat, yaitu transfusi darah, terapi besi dan chelation, serta
mmenggunakan suplemen asam folat. Selain itu, terdapat perawatan lainnya
adalah dengan transplantasi sum-sum tulang belakang, pendonoran darah tali
pusat, dan HLA (Human Leukocyte Antigens).
Transfusi darah
Transfusi yang dilakukan adalah transfusi sel darah merah. Terapi ini
merupakan terapi utama bagi orang-orang yang menderita thalassemia sedang
atau berat. Transfusi darah dilakukan melalui pembuluh vena dan
memberikan sel darah merah dengan hemoglobin normal. Untuk
mempertahankan keadaan tersebut, transfusi darah harus dilakukan secara
rutin karena dalam waktu 120 hari sel darah merah akan mati. Khusus untuk
penderita beta thalassemia intermedia, transfuse darah hanya dilakukan
sesekali saja, tidak secara rutin. Sedangkan untuk beta thalssemia mayor
(Cooley’s Anemia) harus dilakukan secara teratur (2 atau 4 minggu sekali).
12

Terapi Khelasi Besi (Iron Chelation)
Hemoglobin dalam sel darah merah adalah zat besi yang kaya protein.
Apabila melakukan ransfusi darah secara teratur dapat mengakibatkan
penumpukan zat besi dalam darah. Kondisi ini dapat merusak hati, jantung,
dan organ-organ lainnya. Untuk mencegah kerusakan ini, terapi khelasi besi
diperlukan untuk membuang kelebihan zat besi dari tubuh. Terdapat dua obat-
obatan yang digunakan dalam terapi khelasi besi, yaitu:
a) Deferoxamine
Deferoxamine adalah obat cair yang diberikan melalui bawah kulit secara
perlahan-lahan dan biasanya dengan bantuan pompa kecil yang digunakan
dalam kurun waktu semalam. Terapi ini memakan waktu lama dan sedikit
memberikan rasa sakit. Efek samping dari pengobatan ini dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan dan pendengaran.
b) Deferasirox
Deferasirox adalah pil yang dikonsumsi sekali sehari. Efek sampingnya
adalah sakit kepala, mual, muntah, diare, sakit sendi, dan kelelahan
(kelelahan).
Suplemen Asam Folat
Asam folat adalah vitamin B yang dapat membantu pembangunan
sel-sel darah merah yang sehat. Suplemen ini harus tetap diminum di
samping melakukan transfusi darah ataupun terapi khelasi besi.
Transplantasi sum-sum tulang belakang
Bone Marrow Transplantation (BMT) sejak tahun 1900 telah
dilakukan. Darah dan sumsum transplantasi sel induk normal akan
menggantikan sel-sel induk yang rusak. Sel-sel induk adalah sel-sel di
13

dalam sumsum tulang yang membuat sel-sel darah merah. Transplantasi
sel induk adalah satu-satunya pengobatan yang dapat menyembuhkan
talasemia. Namun, memiliki kendala karena hanya sejumlah kecil orang
yang dapat menemukan pasangan yang baik antara donor dan resipiennya.
Pendonoran darah tali pusat (Cord Blood)
Cord blood adalah darah yang ada di dalam tali pusat dan plasenta.
Seperti tulang sumsum, itu adalah sumber kaya sel induk, bangunan blok
dari sistem kekebalan tubuh manusia. Dibandingkan dengan pendonoran
sumsum tulang, darah tali pusat non-invasif, tidak nyeri, lebih murah dan
relatif sederhana.
HLA (Human Leukocyte Antigens)
Human Leukocyte Antigens (HLA) adalah protein yang terdapat
pada sel di permukaan tubuh. Sistem kekebalan tubuh kita mengenali sel
kita sendiri sebagai 'diri,' dan sel ‘asing' sebagai lawan didasarkan pada
protein HLA ditampilkan pada permukaan sel kita. Pada transplantasi
sum-sum tulang, HLA ini dapat mencegah terjadinya penolakan dari tubuh
serta Graft versus Host Disease (GVHD). HLA yang terbaik untuk
mencegah penolakan adalah melakukan donor secara genetik berhubungan
dengan resipen (penerima).
14

BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
1. Asal keturunan/kewarganegaraan
Thalasemia banyak dijumpai pada bangsa disekitar laut tengah
(mediterania). Seperti turki, yunani, Cyprus, dll. Di Indonesia sendiri,
thalassemia cukup banyak dijumpai pada anak, bahkan merupakan
penyakit darah yang paling banyak diderita.
2. Umur
Pada thalasemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejala tersebut telah
terlihat sejak anak berumur kurang dari 1 tahun. Sedangkan pada
thalasemia minor yang gejalanya lebih ringan, biasanya anak baru datang
berobat pada umur sekitar 4 – 6 tahun.
3. Riwayat kesehatan anak
Anak cenderung mudah terkena infeksi saluran napas bagian atas infeksi
lainnya. Hal ini mudah dimengerti karena rendahnya Hb yang berfungsi
sebagai alat transport.
4. Pertumbuhan dan perkembangan
Sering didapatkan data mengenai adanya kecenderungan gangguan
terhadap tumbuh kembang sejak anak masih bayi, karena adanya pengaruh
hipoksia jaringan yang bersifat kronik. Hal ini terjadi terutama untuk
thalassemia mayor. Pertumbuhan fisik anak adalah kecil untuk umurnya
dan ada keterlambatan dalam kematangan seksual, seperti tidak ada
pertumbuhan rambut pubis dan ketiak. Kecerdasan anak juga dapat
mengalami penurunan. Namun pada jenis thalasemia minor sering terlihat
pertumbuhan dan perkembangan anak normal.
15

5. Pola makan
Karena adanya anoreksia, anak sering mengalami susah makan, sehingga
berat badan anak sangat rendah dan tidak sesuai dengan usianya.
6. Pola aktivitas
Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak usianya. Anak banyak tidur /
istirahat, karena bila beraktivitas seperti anak normal mudah merasa lelah
7. Riwayat kesehatan keluarga
Karena merupakan penyakit keturunan, maka perlu dikaji apakah orang tua
yang menderita thalassemia. Apabila kedua orang tua menderita
thalassemia, maka anaknya berisiko menderita thalassemia mayor. Oleh
karena itu, konseling pranikah sebenarnya perlu dilakukan karena
berfungsi untuk mengetahui adanya penyakit yang mungkin disebabkan
karena keturunan.
8. Riwayat ibu saat hamil (Ante Natal Core – ANC)
Selama Masa Kehamilan, hendaknya perlu dikaji secara mendalam adanya
faktor risiko thalassemia. Sering orang tua merasa bahwa dirinya sehat.
Apabila diduga faktor resiko, maka ibu perlu diberitahukan mengenai
risiko yang mungkin dialami oleh anaknya nanti setelah lahir. Untuk
memestikan diagnosis, maka ibu segera dirujuk ke dokter.
9. Data keadaan fisik anak thalassemia yang sering didapatkan diantaranya
adalah:
1) Keadaan umum
Anak biasanya terlihat lemah dan kurang bergairah serta tidak selincah
anak seusianya yang normal.
2) Kepala dan bentuk muka
Anak yang belum/tidak mendapatkan pengobatan mempunyai bentuk
khas, yaitu kepala membesar dan bentuk mukanya adalah mongoloid,
yaitu hidung pesek tanpa pangkal hidung, jarak kedua mata lebar, dan
tulang dahi terlihat lebar.
3) Mata dan konjungtiva terlihat pucat kekuningan
4) Mulut dan bibir terlihat pucat kehitaman
16

5) Dada
Pada inspeksi terlihat bahwa dada sebelah kiri menonjol akibat adanya
pembesaran jantung yang disebabkan oleh anemia kronik
6) Perut
Kelihatan membuncit dan pada perabaan terdapat pembesaran limpa
dan hati ( hepatosplemagali).
7) Pertumbuhan fisiknya terlalu kecil untuk umurnya dan BB nya kurang
dari normal. Ukuran fisik anak terlihat lebih kecil bila dibandingkan
dengan anak-anak lain seusianya.
8) Pertumbuhan organ seks sekunder untuk anak pada usia pubertas
Ada keterlambatan kematangan seksual, misalnya, tidak adanya
pertumbuhan rambut pada ketiak, pubis, atau kumis. Bahkan mungkin
anak tidak dapat mencapai tahap adolesense karena adanya anemia
kronik.
9) Kulit
Warna kulit pucat kekuning- kuningan. Jika anak telah sering mendapat
transfusi darah, maka warna kulit menjadi kelabu seperti besi akibat
adanya penimbunan zat besi dalam jaringan kulit (hemosiderosis).
10. Penegakan diagnosis
1) Biasanya ketika dilakukan pemeriksaan hapusan darah tepi
didapatkan gambaran sebagai berikut:
o Anisositosis ( sel darah tidak terbentuk secara sempurna )
o Hipokrom, yaitu jumlah sel berkurang
o Poikilositosis, yaitu adanya bentuk sel darah yang tidak normal
o Pada sel target terdapat tragmentasi dan banyak terdapat sel
normablast, serta kadar Fe dalam serum tinggi
2) Kadar haemoglobin rendah, yaitu kurang dari 6 mg/dl. Hal ini terjadi
karena sel darah merah berumur pendek (kurang dari 100 hari) sebagai
akibat dari penghancuran sel darah merah didalam pembuluh darah.
17

11. Penatalaksanaan
1. Perawatan umum : makanan dengan gizi seimbang
2. Perawatan khusus :
1) Transpusi darah diberikan bila kadar Hb rendah sekali (kurang
dari 6 gr%) atau anak terlihat lemah dan tidak ada nafsu makan.
2) Splenektomi. Dilakukan pada anak yang berumur lebih dari 2
tahun dan bila limpa terlalu besar sehingga risiko terjadinya
trauma yang berakibat perdarahan cukup besar.
3) Pemberian Roborantia, hindari preparat yang mengandung zat
besi.
4) Pemberian Desferioxamin untuk menghambat proses
hemosiderosis yaitu membantu ekskresi Fe. Untuk mengurangi
absorbsi Fe melalui usus dianjurkan minum teh.
5) Transplantasi sumsum tulang (bone marrow) untuk anak yang
sudah berumur diatas 16 tahun. Di Indonesia, hal ini masih sulit
dilaksanakan karena biayanya sangat mahal dan sarananya belum
memadai.
3.2. Diagnosa keperawatan
1) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan oksigenasi ke sel –
sel ditadai dengan pasien mengatakan kepala terasa pusing ,, warna kulit pucat,
bibir tampak kering sclera ikterik , ekstremitas dingin, N ; 70x/m, R : 45 X/m
Tujuan : gangguan perfusi jaringan teratasi dengan kriteria :
• Tanda vital normal N : 80 – 110. R : 20 – 30 x/m
• Ektremitas hangat
• Warna kulit tidak pucat
• Sclera tidak ikterik
• Bibir tidak kering
• Hb normal 12 – 16 gr%
18

INTERVENSI
a. Observasi Tanda Vital , Warna Kulit, Tingkat Kesadaran Dan Keadaan
Ektremitas
b. Atur Posisi Semi Fowler
c. Kolaborasi Dengan Dokter Pemberian Tranfusi Darah
d. Pemberian O2 kapan perlu
RASIONAL
a. Menunujukan Informasi Tentang Adekuat Atau Tidak Perfusi Jaringan Dan
Dapat Membantu Dalam Menentukan Intervensi Yang Tepat
b. Pengembangan paru akan lebih maksimal sehingga pemasukan O2 lebih
adekuat
c. Memaksimalkan sel darah merah, agar Hb meningkat
d. Dengan tranfusi pemenuhan sel darah merah agar Hb meningkat
2. Devisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan penurunan input
(muntah) ditandai dengan pasien minum kurang dari 2 gls/ hari, mukosa mulut
kering, turgor kulit lambat kembali, produksi urine kurang.
Tujuan : deficit volume cairan dan elektrolit teratasi dengan kriteria:
• Pasien minum 7 – 8 gelas /hr
• Mukosa mulut lembab
• Turgor kulit cepat kembali kurang dari 2 detik
INTERVENSI
Onservasi Intake Output Cairan
Observasi Tanda Vital
Beri pasien minum sedikit demi sedikit
Teruskan terapi cairan secara parenteral sesuai dengan instruksi dokter
RASIONALISASI
Mengetahui jumlah pemasukan dan pengeluaran cairan
Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi dari peningkatan kehilangan cairan
mengakibatkan hipotensi dan takcikardi
19

Dengan minum sedikit demi sedikit tapi sering dapat menambah cairan
dalam tubuh secara bertahap
Pemasukan cairan secara parenteral sehingga cairan menjadi adekuat
3. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penigkatan peristaltuk
yang diatandaoi dengan nyeri tekan pada daerah abdomen kwadran kiri atas,
abdomen hipertimpani, perut distensi, peristaltic usus 10 x/m
Tujuan : gannguan rasa nyaman (nyeri ) teratasi dengan kriteria :
• Nyeri abdomen hilang atau kurang
• Abdomen timpani (perkusi)
• Perut tidak distensi
• Peristaltic usus normal
INTERVENSI
Kaji keluhan nyeri, lokasi, lamanya dan intensitasnya
Beri buli-buli panas / hangat pada area yang sakit
Lakukan massage dengan hati-hati pada area yang sakit
Kolaborasi pemberian obat analgetik
RASIONALISASI
Mengetahui jika terjadi hipoksia sehingga dapat dilakukan intervensi
secara cepat dan tepat
Hangat menyebabkan vasodilatasi dan meningkatkan sirkulasi darah pada
daerah tersebut
Membantu mengurangi tegangan otot
Mengurangi rasa nyeri dengan menekan system syaraf pusat (SSP)
BAB IV
20

PENUTUP
4 .1 Kesimpulan
Thalassemia merupakan penyakit genetik yang disebabkan oleh
ketidaknormalan pada protein globin yang terdapat di gen. Jika globin alfa yang
rusak maka penyakit itu dinamakan alfa-thalassemia dan jika globin beta yang
rusak maka penyakit itu dinamakan alfa thalassemia. Gejala yang terjadi dimulai
dari anemia hingga osteoporosis. Thalassemia harus sudah diobati sejak dini agar
tidak berdampak fatal. Pengobatan yang dilakukan adalah dengan melakukan
transfusi darah, meminum beberapa suplemen asam float dan beberapa terapi.
4. 2 Saran
Thalassemia ini harus sudah didiagnosis sejak dini dan diharapkan kepada
penderita agar peduli terhadap penyakitnya. Karena gejala awalnya seperti anemia
biasa, maka gejala tersebut jangan diabaikan dan lakukan pengobatan sejak dini
serta konsultasikan kepada dokter. Untuk menghindari resiko akibat penyakit
thalassemia, Pemerintah diharapkan agar menghimbau dan memberikan informasi
yang jelas kepada masyarakat mengenai penyakit thalassemia dengan jelas dan
bagaimana penanggulangan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
21

Children's Hospital & Research Center Oakland. 2005. “What is Thalassemia and
Treating Thalassemia”.
http://www.thalassemia.com/ (17 Februari 2010, 19.05)
National Hearth Lung and Blood Institute. 2008. ”Thalassemias”.
http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Thalassemia/
Thalassemia_WhatIs.html (17 Februari 2010, 19.20)
National Library of Medicine's. 2010. “Genetics Home Reference”.
http://ghr.nlm.nih.gov/chromosome=11 (17 Februari 2010, 19.45)
Maureen Okam, M.D. (Harvard Medical School) .1999. “Thalassemia
information”.
http://sickle.bwh.harvard.edu/thalover.html (17 Februari 2010, 20.30)
http://medicastore.com/penyakit/167/Thalassemia.html (17 Februari 2010, 20.00)
Doenges, Marillyn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan.Edisi 3.Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Ngastiyah.1997.Perawatan Anak Sakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta
Sodeman.1995.Patofisiologi.Edisi 7.Jilid 2.Hipokrates.Jakarta
22