makalah pencernaan askep anak omphalocele
DESCRIPTION
tugas kuliah s1 keperawatanTRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
ANAK DENGAN OMPHALOCELE
Di Susun Oleh :
Semester VA
1. Bagus Ananta
2. Bahar Ganu Asmara
3. Eko Hermanto
4. Feni Susiyah
5. Fita Orin Melati
6. Nana Handayani
7. Truna Adi Saputra
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“INSAN CENDEKIA MEDIKA”
JOMBANG
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas nikmat dan
karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Setiap konsep
dalam makalah ini juga memerlukan bahasa dan rincian serta berbagai penjelasan yang dapat
memudahkan untuk mempelajari dan memahaminya.
Makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
OMPHALOCELE“ ini disusun untuk memenuhi tugas Sistem Pencernaan II dalam
memahami ilmu kesehatan.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada para pendukung yang
memberikan motivasi sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tidak lupa kami ucapkan
terima kasih juga kepada para pembaca terutama bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang. Dan tidak lupa pula kepada para dosen terutama
pada Ibu Hindiyah Ike.S.Kep,.Ns yang telah membimbing kami menjadi manusia yang
berpotensi.
Kritik dan saran pembaca merupakan sumbangan yang sangat berarti bagi kami dalam
menyempurnakan isi makalah ini. Semoga makalah ini dapat menjadi panduan bagi
mahasiswa.
Jombang, Desember 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................
B. Rumusan Masalah ...................................................................................
C. Tujuan .....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi ....................................................................................................
B. Etiologi ....................................................................................................
C. Manifestasi Klinis ...................................................................................
D. Patofisiologi ............................................................................................
E. Pemeriksaan Diagnostik...........................................................................
F. penatalaksanaan......................................................................................
G. komplikasi ...............................................................................................
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN OMPHALOCELE
A. Pengkajian ...............................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan ...........................................................................
C. Intervensi Keperawatan ..........................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................
B. Saran .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari Omphalocele ?
2. Apakah etiologi dari Omphalocele?
3. Apakah manifestasi klinis dari Omphalocele?
4. Bagaimana patofisiologi dari Omphalocele?
5. Bagaimana patway dari Omphalocele?
6. Bagaimana penatalaksanaaan medis dari Omphalocele?
7. Apa saja komplikasi dari Omphalocele?
8. Bagaimana Konsep asuhan keperawatan pada anak dengan Omphalocele?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari Omphalocele
2. Mengetahui etiologi dari Omphalocele
3. Mengetahui menifestasi klinis dari Omphalocele
4. Mengentahui patofisiologi dari Omphalocele
5. Mengetahui perjalanan patway dari Omphalocele
6. Mengetahui penatalaksanaan medis dari Omphalocele
7. Mengetahui komplikasi dari Thypus Omphalocele
8. Mengetahui konsep askep pada pasien dengan Omphalocele
BAB II
TINTAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Omphalokel pada dasarnya sama dengan gastroschisis
1. Omphalokel (omfalokel) adalah adanya
protrusi (keadaan menonjol kedepan) pada waktu lahir dibagian usus yang melalui
suatu defek besar pada dinding abdomen di umbilikus dan usus yang menonjol hanya
ditutupi oleh membrane tipis transparan yang terdiri dari amnion dan peritoneum (W.
A. Newman Dorland, 2002).
2. Omfalokel adalah penonjolan dari usus
atau isi perut lainnya melalui akar pusar yang hanya dilapisi oleh peritoneum (selaput
perut) dan tidak dilapisi oleh kulit (copyright© www.medicastore.com, 2004).
3. Omfalokel yaitu hernia umbilikalis
inkomplet terdapat waktu, lahir ditutup oleh peritonium, selai Warton dan selaput
amnion (Cermin Dunia Kesehatan. http://www. Medicastore.com, 1997).
4. Omphalocel adalah protrusi visera intra
abdominal ke dasar korda umbilical kantong tertutup peritoneum tanpa kulit (Donna
L. Wong, 2004)
5. Omphalocele adalah defek (kecacatan)
pada dinding anterior abdomen pada dasar dari umbilical cord dengan herniasi dari isi
abdomen. Organ-organ yang berherniasi dibungkus oleh peritoneum parietal. Setelah
10 minggu gestasi, amnion dan Wharton Jelly juga membungkus massa hernia (Lelin-
Okezone, 2007)
Gambar dari www.med.umich.edu/fdtc/images/art_omphalocele.jpg. Menunjukkan
herniasi isi abdomen yang terbungkus dengan selaput peritoneum.
6. Omphalocele adalah suatu keadaan
dimana dinding perut mengandung struktur muskulo aponeuresis yang kompleks.
Aponeuresis adalah lembaran jaringan mirip tendon yang lebar serta mengkilap untuk
membungkus dan melekatkan otot yang satu dengan yang lainnya dan juga dengan
bagian yang digerakkan oleh otot tersebut.
a. Dibagian belakang, struktur ini
melekat pada tulang belakang.
b. Disebelah atas, melekat pada iga.
c. Di bagian bawah melekat pada
tulang panggul.
Dinding perut ini terdiri dari berbagai lapis, yaitu dari luar ke dalam
lapisan kulit yang terdiri dari kutis dan sub cutis, lemak sub cutan dan fasia
superfisialis (Fasia scarpa). Kemudian ketiga otot dinding perut, m. oblikus
abdominis externus, m. oblikus abdominis internus, m. tranfersus abdominis dan
akhirnya lapis preperitoneum. Peritoneum, yaitu fasia tranversalis, lemak
peritoneal dan peritoneum. Otot di bagian depan tengah terdiri dari sepasang otot
rectus abdominis dengan fasianya yang di garis tengah dipisahkan oleh linea alba
(Harnawatiaj, 2008).
7. Gastrochisis adalah suatu herniasi pada
isi usus dalan fetus yang terjadi pada salah satu samping umbilical cord. Organ visera
posisinya diluar kapasitas abdomen saat lahir. (Linda Sawden, 2002)
8. Omphalocele adalah kondidi bayi waktu
dilahirkan perut bagian depannya berlubang dan usus hanya dilapisi selaput yang
sangat tipis (dr. Irawan Eko, Spesialis Bedah RSU Kardinah, 2008).
9. Omphalocele berarti muara tali pusat dan
dinding perut tidak menyatu sehingga usus keluar (dr. Christoffel SpOG (K) RSUPM,
2008).
10. Omphalocele terjadi saat bayi masih
dalam kandungan. Karena gangguan fisiologis pada sang ibu, dinding dan otot-otot
perut janin tak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya, organ pencernaan seperti
usus, hati, tali pusar, serta lainnya tumbuh di luar tubuh. Jenis gastroschisis terjadi
seperti omphalocele. Bedanya, posisi tali pusar tetap pada tempatnya. (,2008 ,dr
Redmal Sitorus)
2.2 Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui. Pada 25 - 40% bayi yang menderita omfalokel,
kelainan ini disertai oleh kelainan bawaan lainnya, seperti :
a. Masalah genetic atau
abnormalitas kromosom
b. Factor kehamilan seperti penyakit
maternal dan infeksi, penggunaan obat (antibiotic oxytetracycline), merokok, factor
tersebut dikonstribusiakan dengan insufisiensi plasenta dan kelahiaran dengan usia
kehamilan rendah (small gestation age) atau bayi premature.
c. Hernia diafragmatika congenital
d. Kelainan jantung atau defek
jantung
e. Defisiensi asam folat
f. Defisiensi salisilat, dan
g. Hypoxia (penurunan suplai
oksigen ke jaringan)
h. Kandungan lemah (Copy right@
www.medicastore.com, 2004).
Bentuk kerusakan dinding abdomen pada bayi mengakibatkan terganggunya pada
pembentukan organ selama periode embrio. Berikut ini 3 teori pada etiologi omphalocel :
1. Keadaan sederhana yang mengikuti bentuk tubuh secara terus
menerus.
2. Kegagalan isi perut untuk kembali ke abdomen.
3. Kegagalan lipatan tubuh bagian lateral yang sempurna untuk
berpindah dan dinding tubuh yang menutup.
4. Ketidakmampuan usus untuk bermigrasi secara normal.
(http://patient.update.com/lisense.asp, 2006)
2.3 Manifestasi Klinis
Menurut A.H. Markum (1991), manifestasi dari omphalokel adalah :
1. Organ visera / internal abdomen keluar
2. Penonjolan pada isi usus
3. Teridentifikasi pada prenatal dengan ultrasound
a. b.
Gambar a : Omphalokel dengan selaput
Gambar b : gastrokhisis dengan usus terbuai tanpa selaput
Sumber : Division of pediatric surgary, 2008
Omphalocel dapat dilihat dengan jelas, karena isi abdomen menonjol atau keluar
melewati area perut yang tertekan. Berikut ini perbedaan ukuran omphalokel, yaitu :
Omphalocel kecil hanya usus yang keluar atau menonjol, sedangkan
Omphalocel besar : usus, hati atau limpa yang mungkin bisa keluar dari tubuh yang sehat.
(Townsend CM, 2004 & Ledbetter DJ, 2006, in http://www.google.com)
Omphalocel memperlihatkan sedikit pembesaran pada dasar tali puzat atau kantong
membrane yang menonjol pada umbilicus. Kantong tersebut berukuran dari kecil sampai
berukuran raksasa dan mengenai hati, limfe dan tonjolan besar pada bowel (isi perut).
Tali pusat biasanya diimsersi ke dalam kantong jika kantong rupture pada uteru, maka
usus akan terlihat gelap dan edematous. Jika tidak ditutup maka selama pelepasan, usus
menunjukkan normal yang esensial. Kira – kira 1 dari 3 bayi dengan omphalocel
diasosiasikan sebagai congenital anomaly atau abnormal.
(Jackson, D.B.& Sounders, 1993).
2.4 Patofisiologi
a. Disebabkan oleh kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada waktu
janin berumur 10 minggu sehingga menyebabkan timbulnaya omfalokel atau
omphalocel. Kelaianan ini dapat segera dilihat yaitu berupa protrusi dari kantong yang
berisi usus dan visera abdomen melalui defek dinding abdomen pada umbilicus.
Angka kematian tinggi apabila omfalokel besar karena akantong pecah dan terjadi
infeksi. (DR. Iskandar Wahidiyat (FKUI), 1985).
Suatu portusi pada dinding abdomen sampai dasar tali pusat. Selama 6 – 10 minggu
kehamilan. Protrusi tersebut tumbuh dan keluar dari dalam abdomen, pada tali pusat
karena abdomen berisi terlalu sedikit sekitar 10 – 11 minggu, normalnya usus akan
berpindah kemabali ke dalam abdomen. Ketidakmampuan usus untuk bermigrasi
secara normal akan menyebabkan Omphalocele. Omphalocele biasanya ditutupi oleh
membrane yang dilindungi oleh visera. Bayi dengan omphalocele mempunyai insiden
yang tinggi terhadap obnormalitas yang lain, seperti imperforasi, agenesis colon dan
defek diafragma atau jantung (Jackson, D.B.& Sounders, 1993).
b. Menurut Suriadi & Yuliani R, 2001, patofisiologi dari omphalokel adalah :
1. Selama perkembangan embrio, ada suatu kelemahan yang terjadi dalam dinding
abdomen semasa embrio yang mana menyebabkan herniasi pada isi usus pada salah
satu samping umbilicus (yang biasanya pada samping kanan). Ini menyebabkan organ
visera abdomen keluar dari kapasitas abdomen dan tidak tertutup oleh kantong.
2. Terjadi malrotasi dan menurunnya kapasitas abdomen yang dianggap sebagai
anomaly.
3. Gastroskisis terbentuk akibat kegagalan fusi somite dalam pembentukan dinding
abdomen sehingga dinding abdomen sebagian tetap terbuka.
4. Letak defek umumnya disebelah kanan umbilicus yang terbentuk normal.
5. Usus sebagian besar berkembang di luar rongga abdomen janin. Akibatnya, usus
menjadi tebal dan kaku karena pengendapan dan iritasi cairan amnion dalam
kehidupan intrauterine. Usus juga tampak pendek. Rongga abdomen janin sempit.
6. Usus-usus, visera dan seluruh permukaan rongga abdomen berhubungan dengan
dunia luar menyebabkan penguapan dan pancaran panas dari tubuh cepat berlangsung,
sehingga terjadi dehidrasi dan hipotermi, kontaminasi usus dengan kuman juga dapat
terjadi dan menyebabkan sepsis, aerologi menyebabkan usus-usus distensi sehingga
mempersulit koreksi pemasukan ke rongga abdomen pada waktu pembedahan.
7. EmbriogenesisPada janin usia 5 – 6 minggu isi abdomen terletak di luar embrio di
rongga selom. Pada usia 10 minggu terjadi pengembangan lumen abdomen sehingga
usus dari extra peritoneum akan masuk ke rongga perut. Bila proses ini terhambat
maka akan terjadi kantong di pangkal umbilikus yang berisi usus, lambung kadang
hati. Dindingnya tipis terdiri dari lapisan peritoneum dan lapisan amnion yang
keduanya bening sehingga isi kantong tengah tampak dari luar, keadaan ini disebut
omfalokel. Bila usus keluar dari titik terlemah di kanan umbilikus, usus akan berada
di luar rongga perut tanpa dibungkus peritoneum dan amnion, keadaan ini disebut
gastroschisis.
2.5 Pathway Keperawatan
Kelemahan Dinding Abdomen
Herniasi isi usus
Dinding abdomen sebagian terbuka
Organ internal abdomen keluar
Penguapan dan pancaran dari tubuh cepat berlangsung
Dehidrasi
Perkembangan embrio tidak sempurna
Operasi
hipotermi
Keterlambatan Tumbang
Omphalokel
Menekan Dinding Sentral Abdomen
Resiko Kurang Volume Cairan
Termoregulator tidak Efektif
Resiko Infeksi
Nyeri
Rongga Sekitar Abdomen tertekan (Paru-paru)
Pola Napas tidak Efektif
Kurang Pengetahuan
Koping Keluarga tidak efektif
Konflik Pengambilan Keputusan
Perubahan Proses Keluarga
Cemas
Sumber : Suriadi & Yuliani R, 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 1 dan A.H.
Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I.Jakarta : Penerbit FKUI.
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Menurut A.H. Markum (1991) dan bms.brown.edu/.../AbdWallDefects/ omphalocele.com
oleh Emily , pemeriksaan diagnostik dari omphalokel adalah :
1. Pemeriksaan Fisik
Pada omfalokel tampak kantong yang berisi usus dengan atau tanpa hati di garis tengah pada
bayi yang baru lahir.
Pada gastro schisis usus berada di luar rongga perut tanpa adanya kantong.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Maternal Serum Alfa Fetoprotein (MSAFP). Diagnosis prenatal defek pada
dinding abdomen dapat dideteksi dengan peningkatan MSAFP. MSAFP dapat juga meninggi
pada spinabifida yang disertai dengan peningkatan asetilkolinesterase dan
pseudokolinesterase.
3. Prenatal, ultrasound
Gambar : A fetal echocardiogram (ultrasound of the heart)
Menunjukkan adanya defek ompalokel
Sumber : Remembering Our Angel, Liam
Posted on September 24, 2007 by Emily
4. Pemeriksaan radiology
Fetal sonography dapat menggambarkan kelainan genetik dengan memperlihatkan marker
structural dari kelainan kariotipik. Echocardiography fetus membantu mengidentifikasi
kelainan jantung. Untuk mendukung diagnosis kelainan genetik diperjelas dengan
amniosentesis
Pada omphalocele tampak kantong yang terisi usus dengan atau tanpa hepar di garis tengah
pada bayi yang baru lahir.
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Terapeutik menurut Suriadi & Yuliani R (2001) adalah :
1. Perawatan pra-bedah
a. Terpeliharanya suhu tubuh
Kehilangan panas dapat berlebihan karena usus yang mengalami prolaps sangat
meningkatkan area permukaan.
b. Pemasangan NGT dan pengisapan yang kontinu untuk mencegah distensi usus-usus
yang mempersulit pembedahan.
c. Penggunaan bahan synthetic (silatik) dengan lapisan tipis yang tidak melengket seperti
xeroform, kemudian dengan kerlix dan pembungkus Saran untuk menutup usus atau
menutup dengan kasa steril lembab dengan cairan NaCl steril untuk mencegah
kontaminasi
d. Omphalocele dianjurkan tidak melakukan traksi yang berlebihan pada mesenterium.
e. Terapi intravena untuk hidrasi
f. Antiseptik dengan spectrum luas secara intravena
Besarnya kantong, luasnya cacat dinding perut dan ada tidaknya hepar di dalam kantong,
akan menentukan cara pengelolaan. Bila kantong omphalocele kecil, dapat dilakukan
operasi satu tahap. Dinding kantong dibuang, isi kantong dimasukkan ke dalam rongga
perut, kemudian lubang ditutup dengan peritoneum, fasia dan kulit. Tetapi biasanya
omphalocele terlalu besar dan rongga perut terlalu kecil sehingga isi kantong tidak dapat
dimasukkan ke dalam perut. Jika dipaksakan, maka karena regangan pada dinding perut,
diafragma akan terdorong ke atas sehingga terjadi gangguan pernapasan. Obstruksi vena
cava inferior dapat juga terjadi karena tekanan tersebut.
Tindakan yang dapat dilakukan ialah melindungi kantong omphalocele dengan cairan
antiseptik, misalnya betadin dan menutupnya dengan kain dakron agar tidak tercemar.
Dengan demikian, ada kesempatan untuk terjadinya epitelisasi dari tepi, sehingga seluruh
kantong tertutup epitel dan terbentuk hernia ventralis yang besar. Epitelisasi ini
membutuhkan waktu 3-4 bulan. Kemudian operasi koreksi hernia ventralis tersebut dapat
dikerjakan setelah anak berumur 5-10 bulan.
g. Terapi oksigen diberikan untuk membantu pernafasan
2. Pembedahan
Pembedahan dilakukan secara bertahap tergantung besar kecilnya lubang pada dinding
abdomen.
Tujuan pebedahan adalah untuk mengembalikan visera kedalam kavum abdomen dan
menutup diding abdomen.
Pada omphalokel, jika lubangnya kecil maka akan disambungkan saja, namun jika
lubangnya besar maka akan dicangkok dengan mengambil kulit dari bokong atau paha
bayi. Operasi koreksi ini untuk menempatkan usus ke dalam rongga perut dan menutup
lubang. Harus dikerjakan secepat mungkin sebab tidak ada perlindungan infeksi.
Tambahan lagi makin ditunda operasi makin sukar karena usus akan udem.
3. Paska Bedah
a. Perawatan paska bedah neonatus rutin
b. Terapi oksigen maupun ventilasi mekanik kemungkinan diperlukan
c. Dilakukan aspirasi setiap jam pada tuba nasogastrik
d. Pemberian antibiotika
e. Terapi intravena diberikan untuk perbaikan cairan
Pada sekitar 7-12 hari setelah pembedahan, anak akan kembali lagi mengalami
pembedahan untuk menjalani perbaikan cacat. Namun ini tergantung dari kondisi si bayi
(lemah atau tidak).
a. b.
Gambar :
a.Bayi post bedah omphalokel yang masih dalam perawatan
b.Bayi post operasi omphalokel dengan dinding abdomen yangsudah rapi seperti orang
normal lainnya.
Sumber : http://bms.brown.edu/.../AbdWallDefects/omphalocele.jpg The Image Bank-
ABDOMINAL WALL DEFECTS www.med.umich.edu/fdtc/images/art_omphalocele.jpg
.Penatalaksanaan Medis
Agar tidak terjadi cedera pada usus dan infeksi perut, segera dilakukan pembedahan
untuk menutup omfalokel. Sebelum dilakukan operasi, bila kantong belum pecah harus
diberi merkurokrom dan diharapakan akan terjadi penebalan selaput yang menutupi
kantong tersebut, sehingga operasi dapat ditunda sampai beberapa bulan. Sebaiknya
operasi dilakukan segera sesudah lahir, tetapi harus diingat bahwa dengan memasukkan
semua isi usus dan alat visera sekaligus kerongga abdomen akan menimbulkan tekanan
yang mendadak pada paru, sehingga timbul gangguan pernafasan (DR. Iskandar
Wahidiyat (FKUI), 1985).
Menurut Ngastiah, 1997 penatalaksanaan pada penderita omphalocel anatara lain :
1.Medik
Operasi dilakukan setelah lahir, akan tetapi mengingat dengan memasukkan semua usus
dan alat visera sekaligus ke dalam rongga abdomen akan terjadi tekanan yang mendadak
pada paru, sehingga dapat menimbulkan gangguan pernafasan, maka operasi biasanya
dilakukan penundaan sampai beberapa bulan
2.Keperawatan
Makalah keperawatan yang dapat terjadi adalah resiko infkasi, sebelum dilakukan operasi
bila kantong belum pecah dapat diolewskan merkurokrom setiap hari untuk mencegah
infeksi. Operasi ditunda sampai beberapa bulan atau menunggu terjadinya penebalan
selaput yang menutupi kantongh tersebut. Setelah diolesi merkurokrom dapat ditutupi
dengan kasa steril kemudian diatasnya ditutupi lagi dengan kapas agak tebal baru dapat
dipasangkan gurita.
Pada Ompohalocel diperbaiki dengan pembedahan, meskipun tidak selalu. Sebuah
kantong melindungi isi abdomen dan waktu yang tepat untuk masalah berat yang lain
(seperti gangguan hati) harus diberi lebih dulu, jika diperlukan. Untuk memfiksasi
omphalocel, kantung tersebut dibalut dengan benda buatan psesial , dimana kemudian
dijahit ditempat tersebut. Secara perlahan, lama – lama isi abdomen (Usus yang keluar)
ditekan ke dalam abdomen. Ketika omphalocel telah nyaman dalam rongga abdomen,
maka benda buatan tersebut dikeluarkan dan abdomen kemudian ditutup.
(Townsend CM, 2004 & Ledbetter DJ, 2006, in http://www.google.com)
Menurut Sjamsuhidajat, tindakan pada penderita omphalocel :
Besarnya kantong, luasnya cacat dinding perut dan ada tidaknya hati di dalam kantong
akan menentukan cara pengelolaan. Bila kantong omphalocel kecil dapat dilakukan
operasi satu tahap. Dinding kantong di buang, isi kantong dimasukkan ke dalam rongga
perut, kemudia lubang ditutup dengan peritoneum, fasia dan kulit.
Tetapi biasanya omphalocel terlalu besar dan rongga perut terlalu besar, sehingga isi
kantong tidak dapat dimasukkan ke dalam perut. Jia dipaksakan maka karena regangan
pada dinding perut, diafragma akan terdorong ke atas sehingga akan terjadi gangguan
pernafasan. Obstruksi vena cava inferior dapat juga terjadi karena tekanan tersebut.
Tindakan yang dapat dilakukan ialah melindungi kantong omphalocel dengan cairan
antiseptic, musalnya betadin dan menutupnya dengan kain kasa atau dakron agar tidak
tercemar.
Pemberian obat analgesic :
1.Rencanakan untuk memberikan analgesik yang telah ditentukan sebelum prosedur :
a.Oral : efek obat terjadi setelah 11/2 – 2 jam untuk hapir semua obat analgesik.
b.Intravena : efek paling cepat setelah 5 menit.
2.Kuatkan efek dari analgesik dengan memberitahukan bahwa anak akan merasa lebih
baik.
3.Berikan obat mulai dengan dosis yang dianjurkan sesuai dengan BB, contoh obat :
a.Obat - obat anti inflamasi nonsteroid : asetaminofen dengan 10 – 20 mg/kg per dosis
setiap 4 -6 jam, tidak boleh lebih dari 5 dosis dalam 24 jam.
b.Opioid pilihan untuk nyeri sedang sampai berat (dosis awal anak dengan BB < 50kg)
contohnya :
Morfin : oral 0,2–0,4 mg/kg tiap 3 – 4 jam. Parenteral 0,1 – 0,2 mg/kg. IM 3 – 4 jam 0,02
– 0,1 mg/kg dan IV bolus 2 jam.
Fentanil : oral 5 – 15 mg/kg. Parenteral 0,5 – 2,5 mg/kg dan IV bolus setiap 0,5 jam.
Kodein: oral 1 mg/kg tiap 3–4 jam. Parenteral tidak dianjurkan.
2.8 Komplikasi
Menurut Marshall Klaus, 1998, komplikasi dari omphalokel adalah :
1. Komplikasi dini adalah infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada permukaan yang
telanjang.
2. Kekurangan nutrisi dapat terjadi sehingga perlu balans cairan dan nutrisi yang adekuat
misalnya dengan nutrisi parenteral.
3. Dapat terjadi sepsis terutama jika nutrisi kurang dan pemasangan ventilator yang lama
4. Nekrosis
5. Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan bawaan lain yang
memperburuk prognosis.
Komplikasi yang terjadi pada penderita Omphalocel, yaitu :
Infeksi usus
Kematian jaringan usus yang bisa berhubungan dengan kekeringan atau trauma oleh karena
usus yang tidak dilindungi.
(Townsend CM, 2004 & Ledbetter DJ, 2006, in http://www.google.com)
Pada omphalocel mempunyai resiko sebagai berikut :
Pemberian anestesi :
Bereaksi dengan pengobatan atau obat anestesi
Masalah pernafasan atau gangguan pola nafas, karena dapat menyebabkan menurunnya kerja
organ pernafasan.
Pembedahan
Perdarahan
Resiko infeksi terhadap luka atau kurangnya perawatan (strerilisasi)
Luka pada organ
Kesulitan bernafas (mungkin terjadi akibat pertambahan tekanan pada abdomen, ketika
omphalocel ditutup).
Peritonitis (radang pada selaput lambung)
Kelumpuhan sementara pada usus halus (http://www.google.com).
2.9 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN REMATOID
ARTRITIS
A. Pengkajian
.Pengkajian Pre-Operatif
1)Kelainan embrional
2)Pembesaran tali pusat
3)Pemeriksaan abdomen
Pritusi visera intra abdominal ke dasar korada umbilical
Ukuran defek abdomen sekitar 4 – 12 cm
Lokasi defek, epigastrik atau hypogastrik.
Penutupannya hanya lapisan amnion dan peritoneum (membrane tipis transparan)
Omphalocel kecil hanya usus saja yang menonjol
Omphalocel besar terjadi distorsia dan injuri pola hati
4)System pernafasan
Bunyi nafas (mengi, mur - mur)
Frekuensi pernafasan
5)Riwayat kesehatan dan kebiasaan ibu seperti merokok, minium alcohol dan
penggunaan obat.
6)Observasi perilaku anak
Menangis keras
Gelisah
7)Imaging studies
Fetal sonography untuk mendeteksi genetic abnormal
Fetal echocardiogram untuk mendeteksi jantung yang abnormal
Amniosintesis untuk menegakkan penemuan positif terhadap genetic yang abnormal.
b.Pengkajian Post-Operatif
1)Kaji integritas kulit : tekstur, warna dan suhu kulit
2)Amati tanda – tanda terjadinya infeksi
3)Amati apakah ada kebocoran pada area amniosintesis
4)Amati pola eliminasi
5)Amati pola nafas
6)Kaji status nutrisi anak : BB dan TB
7)Kaji adanya nyeri
Fokus Pengkajian menurut Dongoes, M.F (1999):
1. Mengkaji Kondisi Abdomen
a. Kaji area sekitar dinding abdomen yang terbuka
b. Kaji letak defek, umumnya berada di sebelah kanan umbilicus
c. Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi/iritasi
d. Nyeri abdomen, mungkin terlokalisasi atau menyebar, akut/ironis sering
disebabkan oleh inflamasi, obstruksi
e. Distensi abdomen, kontur menonjol dari abdomen yang mungkin disebabkan oleh
pelambatan penyosongan lambung, akumulasi gas/feses, inflamasi/obstruksi.
2. Mengukur temperatur tubuh
a. Demam, manifestasi umum dari penyakit pada anak-anak dengan gangguan GI,
biasanya berhubungan dengan dehidrasi, infeksi atau inflamasi.
b. Lakukan pengukuran suhu secara kontinu tiap 2 jam
c. Perhatikan apabila terjadi peningkatan suhu secara mendadak.
3. Kaji Sirkulasi
a. Kaji adanya sianosis perifer
4. Kaji distress pernafasan
a. Lakukan pengkajian fisik pada dada dan paru, terhadap
b. Frekuensi : Cepat (takipneu), normal atau lambat
c. Kedalaman : normal, dangkal (Hipopnea), terlalu dalam (hipernea)
d. Kemudahan : sulit (dispneu), othopnea
e. Irama : variasi dalam frekuensi dan kedalaman pernafasan
f. Observasi adanya tanda-tanda infeksi, batuk, seputum dan nyeri dada
g. Kaji adanya suara nafas tambahan (mengi/wheezing)
h. Perhatikan bila pasien tampak pucat/sianosis
B. Diagnosa Keperawatan
Pre Op
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penekanan rongga abdomen (paru-
paru)
2. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan immaturitas
3. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan dehidrasi
4. Resiko infeksi berhubungan dengan isi abdomen yang keluar
5. Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang informasi yang
relevan
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
penyakit serius
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan post op.
Post Op
1. Nyeri Akut berhubungan dengan prosedur pembedahan menutup abdomen.
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan luka post op.
3. Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan perawatan yang multipel.
4. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi dari orang terdekat
(anak menderita omphalokel).
5. Cemas berhubungan dengan kematian.
C. Intervensi Keperawatan
Pre Op
Dx 1 : Pola napas tidak efektif b.d. penekanan rongga abdomen (paru-paru).
NOC: Respiratory Status: Airway
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen jalan nafas selama 3 x
24 jam, diharapkan pola napas pasien kembali normal dan efektif dengan status
respirasi skala 4
Kriteria Hasil:
a. Suara napas yang bersih, tidak ada sianosis dan dypsneu, mampu bernapas dengan
mudah, tidak ada pursed (ips)
b. Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tertekik, irama napas,
frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara napas abnormal seperti
whezing/mengi).
c. TTV dalam batas normal
Skala :
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC: Airway Management
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
4. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
5. Monitor respirasi dan status oksigen
6. Keluarkan skret dengan batuk atau suction
Dx 2 : Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan imaturitas
NOC: Thermoregulatoin: Neonate
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Regulasi suhu selama 3 x 24 jam,
diharapkan termoregulasi pasien kembali normal dan efektif dengan status regulasi
skala 4.
Kriteria Hasil:
a. Suhu tubuh pasien dalam batas normal
b. Tidak ada stress pernapasan
c. Tidak ada letargi
d. Perubahan warna kulit dalam rentang yang diharapkan
e. Pasien tidak menggigil
f. Status hidrasi adekuat
Skala :
Tidak pernah menunjukkan
Jarang menunjukkan
Kadang menunjukkan
Sering menunjukkan
Selalu menunjukkan
NIC: Temperatur Regulation
1. Monitor suhu badan pasien setiap 2 jam
2. Monitor suhu badan bayi baru lahir sampai stabil
3. Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi
4. Monitor warna kulit dan suhu
5. Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipotermi dan atau hipertermi
6. Monitor warna kulit dan suhu
7. Bantu meningkatkan keadekuatan cairan dan intake nutrisi
Dx 3 : Resiko kurang volume cairan b.d. dehidrasi
NOC: Keseimbangan cairan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Menejemen cairan selama 3 x 24
jam, diharapkan keseimbangan cairan pada pasien adekuat dengan status cairan skala
4.
Kriteria hasil:
a. Keseimbangan intake & output dalam batas normal
b. Elektrolit serum dalam batas normal
c. Tidak ada mata cekung
d. Tidak ada hipertensi ortostatik
e. Tekanan darah dalam batas normal
Skala :
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC: Manajemen Cairan
1. Pertahankan intake & output yang adekuat
2. Monitor status hidrasi (membran mukosa yang adekuat)
3. Monitor status hemodinamik
4. Monitor intake & output yang akurat
5. Monitor berat badan
DX 4 : Resiko infeksi berhubungan dengan isi abdomen yang keluar
NOC: Knowledge: infection control
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Kontrol Infeksi selama 3 x 24 jam,
diharapakan infeksi tidak terjadi (terkontrol) dengan status kontrol infeksi skala 4.
Kriteria hasil:
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
c. Jumlah leukosit dalam batas normal
d. Menunjukkan perilaku hidup sehat
Skala :
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC: Infection control
1. Pertahankan teknik isolasi
2. Batasi pengunjung bila perlu
3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
4. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
5. Tingkatkan intake nutrisi
Dx 5 : Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang informasi yang
relevan.
NOC: Decision Making
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan keluarga selama 3 x 24
jam, diharapkan tidak terjadi konflik dalam keluarga dengan skala pembuatan
keputusan 4.
Kriteria Hasil:
a. Identifikasi informasi yang relevan
b. Identifikasi alternatif
c. Memilih berbagai alternatif
Skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC: Family Support
1. Informasikan kepada keluarga tentang alternatif pilihan atau solusi
2. Bantu keluarga mengidentifikasi keuntungan dan kerugian alternatif lain
3. Tawarkan informasi konsen
4. Bantu keluarga dalam menjelaskan keputusannyapada anggota keluarga yang lain,
jika diperlikan
5. Berikan dukungan secara penuh
Dx 6 : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang
menderita penyakit serius (omphalokel).
NOC : Family Normalization
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Peningkatan Normalisasi selama 3 x
24 jam diharapkan pasien (keluarga) dapat mempersiapkan diri untuk prosedur
diagnostik / operasi dengan status perubahan proses keluarga skala 4.
Kriteria hasil :
a. Keluarga menunjukkan pemahaman tentang tes dan prosedur
b. Anak dan keluarga menunjukkan tentang informasi yang diberikan
Skala : 1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Peningkatan Normalisasi
1. Jelaskan alasan setiap terapi
2. Jelakskan kebutuhan anak kepada orang tua misalnya anak harus dirawat dalam
dalam inkubator dan terpasang berbagai alat (Infus, Oksigen, NGT, dll)
3. Jelaskan pada keluarga tentang pengalaman umum setelah pembedahan
4. Jelaskan pada keluarga apa yang akan terjadi paska operasi
5. Berpartisipasi dalam konferensi praoperasi dengan keluarga dan dokter
Dx 7 : Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kondisi anak, proses
penyakit yang diderita anak.
NOC : Pengetahuan : Proses Penyakit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengajaran Proses Penyakit selama
3 x 24 jam diharapkan Keluarga dapat mengerti / lebih paham mengenai penyakit
anaknya dan pengobatannya dengan status pengetahuan proses penyakit skala 4.
Kriteria Hasil :
a. Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi perawatan anak
b. Menjelaskan proses penyakit
c. Menjelaskan sebab atau faktor yang mempengaruhi
d. Kolaborasi aktif dengan tim kesehatan dalam pengobatan anaknya
Skala : 1 : Tidak mengetahui
2 : Terbatas pengetahuannya
3 : Sedikit mengetahui
4 : Banyak pengetahuannya
5 : Intensif atau mengetahuinya secara kompleks
NIC : Pengajaran Proses Penyakit
1. Identifikasi faktor dalam atau luar untuk menambah / meningkatkan motivasi
pengobatan anaknya.
2. Menjelaskan proses penyakit
3. Bersama keluarga identifikasi penyebab penyakit
4. Tentukan hubungan individu dengan latar belakang sosial budaya pada individu,
keluarga atau masyarakat mengenai tingkah laku kesehatannya.
5. Hindari menggunakan teknik menakut-nakuti
6. Mengikiusertakan keluarga (bila memungkinkan) dalam melaksanakan pengobatan/
terapi anaknya.
7. Memberikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman keluarga.
Post Op
Dx 8 : Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera biologis, prosedur
pembedahan menutup abdomen.
NOC I: Tingkat Nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Menejemen nyeri selama 3 x 24 jam
diharapkan pasien tidak mengalami nyeri, antara lain penurunan nyeri pada tingkat
yang dapat diterima anak dengan status penerimaan nyeri skala 2.
Kriteria hasil :
a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri (rewel)
b. Nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak
NOC II: Level Nyeri
Kriteria hasil :
a. Memberikan isyarat rasa nyaman (tidak rewel)
b. Nyeri menurun
Skala : 1. Ekstream
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak Ada
NIC : Menejemen Nyeri
1. Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi, durasi, frekuensi, intensitas).
2. Observasi isyarat –isyarat non verbal dari ketidaknyamanan.
3. Berikan pereda nyeri dengan manipulasi lingkungan (missal ruangan tenang, batasi
pengunkung).
4. Berikan analgesia sesuai ketentuan
5. Kontrol faktor – faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan (lingkungan yang berisik).
Dx 9 : Resiko Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan luka post op.
NOC : Pengenalian Resiko
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengendalian Infeksi selama 3 x 24
jam diharapkan pasien tidak mengalami infeksi dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi
pada pasien dengan status pengendalian skala 4.
Kriteria hasil :
a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b. temperatur badan
c. Imunisasi
Skala : 1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Pengendalian Infeksi
1. Pantau tanda / gejala infeksi
2. Informaiskan kepada orang tua tentang jadwal imunisasi
3. Rawat luka op dengan teknik steril
4. Memelihara teknik isolasi (batasi jumlah pengunjung)
5. Ganti peralatan perawatan pasien sesuai dengan protap
Dx 10 : Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan perawatan yang
multipel.
NOC : Physical Aging Status
Tujuan : : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Developmental Enhancement
selama 3 x 24 jam diharapkan pasien mengalami pertumbuhan dan perkembangan
yang normal sesuai usianya dengan status perkembangan skala 2.
Kriteria hasil :
a. Rata-rata berat badan
b. Cardiat out put
c. Elastisitas kulit
d. Kekuatan otot
Skala : 1. Ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
NIC : Developmental Enhancement
1. Bina hubungan saling percaya dengan anak
2. Demonstrasikan aktivitas yang meninggkatkan perkembangan anak sesuai dengan
umurnya (contoh bermain icik-icik)
3. Bantu anak belajar ketrampilan
4. Bina kesempatan untuk mendukung latihan aktivitas motorik/verbal pasien
5. Berikan reinforcement positif
Dx 11 :Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi dari orang
terdekat (anak menderita omphalokel).
NOC: Family Coping
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Keluarga selama 3 x 24
jam, diharapkan koping keluarga menguat dengan status koping skala 4.
Kriteria Hasil:
a. Mendemonstrasikan fleksibilitas peran
b. Menyelesaikan permasalahan yang ada
c. Percaya dapat memenej masalah
d. Melibatkan anggota keluarga dalam mengambil keputusan
e. Mengekspresikan perasan
f. Menggunakan strategi menurunkan stress (devence mecanism)
Skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC: Dukungan keluarga
1. Yakinkan keluarga akan memberikan perawatan terbaik pada pasien
2. Hargai reaksi emosional keluarga terhadap kondisi pasien
3. Selesaikan prognosis beban psikologis keluarga
4. Berikan harapan yang realistik
5. Dengarkan kecemasan keluarga, perasaan dan pertanyaan keluarga
6. Tingkatkan hubungan saling percaya dengan keluarga pasien.
Dx 12: Cemas berhubungan dengan ancaman kematian
NOC : Kontrol Cemas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perbaikan Koping Keluarga selama
3 x24 jam, diharapkan kecemasan hilang atau berkurang dengan status cemas skala 4.
Kriteria hasil :
a. Monitor intensitas kecemasan
b. Rencanakan strategi koping untuk mengurangi stress
c. Gunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan
d. Kondisikan lingkungan nyaman
Skala : 1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang-kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Enhancement Family Coping
1. Sediakan informasi yang sesungguhnya meliputi diagnosis, treatmen dan prognosis.
2. Tetap dampingi pasien dan keluarga untuk menjaga keselamatan pasien dan
mengurangi ansietas keluarga
3. Instruksikan kepada keluarga untuk melakukan ternik relaksasi
4. Bantu keluarga mengidentifikasi situasi yang menimbulkan ansietas.
BAB III
PENETUP
a. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
A.H. Markum, 1996, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, jilid I.Jakarta : Gaya Baru.
Beth cecyl L, Sowden Linda A.2002 . Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.
Catzel, pincus.1990.Kapita Selekta Pediatri Edisi 2.Jakarta:EGC.
Dongoes, M.F.1999.Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 2. Jakarta : EGC.
Klaus, Marshall H. 1998.Penatalaksanaan Neonatus Resiko Tinggi Edisi 4.Kajarta:EGC.
Ngastiyah 1997. Perawatan Anak Sakit.Jakarta:EGC.
Suriadi & Yuliani R.2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 1. Jakarta : CV. Sagung
Seto.
http://google.com//omphalochele. (diakses pada tanggal 28 Mei 2008)
http://www.google.co.id/search?hl=id&cr=countryID&q=omphalocele&start=20&sa=N -
Bayi Lahir Tak Berdinding Perut, Anus, dan Saluran Kencing
Kamis, 03 April 2008 19:13 wib Syawal Rifai (diakses pada tanggal 28 Mei 2008)
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0803/08/jab07.html/ Bayi Tanpa Dinding Perut Dirawat
di RSUD Kardinah (diakses pada tanggal 28 Mei 2008)
http://www.cybermq.com/index.php?risalahmq/detail/1/14807/risalahmq14807.html/Janin dg
kasus omphalocele Replies 1 Views : 607 Last Post: 5/26/2007 7:00:00 AM (diakses pada
tanggal 28 Mei 2008)
http://bms.brown.edu/.../AbdWallDefects/omphalocele.jpg The Image Bank-ABDOMINAL
WALL DEFECTS www.med.umich.edu/fdtc/images/art_omphalocele.jpg