makalah muskuloskletal

31
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Trauma adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami cedera karena salah satu sebab. Penyebab trauma adalah kecelakaan lalu lintas, industri, olahraga, dan rumah tangga. Di Indonesia kematian akibat kecelakaan lalu lintas ± 12.000 orrang per tahun (Chairudin, 1998). Taruma yang dialami seseorang akan menyebabkan masalah-masalah sebagai berikut. 1. Biaya yang besar untuk mengembalikan fungsi setelah mengalami trauma. 2. Resiko kematian yang tinggi. 3. Prodiktivitas menurun akibat banyak kehilangna waktu bekerja. 4. Kecatatan sementara dan permanen. Di masyarakat, seorang perawa/Ners perlu mengetahui perawatan klien trauma muskuloskletal yang mungkin dijumpai, baik dijalan maupun selama melakukan asuhan keperawatan di rumah sakit. Selain itu, ia perlu mengetahui dasar-dasar penanggulan suatu trauma yang menimbulkan masalah pada sistem muskuloskletal dengan melakukan penanggulangan awal dan merujuk ke rumah sakit terdekat agar mengurangi resiko yang lebih besar. 1

Upload: rahmanhamid

Post on 22-Oct-2015

33 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah muskuloskletal

BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Trauma adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami cedera karena salah satu

sebab. Penyebab trauma adalah kecelakaan lalu lintas, industri, olahraga, dan rumah

tangga.

Di Indonesia kematian akibat kecelakaan lalu lintas ± 12.000 orrang per tahun

(Chairudin, 1998). Taruma yang dialami seseorang akan menyebabkan masalah-

masalah sebagai berikut.

1.    Biaya yang besar untuk mengembalikan fungsi setelah mengalami trauma.

2.    Resiko kematian yang tinggi.

3.    Prodiktivitas menurun akibat banyak kehilangna waktu bekerja.

4.    Kecatatan sementara dan permanen.

Di masyarakat, seorang perawa/Ners perlu mengetahui perawatan klien trauma

muskuloskletal yang mungkin dijumpai, baik dijalan maupun selama melakukan

asuhan keperawatan di rumah sakit. Selain itu, ia perlu mengetahui dasar-dasar

penanggulan suatu trauma yang menimbulkan masalah pada sistem muskuloskletal

dengan melakukan penanggulangan awal dan merujuk ke rumah sakit terdekat agar

mengurangi resiko yang lebih besar.

Resiko yang lebih fatal yang perlu diketahui adalah kematian. Peristiwa yang sering

terjadi pada klien dibagi dalam tiga periode waktu sebagai berikut :

1.      Kematian dalam detik-detik pertama sampai menit berikutnya (50%).

Kematian disebabkan oleh laserasi otak dan pangkal otak, kerusakan sumsum tulang

belakang bagian atas, kerusakan jantung, oarta, serta pembuluh-pembuluh darah

besar. Kebanyakan klien tidak dapat ditolong an meninggal ditempat.

2.      Kematian dalam menit pertama sampai beberapa jam (35%).

Kematian disebabkan oleh perdarahan subdural atau epidural, hematopneumotoraks,

robekan limpa, laserasi hati, fraktur panggul, serta fraktur multipel dengan resimo

besar akibat perdarahan yang masif.

Sebagian klien pada tahap ini dapat diselamatkan dengan pengetahuan dan

penanggulangan trauma yang memadai.

3.       Kematian setelah beberapa hari ampai beberapa minggu setelah taruma (15%).

Kematian biasanya disebabkan oleh kegagalan beberapa organ atau sepsis. Peran

1

Page 2: makalah muskuloskletal

perawat dalam membantu mengurangi resiko tersebut cukup besar. Resiko kegagalan

organ dan reaksi sepsis dapat dikurangi secara signifikan dengan asuhan keperawatan

yang komprehensif.

Penanggulangan klien taua memerlukan peralatan serta keterampilan khusus yang

tidak semuanya dapat dilakukan oleh perawat, berhubung keterampilan dan

pengetahuan yang dimiliki setiap Ners bervariasi, serta peralatan yang tersedia kurang

memadai.

Trauma muskuloskletal biasanya menyebabkan disfungsi struktur disekitarnya dan

struktur pada bagian yang dilindungi atau disangganya. Gangguan yang paling sering

terjadi akibat trauma muskuloskletal adalah kontusio, strain, sprain dan dislokasi.

B.     Tujuan

1.      Tujuan Umum

Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung

kegiatan belajar mengajar jurusan keperawatan khususnya pada mata kuliah

keperawatan Muskuloskeletal II tentang Asuhan Keperawatan Klien dengan Trauma

Muskuloskeletal: Kontusio, Sprain, Strain dan Dislokasi.

2.      Tujuan Khusus

1.    Mengetahui pengertian Kontusio, Sprain, Strain dan Dislokasi.

2.    Mengetahui penyebab terjadinya Kontusio, Sprain, Strain dan Dislokasi.

3.    Mengetahui patofisiologi Kontusio, Sprain, Strain dan Dislokasi.

4.    Mengetahui manifestasi klinis Kontusio, Sprain, Strain dan Dislokasi.

5.    Mengetahui evaluasi diagnostic Kontusio, Sprain, Strain dan Dislokasi.

6.    Mengetahui penatalaksanaan Kontusio, Sprain, Strain dan Dislokasi.

7.    Mengetahui proses asuhan keperawatan Kontusio, Sprain, Strain dan Dislokasi.

2

Page 3: makalah muskuloskletal

BAB II

PEMBAHASAN

1.      KONTUSIO

a.       Pengertian

Kontusio merupakan suatu istilah yang digunakan untuk cedera pada jaringan lunak

yang diakibatkan oleh kekerasan atau trauma tumpul yang langsung mengenai

jaringan, seperti pukulan, tendangan, atau jatuh (Arif Muttaqin,2008: 69).

Kontusio adalah cedera jaringan lunak, akibat kekerasan tumpul,mis : pukulan,

tendangan atau jatuh (Brunner & Suddart,2001: 2355).

Kontusio adalah cedera yang disebabkan oleh benturan atau pukulan pada kulit.

Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga

darah dan cairan seluler merembes ke jaringan sekitarnya (Morgan, 1993: 63)

Kontusio adalah suatu injuri yang biasanya diakibatkan adanya benturan terhadap

benturan benda keras atau pukulan. Kontusio terjadi akibat perdarahan di dalam

jaringan kulit, tanpa ada kerusakan kulit. Kontusio yang disebabkan oleh cedera akan

sembuh  dengan sendirinya tanpa pengobatan, meskipun demikian luka memar di

bagian kepala mungkin dapat menutupi cedera yang lebih gawat dalam kepala.

Kontusio dapat menjadi bagian dari cedera yang luas, misalnya karena kecelakaan

bermotor (Agung Nugroho, 1995: 52).

b.      Etiologi

1. Benturan benda keras.

2. Pukulan.

3. Tendangan/jatuh

c.       Manifestasi Klinis

1. Perdarahan pada daerah injury (ecchymosis)   karena rupture pembuluh darah

kecil, juga berhubungan dengan fraktur.

2. Nyeri, bengkak dan perubahan warna.

3. Hiperkalemia mungkin terjadi pada kerusakan jaringan yang luas dan kehilangan

darah yang banyak (Brunner & Suddart,2001: 2355).

3

Page 4: makalah muskuloskletal

d. Gejala

1. Nyeri

2. Bengkak

3. Perubahan warna

4. Kompres dingin intermitten kulit berubah menjadi hijau/kuning, sekitar satu

minggu kemudian, begkak yang merata, sakit, nyeri dan pergerakan terbatas.

5. Kontusio kecil mudah dikenali karena karakteristik warna biru atau ungunya

beberapa hari setelah terjadinya cedera. 

6. Kontusio ini menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit.

7. Bila terjadi pendarahan yang cukup, timbulnya pendarahan didaerah yang terbatas

disebut hematoma.

8. Nyeri pada kontusio biasanya ringan sampai sedang dan pembengkakan yang

menyertai sedang sampai berat (Hartono Satmoko, 1993:191).

e.       Patofisiologi

Kontusio terjadi akibat perdarahan di dalam jaringan kulit, tanpa ada kerusakan

kulit. Kontusio dapat juga terjadi di mana pembuluh darah lebih rentan rusak

dibanding orang lain. Saat pembuluh darah pecah maka darah akan keluar dari

pembuluhnya ke jaringan, kemudian menggumpal, menjadi Kontusio atau biru.

Kontusio memang dapat terjadi jika sedang stres, atau terlalu lelah. Faktor usia juga

bisa membuat darah mudah menggumpal. Semakin tua, fungsi pembuluh darah ikut

menurun (Hartono Satmoko, 1993: 192).

Endapan sel darah pada jaringan kemudian mengalamifagositosis dan didaurulang

oleh makrofaga. Warna biru atau unguyang terdapat pada kontusio merupakan hasil

reaksi konversi dari hemoglobin menjadi bilirubin. Lebih lanjut bilirubin akan

dikonversi menjadi hemosiderin yang berwarna kecoklatan.

Tubuh harus mempertahankan agar darah tetap berbentuk cairan dan tetap mengalir

dalam sirkulasi darah. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi pembuluh darah, jumlah

dan kondisi sel darah trombosit, serta mekanisme pembekuan darah yang harus baik.

Pada purpura simplex, penggumpalan darah atau pendarahan akan terjadi bila fungsi

salah satu atau lebih dari ketiga hal tersebut terganggu (Hartono Satmoko, 1993: 192).

4

Page 5: makalah muskuloskletal

f.        Penatalaksanaan

Mengurangi/menghilangkan rasa tidak nyaman :

1. Tinggikan daerah injury

2. Berikan kompres dingin selama 24 jam pertama (20-30 menit setiap pemberian)

untuk  vasokonstriksi, menurunkan edema, dan menurunkan rasa tidak nyaman

3. Berikan kompres hangat disekitar area injury setelah 24 jam prtama (20-30 menit)

4 kali sehari untuk melancarkan sirkulasi dan absorpsi

4. Lakukan pembalutan untuk mengontrol perdarahan dan bengkak

5. Kaji status neurovaskuler pada daerah extremitas setiap 4 jam bila ada indikasi

(Brunner & Suddart,2001: 2355).

Menurut Agung Nugroho (1995: 53) penatalaksanaan pada cedera kontusio adalah

sebagai berikut:

1. Kompres dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan pendarahan kapiler.

2. Istirahat untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat pemulihan

jaringan-jaringan lunak yang rusak.

3. Hindari benturan di daerah cedera pada saat latihan maupun pertandingan

berikutnya.

2.      SPRAIN

a.    Pengertian

Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi akibat gerakan menjepit atau

memutar. Sprain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada

ligament (jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi,

yang memberikan stabilitas sendi. Kerusakan yang parah pada ligament atau kapsul

sendi dapat menyebabkan ketidakstabilan pada sendi. Fungsi ligamen adalah menjaga

stabilitas, namun masih mampu melakukan mobilitas. Ligamen yang sobek akan

kehilangan kemampuan stabilitasnya. Pembuluh darah akan terputus dan terjadilah

edema, yaitu sendi terasa nyeri tekan dan gerakan sendi terasa sangat nyeri (Brunner

& Suddart,2001: 2355).

5

Page 6: makalah muskuloskletal

b.      Etiologi

Sprain terjadi ketika sendi dipaksa melebihi lingkup gerak sendi yang normal, seperti

melingkar atau memutar pergelangan kaki.

Sprain dapat terjadi di saat persendian anda terpaksa bergeser dari posisi normalnya

karena anda terjatuh, terpukul atau terkilir.

c.       Manifestasi klinis

1. Nyeri

2. Inflamasi/peradangan

3. Ketidakmampuan menggerakkan tungkai.

d.      Tanda Dan Gejala

1.    Sama dengan strain (kram) tetapi lebih parah.

2.    Edema, perdarahan dan perubahan warna yang lebih nyata.

3.    Ketidakmampuan untuk menggunakan sendi, otot dan tendon.

4.    Tidak dapat menyangga beban, nyeri lebih hebat dan konstan

e.       Patofisiologi

Kekoyakan ( avulsion ) seluruh atau sebagian dari dan disekeliling sendi, yang

disebabkan oleh daya yang tidak semestinya, pemelintiran atau mendorong /

mendesak pada saat berolah raga atau aktivitas kerja. Kebanyakan keseleo terjadi pada

pergelangan tangan dan kaki, jari-jari tangan dan kaki. Pada trauma olah raga (sepak

bola) sering terjadi robekan ligament pada sendi lutut. Sendi-sendi lain juga dapat

terkilir jika diterapkan daya tekanan atau tarikan yang tidak semestinya tanpa diselingi

peredaan (Brunner & Suddart,2001: 2357).

f.        Pemeriksaan Diagnostik

1.    Riwayat :

a.       Tekanan

b.      Tarikan tanpa peredaan

c.       Daya yang tidak semestinya

2.     Pemeriksaan Fisik :

Tanda-tanda pada kulit, sistem sirkulasi dan muskuloskeletal .

6

Page 7: makalah muskuloskletal

g.       Penatalaksanaan

1.      Pembedahan.

Mungkin diperlukan agar sendi dapat berfungsi sepenuhnya, pengurangan-

pengurangan perbaikan terbuka terhadap jaringan yang terkoyak.

2.      Kemotherapi

Dengan analgetik Aspirin (100-300 mg setiap 4 jam) untuk meredakan nyeri

dan peradangan. Kadang diperlukan Narkotik (codeine 30-60 mg peroral setiap

4 jam) untuk nyeri hebat.

3.      Elektromekanis.

1. Penerapan dingin dengan kantong es 24 0C

2. Pembalutan / wrapping eksternal. Dengan pembalutan, cast atau

pengendongan (sung)

3. Posisi ditinggikan. Jika yang sakit adalah bagian ekstremitas.

4. Latihan ROM. Tidak dilakukan latihan pada saat terjadi nyeri hebat dan

perdarahan. Latihan pelan-pelan dimulai setelah 7-10 hari tergantung

jaringan yang sakit.

5. Penyangga beban. Menghentikan penyangga beban dengan penggunaan kruk

selama 7 hari atau lebih tergantung jaringan yang sakit.

3.    STRAIN

a.       Pengertian

Strain merupakan tarikan otot akibat penggunaan dan peregangan yang berlebihan

atau stres lokal yang berlebihan (Arif Muttaqin, 2008: 69).

Strain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada struktur muskulo-

tendinous (otot dan tendon). Strain akut pada struktur muskulo-tendinous terjadi pada

persambungan antara otot dan tendon.

Strain adalah “tarikan otot” akibat penggunaan berlabihan, peregangan berlebihan,

atay stres yang berlebihan. Strain adalah robekan mikroskopis tidak komplet dengan

perdarahan kedalam jaringan (Brunner & Suddart, 2001: 2355 ).

 

b.      Etiologi

Strain terjadi ketika otot terulur dan berkontraksi secara mendadak, seperti pada pelari

atau pelompat.

Pada strain akut : Ketika otot keluar dan berkontraksi secara mendadak.

7

Page 8: makalah muskuloskletal

Pada strain kronis : Terjadi secara berkala oleh karena penggunaaan yang

berlebihan/tekanan berulang-ulang,menghasilkan tendonitis (peradangan pada

tendon).

c.       Manifestasi klinis

Gejala pada strain otot yang akut bisa berupa:

1. Nyeri

2. Spasme otot

3. Kehilangan kekuatan dan

4. Keterbatasan lingkup gerak sendi.

5. Strain kronis adalah cidera yang terjadi secara berkala oleh karena penggunaan

berlebihan atau tekakan berulang-ulang, menghasilkan :

6. Tendonitis (peradangan pada tendon). Sebagai contoh, pemain tennis bisa

mendapatkan tendonitis pada bahunya sebagai hasil tekanan yang terus-menerus

dari servis yang berulang-ulang.

d.      Patofisiologi

Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak

langsung (overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang

salah,kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot belum

siap,terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha),hamstring (otot paha

bagian bawah),dan otot guadriceps. Fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan

daerah sekitar cedera kontusio dan membengkak (Chairudin Rasjad,1998).

e.       Klasifikasi Strain

1. Derajat I/Mild Strain (Ringan) 

Derajat i/mild strain (ringan)  yaitu adanya cidera akibat penggunaan yang berlebihan

pada penguluran unit muskulotendinous yang ringan berupa stretching/kerobekan

ringan pada otot/ligament (Chairudin Rasjad,1998).

a.       Gejala yang timbul :

- Nyeri local

- Meningkat apabila bergerak/bila ada beban pada otot

b.      Tanda-tandanya :

- Adanya spasme otot ringan

8

Page 9: makalah muskuloskletal

- Bengkak

- Gangguan kekuatan otot

- Fungsi yang sangat ringan

c.       Komplikasi

- Strain dapat berulang

- Tendonitis

- Perioritis

d.      Perubahan patologi

Adanya inflamasi ringan dan mengganggu jaringan otot dan tendon namuntanda

perdarahan yang besar.

e.       Terapi

Biasanya sembuh dengan cepat dan pemberian istirahat,kompresi dan elevasi,terapi

latihan yang dapat membantu mengembalikan kekuatan otot.

2. Derajat II/Medorate Strain (Ringan)

Derajat ii/medorate strain (ringan) yaitu adanya cidera pada unit muskulotendinous

akibat kontraksi/pengukur yang berlebihan.

a.       Gejala yang timbul

- Nyeri local

- Meningkat apabila bergerak/apabila ada tekanan otot

- Spasme otot sedang

- Bengkak

- Tenderness

- Gangguan kekuatan otot dan fungsi sedang

b.      Komplikasi sama seperti pada derajat I :

- Strain dapat berulang

- Tendonitis

- Perioritis

c.       Terapi :

- Immobilisasi pada daerah cidera

- Istirahat

- Kompresi

- Elevasi

d.      Perubahan patologi  :

9

Page 10: makalah muskuloskletal

Adanya robekan serabut otot

3.    Derajat III/Strain Severe (Berat)

Derajat III/Strain Severe (Berat) yaitu adanya tekanan/penguluran mendadakyang

cukup berat. Berupa robekan penuh pada otot dan ligament yang menghasilkan

ketidakstabilan sendi.

a.       Gejala :

- Nyeri yang berat

- Adanya stabilitas

- Spasme

- Kuat

- Bengkak

- Tenderness

- Gangguan fungsi otot

b.      Komplikasi

Distabilitas yang sama

c.       Perubahan patologi :

Adanya robekan/tendon dengan terpisahnya otot dengan tendon.

d.      Terapi :

Imobilisasi dengan kemungkinan pembedahan untuk

mengembalikanfungsinya.

f.        Manifestasi Klinis

1.      Biasanya perdarahan dalam otot, bengkak, nyeri ketika kontraksi otot

2.      Nyeri mendadak

3.      Edema

4.      Spasme otot

5.      Haematoma

g.       Komplikasi

1.      Strain yang berulang

2.      Tendonitis

h.       Penatalaksanaan

1. Istirahat. Akan mencegah cidera tambah dan mempercepat penyembuhan

2. Meninggikan bagian yang sakit,tujuannya peninggian akan mengontrol

pembengkakan.

10

Page 11: makalah muskuloskletal

3. Pemberian kompres dingin. Kompres dingin basah atau kering diberikan

secara intermioten 20-48 jam pertama yang akan mengurangi perdarahan

edema dan ketidaknyamanan.

Kelemahan biasanya berakhir sekitar 24 – 72 jam sedangkan mati rasa

biasanya menghilang dalam 1 jam. Perdarahan biasanya berlangsung selama

30 menit atau lebih kecuali jika diterapkan tekanan atau dingin untuk

menghentikannya. Otot, ligament atau tendon yang kram akan memperoleh

kembali fungsinya secara penuh setelah diberikan perawatan konservatif.

4.      DISLOKASI

a.       Pengertian

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi

ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh

komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang

tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah

karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya

telah mengalami dislokasi.

Dislokasi adalah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi

merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. (Arif Mansyur,

dkk. 2000)

b.      Etiologi

Etiologi tidak diketahui dengan jelas tetapi ada beberapa faktor predisposisi,

diantaranya :

Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir.

-Trauma akibat kecelakaan

-Trauma akibat pembedahan ortoped

-Terjadi infeksi di sekitar sendi       

c.       Klasifikasi

Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Dislokasi congenital:Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan

11

Page 12: makalah muskuloskletal

2. Dislokasi patologik: Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya

tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang

berkurang

3. Dislokasi traumatic.Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan

mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena

mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat

mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak

struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang

dewasa. Berdasarkan tipe kliniknya dibagi menjadi :

1).   Dislokasi Akut

Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan

pembengkakan di sekitar sendi.

2).  Dislokasi Berulang.

Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang

berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang.

Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint.Dislokasi

biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh

berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau

kontraksi otot dan tarikan.

d.      Etiologi

Dislokasi disebabkan oleh :

1. Cedera olah raga: Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak

bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat

bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering

mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja

menangkap bola dari pemain lain. 

2.  Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga: Benturan keras pada sendi

saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi

3. Terjatuh:

 Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin

 Tidak diketahui

Faktor predisposisi(pengaturan posisi)

12

Page 13: makalah muskuloskletal

Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir.

Trauma akibat kecelakaan.

Trauma akibat pembedahan ortopedi(ilmu yang mempelajarin tentang tulang

Terjadi infeksi disekitar sendi.

e.       Patofisiologi

Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus terdorong

kedepan ,merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi.Kadang-kadang

bagian posterolateral kaput hancur.Mesti jarang prosesus akromium dapat mengungkit

kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta (dengan tangan mengarah ;lengan

ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi dan bawah karakoid).

f.        Manifestasi Klinis

Nyeri terasa hebat .Pasien menyokong lengan itu dengan tangan sebelahnya dan segan

menerima pemeriksaan apa saja .Garis gambar lateral bahu dapat rata dan ,kalau

pasien tak terlalu berotot suatu tonjolan dapat diraba tepat di bawah klavikula.

Nyeri

Perubahan kontur sendi

Perubahan panjang ekstremitas

Kehilangan mobilitas normal

Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi

Deformitas

 Kekakuan

g.       Penatalaksanaan

1. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi

jika dislokasi berat.

2. Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke

rongga sendi.

3. Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga

agar tetap dalam posisi stabil.

4. Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4X

sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi.

5. Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan.

13

Page 14: makalah muskuloskletal

h.       Komplikasi

Komplikasi Dini

1. Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot

deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut.

2. Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak.

3. Fraktur disloksi

Komplikasi lanjut.

1. Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan

sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan

rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi.

2. Dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek atau

3. Kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid

4. Kelemahan otot

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TRAUMA MUSKULOSKELETAL

A. Pengkajian.

1. Identitas pasien.

2. Keluhan Utama.

Nyeri, kelemahan, mati rasa, edema, perdarahan, perubahan mobilitas /

ketidakmampuan untuk menggunakan sendi, otot dan tendon.

3. Riwayat Kesehatan

4. Riwayat penyakit sekarang

- Kapan keluhan dirasakan, apakah sesudah beraktivitas kerja atau setelah

berolah raga.

- Daerah mana yang mengalami trauma.

- Bagaimana karakteristik nyeri yang dirasakan.

5. Riwayat Penyakit Dahulu.

Apakah klien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini atau mengalami

trauma pada sistem muskuloskeletal lainnya

6. Riwayat Penyakit Keluarga.

Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.

14

Page 15: makalah muskuloskletal

7. Pemeriksaan Fisik.

- Inspeksi : Kelemahan, Edema, Perdarahan  perubahan warna kulit,

Ketidakmampuan menggunakan sendi.

- Palpasi : Mati rasa

- Auskultasi

- Perkusi

8. Pemeriksaan Penunjang

Pada sprain untuk diagnosis perlu dilaksanakan rontgen untuk membedakan

dengan patah tulang.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan peregangan atau kekoyakan pada otot, ligament

atau tendon ditandai dengan kelemahan, mati rasa, perdarahan, edema, nyeri.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidakmampuan, ditandai

dengan ketidakmampuan untuk mempergunakan sendi, otot dan tendon.

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan dalam melaksanakan

aktivitas ditandai dengan gerakan yang minim (imobilisasi)

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi  mengenai penyakit

dan program pengobatan .

C. Intervensi Keperawatan .

1. Nyeri akut berhubungan dengan peregangan atau kekoyakan pada otot, ligament

atau tendon ditandai dengan kelemahan, mati rasa, perdarahan, edema, nyeri.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri dapat berkurang dan terkontrol.

Kriteria Hasil :

- Menunjukkan nyeri berkurang atau terkontrol.

- Terlihat rileks, dapat tidur atau beristirahat dan beraktifitas sesuai kemampuan.

- Mengikuti program farmakologis yang diresepkan.

- Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan kedalam program

control nyeri.

Intervensi :

15

Page 16: makalah muskuloskletal

INTERVENSI RASIONAL

1.    Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi

dan intensitas( skala 0-10). Catat factor-

faktor yang mempercepat dan tanda-

tanda rasa sakit non verbal.

2.    Pertahankan immobilisasi bagian

yang sakit dengan tirah baring, gips,

pembebat.

3.    Tinggikan bagian ekstremitas yang

sakit.

4.    Dorong pasien untuk

mendiskusikan masalah sehubungan

dengan cedera.

5.    Libatkan dalam aktifitas hiburan

yang sesuai untuk situasi individu.

6.    Kolaborasi :

-    Lakukan kompres dingin/es 24-48

jam pertama dan sesuai keperluan.

-    Berikan obat sesuai indikasi narkotik

dan analgesik non narkotik.

1. Membantu dalam menentukan

kebutuhan managemen nyeri dan

keefektifan program.

2. Menghilangkan nyeri dan mencegah

kesalahan posisi tulang / tegangan

jaringan yang cedera.

3. Meningkatkan aliran balik vena,

menurunkan edema, dan menurunkan

nyeri.

4. Membantu untuk menghilangkan

ansietas, pasien dapat merasakan

kebutuhan untuk menghilangkan

pengalaman kecelakaan.

5.Memfokuskan kembali perhatian,

memberikan stimulasi, dan

meningkatkan rasa percaya diri dan

perasaan sehat.

6. Menurunkan edema / pembentukan

hematoma, menurunkan sensasi

nyeri.

Untuk menurunkan nyeri dan atau

spasme otot.

16

Page 17: makalah muskuloskletal

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidakmampuan, ditandai

dengan ketidakmampuan untuk mempergunakan sendi, otot dan tendon.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidak terjadi kerusakan mobilitas fisik.

Kriteria Hasil :

- Mempertahankan fungsi posisi.

- Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari kompensasi

bagian tubuh.

- Mendemonstrasikan teknik yang memungkinkan melakukan aktifitas.

Intervensi :

INTERVENSI RASIONAL

1.    Kaji tingkat mobilitas yang masih

dapat dilakukan klien.

2.    Instruksikan klien / bantu dalam

rentang gerak klien / aktif pada

ekstremitas yang sakit dan yang tidak

sakit.

3.    Bantu atau dorong perawatan diri /

kebersihan (seperti mandi).

4.    Berikan lingkungan yang aman,

misalnya menaikkan kursi atau kloset,

menggunakan pegangan tangga pada

bak atau pancuran dan toilet,

peggunaan alat bantu mobilitas atau

kursi roda penyelamat.

1. Membantu dalam menentukan

kebutuhan bantuan mobilitas

yang akan diberikan dan

keefektifan program.

2. Meningkatlan aliran darah ke otot

dan tulang untuk meningkatkan

tonus otot, mempertahankan

gerak sendi.

3. Meningkatkan kekuatan otot dan

sirkulasi.

4. Menghindari terjadinya cedera

berulang.

17

Page 18: makalah muskuloskletal

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan dalam melaksanakan

aktivitas ditandai dengan gerakan yang minim (imobilisasi)

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu melakukan perawatan

diri secara mandiri

Kriteria Hasil :

- Klien mendiskusikan cedera dan dampaknya dalam hidup.

- Klien mampu berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.

Intervensi :

INTERVENSI RASIONAL

1.    Sokong penggunaan mekanisme

penyelesaian masalah.

2.    Libatkan orang yang berarti dan

layanan pendukung bila dibutuhkan dan

perlu.

3.    Dorong partisipasi aktiv dalam

aktivitas hidup sehari-hari dalam

batasan terapeutik.

1. Penghentian mendadak rutinitas

dan rencana memerlukan

mekanisme penyelesaian

masalah.

2. Orang lain dapat membentu

pasien mengenai aktivitas hidup

sehari-hari.

3. Rasa harga diri dapat

ditingkatkan dengan aktivitas

perawatan diri.

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai penyakit

dan program pengobatan.

Tujuan : setelah dilakuakn intevensi keperawatan klien dapat mengetahui tentang

penyakitnya dan mengetahui tentang program pengobatan.

Kriteria Hasil :

- Menujukkan pemahaman akan proses penyakit.

- Ikut serta dalam program pengobatan dan memuali gaya hidup yang diperlukan.

18

Page 19: makalah muskuloskletal

Intervensi :

INTERVENSI RASIONAL

1.    Tinjau proses penyakit dan harapan

masa depan

2.    Beriakan informasi mengenai terapi

obat–obatan ,intreraksi,efek

samping ,dan pentingnya ketaatan

program

3.    Dorong periode istrahat adekuat

dengan aktivitas yang terjadwal.

4.    Tekankan pentingnya melanjutkan

manajemen farmakoterapeutik

5.    Berikan informasi mengenai alat

bantu,misalnya tongkat,palang

keamanan,tempat duduk toilet yang bias

di naikkan .

1. -     Memberikan pengetahuan dasar

dimana pasien   dapat membuat

pilihan.

2. Meningkatkan pemahaman dan

meningkatkan kerja sama dalam

penyembuhan atau  dan mengurangi

resiko komplikasi.

3. Mencegah kepenatan,menghemat

energy dan meningkatkan

penyembuhan.

4. Keuntungan dari terapi obat-obatan

tergantung dari ketepatan dosis

5. Mengurangi paksaan untuk

menggunakan tulang dan

memungkinkan individu untuk ikut

serta secara lebih nyaman dalam

aktivitas yang di butuhkan atau di

inginkan .

19

Page 20: makalah muskuloskletal

BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Trauma muskuloskletal biasanya menyebabkan disfungsi struktur disekitarnya dan

struktur pada bagian yang dilindungi atau disangganya. Gangguan yang paling sering

terjadi akibat trauma muskuloskletal adalah kontusio, strain, sprain dan dislokasi.

Kontusio merupakan suatu istilah yang digunakan untuk cedera pada jaringan lunak

yang diakibatkan oleh kekerasan atau trauma tumpul yang langsung mengenai jaringan,

seperti pukulan, tendangan, atau jatuh. Sprain adalah bentuk cidera berupa penguluran

atau kerobekan pada ligament (jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang)

atau kapsul sendi, yang memberikan stabilitas sendi. Strain adalah bentuk cidera berupa

penguluran atau kerobekan pada struktur muskulo-tendinous (otot dan tendon)

sedangkan Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.

B.  Saran

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta

Nurachman, Elly. 1989. Buku Saku Prosedur Keperawatan Medical Bedah. EGC: Jakarta

Smelzer, Suzanne. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 8. Jakarta : EGC

20