makalah manajemen kesehatan dan keselamatan kerja

25
MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Perawatan Mesin yang dibina oleh Drs. Yoto, S.T, M.Pd, M.T Oleh: Bayu Ady Pratama (130511616267) Cepi Yazirin (130511616288) Dewi Izzatus Tsamroh (130511616269) M. Ilman Nur Sasongko (130511616252) UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN PRODI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN Oktober 2014

Upload: dewi-izza

Post on 17-Jul-2015

233 views

Category:

Engineering


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Perawatan Mesin

yang dibina oleh Drs. Yoto, S.T, M.Pd, M.T

Oleh:

Bayu Ady Pratama (130511616267)

Cepi Yazirin (130511616288)

Dewi Izzatus Tsamroh (130511616269)

M. Ilman Nur Sasongko (130511616252)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK MESIN

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

Oktober 2014

Page 2: Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga dapat berhasil menyelesaikan

makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Manajemen

Kesehatan dan Keselamatan Kerja”.

Makalah ini berisikan informasi tentang bagaimana cara mengatur atau me-

manage K3 dalam suatu perusahaan. Diharapkan makalah ini dapat memberikan

informasi kepada pembaca tentang bagaimana mengelola K3 pada suatu

perusahaan industri agar kecelakaan kerja dapat terhindarkan, serta gizi kerja

untuk para pekerja terpenuhi. Ketika penyusunan makalah pembelajaran ini,

banyak pihak yang turut membantu serta memberikan dorongan pemikiran dan

materi. Oleh karena itu, penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada

berbagai pihak yang telah memberi sumbangan dalam penyelesaian makalah ini.

Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada Bapak Yoto atas bimbingan,

tuntunan, dan bantuan selama proses penyusunan makalah ini.

Akhir kata penyusun menyadari bahwa makalah masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun

selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, Oktober 2014

Penyusun

Page 3: Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 2

1.3 Tujuan Penyusunan.................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kecelakaan Akibat Kerja ...................................................... 3

2.2 Pencegahan Kecelakaan Kerja .............................................. 4

2.3 Bahan Berbahaya dan Keselamatan Kerja ............................ 10

2.4 Kebersihan pada Bengkel/Laboratorium .............................. 14

2.5 Higene pada Bengkel/Laboratorium .................................... 16

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan .............................................................................. 20

DAFTAR RUJUKAN ..................................................................................... 21

Page 4: Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan produktivitas dari suatu industri merupakan salah satu

target perusahaan setiap tahunnya. Usaha yang dilakukan untuk mencapai hal

tersebut dapat dilakukan dengan perbaikan terhadap gizi pekerja, yang mana

hal tersebut dapat meningkatkan kinerja pekerja serta sumber daya manusia.

Akan tetapi, untuk meningkatkan produktivitas suatu perusahaan

industri tidak lah cukup hanya dengan menerapkan gizi kerja yang baik,

melainkan juga menerapkan sistem kesehatan dan keselamatan kerja (K3)

kapan pun dan dimana pun. Penerapan sistem K3 ini pun juga tidak akan

berjalan dengan baik tanpa adanya manajemen yang baik.

Manajemen K3 adalah kegiatan yang dilakukan sebagai tindak

preventif dengan adanya kecelakaan kerja di suatu perusahaan industri.

Terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja sebagian besar dikarenakan

human error dan sebagian kecil dikarenakan oleh faktor teknis. Oleh karena

itu K3 perlu dikelola dengan baik agar pekerja dapat mengerti dan

menerapkan K3 dengan baik dan benar sehingga kecelakaan kerja dapat

diminimalisir bahkan ditiadakan.

Manajemen itu dapat dilakukan dengan pengenalan kepada para

pekerja mengenai hal-hal yang menyebabkan terjadinya kecelakaan, faktor

yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan, hal yang dapat dilakukan untuk

mencegah kecelakaan kerja, dan lain-lain. Dengan kata lain, tujuan dari

manajemen kesehatan dan keselamatan kerja ini adalah bebas kecelakaan,

tidak membahayakan manusia serta tidak merusak lingkungan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penyusun tertarik untuk mengkaji

pengelolaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Baik bagaimana

Page 5: Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

2

perencanaannya dan cara pelaksanaannya dengan judul “Manajemen

Kesehatan dan Keselamatan Kerja”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penyusun merumuskan

beberapa masalah sebagai berikut:

1. Apakah kecelakaan akibat kerja?

2. Bagaimana pencegahan kecelakaan kerja?

3. Apakan bahan berbahaya dan keselamatan kerja?

4. Bagaimana menjaga kebersihan dalam bengkel atau laboratorium?

5. Bagaimana hegene pada bengkel atau laboratorium?

1.3 Tujuan Penyusunan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat disimpulkan tujuan

penyusunan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah yang disebut dengan kecelakaan akibat

kerja

2. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan kecelakaan kerja

3. Untuk mengetahui apa saja bahan berbahaya serta keselamatan kerja

4. Untuk mengetahui cara menjaga kebersihan dalam bengkel atau

laboratorium

5. Untuk mengetahui bagaimana hegene pada bengkel atau laboratorium.

Page 6: Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

3

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Kecelakaan Akibat Kerja

2.1.1 Sebab-Sebab Kecelakaan

Kecelakaan merupakan peristiwa yang terjadi tanpa adanya rencana

(tidak sengaja) serta tidak diharapkan. Kecelakaan akibat kerja adalah

kecelakaan yang berhubungan dengan kerja pada perusahaan/industri

(Suma’mur dalam Yoto, 2014: 160). Kecelakaan di tempat kerja terjadi akibat

dari dua faktor, faktor pertama adalah faktor mekanis/lingkungan dan yang

kedua adalah faktor manusia yang sering disebut dengan human error.

Contohnya dalam analisa kecelakaan kerja yang mana seorang pekerja

mengalami kecelakaan yang disebabkan oleh kakinya tertimpa palu dari atas

meja, hal ini terjadi akibat keteledoran atau kurangnya perhatian sang pekerja.

Dalam hal ini kecelakaan terjadi karena faktor manusia/human error.

Sedangkan kecelakaan kerja yang terjadi akibat faktor lingkungan/mekanis

dapat dibedakan berdasarkan keperluan dan maksud apa, misalnya dibedakan

berdasarkan pengolahan bahan, mesin penggerak dan pengangkat, jatuh dari

lantai dan tertimpa benda yang jatuh, pemakaian alat, dll.

2.1.2 Kecenderungan untuk Celaka

Kecenderungan untuk celaka (accident proneness) merupakan

kenyataan, yang mana setiap pekerja dalam posisi tertentu memiliki

kecenderugan/peluang untuk mengalami kecelakaan. Tentunya kecelakaan

kerja ini terjadi karena faktor manusia itu sendiri. Hal ini disebabkan dengan

adanya manusia yang memiliki sifat sembrono, asal saja, semaunya, terlalu

lambat, masa bodoh, suka melamun, terlalu berani, selalu bergegas, dll.

Sehingga mereka memiliki kecenderungan untuk celaka. Penyelidikan

menunjukkan bahwa terdapat 85% sebab kecelakaan merupakan akibat dari

faktor manusia.

Page 7: Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

4

2.1.3 Kerugian Karena Kecelakaan

Setiap terjadinya kecelakaan merupakan kerugian, kerugian ini dapat

dilihat dari adanya dan besarnya biaya kecelakaan (Yoto, 2014: 162).

Besarnya biaya yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja ini biasanya sangat

besar yang mana dibebankan seluruhnya pada negara dan rakyat. Biaya

kerugian ini dapat dibedakan menjadi biaya langsung dan biaya tersembunyi.

Biaya langsung adalah biaya atas P3K, pengobatan dan perawatan,

biaya rumah sakit, biaya angkutan, upah selama pekerja tidak mampu bekerja,

kompensasi cacat serta biaya atas kerusakan bahan, alat dan mesin.

Sedangkan biaya tersembunyi merupakan biaya yang mana tidak terlihat pada

waktu atau beberapa waktu setelah kecelakaan terjadi. Misalnya adalah

berhentinya operasi bengkel karena pekerja harus menolong atau tertarikoleh

peristiwa kecelakaan tersebut.

2.2 Pencegahan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja dapat ditekan atau

diminimalisir dengan cara-cara sebagai berikut.

2.2.1 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Dalam pembuatan alat pelindung diri untuk pekerja harus memenuhi

syarat sebagai berikut:

a. Enak dipakai

b. Tidak mengganggu kerja

c. Memberikan perlindungan yang efektif terhadap jenis bahaya.

Adapun jenis alat pelindung diri yang digunakan digolongkan

berdasarkan fungsinya dalam melindungi bagian badan mana yang akan

dilindungi. Alat pelindung diri tersebut adalah sebagai berikut.

a. Kepala: pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai bahan,

topeng untuk kerja las.

b. Mata: kacamata dari berbagai gelas

c. Muka: perisai muka

d. Tangan dan jari-jari: sarung tangan

e. Kaki: sepatu

Page 8: Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

5

f. Alat pernapasan: respirator/masker khusus

g. Telinga: sumbat telinga, tutup telinga

h. Tubuh: pakaian kerja dari berbagai bahan.

Sedangkan untuk teknik pencegahan dapat dibedakan berdasarkan

pada aspek perangkat lunak (manusia) dan keras (peralatan, perlengkapan,

dll.)

a. Aspek Manusia

Teknik pencegahan pada aspek manusia seharusnya diawali pada hari

pertama yang mana nanti instruktur/supervisor memberikan briefing

berupa job description pekerja sehingga mereka mengerti jabatan serta

apa yang harus mereka lakukan, tanggung jawab, dll.

Tenaga kerja yang diperlukan dalam manajemen ini memiliki beberapa

syarat sebagai berikut: terampil, sesuai, bergairah, berhati-hati, tahu,

serta memiliki sikap positif.

Tiga sebab yang menjadikan pekerja mengalami kecelakaan kerja

adalah sebagai berikut:

Yang bersangkutan tidak mengetahui tata cara yang aman atau

perbuatan berbahaya

Yang bersangkutan tidak mampu memenuhi persyaratan kerja

sehingga terjadilah tindakan yang di bawah standar

Yang bersangkutan mengetahui seluruh peraturan dan

persyaratan kerja, tetapi dia sungkan memenuhinya.

b. Aspek Peralatan

Pada aspek peralatan, pencegahan kecelakaan harus dilaksanakan

dengan menyusun berbagai sistem terlebih dahulu, karena ancaman

sistem lebih lebih baik disbanding dengan cara lain. Ancaman tersebut

meliputi hal-hal sebagai berikut.

Sasaran: meengendalikan kemungkinan kecelakaan atau

kerugian lainnya

Page 9: Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

6

Apa yang diharapkan dari sasaran: mengurangi jumlah

keseluruhan kerugian perusahaan dalam masa anggaran yang

sedang berjalan

Langkah-langkah: seluruh peralatan yang digunakan harus

terlindung kemungkinan berinteraksi dengan manusia atau

peralatan lain sehingga menimbulkan kejadian atau keadaan

yang membahayakan manusia, peralatan, serta lingkungan.

c. Aspek Bahaya dan Lingkungan

Bahaya dan tenpat akan turut bereaksi jiak terjadi sutau interaksi tidak

aman antara manusia dan peralatan yang telah dibahas sebelumnya.

Untuk aspek pencegahan dari kecelakaan, selain manusia harus

bertindak selamat, semua peralatan harus dicegah dari kecelakaan.

Bagian mesin yang berbahaya harus ditiadakan dengan cara:

Mengubah konstruksi

Memberi alat pelindung

Sehingga sifata bahaya dapat dihilangkan tanpa mengurangi fungsi

dari mesin tersebut. pada dasarnya semua bagian mesin yang

bergerak, panel kendali, dan alat pelindung harus dirawat menurut

kondisi bagian-bagian tersebut, bukan hanya menurut waktu

pemakaian. Perawatan berdasarkana fungsi harusnya dijadikan

patokan pemeliharaan untuk mendeteksi bagian mesin yang

berbahaya. Bagian mesin yang dapat menimbulkan keadaan bahaya

adalaha: a) Bagian fungsional dan b) Bagian operasional.

Konstruksi, kedudukan dan perawatan bagian kritis perlu diadakan

salah satu atau kombinasi dari perlindungan-perlindungan berikut:

Perlindungan tetap

Perlindungan automatis

Perlindungan berpaut

Perlindungan cepat

Perlindungan jarak

Page 10: Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

7

Untuk lingkungan hendaknya manusia dapat bersikap dengan baik

dengan bahan-bahan yang memiliki sifat membahayakan bagi

manusia. Sikap baik yang mnegerti maka manusia dapat terhindar dari

bahaya yang ditimbulkan. Contoh-contoh bahan tersebut adalah

sebagai berikut, bahan yang mudah mengoksidasi, bahan yang mudah

terbakar, bahan yang beracun, bahan korosif, serta bahan radioaktif.

2.2.2 Pemasangan Label dan Tanda

Pemasangan label dan tanda dengan memakai lambing atau tulisan

peringatan pada wadah untuk bahan yang brebahaya adalah tindakan

pencegahan yang esensial. Biasanya pekerja bleum mengetahui pasti

mengenai bahan yang ada dalam botol, kaleng, atau wadah yang lainnya.

Sehingga pemasangan label dan tanda menjadi sangat penting.

2.2.3 Penyimpanan

Penyimpanan bahan haruslah tepat apabila menginginkan keselamatan

kerja. Berikut cara menyimpan beberapa bahan berbahaya yang sering

dijumpai.

Bahan yang mudah meledak seperti bahan peledak, korek api

dan garam metalik. Penyimpanan sebisa mungkin disimpan di

tempat yang jauh dari bangunan, tempat penyimpanannya

harus kokoh dan tetap dikunci, dilarang menyimpan bahan

yang mudah meledak bersama dengan oli, gemuk, bensin, api

terbuka, atau pun nyala api, tempat penyimpanan setidaknya

berjarak 60meter dari seumber tenaga, terowongan, lubang

tambang, dll. Tempat penyimpana harus mendapatkan ventilasi

yang baik.

Untuk penyimpanan bubuk peledak hendaknya disimpan di

tempat khusus (detonator).

Bahan yang mengoksidasi adalah bahan yang kaya dengan

oksigen sehingga ia mampu membantu serta memperkuat

dalam proses pembakaran. Penyimpanan benda ini dapat

Page 11: Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

8

dilakukan dengan pengadaan tempat penyimpanan secara

terpisah dan sendiri, hal tersebut tidaklah selalu praktis seperti

halnya pada pengangkutan.

Bahan yang dapat terbakar seperti hydrogen, propan, butan,

etilen, asetilen, hydrogen sulfide, gas arang batu, dan etana.

Serta asam sianida (HCN) dan sianogen (CN) selain ia dapat

terbakar, ia juga beracun. Penyimpanan bahan-bahan ini dapat

dilakukan dengan menyimpannya pada tempat yang jauh dari

sumber panas atau bahaya kebakaran, instalasi listrik harus

dihubungkan ke tanah, pemberian label pada katup tangki

cairan yang dapat terbakar, tidak boleh merokok di area

penyimpanan bahan ini.

Bahan beracun seperti HCN dn CN dapat disimpan di tempat

yang sejuk dengan pertukaran udara yang baik, tidak terkena

sinar matahari langsung, dan jauh dari sumber panas. Bahan-

bahan yang mudah bereaksi hendaknya penyimpanannya

terpisah.

Bahan-bahan korosif seperti asam florida, asam klorida, asam

nitrat, asam semut, asam perklorat. Bahan ini dapat merusak

wadah tempat penyimpanan dan bocor ke luar atau menguap

ke udara. Sehingga bajan-bahan ini dapat disimpan dengan

cara disimpan di gedung terpisah dengan dinding dan lantai

tidak tembus dan disertai dnegan perlengkapan untuk penyalur

tumpahan, lanati harus tahan bahan korosif dan ventilasi harus

baik.

Syarat-syarat dalam penyimpanan bahan-bahan berbahaya:

Penyimpana diawasi oleh orang kompeten dan tenaga

kerja yang bersangkutan harus dilatih dalam praktik

keselamatan kerja

Tenaga kerja bukan lah yang memiliki kelainan

penglihatan, penciuman serta pendengaran, dan mereka

yang berusia kurang dari 18 tahun.

Page 12: Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

9

Dalam hal bahan peledak, pekerja harus memiliki izin

khusus.

Tidak diperkenankan membawa korek api dan merokok

bagi mereka yang memasuki daerah penyimpanan

bahan yang eksplosif.

Mengenakan APD jika perlu.

Inspeksi periodic oleh pengawas atau ahli yang

kompeten.

Kebersihan hendaklah dijaga.

Apabila terdapat bahaya kebakaran maka tanda

harusnya di pasang di dalam dan juga di luar.

Tenaga kerja tidak boleh bekerja sendiri.

2.2.4 Pengangkutan

Pengangkutan dapat melalui darat, udara dan laut. Bagi pengangkutan

udara ada ketentuan pengankutan yang berkaitan dnegan bahan berbahaya,

antara lain adalah larangan membawa bahan eksplosif serta bahan yang

dapat terbakar.

Untuk pengangkutan laut terdapat norma-norma maritim internasional

bahan-bahan berbahaya.

Klasifikasi bahan berbahaya dalam hubungan pengangkutan adalah

sebagai berikut:

Bahan peledak

Gas ditekan, dicairkan, atau dilarutkan dengan tekanan

Cairan yang dapat terbakar

Zat padat yang dapat terbakar, zat yang dapat menyala sendiri,

bahan yang bila bersentuhan dengan air akan mengeluarkan

gas yang dapat terbakar

Bahan yang mengoksidasi, yaitu peroksidasi atau lain-lainnya

Bahan beracun dan bahan yang menimbulkan infeksi

Bahan radioaktif

Bahan korosif

Page 13: Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

10

Bahan berbahaya lainnya.

Pada pengangkutan laut/kapal terdapat beberapa faktor yang harus

diperhatikan anatar lain pengaturan muatan secara keseluruhan, pengaruh

gerak kapal dalam cuaca buruk, pengaruh perubahan suhu dan kelembaban

terhadap keselamatan bahan yang diangkut, dan syarat yang lain-lain.

Pada pengangkutan darat hendaknya diperhatikan jumlah maksimal

yang boleh disimpan dalam suatu wadah.

2.3 Bahan Berbahaya dan Keselamatan Kerja

2.3.1 Bahan Korosif

Bahan korosif melalui suatu proses kimiawi dapat menyebabkan

kerusakan berat manakala bersentuhan dengan jaringan hidup atau jika

bocor akan merusak atau menghancurkan barang atau alat angkutan dan

juga dapat mengakibatkan bahya lainnya. Beberapa bahan korosif yang

sering dijumpai adalah sebagai berikut.

Asam dan anhidrida (asam asetat, asetat anhidrida, campuran

asam, air baterai, asam klorosulfat, dll.)

Alkali (ammonium hidroksida, kalium hidroksida, dll.)

Halogen dan garamnya (allumunium bromide dan klorida,

pentaklorida, dll.)

Senyawa antar halogen (bromtifluorida dan pentafluorida, dll.)

Halide organic, asam halide organic, ester dan garamnya

(asetil bromide, allil yodida, akrilonitril monomer, allil

kloroformat, dll.)

Krosilan (allil trilorosilan, amil triklorosilan, dll.)

Bahan korosif lainnya (ammonium sulfide, benzene sulfonil

kloida, dll.)

Upaya keselamatan kerja yang dapat dilakukan terkait dengan bahan

korosif adalah sebagai berikut:

Kontak dengan bahan korosif harus ditiadakan atau

kemungkinan ditekan sekecil mungkin.

Page 14: Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

11

Semua wadah, pipa, peralatan, instalasi, dan bangunan yang

digunakan dalam hubungan bahan korosif harus tahan terhadap

korosi dengan pelapisan bahan yang tahan korosif. Pemberian

label, kebersihan dan tata kerja harus dilakukan dengan benar.

Ventilasi umum dan setempat harus memadai, jika terbentuk

gas atau debu yang korosif.

Bahan korosif kuat mungkin dapat menyebabkan kebakaran

apabila bersentuhan dengan benda organic, sehingga

pencegahan dan penanggulangan kebakaran harus diadakan

sebaik-baiknya.

Setiap proses tertutup sangat baik untuk mencegah kontak

dengan bahan korosif. Apabila hal ini tidak mungkin

diterapkan maka sebaiknya pekerja bekerja mengenakan APD.

Guanakn krim pelindung.

Pekerja harus mendapatkan briefing sebelum melakukan

pekerjaan.

Untuk pertolongan pertama air untuk mandi, cuci, dan

membersihkan mata perlu disediakan.

2.3.2 Bahan Beracun

Bahan beracun merupakan bahan kimia yang dalam jumah relative

kecil dapat berbahaya bagi manusia. Bhan beracun dapat berupa padat,

cairan, gas, uap, kabut, awan dan asap. Sebab-sebab keracunan yang sering

dijumpai adalah karena hal sebagai berikut.

Racun logam dan senyawanya, yaitu timah hitam, air raksa,

arsen, mangan, nikel, krom serta senyawanya.

Racun metalloid dan senyawanya, seperti fosfor, sulfur, dan

lain-lain serta senyawanya.

Racun bahan organic, seperti derivate terarang batu, halogen

hidrokarbon, alcohol dan diol, ester, dll.

Racun gas, seperti asam sianida, asam sulfide,

karbonmonoksida, dll.

Page 15: Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

12

Organ yang diserang juga berbeda, sehingga upaya yang dapat

dilakukan untuk meminimalisir adanya keracunan adalah sebagai berikut:

o Pengolahan bahan kimia yang sebaik-baiknya sehingga

kemungkinan racun masuk tubuh melalui penelanan atau

kontak dari kulit dapat dicegah.

o Pencegahan timbulnya, pemonitoran, dan pengendalian bahan

di udara sehingga dicegah penghirupan racun.

o Lingkungan kerja harus bersih dan terpelihara.

o Perlengkapan teknologi pengendalian harus diterapkan.

o Proses produksi diatur agara penghirupan, kontal di kuit,

termakan atau terminum dapat dicegah semaksimal mungkin.

o Pekerja diberi tahu, waspada dan terampil dalam menghadapi

bahaya keracunan.

o Penggunaan APD

o Kebersihan perorangan

o Pemeriksaan kesehatan

2.3.3 Industri Kimia

Industri kimia dapat diberikan batasan sebagi industri yang ditandai

dengan penggunaan yang berkaitan dengan perubahan kimiawi atau fisik

dalam sifat bahan dan khususnya pada bagian kimiawi dan komposisi

suatu zat. Karena di industri kimia bahan yang berbahaya, maka dapat

dilakukan upaya keselamatan kerja sebagai berikut.

Sifat bahaya, pada tingkat perencanaan, seluruh informasi

tentang bahaya harus dikumpulkan.

Perencanaan pabrik, dalam perencanaansegenap usaha

keselamatan harus dimasukkan, baik untuk perlindungan

tenaga kerja, maupun hubungannya dengan pencemaran

lingkungan.

Perlindungan terhadap tenaga kerja.

Pemeriksaan terhadap tenaga kerja.

Page 16: Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

13

2.3.4 Bahan Radioaktif

Zat radioaktif adalah zat yang mampu memancarkan sinar atau

meradiasi zat itu sendiri. Radiasi yang dipancarkan adalah sinar alfa, beta,

gamma, netron, dan lain-lain. Bahaya bahan radioaktif terkait dengan

radiasinya yang dapat enimbulkan efek somatic dan genetic.

Atas bahayanya, pemakaian, pengangkutan dan pengurusan sisa atau

sampah radioaktif harus diselenggarakan menurut ketentuan semestinya.

Untuk keperluan ini, telah dikembangkan peraturan perundang-undangan

seperti:

a. Undang-undang No.31/64 Tentang Pokok Tenaga Atom

b. Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1975 Tentang Keselamatan

Kerja Terhadap Radiasi

c. Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 1975 Tentang Izin Pemakaian

Zat Radioaktif dan Atau Sumber Radiasi Lainnya

d. Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1975 Tentang Pengangkutan

Zat Radioaktif.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahan radioaktif

tentunya memiliki izin, izin tersebut dikeluarkan oleh Badan Tenaga Atom

Nasional (BATAN). Agar izin diberikan, maka harus memenuhi syarat

sebagai berikut:

a. Adanya fasilitas instalasi atom untuk menyelenggarakan

pemakaian zat radioaktif

b. Dimilikinya tenaga-tenaga yang cukup dan terlatih secara baik

untuk bekerja dengan zat-zat radioaktif

c. Dimilikinya peralatan teknis yang diperlukan agar dijamin

perlindungan yang tepat.

Upaya yang dilakukan untuk keselamatan kerja adalah dengan adanya

pengujian rancangan pembungkusan bahan radioaktif.

Page 17: Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

14

2.4 Kebersihan pada Bengkel/Laboratorium

2.4.1 Manfaat Kebersihan

Kebersihan memiliki peran yang pentinga terhada bengkel. Sebab

dengan adanya kebersihan, maka kecelakaan dan penyakit akibat kerja

sebagian besar dapat dicegah.

2.4.2 Segi-Segi Kebersihan

Kebersihan bengkel meliputi kebersihan luar dan salam gedung. Luar

gedung terutama halaman dan jalanan. Dalam gedung meliputi lantai,

dinding, atap gedung, serta mesin dan alat untuk bekerja, gudang untuk

menimbun bahan baku. Yang mana apabila diperinci lagi, maka segi-segi

kebersihan meliputi: persediaan air yang baik, sesuai dengan syarat

kegunaannya, yaitu air untuk minum, mandi, proses produksi, mengalirkan

kotoran atau sampah dari industri, keadaan kakus yang baik, pembuangan

sampah dan air sampah yang baik, diantaranya sampah dan air sampah dari

industry, keadaan gedung yang tidak menyebabkan kecelakaan, kebakaran,

dan ledakan, keadaan yang tidak menimbulkan berkumpul atau

bersarangnya nyamuk dan lalat, adanya kantin yang bersih dan sehat, dan

lain-lain.

2.4.2.1 Air Minum

Pada semua tempat kerja air bersih harusnya disediakan dan

pengalirannya hendakanya dishkan oleh instansi yang ditunjuk untuk

mengesahkan. Tempat minum juga harus disediakan untuk pekerja

menurut bentuk yang telah ditentukan oleh yang berwenang dalam perban-

dingan sebuah untuk tiap 100 pekerja. Wadah yang digunakan harusnya

tertutup rapat, diberi tanda yang nyata, dan tidak diperbolajkan memakai

gelas yang sama, one glass one worker.

2.4.2.2 Kakus

Di setiap tempat kerja juga harus disediakan kakus yang tentunya

mempunyai syarat kesehatan dan harus terpisah untuk pekerja wanita dan

Page 18: Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

15

pria. Letak kakus harusnya mudah tercapai. Perbandingan jumlah kakus

dan pekerja adalah sebagai berikut.

1 Kakus untuk 1 s/d 24 pekerja

2 Kakus untuk 25 s/d 50 pekerja

3 Kakus untuk 51 s/d 100 pekerja

Dalam setiap kakus juga harus terjaga kebersihannya serta persediaan

air bersih juga harus cukup.

2.4.2.3 Tempat Cuci dan Ruangan Ganti Pakaian

Jumlah tempat cuci yang ada di tempat kerja harus menyediakan

dengan perbandingan 1 tempat cuci untuk 25 pekerja dan satu untuk tiap

tambahan 15 pekerja apabila jumlah pekerja lebih dari 100 orang. Pada se-

tiap tempat cuci hendaknya mempunyai ar yang mengalir dan sabun serta

handuk yang bersih. Tiap tempat kerja harus menyediakan dus untuk amdi

dengan perbandingan 1 dus untuk 15 orang. Tempat cuci dan ruang ganti

pakaian antara pekerja pria dan wanita dipisahkan.

2.4.2.4 Ruangan Makan dan Kantin

Dalam setiap tempat kerja, hendaknya diadakan kantin makan, kantin

itu harusnya dibuat, dirawat dan dijalankan sesuai dengan peraturan untuk

kebersihan pada temoat makan umum. Dapur, tempat makan dan alat

untuk keperluan makan yang harus bersih dan memenuhi syarat kesehatan.

Pegawai yang melayani makanan dan minuman seharusnya terbebas dari

penyakit menular dan kesehatannya harus diperiksa pada waktu tertentu

sesuai dengan peraturan Departemen Kesehatan.

2.4.2.5 Hal-Hal Lain

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah semua tempat kerja, gang,

gudang, tempat istirahat, mesin, alat dan bahan harus dirawat dengan baik

dari debu, lebihan serta sisa yang dibuang harus dibersihkan pada waktu

berkala untuk memelihara keadaan rumah tangga bengkel yang baik.

Sanitasi perlu diperhatikan untuk memberantas penyakit menular.

Page 19: Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

16

2.5 Higene pada Bengkel/Laboratorium

2.5.1 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan higene dalam suatu tempat kerja pada perusahaan

industri adalah melindungi pekerja dan masyarakat sekitar industri dari suatu

bahaya yang mungkin timbul. Wewnang dan tanggung jawab dalam bidang

higene bengkel dibagi anatar Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan

Koperasi Departemen Kesehatan, sedangkan pelaksaannya berada di setiap

departemen, bengkel, industri yang memerlukan.

2.5.2 Proses-Proses dalam Bengkel/Laboratorium

Hal yang perlu diketahui dalam bengkel adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui tentang bengkel, baik dari awal produksi sampai akhir

produksi, mengetahui bahan baku yang digunakan, hasil antara

yang terjadi, produk akhir, sampah dll. Serta pengetahuan

mengenai mesin produksi yang digunakan.

2. Inspeksi/kunjungan ke bengkel untuk mengetahui kebenaran yang

sesungguhnya terjadi di bengkel atau pada masa produksi

mengenai higene yang ada pada bengkel.

2.5.3 Evaluasi Lingkungan dengan Pengukuran

Evaluasi lingkungan ditujukan kepada faktor fisik, kimia, dan lain-

lain. Faktor fisik meliputi suara, radiasi, suhu, tekanan, dan penerangan.

Faktor kimia meliputi debu, uap, gas, larutan, padat, awan, kabut, dan lain-

lain. Semua faktor ini akan dievaluasi dalam higene bengkel.

Evaluasi dilakukan dengan melakukan pengukuran secara berkala

dengan menggunakan alat yang relevan. Evaluasi faktor penyebab sakit yang

bersifat bahan kimia dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:

1. Subyektif oleh indera manusia

2. Dengan menggunakan hewan

3. Dengan memakai alat detector dan indikator

4. Pengambilan sample dan pemeriksaan laboratorium.

Page 20: Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

17

2.5.4 Koreksi Tempat Kerja

Koreksi pada tempat kerja dilakukan dengan maksud agar faktor

penyebab penyakit dapat ditekan. Cara koreksi pertama ditujukan pada proses

dalam bengkel sebagai berikut.

1. Subtitusi, mengganti bahan yang lebih beracun dengan bahan yang

kurang beracun tanpa mengganggu bahkan kalau mungkin dapat

meningkatkan keuntungan produksi.

2. Pencegahan pengotoran tempat kerja oleh bahan, yaitu dengan

isolasi, unit operasi atau jenis pekerjaan tertentu.

3. Cara basah terutama berguna untuk menekan jumlah debu yang

mengotori udara, misalnya pada tambang arang batu atau dalam

pabrik asbes.

4. Tata kerumah tanggaan bengkel yang baik disertai perawatan yang

cukup.

Sedangkan cara yang kedua adalah dengan ventilasi, yang terbagi

menjadi dua macam sebagai berikut.

1. Ventilasi umum dan dilusi

2. Ventilasi atau pompa keluar setempat.

Ventilasi umum dimaksudkan untuk menurunkan kadar bahan yang

mungkin menimbulkan gangguan kesehatan dan kenikmatan kerja. caranya

adalah denganmengalirkan udara segar ke tempat kerja. syarat-syarat agar

suatu ventilasi umum atau delusi berhasil adalah sebagai berikut.

Kadar bahan di udara tidak boleh terlalu besar

Pekerja tidak boleh terlalu dekat kepada sumber yang

menimbulkan faktor penyebab penyakit

Kecepatan dibebaskannya faktor penyebab tersebut ke udara

tidak terlalu besar

Daya racun bahan tersebut harus terbagi rata di ruang kerja

Ventilasi seperti ini hanya dapat mengatasi masalah gas dan uap, akan

tetapi tiak dapat untuk mengatasi debu, maka digunakan corong dan pipa

yang dapat memompa uap logam dan debu, namun biaya yang digunakan

sangat besar.

Page 21: Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

18

2.5.5 Melindungi Masyarakat Sekitar Suatu Indstri dan Umum

Tentunya dalam suatu industri selalu menghasilkan limbah sehingga

perlu dilakukan penanganan khusus terhadap limbah ini khusunya pada

lingkup lingkungan. Masyarakat sekitar suatu bengkel dan umum harus

dilindungi dari pengaruh buruk yang mungkin ditimbulkan oleh bengkel.

Semua faktor penyebab penyakit yang mungkin menghinggapi pekerja dapat

pula berimbas pada masyarakat sekitar, misalnya suara gaduh, efek radiasi

sinar radioaktif, udara/gas yang berasal dari bengkel, dll. Oleh karenanya,

pengelolaan limbah yang baik sangat diperlukan untuk melindungi

masyarakat sekitar dan lingkungan.

Cara pengolahannya adalah sebagai berikut, untuk udara yang

mengandung gas atau uap terdapat dua cara, yaitu : 1) pembakaran dan 2)

cara mencuci. Sedangkan untuk udara yang mengandung partikel maka

caranya adalah: 1) kamar pengendap, 2) perangkap kelembaban, 3) cyclone,

4) presipitator, 5) saringan yang menyaring dan menahan partikel, 6)

presipitasi listrik.

2.5.6 Daftar Alat Higene Bengkel

Daftar alat higene yang digunakan pada bengkel adalah sebagai berikut.

Kegunaan untuk

Evaluasi

Nama Alat

Suhu, kelembaban dan kecepatan

udara

Psikometer, anemometer, termometer

kaca, termometer bola

Kebisingan Sound survey meter, octave band

analyzer, impact noise meter

Getaran mekanis Vibration acceleration

Penerangan Luksmeter, brightness meter

Page 22: Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

19

Debu

Personal dust sampler, high volume

sampler, midget impinger, cascade

impactor, gravimetric dust sampler,

hexlet, electrostatic precipitator,

mikroskop, atomic absorption

spektrometer

Gas dan Uap

Kitagawa precision gas detector, mercury

vapor detector, gas air sampler, gas

analyzers, dll.

Lingkungan Alat2 pemeriksa air, air sampler, dll

Page 23: Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

20

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Dalam suatu industri khususnya pemesinan kecelakaan kerja bukan

lah hal yang disengaja. Oleh karena itu, untuk menekan angka kecelakaan

kerja perlu diterapkan sistem K3. Akan tetapi, tanpa adanya suatu

manajemen, K3 tidak dapat berjalan dengan baik.

Pekerja dalam keadaan tertentu selalu memiliki kecenderungan untuk

celaka baik karena faktor manusia atau pun faktor lingkungan, oleh karena itu

perlu adanya teknik pencegahan kecelakaan dengan menggunakan beberapa

aspek, yaitu manusia, peralatan dan lingkungan.

Faktor yang dapat mempengaruhi lainnya adalah masalah kebersihan,

bengkel seharusnya bersih, lingkungan maupun mesin-mesinnya. Segi-segi

kebersihan sendiri dapat meliputi air minum, kakus, tempat makan, dan ruang

ganti untuk pekerja. Manajemen K3 juga memerlukan pengkoreksian

misalnya inspeksi tiap bulan sekali untuk memastikan keadaan bengkel.

Selain itu, pihak bengkel juga harus dapat melindugi masyarakat sekitar dan

lingkunga bengkel sehingga terwujudlah tujuan dari manajemen kesehatan

dan keselamatan kerja ini adalah bebas kecelakaan, tidak membahayakan

manusia serta tidak merusak lingkungan.

Page 24: Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

21

DAFTAR PUSTAKA

Hardono, Setyo. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Proyek Uji

Cobe Skala Penuh Jembatan Cable Stayed Untuk Lalu Lintas Ringan.

2009

Yoto. 2014. Manajemen Bengkel Teknik Mesin. Malang: Universitas Negeri

Malang

Page 25: Makalah Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

22