makalah jerome

26
MAKALAH STRATEGI PENDIDIKAN TEORI BELAJAR JEROME BRUNER Disusun Oleh : Cita Yohana RA : (108016200043) Devi Febrianti : (108016200024) Hamdan Al Faruq : (1080162000) Winda Mawardah : (1080162000) Ridad : PROGRAM STUDI KIMIA SEMESTER VI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

Upload: devi-febrianti

Post on 05-Jul-2015

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Jerome

MAKALAH STRATEGI PENDIDIKAN

TEORI BELAJAR JEROME BRUNER

Disusun Oleh :

Cita Yohana RA : (108016200043)

Devi Febrianti : (108016200024)

Hamdan Al Faruq : (1080162000)

Winda Mawardah : (1080162000)

Ridad :

PROGRAM STUDI KIMIA SEMESTER VI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2011

Page 2: Makalah Jerome

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,

akhirnya penulisan makalah Strategi Pembelajaran IPA-Kimia yang berjudul “Teori

Belajar Jerome Bruner “ ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa

tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para

pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis mengajukan makalah ini sebagai tugas akademik mengenai kajian-kajian

dalam mata kuliah Strategi Pembelajaran IPA-Kimia khususnya mengenai Teori Belajar

Jerome Bruner.

Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Akhirnya, penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah Strategi

Pembelajaran IPA-Kimia ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis mengucapkan

permohonan maaf dan mengharapkan saran serta kritik yang bersifat membangun demi

terciptanya perubahan kearah yang lebih baik.

Jakarta, Juni 2011

Penulis

Page 3: Makalah Jerome

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................2

A. Teori Belajar Bruner....................................................................................

1. Bruner dan Teorinya................................................................................

2. Ciri khas Teori Pembelajaran Menurut Bruner........................................

B. Rencana Pembelajaran dalam Teori Bruner.................................................

1. Pendekatan Heuristic................................................................................

2. Metode Belajar Eksperiment....................................................................

3. Model Pembelajaran Penemuan...............................................................

C. Rancangan Pembelajaran Teori Belajar Jerome Bruner pada Konsep

Asam Basa....................................................................................................

BAB III PENUTUP..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................

Page 4: Makalah Jerome

BAB I

PENDAHULUAN

Page 5: Makalah Jerome

BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Belajar Bruner

1.     Bruner dan Teorinya.

Jerome Bruner dilahirkan dalam tahun 1915. Jerome Bruner, seorang ahli

psikologi yang terkenal telah banyak menyumbang dalam penulisan teori

pembelajaran, proses pengajaran dan falsafah pendidikan. Bruner bersetuju

dengan Piaget bahawa perkembangan kognitif kanak-kanak adalah melalui

peringkat-peringkat tertentu. Walau bagaimanapun, Bruner lebih menegaskan

pembelajaran secara penemuan iaitu mengolah apa yang diketahui pelajar itu

kepada satu corak dalam keadaan baru (lebih kepada prinsip konstruktivisme).

Beliau bertugas sebagai profesor psikologi di Universiti Harvard di

Amerika Syarikat dan dilantik sebagi pengarah di Pusat Pengajaran Kognitif dari

tahun 1961 sehingga 1972, dan memainkan peranan penting dalam struktur Projek

Madison di Amerika Syarikat.  Setelah itu, beliau menjadi seorang profesor

Psikologi di Universiti Oxford di England.

Jerome S. Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli

psikologi belajar kognitif. Pendekatannya tentang psikologi adalah eklektik.

Penelitiannya yang demikian banyak itu meliputi persepsi manusia, motivasi,

belajar dan berfikir. Dalam mempelajarai manusia, ia menganggap manusia

sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi.

Bruner menganggap, bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu

memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan

ketepatan pengetahuan. Pandangan terhadap belajar yang disebutnya sebagai

konseptualisme instrumental itu, didasarkan pada dua prinsip, yaitu pengetahuan

orang tentang alam didasarkan pada model-model mengenai kenyataan yang

dibangunnya, dan model-model itu diadaptasikan pada kegunaan bagi orang itu.

Pematangan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang ditunjukkan

oleh bertambahnya ketidaktergantungan respons dari sifat stimulus. Pertumbuhan

itu tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa

menjadi suatu ”sistem simpanan” yang sesuai dengan lingkungan. Pertumbuhan

itu menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk mengemukakan pada

Page 6: Makalah Jerome

dirinya sendiri atau pada orang lain tentang apa yang telah atau akan

dilakukannya.

Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar

penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama,

dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan

penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih keterampilan-

keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah.

Teori instruksi menurut Bruner hendaknya mencakup:

1.      Pengalaman-pengalaman optimal bagi siswa untuk mau dan dapat belajar,

ditinjau dari segi aktivasi, pemeliharaan dan pengarahan.

2.      Penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal, ditinjau dari segi

cara penyajian, ekonomi dan kuasa.

3.      Perincian urutan-urutan penyajian materi pelajran secara optimal, dengan

memperhatikan faktor-faktor belajar sebelumnya, tingkat perkembangan

anak, sifat materi pelajaran dan perbedaan individu.

4.      Bentuk dan pemberian reinforsemen.

Beliau berpendapat bahawa seseorang murid belajar dengan cara menemui

struktur konsep-konsep yang dipelajari. Kanak-kanak membentuk konsep dengan

mengasingkan benda-benda mengikut ciri-ciri persamaan dan perbezaan. Selain

itu, pengajaran didasarkan kepada perangsang murid terhadap konsep itu dengan

pengetahuan sedia ada. Misalnya,kanak-kanak membentuk konsep segiempat

dengan mengenal segiempat mempunyai 4 sisi dan memasukkan semua bentuk

bersisi empat kedalam kategori segiempat,dan memasukkan bentuk-bentuk bersisi

tiga kedalam kategori segitiga.

Dalam teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar

akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan

atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap.

Ketiga tahap itu adalah: (1) tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh

pengetahuan atau pengalaman baru, (2) tahap transformasi, yaitu tahap

memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta ditransformasikan

dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, dan (3)

evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi

benar atau tidak.

Page 7: Makalah Jerome

2.     Ciri khas Teori Pembelajaran Menurut Bruner

a. Empat Tema tentang Pendidikan

Tema pertama mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan. Hal

ini perlu karena dengan struktur pengetahuan kita menolong siswa untuk untuk

melihat, bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan, dapat

dihubungkan satu dengan yang lain.

Tema kedua adalah tentang kesiapan untuk belajar. Menurut Bruner

kesiapan terdiri atas penguasaan ketrampilan-ketrampilan yang lebih sederhana

yang dapat mengizinkan seseorang untuk mencapai kerampilan-ketrampilan

yang lebih tinggi.

Tema ketiga adalah menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan.

Dengan intuisi, teknik-teknik intelektual untuk sampai pada formulasi-formulasi

tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah

formulasi-formulasi itu merupaka kesimpulan yang sahih atau tidak.

Tema keempat adalah tentang motivasi atau keingianan untuk belajar dan

cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.

b. Model dan Kategori

Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi. Asumsi

pertama adalah bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif.

Berlawanan dengan penganut teori perilakau Bruner yakin bahwa orang yang

belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak hanya

terjadi di lingkungan tetapi juga dalam diri orang itu sendiri.

Asumsi kedua adalah bahwa orang mengkontruksi pengetahuannya

dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan

yang diperoleh sebelumnya, suatu model alam (model of the world). Model

Bruner ini mendekati sekali struktur kognitif Aussebel. Setiap model seseorang

khas bagi dirinya. Dengan menghadapi berbagai aspek dari lingkungan kita, kita

akan membentuk suatu struktur atau model yang mengizinkan kita untuk

mengelompokkan hal-hal tertentu atau membangun suatu hubungan antara hal-

hal yang diketahui.    

Page 8: Makalah Jerome

c. Belajar sebagai Proses Kognitif

Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang

berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses itu adalah (1) memperoleh

informasi baru, (2) transformasi informasi dan (3) menguji relevansi dan

ketepatan pengetahuan (Bruner, 1973).

Informasi baru dapat merupaka penghalusan dari informasi sebelumnya

yang dimiliki seseorang atau informasi itu dapat dersifat sedemikian rupa

sehingga berlawanan dengan informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang.

Dalam transformasi pengetahuan seseorang mempelakukan pengetahuan agar

cocok dengan tugas baru. Jadi, transformasi menyangkut cara kita

memperlakukan pengetahuan, apakah dengan cara ekstrapolasi atau dengan

mengubah bentuk lain.

Hampir semua orang dewasa melalui penggunaan tig sistem keterampilan

untuk menyatakan kemampuanny secara sempurna. Ketiga sistem keterampilan

itu adalah yang disebut tiga cara penyajian (modes of presentation) oleh Bruner

(1966). Ketiga cara itu ialah: cara enaktif, cara ikonik dan cara simbolik.

Cara penyajian enaktif ialah melalui tindakan, jadi bersifat manipulatif.

Dengan cara ini seseorang mengetahui suatu aspek dari kenyataan tanpa

menggunakan pikiran atau kata-kata. Jadi cara ini terdiri atas penyajian kejadian-

kejadian yang lampau melalui respon-respon motorik. Misalnya seseorang anak

yang enaktif mengetahui bagaimana mengendarai sepeda.

Cara penyajian ikonik didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan

disajikan oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep, tetapi

tidak mendefinisikan sepenuhnya konsep itu. Misalnya sebuah segitiga

menyatakan konsep kesegitigaan.

Penyajian simbolik menggunakan kata-kata atau bahasa. Penyajian

simbolik dibuktikan oleh kemampuan seseorang lebih memperhatikan proposisi

atau pernyataan daripada objek-objek,  memberikan struktur hirarkis pada

konsep-konsep dan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan alternatif dalam

suatu cara kombinatorial.

Sebagai contoh dari ketiga cara penyajian ini, tentang pelajaran

penggunaan timbangan. Anak kecil hanya dapat bertindak berdasarkan ”prinsip-

prinsip” timbangan dan menunjukkan hal itu dengan menaiki papan jungkat-

jungkit. Ia tahu bahwa untuk dapat lebih jauh kebawah ia harus duduk lebih

Page 9: Makalah Jerome

menjauhi pusat. Anak yang lebih tua dapat menyajikan timbangan pada dirinya

sendiri dengan suatu model atau gambaran. ”Bayangan” timbangan itu dapat

diperinci seperti yang terdapat dalam buku pelajaran. Akhirnya suatu timbangan

dapat dijelaskan dengan menggunakan bahasa tanpa pertolongan gambar atau

dapat juga dijelaskan secara matematik dengan menggunakan Hukum Newton

tentang momen.

d. Ciri khas Teori Bruner dan perbedaannya dengan teori yang lain

Teori Bruner mempunyai ciri khas daripada teori belajar yang lain yaitu

tentang ”discovery” yaitu belajar dengan menemukan konsep sendiri. Disamping

itu, karena teori Bruner ini banyak menuntut pengulangan-penulangan, maka

desain yang berulang-ulang itu disebut ”kurikulum spiral kurikulum”. Secara

singkat, kurikulum spiral menuntut guru untuk memberi materi pelajaran setahap

demi setahap dari yang sederhana ke yang kompleks, dimana materi yang

sebelumnya sudah diberikan suatu saat muncul kembali secara terintegrasi di

dalam suatu materi baru yang lebih kompleks. Demikian seterusnya sehingga

siswa telah mempelajari suatu ilmu pengetahuan secara utuh.

Bruner berpendapat bahwa seseorang murid belajar dengan cara

menemui struktur konsep-konsep yang dipelajari. Anak-anak membentuk

konsep dengan melihat benda-benda berdasarkan ciri-ciri persamaan dan

perbedaan. Selain itu, pembelajaran didasarkan kepada merangsang siswa

menemukan konsep yang baru dengan menghubungkan kepada konsep yang

lama melalui pembelajaran penemuan.

Page 10: Makalah Jerome

B.   PENERAPAN TEORI BELAJAR JEROME BRUNER DALAM

PEMBELAJARAN IPA

Pada bagian ini akan dibahas bagaimana menerapkan teori belajar jerome

Bruner pada siswa, ditinjau dari segi pendekatan, metode, model, tujuan serta

peranan guru khususnya dalam pembelajaran IPA.

1. Pendekatan Heurastic

2. Model Pembelajaran Discovery (Penemuan)

      Salah satu model pembelajaran kognitif yang sangat berpengaruh

adalah model dari Jerome Bruner (1966) yang dikenal dengan nama belajar

penemuan (discovery learning). Bruner menganggap bahwa belajar penemuan

sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan

sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Bruner menyarankan agar siswa

hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-

prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan

eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan konsep dan

prinsip itu sendiri.

Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang

mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan

yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian

atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran discovery (penemuan)

kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat

menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri.

Dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan,

membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk

menemukan beberapa konsep atau prinsip.

Metode discovery diartikan sebagai prosedur mengajar yang

mementingkan pengajaran perseorang, memanipulasi objek sebelum sampai pada

generalisasi. Sedangkan Bruner  menyatakan bahwa anak harus berperan aktif

didalam belajar. Lebih lanjut dinyatakan, aktivitas itu perlu dilaksanakan melalui

Page 11: Makalah Jerome

suatu cara yang disebut discovery. Discovery yang dilaksanakan siswa dalam

proses belajarnya, diarahkan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip.

Discovery ialah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan

suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati,

mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,

mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa

dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya

membimbing dan memberikan intruksi. Dengan demikian pembelajaran discovery

ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental

melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri,

agar anak dapat belajar sendiri.

Metode pembelajaran discovery merupakan suatu metode pengajaran yang

menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Dalam proses pembelajaran

dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang

mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil, prosedur, algoritma dan

semacamnya.

Langkah guru sebagai fasilitator pembelajaran dalam belajar penemuan

adalah:

a.       Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada

masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.

b.      Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa

untuk memecahkan masalah. Guru hendaknya memulai dengan sesuatu yang

sudah dikenal siswa. Kemudian guru mengemukakan sesuatau yang

berlawanan. Dengan demikian terjadi onflik dengn pengalaman siswa.

Akibatnya timbulah masalah. Dalam keadaan yang ideal, hal yang berlawanan

itu menimbulkan suatu kesangsian yang merangsang para siswa untuk

menyelidiki masalah itu, menyusun hipotesis-hipotesis dan mencoba

menemukan konsep atau prinsip yang mendasari masalah itu.

c.       Guru harus menyajikan dengan cara enaktif, ikonik dan simbolik. Enaktif

adalah melaui tindakan atau dengan kata lain belajar sambil melakukan

(learning by doing). Ikonik adalah didasarkan atas pikiran internal.

Pengetahuan disajikan melalui gambar-gambar yang mewakili suatu konsep.

Simbolik adalah menggunakan kata-kata atau bahasa-bahasa.

Page 12: Makalah Jerome

d.      Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru

hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru hendaknya

jangan mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan yang akan

dipelajari, tetapi hendaknya memberikan saran-saran bila diperlukan. Sebagai

seorang tutor, guru hendaknya memberikan umpan balik pada waktu yang

tepat.

e.       Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan.

Secara garis besar belajar penemuan ialah mempelajarai generalisasi-

generalisasi dengan menemukan sendiri konsep-konsep itu. Di lapangan,

penilaian hasil belajar penemuan meliputi pemahaman tentang konsep dasar,

dan kemampuan untuk menerapkan konsep itu ke dalam situsi baru dan situasi

kehidupan nyata sehari-hari pada siswa.

Jadi dalam belajar penemuan, guru tidak begitu mengendalikan proses

pembelajaran. Guru hendaknya mengarahkan pelajaran pada penemuan dan

pemecahan masalah. Penilaian hasil belajar meliputi tentang konsep dasar dan

penerapannya pada situasi yang baru.

Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu:

(1) Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,

menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan;

(2) Berpusat pada siswa;

(3) Kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan

yang sudah ada.

Langkah-langkah pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi kebutuhan siswa;

2. Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan

generalisasi pengetahuan;

3. Seleksi bahan, problema/ tugas-tugas;

4. Membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta

peranan masing-masing siswa;

5. Mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan;

6. Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan;

7. Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan;

8. Membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa;

Page 13: Makalah Jerome

9. Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang

mengarahkan dan mengidentifikasi masalah;

10. Merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa;

11. Membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil

penemuannya.

Metode ini sangat sejalan dengan teori belajar Bruner, hal ini disebabkan

karena metode ini:

1. Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif;

2. Dengan menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari,

maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan dan tidak

mudah dilupakan siswa;

3. Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-

betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain;

4. Dengan menggunakan strategi discovery anak belajar menguasai salah

satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri;

5. Siswa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema

yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan

nyata.

Beberapa keuntungan belajar discovery yaitu:

1. Pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat;

2. Hasil belajar discovery mempunyai efek transfer yang lebih baik dari

pada hasil lainnya;

3. Secara menyeluruh belajar discovery meningkatkan penalaran siswa

dan kemampuan untuk berpikir bebas. Secara khusus belajar

penemuan melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk

menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.

Beberapa keunggulan metode penemuan juga diungkapkan oleh

Suherman, dkk (2001: 179) sebagai berikut:

1. Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan

kemampuan untuk menemukan hasil akhir;

Page 14: Makalah Jerome

2. Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses

menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama

diingat;

3. Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini

mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya

meningkat;

4. Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan

lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks;

5. Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.

Selain memiliki beberapa keuntungan, metode discovery (penemuan) juga

memiliki beberapa kelemahan, diantaranya membutuhkan waktu belajar yang

lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima. Untuk mengurangi kelemahan

tersebut maka diperlukan bantuan guru. Bantuan guru dapat dimulai dengan

mengajukan beberapa pertanyaan dan dengan memberikan informasi secara

singkat. Pertanyaan dan informasi tersebut dapat dimuat dalam lembar kerja siswa

(LKS) yang telah dipersiapkan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai.

3. Metode Eksperimen

Metode belajar yang seseai dengan teori belajar Bruner adalah metode

eksperimen. Karena metode eksperiment merupakan suatu cara pengelolaan

pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami

dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi

kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti

suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik

kesimpulan sendiri tentang obyek yang dipelajarinya. Percobaan dapat dilakukan

melalui kegiatan individual atau kelompok. Hal ini tergantung dari tujuan dan

makna percobaan atau jumlah alat yang tersedia.

Metode eksperimen menurut Djamarah (2002:95) adalah cara penyajian

pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu

yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa

diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti

suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan

demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari kebenaran, atau

Page 15: Makalah Jerome

mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses

yang dialaminya itu.

Metode eksperimen mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai

berikut:

Kelebihan metode eksperimen :

a. Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan

berdasarkan percobaannya

b. dalam membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru

dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi

kehidupan manusia.

c. Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk

kemakmuran umat manusia.

Kekurangan metode eksperimen :

a. Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan teknologi.

b. Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang

tidak selalu mudah diperoleh dan kadangkala mahal.

c. Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.

d. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan

karena mungkin ada factor-faktor tertentu yang berada di luar

jangkauan kemampuan atau pengendalian.

Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip oleh Palendeng (2003:81)

metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena

metode eksprimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat

mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi

kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya,

selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.

Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik

dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih

ketrampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman

yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik

dan mental serta emosional siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara

atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga

perilaku yang inovatif dan kreatif.

Page 16: Makalah Jerome

Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003:82)

meliputi tahap-tahap sebagai berikut :

1. percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan

yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam.

Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan

dengan materi fisika yang akan dipelajari.

2. pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan

percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat

peristiwa tersebut.

3. hipoteis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara

berdasarkan hasil pengamatannya.

4. verifikasi , kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal

yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa

diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan,

selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya.

5. aplikasi konsep , setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep,

hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan

pemantapan konsep yang telah dipelajari.

6. evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.

Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu

siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui

apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, , maupun

aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain , siswa memiliki

kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh,

dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan .

C. RANCANGAN PEMBELAJARAN TEORI BELAJAR JEROME

BRUNER PADA KONSEP ASAM BASA

Page 17: Makalah Jerome

BAB III

PENUTUP

Page 18: Makalah Jerome

DAFTARPUSTAKA

http://umum.kompasiana.com/2009/06/08/macam-macam-metode-pembelajaran/

http://martiningsih.blogspot.com/2007/12/macam-macam-metode-

pembelajaran.htm

Page 19: Makalah Jerome