makalah anak berbakat jadiii

67
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu bersifat unik. Hal tersebut sangat perlu untuk kita pahami sebagai calon pendidik berkaitan dengan bagaimana nantinya kita memberikan layanan kepada setiap peserta didik dengan adil, tepat dan sesuai pada kemampuan yang mereka miliki. Sehingga kita mampu menjadi fasilitator bagi peserta didik untuk mengoptimalkan potensi yang mereka miliki. Agar hal tersebut dapat tercapai, tentunya terlebih dahulu kita harus mengetahui serta memahami karakteristik yang dimiliki oleh setiap individu kita. Karakteristik tersebut pun tentu akan berbeda satu sama lainnya. Maka dalam hal ini kita perlu memerhatikan perbedaan individu agar dapat memberikan perlakuan yang tepat sesuai karakteristiknya. Termasuk dalam hal ini bagi peserta didik yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi, atau dapat kita sebut dengan anak berbakat. Perhatian terhadap pendidikan anak berbakat sebenarnya sudah dikenal sejak 2000 tahun yang lalu. Misalnya, Plato pernah menyerukan agar anak-anak berbakat dikumpulkan dan dididik secara khusus karena mereka ini diharapkan bakal menjadi pemimpin negara dalam segala bidang pemerintahan. Oleh karena itu,

Upload: tita-sobandi

Post on 06-Dec-2014

21.553 views

Category:

Education


5 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah anak berbakat jadiii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap individu bersifat unik. Hal tersebut sangat perlu untuk kita pahami

sebagai calon pendidik berkaitan dengan bagaimana nantinya kita memberikan

layanan kepada setiap peserta didik dengan adil, tepat dan sesuai pada

kemampuan yang mereka miliki. Sehingga kita mampu menjadi fasilitator bagi

peserta didik untuk mengoptimalkan potensi yang mereka miliki. Agar hal

tersebut dapat tercapai, tentunya terlebih dahulu kita harus mengetahui serta

memahami karakteristik yang dimiliki oleh setiap individu kita. Karakteristik

tersebut pun tentu akan berbeda satu sama lainnya. Maka dalam hal ini kita perlu

memerhatikan perbedaan individu agar dapat memberikan perlakuan yang tepat

sesuai karakteristiknya. Termasuk dalam hal ini bagi peserta didik yang memiliki

tingkat kecerdasan yang tinggi, atau dapat kita sebut dengan anak berbakat.

Perhatian terhadap pendidikan anak berbakat sebenarnya sudah dikenal

sejak 2000 tahun yang lalu. Misalnya, Plato pernah menyerukan agar anak-anak

berbakat dikumpulkan dan dididik secara khusus karena mereka ini diharapkan

bakal menjadi pemimpin negara dalam segala bidang pemerintahan. Oleh karena

itu, mereka dibekali ilmu pengetahuan yang dapat menunjang tugas mereka

(Rohman Natawijaya, 1979).

Demikian pula di Indonesia, kehadiran mereka sudah dikenal sejak dulu.

Banyak sekolah yang menerapkan sistem loncat kelas atau dapat naik ke kelas

berikutnya lebih cepat meskipun waktu kenaikan kelas belum saatnya. Perhatian

yang lebih serius dan formal tersurat dalam UUSPN No. 2 Tahun 1989 bahwa

peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak

memperoleh pendidikan khusus untuk mengembangkan potensi anak-anak

tersebut secara optimal.

Agar anak berbakat yang mempunyai potensi unggul tersebut dapat

mengembangkan potensinya dibutuhkan program dan layanan pendidikan secara

khusus. Mereka lahir dengan membawa potensi luar biasa yang berarti telah

membawa kebermaknaan hidup. Oleh karena itu, tugas pendidikan adalah

Page 2: Makalah anak berbakat jadiii

mengembangkan kebermaknaan tersebut secara optimal sehingga mereka dapat

berkiprah dalam memajukan bangsa dan negara.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penyusun merumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan anak berbakat ?

2. Apa saja faktor penyebab timbulnya keberbakatan seseorang ?

3. Apa saja karakteristik anak berbakat ?

4. Apa saja klasifikasi anak berbakat ?

5. Bagaimana dampak dari anak berbakat ?

6. Bagaimana kebutuhan pendidikan anak berbakat ?

7. Bagaimana fenomena anak berbakat dan penangannya ?

8. Bagaimana solusi bagi anak berbakat ?

9. Bagaimana jenis-jenis layanan bagi anak berbakat ?

10. Bagaimana penerapan pendidikan keberbakatan di Indonesia ?

11. Apa saja permasalahan yang dihadapi anak berbakat ?

12. Bagaimana bimbingan karir bagi anak berbakat ?

C. Tujuan Makalah

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui tentang:

a. Definisi anak berbakat.

b. Faktor penyebab timbulnya keberbakatan seseorang.

c. Karakteristik anak berbakat.

d. Klasifikasi anak berbakat.

e. Dampak dari anak berbakat.

f. Kebutuhan pendidikan anak berbakat

g. Fenomena anak berbakat dan penangannya

h. Solusi bagi anak berbakat

i. Jenis-jenis layanan bagi anak berbakat

j. Penerapan pendidikan keberbakatan di Indonesia

Page 3: Makalah anak berbakat jadiii

k. Permasalahan yang dihadapi anak berbakat

l. Bimbingan karir bagi anak berbakat ?

D. Kegunaan Makalah

Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan kegunaan kepada

penyusun dan para pembaca yang sebagai wahana penambah ilmu pengetahuan

mengenai Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus. Khususnya bimbingan bagi

anak berbakat.

E. Prosedur Makalah

Makalah ini disusun dengan menggunakan mengumpulkan data dari berbagai

macam sumber-sember, kemudian data-data tersebut dianalisis dan diolah melalui

kegiatan mengeskposisikan data serta mengaplikasikan data tersebut dalam

konteks tema makalah.

Page 4: Makalah anak berbakat jadiii

BAB II

PEMBAHASAN

A.  DEFINISI ANAK BERBAKAT

Pengertian dan definisi mengenai anak berbakat sangat beragam.

Keragaman itu sangat tergantung dari perkembangan pandangan masyarakat

terhadap keberbakatan. Beberapa definisi keberbakatan dapat dikemukakan

sebagai berikut.

1.    Definisi versi Amerika

Pengertian berbakat di Amerika Serikat pada dasarnya dikaitkan dengan

skor tes inteligensia Stanford Binet yang dikembangkan oleh Terman setelah

Perang Dunia I. Dalam hasil tesnya itu, anak-anak yang memiliki skor IQ 130

atau 140 dinyatakan sebagai anak berbakat (Kirk & Gallagher, 1979:6). Sekitar

tahun 1950 pengertian tersebut mulai berkembang ketika para pendidik di

Amerika Serikat berusaha memberikan pengertian yang lebih luas tentang anak

berbakat.

Pada waktu itu yang dimaksud dengan anak berbakat (gifted dan talented)

ialah mereka yang menunjukkan secara konsisten penampilan luar biasa hebat

dalam suatu bidang yang berfaedah (Henry, seperti dikutip oleh Kirk dan

Gallagher, 1979:61). Adapun definisi yang digunakan dalam Public Law 97-135

yang disahkan oleh Kongres Amerika Serikat pada tahun 1981, yang dimaksud

dengan anak berbakat (gifted and talented) ialah berikut ini.

Anak yang menunjukkan kemampuan/penampilan yang tinggi dalam

bidang-bidang, seperti intelektual, kreatif, seni, kapasitas kepemimpinan atau

bidang-bidang, akademik khusus, dan yang memerlukan pelayanan-pelayanan

atau aktivitas-aktivitas yang tidak biasa disediakan oleh sekolah agar tiap

kemampuan berkembang secara penuh (Clark, 1983:5).

Bertolak dari hasil penelitian tentang proses belajar maka Clark (1983:6)

mengemukakan definisi keberbakatan sebagai berikut.

Keberbakatan adalah suatu konsep yang berakar biologis, suatu nama dari

inteligensia taraf tinggi sebagai hasil dari integrasi yang maju cepat dari fungsi-

fungsi dalam otak meliputi pengindraan (physical sensing), emosi, kognisi, dan

Page 5: Makalah anak berbakat jadiii

intuisi. Fungsi yang maju dan cepat tersebut mungkin diekspresikan dalam

bentuk kemampuan-kemampuan yang melibatkan kognisi, kreativitas,

kecakapan akademik, kepemimpinan atau seni rupa dan seni pertunjukan. Oleh

karena itu, dengan inteligensia ini individu berbakat menampilkan atau

menjanjikan harapan untuk menampilkan inteligensia pada taraf tinggi. Oleh

karena kemajuan dan percepatan perkembangan tersebut, individu memerlukan

pelayanan dan aktivitas khusus yang disediakan oleh sekolah agar kemampuan

mereka berkembang secara optimal.

Definisi formal yang dikemukakan oleh Francoya Gagne adalah sebagai

berikut: Giftedness berhubungan dengan kecakapan yang secara jelas berada di

atas rata-rata dalam satu atau lebih rendah (domains) bakat manusia. Talented

berhubungan dengan penampilan (performance) yang secara jelas berbeda di

atas rata-rata dalam satu atau lebih bidang aktivitas manusia” (Gagne dalam

Calongelo dan Davis, 1991:65).

2.    Definisi versi Indonesia

Adapun definisi berbakat versi Indonesia, seperti dirumuskan dalam

seminar/lokakarya Program alternatives for the gifted and talented yang

diselenggarakan di Jakarta (1982) bahwa yang disebut anak berbakat adalah

mereka yang didefinisikan oleh orang-orang profesional mampu mencapai

prestasi yang tinggi karena memiliki kemampuan-kemampuan luar biasa.

Mereka menonjol secara konsisten dalam salah satu atau beberapa bidang,

meliputi bidang intelektual umum, bidang kreativitas, bidang seni/kinetik, dan

bidang psikososial/kepemimpinan. Mereka memerlukan program pendidikan

yang berdiferensiasi dan/atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah

biasa, agar dapat merealisasikan turunan mereka terhadap masyarakat maupun

terhadap diri sendiri. (Utami Munandar, 1995:41).

Rumusan di atas mengandung implikasi bahwa (a) bakat merupakan

potensi yang memungkinkan seorang berpartisipasi tinggi, (b) terdapat

perbedaan antara bakat sebagai potensi yang belum terwujud dengan bakat yang

sudah terwujud dan nyata dalam prestasi yang unggul, ini berarti anak berbakat

yang underachiever juga diidentifikasi sebagai anak berbakat, (c) terdapat

Page 6: Makalah anak berbakat jadiii

keragaman dalam bakat, (d) ada kecenderungan bahwa bakat hanya akan muncul

dalam salah satu bidang kemampuan, dan (e) perlunya layanan pendidikan

khusus di luar jangkauan pendidikan biasa.

Dalam UUSPN No. 2 Tahun 1989, yang disebut anak berbakat adalah

“warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa”.

Kecerdasan berhubungan dengan perkembangan kemampuan intelektual,

sedangkan kemampuan luar biasa tidak hanya terbatas pada kemampuan

intelektual. Jenis-jenis kemampuan dan kecerdasan luar biasa yang dimaksud

dalam batasan ini meliputi (a) kemampuan intelektual umum dan akademik

khusus, (b) berpikir kreatif-produktif, (c) psikososial/ kepemimpinan, (d)

seni/kinestetik, dan (e) psikomotor.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa anak

berbakat adalah anak yang mempunyai kemampuan yang unggul dari anak rata-

rata/normal baik dalam kemampuan intelektual maupun nonintelektual sehingga

mereka membutuhkan layanan pendidikan secara khusus. Moh. Amin (1996)

menyimpulkan bahwa keberbakatan merupakan istilah yang berdimensi banyak.

Keberbakatan bukan semata-mata karena seseorang memiliki inteligensia tinggi

melainkan ditentukan oleh banyak faktor.

B.  FAKTOR PENYEBAB TIMBULNYA KEBERBAKATAN SESEORANG

1) Hereditas

Hereditas adalah faktor yang diwariskan dari orang tua, meliputi

kecerdasan, kreatif produktif, kemampuan memimpin, kemampuan seni dan

psikomotor. Dalam diri seseorang telah ditentukan adanya faktor bawaan yang ada

setiap orang, dan bakat bawaan tersebut juga berbeda setiap orangnya. Namun U.

Branfenbrenner dan Scarr Salaptek menyatakan secara tegas bahwa sekarang tidak

ada kesangsian mengenai faktor genetika mempunyai andil yang besar terhadap

kemampuan mental seseorang.

2) Lingkungan

Page 7: Makalah anak berbakat jadiii

Lingkungan, hal-hal yang mempengaruhi perkembangan anak berbakat

ditinjau dari segi lingkungannya (keluarga, sekolah dan masyarakat). Lingkungan

mempunyai peran yang sangat besar dalam mempengaruhi keberbakatan seorang

anak. Walaupun seorang anak mempunyai bakat yang tinggi terhadap suatu

bidang, tanpa adanya dukungan dan perhatian dari lingkungannya seperti,

masyarakat tempat dia bersosialisasi, keluarga tempat ia menjalani kehidupan

berkeluarga, tempat dia menjalani kehidupan dan mengembangkan keberbakatan

itu dapat membantunya dalam mencapai ataupun memaksimalkan bakatnya

tersebut.

C.  KARAKTERISTIK ANAK BERBAKAT

Karakteristik anak berbakat ditinjau dari segi akademik, sosial/emosi, dan

fisik/kesehatan.

1.  Karakteristik Akademik

Adapun karakteristik yang dimiliki oleh seorang anak berbakat, diantaranya:

a. memiliki ketekunan dan rasa ingin tahu yang benar,

b. keranjingan membaca,

c. menikmati sekolah dan belajar.

d. memiliki perhatian yang lama terhadap suatu bidang akademik khusus,

e. memiliki pemahaman yang sangat maju tentang konsep, metode, dan

terminologi dari bidang akademik khusus,

f. mampu mengaplikasikan berbagai konsep dari bidang akademik khusus

yang dipelajari pada aktivitas-aktivitas bidang lain,

g. kesediaan mencurahkan sejumlah besar perhatian dan usaha untuk mencapai

standar yang lebih tinggi dalam suatu bidang akademik,

h. memiliki sifat kompetitif yang tinggi dalam suatu bidang akademik dan

motivasi yang tinggi untuk berbuat yang terbaik, dan

i. belajar dengan cepat dalam suatu bidang akademik khusus.

j. mudah menyerap pelajaran.

Salah satu contoh yang digambarkan oleh Kirk (1986) bahwa seorang anak

berbakat berusia 10 tahun, ia memiliki kemampuan akademik dalam hal membaca

sama dengan anak normal usia 14 tahun, dan berhitung sama dengan usia 11

tahun, anak ini memiliki keberbakatan dalam membaca.

Page 8: Makalah anak berbakat jadiii

2.  Karakteristik Sosial

Ada beberapa ciri individu yang memiliki keberbakatan sosial, yaitu:

a.   Diterima oleh mayoritas dari teman-teman sebaya dan orang dewasa,

b.  Keterlibatan mereka dalam berbagai kegiatan sosial, mereka memberikan

sumbangan positif dan konstruktif,

c.   Kecenderungan dipandang sebagai juru pemisah dalam pertengkaran dan

pengambil kebijakan oleh teman sebayanya,

d.   Memiliki kepercayaan tentang kesamaan derajat semua orang dan jujur,

e.   Perilakunya tidak defensif dan memiliki tenggang rasa,

f.    Bebas dari tekanan emosi dan mampu mengontrol ekspresi emosional

sehingga relevan dengan situasi,

g.  Mampu mempertahankan hubungan abadi dengan teman sebaya dan orang

dewasa,

h.  Mampu merangsang perilaku produktif bagi orang lain, dan

i.   Memiliki kapasitas yang luar biasa untuk menanggulangi situasi sosial

dengan cerdas, dan humor.

Dicontohkan pula oleh Kirk bahwa anak yang berbakat dalam hal social dan

emosi, bahwa seorang anak berusia 10 tahun memperlihatkan kemampuan

penyesuaian sosial dan emosi (sikap periang, bersemangat, kooperatif,

bertanggung jawab, mengerjakan tugasnya dengan baik, membantu temannya

yang kurang mampu dan akrab dalam bermain). Sikap-sikap yang

diperlihatkannya itu sama dengan sikap anak normal usia 16 tahun.

3.  Karakteristik Fisik/Kesehatan

Dalam segi fisik, anak berbakat memperlihatkan :

(a) memiliki penampilan yang menarik dan rapi,

(b) kesehatannya berada lebih baik atau di atas rata-rata, (studi longitudinal

Terman dalam Samuel A. Kirk, 1986).

Dicontohkan pula oleh Kirk bahwa seorang anak berbakat usia 10 tahun

memiliki tinggi dan berat badan sama dengan usianya. Yang menunjukkan

Page 9: Makalah anak berbakat jadiii

perbedaan adalah koordinasi geraknya sama dengan anak normal usia 12 tahun.

Mereka juga memperlihatkan sifat rapi.

Karakteristik anak berbakat secara umum, seperti yang dikemukakan oleh

Renzulli, 1981 (dalam Sisk, 1987) menyatakan bahwa keberbakatan (giftedness)

menunjukkan keterkaitan antara 3 kelompok ciri-ciri, yaitu (a) kemampuan

kecerdasan jauh di atas rata-rata, (b) kreativitas tinggi dan (c) tanggung jawab

atau pengikatan diri terhadap tugas (task commitment). Masing-masing ciri

mempunyai peran yang menentukan.

Seseorang dikatakan berbakat intelektual jika mempunyai inteligensia

tinggi. Sedangkan kreativitas adalah sebagai kemampuan untuk menciptakan

sesuatu yang baru, memberikan gagasan baru, kemampuan untuk melihat

hubungan-hubungan yang baru antara unsur-unsur yang sudah ada. Demikian

pula berlaku bagi pengikatan diri terhadap tugas. Hal inilah yang mendorong

seseorang untuk tekun dan ulet meskipun mengalami berbagai rintangan dan

hambatan karena ia telah mengikatkan diri pada tugas atas kehendaknya

sendiri.

4. Karakteristik Intelektual-Kognitif

a. Menunjukkan atau memiliki ide-ide yang orisinal, gagasan-gagasan yang

tidak lazim, pikiran-pikiran kreatif.

b. Mampu menghubungkan ide-ide yang nampak tidak berkaitan menjadi

suatu konsep yang utuh.

c. Menunjukkan kemampuan bernalar yang sangat tinggi.

d. Mampu menggeneralisir suatu masalah yang rumit menjadi suatu hal yang

sederhana dan mudah dipahami.

e. Memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan masalah.

f. Menunjukkan daya imajinasi yang luar biasa.

g. Memiliki perbendaharaan kosakata yang sangat kaya dan mampu

mengartikulasikannya dengan baik.

Page 10: Makalah anak berbakat jadiii

h. Biasanya fasih dalam berkomunikasi lisan, senang bermain atau merangkai

kata-kata.

i. Sangat cepat dalam memahami pembicaraan atau pelajaran yang

diberikan.

j. Memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory) yang kuat.

k. Mampu menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika dan/atau

sains.

l. Memiliki kemampuan membaca yang sangat cepat.

m. Banyak gagasan dan mampu menginspirasi orang lain.

n. Memikirkan sesuatu secara kompleks, abstrak, dan dalam.

o. Mampu memikirkan tentang beragam gagasan atau persoalan dalam waktu

yang bersamaan dan cepat mengaitkan satu dengan yang lainnya.

5. Karakteristik Persepsi/Emosi

a. Sangat peka perasaannya.

b. Menunjukkan gaya bercanda atau humor yang tidak lazim (sinis, tepat

sasaran dalam menertawakan sesuatu hal tapi tanpa terasa dapat menyakiti

perasaan orang lain).

c. Sangat perseptif dengan beragam bentuk emosi orang lain (peka dengan

sesuatu yang tidak dirasakan oleh orang-orang lain).

d. Memiliki perasaan yang dalam atas sesuatu.

e. Peka dengan adanya perubahan kecil dalam lingkungan sekitar (suara,

aroma, cahaya).

f. Pada umumnya introvert.

g. Memandang suatu persoalan dari berbagai macam sudut pandang.

h. Sangat terbuka dengan pengalaman atau hal-hal baru

Page 11: Makalah anak berbakat jadiii

i. Alaminya memiliki ketulusan hati yang lebih dalam dibanding anak lain.

6. Karakteristik Motivasi dan Nilai-Nilai Hidup

a. Menuntut kesempurnaan dalam melakukan sesuatu (perfectionistic).

b. Memiliki dan menetapkan standar yang sangat tinggi bagi diri sendiri dan

orang lain.

c. Memiliki rasa ingin tahu dan kepenasaran yang sangat tinggi.

d. Sangat mandiri, sering merasa tidak perlu bantuan orang lain, tidak

terpengaruh oleh hadiah atau pujian dari luar untuk melakukan sesuatu (self

driven).

e. Selalu berusaha mencari kebenaran, mempertanyakan dogma, mencari

makna hidup.

f. Melakukan sesuatu atas dasar nilai-nilai filsafat yang seringkali sulit

dipahami orang lain.

g. Senang menghadapi tantangan, pengambil risiko, menunjukkan perilaku

yang dianggap “nyerempet-nyerempet bahaya” .

h. Sangat peduli dengan moralitas dan nilai-nilai keadilan, kejujuran,

integritas.

i. Memiliki minat yang beragam dan terentang luas.

 7. Karakteristik Aktifitas

a. Punya energi yang seolah tak pernah habis, selalu aktif beraktifitas dari

satu hal ke hal lain tanpa terlihat lelah.

b. Sulit memulai tidur tapi cepat terbangun, waktu tidur yang lebih sedikit

dibanding anak normal.

c. Sangat waspada.

Page 12: Makalah anak berbakat jadiii

d. Rentang perhatian yang panjang, mampu berkonsentrasi pada satu

persoalan dalam waktu yang sangat lama.

e. Tekun, gigih, pantang menyerah.

f. Cepat bosan dengan situasi rutin, pikiran yang tidak pernah diam, selalu

memunculkan hal-hal baru untuk dilakukan.

g. Spontanitas yang tinggi.

D. KLASIFIKASI ANAK BERBAKAT

Anak yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata dapat diklasifikasikan

menjadi tiga kelompok, seperti dikemukakan oleh Sutratinah Tirtonegoro (1984;

29) yaitu; Superior, Gifted dan Genius. Ketiga kelompok anak tersebut memiliki

peringkat ketinggian intellegnsi yang berbeda.

1. Genius :

Genius ialah anak yang memiliki kecerdasan luar biasa, sehingga dapat

menciptakan sesuatu yang sangat tinggi nilainya. Intelligence Quotien-nya (IQ)

berkisar antara 140 sampai 200. Anak genius memiliki sifat-sifat positif sebagai

berikut; daya abstraksinya baik sekali, mempunyai banyak ide, sangat kritis,

sangat kreatif, suka menganalisis, dan sebagainya. Di samping memiliki sifat-sifat

positif juga memiliki sifat negatif, diantaranya; cenderung hanya mementingkan

dirinya sendiri (egois), temperamennya tinggi sehingga cepat bereaksi

(emosional), tidak mudah bergaul, senang menyendiri karena sibuk melakukan

penelitian, dan tidak mudah menerima pendapat orang lain.

2. Gifted :

Anak ini disebut juga gifted and talented adalah anak yang tingkat

kecerdasannya (IQ) antara 125 sampai dengan 140. Di samping memiliki IQ

tinggi, juga bakatnya yang sangat menonjol, seperti ; bakat seni musik, drama, dan

ahli dalam memimpin masyarakat. Anak gifted diantaranya memiliki

karakteristik; mempunyai perhatian terhadap sains, serba ingin tahu, imajinasinya

kuat, senang membaca, dan senang akan koleksi.

Page 13: Makalah anak berbakat jadiii

3. Superior

Anak superior tingkat kecerdasannya berkisar antara 110 sampai dengan 125

sehingga prestasi belajarnya cukup tinggi. Anak superior memiliki karakteristik

sebagai berikut; dapat berbicara lebih dini, dapat membaca lebih awal, dapat

mengerjakan pekerjaan sekolah dengan mudah dan dapat perhatian dari

temantemannya. Secara umum anak berbakat memiliki kemampuan yang tinggi

jika dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya.

Hasil studi lain menemukan bahwa “Anak-anak berbakat memiliki

karakteristik belajar yang berbeda dengan anak-anak normal. Mereka cenderung

memiliki kelebihan menonjol dalam kosa kata dan menggunakannya secara luwes,

memiliki informasi yang kaya, cepat dalam menguasai bahan pelajaran, cepat

dalam memahami hubungan antar fakta, mudah memahami dalil-dalil dan

formulaformula, tajam kemampuan analisisnya, membaca banyak bahan bacaan

(gemar membaca), peka terhadap situasi yang terjadi di sekelilingnya, kritis dan

memiliki rasa ingin yang sangat besar.

E. DAMPAK DARI ANAK BERBAKAT

Dampak dari segi prestasi anak berbakat dapat ditinjau dari segi fisik,

psikologis, akademik dan sosial.

1. Prestasi fisik yang dapat dicapai oleh anak-anak berbakat ialah mereka

memiliki daya tahan tubuh yang prima serta koordinasi gerak fisik yang

harmonis (French, 1959).

Anak berbakat mampu berjalan dan berbicara lebih awal dibandingkan dengan

masa berjalan anak-anak normal (Swanson, 1979).

2. Prestasi psikologis anak berbakat memiliki kemampuan emosi yang unggul dan

secara sosial pada umumnya mereka adalah anak-anak yang populer serta lebih

mudah diterima (Gearheart, Heward,1980).

3. Prestasi akademik, anak berbakat pada dasarnya memiliki sistem syaraf pusat

(otak dan spinal cord) yang prima. Oleh karena itu anak-anak berbakat dapat

Page 14: Makalah anak berbakat jadiii

mencapai tingkat kognitif yang tinggi. Menurut Bloom kognitif tingkat tinggi

meliputi berfikir aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi dan kognitif tingkat rendah

terdiri dari berfikir mengetahui dan komprehensif.

 Selain memiliki keunggulan-keunggulan diatas anak-anak berbakat mempunyai dampak dalam karakteristik yang negatif (menurut Swassing):

1. Mampu mengaktualisasikan pernyataan secara fisik berdasarkan pemahaman pengetahuan yang sedikit

2. Dapat mendominasi diskusi

3. Tidak sabar untuk segera maju ke tingkat berikutnya

4. Sukaribut

5. Memilih kegiatan membaca dari pada berparfsipasi aktif dalam kegiatan masyarakat, atau kegiatan fisik

6. Suka melawan aturan, petunjuk-petunjuk atau prosedur tertentu

7. Jika memimpin diskusi akan membawa situasi diskusi ke situasi yang harus selalu tuntas.

8. Frustasi disebabkan tidak jalannya aktivitas sehari-hari

9. Menjadi bosan karena banyak hal yang diulang-ulang

F. KEBUTUHAN PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT

Keanekaragaman yang ditemui diantara anak-anak termasuk anak berbakat

mencerminkan jenis dan jumlah adaptasi yang perlu diadakan sekolah untuk

memenuhi kebutuhan khusus mereka. Kebutuhan pendidikan anak berbakat dapat

ditinjau dari 2 kepentingan berikut.

1.  Kebutuhan Pendidikan dari Segi Anak Berbakat itu Sendiri

Oleh karena potensi yang dimiliki anak berbakat sedemikian hebatnya jika

dibandingkan dengan anak biasa maka untuk mengembangkan potensinya

mereka membutuhkan hal-hal berikut ini.

a. Anak berbakat membutuhkan peluang untuk mencapai aktualisasi potensinya

melalui penggunaan fungsi otak yang efektif dan efisien. Mereka tetap

Page 15: Makalah anak berbakat jadiii

membutuhkan pengembangan fungsi otaknya walaupun telah memiliki otak

yang hebat. Apalagi penggunaan kapasitas otak itu hanya 5% dari fungsi

keseluruhannya (Conny Semiawan, 1995). Melalui pendidikan terjadi

interaksi antara potensi bawaan individu dengan lingkungannya.

b. Membutuhkan peluang untuk dapat berinteraksi dengan anak-anak lainnya

sehingga mereka tidak menjadi manusia yang memiliki superioritas

intelektual saja tetapi merupakan manusia yang mempunyai tingkat

penyesuaian yang tinggi pula.

c. Membutuhkan peluang untuk mengembangkan kreativitas dan motivasi

internal untuk belajar berprestasi karena usaha pengembangan anak berbakat

tidak semata-mata hanya pada aspek kecerdasan saja.

Dengan memenuhi kebutuhan tersebut diharapkan anak berbakat tidak

hanya menjadi insan yang superior karena gagasan dan pemikirannya yang

cemerlang, tetapi ia juga dapat menjadi manusia harmonis dalam bergaul. Anak

berbakat adalah individu yang utuh yang dalam kesehariannya membutuhkan

orang lain.

2. Kebutuhan Pendidikan yang Berkaitan dengan Kepentingan Masyarakat

Kehadiran anak berbakat dengan potensinya yang bermakna sangatlah

merugikan jika potensi yang dimiliki anak tersebut tidak diakomodasi dan

didorong untuk berkembang sehingga dapat berguna dalam pengembangan

bangsa dan negara. Oleh karena itu, pendidikan anak berbakat membutuhkan

dukungan dari masyarakat, antara lain sebagai berikut.

a.  Membutuhkan kepedulian dari masyarakat terhadap pengembangan potensi

anak berbakat. Apabila kepedulian ini kurang atau tidak ada maka potensi anak

tersebut menjadi mubazir, maksudnya anak berbakat berada di bawah potensi

kemampuannya. Kepedulian ini digambarkan oleh Moh. Amin (1996) dengan

mengatakan bahwa sejak dahulu Plato telah menyerukan agar anak-anak

berbakat dididik secara khusus karena mereka ini diharapkan akan menjadi

pemimpin dalam segala bidang.

b.  Membutuhkan pengembangan sumber daya manusia berbakat. Usaha

pengembangan sumber daya manusia berbakat merupakan pengakomodasian

Page 16: Makalah anak berbakat jadiii

serta pengembangan aset bangsa karena anak-berbakat ini dapat menjadi

penopang dan pendorong kemajuan bangsa karena potensi yang dimilikinya

berkembang secara optimal.

c.  Anak berbakat membutuhkan keserasian antara kemampuannya dengan

pengalaman belajar. Oleh karena itu, pendidikan perlu mewujudkan lingkungan

yang kaya pengalaman sehingga dapat memenuhi perkembangan anak

berbakat. Anak-anak berbakat memiliki perspektif masa depan yang jauh

berbeda dengan orang lain.

d.  Membutuhkan usaha untuk mewujudkan kemampuan anak berbakat secara

nyata (rill) melalui latihan yang sesuai dengan segi keberbakatan anak berbakat

itu sendiri.

G. FENOMENA ANAK BERBAKAT DAN PENANGANANNYA

“Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus” (Pasal 5, ayat 4).

Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya” (pasal 12, ayat 1b).

(Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional)

Mengapa keberadaan  anak berbakat terkadang luput dari perhatian pihak

sekolah? Setidaknya ada dua alasan untuk bisa menjelaskannya, yaitu :

1. Generalisir bukan uniquely

Perlakuan guru sebagai personal maupun sekolah sebagai lembaga masih

memperlakukan siswa sama halnya seperti tukang sablon kaos. Setiap baju

harus disablon dengan warna, gambar dan model yang sama, sehingga

terciptalah ribuan baju yang sama dengan proses yang sama pula. Padahal

kenyataanya tidak semua baju bisa disablon, sablon hanya cocok dengan baju

berbahan kaos, itupun tidak semua kaos cocok untuk disablon.

Page 17: Makalah anak berbakat jadiii

Artinya perlakuan yang sama terhadap semua siswa akan memandulkan

potensi anak itu sendiri. Seperti anak yang diibaratkan kaos rombeng compang

camping, yaitu anak yang  kesehariannya sama sekali tidak ada

keistimewaaanya, sering jadi “trouble maker”, selalu mendapat nilai jelek, bila

terus dipaksakan disablon seperti kaos yang lainnya, maka hasilnya tak akan

bagus, malah sebaliknya.

Begitu pula dengan anak berbakat yang diibaratkan baju safari, bila

diperlakukan sama seperti kaos yang lain dengan disablon  maka akan merusak

baju safari tadi. Kesimpulannya setiap siswa adalah unik, jangan digeneralisir.

Proseslah mereka sesuai dengan potensi dan bakatnya masing-masing

seharusnya : uniquely bukan generalisir !

2. Pemahaman keliru

Banyak orang dewasa menghargai prestasi anak hanya dari tingginya

nilai raport, sebaliknya anak akan kurang mendapat apresiasi bila semua nilai

di raportnya jeblok, seakan tidak ada kebanggan di sana. Padahal siapa tahu

diantara anak yang nilainya jeblok itu terdapat anak yang berbakat. Berapa

banyak anak berbakat yang memiliki kecerdasan naturalis dan berpotensi

menjadi ahli botani,  animalogi atau peneliti. Namun, karena tak bisa

menjawab perhitungan rumit matematika atau tak kuasa menghafal tahun dan 

peristiwa bersejarah, maka ia luput dari perhatian orang dewasa di sekitarnya.

Atau anak yang dicap pendiam, menarik diri, pemalu dengan prestasi yang

biasa-biasa saja, padahal sebenarnya ia adalah anak berbakat yang memiliki 

kecerdasan eksistensial, laiknya plato atau Socrates! Jadi tak selamanya anak

berbakat hanyalah sekumpulan anak dengan IQ tinggi, bisa menghitung cepat,

mampu merecall semua data entry, dsb. Sebagai contoh; Galang Rambu Anarki

putra Iwan Fals, sama sekali tidak menonjol di sekolah, semua nilainya hancur,

sekolahpun jarang masuk. Namun di usia sangat muda (SD) ia sudah bisa

memainkan berbagai alat musik, membuat lagu, mengaransemen, dan tampil di

berbagai panggung. Artinya ia adalah anak berbakat di bidangnya yaitu musik.

Demikian pula dengan Ali (bukan nama sebenarnya) kapten tim kesebelasan

Page 18: Makalah anak berbakat jadiii

AC Milan Indonesia yang berhasil menjuarai turnamen sepakbola

Internasioanal di Italia. Ia adalah anak dari orang tua tidak mampu, dengan

prestasi sekolah yang tidak baik pula. Tapi sebenarnya ia adalah anak berbakat

di bidangnya, yaitu sepak bola. Jadi, ubahlah paradigma bahwa anak berbakat

hanyalah anak yang memiliki prestasi akedemis yang tinggi di sekolah.

H. SOLUSI ANAK BERBAKAT

Anak berbakat akan merasa frustasi bila diperlakukan sama dengan anak

lainnya, seperti perumpamaan “sablon kaos” di atas. Robert Boyle, bapak ilmu

kimia yang menemukan “Hukum Boyle” saja memutuskan untuk keluar SD,

karena merasa bosan dan jenuh di sekolah karena dalam banyak hal pemikiran dan

kemampuannya di atas teman-temannya, bahkan  guru-gurunya pun merasa

kewalahan dengan sikap kritisnya. Oleh karenanya harus ada penanganan khusus

bagi anak anak berbakat, seperti :

1)   Menyiapkan perangkat khusus di sekolah bagi anak berbakat, sehingga tanpa harus dipisahkan dari anak lainnya, kemampuan dan bakatnya tetap dapat dimaksimalkan

2)   Program akselerasi khusus untuk anak-anak berbakat

3)   Home-schooling, pendidikan non formal di luar sekolah (Thomas Alva Edison, Hellen Keller, Robert Boyle adalah  siswa home schooling di masanya)

4)   Menyiapkan guru yang dapat melakukan pendekatan individual, walau harus mengajar di kelas konvensional, dilengkapi dengan program sekolah yang jelas sofe ware/hard warenya.

5)  Membangun kelas khusus untuk anak berbakat.

Kelimanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, namun

setidaknya ada usaha untuk tidakterjadi proses pembiaran terhadap para anak

berbakat ini, sehingga bakat dan potensinya tidak hilang percuma.

I.   JENIS-JENIS LAYANAN BAGI ANAK BERBAKAT

Page 19: Makalah anak berbakat jadiii

Beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam memberi layanan

kepada anak berbakat adalah sebagai berikut.

1. Komponen sebagai Persiapan Penentuan Jenis Layanan

Sebelum menentukan jenis layanan pendidikan bagi anak berbakat, perlu

memperhatikan beberapa hal yang penting, antara lain sebagai berikut.

a.   Pengidentifikasian anak berbakat

Mengidentifikasi anak berbakat bukanlah hal yang mudah. Oleh karena

banyak anak-anak berbakat di sekolah tidak menampakkan bakat mereka dan

tidak dipupuk. Banyak diantara mereka berasal dari golongan ekonomi rendah,

mengalami masalah emosional yang menyamarkan kemampuan intelektualnya

atau subkultur yang menekan kemampuan bicara. Langkah pertama dalam

pengenalan anak berbakat adalah menentukan alasan atau sebab untuk mencari

mereka. Jika kita memilih kelompok matematika maka pendekatan akan

berlainan kalau kita mencari siswa yang mempunyai keterampilan menulis

kreatif atau untuk kemampuan seni pementasan, kepemimpinan, dan lain-lain.

Alat-alat yang digunakan dalam identifikasi berfokus pada beberapa hal,

seperti yang dikemukakan oleh Kirk (1986), yaitu kelancaran (kemampuan

untuk memberikan jawaban bagi pertanyaan yang diberikan), kelenturan

(kemampuan untuk memberikan berbagai macam jawaban atau beralih dari

satu macam respons ke respons yang lain), dan kemurnian (kemampuan untuk

memberikan respons yang unik dan layak). Namun, hal-hal yang ditemukan

oleh guru, orang tua, perlu dicek dengan tes standar dan pengukuran

kemampuan objektif lainnya oleh para ahli dalam bidang tersebut.

Selanjutnya Renzulli, dkk., seperti dikutip Conny Semiawan (1995)

mengemukakan bahwa identifikasi anak berbakat harus mewakili kawasan-

kawasan kemampuan intelektual umum, komitmen terhadap tugas, dan

kreativitas. Menurutnya kinerja seseorang secara khusus dipengaruhi oleh

motivasi yang muncul dalam menyelesaikan tugasnya dan ketiga dimensi itu

saling berhubungan. Prosedur identifikasi dengan sendirinya memperhatikan

faktor intelektual dan non intelektual. Pendekatan Renzulli ini penting karena

dapat membedakan anak-anak berbakat dari mereka yang biasa-biasa saja

terutama dilihat dari faktor motivasi dan kreativitas.

Page 20: Makalah anak berbakat jadiii

b.     Tujuan umum pendidikan anak berbakat

Tujuan program pendidikan anak berbakat adalah (1) anak-anak berbakat

harus menguasai sistem konseptual yang penting ada pada tingkat kemampuan

mereka dalam berbagai bidang mata pelajaran, (2) anak-anak berbakat harus

mengembangkan keterampilan dan strategi yang memungkinkan mereka

menjadi mandiri, kreatif, dan memenuhi kebutuhan dirinya, dan (3) anak-anak

berbakat harus mengembangkan suatu kesenangan dan kegairahan tentang

belajar yang akan membawa mereka melalui kerja keras dan kerutinan yang

merupakan bagian proses yang tidak dapat dihindarkan (Samuel A. Kirk, 1986).

c.     Kebutuhan pendidikan anak berbakat baik itu kepentingan individu anak

berbakat itu sendiri maupun untuk kepentingan masyarakat

Dari analisis komponen-komponen tersebut diciptakan jenis layanan

pendidikan yang merupakan alternatif dalam implementasi pendidikannya.

2.  Komponen sebagai Alternatif Implementasi Jenis Layanan

Berikut ini akan dikemukakan hal-hal yang berkaitan dengan implementasi

layanan pendidikan anak berbakat.

a. Ciri Khas Layanan yang sesuai dengan Kebutuhan Anak Berbakat

1) Adaptasi lingkungan belajar

Ada beberapa alasan dalam mengadaptasi lingkungan belajar, yaitu (a)

untuk memberi kesempatan anak berbakat dalam berinteraksi dengan teman

yang seusia, (b) untuk memudahkan guru dalam mengajar karena

berkurangnya keanekaragaman siswa, dan (c) untuk menempatkan siswa

berbakat dengan pengajar yang yang mempunyai keahlian khusus dalam

menangani anak berbakat. Sehubungan dengan adaptasi lingkungan belajar

ini Gallagher, dkk. (1983) mengemukakan ada beberapa cara sebagai berikut.

a)  Kelas pengayaan, guru kelas melaksanakan suatu program tanpa bantuan

petugas dari luar.

b)  Guru konsultan, pelaksanaan program pengajaran dalam kelas biasa

dengan bantuan konsultan khusus yang terlatih.

Page 21: Makalah anak berbakat jadiii

c)  Ruangan sumber belajar, siswa berbakat meninggalkan ruang kelas biasa

ke ruangan sumber untuk menerima pengajaran dari guru yang terlatih.

d)  Studi mandiri, siswa memilih proyek-proyek dan mengerjakannya di

bawah pengawasan seorang guru yang berwewenang.

e)  Kelas khusus, siswa berbakat dikelompokkan bersama-sama di sekolah

dan diajar oleh guru yang dilatih khusus.

f)  Sekolah khusus, siswa berbakat menerima pengajaran di sekolah

khusus dengan staf guru yang dilatih secara khusus.

Selanjutnya, Utami Munandar (1996) mengemukakan bahwa

alternatif lingkungan belajar/tempat belajar anak berbakat dapat berupa

sekolah unggulan yang dapat menampung anak-anak berprestasi tinggi

dari daerah sekitarnya. Di sekolah unggulan itu mereka dihadapkan

dengan program yang memungkinkan akselerasi dan pengayaan.

2)   Adaptasi Program

Adaptasi program dilakukan dalam beberapa cara, diantaranya sebagai

berikut.

a)  Melalui percepatan/akselerasi siswa

Stanley (1979) mengemukakan beberapa cara percepatan, yaitu:

(1)  pemasukan ke sekolah pada usia dini, anak yang memperlihatkan

kematangan sosial dan intelektual diperbolehkan memasuki Taman Kanak-

kanak pada usia lebih muda dari anak pada umumnya;

(2)  pelompatan tingkat/kelas, anak dengan cepat naik kelas pada kelas/tingkat

berikutnya walaupun belum saatnya kenaikan kelas;

(3)  percepatan materi, anak mengikuti materi standar dengan waktu yang

lebih singkat, misalnya belajar di Sekolah Menengah Pertama hanya dua

tahun;

(4)  penempatan yang maju, siswa mengambil pelajaran di Perguruan

Tinggi sementara ia masih di Sekolah Menengah Atas; dan

(5)  pemasukan ke Perguruan Tinggi yang lebih awal, seorang siswa yang

sangat maju bisa masuk Perguruan Tinggi dalam usia 13, 14 atau 15 tahun.

b)  Melalui pengayaan

Page 22: Makalah anak berbakat jadiii

Pengayaan isi (mata pelajaran) memberi kesempatan pada siswa untuk

mempelajari materi secara luas, seperti menggunakan ilustrasi khusus,

membuat contoh-contoh, memperkaya pandangan, dan menemukan sesuatu.

c)  Pencanggihan materi pelajaran

Materi pelajaran harus menantang anak berbakat untuk menggunakan

pemikiran yang tinggi agar mengerti ide, dan memiliki abstraksi yang tinggi.

Materi pencanggihan ini tidak terdapat dalam kurikulum/program pendidikan

biasa.

d)   Pembaruan

Pembaruan isi pelajaran adalah pengenalan materi yang biasanya tak

akan muncul dalam kurikulum umum karena keterbatasan waktu atau

abstraknya sifat isi pelajaran. Tujuan pembaruan ini ialah untuk membantu

anak-anak berbakat menguasai ide-ide yang penting. Jenis pembaruan materi

pelajaran, misalnya guru mengajak siswa untuk memikirkan konsekuensi

kemajuan teknologi (AC, komputer, TV, dan lain-lain).

e) Modifikasi kurikulum sebagai alternatif

(1) Kurikulum plus

Herry Widyastono (1996) mengemukakan bahwa kurikulum plus

dikembangkan dari kurikulum umum (nasional) yang diperluas dan

diperdalam (pengayaan horizontal dan vertikal), agar siswa mampu

memanifestasikan (mewujudkan) potensi proses berpikir tingkat tinggi

(analisis, sintesis, evaluasi, dan pemecahan masalah) yang dimiliki,

tidak sekadar proses berpikir tingkat rendah (ingatan/pengetahuan,

pemahaman, dan penerapan), seperti anak pada umumnya yang sebaya

dengannya.

(2) Kurikulum berdiferensiasi

Conny Semiawan (1995) mengemukakan bahwa kurikulum

berdiferensiasi dirancang dengan mengacu pada penanjakan kehidupan

mental melalui berbagai program yang akan menumbuhkan kreativitas

serta mencakup berbagai pengalaman belajar intelektual tingkat tinggi.

Kurikulum ini tidak memerlukan sekolah khusus anak berbakat. Dalam

model ini, anak berbakat yang menonjol dalam bidang tertentu bisa

Page 23: Makalah anak berbakat jadiii

memperoleh materi yang lebih banyak sehingga bakatnya menonjol.

Dalam pengayaan, bukan materi dan jam pelajarannya yang ditambah

secara kuantitatif tetapi yang paling penting adalah suatu desain yang

secara kualitatif berbeda dengan anak normal.

Kurikulum ini memungkinkan guru untuk mendiferensiasi kurikulum

tanpa mengganggu kelancaran pembelajaran di dalam kelas.

b. Strategi Pembelajaran dan Model Layanan

1) Strategi pembelajaran

Strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak berbakat sangat

mendorong anak tersebut untuk berprestasi. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam menentukan strategi pembelajaran adalah sebagai berikut.

a)  Pembelajaran anak berbakat harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat

kompleksitas yang lebih sesuai dengan kemampuannya yang lebih tinggi dari

anak normal.

b)  Pembelajaran pada anak berbakat tidak saja mengembangkan kecerdasan

intelektual semata, tetapi pengembangan kecerdasan emosional juga patut

mendapat perhatian. Utami Munandar (1996) mengemukakan bahwa

kreativitas dan motivasi internal anak berbakat perlu dikembangkan untuk

belajar berprestasi.

c) Pembelajaran anak berbakat berorientasi pada modifikasi proses, isi/content,

dan produk. Sehubungan dengan itu, M. Soleh YAI (1996)

mengemukakan 3 jenis modifikasi sebagai berikut. Modifikasi proses adalah

metodologi atau cara guru mengajar termasuk cara mempresentasikan isi

materi kepada siswa yang berorientasi kepada berpikir tingkat tinggi,

banyak pilihan, mengupayakan penemuan, mendukung penalaran atau

argumentasi, kebebasan memilih, interaksi kelompok dan simulasi, serta

kecepatan dan variasi proses. Modifikasi isi adalah modifikasi dalam

materi pembelajaran baik berupa ide, konsep maupun fakta.

Pembelajaran dimulai dari hal yang konkret, menuju ke hal yang kompleks,

abstrak dan bervariasi. Modifikasi produk atau hasil adalah produk

kurikulum yang tidak dapat dipisahkan dari isi materi dan proses

Page 24: Makalah anak berbakat jadiii

pembelajaran yang dikembangkan dan merupakan hasil dari proses yang

dievaluasi untuk menentukan efektivitas satu program.

2) Model-model layanan

Model-model layanan yang dimaksud dalam tulisan adalah ini model yang

mengarah pada perkembangan anak berbakat diantaranya layanan

perkembangan kognitif, nilai, moral, kreativitas dan bidang khusus. Berikut

ini akan dikemukakan apa dan bagaimana implementasi dari model-model itu

(adaptasi dari Conny Semiawan, 1995):

a) Model layanan kognitif-afektif

Sasaran akhir dari model ini adalah pengembangan bakat. Oleh karena

itu, dalam proses pembelajaran sangat memperhitungkan kreativitas dan sisi

kognitif afektif yang merupakan dinamika dari proses perkembangan bakat

tersebut. Metode atau cara dalam melaksanakan model tersebut, yaitu dengan

cara pemberian stimulus langsung pada belahan otak kanan, dan metode tak

langsung dengan menghayati pengalaman belajar atau percakapan tertentu

secara mendalam.

b)  Model layanan perkembangan moral

Sasaran model ini adalah tercapainya kemandirian moral atau

tanggung jawab moral yang diperoleh melalui sosialisasi dan individualisasi

dalam kaitan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai

makhluk individu ia berhak mencipta, menyatakan diri secara mandiri,

namun sebagai makhluk sosial ia harus dapat meletakkan kepentingannya

dalam kepentingan masyarakat. Pendidikan moral anak berbakat seyogianya

harus jauh lebih luas dari yang diperoleh di kelas. Usaha mengimplementasikan

model ini adalah sekolah harus menciptakan suasana dengan mengacu pada

kemampuan berpikir, yang dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip dan

kepedulian terhadap yang lain. Oleh karena itu, Vare dalam Khatana, 1992

mengusulkan strategi untuk mengembangkan moral adalah: mengadakan

diskusi dengan teman sebaya mengenai dilema atau klarifikasi nilai,

membaca hasil penelitian tentang moral, bermain peran, simulasi, drama kreatif

dan permainan, penelitian kelompok atau kelas mengenai ketentuan hukum

Page 25: Makalah anak berbakat jadiii

(strategi yuridisprudensial), dan diskusi dengan lingkungan masyarakat

tentang isu sekolah.

c)  Model perkembangan nilai

Model ini memperhatikan peranan kehidupan afektif (emosional) sehari-

hari, seperti rasa senang, sedih, takut, bangga, malu, rasa bersalah, dan

bosan. Perasaan-perasaan ini membentuk sikap seseorang dan sebaliknya

perkembangan nilai erat hubungannya dengan perkembangan sikap dan

merupakan kerangka pembentukan moral seseorang. Oleh karena itu, strategi

pengembangan nilai erat kaitannya dengan strategi perkembangan moral.

d)  Layanan berbagai bidang khusus

Bidang-bidang khusus ini adalah kepemimpinan, seni rupa dan seni pertunjukan.

(1)   Kepemimpinan

Kepemimpinan menurut Stogdill (1977) adalah kemampuan, hasil belajar,

tanggung jawab, partisipasi, status, dan situasi.

(a) Kemampuan kepemimpinan terkait dengan inteligensia, kepekaan dan

penilaian. Sifat-sifat ini dapat diamati dalam kegiatan ekstrakurikuler

(bagi anak remaja).

(b) Hasil belajar, terkait dengan pengetahuan, kemajuan persekolahan atau

data authentic. Hal ini dapat dilatih dibangku sekolah melalui

berbagai pengalaman belajar dan dapat dilihat dari kinerja pesertanya.

(c) Tanggung jawab, terkait dengan prakarsa, percaya diri dan keinginan

melebihi teman-temannya. Ini dapat dilatih melalui tugas kelompok, dan

tugas konstruksi tertentu yang dapat menampilkan keinginan untuk

melebihi, dan mudah dapat diciptakan.

(d) Partisipasi, menunjuk pada keaktifan, keluwesan, bergaul, kerja sama,

kemampuan menyesuaikan diri dan humor. Kemampuan itu dapat

dilatihkan melalui berbagai permainan, seperti penugasan membuat

karangan tentang diri sendiri yang dapat menampilkan sifat kepemimpinan

tersebut.

(e) Status, terkait dengan potensi sosial ekonomis dan popularitas. Hal ini

dapat diamati dalam pergaulan sehari-hari.

Page 26: Makalah anak berbakat jadiii

(f) Situasi, terkait dengan tingkat mental, keterampilan, kebutuhan, dan

interest. Biasanya informasi tentang kualitas situasi ini diperoleh melalui

analisis sosiometrik.

(2) Kelompok seni dan pertunjukan

Seni rupa dan pertunjukan adalah sifat-sifat pribadi khusus dan

produktivitas. Pendekatan biasanya dilakukan melalui pengamatan dan layanan

bersifat khusus melalui kinerja atau pertunjukan. Layanan perilaku musik dapat

diadakan dengan menyelesaikan melodi musik menurut fantasinya sendiri,

meniru langsung tanpa tanda baca not balok di alat music tertentu, latihan

irama, mengingat lagu atau melodi tertentu tersebut.

c.  Layanan perkembangan kreativitas

Pengembangan kreativitas terdiri dari beberapa tingkat, seperti berikut.

1)  Tingkat kreativitas pertama, ditandai oleh fleksibilitas, originalities, serta

keterbukaan terhadap masalah yang disertai keberanian mengambil risiko.

Latihannya adalah berilah secarik kertas kepada anak dengan pertanyaan

”Siapa Anda”. Tugasilah anak menulis sembilan jawaban tentang dirinya yang

tidak boleh dilihat oleh temannya. Suruhlah mereka periksa secara cermat,

barangkali ada jawaban yang ingin diubahnya karena dirasakannya tidak

sesuai dengan dirinya. Setelah selesai bagilah murid menjadi 5 atau 8 orang per

kelompok dan suruhlah mereka saling membicarakan jawabannya. Tujuannya

adalah untuk saling menghayati keunikan dirinya. Selanjutnya dapat diberi

pertanyaan secara terbuka.

2)  Tingkat kreativitas kedua, ditandai oleh adanya pemetaan masalah dengan

mencari pemecahan masalah secara teratur (organized). Misalnya, “Lima

hari sekolah” dapat dipetakan dalam kelompok masalah dan bagaimana

perlakukan subjek terhadap masalah tersebut. Kemudian, guru dapat

memberikan beberapa pertanyaan yang menuntut pemikiran evaluatif atau

aneh seperti persamaan dan perbedaan raksasa dan orang kerdil.

3)  Tingkat kreativitas ketiga, dengan mengadakan perumusan masalah

berdasarkan asumsi tertentu, seperti mencari berbagai informasi tentang hal

tertentu, analisis desain yang sistemik serta meramalkan sesuatu

Page 27: Makalah anak berbakat jadiii

(hipotesis), membuktikan kebenaran suatu ramalan, dan membuat projek

mandiri tentang topik tersebut. Selanjutnya, dapat dibuka berbagai pusat

kegiatan, misalnya pusat sains dan pusat pengembangan pengabdian pada

masyarakat.

d.  Stimulasi imajinasi dan proses inkubasi

Hal lain yang perlu dilakukan adalah mengembangkan stimulasi imajinasi

kreatif dan proses inkubasi.

1)   Stimulasi imajinasi kreatif adalah proses mental manusiawi yang

menjadikan semua kekuatan motif berprestasi untuk menstimulasi dan

memberi energi pada tindakan kreatif. Hal ini dapat dilakukan dengan

mengembangkan fungsi otak kiri dan faktor khusus, seperti kualitas

suasana rumah, pola asuh ibu-anak atau bapak-anak, komunikasi

antarkeluarga sehingga terjadi interaksi anak dengan lingkungannya.

2)   Proses inkubasi adalah tahap berpikir kreatif dan pengatasan masalah

(problem solving) dimana fungs mental yang tadinya digerakkan oleh

persiapan yang direncanakan secara intensif sehingga tercapai pemahaman

yang mengarah pada pemecahan masalah.

e. Desain pembelajaran

Sebagaimana kita ketahui bahwa anak berbakat terus-menerus

memerlukan stimulus untuk mencapai perkembangan yang optimal. Oleh

karena itu, kita perlu merencanakan desain pembelajaran yang khusus.

Renzulli mengemukakan bahwa langkah-langkah penting untuk diperhatikan

dalam mendesain pembelajaran adalah sebagai berikut: Seleksi dan latihan

guru, pengembangan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan belajar dalam

segi akademik maupun seni, prosedur identifikasi jamak, pematokan sasaran

program, orientasi kerja sama antarpersonel, rencana evaluasi, dan

peningkatan administratif.

Hal-hal tersebut dapat dikelompokkan menjadi karakteristik dan

kebutuhan belajar anak, persiapan tenaga guru, pengembangan kurikulum

Page 28: Makalah anak berbakat jadiii

yang sesuai dengan kebutuhan anak, adanya kerja sama antarpersonel, pola

administrasi, dan rencana evaluasi yang digunakan.

Selanjutnya, dalam menentukan alternatif pembelajaran M. Soleh (1996)

mengemukakan bahwa ada pilihan khusus, seperti (1) mengemas materi

bidang studi tertentu agar sesuai dengan kebutuhan belajar anak berbakat,

kemudian berangsur-angsur ke bidang studi lain; (2) melatih teknik mengajar

tertentu kepada guru bidang studi seperti teknik pembelajaran pengembangan

kreativitas; dan (3) mencobakan beberapa model pembelajaran di sekolah

atau daerah tertentu dan jika diperoleh hasil yang baik, kemudian

menyebarluaskannya ke sekolah lain.

f.   Evaluasi

Proses evaluasi pada anak berbakat tidak berbeda dengan anak pada

umumnya, namun karena kurikulum atau program pelajaran anak berbakat

berbeda dalam cakupan dan tujuannya maka dibutuhkan penerapan evaluasi yang

sesuai dengan keadaan tersebut.

Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar anak berbakat.

Sehubungan dengan hal itu Conny Semiawan (1987, 1992) mengemukakan bahwa

instrumen dan prosedur yang digunakan mengacu pada ketuntasan belajar adalah

pengejawantahan dari kekhususan layanan pendidikan anak berbakat, hasil umpan

balik untuk keperluan tertentu, pemantulan tingkat kemantapan penguasaan suatu

materi sesuai dengan sifat, keterampilan, dan kemampuan maupun kecepatan

belajar seseorang. Model pengukuran seperti tersebut di atas adalah pengukuran

acuan kriteria (criterion-reference). Sebaliknya ada pengukuran acuan norma yang

membandingkan keberbakatan seseorang dengan temannya. Kedua cara tersebut

tidak selalu menunjuk hasil akhir yang diinginkan, melainkan merupakan

petunjuk bidang mana yang sudah dikuasai individu sehingga memberikan

keterangan mengenai taraf kemampuan yang dicapai tanpa tergantung pada

kinerja temannya. Penting untuk diperhatikan bahwa sebaiknya disertai dengan

saran mengenai model evaluasi yang perlu diterapkan,apakah tes atau nontes.

J. PENERAPAN PENDIDIKAN KEBERBAKATAN DI INDONESIA

Page 29: Makalah anak berbakat jadiii

Meskipun secara jelas dicantumkan dalam Undang Undang No 2 tahun

1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional mengenai adanya hak bagi peserta

didik untuk mendapatkan pelayanan pendidikan khusus bagi yang memiliki

kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa, masih sedikit yang memenuhinya

bahkan dari sekolah milik pemerintah sekalipun.

Sejarah pendidikan di Indonesia pada era orde baru mencatat berbagai

upaya dari berbagai tokoh pendidikan bangsa ini untuk menerapkan hakikat

pendidikan dan prinsip-prinsip demokratisasi pendidikan bagi anak-anak

berbakat, jauh sebelum dikeluarkannya peraturan perundang-undangan tersebut.

Misalnya seperti terdapat dalam uraian  tentang perjalanan sejarah pengananan

anak-anak berbakat berikut :

1.  Awal tahun 1970, di kenal istilah PP II (proyek perintis II) dilaksanakan oleh

institud pertanian bogor. Mahasiswa yang di terima melalui jalur PP II di

rekrut langsung dari sekolah asalnya tanpa mengikuti ujian masuk seperti

mahasiswa biasa (reguler) gagasan ini datang dari prof.DR. Andi Hakim

Nasution.

2. Tahun 1982, di pendidikan dasar dan menengah mulai di ujicobakan layanan

pendidikan bagi anak berbakat. Proyek ini mencakup jenjang SD,SLTP,SMA

yang berlokasi di perkotaan (jakarta) dan pedesaan (cianjur). Para siswa di

identifikasi melalui proses tes dan nontes dengan bentuk pelayanan program

pengayakan dan kelas kusus di luar waktu sekolah(puul out progame). Karena

keterbatasan dana sekolah rintisan ini hanya mampu berjalan tiga tahun.

3.  Tahun 1987,merupakan tahun awal kebangkitan kesadaran sekolah swasta

untuk “ melanjutkan layanan program anak pendidikan bagi anak berbakat” 

SD ade irma suryana nasution, jakarta dan sekolah-sekolah di bawah naungan

al ashar kemang sifa budi, jakarta merupakan sekolah propor bagi pendidikan

anak berbakat. Para siswa di seleksi dengan pendekatan konsep Renzuli.

4. Tahun 1989, Menhankam Jendral Benny Murdani menyarankan untuk

mencari bibit unggul dari seluruh plosok nusantara dan sekaligus pendidiknya

dalam suatu tempat kusus. Wujud gagasan ini berupa lahirnya SMU Taruna

Nusantara di Malang yaitu sekolah berassrama yang menitiberatkan  pada

pengembangan potensi pribadi secara optimal termasuk kepemimpinan

Page 30: Makalah anak berbakat jadiii

5. Tahun ajaran 1994/1995, departemen pendidikan dan kebudayaan dibawah

prof. DR. Wardiman djoyo negoro memperkenalkan konsep sekolah unggul/

shcool of excellence. Konsep ini mengakomodasi kebutuhan siswa-siswi

dalam katagori siwa cepat( fast learners), dan siswa berbakat(gifted) dari hasil

penelitian oleh reni akbar hawadi, dkk. (1997 pada 20 smu unggulan di 16

profinsi, terdapat 25 % siswa SMU unggulan yang memiliki taraf kecerdasan

umum yang berfungsi di bawah rata-rata, sedangkan mereka yang memenuhi

persaratan yang diminta (sebagai anak berbat dan siswa cepat) hanya 9.5%.

Penegasan secara eksplisit dinyatakan pada pasal 24, yaitu setiap peserta

didik pada satuan pendidikan mempunyai hak-hak sebagai berikut :

Ayat  (1)  mendapat perilakuan sesuai dengan bakat , minat dan

kemampuanya.

Ayat (2) mengikuti progam pendidikan yang bersangkutan dengan

dasar pendidikan berkelanjutan, baik untuk mengembangkan kemampuan

diri, maupun untuk memperoleh pengakuan tingkat pendidikan tertentu yang

telah diberlakukan;

Ayat (6) menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari dari waktu

yang telah ditentukan”

     Amanat tersebut ditinjak lanjuti dengan PP Nomor 28 tahun 1990 tentang

pendidikan dasar dan Kep. Mendikbud nomor 0487/U/1992 untuk Sekolah

Dasar. Dalam Kep. Mendikbut tersebut, pasal 15 ayat (2) menyatakan bahwa”

pelayanan pendidikan bagi siswa yang memiliki bakat istimewa dan

kecerdassan luar biasa dapat melalui jalur pendidikan sekolah dengan

menyelenggarakan program percepatan, dengan ketentuan telah mengikuti

pendidikan SD dengan sekurang-kurangnya lima tahun”

Untuk SLTP di tindak lanjuti dengan Kep. Mendikbud nomor

054/U/1993. Kep. Mendikbud pasal16 ayat (1) menyebutkan bahwa” siswa

yang memiliki bakat istimewa dan kecerdassan luar biasa dapat

menyelesaikan program belajar lebih awal dari yang telah ditentukan, dengan

ketentuan telah mengikuti pendidikan SLTP sekurang-kurangnya dua tahun.”

    Sementara itu khusus pendidikan menengah , diatur dalam PP nomor29

tahun 1990 yang ditindaklanjuti dengan Kep. Mendikbud nomor 054/U/1992

Page 31: Makalah anak berbakat jadiii

untuk SMU. DALAM Kep. Mendikbud tersebut , pasal 16 ayat (1)

menyebutkan bahwa” siswa yang memiliki bakat istimewa dan kecerdassan

luar biasa dapat menyelesaikan program belajar lebih awal dari yang telah

ditentukan, dengan ketentuan telah mengikuti pendidikan SMU sekurang-

kurangnya dua tahun.”

Tingkat keseriusan pemerintah tampak dalam pemberian pelayanan

pendidikan anak berbakat yag selalu dituangkan dalam GBHN periode lima

tahunan. Dalam GBHN tahun 1998 dinyatakan bahwa “ peserta didik yang

memiliki tingkat kecerdasan luar biasa mendapat perhatian dan pelajaran

lebih khusus agar dapat dipacu perkembangan prestasi dan bakatnya tanpa

mengabaikan potensi peserta didik lainya”.

Bertolak dari amanat-amanat itu, Menteri Pendidikan Nasional pada

Rakernas tahun 2000, yang bertepatan dengan hari pendidikan nasional

mencanangkan program percepatan belajar untuk SD,SLTP, dan SMU.

Pada tahun pelajaran 2001/2002, pemerintah, melalui direktorat

pendidikan luar biasa, menetapkan kebijakan untuk melakukan sosialisasi

atau melaksanakan pemetaan untuk sekolah yang mengajukan proposal untuk

menyelenggarakan program percepatan belajar, khususnya di ibu kota

beberapa propinsi yang diantara tujuannya  adalah:

1. Memberikan pelayanan terhadap peserta didik yang memiliki karakteristik

khusus dari aspek kognitif dan afektifnya.

2. Memenuhi hak asasinya selaku peserta didik sesuai dengan kebutuhan

dirinya

3. Memenuhi minat intelektual dan prespektif masa depan peserta didik

4. Menyiapkan peserta didik menjadi pemimpin masa depan

5. Menghargai peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar

biasa  untuk bisa menyelesaikan pendidikan lebih cepat

6. Memacu kualitas atau mutu siswa dalam meningkatkan kecerdasan

spiritual, intelektual, dan emosional secara berimbang

7. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran peserta didik.

K. Permasalahan yang Dihadapi Anak Berbakat

Page 32: Makalah anak berbakat jadiii

Permasalahan-permasalahan yang dihadapi anak berbakat di antaranya

adalah :

1. Labeling

Memberikan label pada anak berbakat bahwa ia berbakat dapat menimbulkan

harapan terhadap kemampuan anak tersebut dan dapat mengakibatkan beban

mental bilamana anak tersebut tidak dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh si

pemberi label.

2. Memberi nilai (grading) dalam bentuk angka

Pemberian angka bagi anak berbakat dapat menimbulkan permasalahan bilamana

angka yang dimilikinya tidak menggambarkan kemampuannya. Angka seringkali

tidak cermat, artinya sering kurang mencerminkan kemampuan yang sebenarnya.

Terutama bagi anak berbakat, penilaian

dalam bentuk angka turut berbicara, karena mereka sangat sensitive, angka ini

menjadi kepedulian yang besar yang kadangkala juga terlalu berlebihan. Oleh

karena itu, pemberian angka harus dilakukan secara hati-hati dan lebih mengacu

kepada penilaian berdasarkan criteria.

Mengatasi penilaian yang kurang cermat bagi anak berbakat dapat dilakukan

dengan self-diagnose. Pemeriksaan kembali pekerjaan dapat menjadikan siswa

menyadari apa kesalahannya dan mengapa kesalahan-kesalahan tersebut

dibuatnya.

3. Underachievement

Underachievement diantara anak berbakat adalah kinerja yang secara signifikan

berada di bawah potensinya (Kitano and Kirty, 1986). Hal ini dapat terjadi karena

anak berbakat mengalami berbagai tekanan baik dari rumah, sekolah maupun

teman sebayanya. Tekanan-tekanan yang

dialami anak berbakat antara lain :

a. Perasaan bahwa ia harus menjadi manusia sempurna dan sangat inteligen.

b. Keinginan untuk menjadi sangat kreatif dan luar biasa, yang kemudian

diterjemahkan sebagai manusia yang lain dari yang lain.

c. Kepedulian untuk dikagumi oleh teman sebaya karena penampilannya dan

popularitasnya. (Colangelo, 1991) Tekanan yang dialami anak berbakat

diinternalisasikan pada dirinya karena orang-orang disekitarnya telah mengagumi

Page 33: Makalah anak berbakat jadiii

mereka karena keluarbiasaan kemampuannya. Hal ini membuat mereka merasa

sulit untuk mencapai kemajuan bila tidak dipuji. Kekuatan intrinsic reinforcement

tergantung pada kekuatan extrinsic reinforcement.

4. Konsep diri

Konsep diri terbentuk bukan hanya dari bagaimana orang lain memandang tentang

dirinya, tetapi juga bagaimana dia sendiri menghayati pengalaman tersebut. Anak-

anak yang berbakat sangat ambivalent sikapnya terhadap keberbakatannya, dan

cenderung anak berbakat mempersepsikan dirinya secara positif, namun

mengganggap bahwa lingkungannya yaitu teman sebaya dan gurunya memiliki

pandangan negatif terhadap dirinya.

L. Bimbingan Karir Anak Berbakat

Karir merupakan suatu proses adaptasi seumur hidup yang terkait dengan

penyiapan diri terhadap kerja, dunia kerja dan berganti posisi kerja, maupun

meninggalkan dunia kerja. Karir mempersoalkan bagaimana seseorang bertindak

dalam setiap posisi yang ia duduki (Healy, 1982). Pengembangan karir merujuk

pada pilihan tertentu dari suatu alternative pilihan yang tersedia. Pilihan pekerjaan

tertentu harus disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki seseorang dengan

kecocokan dari tuntutan pekerjaannya. Hal yang harus diperhatikan dalam

pengembangan karir adalah adanya pemahaman, kemampuan dan ketetapan hati

terhadap pilihan karir, oleh karena itu seseorang yang menempuh karir harus :

1. Terbuka dan awas untuk mengenal kemungkinan-kemungkinan yang ada,

2. Mempergunakan kesempatan yang sesuai dengan kemampuan yang ada,

3. Menerapkan kemampuan dan mewujudkan diri usai memilih (Healy, 1982).

Anak berbakat harus belajar bagaimana memperoleh kemampuan menguasai

karirnya dan tidak mengalami kesulitan dalam menghadapinya. Super (1957

dalam Healy,1982) mengemukakan lima tahap karir yang umum berlaku, yaitu :

1. Masa pertumbuhan (0,0 – 14 tahun). Pada masa ini anak perlu memiliki

peralatan, kebiasaan teratur, kesadaran, pembentukan sikap dan kesempatan untuk

mulai meminati suatu karir tertentu,

Page 34: Makalah anak berbakat jadiii

2. Masa penjelajahan (eksplorasi) (15 – 24 tahun). Masa dimana remaja mengkaji

berbagai kesesuaian dari berbagai kemungkinan dalam mempersiapkan alternatif

tertentu.

3. Masa penegakan (25 – 44 tahun). Pada masa ini manusia dewasa muda

meningkatkan keterampilan dan kemampuannya untuk memastikan posisinya.

4. Masa mempertahankan (45 – 65 tahun). Merupakan masa konsolidasi dan

penyempurnaan kemampuan, pekerjaan dan kedudukannya.

5. Masa penurunan (65 tahun). Masa mengurangi kegiatan dan mempersiapkan

diri meninggalkan pekerjaan sehingga dapat

menggunakan sisa energinya untuk berbagai aktivitas dasar kehidupan lainnya.

Konsep tahap perkembangan karir ini menjadi dasar bagi pengembangan strategi

konseling karir. Bagi perkembangan kemampuan anak berbakat, stimulasi

lingkungan diperlukan dalam eskalasi ke arah berfungsinya tingkat tinggi

kreativitas dalam upaya pencapaian aktualisasi diri. Sampai dimana pengaruh

stimulasi ini memiliki efek minimum atau maksimum sangat tergantung dari

posisi individu dalam siklus tersebut . Eskalasi dari tahap perkembangan yang

satu ke tahap perkembangan berikutnya pada anak berbakat sering kali mengalami

diskontinuitas. Perkembangan kognitif maupun afektif untuk mencapai tingkat

kreativitas seringkali mengalami dysplasia, yaitu terjadi halangan (block) yang

mencegah eskalasi mencapai kreativitas. Dysplasia ini bisa bersifat tuggal ataupun

jamak, artinya bisa karena segi kognitifnya ketinggalan dalam perkembangan atau

karena segi afektifnya yang ketinggalan, ataupun karena kedua-duanya mengalami

keterlambatan dalam perkembangan. Upaya untuk meningkatkan proses eskalasi

mencapai kreativitas perlu memperhatikan pengatasan diskontinuitas

perkembangan (developmental discontinuity). Penanganan konseling sedini

mugkin perlu dilakukan dalam mengatasi dysplasia yang mungkin dialami anak

berbakat yang dapat mengakibatkan terhambatnya kemampuan anak berbakat

untuk mencapai perkembangannya seoptimal mungkin. Perbedaan konseling karir

anak berbakat dengan anak lainnya dapat terlihat karena anak berbakat memiliki

karakteristik, kebutuhan, perkembangan dan permasalahan yang berbeda dengan

anak-anak lainnya, sehingga penanganannyapun perlu diberikan berbeda.

Penemuan berbagai masalah khas anak berbakat memunculkan fungsi konseling

Page 35: Makalah anak berbakat jadiii

anak berbakat yang berbeda dengan fungsi konseling anak lainnya. Hal yang

harus diperhatikan dalam fungsi konseling keberbakatan yaitu :

1. Konseling menjangkau lebih banyak orang daripada konselor dan konselie

sendiri, bahkan mencakup juga orang –orang yang tidak professional dalam

rangka membangun komunikasi yang baik antara lingkungan dan mereka yang

berbakat.

2. Rentangan waktu konseling tersebut juga mencakup jangka waktu yang

panjang, artinya penyelesaian persoalan memakan waktu lebih panjang dan

bahkan lebih sering menuntut tindak lanjut di luar jam konseling itu sendiri,

bahkan bisa mencakup seluruh waktu hidupnya. (Conny Semiawan, 1996).

Diskontinuitas dalam perkembangan yang dihadapi anak berbakat yang

disebabkan ketidakrataan dari akselerasinya tetap menuntut untuk mencapai

aktualisasi diri, oleh karena itu fungsi utama dari konseling keberbakatan adalah :

1. Membantu perkembangan pribadi anak berbakat dan membantu mengatasi

kendala-kendala emosional maupun kendala lingkungan

2. Membantu memaksimalkan kemajuan belajarnya dan penempatannya pada

perguruan tinggi, serta kemudian menempuh karir professional sesuai bakat dan

minatnya (Gourau, 1979 dalam Gallaghan, 1979). Kecemasan (anxiety), stress

maupun aspek emosional lainnya juga merupakan masalah yang acapkali dialami

anak berbakat, hal ini tentu saja akan sangat mengganggu perkembangan pribadi

anak berbakat mengambil keputusan (indecisiveness) mencapai kesehatan mental,

kreativitas dan aktualisasi diri. Situasi konseling karir dapat membantu anak

berbakat dalam menghadapi situasi-situasi psikologis yang dihadapinya. Jacoba

(1958, dalam Khatena, 1992) mengungkapkan perlu adanya penyesuaian yang

cocok terhadap kesehatan mental (appropriate adjustment toward mental health),

yaitu :

1. Adanya kesadaran diri tentang kecermatan, perasaan tentang diri dan identitas.

2. Konsep diri, proses motivasi dan investasi dalam kehidupan

3. Keseimbangan dan kekuatan psikis dalam individu, yaitu adanya tekanan pada

integrasi aspek kognitif dan penolakan terhadap stress

4. Pengaturan perilaku diri menjadi perilaku mandiri

5. Persepsi realita (persepsi dari distorsi kebutuhan dan sensitivitas sosial.

Page 36: Makalah anak berbakat jadiii

6. Penguatan lingkungan kemampuan, menyayangi pekerjaan dan permainan,

pandai bergaul, efisien dalam memenuhi tuntutan situasional, kemampuan

beradaptasi dan efisien dalam mengatasi masalah.

Interaksi-interaksi konseling dapat mencegah kendala-kendala emosional dengan

cara :

1. Pengembangan keterampilan interpersonal (interpersonal skills)

2. Penggunaan kemampuan intelektual (intellectual abilities), dan

3. Mekanisme penyesuaian (coping mechanism) yang lain.

a. Pengembangan keterampilan interpersonal

Bimbingan dalam hal ini diarahkan pada upaya membantu anak berbakat untuk

mampu meletakkan kepentingannya dalam kepentingan kelompok yang lebih luas

dengan bersikap jujur, bersungguh-sungguh, terarah namun diplomatis. Semakin

anak berbakat mampu mencapai kematangan intelektual, semakin cermat ia

mengamati sikap, inters dan kemampuan orang lain, sehingga terjadi interaksi

dengan cara yang lebih konstruktif.

b. Penggunaan kemampuan intelektual

Menurut Torrance (1965, dalam Khatena 1992) untuk membentuk perilaku

konstruktif, terutama dalam menghadapi stress, dibutuhkan kemampuan kognisi,

memori, berfikir konvergen, berfikir divergen dan evaluasi. Kognisi dapat

membantu individu mengenali situasi serius dengan mengambil tindakan adaptif

dengan mengidentifikasi komponen-komponennya. Memori merupakan

kemampuan yang sangat penting yang terkait dengan stress, dengan mengingat

kembali pengalaman yang menyebabkan stress dan perlakuannya pada saat itu,

pengalaman yang lalu dapat mempengaruhi situasi stress yang baru. Berfikir

konvergen merupakan cara yang termudah dan tercepat dalam mengatasi stress,

karena menganut konformitas kelompok Berfikir divergen berperan dalam upaya

menghadapi perubahan yang cepat dan bertubi-tubi yang dihadapi individu.

Dengan berfikir divergen, individu mampu mengalihkan dan memiliki

kemungkinan alternatif dalam menyelesaikan suatu masalah. Berfikir evaluatif

berperan untuk mengenali seberapa seriusnya suatu masalah atau situasi yang

dialami individu. Berfikir evaluatif mencakup hubungan dengan lingkungan dan

menstruktur situasi untuk mengantisipasi konsekuensi dari suatu tindakan. Dalam

Page 37: Makalah anak berbakat jadiii

pengambilan keputusan, individu mengenali dan menerima keterbatasan

kemampuan dalam situasi tertentu.

c. Mekanisme penyesuaian yang lain

Mekanisme lain yang dapat digunakan dalam upaya mengatasi masalah yang

menyebabkan stress, yaitu mengambil resiko atau menghindarinya, menguasai

atau mengalami kegagalan, memberi muatan melebihi kekuatan (overloading)

atau membongkar muatan (unloading), menyangkal kebutuhan (denying need),

atau berdamai, mendorong melanjutkan upaya mengatasi

masalah. Anak berbakat umumnya memiliki kemampuan untuk berani mengambil

resiko, namun ada kalanya muncul keraguan dalam mengambil suatu keputusan.

Konseling dapat dilakukan dalam upaya membantu anak berbakat untuk

mengambil keputusan sementara sebelum sampai pada suatu keputusan akhir.

Technique of limited commitment merupakan suatu cara yang dapat dilakukan

untuk memberi kesempatan pada anak berbakat untuk tidak menggunakan semua

sumber penyelesaian yang ada, melainkan memberikan beberapa alternatif yang

dipandang perlu. Konselor membantu anak berbakat dalam menguasai strategi

mengambil resiko atau menghindarinya dengan menunjukkan hubungan antara

tindakan dan konsekuensinya, dan merumuskan berbagai keterbatasan situasi

maupun keterbatasan kemampuan, di samping mengembangkan kebiasaan berfikir

tentang sebab dan sekuensi perilaku seseorang (Redl & Wattenburg, 1959,

Torrance, 1965 a, dalam Khatena, 1992) Pengalaman kerja perlu didahului oleh

berbagai persiapan kerja dan pengalaman belajar. Anak perlu dibekali pengalaman

ini dengan cara menstruktur dan merestruktur pengalaman kerja dengan

memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan untuk pengalaman yang akan

datang. Untuk mengatasi ketegangan yang dihadapi anak, dapat dilakukan dengan

cara “membongkar muatan”, yaitu dengan cara membiarkan anak berbicara bebas

menyatakan isi hatinya. Pemberian struktur terhadap ungkapan anak dapat berarti

memberikan pemahaman kepadanya yang mengakibatkan reorganisasi emosional.

Menstruktur dan merestruktur situasi dapat memberikan kemampuan mengatasi

masalah. Konflik antara kebutuhan dan tuntutan situasi dapat mengakibatkan

frustasi yang dapat menimbulkan penilaian yang kurang cermat dan kadang-

kadang seseorang menyangkal kebutuhannya. Informasi yang obyektif dan adanya

Page 38: Makalah anak berbakat jadiii

pengakuan bahwa dalam mengatasi masalah memerlukan energi dan upaya mental

yang lebih merupakan strategi-stategi yang perlu diimplementasikan dalam

pengambilan keputusan tertentu. Dorongan dan bantuan kelompok sangat

membantu anak berbakat untuk tidak putus asa dalam mengatasi masalah yang

dihadapinya. Melalui proses konseling, anak berbakat ini dapat belajar bagaimana

menggunakan sumber-sumber pribadi seperti religi, nilai moral, humor,

penerimaan diri dan orang lain dengan lebih efektif. Dalam upaya membantu anak

berbakat mengambil suatu keputusan, maka konselor dapat menggunakan

pendekatan multipotensial (multipotential approach) yang memiliki 5 fase, yaitu :

kesiapan, kesadaran, penjelajahan, kajian realitas dan konfirmasi (Frederickson,

1979, dalam Khatena, 1992).

1. Kesiapan (readiness) merupakan fase pertama dalam mengambil suatu

keputusan. Untuk mengimplementasikan keputusan, individu harus mencapai

tingkat kematangan yang menjadikan dia bertanggung jawab terhadap keputusan

karirnya.

2. Kesadaran (awareness) merupakan tahap berikutnya dalam proses pengambilan

keputusan yang beranjak dari asumsi bahwa kesadaran diri dan kesadaran kerja

yang mendorong minat individu untuk memperoleh sikap dan keterampilan yang

diperlukan untuk pengembangan karir yang bermakna.

3. Eksplorasi (exploration) mencakup rencana yang sistematis inkuiri yang

menuntut reviu dan pengkajian berbagai alternatif okupasi

4. Kajian teoritis (reality-testing) terkait dengan pemantapan pilihan okupasi yang

berdasarkan pada dasar pengkajian resiko sumber dan semangat personal. Juga

mencakup pengalaman kerja yang disimulasikan ataupun yang nyata.

5. Konfirmasi (confirmation) merupakan suatu tahap akhir dalam proses

pengambilan keputusan tentang karir, yang disertai persiapan yang sesuai untuk

menperoleh pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan pekerjaan tertentu.

Page 39: Makalah anak berbakat jadiii

BAB III

KESIMPULAN

A.  Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman yang memadai

mengenai anak berbakat akan mendukung keberhasilan layanan pendidikan bagi

anak-anak tersebut. Pengertian anak berbakat dalam perkembangannya telah

mengalami perubahan dari pengertian yang berdasarkan pada pendekatan faktor

tunggal (berdasarkan IQ) ke pendekatan yang bersifat multi dimensional (faktor

jamak). Faktor tunggal menggunakan kriteria keberbakatan berdasarkan

inteligensia yang tinggi, sedangkan faktor jamak menggunakan kriteria

keberbakatan tidak semata-mata ditentukan oleh faktor inteligensia, tetapi juga

hasil perpaduan atau hasil interaksi dengan lingkungan.

Page 40: Makalah anak berbakat jadiii

Demikian pula dalam memandang tentang karakteristik anak berbakat yang

tidak hanya ditinjau dari keberbakatan akademik, tetapi ditinjau pula dalam

keberbakatan sosial, emosional, penampilan dan pemeliharaan kesehatan. Anak

berbakat pada umumnya memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan anak-

anak normal sehingga mereka membutuhkan program dan layanan pendidikan

secara khusus dengan melalui adaptasi pendidikan bagi anak-anak berbakat

tersebut. Berdasarkan hasil penelitian M. Soleh, dkk., populasi anak berbakat

adalah 3% dari anak seusianya dan 3-8 % dari mereka berada di sekolah biasa.

Dari data tersebut, sangat mungkin apabila di kelas-kelas kita akan hadir anak

berbakat yang selama ini dihadapkan dengan kurikulum yang umum dan waktu

belajar yang sama dengan teman sekelasnya atau dengan jenis layanan yang relatif

sama dengan teman sekelasnya. Alangkah ruginya anak berbakat jika dihadapkan

dengan situasi demikian secara terus-menerus.

Kebutuhan pendidikan anak berbakat ditinjau dari kepentingan anak

berbakat itu sendiri adalah yang berhubungan dengan pengembangan

potensinya yang hebat. Untuk mewujudkan potensi yang hebat itu anak berbakat

membutuhkan peluang untuk mencapai aktualisasi potensi yang dimilikinya

melalui penggunaan fungsi otak, peluang untuk berinteraksi, dan pengembangan

kreativitas dan motivasi internal untuk belajar berprestasi. Dari segi

kepentingan masyarakat, anak berbakat membutuhkan kepedulian,

pengakomodasian, perwujudan lingkungan yang kaya dengan pengalaman, dan

kesempatan anak berbakat untuk berlatih secara nyata.

Selanjutnya, dalam menentukan jenis layanan bagi anak berbakat perlu

memperhatikan beberapa komponen berikut. Komponen persiapan penentuan

jenis layanan, seperti Mengidentifikasi anak berbakat merupakan hal yang

tidak mudah karena banyak anak berbakat yang tidak menampakkan

keberbakatannya dan tidak dipupuk. Untuk mengidentifikasi anak berbakat

Anda perlu menentukan alasan atau sebab mencari mereka sehingga dapat

menentukan alat identifikasi yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Tujuan

pendidikan anak berbakat adalah agar mereka menguasai sistem konseptual yang

penting sesuai dengan kemampuannya, memiliki keterampilan yang

Page 41: Makalah anak berbakat jadiii

menjadikannya mandiri dan kreatif, serta mengembangkan kesenangan dan

kegairahan belajar untuk berprestasi.

Selanjutnya, komponen alternatif implementasi layanan meliputi ciri khas

layanan, strategi pembelajaran dan evaluasi. Hal-hal yang diperhatikan dalam ciri

khas layanan adalah adaptasi lingkungan belajar, seperti usaha pengorganisasian

tempat belajar (sekolah unggulan, kelas khusus, guru konsultan, ruang sumber).

Selain itu, ada adaptasi program, seperti usaha pengayaan, percepatan,

pencanggihan, dan pembaruan program, serta modifikasi kurikulum (kurikulum

plus dan berdiferensiasi).

Berkaitan dengan strategi pembelajaran bahwa strategi pembelajaran yang

dipilih harus dapat mengembangkan kemampuan intelektual dan non intelektual

serta dapat mendorong cara belajar anak berbakat. Oleh karena itu, anak berbakat

membutuhkan model layanan khusus, seperti bidang kognitif afektif, moral,

nilai, kreativitas, dan bidang-bidang khusus. Evaluasi pembelajaran anak

berbakat menekankan pada pengukuran dengan acuan kriteria dan pengukuran

acuan norma.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, dkk. 2006. Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: UPI Press.

Wardani, dkk. 2008. Materi Pokok Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Page 42: Makalah anak berbakat jadiii

ANAK BERBAKAT

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus

Dosen : Dra. Hj. Entang Kartika, M.Pd.

Disusun Oleh :

Page 43: Makalah anak berbakat jadiii

Sri Wahyuni (100 )

Tita Novianty (1003648)

Vinni Hidayati (100 )

Viandari Maretty (1003681 )

(100 )

(100 )

Kelas D Semester 5

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

KAMPUS CIBIRU

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2012