makalah pembinaan anak berbakat
DESCRIPTION
Pembinaan anak berbakatTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kreativitas merupakan bentuk yang majemuk, oleh karena itu penyusunan ukuran-
ukuran untuk mengidentifikasi bakat kreatif harus dimulai dengan definisi kerja dari konsep
tersebut. Salah satu konsep yang amat penting dalam bidang kreativitas adalah hubungan
antara kreativitas dan aktualisasi diri. Rogers menekankan bahwa sumber dari kreativitas
adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk
berkembang dan menjadi matang, kecenderungan untuk mengekspresikan dan
mengaktifkan semua kemampuan organisme.
Sayangnya istilah ‘kreativitas’ terlalu sering diartikan sebagai talenta khusus yang
luar biasa. Banyak orang menganggap bahwa kreativitas hanya dapat diajarkan jika
dikaitkan dengan bidang subjek (mata ajaran) tertentu. Hal ini tidak benar. Kreativitas dapat
diajarkan dalam konteks yang “content free”, lepas dari bidang materi tertentu atau dapat
dilekatkan dengan konten atau bidang subjek khusus. Psikolog yang terkemuka dalam
bidang pengukuran kreativitas adalah J.P. Guilford dan E.P. Torrance.
Sehubungan dengan konsep kreativitas sebagai kemampuan untuk membentuk
asosiasi, yang terkenal adalah alat dari Mednick dan Mednick (1967) yang menuntut
penyusunan tiga stimulus untuk menghasilkan satu asosiasi yang jauh dan orisinal (The
Remote Associates Test) terdiri dari 32 set 3 kata, yang masing-masing mempunyai kaitan
yang lemah (jauh) dalam pikiran kebanyakan orang. Dalam lingkup pendidikan, guru
memiliki skala nominasi dalam mengukur dimensi kreativitas siswa. Pada bab 2 akan
dibahas lebih rinci mengenai skala nominasi guru dalam menguukur dimensi ciri kreativitas
siswa.
B. RUMUSAN MASALAH
Berikut ini pokok permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu :
1. Apa saja skala nominasi guru dalam mengukur dimensi cirri kreativitas siswa ?
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini berkaitan dengan rumusan masalah di atas
yaitu :
1. Menjelaskan skala nominasi guru dalam mengukur dimensi ciri kreativitas siswa.
D. MANFAAT PENULISAN
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh guru atau pendidik dari makalah ini yaitu :
1. Sebagai bahan evaluasi bagi guru agar guru dapat menerapkan skala nominasi
yang tepat dalam mengukur dimensi ciri kreativitas siswa atau anak didiknya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. JENIS ALAT UNTUK MENGUKUR POTENSI KREATIF
Potensi kreatif dapat diukur melalui beberapa pendekatan yaitu pengukuran langsung;
pengukuran tidak langsung, dengan mengukur unsur-unsur yang menandai cirri tersebut;
pengukuran cirri kepribadian yang berkaitan erat dengan cirri tersebut; dan beberapa jenis
ukuran non test; dan menilai produk kreatif nyata.
1. Tes yang Mengukur Kreativitas Secara Langsung
Sejumlah tes kreativitas telah disusun dan digunakan, diantaranya tes dari Torrance
untuk mengukur pemikiran kreatif (Torrance Test of Creative Thinking (TTCT)) yang
mempunyai bentuk verbal dan bentuk figural. Yang terakhir sudah ada yang diadaptasi
untuk Indonesia, yaitu tes lingkaran (circles test) dari Torrance. Tes ini pertama kali
digunakan di Indonesia oleh Utami Munandar (1977) dalam penelitian untuk disertasinya
Creativity and Education, guna membandingkan ukuran kreativitas verbal dengan ukuran
kreativitas figural. Tahun 1977 diperkenankan tes kreativitas pertama yang khusus di
konstruksi untuk Indonesia, yaitu tes kreativitas verbal oleh Utami Munandar, berdasarkan
konstruk Model Struktur Intelek dari Guilford.
2. Tes yang Mengukur Unsur-unsur Kreativitas
Kreativitas merupakan suatu konstruk yang multi-dimensional, terdiri dari berbagai
dimensi, yaitu dimensi kognitif (berpikir kreatif), dimensi afektif (sikap dan kepribadian),
dan dimensi psikomotor (keterampilan kreatif). Masing-masing dimensi meliputi berbagai
kategori, seperti misalnya dimensi kognitif dari kreativitas-berpikir divergen-mencakup
antara lain, kelancaran, kelenturan dan orisinalitas dalam berpikir, kemampuan untuk
merinci (elaborasi). Beberapa contoh tes yang mengukur orisinalitas ialah tes menulis
cerita. Tes penggunaan batu bata yang meminta subjek untuk memikirkan berbagai macam
penggunaan yang tidak lazim untuk batu bata, tes purdue yang biasanya digunakan di
kawasan industry juga meminta subjek untuk memberi macam-macam gagasan untuk
penggunaan benda-benda yang berkaitan dengan industry.
3. Tes yang Mengukur Ciri Kepribadian Kreatif
Dari berbagai hasil penelitian ditemukan paling sedikit 50 ciri kepribadian yang
berkaitan dengan kreatifitas; dari cirri-ciri ini disusun skala yang dapat mengukur sejauh
mana seseorang memiliki cirri-ciri tersebut. Beberapa tes mengukur cirri-ciri khusus,
diantaranya ialah :
a. Tes Mengajukan Pertanyaan, yang merupakan bagian dari tes Torrance untuk
berfikir kreatif dan dimaksudkan untuk mengukur kelenturan berfikir.
b. Tes Risk Taking, digunakan untuk menunjukkan dampak dari pengambilan
resiko terhadap kreatifitas.
c. Test Figure Preference dari Barron-Welsh yang menunjukkan preferensi untuk
ketidakteraturan sebagai salah satu cirri kepribadian kreatif.
d. Test Sex Role Identity untuk mengukur sejauh mana seseorang
mengidentifikasikan diri dengan peran jenis kelaminnya. Alat yang sudah
digunnakan diindonesia adalah Ben Sex Role Inventory.
4. Pengukuran Potensi Kreatif secara Non-Test
Mengatasi keterbatasan dari tes kertas dan pensil untuk mengukur kreatifitas,
dirancang beberapa pendekatan alternative :
a. Daftar Periksa (Checklist) dan kuesioner
Alat ini disusun berdasarkan penelitian tentang karakteristik khusus yang
dimiliki pribadi kreatif.
b. Daftar Pengalaman
Teknik ini menilai apa yang telah dilakukan seseorang di masa lalu. Beberapa
studi menemukakan korelasi yang tinggi antara “laporan diri” dan prestasi
kreatif dimasa depan. Format yang paling sederhana meminta seseorang menulis
autobiografi sigkat, yang kemudian dinilai untuk kuantitas dan kualitas perilaku
kreatif.
Metode yang lebih formal adalah The state of past creative activities yang
dikembangkan oleh Bell (dikutip dacey,1989) instruksinya: “daftarlah kegiatan kreatif yang
telah anda lakukan selama 1-3 tahun terakhir . ini dapat meliputi kegiatan seni, sastra, atau
ilmiah. Silakan merinci kegiatan atau produk yang anda hasiilkan, termasuk pameran untuk
umum dari produk tersebut.” Setiap kegiatan dinilai berdasarkan seperangkat criteria.
Kemudian individu secara keseluruhan berdasarkan perangkat criteria kedua.
5. Pengamanan Langsung terhadap Kinerja Kreatif
Mengamati bagaimana orang bertindak dalam situasi tertentu, tampaknya
merupakan teknnik yang paling abash, tetapi makan waktu dan dapat pula bersifat
subjektif.
B. BEBERAPA TES KREATIVITAS DARI LUAR NEGERI
1. Tes kemampuan Berfikir Difergen (Guilford)
Model tiga dimensi dari Guilford tentang struktur intelek mencakup dimensi Operasi
(Proses) dengan lima kategori mental, dimensi content dengan empat kategori, dan dimensi
produk dengan enam kategori. Yang terutama berkaitan dengan kreativitas ialah berfikir
divergen sebagai operasi mental yang menuntut penggunaan kemampuan berfikir kreatif ,
meliputi kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi (perincian).
Macam-macam tes berfikir kreatif dari Guilford yang mengukur kemampuan divergen
terutama digunakan untuk populasi remaja dan orang dewasa, meskipun ada juga yang
untuk anak-anak kelas 4 sampai kelas 6 SD. Tes kreatifitas yang disusun untuk anak anak
terdiri dari 10 sub-tes, yaitu : nama untuk cerita, apa yang dapat dilakukan, arti yang sama,
menulis kalimat, macam-macam orang, membuat sesuatu, kelompok berbeda, membuat
objek, huruf tersembunyi, menambah dekorasi, lima sub-tes pertama adalah verbal, yang
lainnya non-verbal. Tes berfikir difergen dari Guilford mempunyai batas waktu,
berdasarkan pertimbangan bahwa penentuan waktu adalah penting untuk pengetesan yang
cermat.
2. Tes Torrance Mengenai Kemampuan Berfikir Kreatif
Tes Torrance dimaksudkan untk memicu ungkapan secara simultan dari beberapa
operassi mental kreatif yang terutama mengukur kelanccaran ,kelenturan,orisinalitas dan
kerincian.. Tes Torrance tentang berfikir kreatif terdiri dari bentuk verbal dan figural,
keduanya berkaitan dengan proses kreatif dan meliputi jenis berfikir yang berbeda-beda.
Tes tersebut disusun sedemikian rupa untuk membuat aktivitasnya menarik dan menantang
untuk siswa mulai dari pendidikan pra-sekolah sampai tamat sekolah menengah. .Tes
Torrance dapat diberikan secara perorangan maupun dalam kelompok .Bentuk verbal terdiir
dari 7 sub-tes: mengajukan pertanyaan, menerka sebab, menerka akibat, memperbaiki
produk, penggunaan tidak lazim, pertanyaan tidak lazim, dan aktivitas yang diandaikan.
Bentuk figural terrdiri dari 3 sub tes: tes bentuk, gambar yang tidak lengkap, dan tes
lingkaran. Tes verbal diskor untuk kelancaran, kelenturan, orisinalitas, sementara tes figural
ditambah dengan skor untuk elaborasi. Tes Torrance juga diberi batas waktu atas dasar
pertimbangan bahwa sampai deajat tertentu harus ada press (pendorong, tekanan) untuk
memicu fungsi mental kreatif dengan tetap memberikan dorongan untuk merangsang
berfikir kreatif.
3. Tes Berfikir Kreatif-Produksi Menggambar
Tes kreativitas yang termasuk baru ialah yang dikonstruksi oleh Jellen dan Urban (1985)
yang disebut Test for Creative Thinking – Drawing Production (TCT-DP). Tes ini berbeda
dari tes Guilford dan Torrance, karena skornya tidak berdasarkan kelangkaan secara
statistic, tetapi berdasarkan apa yang disebut image production. Responden diminta untuk
menyelesaikan gambar yang tidak lengkap, (rangsangan-rangsangan figural), dan
penilaiannya mencakup Sembilan dimensi, yaitu melengkapi, melanjutkan, unsur baru,
hubungan yang dibuat dengan garis, hubungan yang berkaitan dengan tema, melintasi batas
(dua kriteria), perspektif, dan humor. TCT-DP disusun berdasarkan teori tentang sifat
berfikir kreatif dan prosedur penyekoran berdasarkan teori ini, tidak semata-mata
berdasarkan perhitungan statis. TCT-DP diindonesia sudah digunakan, tetapi baru pada taraf
uji coba. Pada tahun 1987 jellen dan urban melakukan penelitian penjajakan menggunakan
TCT-DP dengan sampel anak dari delapan Negara, termasuk Indonesia. Administrasi tes ini
dilakukan oleh penulis terhadap siswa dari sekolah pembangunan dijakarta. Semua tes
dikirim kepeneliti dan diskor oleh mereka sendiri, untuk menjamin objektivitas dalam
penilaian.
TCT dengan ransangan figural diharapkan “adil budaya” (culture-fair), dalam arti
bahwa pengaruh budaya diupayakan minimal. Bagaimanapun pengalaman sebelumnya
dalam pengetesan anak dengan tes intelegensi dan tes kreativitas menunjukkan bahwa pada
tes intelegensi anak-anak Indonesia tidak kurang kinerjanaya dibandingkan anak-anak
dinegara barat. Hal ini nyata bahwa tes intelegensi dari luar dapat saja digunakan dengan
menggunakan norma (standar) dari luar. Tetapi apabila kita menggunakan norma diluar
untuk tes kreativitas, maka anak-anak kita cenderung rendah skornya.
4. Berfikir Kreatif dengan Bunyi dan Kata
Ukuran talenta kreatif lainnya berhubungan dengan orisinalitas dan imajinasi; tamsil
(imagery) dan analogi, yaitu Thinking Creatively With Sounds and Words (Torrance,
Khatena dan Cunnington, 1973). Tes ini terdiri dari dua ukuran orisinalitas verbal. Salah
satunya ialah tessounds and images yang menampilkan rangsangan dalam bentuk suara
bunyi yang berkisar dari sederhana sampai rumit. Suara-suara ini merangsang intelektual
manusia bersilang tindak (interact) dengan emosi untuk memunculkan respons yang
imajinatif.
5. Inventory Khatena –Torrance mengenai persepsi Kreatif
Cara yang berdayaguna untuk menemu kenali bakat kreatif adalah melalui pengamatan
diri seseorang, dalam bentuk daftar periksa, kuesioner, dan inventori. Salah satu inventori
yang efektif untuk identifikasi talenta kreatif ialah khatena-torrence creative perception
inventory, yang terdiri dari dua alat ukur :what kind of person are you? Dan something
about my self. Alat ini terutama dirancang untuk remaja dan orang dewasa yang berbakat
kreatif, tetapi telah pula digunakan untuk anak umur 10 dan 11 tahun.
Alat ukur pertama, What Kind of Person Are You? Adalah berdasarkan pertimbangan
bahwa seseorang mempunyai diri aku psikologis dengan cara-cara perilaku kreatif dan tidak
kreatif. Dengan alat ini diperoleh indeks dari motivasi seseorang untuk berfungsi dengan
cara-cara yang kreatif.
Alat kedua, Something About Myself, adalah berdasarkan pertimbangan bahwa
kreativitas tercermin dari karakteristik kepribadian seseorang, dalam cara berpikirnya, dan
dalam produk-produk yang muncul sebagai hasil dari dorongan kreatif mereka. Untuk
kedua alat tersebut tidak ada batas waktu , tetapi pada umumnya masing-masing
memerlukan 5-15 menit untuk diisi.
Pendekatan yang bermanfaat untuk menjaring siswa berbakat adalah dengan
memperoleh keterangan tentang tingkat siswa dalam :
a. Kemampuan umum (sedapat mungkin baik verbal maupun non-verbal)
b. Kemampuan berpikir kreatif
c. Prestasi belajar
d. Keterangan khusus sehubungan dengan bidang talenta dimana siswa diharapkan
menunjukkan keunggulannya, dan apabila tidak ada alat ukur yang tersedia untuk ini, dapat
digunakan kuesioner untuk membantu perolehan data.
6. PENGUKURAN KREATIVITAS UNTUK ANAK PRASEKOLAH
Menurut Prof. Dr. Sukarni Catur Utami Munandar, Dipl. Psych., untuk menjadi
individu kreatif, dibutuhkan kemampuan berpikir yang mengalir lancar, bebas, dan ide yang
orisinal yang didapat dari alam pikirannya sendiri. Berpikir kreatif juga menuntut yang
bersangkutan memiliki banyak gagasan. Agar anak bisa berpikir kreatif, ia haruslah bisa
bersikap terbuka dan fleksibel dalam mengemukakan gagasan. Makin banyak ide yang
dicetuskannya menandakan makin kreatif si anak.
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kreativitas seorang anak, pakar pendidikan
ini berupaya mengembangkan Tes Kreativitas Verbal dan Figural. Tes kreativitas verbal
dilakukan pada anak berusia minimal 10 tahun karena dianggap sudah lancar menulis dan
kemampuan berbahasanya pun sudah berkembang. Sedangkan tes kreativitas figural
dilakukan terhadap anak mulai usia 5 tahun.
Adapun unsur penilaian berfikir keratif adalah sebagai berikut :
1. Fleksibel
Anak mampu memberikan jawaban yang berbeda-beda. Untuk gambar lingkaran,
contohnya, anak mengasosiasikannya sebagai piring, bulan, bola, telur dadar dan
sebagainya. Anak juga diminta untuk membuat sebanyak mungkin objek mati maupun
hidup pada gambar lingkaran tadi. Namun, tes kreativitas ini bukan dimaksudkan sebagai
tes menggambar, melainkan sebagai tes gagasan, sehingga unsur "keindahan" tidak
diprioritaskan.
2. Orisinalitas
Anak mampu memberikan jawaban yang jarang/langka dan berbeda dengan jawaban
anak lain pada umumnya. Dari bentuk lingkaran yang sama, contohnya, anak mahir
menggambarkannya sebagai wajah orang.
3. Elaborasi
Anak mampu memberikan jawaban secara rinci sekaligus mampu memperkaya dan
mengembangkan jawaban tersebut. Dia bisa melengkapi gambar wajah tersebut dengan
mata, hidung, bibir, telinga, leher, rambut sampai aksesoris semisal kalung dan jepit rambut.
Makin detail ornamen atau organ-organ yang digambarkannya, berarti mencirikan ia anak
yang kreatif. "Jadi, anak yang kreatif tak sekadar mengemukakan ide, tapi juga dapat
mengembangkan gagasan yang dilontarkannya," tandas Utami.
Untuk tes kreativitas figural, ada enam topik pertanyaan yang diajukan, yaitu :
1. Tes Permulaan Kata
Misalnya kepada anak diberikan huruf "k" dan "a". Kemudian ia diminta untuk
membentuk sebanyak mungkin kata yang bisa dibentuk dari kedua huruf tadi.
Umpamanya anak menjawab "kami", "kapal", "karung" dan sebagainya.
2. Tes Membentuk Kata
Kepada anak diberikan kata tertentu, semisal "proklamasi". Nah, berdasarkan
kata tersebut anak diminta membentuk kata-kata lain sebanyak mungkin. Umpamanya
anak akan menjawab "kolam", "lama", "silam" dan lain-lain.
3. Tes Kalimat 3 Kata
Misalnya kepada anak diberi tiga huruf, yakni "a", "m", dan "p". Lalu mintalah
ia menyusun sebanyak mungkin kalimat-kalimat yang diawali dari huruf-huruf yang
diberikan tadi, dengan urutan yang boleh diubah-ubah. Umpamanya, jawabanya adalah
"Ani makan pisang" atau "Mana payung Anton".
4. Tes Kesamaan Sifat
Misalnya anak mendapat soal mengenai sifat bulat dan keras. Anak dimita
untuk memikirkan dan menyebutkan sebanyak mungkin benda-benda yang memiliki
sifat/ciri-ciri tersebut. Jawabannya mungkin adalah bola tenis, kelereng, roda kursi, dan
sebagainya.
5. Tes Penggunaan Tak Lazim
Contohnya, anak akan diberi benda yang ditemuinya sehari-hari. Akan tetapi, ia
justru diminta untuk membuat sesuatu yang tak biasa dengan benda tersebut.
Umpamanya, ketika anak diberi surat kabar, ia menggunakannya untuk membuat kapal-
kapalan, topi, bola, dan sebagainya, bukan sebagai bahan bacaan.
6. Tes Sebab-Akibat
Anak mendapat pertanyaan mengenai situasi tertentu yang dalam keadaan nyata
tak pernah terjadi. Nah, mintalah anak untuk menjawab apa kira-kira akibatnya bila
situasi tersebut betul-betul terjadi. Dalam hal ini, anak dituntut untuk bebas
berimajinasi. Contohnya adalah pertanyaan, "Apa jadinya bila semua orang di dunia ini
pandai?" atau, "Apa akibatnya jika setiap orang bisa mengetahui pikiranmu?"
Menurut Utami, setiap tes tersebut terdiri dari 4 soal. Untuk tes pertama dan kedua,
setiap soal harus dijawab dalam waktu 2 menit. Sedangkan untuk tes ketiga, diberikan
waktu 3 menit untuk setiap soal, sementara untuk tes berikutnya per soal diberi durasi 4
menit.
Hasil akhir tes kreativitas ini sama halnya dengan tes IQ, yakni berupa skor. Anak
yang mencapai skor 90-110 berarti tingkat kreativitasnya rata-rata, skor di bawah 80
dikategorikan sangat lamban, sedangkan yang mampu mencapai skor 130 ke atas tergolong
sangat unggul.
Namun dari pengalaman Utami selama ini, hanya sedikit anak yang bisa mencapai
skor kreativitas yang tinggi. Kebanyakan berada pada kisaran skor 90-100. Sebaliknya,
banyak sekali anak yang bisa mencapai skor tinggi untuk tes IQ. Menurutnya, "Hal ini
disebabkan berpikir kreatif kurang dirangsang, sehingga anak tak terbiasa berpikir
bermacam-macam arah."
Selain pengukuran kreativitas yang sudah disebutkan, ada juga pengukuran skala
sikap kreatif yang lebih menyangkut pada segi afektif. Menurut Utami, dari berbagai
penelitian ternyata kemampuan berpikir kreatif belumlah cukup jika tanpa disertai sikap
kreatif. Tanpa sikap kreatif ini katanya produk kreatif pun takkan terwujud. Jadi, berpikir
kreatif itu sendiri harus disertai ciri-ciri sikap kreatif sebagai berikut:
1. Terbuka terhadap pengalaman baru,
2. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,
3. Tidak takut melakukan kesalahan ketika mengemukakan ide,
4. Imajinatif, dan
5. Berani mengambil risiko terhadap langkah yang diambil.
C. ALAT UKUR KREATIVITAS DI INDONESIA
Tes untuk mengukur kreativitas meliputi aptitude traits atau ciri kognitif dari kreativitas
dan non-aptitude traits atau ciri afektif dari kreativitas. Tes kreativitas pertama yang
dikonstruksi di Indonesia pada tahun 1977, ialah tes kreativitas verbal (mengukur
kemampuan berpikir divergen) dan skala sikap kreatif (Utami Munandar, 1977)
1. Tes Kreativitas Verbal
Keenam subtes dari tes kreativitas verbal, ialah :
a. Permulaan kata
b. Menyusun kata
c. Membentuk kalimat tiga kata
d. Sifat-sifat yang sama
e. Macam-macam penggunaan
f. Apa akibatnya
2. Tes Kreativitas Figural (TKF)
Tes kreativitas yang merupakan adaptasi dari Circle Test dari Torrance, pertama digunakan
di Indonesia pada tahun 1976 (Utami Munandar, 1977). Manfaat dari penelitian ini ialah
memberikan perspektif yang lebih luas dari pengukuran kemampuan berpikir kreatif. TKF
mengukur aspek kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi dari kemampuan berpikir
kreatif. TKF juga memungkinkan mendapat ukuran dari kreativitas sebagai kemampuan
untuk membuat kombinasi antara unsur-unsur yang diberikan, yaitu dengan memberikan
skor untuk bonus orisinalitas jika subjek mampu menggabung dua lingkaran atau lebih
menjadi satu objek; makin banyak lingkara yang dapat digabung, makin tinggi nilai (skor)
yang diperoleh.
3. Skala Sikap Kreatif
Sikap kreatif dioperasionalisasi dalam dimensi sebagai berikut:
-keterbukaan terhadap pengalaman baru
-kelenturan dalam berpikir
-kebebasan dalam ungkapan diri
-menghargai fantasi
-minat terhadap kegiatan kreatif
-kepercayaan terhadap gagasan sendiri
-kemandirian dalam memberi pertimbangan
4. Skala Penilaian Anak Berbakat oleh Guru
Skala penilaian anak berbakat yang disusun oleh Renzulli dkk (1971), terdiri atas empat sub
skala, tiga diantaranya sesuai dengan defenisi Renzulli tentang keberbakatan, yaitu ciri
kemampuan intelektual umum, ciri pengikatan diri terhadap tugas (motivasi), dan ciri
kreativitas. Skala ini dibuat dalam buku “Pemanduan Anak Berbakat” (Utami Munandar,
1982), dan yang dikemukakan sekarang hanya subskala untuk kreativitas, yang meliputi
ciri-ciri :
a. Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam
b. Sering mengajukan pertanyaan yang baik
c. Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah
d. Bebas dalam menyatakan pendapat
e. Mempunyai rasa keindahan yang dalam
f. Menonjol dalam salah satu bidang seni
g. Mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi/ sudut pandang
h. Mempunyai rasa humor yang luas
i. Mempunyai daya imajinasi
j. Orisinal dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah
Untuk setiap pernyataan ada lima kemungkinan pilihan jawaban, yaitu :
a. Jarang atau tidak pernah mengamati ciri tersebut pada anak
b. Kadang-kadang/pernah mengamati ciri tersebut pada anak
c. Sering mengamati ciri tersebut pada anak
d. Hampir selalu mengamati ciri tersebut pada anak
e. Tidak tahu atau ragu-ragu mengamati ciri tersebut pada anak
SKALA NOMINASI GURU
DIMENSI INDIKATOR KREATIVITAS
A. Petunjuk
1. Pilihlah beberapa siswa di kelas saudara yang dianggap paling berbakat
intelektual
2. Berikan penilaian saudara pada beberapa siswa tersebut dalam empat dimensi
indikator di bawah ini.
3. Penilaian dilakukan dengan memberikan tanda cek (V) pada kolom Skor yang
sesuai dengan kondisi siswa tersebut menurut pengamatan saudara pada dirinya.
4. Setiap kolom pada kolom skor memiliki skor nilai sebagai berikut :
Kolom 1, skor nilai 1, artinya indokator tersebut tidak pernah terlihat pada
siswa
Kolom 2, skor nilai 2, artinya indikator tersebut kadang-kadang terlihat pada
diri siswa
Kolom 3, skor nilai 3, artinya indikator tersebut sering terlihat pada diri siswa
Kolom 4, skor nilai 4, artinya indikator tersebut selalu terlihat pada diri siswa.
5. Lakukan skoring dan penjumlahan nilai untuk masing-masing dimensi indikator.
Dan hitunglah jumlah nilai total keempat dimensi indikator secara keseluruhan.
B. Dimensi Indikator Kreativitas
No Indikator Kreativitas Skor1 2 3 4
1. memiliki rasa ingin tahu yang besar V2. sering mengajukan pertanyaan yang
berbobot
V
3. memberikan banyak gagasan dan usul
terhadap suatu masalah
V
4. mampu menyatakan pendapat secara
spontan dan tidak malu-malu
V
5. mempunyai/menghargai rasa
keindahan
V
6. mempunyai pendapat sendiri dan
dapat mengungkapkannya, tidak
mudah terpengaruh orang lain
V
7. memiliki rasa humor tinggi V8. mempunyai daya imajinasi yang kuat V9. mampu mengajukan pemikiran,
gagasan pemecahan masalah yang
berbeda dari orang lain (orisinil)
V
10. dapat bekerja sendiri V11. senang mencoba hal-hal baru V
12. mampu mengembangkan atau merinci
suatu gagasan (kemampuan elaborasi)
V
Jumlah Skor :
Kolom 1 = 2 x 1 = 2Kolom 2 = 4 x 2 = 8Kolom 3 = 5 x 3 = 15Kolom 4 = 2 x 4 = 8
----------------------
Jumlah = 33
Untuk selanjutnya dicari skor masing-masing dimensi dan akhirnya dijumlahkan skor
ketiga dimensi (indikator intelektual, kreativitas, dan motivasi) tersebut. Hal ini dilakukan
untuk setiap siswa yang dinilai oleh guru mempunyai potensi keberbakatan intelektual.
Sebaiknya setiap guru yang mengajar siswa pada enam bidang studi tersebut di atas
memberikan skala nominasi pada setiap siswa. Akhirnya skor total masing- masing guru
pada siswa tersebut dijumlahkan dan angka yang diperoleh merupakan skor nominasi guru
untuk siswa yang bersangkutan.
BAB III
KESIMPULAN
Kreativitas, disamping bermakna untuk pengembangan diri maupun pembangunan
masyarakat, juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan
perwujudan diri sebagai salah satu kebutuhan paling tinggi manusia ( Maslow, 1968 ).
Kreativitas dalam perkembangannya sangat terkait dengan empat aspek, yaitu aspek
pribadi, pendorong, proses, dan produk. Ditinjau dari aspek pribadi, kreativitas muncul dari
interaksi pribadi yang unik dengan lingkungannya. Ditinjau dari proses, menurut Torrance
( 1988), kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan
tentang kekurangan ( masalah ) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian
mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil – hasilnya. Proses kreatif
meliputi beberapa tahap, yaitu persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Definisi mengenai
produk kreativitas menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari proses kreativitas, ialah sesuatu
yang baru, orisinalitas, dan bermakna. Ditinjau dari aspek pendorong kreativitas dalam
perwujudannya memerlukan dorongan internal maupun eksternal dari lingkungannya.
Pengukuran kreativitas dapat dilakukan dengan melakukan beberapa tes kteativitas
menggunakan alatuntuk mengukur kreativitas seperti:
1. Tes yang Mengukur Kreativitas Secara Langsung
2. Tes yang Mengukur Unsur-unsur Kreativitas
3. Tes yang Mengukur Ciri Kepribadian Kreatif
4. Pengukuran Potensi Kreatif secara Non-Test
5. Pengamanan Langsung terhadap Kinerja Kreatif
KEPUSTAKAAN
Mangunhardjono, AM. 1986. Mengembangkan kreativitas. Yogyakarta: Kanisius. Mudjiran,
Dkk. 2007. Buku Ajar; Perkembangan Peserta Didik. Padang: UNP Press. Utami Munandar.
2004. Perkembangan kreativitas anak berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Darsono, Licen Indahwati. DETERMINAN KREATIVITAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA: SEBUAH STUDI EMPIRIS DI DUNIA PENDIDIKAN TINGGI. Unika Widya Mandala. Surabaya: 2006
Purwanto. Kreativitas Berpikir Menurut Guilford. STAIN Surakarta; 2007