luka bakar.docx
TRANSCRIPT
II.4 Luka bakarII.4.1 Uraian Penyakit
Kulit merupakan salah satu bagian dari tubuh yang sensitif, karena
jika ada yang tidak cocok atau tidak sesuai dengan perawatan kulit maka
akan membuat kulit menjadi rusak. Apalagi jika ternyata kulit mengalami
luka bakar, maka perawatan luka bakar kulit perlu perhatian yang lebih
dan pemilihan obat yang tepat.
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan
jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air
panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.Luka bakar merupakan suatu jenis
trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi. Biaya yang dibutuhkan
untuk penanganannya pun tinggi.
Hal ini disebabkan karena pada luka bakar terdapat keadaan
sebagai berikut :
1. Terdapat kuman dengan patogenitas tinggi
2. Terdapat banyak jaringan mati
3. Mengeluarkan banyak air, serum dan darah
4. Terbuka untuk waktu yang lama (mudah terinfeksi dan terkena
trauma)
5. Memerlukan jaringan untuk menutup
II.4.2 EtiologiDalam kasus luka bakar, derajat luka bakar dibagi berdasarkan
tingkat keparahannya. Luka bakar terjadi akibat sentuhan permukaan
tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api secara
langsung maupun tidak langsung, pajanan suhu tinggi dari matahari,
listrik, maupun bahan kimia, air, dll) atau zat-zat yang bersifat membakar
(asam kuat, basa kuat).
II.4.3 Patofisiologi Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa derajat luka
bakar dibagi berdasarkan tingkat keparahannya, yaitu :
1. Luka bakar derajat pertama, terbatas di epidermis, misalnya terbakar
matahari. Terdapat eritema dan nyeri, tetapi tidak segera timbul
lepuh. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam 3 – 4 hari. Luka
bakar ini tidak menimbulkan jaringan parut. Biasanya tidak timbul
komplikasi.
2. Luka bakar derajat kedua superfisial, meluas ke epidermis dan ke
dalam lapisan dermis. Luka bakar ini sangat nyeri dan menimbulkan
lepuh dalam beberapa menit. Luka bakar ini biasanya sembuh tanpa
meninggalkan jaringan parut. Penyembuhan biasanya memerlukan
waktu satu bulan. Komplikasi jarang terjadi, walaupun mungkin
timbul infeksi sekunder pada luka.
3. Luka bakar derajat kedua dalam, meluas ke seluruh dermis. Luka
bakar jenis ini hanya sensitif parsial terhadap nyeri karena luasnya
destruksi saraf-saraf sensorik. Namun, daerah sekitarnya biasanya
mengalami luka bakar derajat kedua superfisial yang nyeri. Pada
luka bakar jenis ini penyembuhannya memerlukan waktu beberapa
Minggu dan pembersihan (debridement) secara bedah untuk
membuang jaringan yang mati. Biasanya diperlukan tandur kulit.
Pada luka bakar ini selalu terjadi pembentukan jaringan parut.
4. Luka bakar derajat ketiga, meluas ke epidermis, dermis dan subkutis.
Kapiler dan vena mungkin hangus dan aliran darah ke daerah
tersebut berkurang. Saraf rusak sehingga tidak terasa nyeri. Namun
daerah sekitarnya biasanya memperlihatkan nyeri seperti pada luka
bakar derajat kedua. Luka bakar jenis ini mungkin memerlukan waktu
berbulan - bulan untuk sembuh dan diperlukan pembersihan secara
bedah dan penanduran. Luka bakar derajat ketiga membentuk
jaringan parut dan jaringan tampak seperti kulit yang keras.
5. Luka bakar derajat keempat, meluas ke otot, tulang dan jaringan
dalam. Luka bakar akibat sengatan arus listrik menyebabkan
robeknya jaringan digolongkan dalam luka bakar jenis ini.
Efek luka bakar yang luas
Luka bakar yang luas mempengaruhi metabolisme dan fungsi
setiap sel tubuh. Semua sistem terganggu, terutama sistem
kardiovaskular. Karena semua organ memerlukan aliran darah yang
adekuat, maka perubahan fungsi kardiovaskular memiliki dampak luas
pada daya tahan hidup dan pemulihan pasien.
Respons kardiovaskular pada luka bakar yang luas
Dalam beberapa jam setelah luka bakar yang luas, kemampuan
kapiler untuk berfungsi sebagai sawar difusi hilang, cairan keluar dari
sistem vaskular. Terjadi penimbunan filtrat di ruang interstisium di antra
sel-sel sehingga terjadi edema imterstisium yang luas dan penurunan
drastis tekanan darah. Dapat timbul syok irreversibel. Hilangnya integritas
kapiler digambarkan sebagai hilangnya sumbatan kapiler. Mekanisme
penyebab hilangnya sumbatan kapiler belum sepenuhnya dipahami,
walaupun riset-riset mengisyaratkan bahwa beberapa mediator
peradangan, termasuk histamin dan prostaglandin, ikut berperan.
Histamin dan sebagian prostaglandin adalah vasodilator kuat.
Respons sel terhadap luka bakar
Sel – sel mengalami kebocoran elektrolit, sehingga Natrium
tertimbun di dalam sel dan terjadi pembengkakan. Kalium keluar sel dan
masuk ke cairan ekstrasel. Magnesium dan fosfat keluar dari sel.
Perubahan-perubahan ini mempengaruhi potensial membran semua sel
dan dapat menyebabkan disritmia jantung serta perubahan pada fungsi
susunan saraf pusat.
Luka bakar yang luas menghambat fungsi imun. Berkurangnya
fungsi imun, disertai hilangnya fungsi protektif kulit, menenpatkan pasien
pada resiko tinggi mengalami infeksi. Penurunan fungsi kekebalan
tampaknya disebabkan oleh pelepasan hormon-hormon, tidak terbatas
pada glukokortikoid, terutama kortisol. Kortisol dikeluarkan dalam keadaan
stres dam merupakan imunosupresan pada konsentrasi tinggi.
Pada luka bakar yang luas, laju metabolisme secara drastis
meningkat. Peningkatan kecepatan metabolisme dapat terjadi akibat
pengaktifan sistem saraf simpatis dan akibat hilangnya panas sewaktu
kulit rusak. Pusat kontrol suhu di hipotalamus terpengaruh oleh respons
terhadap luka bakar yang luas, sehingga terjadi pengaktifan di titik tertentu
di hipotalamus. Hal ini dapat terjadi dari respons peradangan yang luas.
Kecepatan metabolisme tinggi pada pascaluka bakar yang luas karena
jaringan yang mulai sembuh membutuhkan banyak kalori.
Komplikasi
Setiap luka bakar dapat terinfeksi yang dapat menyebabkan cacat
lebih lanjut atau kematian.
Lambatnya aliran darah dapat menyebabkan pembentukan bekuan
darah sehingga timbul cerebrovascular accident, infark miokardium,
atau emboli paru.
Kerusakan paru akibat inhalasi asap atau pembentukan embolus.
Dapat terjadi kongesti paru akibat gagal jantung atau infark
miokardium, serta sindrom distres pernapasan pada orang dewasa.
Gangguan elektrolit dapat menyebabkan disritmia jantung.
Syok luka bakar dapat secara ireversibel merusak ginjal sehingga
timbul gagal ginjal dalam satu atau dua minggu pertama setelah luka
bakar. Dapat terjadi gagal ginjal akibat hipoksia ginjal atau
rabdomiolisis (obstruksi mioglobin pada tubulus ginjal akibat nekrosis
otot yang luas).
Penurunan aliran darah ke saluran cerna dapat menyebabkan
hipoksia sel-sel penghasil mukus sehingga terjadi ulkus peptikum.
Dapat terjadi koagulasi intravaskular diseminata (DIC) karena
destruksi jaringan yang luas.
Pada luka bakar yang luas atau menimbulkan kecacatan, trauma
psikologis dapat menyebabkan depresi, perpecahan keluarga, dan
keinginan untuk bunuh diri. Gejala-gejala dapat datang dan pergi
berulang-ulang kapan saja seumur hidup.
Beban biaya pada keluarga pasien pengidap luka bakar yang luas
sangat besar.
II.3 4 Penanganan dan Pengobatan 1. Penanganan luka bakar
Luka bakar derajat pertama dapat diberikan air dingin yang
mengalir secara terus menerus selama 15 menit. Misalkan
dengan meletakkan bagian yang mengalami luka bakar di
bawah kran dengan air yang terus mengalir, atau rendam
dalam bak mandi atau ember yang berisi air dingin untuk
mencegah atau mengurangi bengkak yang disebabkan oleh
kerusakan jaringan serta mencegah kerusakan merembet ke
lapisan kulit yang lebih dalam.
Jangan meletakkan es secara langsung pada luka bakar,
karena dapat menyebabkan frosbite, yaitu cedera atau
kematian sel karena membeku.
Jangan mengoleskan apapun ke kulit yang mengalami luka
bakar sebelum anda melakukan tindakan diatas. Mengoleskan
pasta gigi atau mentega bukanlah tindakan yang tepat,
bahkan akan memicu munculnya infeksi.
Setelah luka bakar dingin, oleskan lotion yang mengandung
aloe vera atau vitamin E. Hal ini bertujuan untuk mencegah
kulit menjadi kering atau rusak.
Bila perlu anda dapat menutup kulit yang mengalami luka
bakar dengan kasa steril yang mengandung antibiotik
kemudiandiplester. Tindakan ini dapat mencegah terjadinya
infeksi dan juga mengurangi nyeri akibat luka bakar
bersentuhan dengan udara atau pakaian.
Dapat juga dioleskan krim antibiotik ke luka bakar untuk
mencegah infeksi.
Untuk mengurangi rasa nyeri atau demam minumlah pereda
nyeri.
Setelah luka bakar sembuh untuk mengurangi bekas luka
dapat menggunakan Mederma gel yang bisa di beli di apotik-
apotik terdekat.
Semua luka bakar yang lebih dalam memerlukan terapi
antibiotik.
Luka bakar yang luas memerlukan terapi dengan cairan
intravena yang cepat untuk mengatasi hilangnya cairan akibat
kebocoran kapiler.
Pasien dengan luka bakar yang luas memerlukan peningkatan
pemberian kalori untuk memenuhi kebutuhan metabolik
jaringan yang besar, terutama bagi jaringan yang mulai
sembuh.
Pemberian narkotik terutama pada pasien dengan luka bakar
yang luas dimana pasien gelisah. Kegelisahan pasien lebih
disebabkan oleh hipoksemi dan hipovolemi, oleh karena itu
pemberian oksigen dan cairan lebih menolong daripada
pemberian narkotik.
Tidak boleh memecahkan blister dan memberikan antiseptik
untuk pasien luka bakar. Yang boleh diberikan hanyalah
topikal antibiotik.
2. Pengobatan non kimiawi untuk luka bakar
Nano propilis yang mengandung zat anti peradangan yang
membantu mengatasi infeksi dan luka yang terjadi akibat luka
bakar kulit. Selain itu juga nano propolis bersifat disinfektan
(anti bakteri dan jamur) sehingga akan menjaga luka bakar
dari kuman sehingga mempercepat proses penyembuhan.
Untuk pengobatan tradisional dapat digunakan lidah buaya
yang mengandung 75 bahan kimia dan 1% dari sisanya yang
merupakan air. Bahan-bahan kimia tersebut tidak dapat berdiri
sendiri dan harus dipakai secara bersama-sama. Paling baik
dan efektif adalah memakai lidah buaya yang masih segar
karena setelah dipatahkan lidah buaya akan teroksidasi.
Secara keseluruhan, lidah buaya akan memberikan efek anti-
panas/anti-luka bakar, anti-bakteri di kulit dan melembabkan
kulit sehinga kulit akan lebih tidak gatal dan tidak infeksi.
Resusitasi CairanSebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena luka bakar,
Pemberian cairan intravena yang adekuat harus dilakukan, akses
intravena yang adekuat harus ada, terutama pada bagian ekstremitas
yang tidak terkena luka bakar. Adanya luka bakar diberikan cairan
resusitasi karena adanya akumulasi cairan edema tidak hanya pada
jaringan yang terbakar, tetapi juga seluruh tubuh. Telah diselidiki bahwa
penyebab permeabilitas cairan ini adalah karena keluarnya sitokin dan
beberapa mediator, yang menyebabkan disfungsi dari sel, kebocoran
kapiler. Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan
mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan
cairan terbesar adalah pada 4 jam pertama terjadinya luka dan akumulasi
maksimum edema adalah pada 24 jam pertama setelah luka bakar.
Prinsip dari pemberian cairan pertama kali adalah pemberian garam
ekstraseluler dan air yang hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel
tubuh. Pemberian cairan paling popular adalah dengan Ringer laktat untuk
48 jam setelah terkena luka bakar. Output urin yang adekuat adalah 0.5
sampai 1.5mL/kgBB/jam.
Formula yang terkenal untuk resusitasi cairan adalah formula Parkland :24 jam pertama.Cairan Ringer laktat : 4ml/kgBB/%luka bakar
o contohnya pria dengan berat 80 kg dengan luas luka bakar 25 %
o membutuhkan cairan : (25) X (80 kg) X (4 ml) = 8000 ml dalam 24 jam
pertama
½ jumlah cairan 4000 ml diberikan dalam 8 jam
½ jumlah cairan sisanya 4000 ml diberikan dalam 16 jam berikutnya.
Cara lain adalah cara Evans :l. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg = jumlah NaCl / 24
jam
2. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg =jumah plasma / 24
jam (no 1 dan 2 pengganti cairan yang hilang akibat oedem. Plasma
untuk mengganti
plasma yang keluar dari pembuluh dan meninggikan tekanan osmosis
hingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali cairan yang
telah keluar)
3. 2000 cc Dextrose 5% / 24 jam (untuk mengganti cairan yang hilang
akibat penguapan). Separuh dari jumlah cairan 1+2+3 diberikan dalam 8
jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua
diberikan setengah jumlah cairan pada hari pertama. Dan hari ketiga
diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
Cara lain yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan rumus Baxter yaitu : % x BB x 4 cc
Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Hari pertama terutama diberikan
elektrolit yaitu larutan RL karena terjadi defisit ion Na. Hari kedua
diberikan setengah cairan hari pertama. Contoh: seorang dewasa dengan
BB 50 kg dan luka bakar seluas 20 % permukaan kulit akan
diberikan 50 x 20 % x 4 cc = 4000 cc yang diberikan hari pertama dan
2000 cc pada hari kedua.9
Kebutuhan kalori pasien dewasa dengan menggunakan formula Curreri, adalah
25 kcal/kgBB/hari ditambah denga 40 kcal/% luka bakar/hari.
Petunjuk perubahan cairan
Pemantauan urin output tiap jam
Tanda-tanda vital, tekanan vena sentral
Kecukupan sirkulasi perifer
Tidak adanya asidosis laktat, hipotermi
Hematokrit, kadar elektrolit serum, pH dan kadar glukosa
Penggantian DarahLuka bakar pada kulit menyebabkan terjadinya kehilangan sejumlah sel
darah merah sesuai dengan ukuran dan kedalaman luka bakar. Sebagai
tambahan terhadap suatu kehancuran yang segera pada sel darah merah
yang bersirkulasi melalui kapiler yang terluka, terdapat kehancuran
sebagian sel yang mengurangi waktu paruh dari sel darah merah yang
tersisa. Karena plasma predominan hilang pada 48 jam pertama setelah
terjadinya luka bakar, tetapi relative polisitemia terjadi pertama kali. Oleh
sebab itu,
pemberian sel darah merah dalam 48 jam pertama tidak dianjurkan,
kecuali terdapat kehilangan darah yang banyak dari tempat luka. Setelah
proses eksisi luka bakar dimulai, pemberian darah biasanya diperlukan.
Perawatan Luka BakarSetelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan
dilakukan perawatan luka. Perawatan tergantung pada karakteristik dan
ukuran dari luka. Tujuan dari semua perawatan luka bakar agar luka
segera sembuh rasa sakit yang minimal.Setelah luka dibersihkan dan di
debridement, luka ditutup. Penutupan luka ini memiliki beberapa fungsi:
pertama dengan penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan
epitel dan meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur. Kedua, luka
harus benar-benar tertutup untuk mencegah evaporasi pasien tidak
hipotermi. Ketiga, penutupan luka diusahakan semaksimal mungkin agar
pasien merasa nyaman dan meminimalkan timbulnya rasa sakit Pilihan
penutupan luka sesuai dengan derajat luka bakar.
Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya
barrier pertahanan kulit. Luka seperti ini tidak perlu di balut, cukup
dengan pemberian salep antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan
melembabkan kulit. Bila perlu dapat diberi NSAID (Ibuprofen,
Acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan pembengkakan
Luka bakar derajat II (superfisial ), perlu perawatan luka setiap harinya,
pertama-tama luka diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut
dengan perban katun dan dibalut lagi dengan perban elastik. Pilihan
lain luka dapat ditutup dengan penutup luka sementara yang terbuat
dari bahan alami (Xenograft (pig skin) atau Allograft (homograft,
cadaver skin) atau bahan sintetis (opsite, biobrane, transcyte, integra)
Luka derajat II ( dalam ) dan luka derajat III, perlu dilakukan eksisi awal
dan cangkok kulit (early exicision and grafting )
Berikut ini adalah tabel pengobatan luka bakar:Jenis
Luka Bakar
Nama Paten& Bentuk Sediaan Komposisi Produsen Indikasi Dosis Efek Samping
L
U
K
A
B
A
K
Bioplacenton (Gel)
Bioplacenton-Tulle (Kasa steril)
Neomycin sulfate, placenta extrak
Ca-alginate
Kalbe Farma
Kalbe Farma
Luka bakar, ulkus kronik, luka yang lama sembub, ulkus dekubitus, eksim pioderma
Membantu proses re-epitelisasi & proses penyembuhan luka bakar & luka eksudatif lainnya.
Luka bakar semua derajat
Oleskan 4-6x/hari
Tempelkan selembar pada permukaan luka, ganti minimal 1x/hari
1-2x/hari
Ototoksik, nefrotoksik, oertumbuhan berlebihan organisme lain yang tidak rentan (penggunaan jangka lama)
Iritasi lokal
-
A
R
R
I
N
G
A
N
Burnazin (Krim)
Centabio (Gel)
Daryant-Tulle (Kasa steril)
Silver sulfadiazine
Neomycin sulfate, placenta extrak
Framycetin sulfate
Silver sulfadiazin
Darya-Varia
Caprifarmindo
Darya-Varia
Luka bakar, tukak kronik, luka yang sulit sembuh, tukak dekubital, eksim, piodermal, impetigo, furunkulosis & infeksi kulit lain.
Luka bakar, trauma, infeksi sekunder pada kulit, tukak & sirkumsisi
Terapi untuk luka bakar
Impetigo kontangiosa, ektima, ulkus varikosis, ulkus dekubitus, folikulitis, furunkulosis, sitosis barbel, pioderma
setebal 2mm
Oleskan tipis-tipis 2-5x /hari
Potong seluas daerah lesi & tempelkan pada lesi
Oleskan 2-5 mm 1-2x
/hari
Oleskan 3-4x/hari
-
-
-
Superinfeksi, iritasi
Dermazin 25, 50, 250 (Krim)
Gentamisin Sulfat TIA (Krim/Salep)
Gentamisin sulfate
Neomycin sulfat, Zn bacitracin
Neomycin sulfat,
Phapros/Lek
Tunggal Idaman Abdi
Phapros
gangrenosum & luka bakar.
Impetigo, luka bakar, pembedahan kosmetika, pioderma, folikulitis barbel, furunkulosis, akne nekrotikan, dekubitus ulseratif, eksim terinfeksi.
Terapi pada luka bakar, ulkus kronik, ulkus dekubitus, pioderma eksema, impetigo, furunkulosis & penyakit infeksi kulit lain.
Infeksi kulit primer, impetigo kontangiosa,
Dioleskan pada daerah yang terinfeksi.
Oleskan pada daerah yang sakit 4-6x/hari
Kadang kala sensitisasi lokal, superinfeksi
Penggunaan kronik pada inflamasi kulit (misalnya dermatitis kontak dan dermatosis kronik) dapat meningkatkan resiko sensitivitas. Reaksi hipersensitifitas.
NB Topical (Salep)
Neocenta (Gel)
placenta extrak
Gentamicin sulfate
Ifars
Nicholas
ektima, ulkus varikosa, ulkus dekubitus, folikulitis, furunkulosis, psikosis barbae, gangrenosum pioderma & luka bakar.
Infeksi kulit primer dan sekunder, impetigo contangiosa, folikulitis superfisialis, furunkulosis, dermatitis ekzematoid infeksius, pusutular acne, infeksi luka bakar.
Infeksi lokal pada kulit, misalnya impetigo, luka bakar, pioderma, folikulitis, furunkulosis, akne nekrotika, ulkus dekubitus, eksim yang terinfeksi.
Luka karena panas, trauma, ulserasi, infeksi sekunder & elektif pada kulit
Oleskan 3-4x/hari
Oleskan 3-4x/hari
-
Iritasi lokal, fotosensitisasi
Nichogencin (Krim)
Ottogenta (Krim)
Gentamicin sulfat
Neomycin sulfat, bacitracin
Otto
Otto
Meringankan rasa sakit dan menurunkan demam
Menghilangkan demam dan nyeri
Gunakan 2-3x/hari pada kulit yang terinfeksi
Tempelkan selembar pada lesi, untuk luka dengan eksudat ganti kasa ini 1x/hari
Dewasa : 1
Sensitisasi lokal
Ototoksisitas (luka terbuka, lesi pada daerah yang luas, gangguan ginjal pada pemakaian jangka lama)
Kerusakan hati (penggunaan lama)
Tracetin (Salep)
Sofra-Tulle (Kasa steril)
Framycetin sulfate
Paracetamol
Sanofi Aventis
Hexpharm
Nyeri pasca operasi, pasca melahirkan, luka traumatik, operasi mulut/nyeri pada gigi, dismenore & nuyeri sedang lainnya.
kaplet 3-4x/hari
Anak 6-12 thn : ½ - 1 kaplet 3-4x/hari
Dewasa : 1-2 tablet 3-4x/hari
Anak 6-12 thn : ½ - 1 tablet tiap 4-6 jam
Anak 2-5 thn : ¼ - ½ tablet tiap 4-6 jam
400 mg 3x/hari
Reaksi hematologi, eripsi kulit, mual, muntah, nekrosis tubulus ginjal, hiperglikemia & hipoglikemia. Dosis besar dan lama kerusakan hati.
Gangguan GI, perdararahan GI, ulkus peptik, sakit kepala, pusing, gelisah, depresi, mengantuk, ruam kulit, pruritis, tinitus, edema, insomnia, gangguan penglihatan, kerusakan ginjal& hati, agrunolisitosis, trombositopenia.
Paracetamol Hexpharm(kaplet)
Paracetamol OGB Dexa(tablet)
Paracetamol
Ibuprofen
Dexa Medica
Tempo Scan Pasific
Dolofen-F(tablet)
L
U
K
A
B
A
K
A
R
D
Burnazin (Krim)
Dermatix (Gel)
Silver sulfadiazine
Dimethicone, polysiloxane
Darya-Varia
Transfarma Medica Indah
Luka bakar semua derajat
Digunakan untuk perawatan keloid & luka parut yang disebabkan prosedur umum operasi, luka trauma & luka bakar sesudah luka sembuh & permukaan kulit telah utuh.
Keloid. Pencegahan luka
1-2x/hari setebal 2mm
Oleskan tipis-tipis & pijatkan perlahan pada luka parut 2 x/hari, pada pagi & sore hari
Oleskan 1-2 x/hari
Jarang: kemerahan setempat, nyeri atau iritasi pada kuit
Gatal, rasa terbakar, eksim
E
R
A
J
A
T
2
S
U
P
E
R
F
I
S
I
A
Fitocassol (Krim)
Kelo-cote (Gel)
Isolat Centella asiatica mentah
Polysiloxane, silicon dioxide
Kimia Farma
Axelia
terhadap tendensi terbentuknya jaringan parut/keloid pada luka trauma, luka bedah, luka bakar, fistula, jaringan parut yang abnormal, retraktil, atau dekubitus. Lesi mukokutaneus pada THT, ginekologik.
Penanganan awal untuk jaringan parut baru & lama, terutama untuk pencegahan jaringan parut hipertofik/keloid akibat pembedahan umum (pasca op.), trauma, luka bakar & luka dll
Mempercepat penyembuhan luka bakar, luka akibat trauma & luka pasca op.
Oleskan tipis-tipis pada area yang membutuhkan 2 x/hari. Biarkan kering. Lama terapi yang dianjurkan 60-90 hari.
-
-
-
Pruritus, rasa terbakar, eksim
L
Lanakeloid (Kaplet)
Lanakeloid-E (Krim)
Centella asiatica selected triterpenes
Centella asiatica phytosome, Vit.E,
Healthcare
Landson
Landson
Mempercepat penyembuhan luka bakar, luka akibat trauma & luka pasca op.
Keloid & pencegahan keloid karena luka trauma, luka bedah, luka bakar.
Meredakan nyeri pada luka bakar
Jaringan parut hipertofik & keloid
Luka yang terinfeksi, hambatan penyembuhan luka pasca trauma atau pasca op., ulkus
1 kaplet 3x/hari
Oleskan tebal-tebal 1-2x/hari
Gunakan 1-2x/hari
Oleskan tipis-tipis tiap 6 jam
-
-
Jarang, rasa panas terbakar atau gatal
Madecassol (Salep & bubuk)
Mebo (Salep)
Mederma (Gel)
Ekstrak Centella asiatica yang sudah dititrasi
Radix scutellariae, Phellodendri cortex, Rhizoma coptidis.
Cepalin extr, allantoin
Tetra chlorodeca-oxygen anion complex
Corsa/Roche Nicholas/Serdex
Combiphar
Combiphar/Merz
Pharos/Oxochemie
dekubitus, tukak kronik pada tungkai pada insufisensi vena, tukak & luka karena gangguan sirkulasi darah arteri, mikroangiopati diabetikum, mikroangiopati, tukak diabetikum, gangren, luka bakar.
Mencuci & membersihkan luka. Desinfeksi luka bakar.
Pengobatan luka sayat, lecet & luka bakar ringan
Oleskan 2-4x/hari
5-10mL 2x/hari
-
-
Hipoventilasi, mual, muntah, konstipasi, somnolen, konfusi, halusinansi, euforia.
Oxoferin (Larutan)
Septadine (Larutan)
Povidone-iodine
Prafa
Penatalaksanaan nyeri kronik pada pasien yang perlu analgesik opioid
Gunakan dengan konsentrasi penuh beberapa kali sehari dengan dioleskan, kompres, cuci atau semprot.
Oleskan sesering yang diperlukan di daerah kulit yang luka
Pasien tidak pernah pakai opioid : awal 10-15 mg. Dosis disesuaikan untuk memperoleh efek pereda nyeri selama 12 jam.
Visidep (Larutan & Salep)
MST Continus (Tablet)
Povidone-iodine
Morphine sulfate
Kimia Farma
Mahakam Beta Farma
Nyeri yang tidak dapat dikontrol dengan opioid yang kurang poten : awal 20-30 mg tiap 12 jam
L Burnazin (Krim) Silver sulfadiazine Darya-Varia Luka bakar semua derajat 1-2x/hari setebal 2mm
-
U
K
A
B
A
K
A
R
D
A
L
A
M
&
Septadine (Larutan)
MST Continus (Tablet)
Povidone-iodine
Morphine sulfate
Prafa
Mahakam Beta Farma
Mencuci & membersihkan luka. Desinfeksi luka bakar.
Penatalaksanaan nyeri kronik pada pasien yang perlu analgesik opioid
Gunakan dengan konsentrasi penuh beberapa kali sehari dengan dioleskan, kompres, cuci atau semprot.
Pasien tidak pernah pakai opioid : awal 10-15 mg. Dosis disesuaikan untuk memperoleh efek pereda nyeri selama 12 jam.
Nyeri yang tidak dapat dikontrol dengan opioid yang kurang poten : awal 20-30 mg tiap
Hipoventilasi, mual, muntah, konstipasi, somnolen, konfusi, halusinansi, euforia
A. Luka bakar
1. Definisi
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn) (Moenajat, 2001).
2. Patofisiologi Luka Bakar
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung atau radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 44oC tanpa kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap drajat kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang tahan dengan konduksi panas.Kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan intravaskuler keluar dari lumen pembuluh darah, dalam hal ini bukan hanya cairan tetapi protein plasma dan elektrolit. Pada luka bakar ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang hampir menyelutruh, penimbunan jaringan masif di intersitial menyebabakan kondisi hipovolemik. Volume cairan intravaskuler mengalami defisit, timbul ketidak mampuan menyelenggarakan proses transportasi ke jaringan, kondisi ini dikenal dengan syok (Moenajat, 2001).Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh kegagalan organ multi sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ multi sistem yaitu terjadinya kerusakan kulit yang mengakibatkan peningkatan pembuluh darah kapiler, peningkatan ekstrafasasi cairan (H2O, elektrolit dan protein), sehingga mengakibatkan tekanan onkotik dan tekanan cairan intraseluler menurun, apabila hal ini terjadi terus menerus dapat mengakibatkan hipopolemik dan hemokonsentrasi yang mengakibatkan terjadinya gangguan perfusi jaringan. Apabila sudah terjadi gangguan perkusi jaringan maka akan mengakibatkan gangguan sirkulasi makro yang menyuplai sirkulasi orang organ organ penting seperti : otak,kardiovaskuler, hepar, traktus gastrointestinal dan neurologi yang dapat mengakibatkan kegagalan organ multi system.
3. Etiologi
Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah :
a. Luka bakar suhu tinggi(Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald), jilatan
api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya(logam panas,dan lain-lain) (Moenadjat, 2005).
b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn) Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa digunakan dalam bidang industri militer ataupu bahan pembersih yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat,2005).
c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn) Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khusunya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat, 2001).
d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio aktif. Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi (Moenadjat, 2001).
4. Klasifikasi Luka Bakar
Klasifikasi luka bakar menurut kedalaman terbagi menjadi 4 derajat, yaitu:
a. Luka bakar derajat IKerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial, kulit kering hiperemik, berupa eritema, tidak dijumpai pula nyeri karena ujung –ujung syaraf sensorik teriritasi, penyembuhannya terjadi secara spontan dalam waktu 5 -10 hari (Brunicardi et al., 2005).
b. Luka bakar derajat IIKerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagai lapisan dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai pula, pembentukan scar, dan nyeri karena ujung –ujung syaraf sensorik teriritasi.Dasar luka berwarna merah atau pucat. Sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal (Moenadjat, 2001).1. Derajat II Dangkal (Superficial)
Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis.
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,kelenjar sebasea masih utuh.
Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan luka bakar pada mulanya tampak seperti luka bakar derajat I dan mungkin terdiagnosa sebagai derajat II superficial setelah 12-24 jam
Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna merah muda dan basah.
Jarang menyebabkan hypertrophic scar. Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara
spontan kurang dari 3 minggu (Brunicardi et al., 2005).
2. Derajat II dalam (Deep) Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis Organ-organ kulit seperti folikel-folikel rambut, kelenjar
keringat,kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung biji epitel yang
tersisa. Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tanpak
berwarna merah muda dan putih segera setelah terjadi cedera karena variasi suplay darah dermis (daerah yang berwarna putih mengindikasikan aliran darah yang sedikit atau tidak ada sama sekali, daerah yg berwarna merah muda mengindikasikan masih ada beberapa aliran darah ) (Moenadjat, 2001)
Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3 -9 minggu (Brunicardi et al., 2005)
c. Luka bakar derajat III (Full Thickness burn)Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dermis dan lapisan lebih dalam, tidak dijumpai bula, apendises kulit rusak, kulit yang terbakar berwarna putih dan pucat. Karena kering, letak nya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar. Terjadi koagulasi protein pada epidermis yang dikenal sebagai scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi,oleh karena ujung –ujung syaraf sensorik mengalami kerusakan ataukematian. Penyembuhanterjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari dasar luka (Moenadjat, 2001).
d. Luka bakar derajat IVLuka full thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan ltulang dengan adanya kerusakan yang luas. Kerusakan meliputi seluruh dermis,organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat mengalami kerusakan, tidak dijumpai bula, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat, terletak lebih rendah dibandingkan kulit sekitar, terjadi koagulasi protein pada epidemis dan dermis yang dikenal scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensori karena ujung-ujung syaraf sensorik mengalami kerusakan dan kematian. penyembuhannya terjadi lebih lama karena ada proses epitelisasi spontan dan rasa luka (Moenadjat, 2001).
5. Proses Penyembuhan Luka
Berdasarkan klasifikasi lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi dua yaitu: akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam jangka waktu 2–3 minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak tanda-tanda untuk sembuh dalam jangka lebih dari 4–6 minggu. Pada dasarnya proses penyembuhan luka sama untuk setiap cedera jaringan lunak. Begitu juga halnya dengan kriteria sembuhnya luka pada tipa cedera jaringan luka baik luka ulseratif kronik, seperti dekubitus dan ulkus tungkai, luka traumatis, misalnya laserasi, abrasi, dan luka bakar, atau luka akibat tindakan bedah. Luka dikatakan mengalami proses penyembuhan jika mengalami proses fase respon inflamasi akut terhadap cedera, fase destruktif, fase proliferatif, dan fase maturasi. Kemudian disertai dengan berkurangnya luasnya luka, jumlah eksudat berkurang, jaringan luka semakin membaik.Tubuh secara normal akan merespon terhadap luka melalui proses peradangan yang dikarakteristikan dengan lima tanda utama yaitu bengkak, kemerahan, panas, nyeri dan kerusakan fungi. Proses penyembuhannya mencakup beberapa fase (Potter & Perry, 2005) yaitu:
a. Fase InflamatoriFase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3–4 hari. Dua proses utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan fagositosis. Hemostasis (penghentian perdarahan) akibat vasokonstriksi pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh darah, endapan fibrin (menghubungkan jaringan) dan pembentukan bekuan darah di daerah luka. Scab (keropeng) juga dibentuk dipermukaan luka. Scab membantu hemostasis dan mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme. Dibawah scab epithelial sel berpindah dari luka ke tepi. Sel epitel membantu sebagai barier antara tubuh dengan lingkungan dan mencegah masuknya mikroorganisme. Suplai darah yang meningkat ke jaringan membawa bahan-bahan dan nutrisi yang diperlukan pada proses penyembuhan. Pada akhirnya daerah luka tampak merah dan sedikit bengkak. Selama
sel berpindah lekosit (terutama neutropil) berpindah ke daerah interstitial. Tempat ini ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama lebih kurang 24 jam setelah cidera/luka. Makrofag ini menelan mikroorganisme dan sel debris melalui proses yang disebut fagositosis. Makrofag juga mengeluarkan faktor angiogenesis (AGF) yang merangsang pembentukan ujung epitel diakhir pembuluh darah. Makrofag dan AGF bersama-sama mempercepat proses penyembuhan. Respon inflamatori ini sangat penting bagi proses penyembuhan. Respon segera setelah terjadi injuri akan terjadi pembekuan darah untuk mencegah kehilangan darah. Karakteristik fase ini adalah tumor, rubor, dolor, calor, functio laesa. Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi.
b. Fase ProliferatifFase kedua ini berlangsung dari hari ke–4 atau 5 sampai hari ke–21. Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi fibroblas, sel inflamasi, pembuluh darah yang baru, fibronectin and hyularonic acid. Fibroblas (menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama setelah terjadi luka. Diawali dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi luka. Kolagen adalah substansi protein yang menambah tegangan permukaan dari luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan permukaan luka sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Kapilarisasi dan epitelisasi tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran darah yang memberikan oksigen dan nutrisi yang diperlukan bagi penyembuhan.
c. Fase MaturasiFase maturasi dimulai hari ke–21 dan berakhir 1–2 tahun. Fibroblas terus mensintesis kolagen. Kolagen menyalin dirinya, menyatukan dalam struktur yang lebih kuat. Bekas luka menjadi kecil, kehilangan elastisitas dan meninggalkan garis putih. Dalam fase ini terdapat remodeling luka yang merupakan hasil dari peningkatan jaringan kolagen, pemecahan kolagen yang berlebih dan regresi vaskularitas luka. Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan jaringan. Terbentuk jaringan parut 50–80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya.Kemudian terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular dan vaskularisasi jaringan yang mengalami perbaikan (Syamsulhidjayat, 2005).
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
a. Usia
Sirkulasi darah dan pengiriman oksigen pada luka, pembekuan, respon inflamasi,dan fagositosis mudah rusak pada orang terlalu muda dan orang tua, sehingga risiko infeksi lebih besar. Kecepatan pertuumbuhan sel dan epitelisasi pada luka terbuka lebih lambat pada usia lanjut sehingga penyembuhan luka juga terjadi lebih lambat (DeLauna & Ladner, 2002).b. Nutrisi
Diet yang seimbang antara jumlah protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin yang adekuat diperlukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap patogen dan menurunkan risiko infeksi. Pembedahan,infeksi luka yang parah, luka bakar dan trauma, dan kondisi defisit nutrisi meningkatkan kebutuhan akan nutrisi. Kurang nutrisi dapat meningkatkan resiko infeksi dan mengganggu proses penyembuhan luka. Sedangkan obesitas dapat menyebabkan penurunan suplay pembuluh darah, yang merusak pengiriman nutrisi dan elemen-elemen yang lainnya yang diperlukan pada proses penyembuhan. Selain itu pada obesitas penyatuan jaringan lemak lebih sulit, komplikasi seperti dehisens dan episerasi yang diikuti infeksi bisa terjadi (DeLaune & Ladner, 2002). Oksigenasi Penurunan oksigen arteri pada mengganggu sintesa kolagen dan pembentukan epitel, memperlambat penyembuhan luka. Mengurangi kadar hemoglobin (anemia), menurunkan pengiriman oksigen ke jaringan dan mempengaruhi perbaikan jaringan (Delaune & Ladner,2002).
c. Infeksi
Bakteri merupakan sumber paling umum yang menyebabkan terjadinya infeksi. Infeksi menghematkan penyembuhan dengan memperpanjang fase inflamasi, dan memproduksi zat kimia serta enzim yang dapat merusak jaringan (Delaune & Ladner, 2002). Resiko infeksi lebih besar jika luka mengandung jaringan nekrotik, terdapat benda asing dan suplai darah serta pertahanan jaringan berkurang (Perry & Potter, 2005).
d. Merokok
Merokok dapat menyebabkan penurunan kadar hemoglobin dan kerusakan oksigenasi jaringan. Sehingga merokok menjadi penyulit dalam proses penyembuhan luka (DeLaune & Ladner, 2002).
e. Diabetes Melitus
Menyempitnya pembuluh darah (perubahan mikrovaskuler) dapat merusak perkusi jaringan dan pengiriman oksiken ke jaringan.
Peningkatan kadar glukosa darah dapat merusak fungsi luekosit dan fagosit. Lingkungan yang tinggi akan kandungan glukosa adalah media yang bagus untuk perkembangan bakteri dan jamur (DeLaune &Ladner, 2002).
f. Sirkulasi
Aliran darah yang tidak adekuat dapat mempengaruhi penyembuhan luka hal ini biasa disebabkan karena arteriosklerosis atau abnormalitas pada vena (DeLaune & Ladner, 2002).
g. Faktor Mekanik
Pergerakan dini pada daerah yang luka dapat menghambat penyembuhan (DeLaune & Ladner, 2002).
h. Steroid
Steroid dapat menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera dan menghambat sintesa kolagen. Obat obat antiinflamasi dapat menekan sintesa protein, kontraksi luka, epitelisasi dan inflamasi (DeLaune & Ladner, 2002).
i. Antibiotik
Penggunaan antibiotik jangka panjang dengan disertai perkembangan bakteri yang resisten, dapat menigkatkan resiko infeksi (Delaune & Ladner, 2002).