luka bakar.docx

40
II.4 Luka bakar II.4.1 Uraian Penyakit Kulit merupakan salah satu bagian dari tubuh yang sensitif, karena jika ada yang tidak cocok atau tidak sesuai dengan perawatan kulit maka akan membuat kulit menjadi rusak. Apalagi jika ternyata kulit mengalami luka bakar, maka perawatan luka bakar kulit perlu perhatian yang lebih dan pemilihan obat yang tepat. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi. Hal ini disebabkan karena pada luka bakar terdapat keadaan sebagai berikut : 1. Terdapat kuman dengan patogenitas tinggi 2. Terdapat banyak jaringan mati 3. Mengeluarkan banyak air, serum dan darah 4. Terbuka untuk waktu yang lama (mudah terinfeksi dan terkena trauma) 5. Memerlukan jaringan untuk menutup II.4.2 Etiologi Dalam kasus luka bakar, derajat luka bakar dibagi berdasarkan tingkat keparahannya. Luka bakar terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda yang

Upload: rhya-restiana-sibela

Post on 10-Jul-2016

73 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

II.4 Luka bakarII.4.1 Uraian Penyakit

Kulit merupakan salah satu bagian dari tubuh yang sensitif, karena

jika ada yang tidak cocok atau tidak sesuai dengan perawatan kulit maka

akan membuat kulit menjadi rusak. Apalagi jika ternyata kulit mengalami

luka bakar, maka perawatan luka bakar kulit perlu perhatian yang lebih

dan pemilihan obat yang tepat.

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan

jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air

panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.Luka bakar merupakan suatu jenis

trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi. Biaya yang dibutuhkan

untuk penanganannya pun tinggi.

Hal ini disebabkan karena pada luka bakar terdapat keadaan

sebagai berikut :

1. Terdapat kuman dengan patogenitas tinggi

2. Terdapat banyak jaringan mati

3. Mengeluarkan banyak air, serum dan darah

4. Terbuka untuk waktu yang lama (mudah terinfeksi dan terkena

trauma)

5. Memerlukan jaringan untuk menutup

II.4.2 EtiologiDalam kasus luka bakar, derajat luka bakar dibagi berdasarkan

tingkat keparahannya. Luka bakar terjadi akibat sentuhan permukaan

tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api secara

langsung maupun tidak langsung, pajanan suhu tinggi dari matahari,

listrik, maupun bahan kimia, air, dll) atau zat-zat yang bersifat membakar

(asam kuat, basa kuat).

II.4.3 Patofisiologi Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa derajat luka

bakar dibagi berdasarkan tingkat keparahannya, yaitu :

1. Luka bakar derajat pertama, terbatas di epidermis, misalnya terbakar

matahari. Terdapat eritema dan nyeri, tetapi tidak segera timbul

lepuh. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam 3 – 4 hari. Luka

bakar ini tidak menimbulkan jaringan parut. Biasanya tidak timbul

komplikasi.

2. Luka bakar derajat kedua superfisial, meluas ke epidermis dan ke

dalam lapisan dermis. Luka bakar ini sangat nyeri dan menimbulkan

lepuh dalam beberapa menit. Luka bakar ini biasanya sembuh tanpa

meninggalkan jaringan parut. Penyembuhan biasanya memerlukan

waktu satu bulan. Komplikasi jarang terjadi, walaupun mungkin

timbul infeksi sekunder pada luka.

3. Luka bakar derajat kedua dalam, meluas ke seluruh dermis. Luka

bakar jenis ini hanya sensitif parsial terhadap nyeri karena luasnya

destruksi saraf-saraf sensorik. Namun, daerah sekitarnya biasanya

mengalami luka bakar derajat kedua superfisial yang nyeri. Pada

luka bakar jenis ini penyembuhannya memerlukan waktu beberapa

Minggu dan pembersihan (debridement) secara bedah untuk

membuang jaringan yang mati. Biasanya diperlukan tandur kulit.

Pada luka bakar ini selalu terjadi pembentukan jaringan parut.

4. Luka bakar derajat ketiga, meluas ke epidermis, dermis dan subkutis.

Kapiler dan vena mungkin hangus dan aliran darah ke daerah

tersebut berkurang. Saraf rusak sehingga tidak terasa nyeri. Namun

daerah sekitarnya biasanya memperlihatkan nyeri seperti pada luka

bakar derajat kedua. Luka bakar jenis ini mungkin memerlukan waktu

berbulan - bulan untuk sembuh dan diperlukan pembersihan secara

bedah dan penanduran. Luka bakar derajat ketiga membentuk

jaringan parut dan jaringan tampak seperti kulit yang keras.

5. Luka bakar derajat keempat, meluas ke otot, tulang dan jaringan

dalam. Luka bakar akibat sengatan arus listrik menyebabkan

robeknya jaringan digolongkan dalam luka bakar jenis ini.

Efek luka bakar yang luas

Luka bakar yang luas mempengaruhi metabolisme dan fungsi

setiap sel tubuh. Semua sistem terganggu, terutama sistem

kardiovaskular. Karena semua organ memerlukan aliran darah yang

adekuat, maka perubahan fungsi kardiovaskular memiliki dampak luas

pada daya tahan hidup dan pemulihan pasien.

Respons kardiovaskular pada luka bakar yang luas

Dalam beberapa jam setelah luka bakar yang luas, kemampuan

kapiler untuk berfungsi sebagai sawar difusi hilang, cairan keluar dari

sistem vaskular. Terjadi penimbunan filtrat di ruang interstisium di antra

sel-sel sehingga terjadi edema imterstisium yang luas dan penurunan

drastis tekanan darah. Dapat timbul syok irreversibel. Hilangnya integritas

kapiler digambarkan sebagai hilangnya sumbatan kapiler. Mekanisme

penyebab hilangnya sumbatan kapiler belum sepenuhnya dipahami,

walaupun riset-riset mengisyaratkan bahwa beberapa mediator

peradangan, termasuk histamin dan prostaglandin, ikut berperan.

Histamin dan sebagian prostaglandin adalah vasodilator kuat.

Respons sel terhadap luka bakar

Sel – sel mengalami kebocoran elektrolit, sehingga Natrium

tertimbun di dalam sel dan terjadi pembengkakan. Kalium keluar sel dan

masuk ke cairan ekstrasel. Magnesium dan fosfat keluar dari sel.

Perubahan-perubahan ini mempengaruhi potensial membran semua sel

dan dapat menyebabkan disritmia jantung serta perubahan pada fungsi

susunan saraf pusat.

Luka bakar yang luas menghambat fungsi imun. Berkurangnya

fungsi imun, disertai hilangnya fungsi protektif kulit, menenpatkan pasien

pada resiko tinggi mengalami infeksi. Penurunan fungsi kekebalan

tampaknya disebabkan oleh pelepasan hormon-hormon, tidak terbatas

pada glukokortikoid, terutama kortisol. Kortisol dikeluarkan dalam keadaan

stres dam merupakan imunosupresan pada konsentrasi tinggi.

Pada luka bakar yang luas, laju metabolisme secara drastis

meningkat. Peningkatan kecepatan metabolisme dapat terjadi akibat

pengaktifan sistem saraf simpatis dan akibat hilangnya panas sewaktu

kulit rusak. Pusat kontrol suhu di hipotalamus terpengaruh oleh respons

terhadap luka bakar yang luas, sehingga terjadi pengaktifan di titik tertentu

di hipotalamus. Hal ini dapat terjadi dari respons peradangan yang luas.

Kecepatan metabolisme tinggi pada pascaluka bakar yang luas karena

jaringan yang mulai sembuh membutuhkan banyak kalori.

Komplikasi

Setiap luka bakar dapat terinfeksi yang dapat menyebabkan cacat

lebih lanjut atau kematian.

Lambatnya aliran darah dapat menyebabkan pembentukan bekuan

darah sehingga timbul cerebrovascular accident, infark miokardium,

atau emboli paru.

Kerusakan paru akibat inhalasi asap atau pembentukan embolus.

Dapat terjadi kongesti paru akibat gagal jantung atau infark

miokardium, serta sindrom distres pernapasan pada orang dewasa.

Gangguan elektrolit dapat menyebabkan disritmia jantung.

Syok luka bakar dapat secara ireversibel merusak ginjal sehingga

timbul gagal ginjal dalam satu atau dua minggu pertama setelah luka

bakar. Dapat terjadi gagal ginjal akibat hipoksia ginjal atau

rabdomiolisis (obstruksi mioglobin pada tubulus ginjal akibat nekrosis

otot yang luas).

Penurunan aliran darah ke saluran cerna dapat menyebabkan

hipoksia sel-sel penghasil mukus sehingga terjadi ulkus peptikum.

Dapat terjadi koagulasi intravaskular diseminata (DIC) karena

destruksi jaringan yang luas.

Pada luka bakar yang luas atau menimbulkan kecacatan, trauma

psikologis dapat menyebabkan depresi, perpecahan keluarga, dan

keinginan untuk bunuh diri. Gejala-gejala dapat datang dan pergi

berulang-ulang kapan saja seumur hidup.

Beban biaya pada keluarga pasien pengidap luka bakar yang luas

sangat besar.

II.3 4 Penanganan dan Pengobatan 1. Penanganan luka bakar

Luka bakar derajat pertama dapat diberikan air dingin yang

mengalir secara terus menerus selama 15 menit. Misalkan

dengan meletakkan bagian yang mengalami luka bakar di

bawah kran dengan air yang terus mengalir, atau rendam

dalam bak mandi atau ember yang berisi air dingin untuk

mencegah atau mengurangi bengkak yang disebabkan oleh

kerusakan jaringan serta mencegah kerusakan merembet ke

lapisan kulit yang lebih dalam.

Jangan meletakkan es secara langsung pada luka bakar,

karena dapat menyebabkan frosbite, yaitu cedera atau

kematian sel karena membeku.

Jangan mengoleskan apapun ke kulit yang mengalami luka

bakar sebelum anda melakukan tindakan diatas. Mengoleskan

pasta gigi atau mentega bukanlah tindakan yang tepat,

bahkan akan memicu munculnya infeksi.

Setelah luka bakar dingin, oleskan lotion yang mengandung

aloe vera atau vitamin E. Hal ini bertujuan untuk mencegah

kulit menjadi kering atau rusak.

Bila perlu anda dapat menutup kulit yang mengalami luka

bakar dengan kasa steril yang mengandung antibiotik 

kemudiandiplester. Tindakan ini dapat mencegah terjadinya

infeksi dan juga mengurangi nyeri akibat luka bakar

bersentuhan dengan udara atau pakaian.

Dapat juga dioleskan krim antibiotik ke luka bakar untuk

mencegah infeksi.

Untuk mengurangi rasa nyeri atau demam minumlah pereda

nyeri.

Setelah luka bakar sembuh untuk mengurangi bekas luka

dapat menggunakan Mederma gel yang bisa di beli di apotik-

apotik terdekat.

Semua luka bakar yang lebih dalam memerlukan terapi

antibiotik.

Luka bakar yang luas memerlukan terapi dengan cairan

intravena yang cepat untuk mengatasi hilangnya cairan akibat

kebocoran kapiler.

Pasien dengan luka bakar yang luas memerlukan peningkatan

pemberian kalori untuk memenuhi kebutuhan metabolik

jaringan yang besar, terutama bagi jaringan yang mulai

sembuh.

Pemberian narkotik terutama pada pasien dengan luka bakar

yang luas dimana pasien gelisah. Kegelisahan pasien lebih

disebabkan oleh hipoksemi dan hipovolemi, oleh karena itu

pemberian oksigen dan cairan lebih menolong daripada

pemberian narkotik.

Tidak boleh memecahkan blister dan memberikan antiseptik

untuk pasien luka bakar. Yang boleh diberikan hanyalah

topikal antibiotik.

2. Pengobatan non kimiawi untuk luka bakar

Nano propilis yang mengandung zat anti peradangan yang

membantu mengatasi infeksi dan luka yang terjadi akibat luka

bakar kulit. Selain itu juga nano propolis bersifat disinfektan

(anti bakteri dan jamur) sehingga akan menjaga luka bakar

dari kuman sehingga mempercepat proses penyembuhan.

Untuk pengobatan tradisional dapat digunakan lidah buaya

yang mengandung 75 bahan kimia dan 1% dari sisanya yang

merupakan air. Bahan-bahan kimia tersebut tidak dapat berdiri

sendiri dan harus dipakai secara bersama-sama. Paling baik

dan efektif adalah memakai lidah buaya yang masih segar

karena setelah dipatahkan lidah buaya akan teroksidasi.

Secara keseluruhan, lidah buaya akan memberikan efek anti-

panas/anti-luka bakar, anti-bakteri di kulit dan melembabkan

kulit sehinga kulit akan lebih tidak gatal dan tidak infeksi.

Resusitasi CairanSebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena luka bakar,

Pemberian cairan intravena yang adekuat harus dilakukan, akses

intravena yang adekuat harus ada, terutama pada bagian ekstremitas

yang tidak terkena luka bakar. Adanya luka bakar diberikan cairan

resusitasi karena adanya akumulasi cairan edema tidak hanya pada

jaringan yang terbakar, tetapi juga seluruh tubuh. Telah diselidiki bahwa

penyebab permeabilitas cairan ini adalah karena keluarnya sitokin dan

beberapa mediator, yang menyebabkan disfungsi dari sel, kebocoran

kapiler. Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan

mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan

cairan terbesar adalah pada 4 jam pertama terjadinya luka dan akumulasi

maksimum edema adalah pada 24 jam pertama setelah luka bakar.

Prinsip dari pemberian cairan pertama kali adalah pemberian garam

ekstraseluler dan air yang hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel

tubuh. Pemberian cairan paling popular adalah dengan Ringer laktat untuk

48 jam setelah terkena luka bakar. Output urin yang adekuat adalah 0.5

sampai 1.5mL/kgBB/jam.

Formula yang terkenal untuk resusitasi cairan adalah formula Parkland :24 jam pertama.Cairan Ringer laktat : 4ml/kgBB/%luka bakar

o contohnya pria dengan berat 80 kg dengan luas luka bakar 25 %

o membutuhkan cairan : (25) X (80 kg) X (4 ml) = 8000 ml dalam 24 jam

pertama

½ jumlah cairan 4000 ml diberikan dalam 8 jam

½ jumlah cairan sisanya 4000 ml diberikan dalam 16 jam berikutnya.

Cara lain adalah cara Evans :l. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg = jumlah NaCl / 24

jam

2. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg =jumah plasma / 24

jam (no 1 dan 2 pengganti cairan yang hilang akibat oedem. Plasma

untuk mengganti

plasma yang keluar dari pembuluh dan meninggikan tekanan osmosis

hingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali cairan yang

telah keluar)

3. 2000 cc Dextrose 5% / 24 jam (untuk mengganti cairan yang hilang

akibat penguapan). Separuh dari jumlah cairan 1+2+3 diberikan dalam 8

jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua

diberikan setengah jumlah cairan pada hari pertama. Dan hari ketiga

diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.

Cara lain yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan rumus Baxter yaitu : % x BB x 4 cc

Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya

diberikan dalam 16 jam berikutnya. Hari pertama terutama diberikan

elektrolit yaitu larutan RL karena terjadi defisit ion Na. Hari kedua

diberikan setengah cairan hari pertama. Contoh: seorang dewasa dengan

BB 50 kg dan luka bakar seluas 20 % permukaan kulit akan

diberikan 50 x 20 % x 4 cc = 4000 cc yang diberikan hari pertama dan

2000 cc pada hari kedua.9

Kebutuhan kalori pasien dewasa dengan menggunakan formula Curreri, adalah

25 kcal/kgBB/hari ditambah denga 40 kcal/% luka bakar/hari.

Petunjuk perubahan cairan

Pemantauan urin output tiap jam

Tanda-tanda vital, tekanan vena sentral

Kecukupan sirkulasi perifer

Tidak adanya asidosis laktat, hipotermi

Hematokrit, kadar elektrolit serum, pH dan kadar glukosa

Penggantian DarahLuka bakar pada kulit menyebabkan terjadinya kehilangan sejumlah sel

darah merah sesuai dengan ukuran dan kedalaman luka bakar. Sebagai

tambahan terhadap suatu kehancuran yang segera pada sel darah merah

yang bersirkulasi melalui kapiler yang terluka, terdapat kehancuran

sebagian sel yang mengurangi waktu paruh dari sel darah merah yang

tersisa. Karena plasma predominan hilang pada 48 jam pertama setelah

terjadinya luka bakar, tetapi relative polisitemia terjadi pertama kali. Oleh

sebab itu,

pemberian sel darah merah dalam 48 jam pertama tidak dianjurkan,

kecuali terdapat kehilangan darah yang banyak dari tempat luka. Setelah

proses eksisi luka bakar dimulai, pemberian darah biasanya diperlukan.

Perawatan Luka BakarSetelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan

dilakukan perawatan luka. Perawatan tergantung pada karakteristik dan

ukuran dari luka. Tujuan dari semua perawatan luka bakar agar luka

segera sembuh rasa sakit yang minimal.Setelah luka dibersihkan dan di

debridement, luka ditutup. Penutupan luka ini memiliki beberapa fungsi:

pertama dengan penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan

epitel dan meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur. Kedua, luka

harus benar-benar tertutup untuk mencegah evaporasi pasien tidak

hipotermi. Ketiga, penutupan luka diusahakan semaksimal mungkin agar

pasien merasa nyaman dan meminimalkan timbulnya rasa sakit Pilihan

penutupan luka sesuai dengan derajat luka bakar.

Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya

barrier pertahanan kulit. Luka seperti ini tidak perlu di balut, cukup

dengan pemberian salep antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan

melembabkan kulit. Bila perlu dapat diberi NSAID (Ibuprofen,

Acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan pembengkakan

Luka bakar derajat II (superfisial ), perlu perawatan luka setiap harinya,

pertama-tama luka diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut

dengan perban katun dan dibalut lagi dengan perban elastik. Pilihan

lain luka dapat ditutup dengan penutup luka sementara yang terbuat

dari bahan alami (Xenograft (pig skin) atau Allograft (homograft,

cadaver skin) atau bahan sintetis (opsite, biobrane, transcyte, integra)

Luka derajat II ( dalam ) dan luka derajat III, perlu dilakukan eksisi awal

dan cangkok kulit (early exicision and grafting )

Berikut ini adalah tabel pengobatan luka bakar:Jenis

Luka Bakar

Nama Paten& Bentuk Sediaan Komposisi Produsen Indikasi Dosis Efek Samping

L

U

K

A

B

A

K

Bioplacenton (Gel)

Bioplacenton-Tulle (Kasa steril)

Neomycin sulfate, placenta extrak

Ca-alginate

Kalbe Farma

Kalbe Farma

Luka bakar, ulkus kronik, luka yang lama sembub, ulkus dekubitus, eksim pioderma

Membantu proses re-epitelisasi & proses penyembuhan luka bakar & luka eksudatif lainnya.

Luka bakar semua derajat

Oleskan 4-6x/hari

Tempelkan selembar pada permukaan luka, ganti minimal 1x/hari

1-2x/hari

Ototoksik, nefrotoksik, oertumbuhan berlebihan organisme lain yang tidak rentan (penggunaan jangka lama)

Iritasi lokal

-

A

R

R

I

N

G

A

N

Burnazin (Krim)

Centabio (Gel)

Daryant-Tulle (Kasa steril)

Silver sulfadiazine

Neomycin sulfate, placenta extrak

Framycetin sulfate

Silver sulfadiazin

Darya-Varia

Caprifarmindo

Darya-Varia

Luka bakar, tukak kronik, luka yang sulit sembuh, tukak dekubital, eksim, piodermal, impetigo, furunkulosis & infeksi kulit lain.

Luka bakar, trauma, infeksi sekunder pada kulit, tukak & sirkumsisi

Terapi untuk luka bakar

Impetigo kontangiosa, ektima, ulkus varikosis, ulkus dekubitus, folikulitis, furunkulosis, sitosis barbel, pioderma

setebal 2mm

Oleskan tipis-tipis 2-5x /hari

Potong seluas daerah lesi & tempelkan pada lesi

Oleskan 2-5 mm 1-2x

/hari

Oleskan 3-4x/hari

-

-

-

Superinfeksi, iritasi

Dermazin 25, 50, 250 (Krim)

Gentamisin Sulfat TIA (Krim/Salep)

Gentamisin sulfate

Neomycin sulfat, Zn bacitracin

Neomycin sulfat,

Phapros/Lek

Tunggal Idaman Abdi

Phapros

gangrenosum & luka bakar.

Impetigo, luka bakar, pembedahan kosmetika, pioderma, folikulitis barbel, furunkulosis, akne nekrotikan, dekubitus ulseratif, eksim terinfeksi.

Terapi pada luka bakar, ulkus kronik, ulkus dekubitus, pioderma eksema, impetigo, furunkulosis & penyakit infeksi kulit lain.

Infeksi kulit primer, impetigo kontangiosa,

Dioleskan pada daerah yang terinfeksi.

Oleskan pada daerah yang sakit 4-6x/hari

Kadang kala sensitisasi lokal, superinfeksi

Penggunaan kronik pada inflamasi kulit (misalnya dermatitis kontak dan dermatosis kronik) dapat meningkatkan resiko sensitivitas. Reaksi hipersensitifitas.

NB Topical (Salep)

Neocenta (Gel)

placenta extrak

Gentamicin sulfate

Ifars

Nicholas

ektima, ulkus varikosa, ulkus dekubitus, folikulitis, furunkulosis, psikosis barbae, gangrenosum pioderma & luka bakar.

Infeksi kulit primer dan sekunder, impetigo contangiosa, folikulitis superfisialis, furunkulosis, dermatitis ekzematoid infeksius, pusutular acne, infeksi luka bakar.

Infeksi lokal pada kulit, misalnya impetigo, luka bakar, pioderma, folikulitis, furunkulosis, akne nekrotika, ulkus dekubitus, eksim yang terinfeksi.

Luka karena panas, trauma, ulserasi, infeksi sekunder & elektif pada kulit

Oleskan 3-4x/hari

Oleskan 3-4x/hari

-

Iritasi lokal, fotosensitisasi

Nichogencin (Krim)

Ottogenta (Krim)

Gentamicin sulfat

Neomycin sulfat, bacitracin

Otto

Otto

Meringankan rasa sakit dan menurunkan demam

Menghilangkan demam dan nyeri

Gunakan 2-3x/hari pada kulit yang terinfeksi

Tempelkan selembar pada lesi, untuk luka dengan eksudat ganti kasa ini 1x/hari

Dewasa : 1

Sensitisasi lokal

Ototoksisitas (luka terbuka, lesi pada daerah yang luas, gangguan ginjal pada pemakaian jangka lama)

Kerusakan hati (penggunaan lama)

Tracetin (Salep)

Sofra-Tulle (Kasa steril)

Framycetin sulfate

Paracetamol

Sanofi Aventis

Hexpharm

Nyeri pasca operasi, pasca melahirkan, luka traumatik, operasi mulut/nyeri pada gigi, dismenore & nuyeri sedang lainnya.

kaplet 3-4x/hari

Anak 6-12 thn : ½ - 1 kaplet 3-4x/hari

Dewasa : 1-2 tablet 3-4x/hari

Anak 6-12 thn : ½ - 1 tablet tiap 4-6 jam

Anak 2-5 thn : ¼ - ½ tablet tiap 4-6 jam

400 mg 3x/hari

Reaksi hematologi, eripsi kulit, mual, muntah, nekrosis tubulus ginjal, hiperglikemia & hipoglikemia. Dosis besar dan lama kerusakan hati.

Gangguan GI, perdararahan GI, ulkus peptik, sakit kepala, pusing, gelisah, depresi, mengantuk, ruam kulit, pruritis, tinitus, edema, insomnia, gangguan penglihatan, kerusakan ginjal& hati, agrunolisitosis, trombositopenia.

Paracetamol Hexpharm(kaplet)

Paracetamol OGB Dexa(tablet)

Paracetamol

Ibuprofen

Dexa Medica

Tempo Scan Pasific

Dolofen-F(tablet)

L

U

K

A

B

A

K

A

R

D

Burnazin (Krim)

Dermatix (Gel)

Silver sulfadiazine

Dimethicone, polysiloxane

Darya-Varia

Transfarma Medica Indah

Luka bakar semua derajat

Digunakan untuk perawatan keloid & luka parut yang disebabkan prosedur umum operasi, luka trauma & luka bakar sesudah luka sembuh & permukaan kulit telah utuh.

Keloid. Pencegahan luka

1-2x/hari setebal 2mm

Oleskan tipis-tipis & pijatkan perlahan pada luka parut 2 x/hari, pada pagi & sore hari

Oleskan 1-2 x/hari

Jarang: kemerahan setempat, nyeri atau iritasi pada kuit

Gatal, rasa terbakar, eksim

E

R

A

J

A

T

2

S

U

P

E

R

F

I

S

I

A

Fitocassol (Krim)

Kelo-cote (Gel)

Isolat Centella asiatica mentah

Polysiloxane, silicon dioxide

Kimia Farma

Axelia

terhadap tendensi terbentuknya jaringan parut/keloid pada luka trauma, luka bedah, luka bakar, fistula, jaringan parut yang abnormal, retraktil, atau dekubitus. Lesi mukokutaneus pada THT, ginekologik.

Penanganan awal untuk jaringan parut baru & lama, terutama untuk pencegahan jaringan parut hipertofik/keloid akibat pembedahan umum (pasca op.), trauma, luka bakar & luka dll

Mempercepat penyembuhan luka bakar, luka akibat trauma & luka pasca op.

Oleskan tipis-tipis pada area yang membutuhkan 2 x/hari. Biarkan kering. Lama terapi yang dianjurkan 60-90 hari.

-

-

-

Pruritus, rasa terbakar, eksim

L

Lanakeloid (Kaplet)

Lanakeloid-E (Krim)

Centella asiatica selected triterpenes

Centella asiatica phytosome, Vit.E,

Healthcare

Landson

Landson

Mempercepat penyembuhan luka bakar, luka akibat trauma & luka pasca op.

Keloid & pencegahan keloid karena luka trauma, luka bedah, luka bakar.

Meredakan nyeri pada luka bakar

Jaringan parut hipertofik & keloid

Luka yang terinfeksi, hambatan penyembuhan luka pasca trauma atau pasca op., ulkus

1 kaplet 3x/hari

Oleskan tebal-tebal 1-2x/hari

Gunakan 1-2x/hari

Oleskan tipis-tipis tiap 6 jam

-

-

Jarang, rasa panas terbakar atau gatal

Madecassol (Salep & bubuk)

Mebo (Salep)

Mederma (Gel)

Ekstrak Centella asiatica yang sudah dititrasi

Radix scutellariae, Phellodendri cortex, Rhizoma coptidis.

Cepalin extr, allantoin

Tetra chlorodeca-oxygen anion complex

Corsa/Roche Nicholas/Serdex

Combiphar

Combiphar/Merz

Pharos/Oxochemie

dekubitus, tukak kronik pada tungkai pada insufisensi vena, tukak & luka karena gangguan sirkulasi darah arteri, mikroangiopati diabetikum, mikroangiopati, tukak diabetikum, gangren, luka bakar.

Mencuci & membersihkan luka. Desinfeksi luka bakar.

Pengobatan luka sayat, lecet & luka bakar ringan

Oleskan 2-4x/hari

5-10mL 2x/hari

-

-

Hipoventilasi, mual, muntah, konstipasi, somnolen, konfusi, halusinansi, euforia.

Oxoferin (Larutan)

Septadine (Larutan)

Povidone-iodine

Prafa

Penatalaksanaan nyeri kronik pada pasien yang perlu analgesik opioid

Gunakan dengan konsentrasi penuh beberapa kali sehari dengan dioleskan, kompres, cuci atau semprot.

Oleskan sesering yang diperlukan di daerah kulit yang luka

Pasien tidak pernah pakai opioid : awal 10-15 mg. Dosis disesuaikan untuk memperoleh efek pereda nyeri selama 12 jam.

Visidep (Larutan & Salep)

MST Continus (Tablet)

Povidone-iodine

Morphine sulfate

Kimia Farma

Mahakam Beta Farma

Nyeri yang tidak dapat dikontrol dengan opioid yang kurang poten : awal 20-30 mg tiap 12 jam

L Burnazin (Krim) Silver sulfadiazine Darya-Varia Luka bakar semua derajat 1-2x/hari setebal 2mm

-

U

K

A

B

A

K

A

R

D

A

L

A

M

&

Septadine (Larutan)

MST Continus (Tablet)

Povidone-iodine

Morphine sulfate

Prafa

Mahakam Beta Farma

Mencuci & membersihkan luka. Desinfeksi luka bakar.

Penatalaksanaan nyeri kronik pada pasien yang perlu analgesik opioid

Gunakan dengan konsentrasi penuh beberapa kali sehari dengan dioleskan, kompres, cuci atau semprot.

Pasien tidak pernah pakai opioid : awal 10-15 mg. Dosis disesuaikan untuk memperoleh efek pereda nyeri selama 12 jam.

Nyeri yang tidak dapat dikontrol dengan opioid yang kurang poten : awal 20-30 mg tiap

Hipoventilasi, mual, muntah, konstipasi, somnolen, konfusi, halusinansi, euforia

L

U

K

A

D

E

R

A

J

A

T

3

12 jam

A. Luka bakar

1. Definisi

Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn) (Moenajat, 2001).

2. Patofisiologi Luka Bakar

Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung atau radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 44oC tanpa kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap drajat kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang tahan dengan konduksi panas.Kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan intravaskuler keluar dari lumen pembuluh darah, dalam hal ini bukan hanya cairan tetapi protein plasma dan elektrolit. Pada luka bakar ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang hampir menyelutruh, penimbunan jaringan masif di intersitial menyebabakan kondisi hipovolemik. Volume cairan intravaskuler mengalami defisit, timbul ketidak mampuan menyelenggarakan proses transportasi ke jaringan, kondisi ini dikenal dengan syok (Moenajat, 2001).Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh kegagalan organ multi sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ multi sistem yaitu terjadinya kerusakan kulit yang mengakibatkan peningkatan pembuluh darah kapiler, peningkatan ekstrafasasi cairan (H2O, elektrolit dan protein), sehingga mengakibatkan tekanan onkotik dan tekanan cairan intraseluler menurun, apabila hal ini terjadi terus menerus dapat mengakibatkan hipopolemik dan hemokonsentrasi yang mengakibatkan terjadinya gangguan perfusi jaringan. Apabila sudah terjadi gangguan perkusi jaringan maka akan mengakibatkan gangguan sirkulasi makro yang menyuplai sirkulasi orang organ organ penting seperti : otak,kardiovaskuler, hepar, traktus gastrointestinal dan neurologi yang dapat mengakibatkan kegagalan organ multi system.

3. Etiologi

Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah :

a. Luka bakar suhu tinggi(Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald), jilatan

api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya(logam panas,dan lain-lain) (Moenadjat, 2005).

b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn) Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa digunakan dalam bidang industri militer ataupu bahan pembersih yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat,2005).

c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn) Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khusunya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat, 2001).

d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio aktif. Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi (Moenadjat, 2001).

4. Klasifikasi Luka Bakar

Klasifikasi luka bakar menurut kedalaman terbagi menjadi 4 derajat, yaitu:

a. Luka bakar derajat IKerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial, kulit kering hiperemik, berupa eritema, tidak dijumpai pula nyeri karena ujung –ujung syaraf sensorik teriritasi, penyembuhannya terjadi secara spontan dalam waktu 5 -10 hari (Brunicardi et al., 2005).

b. Luka bakar derajat IIKerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagai lapisan dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai pula, pembentukan scar, dan nyeri karena ujung –ujung syaraf sensorik teriritasi.Dasar luka berwarna merah atau pucat. Sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal (Moenadjat, 2001).1. Derajat II Dangkal (Superficial)

Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis.

Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,kelenjar sebasea masih utuh.

Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan luka bakar pada mulanya tampak seperti luka bakar derajat I dan mungkin terdiagnosa sebagai derajat II superficial setelah 12-24 jam

Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna merah muda dan basah.

Jarang menyebabkan hypertrophic scar. Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara

spontan kurang dari 3 minggu (Brunicardi et al., 2005).

2. Derajat II dalam (Deep) Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis Organ-organ kulit seperti folikel-folikel rambut, kelenjar

keringat,kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung biji epitel yang

tersisa. Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tanpak

berwarna merah muda dan putih segera setelah terjadi cedera karena variasi suplay darah dermis (daerah yang berwarna putih mengindikasikan aliran darah yang sedikit atau tidak ada sama sekali, daerah yg berwarna merah muda mengindikasikan masih ada beberapa aliran darah ) (Moenadjat, 2001)

Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3 -9 minggu (Brunicardi et al., 2005)

c. Luka bakar derajat III (Full Thickness burn)Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dermis dan lapisan lebih dalam, tidak dijumpai bula, apendises kulit rusak, kulit yang terbakar berwarna putih dan pucat. Karena kering, letak nya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar. Terjadi koagulasi protein pada epidermis yang dikenal sebagai scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi,oleh karena ujung –ujung syaraf sensorik mengalami kerusakan ataukematian. Penyembuhanterjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari dasar luka (Moenadjat, 2001).

d. Luka bakar derajat IVLuka full thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan ltulang dengan adanya kerusakan yang luas. Kerusakan meliputi seluruh dermis,organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar

sebasea dan kelenjar keringat mengalami kerusakan, tidak dijumpai bula, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat, terletak lebih rendah dibandingkan kulit sekitar, terjadi koagulasi protein pada epidemis dan dermis yang dikenal scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensori karena ujung-ujung syaraf sensorik mengalami kerusakan dan kematian. penyembuhannya terjadi lebih lama karena ada proses epitelisasi spontan dan rasa luka (Moenadjat, 2001).

5. Proses Penyembuhan Luka

Berdasarkan klasifikasi lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi dua yaitu: akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam jangka waktu 2–3 minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak tanda-tanda untuk sembuh dalam jangka lebih dari 4–6 minggu. Pada dasarnya proses penyembuhan luka sama untuk setiap cedera jaringan lunak. Begitu juga halnya dengan kriteria sembuhnya luka pada tipa cedera jaringan luka baik luka ulseratif kronik, seperti dekubitus dan ulkus tungkai, luka traumatis, misalnya laserasi, abrasi, dan luka bakar, atau luka akibat tindakan bedah. Luka dikatakan mengalami proses penyembuhan jika mengalami proses fase respon inflamasi akut terhadap cedera, fase destruktif, fase proliferatif, dan fase maturasi. Kemudian disertai dengan berkurangnya luasnya luka, jumlah eksudat berkurang, jaringan luka semakin membaik.Tubuh secara normal akan merespon terhadap luka melalui proses peradangan yang dikarakteristikan dengan lima tanda utama yaitu bengkak, kemerahan, panas, nyeri dan kerusakan fungi. Proses penyembuhannya mencakup beberapa fase (Potter & Perry, 2005) yaitu:

a. Fase InflamatoriFase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3–4 hari. Dua proses utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan fagositosis. Hemostasis (penghentian perdarahan) akibat vasokonstriksi pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh darah, endapan fibrin (menghubungkan jaringan) dan pembentukan bekuan darah di daerah luka. Scab (keropeng) juga dibentuk dipermukaan luka. Scab membantu hemostasis dan mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme. Dibawah scab epithelial sel berpindah dari luka ke tepi. Sel epitel membantu sebagai barier antara tubuh dengan lingkungan dan mencegah masuknya mikroorganisme. Suplai darah yang meningkat ke jaringan membawa bahan-bahan dan nutrisi yang diperlukan pada proses penyembuhan. Pada akhirnya daerah luka tampak merah dan sedikit bengkak. Selama

sel berpindah lekosit (terutama neutropil) berpindah ke daerah interstitial. Tempat ini ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama lebih kurang 24 jam setelah cidera/luka. Makrofag ini menelan mikroorganisme dan sel debris melalui proses yang disebut fagositosis. Makrofag juga mengeluarkan faktor angiogenesis (AGF) yang merangsang pembentukan ujung epitel diakhir pembuluh darah. Makrofag dan AGF bersama-sama mempercepat proses penyembuhan. Respon inflamatori ini sangat penting bagi proses penyembuhan. Respon segera setelah terjadi injuri akan terjadi pembekuan darah untuk mencegah kehilangan darah. Karakteristik fase ini adalah tumor, rubor, dolor, calor, functio laesa. Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi.

b. Fase ProliferatifFase kedua ini berlangsung dari hari ke–4 atau 5 sampai hari ke–21. Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi fibroblas, sel inflamasi, pembuluh darah yang baru, fibronectin and hyularonic acid. Fibroblas (menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama setelah terjadi luka. Diawali dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi luka. Kolagen adalah substansi protein yang menambah tegangan permukaan dari luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan permukaan luka sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Kapilarisasi dan epitelisasi tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran darah yang memberikan oksigen dan nutrisi yang diperlukan bagi penyembuhan.

c. Fase MaturasiFase maturasi dimulai hari ke–21 dan berakhir 1–2 tahun. Fibroblas terus mensintesis kolagen. Kolagen menyalin dirinya, menyatukan dalam struktur yang lebih kuat. Bekas luka menjadi kecil, kehilangan elastisitas dan meninggalkan garis putih. Dalam fase ini terdapat remodeling luka yang merupakan hasil dari peningkatan jaringan kolagen, pemecahan kolagen yang berlebih dan regresi vaskularitas luka. Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan jaringan. Terbentuk jaringan parut 50–80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya.Kemudian terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular dan vaskularisasi jaringan yang mengalami perbaikan (Syamsulhidjayat, 2005).

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

a. Usia

Sirkulasi darah dan pengiriman oksigen pada luka, pembekuan, respon inflamasi,dan fagositosis mudah rusak pada orang terlalu muda dan orang tua, sehingga risiko infeksi lebih besar. Kecepatan pertuumbuhan sel dan epitelisasi pada luka terbuka lebih lambat pada usia lanjut sehingga penyembuhan luka juga terjadi lebih lambat (DeLauna & Ladner, 2002).b. Nutrisi

Diet yang seimbang antara jumlah protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin yang adekuat diperlukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap patogen dan menurunkan risiko infeksi. Pembedahan,infeksi luka yang parah, luka bakar dan trauma, dan kondisi defisit nutrisi meningkatkan kebutuhan akan nutrisi. Kurang nutrisi dapat meningkatkan resiko infeksi dan mengganggu proses penyembuhan luka. Sedangkan obesitas dapat menyebabkan penurunan suplay pembuluh darah, yang merusak pengiriman nutrisi dan elemen-elemen yang lainnya yang diperlukan pada proses penyembuhan. Selain itu pada obesitas penyatuan jaringan lemak lebih sulit, komplikasi seperti dehisens dan episerasi yang diikuti infeksi bisa terjadi (DeLaune & Ladner, 2002). Oksigenasi Penurunan oksigen arteri pada mengganggu sintesa kolagen dan pembentukan epitel, memperlambat penyembuhan luka. Mengurangi kadar hemoglobin (anemia), menurunkan pengiriman oksigen ke jaringan dan mempengaruhi perbaikan jaringan (Delaune & Ladner,2002).

c. Infeksi

Bakteri merupakan sumber paling umum yang menyebabkan terjadinya infeksi. Infeksi menghematkan penyembuhan dengan memperpanjang fase inflamasi, dan memproduksi zat kimia serta enzim yang dapat merusak jaringan (Delaune & Ladner, 2002). Resiko infeksi lebih besar jika luka mengandung jaringan nekrotik, terdapat benda asing dan suplai darah serta pertahanan jaringan berkurang (Perry & Potter, 2005).

d. Merokok

Merokok dapat menyebabkan penurunan kadar hemoglobin dan kerusakan oksigenasi jaringan. Sehingga merokok menjadi penyulit dalam proses penyembuhan luka (DeLaune & Ladner, 2002).

e. Diabetes Melitus

Menyempitnya pembuluh darah (perubahan mikrovaskuler) dapat merusak perkusi jaringan dan pengiriman oksiken ke jaringan.

Peningkatan kadar glukosa darah dapat merusak fungsi luekosit dan fagosit. Lingkungan yang tinggi akan kandungan glukosa adalah media yang bagus untuk perkembangan bakteri dan jamur (DeLaune &Ladner, 2002).

f. Sirkulasi

Aliran darah yang tidak adekuat dapat mempengaruhi penyembuhan luka hal ini biasa disebabkan karena arteriosklerosis atau abnormalitas pada vena (DeLaune & Ladner, 2002).

g. Faktor Mekanik

Pergerakan dini pada daerah yang luka dapat menghambat penyembuhan (DeLaune & Ladner, 2002).

h. Steroid

Steroid dapat menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera dan menghambat sintesa kolagen. Obat obat antiinflamasi dapat menekan sintesa protein, kontraksi luka, epitelisasi dan inflamasi (DeLaune & Ladner, 2002).

i. Antibiotik

Penggunaan antibiotik jangka panjang dengan disertai perkembangan bakteri yang resisten, dapat menigkatkan resiko infeksi (Delaune & Ladner, 2002).