lte dan tantangan implementasinya - yudhi triprasetyo 0906495715

54
TUGAS UJIAN KOMUNIKASI MULTIMEDIA PITALEBAR MAKALAH: LTE DAN TANTANGAN IMPLEMENTASINYA Disusun oleh: Yudhi Triprasetyo 0906495715 Dosen : Ir. Gunawan Wibisono M.Sc., Ph.D. DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

Upload: yudhit

Post on 25-Jul-2015

583 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

TUGAS UJIAN

KOMUNIKASI MULTIMEDIA PITALEBAR

MAKALAH:

LTE DAN TANTANGAN IMPLEMENTASINYA

Disusun oleh:

Yudhi Triprasetyo0906495715

Dosen : Ir. Gunawan Wibisono M.Sc., Ph.D.

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTROFAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA2010

Page 2: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

ii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ..........................................................................................................................i

Daftar Isi ..................................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................1

BAB 2 LONG TERM EVOLUTION....................................................................................5

2.1. Teknologi 3GPP........................................................................................................5

2.2. Teknologi LTE.........................................................................................................6

2.2.1. Fitur LTE/SAE.................................................................................................7

2.2.2. Arsitektur LTE/SAE .....................................................................................10

BAB 3 IMPLEMENTASI LTE...........................................................................................13

3.1. Keputusan Investasi Operator.................................................................................17

3.2. LSTI........................................................................................................................19

BAB 4 KASUS STUDI: ASPEK PENGEMBANGAN TEKNOLOGI LTE/SAE DI

BOSNIA DAN HERZEGOVINA........................................................................................21

4.1 Perkembangan teknologi LTE/SAE – Implementasi Komersial Rel-8...................22

4.2 Perkembangan Teknologi LTE Advanced...............................................................22

4.3 Pengembangan perangkat eNodeB menggunakan (Software Defined Radio) SDR,

multi radio dan multi-band......................................................................................23

4.4 Pengembangan perangkat terminal LTE ................................................................23

4.5 Pasar Bosnia dan Herzegovina dan tuntutan layanan pita lebar..............................23

4.6 Status terkini perkembangan teknologi nirkabel di Bosnia dan Herzegovina.........24

4.7 Spektrum frekuensi LTE di Bosnia dan Herzegovina ............................................24

4.8 Kompetisi.................................................................................................................24

Page 3: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

iii

BAB 5 IMPLEMENTASI LTE DI INDONESIA..............................................................24

5.1 Faktor Perkembangan Teknologi Pita-Lebar di Indonesia......................................25

5.2 Operator Telekomunikasi di Indonesia....................................................................26

5.3 Kendala Implementasi LTE di Indonesia................................................................27

5.3.1 Alokasi Spektrum...........................................................................................27

5.3.2 Kompetisi Operator di Indonesia....................................................................28

5.3.3 Pangsa Pasar dan Tuntutan Layanan Akses Pita Lebar..................................28

5.3.4 Regulasi di Indonesia......................................................................................29

5.4 Solusi Implementasi LTE di Indonesia ...................................................................30

5.4.1 Solusi Alokasi Spektrum................................................................................30

5.4.2 Solusi Waktu Implementasi LTE ...................................................................31

BAB 6 PENUTUP.................................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

BAB I

LATAR BELAKANG

Di era telekomunikasi nirkabel, manusia saat ini menjadi lebih mudah terkoneksi dan

lebih termobilisasi. Kita memiliki banyak cara dan perangkat untuk berkomunikasi. Internet

dan koneksi kabel kini mengalami konvergensi yang sangat cepat akan IP video, audio, dan

data menjadi aplikasi-aplikasi yang baru. Pengguna menginginkan akses yang sesuai dengan

permintaan (on demand) dan internet, multimedia dan konten dimana saja menggunakan

perangkat apa saja [1].

Peningkatan jumlah pelanggan mobile yang dapat dilihat pada gambar 1.1

menunjukkan peningkatan dari tahun 1998 hingga 2008 hampir sekitar 4 milyar pelanggan

mobile diseluruh dunia [2].

Gambar 1.1. Pertumbuhan Pelanggan Telekomunikasi Nirkabel [2].

Perkenalan teknologi 3G High Speed Downlink Packet Access (HSDPA)

meningkatkan penggunaan data dibandingkan saat teknologi 2G masih didominasi oleh

suara. Gambar 1.2 menunjukkan volume data downlink HSDPA pada tingkat terabyte per

hari yang berarti pengguna data meningkat hingga 8 TB/hari [2].

1

Page 5: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

2

Gambar 1.2 Pertumbuhan data HSDPA [2].

Beberapa operator HSPA melaporkan peningkatan 6-14x penggunaan data mobile

pada tahun 2007, dan melihat peningkatan 30-50x pada 9 bulan pertama ditahun 2008.

Kebutuhan dan tuntutan akan data mobile mendorong jaringan generasi ketiga (3G) dan 3.5G

untuk menuju ke kapasitas yang lebih baik, memotivasi operator-operator untuk mencapai

solusi 4G seperti teknologi long term evolution (LTE) terkini untuk menjaga kompetisi dan

menambah kapasitas untuk mendukung layanan mobilitas pita-lebar [1].

Tuntutan pasar akan layanan data yang tidak pernah terjadi sebelumnya untuk data

mobile disebabkan oleh beberapa faktor: tarif flat, peningkatan penggunaan laptop untuk

mobilitas berkomunikasi, perangkat-perangkat yang menggunakan layar besar dengan antar

muka tertentu dan video. Terdapat peningkatan konten video yang disematkan pada situs

internet dan situs Web 2.0 yang lebih mengandalkan pada konten video. Video sendiri telah

menyebabkan tingginya penggunaan data pada jaringan kabel pita-lebar dan akan menuju ke

pasar jaringan nirkabel pita-lebar. Hal ini akan melanjutkan peningkatan konsumsi data pada

jaringan nirkabel [1].

LTE dengan evolved packet core (EPC) dapat melakukan inter-koneksi dan handover

antar akses teknologi berbasis all-IP lainnya seperti WiFi dan Digital Subscriber Line (DSL)

untuk menjalankan mobilitas media. Kemampuan LTE untuk konvergensi fixed-mobile

(FMC) memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk operator-operator melakukan

embargo pada strategi yang mengubah operator-operator menjadi provider komunikasi yang

akan menghancurkan “tembok” antar koneksi kabel dan koneksi nirkabel sehingga memberi

personalisasi konektifitas pita-lebar untuk para pengguna [1].

Page 6: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

3

Operator yang menggunakan teknologi LTE dapat menjadi penyedia atau menjadi

tuan rumah untuk aplikasi-aplikasi terintergrasi yang memberi mobilitas media, memberi

sarana untuk konten untuk mengikuti pengguna dari satu perangkat dan satu lokasi ke

perangkat dan lokasi lainnya. Kemampuan untuk konten tersebut dapat menciptakan sumber

baru untuk pendapatan operator dan proposisi yang kuat untuk konsumen yang tidak harus

lagi untuk tinggal dirumah untuk mengunduh file-file berukuran besar atau upload video ke

Youtube [1].

Perangkat mobile yang lebih memiliki intuisi antar muka juga bertanggung jawab

untuk tingginya tuntutan data mobile. Web-friendly smart phone mengubah pelanggan mobile

menjadi pelanggan terbesar untuk layanan data nirkabel, dan memungkinkan pengguna untuk

melakukan hal yang lebih dengan perangkat mobile tidak hanya teks, e-mail dan suara.

Dengan adanya situs Web 2.0 yang telah diatur untuk akses perangkat mobile, industri

telekomunikasi mengalami keuntungan dari peningkatan tak terduga dalam lalu lintas data

yang berkaitan dengan perangkat-perangkat yang mampu mengakses internet dan konten

berbasis video. Seiring turunnya harga multimedia dan meningkatnya pilihan multimedia,

industri ini akan menembus pasar yang lebih besar [1].

Sejumlah tipe perangkat konektivitas, termasuk perangkat elektronik baru seperti

kamera digital, perangkat MP3 dan camcorder juga berkontribusi untuk penggunaan data

mobile. Mengacu pada ABI Research, pengiriman untuk perangkat jaringan pelanggan

meningkat dari 92 juta pada tahun 2007 menjadi 460 juta pada tahun 2012, yang akan

mendorong penggunaan jaringan dan kapasitas [1].

Operator-operator menjadi komponen kunci untuk konektivitas ini. Dengan adanya

tarif flat, pelanggan termotivasi untuk menggunakan perangkatnya untuk berbagi konten

multimedia, permainan online, dan menikmati video saat mobilitas. Ketika operator

menawarkan pengalaman media termobilisasi, pengguna akan terus mengandalkan perangkat

mereka sebagai bagian dari gaya hidup [1].

Meningkatnya tuntutan data mobile memberi tantangan untuk operator jaringan

dengan jaringannya sekarang menjadi terbatas pada kapasitas. Grid Radio Access Network

(RAN), backhaul, radio network controller (RNC), dan packet data core (PDC) pada

jaringan-jaringan tersebut seluruhnya dirancang untuk penggunaan suara dan data 3G. Maka

seiring lalu lintas jaringan meningkat, tarif data juga menjadi sama rata. Hal ini membuat

tantangan pendapatan untuk operator-operator. Operator membutuhkan untuk meningkatkan

Page 7: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

4

jaringannya untuk menawarkan pengalaman pengguna yang lebih menarik namun operator

juga harus dapat mempertimbangkan dengan matang untuk akses teknologi yang akan

dikembangkan sebagai investasi yang tepat. Operator membutuhkan solusi yang menawarkan

biaya yang lebih rendah per bit, kapasitas yang lebih tinggi dan kecepatan data yang lebih

cepat. Untuk banyak operator, LTE akan menjadi solusinya [1].

Page 8: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

BAB 2

LONG TERM EVOLUTION

2.1 Teknologi 3GPP

Teknologi 3GPP – GSM/EDGE dan Wideband Code Division Multiple Access

(WCDMA)/HSPA saat ini melayani hampir 90% dari pelanggan mobile secara global. Dapat

dilihat pada gambar 2.1 ditunjukkan persaingan teknologi 3GPP dengan teknologi 3GPP2

dalam aspek pelanggan [2].

Gambar 2.1Pasar Global Teknologi 3GPP dan 3GPP2 [2].

Perkembangan teknologi 3GPP dimulai pada tahun 1997 untuk teknologi EDGE

hingga LTE pada tahun 2008-2009 yang dapat dilihat pada gambar 2.2 yang dapat

mengindikasikan pertumbuhan teknologi telekomunikasi nirkabel 3GPP dalam meningkatkan

kecepatan data [2].

Evolusi teknologi 3GPP dari EDGE hingga LTE adalah peningkatan kecepatan rata-

rata data yang lebih tinggi seperti yang ditunjukkan gambar 2.3. WCDMA pada tahun 2002

adalah 384 Kbps, HSDPA 7.2-14.4 Mbps, HSPA evolution 21-42 Mbps dan LTE 2010 adalah

150 Mbps, menunjukkan peningkatan 300 kali lebih tinggi dari 8 tahun yang lalu. Teknologi

5

Page 9: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

6

3GPP dirancang untuk antar kerja yang mulus dan ko-eksistensi dengan teknologi 3GPP

sebelumnya [2].

Gambar 2.2 Jadwal Standarisasi 3GPP dan Penyebaran Komersial [2]

Gambar 2.3 Perkembangan data rate teknologi 3GPP [2]

2.2 Teknologi LTE

Skema transmisi dasar LTE adalah menggunakan Orthogonal Frequency Division

Multiplexing (OFDM) dengan data ditransmisi pada sejumlah subcarrier paralel adalah inti

transmisi radio LTE. OFDM memberi kekebalan terhadap dispersi waktu pada kanal radio

dan menyederhanakan pemrosesan baseband pada receiver dengan mengurangi biaya terminal

dan konsumsi daya dan vital terhadap bandwidth transmisi LTE. Kondisi lingkup geografis

memberi spektrum radio untuk komunikasi pada pita frekuensi yang berbeda ukuran yang

dikategorikan sebagai pita frekuensi paired dan unpaired. LTE mampu beroperasi tidak hanya

pada pita frekuensi yang berbeda, juga dapat digunakan dengan bandwidth yang berbeda agar

Page 10: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

7

dapat beroperasi pada spektrum yang berbeda ukuran, serta dapat melakukan migrasi efisien

ke teknologi akses radio lainnya. LTE mendukung kemungkinan bandwidth uplink dan

downlink yang berbeda, memanfaatkan spektrum asimetris [4].

LTE mendukung multi-antena transmisi sebagai bagian LTE dari rilis pertama, dan

pengukuran kualitas kanal untuk link adaptation dan scheduling dirancang untuk multi-

antena. Skema multi-antena yang lebih rumit juga didukung oleh LTE, termasuk keragaman

transmisi, spatial multiplexing (single Multiple Input Multiple Output), dan multiuser MIMO

[4].

LTE menyediakan sifat ortogonal untuk uplink dan doownlink, sehingga idealnya

tidak terdapat interferensi antar transmisi pada sel yang sama. LTE menggunakan

pengendalian daya sebagian (Fractional Power Control) untuk uplink yang memberi

pengendalian interferensi antar sel yang juga mengurangi konsumsi baterai pada perangkat

pengguna. LTE juga menggunakan Inter-cell Interference Coordination (ICIC) sebagai

strategi scheduling untuk membatasi interferensi antar sel [4].

2.2.1 Fitur LTE/SAE

Objektif utama LTE dibandingkan 3.5G adalah sebagai berikut: peningkatan efisiensi

spektral dan penggunaan terbaik spektrum baru, permeabilitas yang lebih baik, rata-rata

responsif jaringan yang lebih tinggi untuk layanan yang lebih rumit, biaya (CAPEX dan

OPEX) dengan menghindari pembangunan arsitektur jaringan yang kompleks dan antarmuka

yang tidak perlu, dan optimisasi protokol jaringan serta lingkungan multi-vendor [3].

LTE menghasilkan peningkatan dan pengkayaan layanan, implementasi layanan plug

and play, dan diharapkan dapat berintegrasi dengan standar terbuka yang sudah ada, seperti

dapat melakukan koneksi transparan dengan standar GSM dan (W)CDMA, dan juga dengan

WLAN dan WiMAX [3].

Arsitektur jaringan yang lahir dari persyaratan-persyaratan tersebut disebut EPS

(Evolved Packet System), EPS sebenarnya menyatukan E-UTRAN pada sisi akses dan EPC

(evolved Packet Core). Inti ini juga diketahui sebagai SAE (System Architecture Evolution),

Page 11: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

8

dan untuk bagian akses lebih cenderung dengan istilah LTE. Standar 3GPP Rel-8 termasuk

fitur-fitur dan persyaratan jaringan LTE/SAE sebagai berikut [3]:

- Downlink Transmisi Rate: Min 100 Mb/s, 3-4 kali lebih dari HSDPA Rel-6, nilai

puncak 326.4 Mb/s untuk 4x4 sistem antena, 172.8 Mb/s untuk 2x2 sistem antena,

untuk tiap 20 MHz spektrum.

- Rate Transmisi Uplink: 50 Mb/s, 2-3 kali lebih besar dari HSUPA Rel-6, nilai

puncak untuk upload: 86.4 Mb/s untuk tiap 20 MHz spektrum.

- Lima kelas berbeda untuk terminal, dari kelas untuk pemrosesan suara dan

transmisi hingga kelas pemrosesan data pada rata-rata transmisi setinggi mungkin.

Tiap kelas dapat melakukan proses sinyal pada jangkauan 20 MHz.

- Kapasitas: sekitar 200 pengguna aktif secara stimultan tiap 5 MHz cell.

- Rata-rata respon untuk subsistem RAN < 20 msec

- Fleksibilitas penggunaan spektrum yang tinggi, dari 1.4 MHz, 1.6 MHz, 3 MHz,

3.2 MHz, 5 MHz, 10 MHz, 15 MHz, ke jangkauan 20 MHz untuk Time Division

Duplex (TDD) juga Frequency Division Duplex (FDD).

- Radius sel yang optimal, 5 km untuk performa yang relatif bagus, 30 km dengan

penurunan kualitas yang diperbolehkan, dan 100 km untuk performa yang dapat

diterima.

- Mobilitas tinggi: jaringan LTE harus dioptimisasi untuk penggunaan berkecepatan

0-15 kmph, mendapatkan performa yang terbaik pada kecepatan 15-120 kmph, dan

juga mendukung layanan pada 120-350 kmph.

- Ko-eksistansi dengan standar yang ada seperti 2G dan 3G, pelanggan dapat

melakukan inisiasi panggilan atau transmisi data pada area standar LTE, dan

secara transparan melanjutkan layanan pada area GSM atau W-CDMA/UMTS.

- Mendukung MBSFN (Multicast Broadcast Single Frequency Network) ketika

melakukan layanan seperti Mobile TV pada infrastruktur LTE, yang menjadi

kompetisi langsung terhadap DVB-H (Digital Video

Broadcasting-Handheld/Terrestial) berbasis penyiaran TV.

- PU2RC (Per-User Unitary Rate Control) sebagai solusi praktis untuk sistem antena

multi-user MIMO, yang menjadi awal pengembangan LTE-Advanced.

Page 12: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

9

Tugas utama implementasi SAE termasuk penyederhanaan total dari arsitektur sistem

dalam transisi dari UMTS (kombinasi jaringan circuit+packet switched) menuju

arsitektur all-IP [2].

3GPP memberi spesifikasi pita frekuensi LTE yang ditunjukkan gambar 2.4 untuk

unpaired band dan gambar 2.5 untuk paired band. Beberapa frekuensi digunakan oleh

teknologi lainnya dan LTE dapat ko-eksis dengan teknologi sebelumnya [2].

Gambar 2.4 Unpaired band [2]

Gambar 2.5 Paired Band [2]

Page 13: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

10

2.2.2 Arsitektur LTE/SAE

Gambar 2.6 Evolusi Arsitektur 3GPP [2]

Gambar 2.7 Sistem Arsitektur untuk Jaringan E-UTRAN [2]

Page 14: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

11

Hasil diskusi untuk System Architecture Evolution (SAE) pada 3GPP Release 8

mengimplementasikan arsitektur flat untuk SAE. Arsitektur flat yang memberi pengurangan

node yang mengurangi latency dan meningkatkan kinerja. Perkembangan ini telah dimulai

dari 3GPP release 7 seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.6.

Gambar 2.7 menjelaskan arsitektur dan elemen jaringan pada konfigurasi arsitektur

dimana hanya jaringan akses E-UTRAN dilibatkan. Sistem arsitektur ini dibagi 4 tingkat:

User Equipment (UE), Evolved UTRAN (E-UTRAN), Evolved Packet Core Network (EPC),

dan ranah “Services”. Sistem Evolved Packet System: UE, E-UTRAN dan EPC adalah layer

Internet Protocol (IP) Connectivity. Fungsi dari layer ini adalah menyediakan konektivitas

berbasis IP [2].

Sebagai perbandingan dengan arsitektur jaringan 3G-UMTS, Arsitektur LTE/SAE

tidak memiliki Radio Network Controller (RNC) dimana sebagian fungsinya dialihkan

sebagian ke eNodeB, yang menjadi base station yang mengalami peningkatan yang memiliki

koneksi dengan eNodeB lainnya (antar muka X2) dan dengan jaringan EPC (antarmuka S1)

[3].

Gambar 2.8 Arsitektur LTE/SAE [3]

Circuit Switch tidak terdapat pada inti LTE, karena tidak ada Mobile Service

Switching Center (MSC) atau Mobile Soft Switch (MSS). EPC atau inti SAE melayani GGSN

Page 15: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

12

(Gateway GPRS Support Node) untuk LTE, yang memiliki peran yang sama seperti pada

jaringan GPRS, dan juga mewakili pengendali asli untuk jaringan non-3GPP. Elemen didalam

EPC dan elemen jaringan inti lainnya adalah sebagai berikut [3]:

- Serving GPRS Support Node (SGSN) : menyediakan koneksi untuk jaringan

GERAN dan UTRAN, sebagai jangkar mobilitas lokal untuk mobilitas UTRAN;

- Packet Data Network (PDN) Gateway : adalah akses permanen IP point-of-

attachment untuk UTRAN, PDN ini menangani layanan IP seperti lalu lintas

routing, pengalamatan, manajemen keamanan, dan menyiapkan akses untuk

jaringan 3GPP;

- Mobility Management Entity (MME) : menangani lalu lintas persinyalan,

autentifikasi dan autorisasi;

- User Plane Entity (UPE) : menangani data pengguna, pengkodean, routing lalu

lintas paket dan mobilitas berdasarkan TR 25.912;

- Platform 3GPP : menangani mobilitas dalam jaringan 2G/3G dan LTE/SAE;

- Platform SAE : menangani mobilitas untuk RAT non-3GPP;

- Policy Control and Charging Rules Function (PCRF) : menangani metode

penagihan dan Quality of Service (QoS);

Gambar 2.8 menunjukkan arsitektur LTE/SAE yang termasuk relasi dan antarmuka antar EPC

dan inti jaringan lainnya berdasarkan Rel-8 [3].

Page 16: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

BAB III

IMPLEMENTASI LTE

LTE yang populer sebagai teknologi 4G adalah teknologi all-IP berbasis pada

orthogonal frequency-division multiplexing (OFDM), yang berarti spektrum yang lebih

efisien sehingga dapat mengantarkan bit per Hertz yang lebih banyak [1].

Gambar 3.1. Tingkatan kebutuhan Bandwidth dengan Tingkatan Latency [5]

Perkembangan layanan pengguna berimbas pada bandwidth yang digunakan serta

latency jaringannya. Grafik pada gambar 3.1 menunjukkan kebutuhan bandwidth serta tingkat

latency yang dibutuhkan untuk layanan-layanan multimedia seperti video streaming, game

online, hingga SMS. Kebutuhan tersebut menjadi salah satu sebab implementasi LTE untuk

operator mencapai pendapatan pada layanan konten [5].

Prediksi menurut referensi [5] untuk tren yang dapat mempengaruhi komunikasi

mobile adalah [5]:

- Akses aplikasi internet

- Aplikasi Web 2.0

- Layanan streaming seperti video dan TV

- Aplikasi game online dan game waktu nyata.

13

Page 17: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

14

- Perangkat mobile office.

Kemampuan untuk mewujudkan tren-tren tersebut adalah [5]:

- Kapasitas jaringan

- Waktu respon, latency

- Jangkauan frekuensi

- Kontinuitas layanan antar akses jaringan

- Harga yang kompetitif.

Gambar 3.2. Hubungan Pendapatan Dengan Biaya Jaringan (LTE) [5]

Operator membutuhkan teknologi yang dapat menurunkan biaya jaringan. Jaringan

suara mendominasi pendapatan yang proporsional dengan peningkatan volume lalu lintas

komunikasi. Pada jaringan data, yang diharapkan adalah peningkatan volume lalu lintas data

yang meningkat secara eksponensial. Namun pendapatan hanya meningkat sedikit, konstan,

atau bahkan tidak diterima pada pangsa pasar. Untuk menjaga keuntungan dari jaringan data,

operator harus menggunakan teknologi yang menawarkan biaya rendah yang tidak mengikuti

volume lalu lintas data. LTE diharapkan mengurangi biaya operasional dan meningkatkan

pelanggan data [5].

LTE memiliki keunggulan teknologi dengan perkembangan algoritma pemrosesan

sinyal digital yang dioptimasikan dan keunggulan dari perkembangan teknologi antena yang

dapat menekan efisiensi spektrum interface udara mendekati batas teoritisnya. IP transport

yang terimprovisasi, jaminan QoS (Quality of Service) meningkatkan paket jaringan data dan

performa suara, efisiensi dan reliabilitas tingkat carrier. Keseluruhannya dengan kemajuan

Page 18: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

15

pada integrasi IP dalam perangkat jaringan dan implementasi teknik VoIP dengan efisiensi

spektrum, akan membuat visi jaringan berbasis IP menjadi nyata. LTE/SAE memungkin

untuk digunakan operator untuk mengimplemetasikan seluruh layanannya pada IP-sentris

tunggal, yang berbasis jaringan paket (packet based). Hal tersebut akan membuat aplikasi IP

seperti mobile sebagai jaringan suara pada jaringan mobile. Dengan kelebihan tersebut dan

arsitektur yang lebih sederhana, akan memberi pengurangan pengeluaran operasional dan

juga pengurangan biaya sirkulasi jaringan [5].

Umumnya konsumen tidak memiliki ketertarikan pada teknologi, namun mereka

mengharapkan akses internat dan layanan personalisasi, saat kapanpun dan dimanapun. Akses

pita-lebar saat ini memenuhi kebutuhan konsumen untuk akses internet dan persepsi atas

performa jaringan. Performa jaringan ini dibentuk dengan percampuran pengguna data rate,

average user throughput, cell throughput, signaling delay, dan user data latency. Dimana

perkembangan teknologi ini menuntut improvisasi performa mobile pita-lebar [5].

Gambar 3.3. Perbandingan LTE dengan metode akses lainnya [5].

Gambar 3 menunjukkan 4 grafik perbandingan performa LTE dengan metode akses

lainnya. Dimana LTE memiliki maksimum peak data rate, throughput, dan kapasitas VoIP

yang lebih tinggi dari HSPA, serta latency yang lebih baik. Ko-eksistensi, interoperabilitas,

Page 19: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

16

roaming dan handover antar LTE/SAE dengan jaringan 2G/3G yang sudah ada serta layanan-

layanan adalah tujuan rancangan teknologi ini dan teknologi sebelumnya, maka dukungan

mobilitas penuh harus dipenuhi untuk keuntungan pengguna [5].

Keuntungan pengguna diperhitungkan oleh penyelenggara jaringan selular sebagai

potensi pendapatan. Untuk mendatangkan keuntungan, operator harus mengoptimisasikan

pendapatan dengan biaya operasional. Untuk meningkatkan efisiensi biaya adalah

peningkatan lalu lintas data dengan harga per-MB yang diturunkan [5].

Operator-operator memformulasikan ekspetasi performa interface udara LTE [5]:

- Efisiensi spektral tinggi (3-4 kali DL HSPA rel.6 2-4 kali UP HSPA) dan performa cell edge.

- Peak data rate >100 Mbps DL, >50 Mbps UL untuk bandwidth 20 MHz

- Low Latency (<20 ms)

- Flexibel dan skalabilitas bandwidth pada seluruh spektrum IMT2000

Gambar 3.4. 1)Peningkatan performa LTE terhadap HSPA. 2) Perbandingan biaya jaringan

[5]

LTE dapat menjadi teknologi pilihan untuk operator-operator mobile Third

Generation Partnership Project (3GPP) dan 3GPP2. LTE memberi keuntungan ekonomi dan

penggunaan ulang spektrum. LTE menawarkan integrasi dan handover dan dari jaringan

3GPP dan 3GPP2 yang ada, mendukung mobilitas penuh dan roaming yang global, dan

memastikan operator-operator dapat menerapkan LTE secara bertahap dengan menaikkan

jaringan sebelumnya untuk kelanjutan layanan. LTE juga membawa subscriber jaringan pita-

Page 20: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

17

lebar mobile yang “sebenarnya” (~5-10 Mbps/~15 ms latency) yang memberi kualitas video

dan mobilitas media [1].

Standar LTE telah ditentukan dengan sebanyak mungkin fleksibilitas sehingga

operator-operator dapat mengembannya pada seluruh frekuensi-frekuensi yang ada maupun

spektrum baru. Operator dapat mengemban teknologi ini dengan spektrum sekecil 1.4 MHz

atau sebanyak 20 MHz dan menumbuhkan jaringan sebagai tuntutan untuk tumbuhnya

layanan data [1].

LTE juga muncul dalam sejumlah spektrum pita, termasuk pita baru 2.6 GHz, yang

berarti sempurna sebagai pita kapasitas karena operator dapat menggunakan spektrum 2x20

MHz. LTE juga dapat diluncurkan pada pita GSM 900 MHz dan 1800 MHz dan spektrum

digital dividend (seperti 700 MHz dalam Amerika Serikat), menyediakan cakupan superior

dan roaming global pada pasar 3GPP [1].

Dengan peningkatan pada kapasitas, kecepatan, dan latency, LTE tidak hanya

membuat akses aplikasi lebih cepat, namun akan memberi keuntungan dari aplikasi-aplikasi

baru yang sebelumnya hanya didapati pada koneksi internet kabel. Beberapa keuntungan

pengguna untuk akses LTE sebagai berikut [1]:

- Melanjutkan menyaksikan program TV secara mobile.

- Upload konten ke profil jejaring sosial

- Upload foto terkini menggunakan perangkat kamera yang sudah didukung

teknologi LTE.

- Dan sebagainya.

3.1 Keputusan Investasi Operator

Skenario LTE ini berbeda untuk 2G, 2,5G , 3G, 3.5G dan operator Time Division

Duplex (TDD). Motorola meyakini LTE akan menjadi teknologi pilihan untuk kebanyakan

operator mobile 3GPP dan 3GPP2 karena LTE dapat diterapkan pada pita spektrum yang ada

dan pita spektrum baru Frequency-Division Duplex (FDD). Sebagai tambahan, LTE

menawarkan integrasi dengan kemampuan untuk tetap dengan kesepakatan global roaming

dan panggilan handover ke jaringan 3GPP dan 3GPP2 yang ada, yang berarti memberi

keuntungan cakupan untuk jaringan 2G dan 3G yang ada [1].

Page 21: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

18

Untuk kebanyakan operator 3GPP2, LTE menjadi pilihan untuk teknologi 4G. Seiring

munculnya LTE, operator 2G dan 2.5G pada pasaranya memiliki jaringan GSM dan EDGE

dapat melakukan peningkatan teknologi langsung ke LTE. Dengan LTE, operator-operator

tersebut menurunkan biaya per bit dan meningkatkan kapasitas jaringan [1].

Operator-operator TDD juga mendapat keuntungan untuk beralih ke LTE karena

LTE dapat menggunakan spektrum TDD. Hal ini memberi operator global menstandarisasi

pada satu teknologi pita-lebar mobile pada pasar mereka dan menyediakan roaming antar

TDD dan FDD LTE [1].

Untuk operator 3G dan HSPA+ terdapat beberapa konsiderasi lainnya. Ketika HSPA

akan beranjak ke HSPA+, yang memberi peningkatan terutama pada puncak data rate untuk

pelanggan paling dekat terhadap situs cell, namun sangat kecil peningkatannya pada

kapasitas, sekitar 20 persen melebihi HSPA. Sehingga operator HSPA menghadapi pilihan

antar menggunakan teknologi HSPA+ atau langsung menuju teknologi LTE untuk secara

simultan untuk kapasitas, biaya per bit yang terendah dan meingkatkan kepuasan pelanggan.

Sehingga operator ini harus memperhatikan dampak untuk migrasi ke HSPA+ pada basis

situs ke situs [1].

64-Quadrature Amplitude Modulation (QAM) HSPA+ adalah mungkin pada beberapa

generasi terbaru eNodeB, menyediakan upgrade berbiaya rendah. Namun untuk HSPA+ 2x2

Multiple-Input Multiple-Output (MIMO) akan membutuhkan perangkat-perangkat baru,

sehingga untuk langsung menuju ke LTE akan lebih baik [1].

Untuk menjadi perhatian lainnya, untuk investasi HSPA+, akan berisiko untuk

kekurangan kapasitas untuk beberapa tahun berikutnya (berdasarkan prediksi peningkatan

data dan keterbatasan peningkatan kapasitas untuk HSPA+) atau dan resiko dari kompetitor

yang menggunakan LTE lebih awal hingga operator HSPA+ mengalami kerugian [1].

Lebih dari 20 operator dunia telah menyatakan komitmennya pada LTE. Seluruhnya

operator-operator tersebut memiliki pelanggan lebih dari 1.8 milyar dari total pelanggan

dunia sebesar 3.5 milyar. ABI Research memprediksi lebih dari 32 juta pelanggan LTE pada

tahun 2013. Walau jaringan LTE belum komersial hingga tahun 2010. Kesimpulan tersebut

berdasarkan operator-operator terbesar seperti NTT Docomo, China Mobile, Vodafone,

Verizon Wireless, T-Mobile, AT&T dan lain-lain telah mengumumkan rencana

mengimplementasikan LTE [1].

Page 22: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

19

Aliansi Next Generation Mobile Networks (NGMN), grup global yang kini mewakili

70 persen operator mobile, telah mengakui LTE sebagai teknologi pertama yang memenuhi

persyaratan yang telah ditentukan oleh NGMN. Dan pada 2008, Qualcomm mengumumkan

untuk memfokuskan pada LTE [1].

3.2 LSTI

3GPP Release 8 (Rel-8), menyatakan LTE sebagai jaringan Global Mobile (GMB),

yang telah dicapai pada Desember 2008. Standar ini menjadi fokus utama dalam peningkatan

UMTS menuju generasi keempat (4G) teknologi komunikasi mobile, sebagai awalan untuk

ITU mendefinisikan proses pengembangan dari jaringan mobile menuju IMT Advanced.

Standar 3GPP Release-8, cukup untuk manufaktur hardware merancang dan memproduksi

perangkat LTE, peralatan tes dan base station. Peralatan tes untuk LTE telah dihadirkan pada

Februari 2008 pada Mobile World Congress di Barcelona. Beberapa perusahaan peralatan

manufaktur bersama operator mulai melakukan tes jaringan LTE dan akan mempublikasikan

hasilnya sebagai LTE Intitiators (LTSI) [6]. Ahli riset dan pengembangan, yang mewakili

sekitar 60 operator, manufaktur dan pusat riset dunia, berpartisipasi dalam kerja sama pada

standarisasi akses radio LTE dan jaringan inti [7].

Jangkauan frekuensi untuk LTE belum ditentukan dengan pasti. Operator-operator

melakukan tes LTE / Evolved (E)-UTRAN pada frekuensi 700 MHz, 800 MHz dan 2.6 GHz,

mencoba untuk menentukan kebutuhan untuk pita lebar, mobilitas dan jangkauan frekuensi

yang dibolehkan. Sebagian besar regulator Eropa, dan juga penyiaran TV, mengikuti contoh

dari Amerika Serikat (FCC menawarkan jangkauan 62 MHz pada 700 MHz untuk LTE

dalam suatu lelang) dan telah dimulai untuk membebaskan spektrum UHF dan memindah TV

analog menjadi TV digital. Jangkauan utama LTE pada Eropa adalah 790-862 MHz yang

disebut sebagai jangkauan digital dividend, namun jangkauan 2.6 GHz juga akan digunakan

(2x70 MHz untuk Frequency Division Duplex-FDD dan 50 MHz Time Division Duplex-

TDD untuk WiMAX). Terdapat juga beberapa ide untuk membebaskan frekuensi GSM 900

MHz dengan mendorong pengguna untuk menggunakan jaringan 3G, maka frekuensi tersebut

dapat juga digunakan untuk LTE (terutama untuk kanal 1.4 MHz) atau menggunakan 1800

MHz. Regulator-regulator di negara-negara Eropa telah mengumumkan lelang (Norwegia dan

Swedia telah meluncurkan ujicoba LTE). Di Asia, mereka mendukung

“daur ulang” jangkauan UMTS [3].

Page 23: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

20

LSTI yang dibentuk pada Mei 2007 oleh perusahaan telekomunikasi Alcatel-Lucent,

Ericsson, Nokia, Nokia Siemens Networks, Nortel, Orange, T-Mobile dan Vodafone

bertujuan untuk mengkordinasi hal-hal yang dibutuhkan untuk dapat menerapkan teknologi

LTE menjadi peluncuran komersial atau dapat disebut LSTI melakukan pengujian teknologi

pada implementasi aktual dari standar yang ada. LSTI membandingkan pengukuran dari

perangkat laboratorium dan pengukuran lapangan terhadap kebutuhan dan target rancangan

dari 3GPP dan NGMN (Next Generation Mobile Networks) [8]

Hasil kerja LSTI dibagi menjadi beberapa aspek yaitu Proof of Concept (POC),

Interoperability Testing (IOT) dan Friendly Customer Trials (FPC). POC adalah pengujian

dari rancangan yang yang dibutuhkan NGMN dan 3GPP. Faktor-faktor yang diuji pada POC

adalah [8]:

- Data rate, dengan faktor peak rate, dampak rate untuk pengguna, dampak dari

kondisi frekuensi radio (RF) seperti kualitas sinyal dan kecepatan UE, throughput

sel antar banyak pengguna, dampak protokol pada throughput aplikasi dan data

rate pengguna.

- Latency dengan target C-plane latency, U-plane latency, Air interface latency,

End-to-End U-plane latency.

- Dukungan QoS dan VOIP

- Handover antar sel

IOT memverifikasi bahwa semua memiliki interpretasi yang sama pada standar 3GPP

yang memastikan terminal, BS dan jaringan inti dari seluruh vendor yang berpartisipasi

saling mendukung (interoperable) dan standar yang berkaitan tervalidasi pada prakteknya.

FPC melaporkan proses pengujian lapangan operator, mengindikasi apa yang diharapkan oleh

operator dan pengguna pada performa dan aplikasi [8].

Page 24: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

BAB 4

KASUS STUDI: ASPEK PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

LTE/SAE DI BOSNIA DAN HERZEGOVINA

Terdapat beberapa hambatan utama pada LTE/SAE sebagai teknologi baru. Pemilihan

vendor untuk produk LTE/SAE adalah penting untuk operator. Operator harus dapat untuk

memilah kinerja produk seperti yang ditawarkan saat proses pemilihan vendor, yang

termasuk seluruh fase pengujian, terutama diharapkan dari vendor untuk memberi tambahan

dari spesifikasi dasar untuk memberi perbedaan solusi mereka pada pasar. Hal ini dapat

membantu operator untuk menghindari sumber daya yang sia-sia dan memastikan bahwa

LTE/SAE dapat diintegrasikan secara sukses kedalam jaringan [3].

Produk dan protokol baru sebagai bagian dari LTE, lebih cenderung rentan terhadap

isu kehandalan, kemampuan dan keamanan daripada teknologi turunan yang telah dibuktikan

dilapangan. Pelanggan sangat cepat frustasi dengan kualitas layanan yang buruk, hingga

pelanggan beralih ke operator lain, kemudian berdampak pada peningkatan biaya pendukung

dan penurunan pendapatan per pengguna. Ketika operator beralih ke layanan mobile

berkecepatan yang lebih tinggi, jaringan LTE harus mendukung pelanggan dengan teknologi

sebelumnya untuk melindungi pendapatan dasar. Pelanggan akan lebih cenderung berpindah

ke operator lain jika layanan yang digunakan saat itu menerima dampak negatif oleh layanan

LTE dan sebaliknya [3].

Teknologi LTE dapat diterapkan di Bosnia dan Herzegovina dengan

mempertimbangkan parameter-parameter yang mempengaruhi operator jaringan untuk

memutuskan untuk mengimplementasikan teknologi LTE. Memperhatikan infrastruktur

jaringan akses 2G/3G dengan 3 operator yang ada dan telah menyebarkan jaringan akses 2G

yang menyediakan persentase tinggi pada cakupan wilayah di Bosnia dan Herzegovina.

Operator mobile saat ini akan mendapatkan keuntungan ketika menerapkan teknologi LTE

dalam cakupan waktu implementasi dan CAPEX [3].

Parameter umum yang mempengaruhi penerapan teknologi LTE/SAE ditentukan

sebagai berikut: perkembangan teknolgi LTE/SAE pada sisi implementasi komersial Rel-8,

21

Page 25: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

22

pengembangan lebih lanjut dari teknologi LTE/SAE pada sisi standarisasi Rel-9 dan Rel-10

(LTE Advanced), pengembangan perangkat terminal LTE, pengembangan perangkat eNodeB

dengan Software Defined Radio (SDR) dan teknologi multi-radio, seta isu penggunaan

spektrum. Parameter tertentu yang berhubungan dengan Bosnia dan Herzegovina adalah:

pasar telekomunikasi, tuntutan pelanggan, teknologi pita lebar terkini, dan investasi,

pengembangan teknologi lain pada aspek melepaskan spektrum frekuensi, kompetisi, dan

seterusnya [3].

4.1 Perkembangan teknologi LTE/SAE – Implementasi Komersial Rel-8

Pengujian LTE oleh vendor terdepan pada bidang komunikasi mobile, serta,

komersial pertama telah diumumkan, hingga beberapa operator terdepan memasukkan

teknologi LTE/SAE pada portofolio mereka pada tahun 2009. Namun, sangat mungkin

implementasi komersial pertama harus menunggu beberapa waktu hingga teknologi ini

menjadi “matang”. Dengan memperhatikan pengalaman sebelumnya yang berkaitan pada

waktu untuk implementasi teknologi baru di Bosnia dan Herzegovina, diharapkan teknologi

LTE dapat diimplementasikan sebelum 2012. Terdapat asumsi ketika teknologi yang sudah

matang mulai diimplementasikan di Bosnia dan Herzegovina setelah mengamati dari

pengembangan operator lainnya [3].

4.2 Perkembangan Teknologi LTE Advanced

Teknologi LTE-Advanced akan membawa fungsi-fungsi baru dan kinerja untuk

transmisi data melalui jaringan mobile, seperti LTE MBMS (Multimedia Broadcast Multicast

Service), Self Optimization Networks, peningkatan VoIP pada LTE, penggunaan teknik akses

multi-radio dan multi-band (MRMB) dan seterusnya. Rata-rata akses untuk LTE-Advanced

adalah 1 GB/s untuk pengguna yang stasioner dan 100 Mbps untuk pengguna yang bergerak

pada kecepatan tinggi. LTE-Advanced ini diharapkan mulai diimplementasikan pada tahun

2013. LTE diasumsikan memiliki umur yang pendek untuk sebagai akses teknologi di Bosnia

dan Herzegovina. Sehingga isu implementasi teknologi LTE akan menjadi indikator

teknologi Rel-8 dan Rel-9. Pengembangan kedepan untuk LTE-Advanced akan memberi

dampak pemilihan teknologi yang pantas untuk kebanyakan operator yang tidak memulai

akses teknologi LTE Rel-8 [3].

Page 26: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

23

4.3 Pengembangan perangkat eNodeB menggunakan (Software Defined Radio) SDR,

teknik multi-radio dan multi-band

Salah satu faktor yang paling penting untuk implementasi teknologi LTE yang

dinamis adalah pengembangan BS dalam jaringan akses dengan teknik SDR MRMB.

Perusahaan manufaktur teknologi mobile telah mendemonstrasikan dan mengumumkan

pengembangan cepat BS dengan kemampuan untuk definisi perangkat lunak teknologi akses

dalam jangkauan yang berbeda. Hal ini dapat memberi keuntungan tambahan untuk operator

mobile yang belum mengimplementasikan teknologi GSM/WCDMA, memberi operator

tersebut fleksibilitas ketika membangun jaringan nirkabel [3].

Operator-operator akan cenderung mengganti BS yang sudah ada secara bertahap

untuk mendapatkan fleksibilitas tambahan dengan BS SDR dan untuk melakukan

peningkatan regular dan modernisasi jaringan akses yang lama. Operator mobile di Bosnia

dan Herzegovina, saat implementasi teknologi WCDMA/HSPA telah menyediakan BS yang

dapat ditingkatkan untuk teknologi HSPA+ dan LTE [3].

4.4 Pengembangan perangkat terminal LTE.

Pasar pada perangkat pengguna di Bosnia dan Herzegovina cenderung mengikuti

trend dunia yang didukung oleh distributor yang terus memperbarui penawaran perangkat.

Namun masih terdapatnya isu pengguna yang berhutang di Bosnia dan Herzegovina, dapat

mempengaruhi implementasi teknologi LTE [3].

4.5 Pasar Bosnia dan Herzegovina dan tuntutan layanan pita lebar

Selain keuntungan utama teknologi LTE, terdapat kemungkinan layanan baru dan

peningkatan kualitas layanan dari layanan yang ada. Teknologi LTE dapat menghadirkan

layanan video waktu nyata, layanan periklanan, jejaring sosial, termasuk fixed mobile

convergence (FMC). Jumlah pengguna layanan data mobile di Bosnia dan Herzegovina terus

meningkat, namun penetrasinya dibawah 10% dari total pelanggan secara keseluruhan.

Dengan hadirnya teknologi UMTS/HSPA dan layanan baru diharapkan untuk meningkatkan

pertumbuhan pengguna layanan data [3].

Page 27: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

24

4.6 Status terkini perkembangan teknologi nirkabel di Bosnia dan Herzegovina.

Era komunikasi 3G di Bosnia dan Herzegovina dimulai sejak operator BH telecom

mengembangkan teknologi UMTS/HSPA pada mei 2009 dan diikuti dua operator lainnya. 3G

License berarti pengembangan jangka panjang teknologi 3G, sehingga tiap operator di Bosnia

dan Herzegovina akan kesulitan untuk menentukan investasi tambahan untuk implementasi

teknologi LTE, hingga teknologi 3G yang ada sudah mencapai tingkat yang memuaskan [3].

4.7 Spektrum frekuensi untuk LTE dan Bosnia dan Herzegovina

Strategi transisi dari analog ke digital terrestrial radio transmission (DTT)

menggunakan jangkauan frekuensi 174-230 MHz dan 470-862 MHz telah resmi

diimplementasikan pada juni 2009 di bosnia dan herzegovina, sehingga memberi dampak

pada jangkauan frekuensi LTE terutama pada 700/800 MHz yang cocok pada aspek

propagasi dan cakupan. Penulis menyarankan untuk mempertimbangkan kembali frekuensi

tersebut karena menjadi frekuensi utama LTE di Eropa (790-862 MHz) [3].

4.8 Kompetisi

Salah satu permasalahan pada implementasi teknologi LTE di Bosnia dan

Herzegovina adalah kompetisi pada bidang telekomunikasi nirkabel. Implementasi LTE oleh

salah satu operator dapat mempengaruhi operator lain untuk turut serta melakukan

implementasi LTE, seperti yang terjadi pada pengembangan teknologi sebelumnya [3].

Page 28: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

BAB 5

IMPLEMENTASI LTE DI INDONESIA

5.1 Faktor Perkembangan Teknologi Pita-Lebar di Indonesia

Internet sebagai platform utama untuk teks, musik, video dan konten multimedia

lainnya, menjadi salah satu sebab pertumbuhan teknologi pita lebar. Saat ini, terjadi

peningkatan yang signifikan untuk pengguna internet. Untuk negara Indonesia, menurut data

[9] pertumbuhan pengguna internet dalam satu dekade ini meningkat dari sekitar 2000.000

pengguna pada tahun 2000 menjadi sekitar 30.000.000 pengguna pada tahun 2009. Indonesia

menduduki peringkat 11 (2008) dalam hal jumlah pengguna internet. Dengan host internet

sebanyak 865.309 (2008) [10]. Hal ini didukung dengan akses jaringan melalui jaringan

selular maupun melalui jaringan fixed. Sehingga saat ini, di Indonesia terdapat banyak

pengguna internet dengan berbagai ISP sebagai penyedia layanannya. Namun dibandingkan

dengan total jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 230 juta penduduk lebih, persentase

terhadap jumlah pengguna internet adalah sekitar 10%. Sedangkan layanan internet pita-lebar

di indonesia masih kurang diminati. Pengguna internet di Indonesia dianggap dibawah

kategori komunikasi pita-lebar. Walaupun banyak ISP menawarkan kecepatan pita lebar.

Pada faktanya, layanan internet berkecepatan tinggi masih bergantung dengan harga

paket berdasarkan kecepatan datanya, dapat dikatakan jaringan pita-lebar namun kecepatan

belum tentu pita-lebar. Hal ini didukung dengan referensi badan survey online [11] dimana

disebutkan, dipenghujung akhir 2009, layanan pita-lebar hanya 18% dari internet subscriber,

dan diperkirakan hanya 1,2 juta pengguna layanan pita-lebar di Indonesia. dari badan survey

tersebut, disebutkan bahwa infrastruktur telekomunikasi dianggap menghambat pertumbuhan

internet, walaupun indonesia dianggap berpotensial sebagai pasar online. Namun selain faktor

infrastruktur telekomunikasi, kurangnya pertumbuhan internet karena pendapatan rata-rata

bangsa Indonesia untuk memiliki fasilitas untuk akses internet sendiri masih kurang, selain

itu layanan pita-lebar masih kurang diminati karena umumnya pengguna lebih memilih akses

internet yang murah untuk jaringan fixed. Sedangkan untuk penggunaan jaringan selular,

perangkat end user seperti handphone sebagian besar belum berbasis pita-lebar (akses 3G).

25

Page 29: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

26

Nokia Siemens Networks [5] memprediksikan 5 milyar orang didunia akan menikmati

layanan internet ditahun 2015 dan lalu lintas jaringan meningkat hingga 100 kali. Mobile

pita-lebar akan menjadi layanan yang dapat dinikmati pengguna dimana saja, kapan saja.

Perkembangan pita-lebar ini memberi peluang bisnis yang menjanjikan untuk operator

jaringan, seperti yang terjadi dengan respon peluncuran HSDPA pada tahun 2006 yang

menarik para pengguna bisnis. Pengguna mobile pita-lebar tentu saja mengharapkan layanan,

kecepatan data, VoIP dan kemampuan multimedia yang serupa dengan yang dinikmati

pengguna jaringan fixed saat ini, dengan harga yang terjangkau.

5.2 Operator Telekomunikasi di Indonesia

Perkembangan teknologi LTE tentu saja merambat ke Indonesia. Tiga operator

terkemuka di Indonesia yang sejak awal bersaing dengan kemapanan teknologi tentu saja

akan berlomba-lomba untuk memperoleh teknologi yang unggul baik untuk pengguna

maupun sebagai profit operator.

Telkomsel sebagai salah satu operator telekomunikasi selular di Indonesia mulai

mengemban teknologi LTE. Penggunaan teknologi LTE dikatakan untuk mengakomodasi

perkembangan kebutuhan kapasitas dan kualitas layanan mobile pita-lebar yang handal. Saat

ini Telkomsel telah memasuki tahap finalisasi kesiapan infrastruktur teknologi yang akan

diujicoba, seperti e-Node B, Mobility Management Entity (MME), System Architecture

Evolution Gateway (SAE-GW), IP Multimedia Subsystem (IMS), dan lain-lain.

Pengembangan komunikasi pita-lebar oleh Telkomsel diawali dengan layanan 3G pertama

kali di Indonesia secara komersial pada 14 November 2006. Selanjutnya, Telkomsel

meluncurkan layanan mobile pita-lebar Telkomsel Flash berbasis teknologi HSDPA (High

Speed Downlink Packet Access) pada 6 April 2007 serta proyek Telkomsel Next Generation

Flash dengan mengimplementasikan teknologi HSPA+ (High Speed Packet Access Plus) di

24 broadband city di Indonesia mulai 4 November 2009. [12].

Operator selular lainnya, PT XL Axiata Tbk (XL) juga akan melakukan pengkajian

ujicoba teknologi LTE untuk mengetahui kemungkinan penerapan teknologi telekomunikasi

terbaru dan tercanggih itu di Indonesia. Untuk melakukan uji coba LTE ini kerjasama

Ericsson dengan XL yang menunggu proses perijinan dari pemerintah. Uji coba ini

rencananya akan diadakan pada semester kedua tahun ini. Dalam ujicoba ini Ericsson akan

Page 30: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

27

menyediakan perangkat dan tenaga ahlinya. Selain itu, ujicoba LTE ini nantinya juga

melibatkan pemerintah dan dunia pendidikan (dengan menggandeng akademisi dan

universitas)[13].

Sedangkan pihak operator selular Indosat baru-baru ini meluncurkan teknologi Dual

Carrier HSPA+ yang dapat mencapai kecepatan hingga 42 Mbps. Sebagai peningkatan

kecepatan untuk konsumen, 3 tahun kesepakatan untuk modernisasi jaringan mobile dan

persiapan untuk 4G, dan jaringan ramah lingkungan dengan sumber daya alternatif yang

memberi pengurangan konsumsi energi hingga 50%. Indosat berkerja sama dengan Ericsson

untuk meluncurkan jaringan mobile tercepat se-Asia dan kedua di dunia setelah Australia,

yang berdasarkan teknologi HSPA Evolution Ericsson yang mampu mencapai 42 Mbps.

Indosat hingga kini melayani 39.1 juta pelanggan di Indonesia. sebagai bagian dari

kerjasamanya, Ericsson menyediakan teknologi terkini yang ada: Radio Base Station (RBS)

6000, MSS Blade Cluster, dan MINI-LINK TN. Rancangan jaringan, penempatan, pelatihan

dan layanan pendukung juga bagian dari kesepakatan. Modernisasi ini akan menyediakan

Indosat sebagai operator dengan fleksibilitas untuk berevolusi ke teknologi generasi berikut

seperti LTE [14].

5.3 Kendala dan Faktor Penunjang Implementasi LTE di Indonesia

Hingga saat ini, pemerintah menyatakan bahwa indonesia belum terburu-buru untuk

menerapkan LTE [15]. Beberapa pertimbangan untuk menerapkan LTE adalah memerlukan

sejumlah prosedur terlebih dulu, termasuk merancang regulasinya, aturan konten lokal,

kompetisi tarif yang akan berlaku. Beberapa aspek yang mendukung implementasi LTE di

Indonesia serta kendalanya menjadi isu utama kapan teknologi LTE dapat di implementasi di

Indonesia.

5.3.1 Alokasi Spektrum

Masalah spektrum menjadi penghambat implementasi LTE di Indonesia, disebutkan

teknologi pita-lebar global umumnya menggunakan spektrum 2.5 GHz, 2.3 GHz dan di 700

MHz dan 900 GHz, namun spektrum 2.5 GHz di Indonesia saat ini digunakan untuk satelit

milik PT.Indovision dan spektrum 2,3 GHz digunakan untuk WiMax. Spektrum 700 MHz

Page 31: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

28

dialokasikan untuk transisi penyiaran televisi dari analog ke siaran digital, sedangkan 900

MHz dimanfaatkan untuk layanan suara. Apabila digunakan selain spektrum tersebut,

implementasinya akan membutuhkan perangkat khusus. Sementara itu, membuat perangkat

dengan banyak frekuensi pun juga mahal [16].

Pemilihan spektrum untuk implementasi juga harus dipertimbangkan. Spektrum 2.5

GHz sebaiknya dialokasikan pada implementasi LTE karena secara global digunakan.

Banyak operator dan industri telekomunikasi di dunia mendukung spektrum ini. Sehingga

ketersediaan perangkat menjadi lebih mudah didapatkan di pasaran baik perangkat

infrastruktur maupun terminal, harga lebih murah dan isu interoperability lebih minim.

Apabila tidak menggunakan spektrum tersebut, maka operator harus membutuhkan perangkat

khusus yang susah didapat dipasaran. Dan dampaknya juga pada pelanggan yang harus

menggunakan perangkat yang tidak global yang dapat menyebabkan mahalnya perangkat

tersebut.

5.3.2 Kompetisi Operator di Indonesia

Disisi operator, implementasi LTE diharapkan dapat memberi keuntungan dari segi

pengguna maupun operator. Sehingga wajar operator di Indonesia ingin segera melakukan

uji-coba implementasi LTE atau bahkan implementasi langsung LTE. Selain bermanfaat

sebagai pencitraan, dimana operator yang mengemban teknologi terbaik selalu dicari,

implementasi LTE ini juga dapat meningkatkan pendapatan operator. Beberapa pertimbangan

tersebut membuat LTE efektif pada sisi operator.

5.3.3 Pangsa Pasar dan Tuntutan Layanan Akses Pita Lebar

Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam implementasi LTE di Indonesia.

sepertinya tujuan untuk akses data yang cepat yang harus dipertimbangkan dengan

banyaknya pelanggan yang dapat atau akan pindah ke jaringan LTE. Seperti yang telah

disinggung diatas beberapa faktor dari Nokia Siemens Networks akan prediksi tren

komunikasi mobile. Namun tren-tren tersebut masih terbatas dengan perangkat pengguna dan

kemampuan untuk memperolehnya. Sedangkan layanan konten yang sedang popular di

Indonesia adalah layanan internet dengan konten jejaring sosial seperti facebook dan twitter.

Page 32: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

29

Berdasarkan statistik [17], Indonesia merupakan negara pengguna facebook keempat

terbanyak setelah Amerika, Inggris dan Turki. Total pengguna pada bulan maret 2010 adalah

18.9 juta pengguna, dengan persentase terhadap total penduduk indonesia adalah 7.88% dan

dapat dikatakan lebih dari 50% dari total pengguna internet di Indonesia saat ini. Akses pada

jejaring sosial hingga kini masih dapat diakses tanpa membutuhkan koneksi pita-lebar seperti

2G/EDGE, dimana pada perangkat mobile hanya membutuhkan transfer data yang sedikit dan

internet mobile yang memberi akses halaman khusus untuk mobile hingga tidak

membutuhkan transfer data yang besar. Kecenderungan pengguna memilih akses murah patut

dipertimbangkan dalam biaya akses LTE.

5.3.4 Regulasi di Indonesia

Pemerintah harus dapat menaungi dua teknologi pita-lebar terkini yang adalah WiMax

dan LTE agar Indonesia tidak hanya semata-mata menjadi pengguna produk asing saja.

Perkembangan teknologi selular saat ini di Indonesia seperti menganut pada 3GPP. Mulai

dari LTE, HSPA+, HSUPA dan seterusnya sehingga berkesan mengikuti produk asing.

Lemahnya regulasi di Indonesia menyebabkan banyaknya operator-operator di

Indonesia baik teknologi CDMA maupun teknologi 3GPP. Persaingan antar operator dalam

memperoleh pelanggan menyebabkan para operator mencari cara untuk meningkatkan

pelanggan tanpa kehilangan profit. Seperti kompetisi harga layanan yang ditawarkan

semurah-murahnya oleh satu operator memaksa operator lainnya terpaksa ikut menurunkan

harga agar pelanggannya tidak pindah ke operator lain. Namun penurunan harga

menyebabkan profit menipis karena biaya operasional. Adalah wajar untuk operator ingin

melakukan implementasi LTE pada sistemnya guna memperoleh sistem yang biaya

operasionalnya lebih murah dan memberi akses yang lebih cepat. Sehingga pelanggan akan

memilih operator yang memberi layanan lebih baik dengan harga yang murah.

Adapun faktor yang dapat menyebabkan layanan dengan harga murah karena

Indonesia memiliki lebih dari 10 operator. Menipisnya profit juga dapat disebabkan oleh

cepatnya pertumbuhan teknologi saat ini. Untuk mendapatkan pelanggan, operator harus

mengikuti teknologi yang membuat pelanggan tetap pada satu operator, seperti layanan akses

data yang cepat dan dapat diandalkan. Sedangkan aset perangkat teknologi sebelumnya akan

tergantikan karena alasan kemampuan, kapasitas ataupun alasan lain. Padahal perangkat

Page 33: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

30

teknologi tersebut merupakan aset yang masih bernilai mahal yang mungkin dapat digunakan

hingga 5 sampai 10 tahun mendatang secara finansial. Biaya mengantar layanan kini semakin

tinggi sedangkan tarif yang dikenakan pada pelanggan semakin murah. Banyaknya akses data

layanan konten membuat peningkatan penggunaan bandwidth pada jaringan. Untuk

menyeimbangi akses data dan bandwidth, operator harus meningkatkan bandwidth agar

pelanggan tidak dikecewakan dengan layanan yang buruk. Sedangkan peningkatan bandwidth

menyebabkan peningkatan biaya bagi operator yang menjadi sebab menurunnya profit.

5.4 Solusi Implementasi LTE di Indonesia

Beberapa kendala dan pertimbangan yang telah dibahas pada sub-bab sebelumnya

dapat memberi beberapa kesimpulan dan solusi untuk peluang LTE dapat dikembangkan di

Indonesia. Berikut ini adalah beberapa opsi yang ditawarkan untuk implementasi LTE

sebagai solusi dari kendala implementasi LTE di Indonesia.

5.4.1 Solusi Alokasi Spektrum

Permasalahan spektrum yang direkomendasikan untuk negara Indonesia salah satunya

adalah pada spektrum 2.6 GHz dimana saat ini masih digunakan oleh penyedia layanan TV

satelit. Opsi yang ditawarkan adalah dengan melakukan negosiasi alokasi spektrum tersebut

dengan pihak regulator dan pihak penyedia layanan TV satelit tersebut, dengan hasil

Indonesia dapat mengimplementasikan teknologi LTE dengan konfigurasi FDD (Frequency

Division Duplex) dengan menggunakan jangkauan spektrum antara 2500-2570 MHz untuk

uplink dan 2620-2690 MHz untuk downlink.

Opsi kedua adalah menerapkan LTE TDD (Time Division Duplex) dengan

menggunakan jangkauan spektrum pada 2.3 GHz, walaupun terdapat spektrum yang

dialokasikan pada teknologi Wimax pada spektrum 2.3 GHz. Namun eksistensi teknologi

Wimax hingga beberapa tahun kedepan dapat menjadi unsur pertimbangan badan regulasi

indonesia untuk mengalokasikan spektrum tersebut untuk LTE TDD, dengan catatan

teknologi Wimax benar-benar disepakati oleh para pemenang tender lisensi Wimax untuk

tidak dilanjutkan implementasinya.

Page 34: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

31

5.4.2 Solusi Waktu Implementasi LTE

Beberapa pertimbangan utama untuk operator adalah meningkatkan kapasitas dengan

implementasi LTE dengan mengorbankan investasi teknologi HSPA atau teknologi 3G

lainnya yang sedang diimplementasikan di Indonesia. Solusi yang ditawarkan untuk operator

adalah mempersiapkan dengan matang dengan melakukan studi terhadap negara yang telah

mengimplementasikan LTE, terutama dengan negara yang memiliki kondisi serupa seperti

Indonesia. Parameter studi dapat meninjau pada segi dampak operator yang

mengimplementasikan LTE dengan teknologi sebelumnya yang belum mencapai waktu pakai

sesuai dengan investasinya digantikan oleh LTE. Selain melakukan studi implementasi,

operator dapat melakukan investigasi untuk solusi implementasi LTE yang tepat dari segi

vendor infrastruktur, alokasi teknologi sebelumnya, tahapan implementasi LTE, dan area

yang akan diimplementasikan LTE.

Untuk mencapai nilai investasi yang cukup untuk teknologi sebelumnya dan

mengimplementasi LTE yang “matang”, waktu implementasi LTE yang terbaik adalah 2-3

tahun lagi dengan mempertimbangkan nilai investasi yang cukup untuk teknologi sebelumnya

dan prediksi meningkatnya pengguna akses data. Dengan melakukan optimisasi teknologi 3G

yang saat ini diimplementasikan untuk memenuhi kebutuhan data pengguna diharapkan dapat

meningkatkan tingkatan kebutuhan data pengguna hingga mencapai tingkatan yang sesuai

dengan kebutuhan teknologi LTE.

Implementasi LTE untuk Indonesia pada 2-3 tahun lagi dapat dilakukan secara

bertahap untuk kota-kota besar yang paling membutuhkan kapasitas lebih untuk akses data,

sehingga operator masih memiliki waktu untuk melakukan optimasi pada teknologi 3G

sebelumnya pada kota-kota yang baru diimplementasikan teknologi 3G seperti HSPA hingga

pada saatnya harus mengimplementasikan teknologi LTE.

Page 35: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

BAB 6

PENUTUP

Disisi Pemerintah, dalam pengaturan spektrum masih terdapat kendala untuk

implementasi LTE. Dan pemantapan regulasi dan konten lokal yang harus dikaji membuat

pemerintah masih mempertimbangkan implementasi LTE. Tingkat kebutuhan LTE masih

belum layak menjadi prioritas utama dari Pemerintah. Pemerintah harus dengan bijak

memberi prioritas telekomunikasi untuk perkembangan Indonesia dalam segi telekomunikasi,

yaitu mencakup seluruh kawasan nusantara. Sementara saat ini hanya kota-kota besar yang

baru menikmati teknologi pita-lebar, sedangkan daerah-daerah terpencil masih terbatas untuk

jaringan informasi. Beberapa pertimbangan tersebut membuat implementasi LTE saat ini

masih terburu-buru.

Optimalisasi teknologi sebelumnya seharusnya dilakukan oleh para operator di

Indonesia dengan merambah ke daerah yang cukup potensial untuk pasar 3G. Optimalisasi

teknologi sebelumnya juga termasuk memanfaatkan hingga usia pakai berakhir. Peningkatan

kualitas juga patut dilakukan karena kecepatan pita-lebar hanya dapat dirasakan pada tingkat

biaya tertentu, sedangkan pasar terbesar untuk pengguna akses pita-lebar adalah pengguna

yang menggunakan paket layanan (seperti internet) dengan biaya rendah. Sehingga dengan

kondisi ini, pengguna cepat beralih ke kualitas yang lebih baik dengan harga yang terjangkau.

Implementasi LTE saat ini hanya merupakan pangsa pasar para pengguna akses

internet pita-lebar dan corporat. Kemungkinan LTE hanya diimplementasikan hanya untuk

kota-kota yang telah diimplementasikan teknologi 3G adalah sangat besar. Untuk

perkembangan telekomunikasi yang vital masih belum menjadi prioritas di Indonesia karena

dapat digunakan alternatif lain selain LTE. Teknologi LTE dapat diimplementasikan dengan

opsi menggunakan spektrum 2.6 GHz untuk LTE FDD atau spektrum 2.3 GHz untuk LTE

TDD. Implementasi LTE dilakukan dengan mempertimbangkan optimasi teknologi 3G

sebelumnya hingga mencapai nilai investasi yang cukup untuk implementasi teknologi 3G

tersebut.

32

Page 36: LTE Dan Tantangan Implementasinya - Yudhi Triprasetyo 0906495715

33

REFERENSI

[1] Mcqueen, D., “The momentum behind LTE adoption”, Communications Magazine, IEEE

Vol.47 pp.44-45, IEEE Journals, 2009

[2] Holma, Harri., Toskala, Antti. “LTE for UMTS OFDMA and SC-FDMA Based Radio

Access”. John Wiley & Sons. UK . 2009

[3] Skopljak-Ramovic, A.; Pivac, S., “The challenge of implementation of long term

evolution / system architecture evolution (LTE/SAE)”, MELECON 2010 - 2010

15th IEEE Mediterranean Electrotechnical Conference pp. 1241 – 1246, 2010

[4] Astely. D,, Dahlman, E., Furuskar, A., Jading, Y., Lindstrom, M., Parkvall, S, “LTE: The

Evolution of Mobile Broadband”. Communication Magazine, IEEE. Vol 47 , Issue 4,

Pp.44-51, 2009

[5] http://www.nokiasiemensnetworks.com/

[6] http://www.lstiforum.org

[7] http://www.3gpp.org

[8] Robson, J., “The LTE/SAE trial initiative: Taking LTE-SAE from specification to rollout”,

Communications Magazine, IEEE Vol.47 pp.82 - 88 , 2009

[9] http://www.internetworldstats.com/

[10] https://www.cia.gov

[11] http://www.budde.com.au/Research/Indonesia-Internet-and-Broadband-Services.html

[12] http://www.telkomsel.com/web/corporate_news?cnid=NjA0

[13] http://www.ericsson.com/id/ericsson/press/2010/26042010.shtml

[14] http://www.ericsson.com/thecompany/press/releases/2010/05/1412992

[15] http://www.depkominfo.go.id/berita/bipnewsroom/indonesia-tak-buru-buru-terapkan-lte/

[16] http://bataviase.co.id/node/175317