lp pneumonia fix

24
LAPORAN PENDAHULUAN PADA ANAK DENGAN PNEUMONIA I. TINJAUAN TEORI A. Pengertian Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru ( Betz C, 2002 ) Pneumonia adalah peradangan alveoli atau pada parenchim paru yang terjadi pada anak. (Suriadi Yuliani, 2001) Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam- macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (IKA, 2001). Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai napas sesak atau napas cepat. Penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa, dan pada orang usia lanjut (Misnadiarly, 2008). Jadi bronkopnemonia adalah infeksi atau peradangan pada jaringan paru terutama alveoli atau parenkim yang sering menyerang pada anak - anak B. Etiologi Menurut Astuti dan Rahmat (2010), etiologi dari pneoimonia adalah: 1. Pneumonia yang disebabkan infeksi: a. Virus pernapasan yang paling sering dan lazim yaitu Mycoplasma pneumoniae yang terjadi pada usia beberapa tahun pertama dan anak sekolah dan anak yang lebih tua.

Upload: husnazahraa

Post on 30-Sep-2015

241 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Askep anak sakit

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN PADA ANAK

DENGAN PNEUMONIAI. TINJAUAN TEORI A. Pengertian

Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru ( Betz C, 2002 )

Pneumonia adalah peradangan alveoli atau pada parenchim paru yang terjadi pada anak. (Suriadi Yuliani, 2001)

Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam- macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (IKA, 2001).Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai napas sesak atau napas cepat. Penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa, dan pada orang usia lanjut (Misnadiarly, 2008).Jadi bronkopnemonia adalah infeksi atau peradangan pada jaringan paru terutama alveoli atau parenkim yang sering menyerang pada anak - anak

B. Etiologi

Menurut Astuti dan Rahmat (2010), etiologi dari pneoimonia adalah:

1. Pneumonia yang disebabkan infeksi:

a. Virus pernapasan yang paling sering dan lazim yaitu Mycoplasma pneumoniae yang terjadi pada usia beberapa tahun pertama dan anak sekolah dan anak yang lebih tua.

b. Bakteri Streptococcus pneumoniae, S. pyogenes, dan Staphylococcus aureus yang lazim terjadi pada anak normal.

c. Haemophilus influenza tipe b menyebabkan pneumonia bakteri pada anak muda, dan kondisi akan jauh berkurang dengan penggunaan vaksin efektif rutin.

d. Virus non-respiratorik, bakteri enteric gram negative, mikobakteria, Chlamydia spp, Ricketsia spp, Coxiella, Pneumocytis carinii, dan sejumlah jamur.

e. Virus penyebab pneumonia yang paling lazim adalah virus sinsitial pernapasan (respiratory syncitial virus/ RSV), parainfluenzae, influenza dan adenovirus

2. Pneumonia yang disebabkan penyebab non infeksi

a. Aspirasi makanan dan/atau asam lambung.

b. Benda asing.

c. Hidrokarbon dan bahan lipoid.

d. Reaksi hipersensitivitas dan pneumonitis

e. Akibat obat atau radiasif. Penyebab pneumonia karena bakteri cenderung menimbulkan infeksi lebih berat daripada agen non bakteri.

C. Manifestasi klinis

1. Pneumonia bakteri

Gejala awal :

Rinitis ringan

Anoreksia

Gelisah

Berlanjut sampai :

Demam

Malaise

Nafas cepat dan dangkal ( 50 80 )

Ekspirasi bebunyi

Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan

Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan

Leukositosis

Foto thorak pneumonia lobar

2. Pneumonia virus

Gejala awal :

Batuk

Rinitis

Berkembang sampai

Demam ringan, batuk ringan, dan malaise sampai demam tinggi, batuk hebat dan lesu

Emfisema obstruktif

Ronkhi basah

Penurunan leukosit

3. Pneumonia mikoplasma

Gejala awal :

Demam

Mengigil

Sakit kepala

Anoreksia

Mialgia

Berkembang menjadi :

Rinitis

Sakit tenggorokanD. Klasifikasi.Klasifikasi pneumonia menurut WHO:1. Bayi berusia dibawah 2 bulan: Pneumonia nafas cepat (+) atau sesak (+) harus dirawat Bukan pneumonia nafas cepat dan sesak (-) obat simptomatis saja2. Usia 2 bulan 5 tahun: Pneumonia sangat berat sesak napas dan napas cepat (+) harus dirawat dan diberikan antibiotik Pneumonia berat sesak napas (+) napas cepat (-) harus dirawat dan diberikan antibiotik Pneumonia sesak napas(-) napas cepat (+) tidak perlu dirawat, diberikan antibiotik oral.3. Klasifikasi pneumonia menurut MTBS: Pneumonia berat Pneumonia Bukan pneumoniaE. Patofisiologi

Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya. Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia virus.

Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus (contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata.

Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis (Sudoyo, dkk, 2009).

Pathway

F. Komplikasi1. Abses paru

2. Edusi pleural

3. Empisema

4. Gagal napas

5. Perikarditis

6. Meningitis

7. Atelektasis

8. Hipotensi

9. Delirium10. Asidosis metabolic

11. Dehidrasi

Penyakit multilobular (Misnadiarly, 2008)G. Pemeriksaan diagnostik

1. Foto polos: digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status pulmoner2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan dengan oksigenasi3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan adanya anemia, infeksi dan proses inflamasi4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan6. jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bakterial7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan.8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti

virus H. Penatalaksanaan medis

1. Pengobatan supportive bila virus pneumonia

2. Bila kondisi berat harus dirawat

3. Berikan oksigen, fisiotherapi dada dan cairan intravena

4. Antibiotik sesuai dengan program

5. Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik

2. TINJAUAN KEPERAWATANA. PengkajianData Yang Perlu Dikaji:

1) Identitas

a) Anak-anak cenderung mengalami infeksi virus dibanding dewasa.

b) Mycoplasma terjadi pada anak yang relatif besar

c) Sering terjadi pada bayi & anak

d) Banyak < 3 tahun

e) Kematian

terbanyak bayi < 2 bl.

2) Keluhan utama :

a) Sesak napas

3) Riwayat keperawatan sekarang

a) Didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas selama beberapa hari, kemudian mendadak timbul panas tinggi, sakit kepala / dada ( anak besar ) kadang-kadang pada anak kecil dan bayi dapat timbul kejang, distensi addomen dan kaku kuduk. Timbul batuk, sesak, nafsu makan menurun.

b) Anak biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis atau batuk-batuk disertai dengan demam tinggi. Kesadaran kadang sudah menurun apabila anak masuk dengan disertai riwayat kejang demam (seizure).

4) Riwayat keperawatan sebelumnya:

a) Anak sering menderita penyakit saluran pernapasan atas.

b) Predileksi penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA, influenza sering terjadi dalam rentang waktu 3-14 hari sebelum diketahui adanya penyakit Pneumonia.

c) Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat memperberat klinis klien.

5) Riwayat kesehatan keluarga

a) Tempat tinggal: Lingkungan dengan sanitasi buruk beresiko lebih besar

6) Nutrisi / cairan

a) Nafsu makan / minum menurun, mual, muntah, kembung, turgor jelek, kulit kering.

7) Pemeriksaan fisik

a) Inspeksi

Adanya PCH - Adanya sesak napas, dyspnea

Sianosis sirkumoral Distensi abdomen

Batuk : Non produktif Sampai produktif. Dan nyeri dada

b) Palpasi

Fremitus raba meningkat disisi yang sakit-Hati kemungkin membesar

c) Perkusi

Suara redup pada paru yang sakit

d) Auskultasi

Ronkhi halus ( Ronkhi basah, tachicardia.

e) Sistem Pulmonal

Subyektif: Sesak nafas, dada tertekan, cengeng

Obyektif : Pernafasan cuping hidung,

hiperventilasi, batuk (produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru, f) Sistem CardiovaskulerSubyektif: Sakit kepala

Obyektif: Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah menurung) Sistem NeurosensoriSubyektif:Gelisah, penurunan kesadaran, kejang

Obyektif: GCS menurun, refleks menurun/normal,

letargi

h) Sistem genitourinariaSubyektif: -

Obyektif: Produksi urine menurun/normal,

i) Sistem digestif

Subyektif: Mual, kadang muntah

Obyektif: Konsistensi feses normal/diare

j) Sistem Musculoskeletal

Subyektif: Lemah, cepat lelah

Obyektif: Tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan penggunaan otot aksesoris pernafasan

k) Sistem Integumen

Subyektif: -

Obyektif: Kulit pucat, cyanosis, turgor menurun(akibat dehidrasi sekunder), banyak keringat , suhu kulit meningkat, kemerahanB. Diagnosa keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan penumpukkan sekret pada jalan napas

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan kapiler alveolus

3. Pola nafas tidak efektif berubungan dengan kerusakan pertukaran gas

4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

5. Hipertermi berhubungan dengan penyakit yang diderita

C. Perencanaan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukkan sekret pada jalan napas.Karakteristik:Pernafasan cepat dan dangkal (RR>35 X per menit), bunyi nafas ronki basah, terdapat retraksi dinding dada, penggunaan otot bantu nafas, mengeluh sesak nafas, batuk produktif dengan produksi sputum yang cukup banyak.

Tujuan : Anak menunjukkan bersihan jalan nafas yang efektif

Kriteria: RR normal, tidak ada suara nafas tambahan, tidak menggunakan otot-otot pernafsan, tidak mengeluh sesak nafas, produksi sputum tidak ada.

Intervensi:a. Kaji frekuensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan dada.

Raisonal: Takipnea, pernafasan dangkal, dan gerakan dada tidak smetris terjadi karena peningkatan tekanan dalam paru dan penyempitan bronkus. Semakin sempit dan tinggi tekanan semakin meningkat frekuennsi pernafasan.

b. Auskultasi area paru , catat area penurunan atau tidak ada aliran udara

Raisonal: Suara mengi mengindikasikan terdapatnya penyempitan bronkus oleh sputum. Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan krekels terjadi pada area paru yang banyak cairan eksudatnya.

c. Bantu pasien latihan nafs dan batuk efektif

Raisonal: Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan nafas yang lebih kecil. Batuk cara efektif mempermudah pengeluran dahak dan mengurangi kelelahan akibat batuk.

d. Section sesuai indikasi

Raisonal:Megeluarkan sputum secara mekanik dan mencegah obstruksi jalan nafas.

e. Lakukan fisioterapi dada

Raisonal: Merangsang gerakan mekanik lewat fibrasi dinding dada supaya sputum mudah keluar.

f. Berikan cairan sedikitnya 1000 mn/hari (kecuali kontra indikasi). Tawarkan air hangat daripada dingin.

Raisonal: Meningkatkan hidrasi sputum. Air hangat mengurangi kekentalan dahak sehingga mudah untuk dikeluarkan.

g. Terapi obat-obatan bronkodilator dan mukolitik melalui inhalasi (nebulizer).

Raisonal: Mempermudah pengenceran dan pembuangan secret dengan cepat.

h. Memberikan obat bronkodilator, ekspektoran mukolitik secara oral (kalau sudah memungkinkan).

Raisonal: Mengurangi spasme bronkus, mengencerkan dahak dan mempermudah pengeluaran dahak melalui silis mukus pada saluran pernafasan.

i. Koalborasi pemberian antibiotic.

Raisonal: Antibiotik membunuh mikroorganisme penyebab sehingga dapat mengurangi peningkatan produksi sputum yang merupakan sebagai akibat timbulnya peradangan.

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan tekanan kapiler alveolus

Karakteristik:Dyspnea, sianosis, takipnea dan takikardi, gelisah atau perubahan mental, kelemahan fisik, penurunan kesadaran, nilai AGD menunjukkan peningkatan PCO2 (normal PCO2 35-45 MmHg, sedangkan pada kondisi asidosis dapat menjadi 70 MmHg) dan peurunan PH ( normal PH 7,35-7,45 , kalu asidosis 7,25 mmHg).

Intervensi:

a. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas.

Raisonal: Distress pernafasan yang dibuktikan dengan dyspnea dan takipnea sebagai indikasi penurunan kemampuamenyediakan oksigen bagi jaringan.

b. Observasi warna kulit, catat adanya sianosis pada kulit, kuku dan jaringan sentral.

Raisonal: Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi. Sedangkan sianosis daun telinga, membrane mukosa dan kulit sekitar mulut (membrane hangat) menunjukkan hipoksemia sistemik.

c. Kaji status mental dan penurunan kesadaran.

Raisonal: Gelisah, mudah terangsang, bingung dan somnolen sebagai petunjuk hipoksemia atau oksigenasi serebral.

d. Awasi frekuensi jantung atau irama.

Raisonal: Takikardi biasanya ada sebagai akibat demam atau dehidrasi tetapi dapat sebagai respon terhadap hipoksemia.

e. Awasi suhu tubuh

Raisonal:Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolic dan kebutuhan oksigen dan menggangggu oksigenasi seluler.

f. Kaji tingkat ansietas, sediakan waktu untuk berdiskusi dengan pasien atau susun bersama jadwal pertemuan.

Raisonal: Ansietas adalah manifestasi masalah psikologi sesuai dengan respon fisiologis terhadao hopoksia. Pemberian keyakinan dan meningkatkan rasa aman dapat menurunkan komponen psikologis, sehingga menurunkan kebuthan oksigen dan efek merugikan dari respon fisiologis.

g. Berikan terapi oksigen denga benar.

Raisonal: Terapi oksigen mempertahankan PAO2 di atas 60 mmHg (normal PO2 80-100 mmHg).

h. Lakukan pemantuan AGD (Analisa Gas Darah)

Raisonal: AGD yang menunjukkan penurunan PO2 sebagai indikasi penurunan oksigen jaringan.

3. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan kerusakan pertukaran gasKarakteristik : Batuk (baik produktif maupun non produktif) haluaran nasal, sesak nafas, Tachipnea, suara nafas terbatas, retraksi, demam, diaporesis, ronchii, cyanosis, leukositosis

Tujuan :Anak akan menunjukkan pola nafas yang efektif

Kreteria :

a. RR dalam batas normal, suara nafas bersih dan sama pada kedua sisi, suhu dalam batas normal (36,5 37,2OC).b. Tidak ditemukan : batuk, Sianosis, haluaran hidung, Retraksi dan diaporesis.c. Jumlah sel darah putih normal.d. Rontgen dada bersih

e. Saturasi oksigen 85 % - 100 %.

Intervensi :

a. Observasi : RR, suhu, suara nafas, Saturasi oksigen dan tanda-tanda keefektifan jalan napas.

Rasional : Evaluasi dan reassessment terhadap tindakan yang akan/telah diberikan. Memonitoring perkembangan keadaan jalan napas guna pedoman tindakan selanjutnya.

b. Lakukan fioterapi dada sesuai jadwal.

Rasional :

Mengeluarkan sekresi jalan nafas, mencegah obstruksi. Melatih otot otot pernapasan.

c. Berikan oksigen yang dilembabkan dan kaji keefektifan terapi

Rasional: Meningkatkan suplai oksigen jaringan paru

d. Berikan antibiotik dan antipiretik sesuai advis dan kaji keefektifan dan efek samping (ruam, diare).

Rasional : Pemberantasan kuman sebagai faktor causa gangguan dan mencegah infeksi yg lebih parah guna mempercepat proses penyembuhan paru.

e. Lakukan pengecekan hitung SDM dan photo thoraks.

Rasional : Evaluasi terhadap keefektifan sirkulasi oksigen, evaluasi kondisi jaringan paru

f. Lakukan suction secara bertahap.

Rasional :

Membantu pembersihan jalan nafas

g. Catat hasil pulse oximeter bila terpasang, tiap 2 4 jam

Rasional : Evaluasi berkala keberhasilan terapi/tindakan tim kesehatan

4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan respiratory distress, anoreksia, vomiting, peningkatan konsumsi kalori sekunder terhadap infeksi.

Tujuan : Selama dalam perawatan klien tidak kekurangan kebutuhan nutrisi dengan kriteria : Anoreksia ( -), Vomiting ( - ), Berat badan Normal.

Intervensi :

a. Idnetifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah, misalnya sputum yang banyak, pengobatan aerosol, dispnea yang berat, dll

Rasional: Sputum akan meransang nervus vagus sehingga berakibat mual, dispnea, dapat merangsang pusat pusat penagturan makan di mdula obelangata.b. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin, berikan atau bantu kebersihan mulut setelah muntah. Setelah tindakan aerosol dan darinase postural, dan sebelum makan.

Rasional:Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual.

c. Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan

Rasional:Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan.

d. Auskultasi bunyi usus, Observasi atau palpasi distensi abdomen

Rasional: Bunyi usus mungkin menurun atau tidak ada bila proses infeksi berat atau memanjang. Distensi abdomen terjadi akibat menelan udara atau menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada saluran GI

e. Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (makanan yang menarik untuk paisen)

Rasional: Dapat meningkatkan input meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali

f. Kaji dan monitoring terus tentang output dan intake nutrisi

Rasional :

Untuk mengetahui perkembangan intake dan

output cairan sehingga dapat menentukan keputusan untuk tindakan selanjutnya.

g. Evaluasi status nutrisi umum. Ukur berat badan dasar

Rasional: Adnya kondisi kronis (seperti: PPOM, atau alkohilisme) atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi dan atau lambatnya respon terhadap terapi.

5. Hipertermi berhubungan dengan invasi kuman ke pusat pengatur panas (Hipotalamus)

Tujuan : Selama berada di RS, Klien akan merasa nyaman dan tidak cemas dengan kriteria : Klien tidak rewel, klien bisa bermain dengan tenang, anak tidak ketahutan dan anak kooperatif.

Intervensi

a. Ciptakan situasi / area yang nyaman

Rasional: Mengurangi rasa takut klien..b. Berikan mainan yang sesuai.

Rasional : Memenuhi kebutuhan bermain anak, sekaligus menggairahkan anak.

c. Berikan cerita-cerita yang lucu dan menarik anak.

Rasional: Menciptakan hubungan yang baik denga anak.

d. Kaji suhu tubuh dan nadi setiap 4 jam

Rasional:Untuk mengetahui tingkat perkembangan pasien

e. Pantau warna kulit dan suhu

Rasional : Sianosis menunjukkan vasokontraksi atau respon tubuh terhadp demam

f. Berikan dorongan untuk minum sesuai pesanan

Rasional :Peneingkatan suhu tubuh mengakibatkan IWL, sehingga banyak cairan tubuh yang keluar daan harus diimbangai pemasukanncairannya,g. Lakukan tindakan pendinginan sesuai kebutuhan, misal: kompres hangat

Rasional :Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi seluler

h. Kolaborasi untuk pemberian obat antipiretik sesuai kebutuhan

Rasional : Mempercepat penurunan suhu tubuh

DAFTAR PUSTAKABetz & Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC

Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia Pada Anak, Orang Dewasa, Usia Lanjut, Pneumonia Atipik dan Pneumonia Atypik Mycobacterium. Jakarta : Pustaka Populer Obor.

Ngastiyah. 1997.Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGCStaf Pengajar FKUI. 2000. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Kuliah 3. Jakarta: InfomedikaSudoyo, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, edisi V. Jakarta : Interna Publishing

Suriadi, Yuliani. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto;2001

Sylvia A. Price. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Edisi 4 Buku 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC, JakartaWilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC

Tirah baring lama

Masuk alveoli

Eksudat dan serous masuk alveoli melalui pembuluh darah

SDM dan Lekosit PMN mengisi alveoli

Lekosit dan fibrin mengalami konsolidasi dalam paru

Konsolidasi jaringan paru

Kompliance paru turun

Gangguan pola nafas

Peningkatan suhu tubuh

Keringat berlebihan

Resti kekurangan vol. cairan

Gg fungsi otak

kejang

Penumpukan cairan dlm alveoli

Gg pertukaran gas

PMN meningkat

Sputum mengental

Anoreksia

Resti injury

Gangguan Pemenuhan Nutrisi

Bersihan jalan nafas

Aspirasi

Inhalasi

Jamur, virus, bakteri, protozoa