lapsus vaginoplasty

39
Laporan Kasus AGENESIS VAGINA Oleh: Ida Bagus Deny Prayudi, S.Ked I1A0080 Pembimbing: BAGIAN/SMF ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

Upload: ida-bagus-deny-prayudi

Post on 30-Dec-2015

139 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

vaginoplasty

TRANSCRIPT

Page 1: Lapsus Vaginoplasty

Laporan Kasus

AGENESIS VAGINA

Oleh:

Ida Bagus Deny Prayudi, S.Ked

I1A0080

Pembimbing:

BAGIAN/SMF ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM

RSUD ULIN

BANJARMASIN

Desember, 2013

Page 2: Lapsus Vaginoplasty

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................1

DAFTAR ISI............................................................................................................2

PENDAHULUAN...................................................................................................3

LAPORAN KASUS................................................................................................4

DISKUSI KASUS..................................................................................................15

PENUTUP..............................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA

2

Page 3: Lapsus Vaginoplasty

BAB I

PENDAHULUAN

Agenesis vagina merupakan malformasi kongenital dari genitalia wanita

yang merupakan hasil dari defek perkembangan sebagian atau seluruhnya dari

vagina . Penderita yang mengalami agenesis vagina frekuensinya tidak begitu

banyak, yaitu 1 dalam 4000-10.000 kelahiran bayi perempuan dimana kelainan

tersebut juga mempunya hubungan dengan kelainan lain. Mayoritas penderita

kelainan agenesis vagina tersebut merupakan bagian dari sindrom Mayer-

Rokitansky-Kuster-Hauser . Agenesis vagina merupakan penyebab kedua

terbanyak pada kasus-kasus amenor hoe primer setelah disgenesis gonad. (ACOG,

2013)

Kelainan kongenital atau bawaan yang berupa tidak adanya sama sekali

vagina tersebut tentu akan menimbulkan masalah bagi penderita mislanay

masalah perkawianan, keluarga, dan juga sosial. Karena banyaknya maslaah yang

ditimbulkan maka setiap pasien dengan kelainan ini menginginkan penanganan

yang baik. Penanganan kelainan tersbut secara umum dapat dibagi menjadi 2 yaitu

melalui terapi bedah maupun non bedah. Salah satu terapi bedah yang sering

digunakan adalah menggunkan metode McIndoe dengan menggunakan skin graft

pada opersinya. (Bangal, 2012)

Berikut akan dilaporkan sebuah kasus agenesis vagina yang dirawat di

RSUD Ulin Banjarmasin.

3

Page 4: Lapsus Vaginoplasty

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1. Identitas pasien

Nama : Ny. R

Umur : 22 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Agama : Islam

Alamat :

Masuk RS : 30 November 2013

2.2. Anamnesis

1. Keluhan utama

Tidak memilik liang senggama

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan tidak memilik liang

senggama. Menurut pasien, pasien mengetahui tidak memiliki liang

senggama pada saat pasien telah menikah ketika akan berhubungan suami

istri kurang lebih 4 tahun yang lalu. Pasien juga mengatakan bahwa selama

ini tidak mengalami haid. Payudara megalami perkembangan sejak kelas 6

4

Page 5: Lapsus Vaginoplasty

SD. Tidak ada nyeri pada perut yang dirasakan pasien saat ini ataupun

datang berkala secara teratur tiap bulan

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak ada riwayat darah tinggi, kencing manis dan asma.

4. Riwayat Obstetri

Tidak memiliki riwayat obstetri

5. Riwayat Haid

Tidak pernah haid

6. Riwayat Pernikahan

Menikah 1 kali: selama 4 tahun

2.3. Pemeriksaan fisik

Status present

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Komposmentis

Tanda Vital

Tekanan darah

Nadi

Respirasi

Suhu

:

:

:

:

120/80 mmHg

92 kali/menit

22 kali/menit

36,70C

Kepala dan leher

Mata

Leher

:

:

Konjungtiva tampak anemis (-)/(-)

Pembesaran KGB colli (-)/(-)

Massa regio colli (-)/(-)

5

Page 6: Lapsus Vaginoplasty

JVP tidak meningkat

Thorax

Inspeksi

Palpasi

Perkusi

Auskultasi

:

:

:

:

Rongga dada simetris

Fremitus raba simetris

Sonor di seluruh lapangan paru

Vesikuler, S1S2 tunggal

Abdomen : Lihat status ginekologi

Ekstremitas : Edema ekstremitas superior (-)/(-)

Edema ekstremitas inferioir (-)/(-)

Parese ekstremitas superior (-)/(-)

Parese ekstremitas inferioir (-)/(-)

\

Pemeriksaan Khusus Ginekologi

1. Inspeksi : Perut tampak datar

Labia mayora minora dalam batas normal

Liang vagina (-)

2. Palpasi :

- Fundus uteri : Tidak teraba

- Massa : Tidak teraba

Lokasi : (-)

Ukuran : (-)

Motilitas : (-)

6

Page 7: Lapsus Vaginoplasty

Permukaan : (-)

Konsistensi : (-)

Nyeri : (-)

- Inspekulo : tidak dapat dilakukan

- Vagina Touche : tidak dapat dilakukan

2.4. Diagnosis kerja

Agenesis vagina

2.5. Penatalaksanaan

Pro vaginoplasty elektif

2.6. Pemeriksaan penunjang

2.6.1. Pemeriksaan penunjang hematologi

JENIS PEMERIKSAAN30-11-13 3-12-13 NILAI

RUJUKAN

HEMATOLOGI

Hemoglobin (g/dl) 12,8 11,7 12,0 – 16,0

Leukosit (ribu/ul) 8,6 10,3 4,0 – 10,5

Eritrosit (juta/ul) 4,47 4,32 3,90 – 5,50

Hematokrit (vol %) 38,6 37 35 – 45

Trombosit (ribu/ul) 298 196 150 – 450

RDW-CV (%) 14,6 14,5 11,5 – 14,7

MCV,MCH,MCHC

MCV (fl) 86,4 85,5 80,0 – 97,0

MCH (pg) 27,6 27,5 27,0 – 32,0

7

Page 8: Lapsus Vaginoplasty

MCHC (%) 33,1 31,6 32,0 – 38,0

HITUNG JENIS

Neutrofil (%) 49,5 70,1 50,0 – 70,0

Limfost (%) 35,9 22,6 25,0 – 40,0

Monosit (%) 7,8 7,4 3,0 – 9,0

Neutrofil (ribu/ul) 1,8 7,43 2,50 – 7,00

Limfosit (ribu/ul) 0,6 2,4 1,25 – 4,00

MID (ribu/ul) 2,1 0,7 –

PROTROMBINE TIME

PT 10,2 - 9,9-23,5

INR 0,90 - -

Nilai Normal PT 11,4 - -

APTT 23,5 - 22,2-37,0

Nilai Normal APTT 26,1 - -

GULA DARAH

Gula Darah Sewaktu 117 - <200

PROFIL LEMAK DAN JANTUNG

Trigliserida 526 - 225-450

FAAL HATI

SGOT 13 - 0-45

SGPT 12 - 0-45

Albumin 4,8 - 3,5-5,5

GINJAL

Ureum 23 - 22-50

8

Page 9: Lapsus Vaginoplasty

Kreatinin 4,8 - 0,8-1,2

Asam urat 6,8 - 2,4-5,7

ELEKTROLIT

Na 140,5 -

K 3,5 -

Cl 106,5 -

2.7. Laporan Operasi Vaginoplasty (3 Desember 2013, 11.30 wita)

1. Dilakukan inform consent, dipasang infus dan diberikan antibiotika profilaksis

2. Pasien dalam posisi litotomi dalam pengaruh anestesi

3. Desinfeksi lapangan operasi dengan povidin iodine 10 % dipersempit dengan

duk steril

4. Dilakukan rectal touche (RT) untuk menentukan batas antara vesica urinaria

dan rektum

5. Dengan spuit 20 cc dimasukkan cairan aquadest antara rektum dan vesica

urinaria, dilakukann insisi V pada batas tersbut secra tumpul memakai 2 jari

memisahkan batas antara vesica ureinaria dan rektum. Pada saat melepaskan

batas tersebut terjadi robekan pada bawah rektum, dilakukan penjahitan 2

lapis, satu demi satu dan di tes dengan RT, robekan tertutup. Dipasang kateter

menetap. Kemudian mold yang sudah dilapisi oleh selaput ketuban

dimasukkan dan dijahit labia mayora dan minora agar mold tertanam di vagina

6. Operasi selesai perdarahan minimal.

9

Page 10: Lapsus Vaginoplasty

2.8. Follow Up

Tanggal S O A P

1

/12/2013

(07.00)

Keluhan (-) TD:120/80

mmHg

N : 86 x/menit

T : 37o C

RR: 18 x/menit

Agenesis Vagina Pro

vaginoplasty

(3/12/2013)

2

//12/2013

(07.00)

Keluhan (-) TD:120/80

mmHg

N : 80 x/menit

T : 36,3o C

RR : 20x/menit

Agenesis Vagina Pro

vaginoplasty

besok

(3/12/2013)

Konsul anestesi

preoperatif hari

ini

3/12/13

(07.00)

Keluhan (-) TD:110/80

mmHg

N : 86 x/menit

T : 36,1o C

RR: 18 x/menit

Agenesis vagina Vaginoplasty

Hari ini

3/09/13 Perdarahan TD:110/80 Post

vaginoplasty et

Sementara

10

Page 11: Lapsus Vaginoplasty

(14.05) (+)

Nyeri (+)

Flatus (-)

mmHg

N : 86 x/menit

T : 36 o C

RR: 18 x/menit

Fluk: (+)

causa agenesis

vagina

puasa

Inf. RL:D5:

2:2/24 jam

Inj. Ceftriakson

2X1 gr (H1)

Injekasi

Gnetamisin

3X80 mg

Drip

metronidazol

3X500 mg

(H1)

Inj. Ketorolac

3/30 mg

Inj. Vit C 3X1

amp

Mold

dipertahankan

s/d 10 hari

Jaga higeine 2-

3 X/hari

Bila flatus diet

bubur saring

11

Page 12: Lapsus Vaginoplasty

Monitoring

keluhan/fluxus/

tanda vital

4/12/13

(07.00)

Nyeri (+)

Flatus (+)

TD:120/80

mmHg

N : 86 x/menit

T : 36,3o C

RR: 20 x/menit

BU: (+)

Post

vaginoplasty et

causa agnesis

vagina

Inf. RL:D5:

2:2/24 jam

Inj. Ceftriakson

2X1 gr (H2)

Injekasi

Gnetamisin

3X80 mg (H2)

Drip

metronidazol

3X500 mg

(H2)

Inj. Ketorolac

3/30 mg

Inj. Vit C 3X1

amp

Laxadine syrup

2XC1

Mold

dipertahankan

s/d 10 hari

12

Page 13: Lapsus Vaginoplasty

Jaga higeine 2-

3 X/hari

Diet bubur

cair-diet cair

Bed rest 10

hari

Mo.

Keluhan/fluxus

/ tanda vital

5/12/13

(07.00)

Keluhan (-) TD:120/80

mmHg

N : 86 x/menit

T : 36,3o C

RR: 20 x/menit

Post

vaginoplasty et

causa agenesis

vagina

Inf. RL:D5:

2:2/24 jam

Inj. Ceftriakson

2X1 gr (H3)

Injekasi

Gnetamisin

3X80 mg (H3)

Drip

metronidazol

3X500 mg

(H3)

Inj. Ketorolac

3/30 mg

Inj. Vit C 3X1

13

Page 14: Lapsus Vaginoplasty

amp

Laxadine syrup

2XC1

Mold

dipertahankan

s/d 10 hari

Jaga higeine 2-

3 X/hari

Diet bubur

cair-diet cair

Bed rest 10

hari

Mo.

Keluhan/fluxus

/ tanda vital

Pasien boleh

pulang

BAB III

14

Page 15: Lapsus Vaginoplasty

DISKUSI KASUS

Telah dilaporkan sebuah kasus pada seorang wanita berusia 22 tahum yang

datang ke poliklinik Obstetri Ginekologi RSUD Ulin banjarmasin dengan

diagnosis agenesis vagina. Pasien diputuskan untuk dilakukan operasi

vaginoplasty yang mengharuskan pasien dirawat di ruang Cempaka RSUD Ulin

Banjarmasin pada tanggal 30 November 2013. Operasi vaginoplasty dilakukan

pada tanggal 3 desember 2013 jam 11. 30 Wita oleh dr. Pribaktiti B, Sp. OG (K)

dengan asisten dr. I. Ridlo Nizomy, Sp. OG. Pasien diperbolehkan pulang untuk

dilakukan rawat jalan pada tanggal 5 November 2013.

Diagnosa tersebut ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan dalam dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien

datang ke poliklinik Obstetri Ginekologi maupun pada saat pasien dirawat di

runag Cempaka RSUD Ulin Banjarmasin.

Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien bernama Ny.R berusia 22 tahun,

datang ke poliklinik dengan keluhan tidak mempunyai liang senggama. Pasien

mengetahui hal tersebut setelah menikah, dimana pasien mengalami kesulitan

dalam berhubungan badan deagan suami. Selain itu, pasien juga tidak pernah

mengalami haid tetapi memiliki perkembangan payudara yang dianggap normal

oleh pasien, yaitu payudara pasien membesar mulai kelas 6 SD. Keluhan lain

seperti sakit perut disangkal pasien.

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik

dengan kesadaran komposmentis. Dengan tanda vital dalam batas normal.

15

Page 16: Lapsus Vaginoplasty

Pemeriksaan kepala dan leher dalam batas normal.Pemeriksaan jantung dan paru

juga masih dalam batas normal. Pemeriksaan ekstremitas inferior dan superior

juga tidak menunjukkan adanya edema maupun parese.Dari pemeriksaan status

generalis didapatkan kesimpulan bahwa pasien dalam keadaan baik, dan tidak

terdapat kelainan lain yang beperngaruh terhadap kesehatan pasien selain keluhan

utama.

Dari pemeriksaan khusus ginekologi, inspeksi didapatkan perut datar, tidak

didapatkan kelainan maupun massa,. Selain itu, dari inspeksi didapatkan labia

mayora dan minora tidak didapatkan kelainan maupun adanya massa. Inspeksi

lebih lanjut yang dilakukan dengan menyibak labia mayora dan labia minora,

didapatkan tidak adanya lubang vagina. Dari pemeriksaan palpasi didapatkan

fundus uteri tidak teraba sehingga tidak bisa ditentukan besar uterus dan dari

pemeriksaan palapasi juga tidak didapatkan adanya massa. Inspekulo dan VT

tidak dapat dilakukan pada pasien, dikarenakan pasien tidak memiliki lubang

vagina.

Dari anamnesis dan pemeriksaan ginekologis yang dilakukan pada Ny. R,

dapat ditegakkan diagnosis agenesis vagina. Anamnesis yang menunjang

diagnosis dari pasien tersebut didapatkan dari keluhan utama pasien, tidak adanya

riwayat haid yang dialami pasien dan adnaya keluhan nyeri dirasakan pasien

secara teratur tiap tiap bulan, mungkin menandakan adanya menstruasi. Dan dari

pemeriksaan ginekologis yang menunjang diagnosis adalah, dari inspeksi terhadap

vagina dimana tidak didapatkan adanya lubang vagina.

16

Page 17: Lapsus Vaginoplasty

Agenesis vagina adalah kelainan kongenital (bawaan) brupa tidak

adanya sama sekali vagina atau sebagian, dengan diikuti adanya uterus

ataupun tidak. Agenesis vagian dikenal sebagai Mullerian

Agenesis/Aplasia, dan beberapa ahli ginekologi menyebutnya sebagai

Mayer-Rakitansky-Kustner-Hauser syndrome. Insidensi kelainan ini

diperkirakan 1 dari 4000-10000 kelahiran bayi dengan jenis kelamin

perempuan. Kelainan ini disebabkan oleh karena adanya gangguan

perkembangan dari ductus Mullerian yang pada akhinya menyebabkan

tidak terbentuknya vagina, uterus, maupun kedua. Secara anatomi,

kelainan perkembangan dari ductus Mullerian ini menyebabkan tidak

terbentuknya vagina sama sekali, atau sebagai varian dari kelainan ini

berupa lubang vagina yang terbentuk lebih pendek dari normal.

Dikarenakan ovarium mempunyai asal emberiologi yang berbeda, maka

ovarium tetap akan berkembang dan berfungsi dengan baik.

Vagina normal berkembangdari fusi mesodermal duktus Mullerian

dan dendoermal sinus urogenitalis. Bagian akhir dari duktus Mullerian

berbentuk tuberkel pada bagian belakang dari dinding sinus urogenital

pada minggu ke 9. Tuberkel tersebut mengalami obliterasi menjadi

vaginal plate. Pada minggu ke 16-18 bagian sentral membelah menjadi

lumen vagina. (20 minggu). Dua pertiga bagian atas dari vagina terbentuk

dari tuberkel Mullerian dan bagian sepertiga bawah terbentuk dari sinus

urogenital. Terjadinya gangguan dalam perkembangan kedua jaringan

(saluran) embrional ini akan menyebabkan timbulnya kelainan vagina,

17

Page 18: Lapsus Vaginoplasty

uterus dan tuba follopi. Agenesis Mullerian dapat dibagi menajdi komplit

dan parsial dimana agenesis Mullerian yang bersifat komplit merupakan

kelainan kongenital tidak terdapatnya lubang vagina dan uterus pada 90-

95% kasus, sedangkan agenesis Mullerian parsial kelainan dimana pasien

memiliki uterus tetapi mempunya lubang vagina dengan ukuran yang

lebih kecil. (Dahiya dan Bains, 2014)

Gambar 3. 1. Agenesis vagina dari Ny. R

Diagnosis agenesis vagina dengan mudah dapat ditegakkan bila

wanita tersebut telah mengalami pubertas, di mana penderita mengalami

amenorhea primer,sedangkan perkembangan seks sekunder dalam keadaan

normal. Pada penderita yang mempunyai kelainan vagina dengan uterus

ada, akan didapat tumor intra abdominal (hematometra) atau kadang-

kadang dengan mudah ditemui hematokolpos dengan hymen imperforate

atau vagina yang menonjol karena desakan darah haid yang turun ke

dalam vagina. Hal ini sesuai dengan kasus, dimana Ny. R mengalami

18

Page 19: Lapsus Vaginoplasty

menarche amenorhrea, mempunyai tanda-tanda perkembangan seks

sekunder berupa pertumbuhan payudara, dengan tidak didapatkan adanya

tanda-tanda massa pada abdomen maupun vagina, mendukung kecurigaan

bahwa Ny. R tidak mempunyai uterus. Selain itu, tidak adanya nyeri pada

abdomen yang muncul tiap bulan secara siklik mungkin dapat digunakan

sebagai salah satu kecurigaan bahwa Ny. R tidak mengalami menstruasi

yang mennujang ke arah kecurigaan tidak adanya uterus(ACOG, 2013 dan

Gasim, 2013)

Selain itu, pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah

USG abdominal, translabial maupun transrectal. USG 3 dimensi maupun

MRI dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk evaluasi struktur

Mullerian dan sangat membantu untuk mengetahui kondisi anatomi dari

kelainan tersebut. Selain itu pemeriksaan-pemeriksaan diatas dapat

digunakan untuk mencari kelainan penyerta lain, mislanya gangguan

ginjal dan saluran kemih. Pentingnya pemeriksaan kelainan penyerta

lainnya tersbut dikarenakan 53% dari pasien dengan agenesis Mullerian

mempunyai malformasi kongenital khususnya kelainan pada dinding

abdomen, slauran kemih dan juga tulang. USG dapat digunakan untuk

mengetahui adanya agenesis ginjal ataupun pelvik ginjal. Sedangkan

kelainan tulang tersering yang berhubungan dengan agenesis vagina yaitu

skoliosis. Variasi anomali uterus khusunya berhubungan dengan agenesis

Mullerian selalu berhubungan dengan kelainan kongenital

19

Page 20: Lapsus Vaginoplasty

VATER/VACTERL ataupun malformasi anorektal. (ACOG,2013 dan

bangal dkk, 2012)

Pada kasus, diagnosis ditegakkan hanya dengan menggunakan

anamnesis dan pemeriksaan fisik tanpa pemeriksaan penunjang. Pada

setiap kasus agenesis vagina seharusnya dilakukan beberapa pemeriksaan

penunjang USG Pada kasus hal ini sangat penting terutama disebabkan

kelainan agenesis vagina pada Ny. R bersifat komplit dimana diikuti tidak

adanya uterus maupun tuba fallopi yang kemungkinan dapat diikuti

malformasi kongenital lainnya. Pentingnya pemeriksaan penunjang pada

Ny. R selain sebagai pemastian tidak terbentuknya uterus maupun tuba

fallopi, USG dapat menyingkirkan bahwa pada Ny. R ginjal dan saluran

kemih lainnya tidak mengalami gangguan atau kelainan, walaupun pada

anamnesis tidak didapatkan keulhan berhubungan dengan saluran kemih

dan hasil laboratorium faal ginjal (ureum, dan kreatinin) dalam batas

normal.

Terapi kelainan kongenital berupa agenesis vagina yang disebabkan

oleh kelainan pada duktus Mullerian perlu diperhatikan faktor-faktor lain

yang dapat mempengaruhi keberhasilan pengobatan. Faktor-faktor yang

harus diperhatikan adalah:(AGOG, 2002 dan AGOG, 2013)

1. Faktor emosi dari penderita dan keluarganya:

a. Perlu diterangkan kepada penderita bahwa ia adalah wanita seperti

wanita lainnya, hanya vagina yang tidak ada. Dan tidak adanya

20

Page 21: Lapsus Vaginoplasty

vagina ini bukanlah suatu penyakit yang dapat menimbulkan

gangguan kesehatan fisik lainnya.

b. Menerangkan tujuan pengobatan yang akan diberikan pada penderita

dan keluarganya bila akan dilakukan tindakan operasi pembentukan

neo-vagina

c. Kemungkinan penderita dapat haid, dapat hamil setelah pengobatan

d. Perlu atau tidaknya penderita menjalani suatu tindakan pembedahan.

Perlu disadari oleh para dokter bahwa tindakan pembentukan vagina

pada penderita agenesis vagina hanya dilakukan bila penderita

memerlukan neo-vagina, dan penderita cukup kooperatif untuk

melakukan dilatasi atau melakukan busi pada neo-vaginanya setelah

tindakan operasi sampai penderita telah menikah. Oleh karena itu,

bila penderita tidak kooperatif, maka tindakan pembentukan neo-

vagina pada penderita akan memberikan hasil yang tidak memuaskan

dan lebih baik ditunda dulu.

2. Waktu melakukan tindakan pengobatan

Tindakan pengobatan dilakukan bila penderita tidak lama setelah

tindakan pembuatan neo-vagina segera melakukan pernikahan. Untuk

itu sebaiknya dilakukan tindakan operasi kira-kira satu bulan sebelum

rencana pernikahan, atau sesudah menikah dimana pasangan tersebut

memerlukan liang vagina lebih baik. Sedangkan pada penderita yang

disertai hematometra atau hematokolpos, secepatnya dilakukan

tindakan operasi agar pasien tidak lama menderita.

21

Page 22: Lapsus Vaginoplasty

Penanganan agenesis vagina dapat dibagi menjadi dua, yaitu secara

non bedah dan bedah. Hingga saat ini menurut ACOG belum ada

kesepakatan pemilihan terapi yang baik, efektif dan tepat untuk agenesis

vagina, sehingga pemilihan terapi didasarkan pada keadaan dari pasien.

Tetapi ACOG menyarankan bahwa pembuatan neovagina nonoperatif

adalah pilihan pertama. (AGOG, 2013)

Terapi non bedah dilakukan dengan menggunakan dilator yang

dipasang pada liang senggama selama 30 menit sampai 2 jam. Cara ini

terutama dapat dipilihkan pada wanita yang taut dilakukan pembuatan

neovagina dengan cara bedah. Cara ini memerlukan motivasi yang kuat

dari pasien aga rberhasil, dan memerlukan waktu beberapa bulan agar

terlihat hasilnya. Kelemahan dari cara ini adalah pasien dihasruskan tetap

menggunakan dilator secara teratur, terutama pada wanita yang jarang

melakukan senggama secara teratur. Berdasarkan penelitian Liao dkk

(2006), terapi bedah dengan menggunakan dilatormemberikan rasa nyeri

pada saat penggunaan dilator, dan nyeri yang dirasakan pasien besifat

rekuren, sehingga memerlukan penanganan lain untuk menghilangankan

nyeri tersbut. (AGOg, 2013, dan Liao dkk, 2006)

22

Page 23: Lapsus Vaginoplasty

Gambar 3.2. Dilator untuk terapi non bedah agenesis vagina (Liao dkk,

2006)

Terapi bedah merupakan salah satu pilihan terapi jika terapi

menggunakan dilator tidak berhasil atau pasien yang memilihnya setelah

melakukan konsultasi terhadap keluarga maupun ahli ginekologis.terapi

non bedah ini juga memerlukan dilatasi post operasi yang teratur, dimana

dapat dilakukan dengan bersenggama secara teratur, untuk

mempertahankan diameter maupun panjang dari vagina tersebut

Tujuan utama dari terapi bedah ini adalah untuk membuat liang

senggama sesuai dengan bentuk dan ukurannya yang fungsional, serta

dapat digunakan dalam senggama. Terapi bedah ini dapat dilakukan pada

wanita dari umur 17-21 tahun, dimana yang terpenting adalah bahwa

pasien siap untuk dilakukan operasi. Selain itu, sebaiknya dilakukan pada

wanita yang telah menikah, ataupun wanita yang telah siap untuk

melakukan senggama. (AGOG, 2013)

23

Page 24: Lapsus Vaginoplasty

Salah satu cara koreksi kelainan agenesis vagina adalah

menggunakan metode McIndoe. Cara ini dilakukan dengan diseksi antara

rektum dan vesica urinaria, dan memasang mold yang dilapisi oleh skin

graft. Cara ini mengharuskan pasien untuk melakukan dilatasi secara

teratur agar tidak terjadi kontraktur pada skin graft. Selain kontraktur,

kelemahan dari metode ini terlihat adanya scar yang berasal dari skin

graft. Adanya kekeringan vagina dan adanya resiko terjadinya karsinoma

sel squamos. Selain teknik McIndoe, masih terdapat teknik lain mislanya

teknik laparotomi Vanchietti. Salah satu kelemahan dari cara ini adalah

(AGOG, 2013, Nissole dkk, 1992, Michala dkk 2012)

A B

Gambar 3.3. A. Mold rigid, Lubang pada mold merupakan tempat agar

sekresi vagina dapat lewat. B Mold non rigid (Nisolle, 1992)

Pada pasien Ny. R dilakukan vaginoplasty dengan menggunakan

teknik McIndoe dimana pada pasien dipasang mold yang dilapisi oleh

plasenta sebagai skin graft.

24

Page 25: Lapsus Vaginoplasty

Gambar 3.2. Laparoskopi Vecchieti (Michala dkk, 2007)

Pasien diperbolehkan pulang tanggal 5 desember 2013, dan

melanjutkan untuk rawat jalan. Selama dirawat di Ruang Cempaka RSUD

Ulin Banjarmasin, selain mendapatkan tindakan operasi vaginoplasty

dengan teknik McIndoe, pasien mendapatkan terapi berupa antibiotika

(Ceftriakson 2X1 gr, Gentamisin 3X80 mg, dan Metronidazol inf 3X500

mg), analgetika (ketorolac 3X30 mg) serta vitamin (Vit C amp 3X1).

Serta mednapatkan diet berupa bubur saring dan kecap.

25

Page 26: Lapsus Vaginoplasty

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Telah dilaporkan sebuah kasus dengan agenesis vagina yang dilakukan

vaginoplasty dengan metode McIndoe dan menggunakan plasenta sebagai skin

graft. yang dirawat di ruang cempaka RSUD Ulin Banjarmasin. Diagnosis

tersebut ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang.. Penatalaksanaan yang dilakukan adalah operasi vaginoplasty dengan

teknik McIndoe, pasien mendapatkan terapi berupa antibiotika (Ceftriakson 2X1

gr, Gentamisin 3X80 mg, dan Metronidazol inf 3X500 mg), analgetika (ketorolac

3X30 mg) serta vitamin (Vit C amp 3X1). Serta mednapatkan diet berupa bubur

saring dan kecap.

26

Page 27: Lapsus Vaginoplasty

DAFTAR PUSTAKA

ACOG Comiite Opinion. 2002 . Non surgical diagnosis and managemant of

vagina agenesis. Obstet Gynecol 100: 213-216.

ACOG Comitte Opinion. 2013. Mullerian Agenesis: Diagnosis, Agenesis, dan

Treatment. Obste Gynecol 562.

Bangal Vidyadhar B, Dandekar kundankumar N, Gadhave Kishor C, Singh

Rashmi K. 2012. Experiences with Mc Indoes Vaginoplasty in Mayer-

Rokitansky-Kuster-Hauser Syndrome-A case series. Int Journal Biomed

Res 3 (05): 229-232

Dahiya Khrisna, dan Bains Ranjita. 2011. Reconstructive surgical managemnet of

cryptomenorrhoea because of vaginal agenesis. Open J Obst Gyn 1: 242-

244.

Gasim Turki, dan Jama Fathia E Al. 2012.Massive hematometra due to congenital

cervicovaginal agenesis in an adolescent girl treated by hysterectomy: A

case report. Case report in Obs Gyn: 1-3.

Michala L, Cutner A, Creighton SM. 2007. Surgical approaches to treating

vaginal agenesis. BJOG 114: 1455-59.

Nisolle Michele, dan Donnez Jacques. 1992. Vaginoplasty using amniotic

membranesin case of vaginal agenesis or after veginectomy. J Gynecol Sur

8 (25): 25-29.

27

Page 28: Lapsus Vaginoplasty

Liao L-M, Doyle J, Crouch NS, Creighton SM. 2006. Dilation as treatment for

vaginal agenesis and hypoplasia: A pilot exploration of benefits and

barriers as perceived by patients. J Obst and Gyn 26 (2): 144-148.

28