lapsus yance

27
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Herpes Zoster adalah penyakit setempat yang terjadi terutama pada orang tua yang khas ditandai oleh adanya nyeri radikuler yang unilateral serta adanya erupsi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang di inervasi oleh serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensoris dari nervus kranialis. 1 Herpes Zoster rupanya menggambarkan reaktivasi dari refleksi endogen yang telah menetap dalam bentuk laten mengikuti infeksi varicella yang telah ada sebelumnya. Hubungan varicella dan Herpes Zoster pertama kali ditemukan oleh Von Gokay pada tahun 1888. Ia menemukan penderita anak-anak yang dapat terkena varicella setelah mengalami kontak dengan individu yang mengalami infeksi Herpes Zoster. 1 Implikasi neurologik dari distribusi lesi segmental herpes zoster diperkenalkan oleh Richard Bright tahun 1931 dan adanya peradangan ganglion sensoris dan saraf spinal pertama kali diuraikan oleh Von Bareusprung pada tahun 1862. Herpes Zoster dapat mengenai kedua jenis kelamin dan semua ras dengan frekuensi yang sama. 1 1

Upload: noor-aqilah-mt

Post on 09-Aug-2015

60 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lapsus Yance

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Herpes Zoster adalah penyakit setempat yang terjadi terutama pada

orang tua yang khas ditandai oleh adanya nyeri radikuler yang unilateral serta

adanya erupsi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang di inervasi oleh

serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensoris dari nervus

kranialis.1

Herpes Zoster rupanya menggambarkan reaktivasi dari refleksi

endogen yang telah menetap dalam bentuk laten mengikuti infeksi varicella yang

telah ada sebelumnya. Hubungan varicella dan Herpes Zoster pertama kali

ditemukan oleh Von Gokay pada tahun 1888. Ia menemukan penderita anak-

anak yang dapat terkena varicella setelah mengalami kontak dengan individu

yang mengalami infeksi Herpes Zoster.1

Implikasi neurologik dari distribusi lesi segmental herpes zoster

diperkenalkan oleh Richard Bright tahun 1931 dan adanya peradangan ganglion

sensoris dan saraf spinal pertama kali diuraikan oleh Von Bareusprung pada

tahun 1862. Herpes Zoster dapat mengenai kedua jenis kelamin dan semua ras

dengan frekuensi yang sama.1

1

Page 2: Lapsus Yance

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui diagnosis dari herpes zoster.

2. Mengetahui penatalaksanaan dari herpes zoster

1.3 Manfaat

Manfaat yang dapat diambil dari pembuatan laporan kasus ini antara lain:

1. Dapat memberikan tambahan khasanah ilmu pengetahuan tentang herpes

zoster.

2. Dapat menjadi referensi dan rujuakan untuk mendiagnosa serta melakukan

penatalaksanaan herpes zoster bagi para klinisi.

2

Page 3: Lapsus Yance

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varicella

zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktifasi virus yang

terjadi setelah infeksi primer. Artinya setiap orang yang pernah mengalami infeksi

varicella zoster atau yang lebih dikenal dengan penyakit cacar air, mempunyai

kemungkinan untuk mengalami herpes zoster.2,3

2.2 Etiologi

Herpes zoster disebabkan oleh virus varicella zoster. Virus varicella zoster

terdiri dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm. Kapsid tersusun

atas 162 subunit protein-virion yang lengkap dengan diameternya 150-200 nm, dan

hanya virion yang terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan

cepat dihacurkan dengan bahan organik, diterjen, enzim proteolitik, panas dan

suasana Ph yang tinggi. Masa inkubasinya 14-21 hari.1

2.3 Patogenesis

Pada episode infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh hospes atau

penerima virus. Selanjutnya terjadilah penggabungan virus dengan DNA hospes,

mengadakan multiplikasi atau replikasi sehingga menimbulkan kelainan pada kulit.

Virus akan menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf dan berdiam

secara permanen dan bersifat laten. Infeksi hasil reaktifasi virus varicella yang

menetap di ganglion sensorik setelah infeksi chicken fox pada masa anak-anak.

Sekitar 20% orang yang menderita cacar akan menderita shingles (herpes zoster)

3

Page 4: Lapsus Yance

selama hidupnya dan biasanya hanya terjadi sekali. Ketika reaktifasi virus berjalan

dari ganglion ke kulit area dermatom.2,4

2.4 Faktor Risiko

1. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini, akibat daya

tahan tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin

tinggi pula resiko terserang nyeri.

4

Page 5: Lapsus Yance

2. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti

HIV dan leukemia. Adanya lesi pada ODHA merupakan menifestasi pertama

dari immunocompromised.

3. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.

4. Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum

tulang.1

2.4.1 Faktor Pencetus Kambuhnya Herpes

1. Trauma atau luka

2. Demam

3. Gangguan pencernaan

4. Sinar Ultraviolet

5. Stress

6. Kelelahan

7. Alkohol

8. Obat-obatan

9. Haid.1

2.5 Tanda dan Gejala

1. Gejala prodormal

a. Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodormal yang berlangsung

selama 1-4 hari.

b. Gejala yang mempengaruhi tubuh: demam, sakit kepala, fatigue, malaise,

nausea, rash, kemerahan, sensitif, sore skin (penekanan kulit), nyeri (rasa

terbakar atau tertusuk) gatal dan kesemutan.

c. Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus menerus atau

hilang timbul. Nyeri juga bisa terjadi selama erupsi kulit.

2. Gejala yang mempengaruhi mata

5

Page 6: Lapsus Yance

Berupa kemerahan, sensitif terhadap cahaya, pembengkakan kelopak mata,

kekeringan mata, pandangan kabur, penurunan sensasi penglihatan dan lain

lain.

3. Timbul erupsi kulit

a. Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah

yang dipersarafi oleh satu ganglion sensorik.

b. Erupsi dapat terjadi diseluruh bagian tubuh, yang tersering didaerah

ganglion thorakalis.

c. Lesi dimulai dengan makula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papul-

papul dan dalam waktu 12-24 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada

hari ketiga berubah menjadi pustul yang akan mengering menjadi krusta

dalam 7 – 10 hari. Krusta dapat bertahan selama 2-3 minggu kemudian

mengelupas. Pada saat ini nyeri segmental juga menghilang.

d. Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke 4 dan kadang-kadang

sampai hari ke 7.

e. Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan makula hiperpigmentasi dan

jaringan parut (pitted scar).

4. Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka lebih

sensitif terhadap nyeri yang dialami

5. Kadang-kadang terjadi limfadenopati regional.5

2.6 Komplikasi

1. Neuralgia Pasca Herpes zoster (PHN) merupakan nyeri yang tajam dan

spasmodik (singkat dan tidak terus menerus) sepanjang nervus yang terlibat.

Nyeri menetap di dermatom yang terkena setelah erupsi. Herpes zoster

menghilang, batasan waktunya adalah nyeri yang masih timbul satu bulan

setelah timbulnya erupsi kulit. Kebanyakan nyeri akan berkurang dan

menghilang spontan setelah 1-6 bulan.

2. Gangren superfisialis, menunjukkan herpes zoster yang berat,

mengakibatkan hambatan penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.

6

Page 7: Lapsus Yance

3. Komplikasi mata antara lain: keratitis akut, skleritis, uveitis, glaukoma

sekunder, ptosis, korioretinitis, neuritis optika, dan paresis otot penggerak

bola mata.

4. Herpes zoster diseminata/generalisata.

5. Komplikasi sistemik, antara lain: endokarditis, meningosefalitis, paralisis

saraf motorik, progresif multifokal, leukoenchelopathy dan angitis serebral

granulomatosa disertai hemiplegi (dua terakhir ini merupakan komplikasi

herpes zoter optalmik). 1,4

2.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Tes diagnostik untuk membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan

herpes simpleks:

a. Tzanck smear: mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat

membedakan herpes zoster dan herpes simpleks.

b. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibodi: untuk membedakan

diagnosis herpes virus.

2. Immunofluorescent mengidentifikasi varicella di sel kulit.

3. Pemeriksaan histopatologik.

4. Pemeriksaan mikroskop elektron.

5. Kultur virus.

6. Identifikasi antigen/asam nukleat VVZ.

7. Deteksi antibodi terhadap infeksi virus.1

2.8 Penatalaksanaan

1. Pengobatan topikal

a. Pada stadium vesikular diberi bedak salisil 2% atau bedak kocok

kalamin untuk mencegah vesikel pecah.

7

Page 8: Lapsus Yance

b. Bila vesikel pecah dan basah diberikan kompres terbuka dengan

larutan antiseptik atau kompres dingin dengan larutan Burrow 3x

sehari selama 20 menit.

c. Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik

(basitrasin/polisporin) utuk mencegah infeksi sekunder selama 3x

sehari.

2. Pengobatan Sistemik

a. Drug of choice adalah acyclovir merupakan DNA Polymerase Inhibitor

yang dapat mengintervensi infeksi virus dan replikasinya. Meski tidak

menyembuhkan infeksi herpes namun dapat menurunkan keparahan

penyakit dan nyeri. Dapat diberikan secara oral, topikal, atau

parenteral. Pemberian per oral mempunyai kelemahan, yaitu

bioavaibilitas yang rendah dan dosis diberikan lima kali sehari.7

Pemberian lebih efektif pada hari pertama dan kedua pasca

kemunculan vesikel. Namun hanya memiliki efek yang kecil terhadap

post terapeutik neuralgia. Pemberian secara intravena hanya pada

penderita dengan immunocompromised yang berat atau tidak dapat

diobati secara per oral. Dosis yang digunakan untuk pemberian oral

adalah 5x800 mg sehari dan biasanya diberikan selama 7 hari. Bisa

digunakan valasiklovir 3x1000 mg sehari karena konsentrasi dalam

plasma yang tinggi.

b. Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine (Ara-A, Vira-A) dapat

diberikan lewat infus intravena atau salep mata.

3. Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan

efektif namun penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan

penyembuhan dan menekan respon imun.

4. Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri dan

antihistamin diberikan untuk menyembuhkan pruritus.

5. Penderita dengan keluhan mata

Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukkan hubungan

dengan cabang nasosiliaris nervus optalmikus, harus ditangani dengan

8

Page 9: Lapsus Yance

konsultasi optalmologis. Dapat diobati dengan salep mata steroid topikal dan

midriatik, antivirus dapat diberikan.1,2,6

6. Neuralgia Paska Herpes zoster

Bila nyeri masih terasa meskipun telah diberikan asyclovir pada fase akut,

sebagai gold standart maka dapat diberikan golongan trisiklik, yaitu

amitriptilin. Dosis yang dipakai sebagai anti nyeri adalah lebih rendah

daripada dosis sebagai antidepresan. Penggunaan amitriptilin dosis rendah

(10-50 mg) pada malam hari dapat mengurangi onset PHN pada pasien

herpes zoster. Menghambat reuptake serotonin dan norepinefrin di presinaps

membran sel sehingga terjadi peningkatan konsentrasi serotonin dan atau

norepinefrin di susunan saraf pusat. Menghambat reuptake serotonin dan

norepinefrin di presinaps membran sel sehingga terjadi peningkatan

konsentrasi serotonin dan atau norepinefrin di susunan saraf pusat.8

2.9 Prognosis

1. Umumnya baik, tergantung berat ringannya faktor predisposisi.

2. Pada orang muda dan anak umumnya baik.4

9

Page 10: Lapsus Yance

BAB 3

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. S

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 60 tahun

Alamat : Sumbergedong, Trenggalek

Status : Menikah

Pekerjaan : Pegawi Negeri Sipil

Suku : Jawa

Nomor RM : 6071xx

Tanggal Pemeriksaan : 01 desember 2012

3.2 Anamnesis

Keluhan Utama :

Gatal dan bentol-bentol di wajah

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengeluh gatal di bawah hidung 2 hari sebelum masuk rumah

sakit. Sebelum gatal muncul pasien mengeluh merasakan panas pada

daerah wajah, awalnya tumbuh bintik berisi air di daerah wajah sebelah kiri

setelah itu pecah dan menyebar sehingga menyebabkan bengkak pada pipi,

mulut dan bagian mata. Setelah itu bentolan mengeras dan berwarna

kekuningan, Pasien merasa perih dan bentol-bentol menggerombol pada

wajah sebelah kiri. Pasien mengaku demam sejak 2 hari SMRS.

10

Page 11: Lapsus Yance

Riwayat Penyakit Dahulu :

Keluhan ini baru pertama dirasakan oleh pasien. Pasien mengaku

pernah menderita sakit cacar air saat kecil dulu. Riwayat Diabetes Mellitus

(-), hipertensi (-), asma (-).

Riwayat Pengobatan :

Pasien telah ke dokter dan diberi obat acyclovir salep + oral dan

amoxicilin

Riwayat Atopik atau Alergi:

Pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan atau obat tertentu.

Riwayat Keluarga:

Pada anggota keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat serupa.

3.3 Pemeriksaan Fisik

3.3.1 Status Dermatologis

Lokasi :

Wajah sebelah kiri (pipi, hidung, bibir atas, mata kiri)

Distribusi :

Terlokalisir unilateral

Ruam :

Vesikel berkelompok dan bula, berkrusta kuning luas disertai edema

11

Page 12: Lapsus Yance

Gambar 3.1 Status Dermatologi: terdapat vesikel berkelompok dan bula,

berkrusta kuning luas dan edema

Gambar 3.2 Foto pasien hari pertama rawat inap di ruang anggrek RSUD dr

Iskak

12

Page 13: Lapsus Yance

3.3.2 Status Generalis

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Gizi : Cukup

Tensi : 160/90 mmHg

Nadi : 84 x/menit

Laju respirasi : 16 x/menit

Suhu aksila : 37.7 oC

3.4 Diagnosis Banding

1. Herpes zoster facialis dan oftalmika sinistra

2. Herpes simpleks

3. Impetigo bullosa

3.5 Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk

membantu menegakkan diagnosis Herpas Zoster antara lain:

1. Tes diagnostik untuk membedakan herpes zoster dari impetigo, kontak

dermatitis dan herpes simpleks:

i. Tzanck smear: mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat

membedakan herpes zoster dan herpes simpleks.

ii. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibodi: untuk membedakan

diagnosis herpes virus.

2. Immunofluorescent mengidentifikasi varicella di sel kulit.

3. Pemeriksaan histopatologik.

4. Pemeriksaan mikroskop elektron.

5. Kultur virus.

6. Identifikasi antigen/asam nukleat VVZ.

7. Deteksi antibodi terhadap infeksi virus.

13

Page 14: Lapsus Yance

3.6 Diagnosis

Herpes zoster facialis dan oftalmika sinistra

3.7 Penatalaksanaan

- Terapi Medikamentosa :

Antiviral: Acyclovir 5 x 800 mg

Acyclovir cream 5% 2x1 ue

Hervis e.o. 5 x 1 tetes

Analgetik: Asam mefenamat 3 x 500 mg

Delladril 2 x 2cc IM

- Edukasi : Istirahat yang cukup.

Makanan yang bergizi dan seimbang.

Jangan menggaruk lesi.

Menjaga kebersihan tubuh, khususnya pada daerah yang

berlesi untuk mencegah infeksi sekunder.

Bentolan berisi airnya jangan digaruk atau dipecahkan agar

tidak terjadi infeksi sekunder.

3.8 Prognosis

Prognosis akan baik jika pasien mematuhi terapi pengobatan yang

diberikan.

3.9 Follow Up Pasien

Tanggal Subyektif Obyektif Assesment Planning

02-12-2012

Terasa pusing

Gatal diwajah berkurang

TD : 160/90N: 84 x / menitRR : 16x / menit

Herpes zoster facialis sinistra

14

Page 15: Lapsus Yance

Tax : 37,7c

L : wajahD : TerlokalisirR: vesikel berkelompok

dan bula, berkrusta

kuning luas dan edema

03-12-2012

Semakin membaik

Mata perih

TD : 170/100N: 92 x / menitRR : 20x / menitTax : 36,5c

L : wajahD : TerlokalisirR : vesikel berkelompok dan bula, berkrusta kuning luas dan edema

Herpes zoster facialis dan oftalmika sinistra

04-12-2012

Mata perih TD : 140/90N: 80 x / menitRR : 16x / menitTax : 36,7c

L : wajahD : TerlokalisirR : vesikel berkelompok dan bula, berkrusta kuning luas dan edema

Herpes zoster facialis dan oftalmika sinistra

05-12-2012

Luka menyempit dan mengering

Mata perih

TD : 110/70N: 88 x / menitRR : 16x / menitTax : 36,6c

L : wajahD : Terlokalisir

Herpes zoster facialis dan oftalmika sinistra

15

Page 16: Lapsus Yance

R : vesikel berkelompok dan bula, berkrusta kuning luas dan edema

16

Page 17: Lapsus Yance

BAB 4

PEMBAHASAN

Pasien bernama Ny. S berumur 60 tahun, datang ke Unit Gawat

Darurat RS dr. Iskak Tulungagung pada tanggal 1 desember 2012. Pasien

datang dengan keluhan utama gatal dan bentol-bentol pada wajah. Pada

pasien ini dilakukan autoanamnesis dan pemeriksaan status dermatologis,

namun tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

Pasien mengeluh gatal muncul sejak 2 hari yang lalu. Gatal muncul

pertama di bawah hidung, kemudian mulai muncul bintil-bintil kecil berisi air.

Setelah itu bintil dan rasa gatal menyebar pada daerah wajah sebelah kiri,

mengenai pipi, hidung, bibir dan bibir atas. Semakin lama bintilan semakin

membesar dan pecah sehingga mengeras dan berwarna kekuningan. Pasien

juga mengaku demam sejak 2 hari SMRS. Pasien baru pertama kali

mengalami keluhan ini. Pasien mengaku pernah menderita cacar saat kecil

dulu. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis seperti kencing manis,

darah tinggi ataupun asma. Pasien telah berobat ke dokter spesialis kulit

sebelumnya dan diberi obat salep dan obat minum dan disarankan rawat

inap di rumah sakit. Pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan atau obat

tertentu. Tidak ada keluarga yang pernah mengalami keluhan seperti pasien.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien masih

dalam batas normal. Dari pemeriksaan dermatologi didapatkan vesikel dan

bula seropurulen yang terdapat pada wajah sebelah kiri, berkrusta kuning

disertai edema. Lesi mengenai daerah pipi kiri, hidung kiri, bibir atas, dan

mata kiri (unilateral) dan bergerombol, multipel dengan batas tegas.

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis

banding pada pasien ini adalah herpes zoster facialis dan oftalmikus sinistra,

herpes simpleks, dan impetigo bullosa. Hal utama yang mendasari diagnosis

banding tersebut adalah adanya gejala yang sama pada herpes zoster yaitu

mempunyai vesikel eritematous.

17

Page 18: Lapsus Yance

Herpes zoster adalah radang kulit akut dan setempat yang khas

ditandai oleh adanya nyeri radikuler unilateral serta timbulnya lesi vesikuler

yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun

ganglion serabut saraf sensoris dari nerfus kranialis. Infeksi ini merupakan

reaktivasi virus varisela zoster endogen yang menetap dalam fase laten di

ganglia sensoris.

Diagnosis herpes zoster didasarkan pada anamnesis didapatkan

keluhan berupa neuralgia beberapa hari sebelum atau bersama-sama

dengan timbulnya lesi. Adakalanya sebelum timbul kelainan kulit, didahului

oleh gejala. Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi

yang lokalisata dan unilateral, jarang erupsi tersebut melewati garis tengah

tubuh. Umumnya lesi terbatas pada daerah kulit yang dipersarafi oleh salah

satu ganglion saraf sensoris. Karakteristik dari erupsi kulit pada herpes zoster

terdiri atas vesikel-vesikel berkelompok, dengan dasar eritematosa,

unilateral, dan mengenai satu dermatom. Sehingga pada pasien ini kami

mengambil diagnosis kerja herpes zoster facialis dan oftalmika sinistra.

Terapi untuk herpes zoster bertujuan untuk mengurangi gejala akut

dan mengeradikasi virus penyebab herpes zoster, serta mencegah timbilnya

neuralgia post herpetik. Pada pasien ini diberikan acyclovir peroral 5 x 800

mg/hari, Hervis (acyclovir) eye ointment 5 x 1 tetes/hari, asam mefenamat 3 x

500 mg/hari dan Delladril 2 x 2cc intramuskular. Acyclovir berguna untuk

eradikasi virus penyebab herpes zoster, yaitu Varicella Zoster Virus. Asam

mefenamat dan Delladril berguna untuk mengatasi gejala akut dari herpes

zoster, yaitu rasa gatal dan perih pada daerah wajah yang terkena.

Untuk edukasi, pasien diberitahukan tentang penyakit yang dialami,

agar istirahat yang cukup, makan makanan yang bergizi, tidak boleh

menggaruk lesi, menjaga kebersihan tubuh, khususnya pada daerah yang

berlesi untuk mencegah infeksi sekunder. Pada pasien ini memiliki prognosis

baik jika patuh pada terapi yang diberikan.

18

Page 19: Lapsus Yance

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pasien Ny. S berumur 60 tahun datang dengan keluhan utama gatal

dan bentol-bentol pada wajah. Dari hasil anamnesis didapatkan pasien

mengeluh gatal bintil-bintil di wajah sebelah kiri sejak 2 hari SMRS. Bintil-

bintil berisi cairan. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya ruam vesikula dan

bula multipel bergerombol krusta berwarna kekuningan, berbatas tegas di

wajah sebelah kiri, yaitu pipi, hidung, bibir atas dan mata kiri, dengan

distribusi bersifat unilateral. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik

tersebut, pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis herpes zoster facialis

dan oftalmika sinistra.

Penatalaksaan pada pasien Ny. S ini meliputi terapi medikamentosa

dan edukasi. Terapi medikamentosa yang diberikan yaitu acyclovir peroral

5x800 mg/hari, Hervis (acyclovir) eye ointment 5 x 1 tetes/hari, asam

mefenamat 3 x 500 mg/hari dan Delladril 2 x 2 cc intramuskular. Prognosis

pada pasien ini baik yaitu dapat sembuh.

5.2 Saran

Untuk menegakkan diagnosis herpes zoster kita harus menyingkirkan

diagnosis banding dengan anamnesis yang teliti dan tepat. Pada

pemeriksaan fisiknya sebaiknya dilakukan pada seluruh tubuh, tidak hanya

pada lokasi ruam yang dikeluhkan saja. Pada pasien ini tidak dilakukan

pemeriksaan penunjang sebaiknya untuk mendiagnosis herpes zoster

dengan tepat, maka dilakukan pemeriksaan sitologi, tzanck smear dengan

pengarnaan Giemsa atau Hematoksilin Eosin (HE).

19

Page 20: Lapsus Yance

Edukasi sangat penting dalam penatalaksanaan pada pasien herpes

zoster. Pasien harus diberitahu cara perawatan kulit yang baik agar tidak

terjadi infeksi sekunder. Prognosa pasien ini baik.

20

Page 21: Lapsus Yance

DAFTAR PUSTAKA

1. Wuriyantoro. Herpes Zoster. www.medicastore.com Diakses pada 2 Desember

2012.

2. Djuanda A, Hamzah M, Aisyah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke lima.

Fakultas Kedokteran Indonesia. Jakarta. 2007.

3. Herpes Zoster. www.mer-c.org.com diakses pada 2 Desember 2012..

4. Herpes Zoster. www.conectique.com diakses pada 2 Desember 2012..

5. Shingles. www.medlineplus.com diakses pada 2 Desember 2012..

6. AHFS. American Hospital Formulary Service: Drug Infomation ed.88. 1987

7. Kabulrachman. HERPES. RSUP Dr.KARIADI. Grasia Offset. Semarang. 2007

8. Amitriptilin. www.medicatherapy.com. Diakses pada 2 Desember 2012.

21