lapsus pv

18
LAPORAN KASUS TINEA VERSIKOLOR Pembimbing : Dr. Sri Primawati Indraswari, Sp.KK Penyusun: Beatrix Tiara Indie 030.10.049 KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN PERIODE 9 FEBRUARI – 14 MARET 2015 RUMAH SAKIT UMUM KARDINAH TEGAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

Upload: belyn-kelvina-octaviana

Post on 16-Nov-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan kasus pitiriasis versikolor

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUS TINEA VERSIKOLOR Pembimbing :

Dr. Sri Primawati Indraswari, Sp.KKPenyusun: Beatrix Tiara Indie030.10.049

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN PERIODE 9 FEBRUARI 14 MARET 2015RUMAH SAKIT UMUM KARDINAH TEGAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTITINEA VERSIKOLORPembimbing : Dr. Sri Primawati Indraswari, Sp.KKPENDAHULUANInfeksi non-dermatofitosis pada kulit biasanya terjadi pada kulit yang paling luar. Hal ini disebabkan jenis jamur ini tidak dapat mengeluarkan zat yang dapat mencerna keratin kulit dan tetap hanya menyerang lapisan kulit yang paling luar. Pertumbuhannya pada kulit (stratum korneum) berupa kelompok sel-sel bulat, bertunas, berdinding tebal dan memiliki hifa yang berbatang pendek dan bengkok, biasanya tidak menyebabkan tanda-tanda patologik selain sisik halus sampai kasar. Bentuk lesi tidak teratur, berbatas tegas sampai difus dan ukuran lesi dapat

milier,lentikuler, numuler sampai plakat. (1,2)Tinea versikolor/Pitiriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan oleh Malasezia furfur Robin. Mallasezia furfur Robin, merupakan organisme saprofit pada kulit normal. Bagaimana perubahan dari saprofit menjadi patogen belum diketahui. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit yang kronik dan asimtomatik ditandai oleh bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya menyerang badan dan kadang- kadang terlihat di ketiak, sela paha,tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala. Di Indonesia mungkin lebih dikenal sebagai penyakit kulit karena jamur yang disebut panu, Tinea versicolor adalah infeksi jamur umum yang sering ditemukan pada dewasa dan remaja. Sebutan versicolor berasal dari fakta bahwa infeksi ini menyebabkan kulit yang terlibat mengalami perubahan warna, baik menjadi lebih

gelap maupun menjadi lebih terang, daripada area kulit sekitarnya.(1,3)Tinea versikolor lebih sering terjadi di daerah tropis dan mempunyai kelembapan tinggi. Walaupun kelainan kulit lebih terlihat pada orang berkulit gelap, namun angka kejadian tinea versikolor sama di semua ras. Angka kejadian sebelum pubertas atau setelah usia 65 tahun jarang ditemukan. Di negara tropis, penyakit ini lebih sering terjadi pada usia 10-19 tahun. Beberapa faktor dapat meningkatkan angka terjadinya tinea versikolor, diantaranya adalah turunnya kekebalan tubuh, faktor temperature, kelembapan udara, hormonal dan keringat.(3)Berikut dilaporkan satu kasus tinea versikolor pada seorang pria berusia 31 tahun.

IDENTITAS PASIENNama : Tn. Syahrul Jenis kelamin : Pria

Umur : 31 tahun Pekerjaan : Pedagang Status Status: MenikahAgama : Islam

Pendidikan : Perguruan tinggi

Alamat : Jln Karanganyar RT/RW 01/03 Kel. Karanganyar. Kec. Pagerbarang. Tegal, Jawa Tengah

ANAMNESISDilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 10 Maret 2015 di Poli Kulit RSU Kardinah Tegal.a). Keluhan UtamaBercak-bercak putih dan bersisik halus pada kedua lengan bawah b). Riwayat Penyakit SekarangPasien datang ke poli kulit di RSU Kardinah Tegal pada tanggal 10 Maret 2015 dengan keluhan timbul bercak-bercak putih dan bersisik halus pada kedua lengan bawah sejak 2 minggu yang lalu..Pasien mengeluh sering berasa gatal ringan pada kedua tangan terutama pada saat waktu siang ketika di tengah panas dan berkeringat. Pasien mengatakan kedua tangannya sering terkena sinar matahari langsung pada saat sedang bekerja. Pasien mengatakan tangannya sering berkeringat dan lembab. Pasien juga mengatakan tidak sedang banyak pikiran atau stress. Gigi berlubang dan demam disangkal oleh pasien. Selain itu, trauma pada tangan, peradangan, iritasi sebelum timbul bercak putih disangkal pula oleh pasien. Pasien mengaku telah mengobati keluhannya dengan salep kalpanax yang dibelinya sendiri di apotik, namun tidak ada perubahan. Pasien selama ini tidak berobat ke mana-mana Pasien memiliki kebiasaan mandi 2x sehari dan ganti baju setiap hari. Pasien tidak merokok dan tidak minum alkohol. Pasien tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan dalam jangka waktu yang lama.c). Riwayat Penyakit Dahulu.Pasien tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya. Pasien juga menyangkal mempunyai penyakit darah tinggi dan penyakit gula, serta menyangkal adanya allergi.

d). Riwayat Penyakit Keluarga.Di keluarga ada yang mempunyai keluhan seperti pasien, yaitu kakak pasien. Keluarga pasien tidak mempunya riwayat darah tinggi, penyakit gula dan allergi.

PEMERIKSAAN FISIK.Keadaan Umum : Tampak tidak sakit

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital : Tekanan darah : 120/70 mmHg Nadi : 82 kali/menit Respirasi : 20 kali/menit Suhu : Afebris

Tinggi Badan : 156 cmBerat Badan : 42 kgStatus gizi : Gizi kurang (BMI: 17,5)Status Generalis

Kepala: Normocephali, benjolan (-), rambut hitam, lurus, tidak mudah dicabut, distribusi merata.

Mata: Alis simetris, tidak mudah dicabut, oedem (-) dan benjolan (-), bulu mata tidak rontok, trichiasis (-), konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat, isokor, diameter 3 mm, refleks cahaya langsung dan tidak langsung +/+, sekret -/-.

Hidung: Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), septum deviasi (-), tidak tampak adanya kelainan kulit pada hidung, konka eutrofi, mukosa hiperemis (-), sekret (-), benjolan (-), nyeri tekan(-).

Telinga: Normotia , benjolan -/-, nyeri tarik -/-, nyeri tekan -/-, serumen -/-.

Mulut: Bibir pucat (-), sianosis(-), pecah(-), sariawan(-), mukosa gusi hiperemis(-), gigi karies (-). Letak lidah ditengah (+), tepi lidah hiperemis (-), lidah kotor (-), lidah geografik (-), Tonsil T1-T1, hiperemis (-).

Leher: Otot bantu pernafasan m. Sternocleidomastoideus (-), trakea ditengah, deviasi (-), kelenjar tiroid tidak teraba membesar, pembesaran KGB (-).Thorax: Retraksi intercostal (-) dan sela iga melebar (-),terdapat kelainan kulit (lihat status dermatologikus)Paru

KananKiri

InspeksiSimetris saat statis dan dinamisSimetris saat statis dan dinamis

PalpasiVocal fremitus samaVocal fremitus sama

Perkusisonor pada lapang parusonor pada lapang paru

Auskultasisuara dasar vesikuler(+)suara dasar vesikuler(+)

Ronkhi(-)(-)

Wheezing(-)(-)

JantungInspeksi: tampak pulsasi iktus cordis

Palpasi: teraba iktus cordis dengan diameter 1 cm kuat angkat (+), thrill (-).Perkusi:

Batas kanan : ICS IV sternalis kananBatas kiri: ICS V linea midklavikularis sinistraBatas atas: ICS II sternalis dextraAuskultasi: S1S2 Reguler, murmur (-), gallop (-).Abdomen

Inspeksi:Datar, simetris, tidak terdapat kelainan kulit

Auskultasi: Bising (+) normal

Palpasi:Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar

Perkusi: Timpani di ke 4 kuadran abdomen

Inguinal: pembesaran KGB (-), massa (-)

Genitalia: kelainan kulit(-)Ekstremitas:

Superior (ka-ki)Inferior(ka-ki)

Pitting Oedem-/--/-

Sianosis-/--/-

Hangat+/++/+

Eritema palmaris-/-tidak dilakukan

Flapping tremor-/-tidak dilakukan

Kuku : pitting nail (-), onikolisis (-), diskolorisasi (-), kuku terangkat pada bagian distal (-)STATUS DERMATOLOGIKUS

Distribusi : regional

Ad regio : regio lengan bawahLesi : multipel, diskret sebagian konfluens, bentuk tidak teratur dengan batas tegas, tepi tidak menimbul dan tidak aktif, ukuran bervariasi dari 0,5cm hingga 20cm, lesi kering.

Efloresensi : makula hipopigmentasi dengan skuama halus

Gambar 1. Regio lengah bawah Gambar 2. Pembesaran lesi pada tangan kiri

Gambar. 3 Pembesaran lesi pada tangan kanand). PEMERIKSAAN PENUNJANG.Pada pemeriksaan mikologik kerokan kulit dilakukan pada area lengan bawah dengan KOH 10 % didapatkan hasil : Hifa pendek dan spora-spora bulat (+).

Gambar 4. Hifa pendek dan spora bulat pada pembesaran 10x(Spaghetti and meatballs)e). RESUME.Seorang pria berumur 31 tahun, sudah menikah, beragama Islam, pekerjaannya berdagang, datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSUD Kardinah Tegal pada tanggal 10 Maret 2015 dengan keluhan utama bercak-bercak putih dan bersisik halus pada kedua lengan bawah.

Pada anamnesis didapatkan makula hipopigmentaasi dan berskuama halus pada kedua lengan bawah sejak 2 minggu yang lalu. Lesi terasa pruritus ringan terutama jika di tengah panas dan berkeringat. Pasien mengatakan tangannya sering terpapar sinar matahari langsung. Riwayat keluarga yang mengalami hal serupa (+) yaitu kakak pasien. Pada pemeriksaan fisik didapatkan gizi kurang yang lain-lain dalam batas normal. Pada pemeriksaan dermatologikus, didapatkan effloresensi makula hipopigmentasi dengan skuama halus di regio kedua lengan bawah, dengan lesi multipel, diskret sebagian konfluens, bentuk lesi tidak teratur dengan batas tegas, tepi tidak menimbul dan tidak aktif, ukuran miliar sampai lentikuler diameter bervariasi antara 0,5 cm -20 cm, lesi kering.Pada pemeriksaan sediaan langsung mikologik kerokan kulit di lengan bawah dengan larutan KOH 10% ditemukan hifa pendek dan spora bulat pada pembesaran 10x.

g). DIAGNOSIS PASTI

Tinea versikolorh). PENATALAKSANAANTatalaksana umum: Memberi tahu kepada pasien agar patuh pengobatan Memberi tahu kepada pasien bahwa pengobatan akan berlangsung lama hingga berbulan-bulan Meningkatkan kebersihan badan dan menghindari berkeringat yang berlebihan. Ganti baju setiap hari Mengurangi kelembaban dari tubuh pasien dengan menghindari pakaian panas yang tidak menyerap keringat. Hindari sinar matahari secara langsung

Hindari suasana lembab dan panas Menjaga kebersihan diri dan keluarga

Tatalaksana khusus. Topikal:

Shampo suspensi selenium sulfide 2% dioleskan pada lesi 2-3 kali seminggu, setelah mandi dan sudah keringkan, didiamkan selama 15-30 menit lalu dibilas.

antifungal : krim mikonazol 2%Sistemik

Antifungal : ketoconazole 1 x 200mg / hari selama 10 hari

Antihistamin : Cetirizine 1 x 10mg (bila gatal)

i). PROGNOSISQuo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : ad bonam

Quo ad sanationam : ad bonamQuo ad cosmeticum : ad bonam PEMBAHASAN.Diagnosis Tinea versikolor ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan juga pemeriksaan penunjang.

Penyakit Tinea versikolor adalah penyakit nondermatofitosis yang menyerang terutama meliputi badan, kadang-kadang dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala yang berambut. Penyakit ini lebih sering dilihat pada remaja, walaupun anak-anak dan orang dewasa tua tidak luput dari infeksi. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi infeksi yaitu faktor herediter, penderita yang sakit kronik atau yang mendapat pengobatan steroid dan malnutrisi.(1)Gejala subyektif yang sering dikeluhakan oleh pasien bisa berupa timbul bercak putih atau kecoklatan yang kadang-kadang gatal bila berkeringat. Bisa juga terdapat pasien yang tidak mengeluh gatal sama sekali, cuma mengeluh malu karena adanya bercak tersebut terutama di wajah.(2) Gejala subyektif ini juga ditemukan pada pasien di mana keluhan adalah rasa gatal ringan pada lengan bawah kedua tangannya. Rasa gatal sering dirasakan ketika pasien berjalan di bawah terik matahari dan berkeringat.Gejala obyektif yang ditemukan pada pasien dengan tinea versikolor adalah seperti bercak yang berwarna putih, bentuk bercak yang tidak teratur bisa sampai teratur dengan batas jelas sampai difus. Bentuk vesikulopapular juga dapat terlihat walaupun jarang ditemukan. Pada orang dengan kulit berwarna kelainan yang terjadi tampak sebagai bercak yang hipopigmentasi tetapi pada orang dengan kulit yang pucat maka kelainan bisa berwarna kecoklatan ataupun kemerahan. Di atas kelainan kulit tersebut terdapat skuama halus yaitu pitiriasiformis.(1,3) Pada pasien ini yang memiliki kulit yang agak gelap, ditemukan effloresensi makula hipopigmentasi di regio lengan bawah, dengan lesi multipel, diskret sebagian konfluens, bentuk lesi tidak teratur dengan batas tegas, tepi tidak menimbul dan tidak aktif, ukuran variasi dari 0,5 cm hingga 20cm.Untuk menegakkan diagnosis pada pasien ini diperlukan pemeriksaan usulan yang lain seperti pemeriksaan sediaan langsung kerokan kulit dengan larutan KOH 20%. Sebelumnya kulit dibersihkan dengan kapas alkohol 70%, lalu dikerok dengan skalpel steril dan jatuhannya ditampung dalam lempeng-lempeng steril pula. Dipanaskan sebentar, ditutup dengan gelas penutup dan diperiksa di bawah mikroskop. Selain itu kita juga bisa melakukan pemeriksaan biakan dan pemeriksaan dengan menggunakan lampu Wood. Pemeriksaan dengan lampu Wood, dapat memberikan perubahan warna pada seluruh daerah lesi sehingga batas lesi lebih mudah dilihat. Daerah yang terkena infeksi akan memperlihatkan fluoresensi warna emas sampai oranye.(3) Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan kerokan kulit dengan larutan KOH 20% dan dilihat di bawah mikroskop. Setelah pemeriksaan ditemukan hifa pendek dengan spora-spora bulat yang berkelompok.

Penyakit-penyakit kulit yang bisa menyerupai tinea versikolor adalah vitiligo dan pitiriasis alba. Vitiligo adalah hipomelanosis idiopatik yang ditandai dengan adanya macula putih yang dapat meluas. Macula bisa berwarna putih dengan diameter beberapa millimeter sampai beberapa sentimeter, bulat atau lonjong dengan batas tegas dan kadang-kadang terlihat macula hipomelanotik selain macula apigmentasi. Vitiligo umumnya bagian ekstensor tulang terutama diatas jari, periorifisial sekitar mata, mulut dan hidung, tibialia anterior, dan pergelangan tangan bagian ekstensor. Untuk menegakkan vitiligo dilakukan pemeriksaan histopatologi dengan pewarnaan hematosiklin eosin di mana pada pemeriksaan tidak ditemukan melanosit. Vitiligo biasanya muncul sebelum usia 20 tahun, dan ada riwayat keluarga tentang timbulnya lesi dan uban yang timbul dini. Selain itu adanya riwayat penyakit kelainan tiroid, diabetes juga berhubungan. Pada pasien ini baru muncul 2 minggu yang lalu dan tidak ada riwayat keluarga maupun penyakit yang berhubungan dengan vitiligo. Pada kelainan kulit vitiligo hanya bercak putih tanpa skuama, sedangkan pada pasien ini disertai skuama halus. Pada pasien ini tidak dilakukan perwarnaan HE, namun dari gambaran klinis pasien vitiligo dapat disingkirkan. Penyakit lain yang mirip dengan tinea versikolor adalah pitiriasis alba. Pitiriasis alba merupakan bentuk dermatitis yang tidak spesifik yang ditandai dengan adanya bercak kemerahan dan skuama halus yang akan menghilang serta meninggalkan area yang depigmentasi. Sering dijumpai pada anak berumur 3-16 tahun (30-40%). Lesi berbentuk bulat, oval, atau plakat yang tak teratur. Warna merah muda atau sesuai warna kulit dengan skuama halus. Setelah eritema menghilang, lesi yang dijumpai hanya depigmentasi dengan skuama halus. Bercak biasanya multiple 4 sampai 20 denga diameter - 2 cm. Pada anak lokasi biasanya di muka, namun bisa juga di ekstremitas dan badan. Diagnosis pitiriasis alba berdasarkan umur, skuama halus, dan distribusi lesi. Pada pasien ini dari umur dan didahului lesi warna merah muda sebelum adanya depigmentasi tidak ada pada pasien, maka dari itu pitiriasis alba dapat disingkirkan. Pengobatan harus dilakukan menyeluruh, tekun dan konsisten. Kebanyakan pengobatan akan menghilangkan bukti infeksi aktif (skuama) dalam waktu beberapa hari, tetapi untuk menjamin pengobatan yang tuntas pengobatan ketat ini harus dilanjutkan beberapa minggu. Perubahan pigmen lebih lambat hilangnya. Daerah hipopigmentasi belum akan tampak normal sampai daerah itu menjadi coklat kembali. Sesudah terkena sinar matahari lebih lama daerah- daerah yang hipopigmentasi akan coklat kembali. Meskipun terapi nampak sudah cukup, bila kambuh atau kena infeksi lagi merupakan hal biasa, tetapi selalu ada respon terhadap pengobatan kembali. Tinea versikolor tidak memberi respon yang baik terhadap pengobatan dengan griseofulvin. Obat-obat anti jamur yang dapat menolong misalnya salep whitfield, salep salisil sulfur (salep 2/4), salisil spiritus, tiosulfatnatrikus (25%). Obat-obat baru seperti selenium sulfida2% dalam shampo, derivate imidasol seperti ketokonasol, isokonasol, toksilat dalam bentuk krim atau larutan dengan konsentrasi 1-2% sangat berkhasiat baik. (1,3)Prognosis pada pasien dengan tinea versikolor baik bila pengobatan dilakukan dengan menyeluruh, tekun dan konsisten. Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan pemeriksaan lampu Wood dan sediaan langsung negatif. (1)DAFTAR PUSTAKA1. Djuanda. A, Hamzah. M, Aisah. S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi keenam, cetakan pertama, Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2010 ; 99 100.

2. Nasution. A, Mansur, Kamaliah Muis, Juwono, Tapi S. Niari. Diagnosis dan PenatalaksanaanDermatofitosis. Available at : http://www.kalbe.co.id. Accessed on April 15,20123. Kuswadji, Budimulya U, Sunoto, Tjokronegoro A. Mikosis Superfisial. Avalaible at http://repository.usu.ac.id. Accessed on April 15, 2012.