lapsus keratosis seboroikkk

Upload: adimas-putra-firdaus

Post on 06-Jul-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 Lapsus Keratosis Seboroikkk

    1/18

    REFLEKSI KASUS

    KERATOSIS SEBOROIK

    Disusun untuk melaksanakan tugas Kepanitraan Klinik Muda

    SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

    RSD. dr Soebandi Jember

    Oleh :

    Adimas Putra Firdaus

    112011101006

    Pembimbing :

    Dr. Hendra Minarto, Sp.KK

    SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RSD dr SOEBANDI

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS JEMBER

    2015

  • 8/17/2019 Lapsus Keratosis Seboroikkk

    2/18

     

    BAB I PENDAHULUAN

    Keratosis merupakan suatu istilah klinis yang sering dipakai untuk semua lesi yang

    disebabkan oleh peningkatan pembentukan keratin yang tidak disebabkan oleh proses

     peradangan. 

    Secara histopatologis, istilah keratosis tidak dapat diterima sebagai diagnosis klinis,

    karena keratosis seboroik adalah suatu papiloma dan lebih tepat disebut sebagai veruka

    seboroik. Walaupun demikian istilah keratosis masih terus digunakan.

    Keratosis seboroik merupakan tumor jinak kulit yang paling banyak muncul pada

    orang yang sudah tua, sekitar 20% dari populasi dan biasanya tidak ada atau jarang pada

    orang dengan usia pertengahan. Keratosis seboroik memiliki banyak manifestasi klinik yang

     bisa dilihat, dan keratosis seboroik ini terbentuk dari proliferasi sel-sel epidermis kulit.

    Keratosis seboroik dapat muncul dalam berbagai bentuk lesi, bisa satu lesi ataupun tipe lesi

    yang banyak atau multipel.

    Walaupun tidak ada faktor etiologi khusus yang dapat diketahui, keratosis seboroik

    lebih sering muncul pada daerah yang terpapar sinar matahari, terutama pada daerah leher

    dan wajah, juga daerah ekstremitas.

    Secara global atau internasional, keratosis seboroik merupakan tumor jinak pada kulit

    yang paling banyak diantara populasi di Amerika Serikat. Angka frekuensi untuk munculnya

    keratosis seboroik terlihat meningkat seiring dengan peningkatan usia seseorang.

    Tidak ada tendensi bahwa lesi ini dapat berubah menjadi ganas. Biasanya

     pengangkatan keratosis seboroik adalah atas indikasi kosmetik, namun pasien juga harus

    diingatkan bahwa lesi baru akan terus tumbuh.

  • 8/17/2019 Lapsus Keratosis Seboroikkk

    3/18

     

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.2 Definisi

    Keratosis seboroik adalah tumor jinak yang sering dijumpai pada orang tua berupa

    tumor kecil atau makula hitam yang menonjol diatas permukaan kulit. Keratosis seboroik

    merupakan suatu lesi jinak pada permukaan kulit yang mempunyai bentuk seperti tahi lalat

    dan disebabkan oleh proliferasi keratinosit epidermal. Keratosis biasa disebut Senile wart,

     basal cell papiloma maupun seborrheic wart.1 

    2.3 Etiologi

    Sampai sekarang etiologi dari lesi keratosis seboroik belum diketahui dengan pasti.

    Disebutkan bahwa penyakit ini berhubungan dengan factor genetic dengan pola penurunan

    secara dominan autosomal. Faktor pertumbuhan epidermis dianggap berperan dalam

     pembentukan keratosis seboroik. Meningkatnya jumlah sel yang bereplikasi menunjukkan

    adanya hubungan dengan terjadinya keratosis seboroik ini.2 

    Ada pula yang mengatakan diduga infeksi virus berdasarkan gambaran klinis

    kutilnya. DNA dari human papiloma virus didapat pada 40 kasus keratosis seboroik genital

    dan 42 dari 55 kasus keratosis seboroik non genital (76%).2 

    Ada pula yang mengatakan bahwa terpapar sinar matahari (sinar ultraviolet) secara

    kronis yang menjadi penyebabnya, karena keratosis seboroik biasanya terdapat pada bagian

    kulit yang paling sering terpajan sinar matahari, dan sebagian tipe keratosis seboroik dapat

    terbentuk akibat radiasi sinar matahari pada kulit manusia.2,3 

    2.4 Epidemiologi

    Pada tahun 1963, Tindall dan Smith meneliti populasi dari individu yang sudah

     berusia lebih dari 64 tahun di Carolina Utara dan mendapatkan hasil bahwa 88 % dari

     populasi tersebut setidaknya memiliki paling kurang satu lesi keratosis seboroik. Dalam

     penelitian ini, keratosis seboroik ditemukan pada 38 % wanita kulit putih dan 54 % pada pria

    kulit putih, dan sekitar 61 % pada pria kulit hitam dan sekitar 10 % lebih pada wanita kulit

    hitam.

  • 8/17/2019 Lapsus Keratosis Seboroikkk

    4/18

    Pada tahun 1965 Young memeriksa 222 orang yang tinggal di anti jompo Orthodox

    Jewish di New York dan menemukan bahwa 29,3 % pria dan 37,9 % pada wanita memiliki

    lesi keratosis seboroik.

    Ballin pada tahun 2009, menggolongkan epidemiologi keratosis seboroik menurut hal

    dibawah ini:

    A)  Ras

    Keratosis seboroik kurang umum di populasi dengan kulit gelap dibandingkan

    dengan mereka yang memiliki kulit putih, namun orang-orang kulit hitam

    mengembangkan varian keratosis seboroik yang disebut dermatosis papulosa nigra.

    Lesi ini mempengaruhi wajah, terutama pipi atas dan lateral daerah orbita. Lesi ini

    kecil, pedunkulasi, dan sangat berpigmen dengan elemen keratotic minimal. Awal

    lesi ini umumnya berawal dari keratosis seboroik biasa.

    B)  Gender

    Tidak ada perbedaan gender dalam frekuensi terjadinya seborrheic keratoses

    C)  Umur

    Keratosis seboroik adalah tumor jinak yang umum pada individu yang lebih

    tua.Mereka tampak meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Keratosis seboroik

     juga telah ditemukan terjadi pada individu muda.

    2.5 Patogenesis

    Epidermal Growth Faktor (EGF) atau reseptornya, telah terbukti terlibat dalam

     pembentukan keratosis seboroik. Tidak ada perbedaan yang nyata dari ekspresi

    immunoreactive growth hormone receptor di keratinosit pada epidermis normal dan keratosis

    seboroik. 1 

    Ekspresi dari gen bcl-2, suatu gen onkogen penekan apoptosis, rendah pada

    keratosis seboroik dibandingkan dengan basal sel karsinoma atau skuamos sel

    karsinoma, yang memiliki nilai yang tinggi untuk jenis gen ini. Tidak ada peningkatan yang

    dapat dilihat dalam sonic hedgehog signal transducers patched (ptc) dan smoothened (smo)

    mRNA pada keratosis seboroik dibanding kulit yang normal.4,5 

    Frekuensi yang tinggi dari mutasi gene dalam mengencode reseptor tyrosine kinase

    FGFR3 (fibroblast growth factor receptor 3) telah ditemukan pada beberapa tipe keratosis

    seboroik. Hal ini menjadi alasan bahwa faktor gen menjadi basis dalam patogenesis keratosis

    seboroik. FGFR3 terdapat dalam reseptor transmembrane tyrosine kinase yang ikut serta

    dalam memberikan sinyal transduksi guna regulasi pertumbuhan, deferensiasi, migrasi dan

  • 8/17/2019 Lapsus Keratosis Seboroikkk

    5/18

     penyembuhan sel. Mutasi FGFR3 terdapat pada 40% keratosis seboroik hiperkeratosis, 40%

    keratosis seboroik akantosis, dan 85% keratosis seboroik adenoid.4,5 

    Keratosis Seboroik memiliki banyak derajat pigmentasi. Pada pigmentasi

    keratosis seboroik, proliferasi dari keratinosit memacu aktivasi dari melanosit di

    sekitarnya dengan mensekresi melanocyte-stimulating cytokines. Endotelin-1 memiliki

    efek simulasi ganda pada sintesis DNA dan melanisasi pada melanosit manusia dan telah

    terbukti terlibat sebagai salah satu peran penting dalam pembentukan hiperpigmentasi pada

    keratosis seboroik. Secara Immunohistokimia, keratinosit pada keratosis seboroik

    memperlihatkan keratin dengan berat molekul yang rendah, tetapi ada sebagian kecil

     pembentukan keratin dengan berat molekul yang tinggi.5 

    2.6 Varian Klinikopatologi

    Ada beberapa bentuk histologi dan terkadang berbeda secara klinis untuk keratosis

    seboroik :

    a). Common Seborrheic Keratosis 

    Sinonim: basal cell papilloma, solid seborrheic keratosis. Jenis ini dianggap

    sebagai lesi klasik. Bentuknya seperti jamur, dengan epidermis hiperplastik dan berbatas

    tegas yang menggantung di sekitar kulit. Tumor ini terdiri dari sel-sel basaloid yang seragam.

    Kista-kista keratin kadang lebih banyak, dan bias tampak didalam folikel dan diluar folikel.

    Melanosit terkadang muncul dalam jumlah banyak, dan produksi pigmennya

    menghasilkan warna luka hitam. Perpindahan pigmen ke keratinosit kelihatan cukup

    normal.6 

     b). Reticulated Seborrheic Keratosis 

    Sinonim: adenoid seborrheic keratosis. Kumpulan sel-sel basaloid turun dari dasar

    epidermis. Kista-kista keratin dikelilingi oleh sel-sel ini. Stroma kolagen eosinopilik yang

    halus membungkus di sekeliling kumpulan sel basaloid dan dapat membentuk lesi yang

     banyak.6 

    c). Stucco Keratosis 

    Sinonim: hyperkeratotic seborrheic keratosis, digitate seborrheic keratosis, serrated

    seborrheic keratosis, verrucous seborrheic keratosis.Stucco keratosis muncul berukuran 3-

    4 mm, berwarna seperti warna kulit atau benjolan berwarna putih abu-abu yang muncul

    di tungkai bagian bawah. Penampakan sel epidermal seperti puncak menara gereja

    mengelilingi inti kolagen membentuk hiperkeratosis seperti jalinan keranjang. Keratinosit

  • 8/17/2019 Lapsus Keratosis Seboroikkk

    6/18

    yang bervakuola yang ada pada veruka vulgaris tidak ditemukan pada lesi ini, meskipun

    secara klinis lesi ini bisa menyerupai kutil virus yang kecil.6 

    d). Clonal Seborrheic Keratosis.

    Jenis keratosis seboroik ini berbentuk sarang-sarang sel basaloid yang tidak

    selamanya berbatas tegas berbentuk bulat dan terbungkus longgar di dalam jaringan

    epidermis. Walaupun sel yang paling banyak adalah keratinosit, sarang-sarang tersebut

    mengandung melanosit dalam jumlah besar. Keratinosit ini ukurannya bisa bermacam-

    macam.6 

    e). Irritated Seborrheic Keratosis 

    Sinonim: inflamed seborrheic keratosis, basosquamous cell acanthoma. Kelainan

    kuliteksematous berubah menjadi keratosis seboroik yang khas. Penyebab dari

    reaksieksematous ini tidak diketahui. Bisa jadi disebabkan trauma, tapi belum dapat

    dibuktikan. Secara histologi, suatu keratosis seboroik memperlihatkan bagian-bagiandari

     perubahan inflamasi, banyak lingkaran atau pusaran dari sel-seleosinofilik skuamous yang

    merata dan tertata seperti bawang. Ini menyerupai mutiarakeratin dalam sel karsinoma

     bersisik, tapi bisa dibedakan oleh besarnya jumlahmereka,kecilnya ukuran, dan bentuknya

    yang terbatas. Keratinosit dalam suatu keratosis seboroik yang iritasi menunjukan tingginya

    tingkat keratinisasi ataukeratosis seboroik yang sudah dewasa dibandingkan dengan

    common seborrheic keratosis.6 

    f). Seborrheic Keratosis with Squamous Atypia 

    Sel atipik dan diskeratosis bisa terlihat pada beberapa keratosis seborrheic. Lesi

    tersebut bisa sangat mirip dengan penyakit Bowen’s atau karsinoma sel squamous yang

    invasive. Tidak diketahui sebab-sebab perubahan tersebut, baik itu akibat dari iritasi atau

    aktivasi, atau tanda karsinoma sel squamous. Sebaiknya untuk menghilangkan lesi ini

    seluruhnya.6 

    g). Melanoacanthoma.  

    Sinonim : pigmented seborrheic keratosis. Melanoacanthoma lebih gelap dari

     pigmented seborrheic keratosis. Di dalam lesi ini, ada proliferasi melanosit dendritik yang

     jelas. Melanosit tersebut kaya dengan melanin, sebaliknya di sekitar keratinosit sangat sedikit

    mengandung melanin. Melanosit dapat berkembang menjadi sarang,yang melebar dari

    lapisan basal ke lapisan superfisial epidermis. Lesi ini tidak berpotensi menjadi ganas.6 

    h). Dermatosis Papulosa Nigra.

    Dermatosis papulosa nigra merupakan papul kecil pada wajah yang tampak Pada

    orang Afrika Amerika, namun terlihat pada orang yang berkulit lebih gelap dari raslain,

  • 8/17/2019 Lapsus Keratosis Seboroikkk

    7/18

    nampak merupakan varian dari keratosis seboroik. Lesi ini merupakan erupsi papul yang

     berpigmen pada wajah dan leher. Mereka menyerupai melanoacanthoma kecil-kecil.

    Gambaran histologis seperti common seborrheic keratosis tapi berukuran lebih kecil.6 

    i). The Sign of Leser-Trelat 

    Erupsi multipel keratosis seboroik, juga dikenal sebagai the sign of Leser-Trelat,

    disebutkan berkaitan dengan multipel internal malignancies yang tersembunyi dan

    sering diikuti dengan rasa gatal . Keganasan yang paling sering dihubungkan adalah

    adenokarsinoma lambung, colon, dan payudara. Tanda ini juga telah dilaporkan dengan

     berbagai macam tumor, termasuk limfoma, leukemia, dan melanoma. Tanda ini juga

    disebutkan bahwa berhubungan dengan hyperkeratosis telapak tangan dan telapak kaki

    terkait dengan penyakit keganasan dan dengan acanthosis nigricans. Fenomena keratosis

    seboroik yang bisa pecah, mungkin menunjukkan peradangan dermatosis yang berpusat

    di sekitar papiloma kulit dan keratosis seboroik membuat fenomena itu lebih kelihatan.

    Tentu saja, dibutuhkan keahlian klinis melihat peninggian lesi keratosis seboroik pada pasien

    dengan dermatitis generalisata yang disebabkan banyak hal. Kemoterapi, khususnya

    citarabine, bisa menyebabkan peradangan keratosis seboroik, khususnya ketika dikaitkan

    dengan tanda Leser-Trelat. Maligna acanthosis nigricans muncul sebanyak 35% pasien

    dengan tanda Leser-Trelat, yang menunjukkan kesamaan mekanisme. Namun,

    hubungan sebenarnya antara erupsi keratosis seboroik multipel dengan keganasan organ

    dalam masih harus dijelaskan.6 

    2.7 Gejala Klinik

    Awitan keratosis seboroika biasanya di mulai dengan lesi datar, berwarna coklat

    muda, berbatas tegas, dengan permukaan seperti beludru sampai verukosa halus, diameter lesi

     bervariasi antara beberapa mm sampai 3 cm. Lama kelamaan lesi akan menebal, dan member

    gambaran yang khas yaitu menempel ( stuck on) pada permukaan kulit. Lesi yang telah

     berkembang akan mengalami pigmentasi yang gelap dan tertutup oleh skuama berminyak.

    Predileksi tumor terutama pada daerah seboroika yaitu : dada, punggung, perut, wajah dan

    leher .1 

  • 8/17/2019 Lapsus Keratosis Seboroikkk

    8/18

    2.8 Diagnosis

    a)  Anamnesis

      Biasanya asimptomatik, pasien hanya mengeluh terdapat bejolan hitam

    terasa tidak nyaman.

      Lesi kadang dapat terasa gatal, ingin digaruk atau dijepit.

      Pasien kadang merasa benjolan semakin membesar secara lambat.

      Lesi tidak dapat sembuh sendiri secara tiba-tiba.

      Sebagian kasus terdapat riwayat keluarga yang diturunkan.

      Lesi dapat timbul di seluruh tubuh kecuali telapak tangan dan kaki serta

    membrane mukosa.1 

     b) 

    Pemeriksaan fisikKeratosis seboroik dapat terjadi pada seluruh permukaan kulit.

    Walaupun demikian, paling sering ditemukan pada wajah, punggung, daerah

    sternal, ekstremitas, dan daerah yang meradang. Bila terdapat lesi multipel,

     biasanya penyebarannya adalah bilateral dan simetris. Keratosis seboroik

    tampak sebagai lesi multipel berupa papul atau plak yang agak menonjol,

    namun dapat juga terlihat menempel pada permukaan kulit. Lesi ini biasanya

    diliputi oleh kulit kering yang agak berminyak dan biasanya mudah lepas.

    Lesi biasanya memiliki pigmen warna yang sama yaitu coklat, namun

    kadang kadang juga dapat ditemukan yang bewarna hitam atau hitam

    kebiruan. Permukaan lesi biasanya berbenjol benjol. Pada lesi yang memiliki

     permukaan halus biasanya terkandung jaringan keratotik yang menyerupai

     butiran gandum. Pada perabaan terasa lunak dan berminyak.6 

    Lesi soliter keratosis seboroik

  • 8/17/2019 Lapsus Keratosis Seboroikkk

    9/18

     

    Lesi biasanya timbul pada usia lebih dari 40 tahun dan terus bertambah seiring dengan

     bertambahnya usia. Pada beberapa individu lesi dapat bertambah besar dan tebal, namun

     jarang lepas dengan sendirinya.6 

    Trauma atau penggosokan dengan keras dapat menyebabkan bagian puncak lesi lepas,

    namun akan tumbuh kembali dengan sendirinya. Tidak ada tendensi untuk berubah ke arah

    keganasan. Akan tetapi melanoma, karsinoma sel basal, dan terkadang tumbuh di lesi

    keratosis seboroik.6 

    c)  Pemeriksaan Penunjang (Histopatologi)

    Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan

    histopatologi. Komposisi keratosis seboroik adalah sel basaloid dengan campuran sel

    skuamosa. Invaginasi keratin dan horn cyst merupakan karakteristiknya. Sarang-sarang sel

    skuamosa kadang dijumpai, terutama pada tipe irritated. Satu dari tiga keratosis seboroik

    terlihat hiperpigmentasi pada pewarnaan hematoksilin-eosin. Setidaknya ada 5 gambaran

    histologi yang dikenal : acanthotic (solid), reticulated (adenoid), hyperkeratotic

    (papilomatous), clonal dan irritated. Gambaran yang bertumpang tindih biasa dijumpai.7

    a) 

    Tipe acanthotic dibentuk oleh kolumna-kolumna sel basal dengan campuran horn

    cyst.

    Multipel keratosis seboroik pada warisan secara autosomal

    dominan

  • 8/17/2019 Lapsus Keratosis Seboroikkk

    10/18

     

     b)  Tipe reticulated mempunyai gambaran jalinan untaian tipis dari sel basal,

    seringkali berpigmen, dan disertai horn cyst yang kecil.

    c) 

    Tipe hiperkeratotik terlihat eksofilik dengan berbagai tingkat hiperkeratotis,

     papilomatosis dan akantosis. Terdapat sel basaloid dan sel skuamosa.

    d)  Tipe clonal mempunyai sarang sel basaloid intraepidermal

    e)  Pada tipe irritated, terdapat infiltrat sel yang mengalami inflamasi berat, dengan

    gambaran likenoid pada dermis bagian atas. Sel apoptotik terdapat pada dasar lesi

    yang menggambarkan adanya regresi imunologi pada keratosis seboroik. Kadang

    kala terdapat infiltrat sel yang mengalami inflamasi berat tanpa likenoid, Jarang

    terdapat netrofil yang berlebihan dalam infiltrat. Pada pemeriksaan dengan

    menggunakan mikroskop elektron menunjukkan bahwa sel basaloid yang kecil

     berhubungan dengan sel pada lapisan sel basal epidermis. Kelompok - kelompok

    melanososm yang sering membatasi membran dapat ditemukan di antara sel.7 

  • 8/17/2019 Lapsus Keratosis Seboroikkk

    11/18

     

    2.9 Diagnosis Banding.

    Berikut beberapa diagnosis banding keratosis seboroik:

    a) 

    Melanoma maligna

    Awalnya berupa tahi lalat yang berubah dalam warna, ukuran, mulai timbul gejala

    (terbakar, gatal, sakit), terjadi peninggian lesi, berkembangnya lesi satelit. Akademi

    dermatologi Amerika menekankan pentingnya evaluasi lesi berpigmen,yaitu: A =

    asimetri, B = border irregularity, C = color variegation, D = Diameter lebih dari 0,6

    mm.

    b)  Nevus pigmentosus

     Nevus pigmentosus dapat terjadi disemua tempat termasuk membrana mukosa dekat

     permukaan tubuh. Lesi dapat datar, papuler, atau papulomatosa biasanya berukuran 2-

    4mm. papul berbatas tegas dan mengkilat dengan permukaan agak licin, umumnya

     berambut.

    c)  Keratosis aktinik

    Terjadi akibat paparan dengan sinar matahari kronis. Gambaran klinis berupa makula

    atau plak kecoklatan, bentuk irregular, dapat soliter atau multiple, berbatas tegas,

  • 8/17/2019 Lapsus Keratosis Seboroikkk

    12/18

     permukaan yang kasar, kering, dan squama yang melekat. Lebih baik diidentifikasi

    dengan palpasi karena teksturnya seperti kertas amplas.8 

    2.10 Penatalaksanaan

    Tidak ada penanganan spesifik pada keratosis seboroik karena tidak adanya tendensi

    untuk berubah menjadi keganasan. Jika lesi tidak memberikan gejala, pengangkatan tidak

     penting, namun jika memberikan gejala atau tidak dapat diterima dari segi kosmetik, dapat

    diangkat. Sebelum dilakukan pengangkatan, pasien harus diberi informasi bahwa lesi baru

    akan terus muncul.

    Penanganan dapat berupa medikamentosa dan pembedahan, yang akan dibicarakan

    lebih lanjut dibawah ini :

    a)  Medikamentosa

      Keratolytic agent

    Dapat menyebabkan epitelium yang menanduk menjadi mengembang, lunak,

    maserasi kemudian deskuamasi.

    1.   Amonium lactat lotion

    Mengandung asam laktat dan asam alfa hidroxi yang mempunyai daya

    keratolitik dan memfasilitasi pelepasan sel-sel keratin. Sedian 15% dan 5%

    strenght; 12% strenght dapat menyebabkan iritasi muka karena menjadikan sel-sel

    keratin tidak beradesi.

    2.  trichloroacetic acid

    Membakar kulit, keratin dan jaringan lainya. Dapat menyebabkan iritasi

    lokal. Pengobatan keratosis seboroik dengan 100% trichloroacetic acid dapat

    menghilangkan lesi, tepi penggunaanya harus ditangan profesional yang ahli.

  • 8/17/2019 Lapsus Keratosis Seboroikkk

    13/18

    Terapi topikal dapat digunakan tazarotene krim 0,1% dioles 2 kali sehari dalam 16

    minggu menunjukkan perbaikan keratosis seborik pada 7 dari 15 pasien.9 

     b)  Terapi Bedah

    1.  Krioterapi

    Merupakan bedah beku dengan menggunakan cryogen bisa berupa nitrogen

    cair atau karbondioksid padat. Mekanismenya adalah dengan membekukan sel-sel

    kanker, pembuluh darah dan respon inflamasi lokal. Pada keratosis seboroik bila

     pembekuan terlalu dingin maka dapat menimbulkan skar atau hiperpigmentasi, tetapi

    apabila pembekuan dilakukan secara minal diteruskan dengan kuretase akan

    memberikan hasil yang baik secara kosmetik.

    2.  Terapi Bedah listrik

    Bedah listrik (electrosurgery) adalah suatu cara pembedahan atau tindakan

    dengan perantaraan panas yang ditimbulkan arus listrik boiak-balik berfrekwensi

    tinggi yang terkontrol untuk menghasilkan destruksi jaringan secara selektif agar

     jaringan parut yang terbentuk cukup estetis den aman baik bagi dokter maupun

     penderita. Tehnik yang dapat dilakukan dalam bedah listrik adalah :

    elektrofulgurasi, elektrodesikasi, elektrokoagulasi, elektroseksi atau elektrotomi,

    elektrolisis den elektrokauter.10 

  • 8/17/2019 Lapsus Keratosis Seboroikkk

    14/18

     Elektrodesikasi

    Merupakan salah satu teknik bedah listrik. Elektrodesikasi dan kuret dilakukan

    di bawah prosedur anestesia lokal, awalnya tumor dikuret, kemudian tepi dan

    dasar lesi dibersihkan dengan elektrodesikasi, diulang-ulang selama dua kali.

    Prosedur ini relatif ringkas, praktis, dan cepat serta berbuah kesembuhan. Namun

    kerugiannya, prosedur ini sangat tergantung pada operator dan sering

    meninggalkan bekas berupa jaringan parut. 10 

    3.  Laser CO2

    Sinar Laser adalah suatu gelombang elektromagnetik yang memiliki panjang

    tertentu, tidak memiliki efek radiasi dan memiliki afinitas tertentu terhadap suatu

     bahan/target. Oleh karena memiliki sel target dan tidak memiliki efek radiasi

    sebagaimana sinar lainnya, ia dapat digunakan untuk tujuan memotong jaringan,

    membakar jaringan pada kedalaman tertentu, tanpa menimbulkan kerusakan pada

     jaringan sekitarnya. Sebagai pengganti pisau bedah konvensional, memotong

     jaringan sekaligus membakar pembuluh darah sehingga luka praktis tidak

     berdarah saat memotong. 10 

    4.  Bedah scalpel

    Satu cara konservatif namun tetap dipakai sampai sekarang ialah bedah

    skalpel. Umumnya karena invasi tumor sering tidak terlihat sama dengan tepi lesi

    dari permukaan, sebaiknya bedah ini dilebihkan 3-4 mm dari tepi lesi agar yakin bahwa seluruh isi tumor bisa terbuang. Keuntungan prosedur ini ialah tingkat

    kesembuhan yang tinggi serta perbaikan kosmetis yang sangat baik.9,10 

  • 8/17/2019 Lapsus Keratosis Seboroikkk

    15/18

     

    BAB III

    Refleksi kasus

    3.1 Identitas pasien

     Nama Pasien : Ny. SW

    Umur : 40 tahun

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Status : Menikah

    Pekerjaan : Pedagang sayur

    Alamat : Serut, Panti Jember

    Suku : Madura

    Agama : Islam

    3.2 Anamnesis

      Keluhan utama

    Terdapat bercak-bercak berwarna coklat di daerah bawah mata dan pipi kiri.

      Riwayat Penyakit Sekarang

    Pasien mengeluhkan di bawah mata kanan dan kiri serta pipi kiri muncul

     bercak-bercak berwarna coklat. Pasien mengatakan keluhan sudah lama dirasakan,

    kurang lebih sudah 4 tahun. Pada awalnya bercak yang muncul hanya sedikit dan

    kecil-kecil, tapi lama-kelamaan makin banyak dan membesar. Pasien tidak

    mengeluh gatal maupun nyeri, tetapi merasa terganggu secara kosmetik karena

    adanya bercak tersebut. Pasien beraktivitas sebagai pedagang sayur sehari-hari,

    dimana sering kontak dengan panas matahari.

     

    Riwayat Penyakit Dahulu 

    Riwayat penyakit serupa (-)

      Riwayat Penyakit Keluarga 

    Saudara kandungnya juga mengalami gejala yang sama dengan dirinya

      Riwayat Pengobatan 

    Belum diobati

      Riwayat Alergi 

    Pasien tidak alergi terhadap makanan ataupun obat-obatan

  • 8/17/2019 Lapsus Keratosis Seboroikkk

    16/18

     

    3.3 Status generalis

      Kesadaran : compos mentis

      Keadaan umum : baik

      Kepala / leher : dalam batas normal

      Jantung : dalam batas normal

      Paru : dalam batas normal

      Abdomen : dalam batas normal

      Extremitas : dalam batas normal

     

    Genitalia : dalam batas normal

    3.4 Status dermatologi

      Regio Facialis: Didapatkan papula dan plak di regio fasialis infra orbita

    dextra et sinistra serta di regio zigoma sinistra. Papula dan plak

    hiperpigmentasi dengan ukuran bervariasi dari 1 cm hingga 2,5 cm, warna

    coklat kehitaman, konsistensi lunak dan batas jelas.

    3.5 Diagnosis banding

       Nevus Pigmentosus

      Keratosis senilis

      Melanoma maligna

    3.6 Diagnosis kerja

      Keratosis seboroik

  • 8/17/2019 Lapsus Keratosis Seboroikkk

    17/18

     

    3.7 Penatalaksanaan

      Elektrokauter

      Fusidic acid 2% 2dd ue

  • 8/17/2019 Lapsus Keratosis Seboroikkk

    18/18

     

    BAB IV

    DAFTAR PUSTAKA

    1.  Rata IGAK. Tumor Kulit. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit

    Kulit dan Kelamin. 5 ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007. p. 229-30.

    2.  Thomas VD, Swanson AN, Lee KK. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI,

    Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fi tzpatrick’s Dermatology in General

    Medicine. Edisi ke-7. New York: McGraw Hill; 2008. p.1054-1056

    3.  Jain, S. 2012. Epidermis-Basic Science and Immunology. In: Dermatology, Ilustrated

    Study Guide and Comprehensive Board Review. USA: Springer. p.2-10.

    4.  Spielvogel RL. Dalam: Grant-Kels JM, Editor. Color Atlas of Dermatopathology.

     New York: Informa: 2007.p. 173-183

    5.  Quinn AG, Perkins W. Non Melanoma Skin Cancer And Other Epidermal Skin

    Tumours: Seborrhoeic Keratosis. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C,

    editors. Rook's Textbook of Dermatology. 8 ed. London: Blackwell Scientific; 2010.

     p. 52.38-52.40.

    6.  Grossman D, Leffell DJ. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA,

    Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi

    ke-7. New York: McGraw Hill; 2008. P. 1028-1036

    7.  Bhawan Jag. Dalam: Grant-Kels JM, Editor. Color Atlas of Dermatopathology. New

    York: Informa: 2007.p. 192-193

    8.  Sober AJ, et-al. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS,

    Leffell DJ, editor. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-7. New

    York: McGraw Hill; 2008. P. 1143-1145

    9.  Tanojo H, Yenny SW, Lestari S. Perbandingan Terapi Keratosis Seboroik Wajah

    dengan Teknik Split-face antara Laser Karbon Dioksida dengan Elektrodesika. CDK-

    201. 2013;40(2).

    10. Soon SL, Washington CV. Electrosurgery, electrocoagulation, electrofulguration,

    electrodesiccation, electrosection, electrocautery. Dalam: Robinson JK, Hanke CW,

    Siegel DM, Fratila A,eds. Surgery of the skin - procedural dermatology. Edisi ke-2.

    China: Mosby Elsevier; 2010. h.137-52.