lapres 2 si haksari new
DESCRIPTION
lapersTRANSCRIPT
W1Ptot=W1+W2+W3
R
S
T
0
W2
W3
PERCOBAAN II
PENGUKURAN DAYA LISTRIK
NAMA : HAKSARI LAKSMI BESTARI
NIM : 1404405066
KELOMPOK : 15
TANGGAL ` : 11 OKTOBER 2015
LABORATORIUM PENGUKURAN LISTRIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
2015
LABORATORIUMPENGUKURAN LISTRIK
TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS UDAYANA
BAB II
PENGUKURAN DAYA LISTRIK
II.1 Tujuan Percobaan
Untuk mengenal berbagai metode pengukuran daya listrik dan
mengetahui beberapa perbedaannya.
II.2 Alat – Alat Percobaan
1. Voltmeter
2. Amperemeter
3. Wattmeter 1Φ (Fasa)
4. Wattmeter 3Φ (Fasa)
5. Panel Percobaan
6. Konektor
II.3 Dasar Teori
III.3.1 Definisi Daya
Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam
sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energi yang digunakan untuk
melakukan kerja atau usaha. Daya memiliki satuan Watt, yang merupakan
perkalian dari Tegangan (volt) dan arus (amphere). Daya dinyatakan dalam P,
Tegangan dinyatakan dalam V dan Arus dinyatakan dalam I, sehingga besarnya
daya dinyatakan :
P = V x I ......................................................................... (2.1)
Pada dasarnya daya yang diserap oleh suatu elemen adalah hasil
perkalian antara besar tegangan terminal-terminal elemen dan arus yang melintasi
elemen tersebut.
Jika tegangan sesaat yang dikenakan terhadap elemen tersebut adalah
berbentuk sinusoidal,
V = V m cos ωt……………..........…………..……….(2.2)
maka arus yang mengalir melintasi elemen tersebut adalah:
I = I m cos (ωt − φ ) ………….....……………............(2.3)
dimana:
φ : sudut beda phase antara V dan I, dengan tanda positif untuk I lagging
terhadap V dan bertanda negatif untuk I leading terhadap V.
Maka daya sesaat (instanteneus power) yang diserap elemen adalah:
S= V x I= V m I m cos ωt cos (ωt − φ)
………………….(2.4)
dengan menerapkan identitas trigonometri maka diperoleh:
S = 0,5 V m I m cos ϕ + 0,5 V m I m cos (2 ωt − ϕ ) …………(2.5)
Daya rata-rata adalah kerja rata-rata atau energi yang dihantarkan per
satuan waktu. Daya sesaat adalah limit daya rata-rata ketika selang waktu Δt
mendekati nol. Harga rata-rata dan daya sesaat di atas adalah:
P = V I cos ϕ …………………….………….(2.6)
dimana:
V =V m
2 : nilai rms dari tegangan
dan
I =Im
2 : nilai rms dari arus
Dari persamaan (2.2) di atas yang merupakan harga rata-rata dari daya
sesaat yang disebut daya aktif atau nyata yang berdimensi Watt sedangkan cos φ
disebut faktor daya. Daya listrik dibagi tiga macam daya yaitu sebagai berikut :
1. Daya Aktif
Daya aktif (Active Power) adalah daya yang terpakai untuk melakukan
energi sebenarnya. Satuan daya aktif adalah Watt. Daya ini digunakan secara
umum oleh konsumen dan dikonversikan dalam bentuk kerja. Perhitungan daya
aktif untuk satu phase dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan 2.6.
Adapun persamaan daya aktif untuk tiga phase adalah sebagai berikut :
P = √3 . V. I . cos φ .......................................... (2.7)
Dimana :
P = Daya Nyata (Watt)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus yang mengalir pada penghantar (Ampere)
cos φ = Faktor Daya
2. Daya Reaktif
Daya reaktif adalah jumlah daya yang diperlukan untuk pembentukan
medan magnet. Dari pembentukan medan magnet maka akan terbentuk fluks
medan magnet. Contoh daya yang menimbulkan daya reaktif adalah
transformator, motor, dan lain-lain. Satuan daya reaktif adalah Var. Persamaan
daya reaktif untuk satu phase sebagai berikut :
Q = V . I . sin φ ................................................... (2.8)
Sedangkan persamaan daya reaktif untuk tiga phase sebagai berikut :
Q = √3 . V. I . sin φ .......................................... (2.9)
Dimana :
Q = Daya reaktif (VAR)
V = Tegangan (Volt)
I = Arus (Amper)
sin φ = Faktor Daya
3. Daya Semu
Daya semu (Apparent Power) adalah daya yang dihasilkan oleh perkalian
antara tegangan dan arus dalam suatu jaringan. Daya semu merupakan daya listrik
yang melalui suatu penghantar transmisi atau distribusi. Satuan daya semu adalah
VA. Persamaan daya semu untuk satu phase adalah sebagai berikut :
S = V x I ……….......……………………….….(2.10)
Sedangkan persamaan daya semu untuk tiga phase sebagai berikut :
S = √3 x V x I …………………..….....……….(2.11)
Dimana :
S = Daya semu (VA)
V = Tegangan (Volt)I = Arus yang mengalir pada penghantar (Ampere)
Vs
A
V+-
BEBAN
Vs
A
V
BEBAN
+-
II.4 Langkah – Langkah Percobaan
II.4.1 Pengukuran Daya 1 Phase
II.4.1.1 Metode Volt-Ampere Meter
Daya dapat dihitung dengan rumus:
P = V I …………………..………………….(2.12)
Gambar 2.2 Rangkaian I Metode Volt- Gambar 2.3 Rangkaian II Metode Volt-
Ampere meter Ampere meter
1. Siapkan rangkaian percobaan seperti gambar 2.2 pada panel yang
tersedia.
2. Telitilah apakah rangkaian yang anda buat sudah benar!
3. Siapkan beban dengan cermat minimal 10 buah yang nilainya
berbeda-beda (lakukan kombinasi dan beban yang tersedia).
4. Hubungkan beban pertama, catat penunjuk Voltmeter dan
Amperemeter
5. Lakukan prosedur yang sama untuk beban-beban yang lain dan jaga V
konstan. Tabulasikan hasilnya dalam tabel.
6. Buat rangkaian percobaan seperti gambar 2.3. pada panel.
7. Lakukan prosedur 1 sampai 5 diatas untuk rangkaian ini.
V2
V1V3
VSBeban
R
V3
V1
V2 = I R
Φ
Tabel 2.1 Hasil Pengukuran Metode Volt-Ampere Meter
Beban
(Watt)
I II
V1 I1 P1=V1I1 V2 I2 P2=V2I2
II.4.1.2 Metode Tiga Voltmeter
Gambar 2.4 Metode Tiga Voltmeter
Untuk metode ini daya dapat dihitung dengan formula:
P = 1
2 R(V
32 − V
22 − V
12 )
..………………………(2.13)
1. Buat rangkaian percobaan gambar 2.4 pada panel
2. Pastikanlah bahwa rangkaian telah benar.
3. Siapkan beban minimal 10 buah yang nilainya berbeda-beda (lakukan
kombinasi dan beban-beban tersebut).
4. Hubungkan beban pertama, catat harga yang ditunjukkan ketiga
Voltmeter.
5. Lakukan pengukuran untuk beban-beban yang lain yang tersedia dan
catat hasilnya ke dalam tabel.
A1A3
VSBeban
R I3
R
VI 2
I1
ΦA2
Tabel 2.2 Hasil Pengukuran Metode Tiga Voltmeter
R=…….
Beban (Watt) V1(Volt) V2(Volt) V3(Volt)P = 1
2 R(V
32 − V
22 − V
12 )
II.4.1.3 Metode Tiga Amperemeter
Daya dihitung dengan rumus:
P =− R2
( I32 −I
22 −I
12 )
………………….………(2.14)
Gambar 2.5 Metode Tiga Amperemeter
1. Buat rangkaian percobaan sesuai gambar 2.5.
2. Lakukan pengukuran terhadap setiap beban yang tersedia.
3. Catat hasil penunjukan ketiga Amperemeter ke dalam tabel.
Tabel 2.3 Hasil Pengukuran Metode Tiga Amperemeter
R=…...
Beban (Watt)I1
(Ampere)
I2
(Ampere)
I3
(Ampere) P =− R
2( I
32 − I
22 − I
12)
II.4.1.4 Metode Wattmeter
VSBeban
W
W1Ptot=W1+W2+W3
R
S
T
W2
W3
1. Buat rangkaian percobaan seperti gambar 2.6.
2. Siapkan beberapa beban dan berbagai kombinasi yang mungkin.
3. Hubungkan beban satu-persatu dan catat hasil penunjukan Wattmeter
ke dalam tabel.
Gambar 2.6 Rangkaian Metode Wattmeter
Tabel 2.4 Hasil Pengukuran Metode Wattmeter
Beban (Watt) Wattmeter
II.4.2 Pengukuran Daya 3 Phase
II.4.2.1 Metode Tiga Wattmeter 1 Phase
1. Buatlah rangkaian percobaan seperti gambar 2.7.
2. Siapkan beberapa buah beban (lakukan kombinasi).
3. Hubungkan beban secara bertahap dan catat penunjukan ketiga
Wattmeter untuk setiap beban ke dalam tabel.
W1
W1
W1
W2
W2
W2
Ptot=W1+W2R
S
T
Gambar 2.7 Rangkaian Metode Tiga Wattmeter 1 Phase
II.4.2.2 Metode Dua Wattmeter
Gambar 2.8 Rangkaian Metode dua Wattmeter
1. Buatlah rangkaian percobaan seperti gambar 2.8.
2. Siapkan beberapa beban.
3. Hubungkan beban satu-persatu dan catat penunjukan kedua Wattmeter
pada tabel.
Tabel 2.5 Hasil Pengukuran Metode Dua Wattmeter
Beban W1 W2 PTOT W1 W2 PTOT
II.5 Data Hasil Percobaan
Adapun data hasil percobaan yang telah kami peroleh pada praktikum
pengukuran daya listrik ini yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.6 Pengukuran Daya 1 Phase dengan Metode Volt-Amperemeter
Beban(Watt)
I II
V1
(Volt)I1
(Ampere)P1= V1.I1
(Watt)V2
(Volt)I2
(Ampere)P2= V2.I2
(Watt)
40 216,3 0,167 36,12 217,0 0,167 36,24
80 216,8 0,334 72,4 216,7 0,334 72,38
120 216,3 0,511 110,53 216,4 0,511 110,58
Tabel 2.7 Pengukuran Daya 1 Phase dengan Metode Tiga Voltmeter
Beban (Watt)
V1 (Volt) V2 (Volt) V3 (Volt) P = 1
2 R(V3²-V2²-V1²)
40 217 1,769 216,6 8,83 Watt
80 217 3,530 214,6 52,42 Watt
120 217 5,21 213,0 87,36 Watt
R = 10 Ω
Tabel 2.8 Pengukuran Daya 1 Phase dengan Metode Tiga Amperemeter
Beban (Watt)
I1 (Ampere) I2 (Ampere) I3 (Ampere) P = -R2 (I3²-I2²-I1²)
40 0,169 0,046 0,216 0,08 Watt
80 0,339 0,046 0,386 0,16 Watt
120 0,507 0,046 0,553 0,23 Watt
R = 10 Ω
Tabel 2.9 Pengukuran Daya 1 Phase dengan Metode Wattmeter
Beban (Watt) Wattmeter
40 217,3 V x 0,167 A = 36,29 Watt
80 216,7 V x 0,334 A = 72,38 Watt
120 216,8 V x 0,511 A = 110,78 Watt
Tabel 2.10 Pengukuran Daya 3 Phase Metode Dua Wattmeter
Beban
(Watt)
W1 W2 Ptotal
40 225,8V x 0,169A = 38,16W 219,8V x 0,168A =
36,92W
W1+W2=75,08W
60 225,2V x 0,23A = 51,79W 220,0V x 0,246A = 54,12W W1+W2=105,91W
100 225,5V x 0,42A = 94,71W 219,7V x 0,431A = 94,69W W1+W2=189,4W
Daerah 3
II.6 Analisa Data Hasil Percobaan
II.6.1 Pengukuran Daya 1 Phase dengan Metode Volt-Amperemeter
Dalam sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energi yang
digunakan untuk melakukan kerja atau usaha. Pada percobaan ini beban yang
digunakan sebesar 40 Watt, 80 Watt, dan 120 Watt, sehingga diperoleh data
sebagai berikut :
Tabel 2.11 Pengukuran Daya 1 Phase dengan Metode Volt-Amperemeter
Beban(Watt)
I II
V1
(Volt)I1
(Ampere)P1= V1.I1
(Watt)V2
(Volt)I2
(Ampere)P2= V2.I2
(Watt)
40 216,3 0,167 36,12 217,0 0,167 36,24
80 216,8 0,334 72,4 216,7 0,334 72,38
120 216,3 0,511 110,53 216,4 0,511 110,58
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat dihitung persentase
kesalahan nilai pengukuran daya dengan menggunakan persamaan berikut :
%kesalahan = |Ppengukuran−PteoriPteori | x 100% ...................(2.15)
Dengan menggunakan persamaan 2.15, dapat dihitung besar persentase
kesalahan pengukuran untuk masing-masing beban yaitu :
1. Pada Rangkaian 1
a. Beban 40 Watt
%kesalahan = |36,12−4040 | x 100%
= 9,7 %
b. Beban 80 Watt
%kesalahan = |72,4−8080 | x 100%
= 9,5 %
c. Beban 120 Watt
%kesalahan = |110,53−120120 | x 100%
= 7,8 %
2. Pada Rangkaian II
a. Beban 40 Watt
%kesalahan = |36,24−4040 | x 100%
= 9,4 %
b. Beban 80 Watt
%kesalahan = |72,38−8080 | x 100%
= 9,5 %
c. Beban 120 Watt
%kesalahan = |110,58−120120 | x 100%
= 7,8 %
Tabel 2.12 Data Hasil Percobaan dan Persentase Kesalahan Pengukuran
Beban (W) P1 (W) %kesalahan P2 (W) %kesalahan40 36,12 9,7% 36,24 9,4%80 72,4 9,5% 72,38 9,5%120 110,53 7,8% 110,58 7,8%
Dari tabel 2.12, dapat dilihat bahwa pengukuran daya 1 phase dengan
metode volt-amperemeter memiliki persentase kesalahan karena terdapat
perbedaan nilai daya teori dan daya hasil pengukuran. Sehingga dapat dibuat
grafik perbandingan daya teori dan praktikum sebagai berikut.
Gambar 2.9 Grafik Perbandingan Nilai Daya Teori dan Praktikum Pada Rangkaian I
Berdasarkan gambar 2.9, dapat dilihat terjadi penyimpangan garis
merah dan garis biru. Garis merah mewakili daya teori dan garis biru mewakili
daya pratikum. Adanya penyimpangan disebabkan oleh perbedaan nilai antara
daya secara teori dan daya praktikum. Ketika daya teori sebesar 40 W, daya
praktikumnya sebesar 36,12 W. Sedangkan ketika daya teori sebesar 80 W, daya
praktikumnya sebesar 72,14 W dan daya teori sebesar 120 W, daya praktikumnya
sebesar 110,53 W. Pada metode volt-amperemeter di rangkaian I, perbandingan
daya teori dan daya praktikum mengalami penyimpangan yaitu beban 40W
sebesar 9,7%, beban 80W sebesar 9,5%, dan beban 120W sebesar 7,8%.
Kesalahan pengukuran yang terjadi saat praktikum disebabkan oleh adanya
kesalahan pada alat ukur itu sendiri, maupun faktor eksternal seperti pemanasan
alat ukur dan pengaruh medan elektromagnetik. Selain itu, kesalahan pengukuran
dapat juga dipengaruhi oleh tegangan pada masing-masing beban dimana
tegangannya kurang dari 220 V. Tegangan pada beban 40 W dan 120 W adalah
216,3 V serta pada beban 80 W adalah 216,8 V.
Gambar 2.10 Grafik Perbandingan Daya Teori dan Praktikum Pada Rangkaian II
Berdasarkan gambar 2.10, dapat dilihat terjadi penyimpangan garis
merah dan garis biru. Garis merah mewakili daya teori dan garis biru mewakili
daya praktikum. Adanya penyimpangan disebabkan oleh perbedaan nilai antara
daya secara teori dan daya praktikum. Ketika daya teori sebesar 40 W, daya
praktikumnya sebesar 36,24 W. Sedangkan ketika daya teori sebesar 80 W, daya
praktikumnya sebesar 72,38 W dan daya teori sebesar 120 W, daya praktikumnya
sebesar 110,58 W. Pada metode volt-amperemeter di rangkaian II, perbandingan
daya teori dan daya praktikum mengalami penyimpangan yaitu beban 40W
sebesar 9,4%, beban 80W sebesar 9,5%, dan beban 120W sebesar 7,8%.
Kesalahan pengukuran yang terjadi saat praktikum disebabkan oleh adanya
kesalahan pada alat ukur itu sendiri, maupun faktor eksternal seperti pemanasan
alat ukur dan pengaruh medan elektromagnetik. Selain itu, kesalahan pengukuran
dapat juga dipengaruhi oleh tegangan pada masing-masing beban dimana
tegangannya kurang dari 220 V. Tegangan pada beban 40 W adalah 217,0 V, pada
beban 80 W adalah 216,7 V serta pada beban 120 W adalah 216,4 V.
II.6.2 Pengukuran Daya 1 Phase dengan Metode Tiga Voltmeter
Daya satu phase dapat diukur dengan menggunakan metode tiga
voltmeter. Pada percobaan ini beban yang digunakan sebesar 40 Watt, 80 Watt,
dan 120 Watt serta besarnya hambatan yang digunakan adalah 10 Ω, sehingga
diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 2.13 Pengukuran Daya 1 Phase dengan Metode Tiga Voltmeter
Beban (Watt)
V1 (Volt) V2 (Volt) V3 (Volt) P = 1
2 R(V3²-V2²-V1²)
40 217 1,769 216,6 8,83 Watt
80 217 3,530 214,6 52,42 Watt
120 217 5,21 213,0 87,36 Watt
Berdasarkan hasil perhitungan daya di atas, dapat dihitung persentase
kesalahan nilai pengukuran daya dengan menggunakan persamaan 2.15 sebagai
berikut :
1. Beban 40 Watt
%kesalahan = |8,83−4040 | x 100%
= 77,9 %
2. Beban 80 Watt
%kesalahan = |52,42−8080 | x 100%
= 34,4 %
3. Beban 120 Watt
%kesalahan = |87,36−120120 | x 100%
= 27,2 %
Tabel 2.14 Data Hasil Percobaan dan Persentase Kesalahan Pengukuran
Beban (W) P (W) %kesalahan40 8,83 77,9%80 52,42 34,4%120 87,36 27,2%
Dari tabel 2.14, dapat dilihat bahwa pengukuran daya 1 phase dengan
metode tiga voltmeter memiliki persentase kesalahan karena terdapat perbedaan
nilai daya teori dan daya hasil pengukuran. Sehingga dapat dibuat grafik
perbandingan daya teori dan praktikum sebagai berikut.
Gambar 2.11 Grafik Perbandingan Daya Teori dan Praktikum
Berdasarkan gambar 2.11, dapat dilihat terjadi penyimpangan garis
merah dan garis biru. Garis merah mewakili daya teori dan garis biru mewakili
daya praktikum. Adanya penyimpangan disebabkan oleh perbedaan nilai antara
daya secara teori dan daya praktikum. Ketika daya teori sebesar 40 W, daya
praktikumnya sebesar 8,83 W. Sedangkan ketika daya teori sebesar 80 W, daya
praktikumnya sebesar 52,42 W dan daya teori sebesar 120 W, daya praktikumnya
sebesar 87,36 W. Pada metode tiga voltmeter, perbandingan daya teori dan daya
praktikum mengalami penyimpangan yaitu beban 40W sebesar 77,9%, beban
80W sebesar 34,4%, dan beban 120W sebesar 27,2%. Kesalahan pengukuran
yang terjadi saat praktikum disebabkan oleh adanya kesalahan pada alat ukur itu
sendiri, maupun faktor eksternal seperti pemanasan alat ukur dan pengaruh medan
elektromagnetik. Selain itu, kesalahan pengukuran dapat juga dipengaruhi oleh
tegangan pada masing-masing voltmeter berbeda untuk setiap beban dimana
tegangannya kurang dari 220 V. Pada beban 40 W, tegangan di voltmeter 1 adalah
217 V, tegangan di voltmeter 2 adalah 1,769 V, dan tegangan di voltmeter 3
adalah 216,6 V. Tegangan pada voltmeter 2 lebih kecil dibandingkan dengan
tegangan di voltmeter 1 dan 3 karena terdapat hambatan yang dipasang paralel
dengan voltmeter 2.
II.6.3 Pengukuran Daya 1 Phase dengan Metode Tiga Amperemeter
Daya satu phase dapat diukur dengan menggunakan metode tiga
amperemeter. Pada percobaan ini beban yang digunakan sebesar 40 Watt, 80
Watt, dan 120 Watt dan besarnya hambatan yang digunakan adalah 10 Ω,
sehingga diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 2.15 Pengukuran Daya 1 Phase dengan Metode Tiga Amperemeter
Beban (Watt)
I1 (Ampere) I2 (Ampere) I3 (Ampere) P = -R2 (I3²-I2²-I1²)
40 0,169 0,046 0,216 0,08 Watt
80 0,339 0,046 0,386 0,16 Watt120 0,507 0,046 0,553 0,23 Watt
Berdasarkan hasil perhitungan daya di atas, dapat dihitung persentase
kesalahan nilai pengukuran daya dengan menggunakan persamaan 2.15 sebagai
berikut :
1. Beban 40 Watt
%kesalahan = |0,08−4040 | x 100%
= 99,8 %
2. Beban 80 Watt
%kesalahan = |0,16−8080 | x 100%
= 99,8 %
3. Beban 120 Watt
%kesalahan = |0,23−120120 | x 100%
= 99,8 %
Tabel 2.16 Data Hasil Percobaan dan Persentase Kesalahan Pengukuran
Beban (W) P (W) %kesalahan40 0,08 99,8%80 0,16 99,8%120 0,23 99,8%Dari tabel 2.16, dapat dilihat bahwa pengukuran daya 1 phase dengan
metode tiga amperemeter memiliki persentase kesalahan karena terdapat
perbedaan nilai daya teori dan daya hasil pengukuran. Sehingga dapat dibuat
grafik perbandingan daya teori dan praktikum sebagai berikut.
Gambar 2.12 Grafik Perbandingan Daya Teori dan Praktikum
Berdasarkan gambar 2.12, dapat dilihat terjadi penyimpangan garis
merah dan garis biru. Garis merah mewakili daya teori dan garis biru mewakili
daya praktikum. Adanya penyimpangan disebabkan oleh perbedaan nilai antara
daya secara teori dan daya praktikum. Ketika daya teori sebesar 40 W, daya
praktikumnya sebesar 0,08 W. Sedangkan ketika daya teori sebesar 80 W, daya
praktikumnya sebesar 0,16 W dan daya teori sebesar 120 W, daya praktikumnya
sebesar 0,23 W. Pada metode dengan tiga amperemeter, perbandingan daya teori
dan daya praktikum mengalami penyimpangan yang sangat besar yaitu 99,8%
pada masing-masing beban yang diberikan. Kesalahan pengukuran yang terjadi
saat praktikum disebabkan oleh adanya kesalahan pada alat ukur itu sendiri,
maupun faktor eksternal seperti pemanasan alat ukur dan pengaruh medan
elektromagnetik. Selain itu, kesalahan pengukuran dapat juga dipengaruhi oleh
arus yang mengalir pada masing-masing amperemeter berbeda untuk setiap beban.
Pada pengukuran daya listrik 1 phasa dengan metode 3 amperemeter
menggunakan alat ukur arus listrik yang dihubungkan secara seri dengan tahanan
dan pada beban seperti berikut:
Gambar 2.13 Rangkaian Pengukuran Daya Metode 3 Amperemeter
Berdasarkan pada rangkaian diatas, terlihat bahwa arus yang masuk sama
dengan arus yang keluar sebagaimana sesuai dengan Hukum Kirchoff I
(Kirchoff’s Current Law) sebagai berikut :
Imasuk = Ikeluar ...............................................................(2.16)
I3 = I1 + I2 ..................................................................(2.17)
Sebagai contoh perhitungan, ketika beban 120 W arus yang mengalir
pada amperemeter 3 sebesar 0,553 A lebih besar daripada arus pada amperemeter
1 sebesar 0,507 A dan amperemeter 2 sebesar 0,046 A. Hal ini membuktikan
bahwa arus masuk sama dengan arus keluar yang sesuai dengan hukum Kirchoff I
sebagai berikut :
Pada beban 120 W :
I3 = I1 + I2
0,553 A = 0,507 A + 0,046 A
0,553 A = 0,553 A
Arus listrik pada amperemeter 2 lebih kecil dibandingkan dengan arus
listrik di amperemeter 1 dan 3 karena terdapat hambatan yang dipasang seri
dengan amperemeter 2.
II.6.4 Pengukuran Daya 1 Phase dengan Metode Wattmeter
Daya satu phase dapat diukur dengan menggunakan metode wattmeter.
Wattmeter yang digunakan pada metode ini hanya satu wattmeter dimana
merupakan kombinasi satu voltmeter dan satu amperemeter. Pada percobaan ini
beban yang digunakan sebesar 40 Watt, 80 Watt, dan 120 Watt, sehingga
diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 2.17 Pengukuran Daya 1 Phase dengan Metode Wattmeter
Beban (Watt) Wattmeter
40 217,3 V x 0,167 A = 36,29 Watt
80 216,7 V x 0,334 A = 72,38 Watt
120 216,8 V x 0,511 A = 110,78 Watt
Berdasarkan hasil perhitungan daya di atas, dapat dihitung persentase
kesalahan nilai pengukuran daya dengan menggunakan persamaan 2.15 sebagai
berikut :
a. Beban 40 Watt
%kesalahan = |36,29−4040 | x 100%
= 9,2 %
b. Beban 80 Watt
%kesalahan = |72,38−8080 | x 100%
= 9,5 %
c. Beban 120 Watt
%kesalahan = |110,78−120120 | x 100%
= 7,6 %
Tabel 2.18 Data Hasil Percobaan dan Persentase Kesalahan Pengukuran
Beban (W) P (W) %kesalahan40 36,29 9,2%80 72,38 9,5%120 110,78 7,6%Dari tabel 2.18, dapat dilihat bahwa pengukuran daya 1 phase dengan
metode wattmeter memiliki persentase kesalahan karena terdapat perbedaan nilai
daya teori dan daya hasil pengukuran. Sehingga dapat dibuat grafik perbandingan
daya teori dan praktikum sebagai berikut.
Gambar 2.14 Grafik Perbandingan Daya Teori dan Praktikum
Berdasarkan gambar 2.14, dapat dilihat terjadi penyimpangan garis
merah dan garis biru. Garis merah mewakili daya teori dan garis biru mewakili
daya praktikum. Adanya penyimpangan disebabkan oleh adanya perbedaan
tegangan yang diperoleh pada saat praktikum dengan tegangan teori, dimana
secara teori tegangan AC normal memiliki nilai 220 V sedangkan saat praktikum
tegangan yang diperoleh yaitu kurang dari 220 V. Pada beban 40 V tegangannya
sebesar 217,3 V, pada beban 80 W tegangannya sebesar 216,7 V dan pada beban
120 W tegangannya sebesar 216,8 V. Perbandingan daya teori dan daya
praktikum pada metode wattmeter mengalami penyimpangan yaitu beban 40W
sebesar 9,2%, beban 80W sebesar 9,5%, dan beban 120W sebesar 7,6%.
II.6.5 Pengukuran Daya 3 Phase dengan Metode Dua Wattmeter
Daya tiga phase dapat diukur dengan menggunakan metode dua
wattmeter. Suatu metode pengukuran daya yang menggunakan dua wattmeter satu
phase, pengukurannya dilakukan pada jaringan. Besar daya setiap phase dapat
diketahui yaitu sebesar penunjukkan masing-masing wattmeter. Pada percobaan
ini beban yang digunakan sebesar 40 W, 60 W, dan 100 W. Pengukuran daya tiga
phase pada percobaan ini digunakan untuk mengukur daya di daerah 3 (rangkaian
phase S dan T). Dimana wattmeter pertama digunakan untuk mengukur daya
phase S dan wattmeter kedua untuk mengukur daya phase T. Besarnya daya total
merupakan penjumlahan penunjukan setiap wattmeter, sehingga diperoleh data
sebagai berikut :
Tabel 2.19 Pengukuran Daya 3 Phase Metode Dua Wattmeter
Beban (Watt)
W1 W2 Ptotal
40 225,8V x 0,169A = 38,16W 219,8V x 0,168A =
36,92W
W1+W2=75,08W
60 225,2V x 0,23A = 51,79W 220,0V x 0,246A = 54,12W W1+W2=105,91W
100 225,5V x 0,42A = 94,71W 219,7V x 0,431A = 94,69W W1+W2=189,4W
Berdasarkan hasil perhitungan daya total di atas, dapat dihitung
persentase kesalahan nilai pengukuran daya total dengan menggunakan persamaan
2.15 sebagai berikut :
a. Beban 40 Watt + 40 Watt
%kesalahan = |75,08−8080 | x 100%
= 6,15 %
b. Beban 60 Watt + 60 Watt
%kesalahan = |105,91−120120 | x 100%
= 11,7 %
c. Beban 100 Watt + 100 Watt
%kesalahan = |189,4−200200 | x 100%
= 5,3 %
Tabel 2.20 Data Hasil Percobaan dan Persentase Kesalahan Pengukuran
Beban (W) P (W) %kesalahan40 75,08 6,15%60 105,91 11,7%100 189,4 5,3%
Dari tabel 2.20, dapat dilihat bahwa pengukuran daya 1 phase dengan
metode dua wattmeter memiliki persentase kesalahan karena terdapat perbedaan
nilai daya teori dan daya hasil pengukuran. Sehingga dapat dibuat grafik
perbandingan daya teori dan praktikum sebagai berikut.
Gambar 2.15 Grafik Perbandingan Daya Teori dan Praktikum
Berdasarkan gambar 2.15, dapat dilihat terjadi penyimpangan garis
merah dan garis biru. Garis merah mewakili daya teori dan garis biru mewakili
daya hasil pengukuran. Kesalahan pengukuran yang terjadi selama percobaan
disebabkan oleh faktor internal dan eksternal, namun pada percobaan ini
kesalahan pengukuran tidak terlalu besar. Kesalahan pengukuran pada beban 40
W adalah 6,15%, beban 80 W adalah 11,7%, dan beban 100 W adalah 5,3%.
Selain itu penyimpangan juga dapat disebabkan oleh adanya perbedaan tegangan
yang diperoleh pada saat praktikum dengan tegangan teori, dimana secara teori
tegangan AC normal memiliki nilai 220 V sedangkan saat praktikum tegangan
yang diperoleh yaitu lebih dari 220 V pada wattmeter 1 dan kurang dari 220 V
pada wattmeter 2. Pada beban 40 V tegangan pada wattmeter 1 sebesar 225,8 V
dan pada wattmeter 2 sebesar 219,8 V. Tegangan di wattmeter 1 pada beban 80 W
adalah 225,2 V dan pada wattmeter 2 sama dengan tegangan AC normal yaitu
220,0 V. Sedangkan pada beban 100 W tegangan di wattmeter 1 adalah 225,5 V
dan pada wattmeter 2 adalah 219,7 V.
II.7 Jawaban Pertanyaan
Pertanyaan :
1. Hitunglah daya dan masing-masing metode pengukuran daya pada
percobaan ini
2. Setelah membandingkan hasil perhitungan rangkaian percobaan,
yang mana yang lebih dekat dengan kondisi sesungguhnya dari
kedua rangkaian percobaan untuk metode Volt-Amperemeter.
3. Secara keseluruhan hitunglah perbedaan antara penunjukan
Wattmeter dengan metode-metode lain.
4. Buatlah grafik Δ P (%) sebagai fungsi daya hasil perhitungan untuk
masing masing metode.
5. Berikan analisa penyebab penyimpangan-penyimpangan tersebut.
6. Pengukuran daya dengan metode Volt-Ampere sesungguhnya adalah
untuk pengukuran daya arus searah (DC). Kenapa metode ini dapat
digunakan dalam percobaan ini.
7. Apakah fungsi R dalam rangkaian percobaan metode tiga
Amperemeter dan 3 Voltmeter. Berikan saran anda tentang besar
nilai R (relatif) agar menghasilkan pengukuran yang baik.
8. Apa yang terjadi bila salah satu koil Wattmeter dibalik polaritasnya.
Berikan argumentasi anda.
9. Hitunglah perbedaan daya teoritis (sesungguhnya) dengan masing-
masing metode pengukuran:
Δ P (% )=[ Pmetodelain− Pwattmeter
Pwattmeter] x 100 %
10. Buatlah grafik Δ P (%) fungsi pengukuran untuk
masing - masing metode.
11. Buktikan secara teoritis bahwa daya suatu sistem 3 phase dapat
diukur dengan 2 Wattmeter.
12. Berikan analisa dan berikan kesimpulan.
II.8 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, terdapat beberapa kesimpulan
yaitu sebagai berikut :
1. Pengukuran daya satu phase dapat dilakukan dengan menggunakan
metode volt-amperemeter, metode tiga voltmeter, metode tiga
amperemeter, dan metode wattmeter. Sedangkan untuk pengukuran
daya tiga phase dapat dilakukan dengan menggunakan metode tiga
wattmeter 1 phase dan metode dua wattmeter.
2. Pada pengukuran daya dengan metode volt-amperemeter, voltmeter
dirangkai secara paralel terhadap beban dan amperemeter dirangkai
seri terhadap beban. Pada metode ini, besarnya daya dipengaruhi oleh
tegangan dan arus listrik.
3. Pada pengukuran daya dengan metode tiga voltmeter, digunakan tiga
buah voltmeter. Besarnya daya dipengaruhi oleh tegangan dan
tahanan.
4. Pada pengukuran daya dengan metode tiga amperemeter, digunakan
tiga buah amperemeter. Besarnya daya dipengaruhi oleh arus listrik
dan tahanan.
5. Pada pengukuran daya dengan metode wattmeter, digunakan satu
voltmeter dan satu amperemeter. Besarnya daya dipengaruhi oleh
tegangan dan arus listrik.
6. Pada pengukuran daya total dengan metode dua wattmeter di daerah 3
yang dilakukan untuk mengukur daya pada phase S dan phase T.
Besarnya daya total dengan menggunakan metode ini merupakan
Δ P (% )=[W metode − W teori
W teori] x 100 %
penjumlahan daya pada wattmeter pertama dan wattmeter kedua.
Dimana wattmeter pertama digunakan untuk mengukur daya phase S
dan wattmeter kedua untuk mengukur daya phase T.