laporan pendahuluan tumor paru.docx
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR PARU
Disusun Oleh:
1. Adinda Markline G (P27220011
003)
2. Annisa Baroroh (P27220011
007)
3. Aroshid Adi Jatmiko (P27220011
009)
4. Ayu Noerma Dewanti (P27220011
010)
5. Carina Tri Utami (P27220011
011)
6. Daryati (P27220011
012)
7. Deni Hastuti (P27220011
013)
8. Dewi Fitri Hastuti (P27220011
014)
DIII KEPERAWATAN REGULER
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTRIAN KESEHATAN SURAKARTA
2012
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Lebih dari 90% tumor paru merupakan tumor ganas, dan sekitar 95% tumor ganas ini
termasuk karsinoma bronkogenik. Bilamana kita menyebut kanker paru, maka yang
dimaksudkan adalah karsinoma bronkogenik, karena kebanyakan tumor ganas primer dari
sistem pernapasan bagian bawah bersifat epithelial dan berasal dari mukosa percabangan
bronchi.
Menurut Hood Alsagaff, dkk (1993), karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru
primer yang berasal dari saluran nafas. Sedangkan menurut Susan Wilson dan June
Thompson (1990), kanker paru adalah suatu pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel
anaplastik dalam paru.
Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price, Pathofisiologi, 1995).
B. Anatomi dan Fisiologi
Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring, trakhea, bronkus,
bronkiolus, dan alveoli. Didalamnya trdapat suatu sistem yang sedemikian rupa dapat
menghangatkan udara sebelum sampai ke alveoli. Terdapat juga suatu sistem pertahanan
yang memungkinkan kotoran atau benda asing yang masuk dapat dikeluarkan baik melaui
batuk ataupun bersin.
Anatomi sistem pernapasan
1. Saluran pernapasan bagian atas
a. Rongga hidung
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung
vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi secara terus menerus oleh sel-
sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke
nasofaring oleh gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran,
melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru.
b. Faring
Faring adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke laring.
Faring dibagi menjadi tiga region: nasofaring, orofaring, laringofaring. Fungsi
utamanya adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorium dan digestif.
c. Laring
Laring adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dengan trakhea.
Fungsi utamanya adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi. Laring juga
melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.
2. Saluran pernapasan bagian bawah
a. Trakhea
Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang
panjangnya kurang lebih 5 inchi, tempat dimana trakhea bercabang menjadi bronkus
utama kiri dan kanan dikenal sebagai karina. Karina memilki banyak saraf dan dapat
menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat jika dirangsang.
b. Bronkus
Terdiri atas dua bagian yaitu kanan dan kiri. Bronkus kanan lebih pendek dan lebar,
merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya hampir vertikal. Bronkus kiri lebih
panjang dan lebih sempit, merupakan kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang lebih
tajam. Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang menjadi bronkus lobaris
kemudian bronkus segmentalis. Bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh sel-sel yang
permukaannya dilapisi oleh rambut pendek yang disebut silia, yang berfungsi untuk
mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru menuju laring.
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak
mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudianmenjadi
bronkiolus respiratori yang menjadi saluran transisional antara jalan udara konduksi
dan jalan udara pertukaran gas.
c. Alveoli
1
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel-sel alveolar, sel
alveolar tipe 1 adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel alveolar tipe 2
sel-sel yang aktif secara metabolic, mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang
melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar tipe3
adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagositosis yang besar yang memakan benda
asing dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan penting.
d. Paru
Paru adalah organ tubuh yang berperan dalam sistem pernapasan (respirasi) yaitu
proses pengambilan osigen (O2) dari udara bebas saat menarik napas, melaui saluran
nafas (bronkus) dan sampai di dinding alveoli (kantong udara) O2 akan ditransfer ke
pembuluh darah yang didalamnya mengalir antara lain sel-sel darah merah untuk
dibawa ke sel-sel diberbagai organ tubuh lain sebagai energi dalam prose
metabolisme. Pada tahap berikutnya setelah metabolisme maka sisa-sisa metabolisme
itu terutama karbondioksida (CO2) akan dibawa darah untuk dibuang kembali ke udara
bebas melalui paru pada saat membuang nafas. Karena funsinya itu dapat dipahami
bahwa paru paling terbuka dengan polusi udara yang diisap, termasuk asap rokok yang
diisap penuh dengan kesengajaan itu. Berbagai kelainan dapat mengganggu sistem
pernapasan itu, antara lain udara berpolusi, sehingga kadar O2 sedikit, gangguan
disaluran nafas/ paru, jantung atau gangguan pada darah. Secara khusus, dikatakan
paru adalah tempat tubuh mengambil darah bersih (kaya O2) dan tempat pencucian
darah yang berasal dari seluruh tubuh ( banyak mengandung CO2 ) sebelum ke jantung
untuk kembali diedarkan ke seluruh tubuh. Secara umum , gangguan pada saluran
nafas dapat berupa sumbatan pada jalan nafas (obstruksi) atau gangguan yang
menyebabkan paru tidak dapat berkembang secara sempurna ( restriktif ). Tumor yang
besar di paru dapat menyebabkan sebagian paru dan saluran nafas kolaps, sedangkan
tumor yang terdapat dalam saluran nafas dapat menyebabkan sumbatan pada saluran
nafas. Tumor yang menekan dinding dada dapat menyebabkan kerusakan tulang
dinding dada dan menimbulkan nyeri. Cairan di rongga pleura yang sering ditemukan
pada kanker paru junga mengganggu fungsi paru.
Fisiologi Sisitem Pernafasan
Pernafasan mencakup 2 proses, yaitu :
2
1) Pernafasan luar yaitu proses penyerapan oksigen dan pengeluaran karbondioksida secara
keseluruhan.
2) Pernafasan dalam yaitu proses pertukaran gas antara sel jaringan dengan cairan
sekitarnya ( penggunaan oksigen dalam sel )
Proses fisiologi pernafasan dalam menjalankan fungsinya mencakup 3 proses, yaitu:
1) Ventilasi, yaitu proses keluar masuknya udara dari atmosfir ke alveoli paru.
2) Difusi, yaitu proses perpindahan/pertukaran gas dari alveoli ke dalam kapiler paru.
3) Transportasi, yaitu proses perpindahan oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh.
C. Etiologi
Faktor utama yang mempengaruhi tumor paru ( karsinoma bronkogenik )
a) Merokok
Suatu hubungan statistic yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari
20 batang sehari ) dari kanker paru. Perokok seperti ini mempunyai kecenderungan
sepuluh kali lebih besar daripada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang
sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan
perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam
tembakau rokok yang jika terkena kulit hewan menimbulkan tumor.
b) Radiasi
Insiden karsinoma paru yang tingggi pada penambang kobalt lebih dari 50 % meninggal
akibat kanker paru yang disebabkan bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini
diduga merupakan agen etiologi operatif
c) Polusi Udara
Ada berbagai karsinogen telah diidentifikasi termasuk di dalamnya ada sulfur, emisi
kendaraan bermotor dan polutan dari pengolahan pabrik. Bukti-bukti menunjukkan
bahwa insiden kanker paru lebih besar di daerah perkotaan sebagai akibat penumpukan
polutan dan emisi kendaraan bermotor.
d) Polusi Lingkungan Kerja
3
Pada keadaan tertentu, karsinoma bronkogen tampaknya merupakan suatu penyakit akibat
polusi di lingkungan kerja. Dari berbagai bahaya industry , yang paling berbahaya adalah
abses yang kini banyak sekali di produksi dan digunakan pada bangunan.
e) Rendahnya asupan vitamin A
Beberapa penelitian menunjukan bahwa perokok yang dietnya rendah vitamin A
memperbesar resiko terkena kanker paru. Hipotesis ini didapat dari beberapa penelitian
yang menyimpulkan bahwa vitamin A dapat menurunkan resiko peningkatan jumlah sel
kanker. Hal ini berkaitan dengan fungsi utama vitamin A yang turut berperan dalam
pengaturan difetensiasi sel.
f) Genetik
Terdapat perubahan atau mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yaitu:
proton encogen, tumor suppessor gene dan gene encoding enzyme.
D. Patofisiologi
Sebab-sebab keganasan pada tumor masih belum jelas, tetapi virus, factor lingkungan,
factor hormonal dan factor genetic semuanya berkaitan dengan resiko terjadinya tumor.
Permulaan terjadinya tumor adalah adanya zat yang bersifat initiation yang merangsang
permulaan terjadinya perubahan sel. Diperlukan perangsangan yang lama dan
berkesinambungan untuk memicu timbulnya penyakit tumor.
Initiate agent biasanya dapat berupa unsure kimia, fisik, atau biologis yang berkemampuan
bereaksi langsung dan merubah struktur dasar dari komponen genetic (DNA ). Keadaan
selanjutnya akibat keterpaparan yang lama ditandai dengan berkembangnya neoplasma
dengan terbentuknya formasi tumor. Hal ini dapat berlangsung lama.
E. Tanda Dan Gejala
- Hemopthisis
- Batuk
- Nyeri dada
- Sesak napas, hal ini diakibatkan pembesaran tumor dan akibat kolapsnya paru
- Mengi/stridor, suara ini timbul akibat obstruksi trakea atau bronchus
- Pneumonia recurents
4
- Dysfagia, hal ini mungkin terjadi akibat penyebarab tumor melalui pembuluh getah
bening ke daerah mediatinum atau ke esofagus
- Obstruksi vena cava superior
- Gejala sistemik : seperti berat badan turun, tidak nafsu makan, yang merupakan gejala
awal pada 50% penderita kanker paru
- Gejala metostasis, tersering mengenai organ hati, otak, tulang, dan kelenjar adrenal.
- Efek non metastatis : seperti neuropatiperifer, dermatomiositis atau sindroma yang
gejalanya sseperti sekresi hormon (misalnya ADH, ACTH, PTH).
Pathway
Pekerjaan/Polusi
Rokok
Tumor Paru
Fibrosis Paru
Ulserasi Bronkus
Metaplasia Sel Skuamosa Pada Bronkus
Reaksi Radang Pada Bronkus
Penumpukan Sekret
Obstruksi Bronkus
Jalan Nafas Tidak Efektif
EmpisemaBatuk
5
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto thorax
Suatu diafragma yang meninggi mungkin menunjukkan suatu tumor yang mengenai
syaraf frenikus. Pembesaran bayangan jantung mungkin menunjukkan efusi pericardial
yang ganas. Perhatian kebanyakan tmor perifer tidak dapat dilihat pada rontgen dada
sampai ukurannya lebih besar dari 1 cm.
2. Sitologi sputum
Pada pemeriksaan sitologi sputum dapat membantu menegakkan kasus hingga 70%.
Sputum untuk sample sitologi sebaiknya diterima oleh labraturium dalam 2 jam setelah
ekspectorasi/pengeluaran.
3. Aspirasi pleura dan biopsy
Aspirasi merupakan tindakan yang harus dilakukan jika pasien dengan tumor paru
mempunyai efusi pleura. Efusi tidak selalu akibat dari penyebaran tumor ke pleura,
tetapi mungkin akibat dari reaksi pneumonia pada tumor atau obstruksi limfatik.
4. Biopsi jarum percutan
Gangguan Pertukaran Gas
O2 Jaringan Turun
Kelemahan / Letih
Intoleransi Aktivitas
Anoreksia
Intake Menurun
Gangguan Pemenuhan Nutrisi
6
Pemeriksaan ini berguna untuk mendiagnosis tumor perifer yang sulit dibiopsi dengan
teknik transbronchial.
5. Biopsi dugaan metastasis
Kelenjar getah bening perifer dapat diaspirasi dengan menggunakan jarum halus dan
bahannya diperiksa secara sitologis.
6. Mediatinoscopy
Teknik ini digunakan untuk mengambil sample kelenjar limfa mediastinum yang
mengalami pembesaran, hal ini dilakukan jika tidak nampak tumor pulmonal.
G. Komplikasi
1) Hematothoraks
2) Pneumothoraks
3) Emphiema
4) Endokarditis
5) Abses Paru
6) Atolektasis
H. Penatalaksanaan Medis
1) Jika tumor jinak, maka lakukan eksisi bedah.
2) Jika tumor ganas :
- Small-cell : kemoterapi
- Non small cell
a. Stadium I-IIIa beda dilajutkan radioterapi kemoterapi
b. Stadium IIIb-IV radioterapi dilanjutkan kemoterapi
- Imunoterapi Paliatif
3) Dalam tindakan psikologis kurangi ansietas dengan sering memberikan informasi yang
sering, sederhana jelas tentang apa yang sedang dilakukan untuk mengatasi kondisi dan
apa makna respon terhadap pengobatan.
4) Untuk menjaga keseimbangan : perhatikan keadaan cairan tubuh
5) Atur diet yang sesuai
7
I. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Tumor Paru
1. Pengumpulan Data (Pengkajian)
a. Keadaan Umum: lemah, sesak yang disertai nyeri dada.
b. Kebutuhan Dasar
- Pola Makan : Nafsu makan berkurang karena adanya secret dan kesulitan
menelan, penurunan berat badan.
- Pola Minum : Frekuensi minum meningkat (rasa haus)
- Pola Tidur : Susah tidur karena adanya batuk dan nyeri dada.
- Aktifitas : Keletihan, kelemahan.
c. Pemeriksaan Fisik
- Sistem Pernafasan:
o Sesak nafas, nyeri dada.
o Batuk produktif tidak efektif.
o Suara nafas mengi pada inspirasi.
o Serak, paralysis pita suara.
- Sistem Cardiovasculer
o Tachycardia, disritmia.
o Menunjukkan efusi (gesekan pericardial)
- Sistem Integument
o Sistem gastrointestinal.
Anoreksia, disfagia, penurunan intake makanan, berat badan menurun.
o Sistem Urinarius.
Peningkatan frekuensi / jumlah urine.
o Sistem Neurologis
Perasaan takut (takut hasil pembedahan)
Kegelisahan
2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Bersihan
jalan nafas
Setelah dilakukan
tindakan
- Kaji nyeri dan
kelemahan.
- Mendorong pasien
untuk nafas efektif dan
8
inefektif
berhubungan
dengan
obstruksi
bronchus
keperawatan
selama 3x24 jam,
bersihan jalan
nafas efektif,
ditandai dengan
kriteria hasil:
- Tidak sesak
- Batuk
berkurang/
hilang
- Tidak ada
mengi
- Nyeri dada
hilang
- Tachycardia
berkurang/
hilang
- Tidak gelisah
- Auskultasi dada untuk
karakter bunyi nafas
dan adanya sekret.
- Bantu pasien untuk
nafas dalam, batuk
efektif dengan posisi
duduk dan menekan
daerah dada.
- Kolaborasi dengan
dokter dalam
penggunaan oksigen
dan pemberian cairan
tambahan melalui IV
sesuai indikasi.
nafas lebih dalam
untuk mencegah
kegagalan pernafasan.
- Pernafasan ronchi
menunjukkan
tertahannya sekret atau
obstruksi jalan nafas.
- Sekret bergerak sesuai
gravitasi sesuai
perubaha posisi.
Meninggikan kepala
tempat tidur
memungkinkan
diafragma untuk
brkontraksi
- Memberikan hidrasi
maximal membantu
penghilangan/
pengenceran secret
untuk meningkatkan
pengeluaran.
Gangguan
pertukaran
gas
berhubungan
dengan
emphysema
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam,
pertukaran gas
lancer, ditandai
dengan kriteria
hasil:
- Sianosis hilang
- Edema hilang
- Auskultasi paru untuk
gerakan udara dan
bunyi nafas tidak
normal.
- Pertahankan
kepatenan jalan nafas
dengan memberikan
posisi duduk
- Konsolidasi dan
kurangnya gerakan
udara pada posisi dada
menunjukkan aliran
udara tidak normal
pada lobus paru.
- Memaksimalkan
ekspansi paru dan
drainase secret
dimana obstruksi jalan
99
- TTV dalam
rentang normal
terlentang sampai
posisi miring.
- Catat terjadinya
demam.
- Berkolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian oksigen
nafas mempengaruhi
ventilasi.
- Demam dalam 24 jam
pertama, pada tumor
paru terkadang
menunjukkan adanya
atelektasis , infeksi,
atau peningkatan
metastasis.
- Memaksimalkan
sediaan O2.
Nutrisi
kurang dari
kebutuhan
berhubungan
dengan
intake
menurun
Setelah dilakukan
tidakan
keperawatan
selama 3x 24 jam,
kebutuhan nutrisi
terpenuhi, ditandai
dengan criteria
hasil:
- nafsu makan
meningkat
- disfagia hilang
- berat badan
dapat
dipertahankan
atau meningkat
- Kaji kemampuan
pasien untuk makan,
batuk, dan mengatasi
sekresi.
- Tingkatkan
kenyamanan
lingkungan yang baik
untuk sosialisasi saat
makan.
- Berikan makan dalam
jumlah kecil dan
dalam waktu yang
sering dan teratur.
- Berkolaborasi dengan
ahli gizi dalam
menentukan makanan
diet bagi pasien.
- Faktor ini
menentukan
pemilihan jenis
makanan sehingga
pasien terlindungi
dari aspirasi.
- Perubahan
lingkungan dan
sosialisasi waktu
makan dapat
meningkatkan
pemasukan dan
menormalkan fungsi
makan.
- Meningkatkan proses
pencernaan dan
toleransi pasien
terhadap nutrisi yang
diberikan.
- Merupakan sumber
yang efektif
mengidentifiksi
kebutuhan klien.
Intoleransi
aktifitas
berhubungan
dengan
suplai O2 ke
jaringan
menurun
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam
aktifitas kembali
normal, ditandai
dengan kriteria
hasil:
- Berikan lingkungan
yang nyaman dan
batasi kunjungan
pengunjung selama
perawatan, dorong
penggunaan
managemen stress
dan pengalihan yang
- Dengan tindakan ini
menurunkan stress
dan rangsangan
berlebihan ,
meningkatkan
istirahat.
10
- Tidak lemah
- Sianosis hilang
Tidak sesak
cepat.
- Perhatikan dispneu,
peningkatan
kelemahan,
perubahan tanda-
tanda vital,
tachycardia selama
dan setelah aktivitas.
- Jelaskan pentingnya
istirahat dalam
rencana pengobatan
dan perlunya
keseimbangan
aktivitas dan
istirahat.
- Bantu aktivitas
perawatan diri,
berikan peningkatan
aktivitas selama fase
penyembuhan.
- Menetapkan
kemampuan pasien
dan memudahkan
pilihan intervensi.
- Menghemat energi
untuk penyembuhan,
pembatasan aktifitas
berdampak positif
terhadap pasien
dalam perbaikan
kegagalan
pernafasan.
- Menimbulkan
kelelahan dan
membantu
keseimbangan suplai
serta pergerakan otot.
3. Evaluasi
a. Diagnosa 1
Menunjukkan keefektifan bersihan jalan nafas.
b. Diagnosa 2
Menunjukkan kelancaran pertukaran gas.
c. Diagnosa 3
Menunjukkan terpenuhinya kebutuhan nutrisi.
d. Diagnosa 4
Menunjukkan peningkatan aktifitas dan menurunnya kelemahan/keletihan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Alsagoff, Hood, dkk. 1993. Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University
Press.
Corwin E. 2001. Pathofisiologi Catakan I. Jakarta : ECG.
Doengoes, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: EGC.
Kozier, Barbara, et.Al. 1995. Fundamental of Nursing, Proses dan Practise. California: Addison
Wesley.
Wilson, Susan, and Thompson. 1990. Respiratory Disorder. Toronto: Mosby Year Book.
12