laporan pbl sistem geriatri i

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) Setelah selesai mempelajari modul ini, maka diharapkan dapat menjelas definisi, proses pengaturan diuresis normal, proses terjadinya, penyebab dan tipe-t penatalaksanaan inkontinensia urin yang sering dialami oleh pasien Geriatri/Usia L 1.2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah selesai mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat : . !enjelaskan "eori-teori #roses !enua sebagai proses perkembangan normal. .$. !enjelaskan "eori %Geneti& 'lo&k% .(. !enjelaskan "eori !utasi Somatik )*rror 'atastrophe+ . . !enjelaskan "eori usaknya Sistem mun "ubuh . . !enjelaskan "eori erusakan 0kibat adikal 1ebas .2. !enjelaskan "eori 0kibat !etabolisme/"eori Glikasi . !enjelaskan *fek #enuaan pada anatomi dan fisiologi sistem organ. . !enjelaskan 3efinisi nkontinensia Urin 4. !enjelaskan #roses #engaturan 3iuresis 5ormal. 4. !ampu menjelaskan #roses terjadinya, penyebab serta "ipe-tipe nkontinensia Uri terjadi pada pasien Geriatri/Usia Lanjut. 4.$. 0namnesis riwayat ngompol, penyakit yang menyertainya. 4.(. #emeriksaan 6isik. 4. . #emeriksaan #enunjang. 4. . !enentukan Status 6ungsional. 1

Upload: rebecca-bailey

Post on 05-Oct-2015

136 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

geriatri

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah selesai mempelajari modul ini, maka diharapkan dapat menjelaskan tentang definisi, proses pengaturan diuresis normal, proses terjadinya, penyebab dan tipe-tipenya, serta penatalaksanaan inkontinensia urin yang sering dialami oleh pasien Geriatri/Usia Lanjut.

1.2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Setelah selesai mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat :I. Menjelaskan Teori-teori Proses Menua sebagai proses perkembangan normal.

I.1. Menjelaskan Teori Genetic Clock

I.2. Menjelaskan Teori Mutasi Somatik (Error Catastrophe)

I.3. Menjelaskan Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh

I.4. Menjelaskan Teori Kerusakan Akibat Radikal Bebas

I.5. Menjelaskan Teori Akibat Metabolisme/Teori Glikasi

II. Menjelaskan Efek Penuaan pada anatomi dan fisiologi sistem organ.

III. Menjelaskan Definisi Inkontinensia Urin

IV. Menjelaskan Proses Pengaturan Diuresis Normal.

V. Mampu menjelaskan Proses terjadinya, penyebab serta Tipe-tipe Inkontinensia Urin yang terjadi pada pasien Geriatri/Usia Lanjut.

V.1. Anamnesis riwayat ngompol, penyakit yang menyertainya.

V.2. Pemeriksaan Fisik.

V.3. Pemeriksaan Penunjang.

V.4. Menentukan Status Fungsional.

V.5. Menentukan Status Kognitif.

V.6. Menentukan Status Gizi.

VI. Melakukan perencanaan/penatalaksanaan serta pencegahan agar Inkontinensia Urin pada Pasien Geriatri/Usia Lanjut dapat diatasi.

1.3. Skenario

Perempuan 65 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan menurut keluarganya tiba-tiba jatuh terpeleset di dekat tempat tidur tadi pagi akibat menginjak air seninya sendiri. Beberapa hari ini memang penderita sebentar-sebentar ke toilet untuk buang air kecil dan kadangkala tempat tidur basah oleh karena ngompol. Sejak seminggu penderita terdengar batuk-batuk dan agak sesak napas serta nafsu makan sangat berkurang tetapi tidak demam. Penderita selama ini mengidap dan minum obat penyakit kencing manis dan tekanan darah tinggi dan 1 tahun lalu terkena stroke.

1.4. Kata/Kalimat Kunci

a. Perempuan 65 tahun

b. KU = tiba-tiba terpeleset di tempat tidur tadi pagi akibat menginjak air seninya sendiri KT = beberapa hari ini pasien sering ke toilet untuk buang air kecil, dan kadangkala tempat tidur basah karena ngompol. sejak seminggu batuk, sesak napas, dan nafsu makan berkurang, demam disangkalc. RPD = Kencing manis dan Hipertensi, pernah terkena stroke 1 tahun yang lalud. RO=Riwayat minum obat kencing manis dan hipertensi1.5. Rumusan Masalah1. Sebutkan dan Jelaskan teori proses penuaan!2. Jelaskan definisi, klasifikasi inkontinensia urine?3. Jelaskan etiologi Inkontinensia urine?4. Jelaskan faktor-faktor resiko jatuh baik intrinsik maupun ekstrinsik!5. Jelaskan etiologi jatuh pada usia lanjut!6. Jelaskan faktor resiko inkontinensia urine?7. Jelaskan alur diagnosis kasus pada skenario!8. Jelaskan penatalaksanaan inkontinensia urine!9. Sebutkan obat-obatan yang dapat mempengaruhi inkontinensia urin!10. Jelaskan hubungan stroke dengan inkontinensia urine!

BAB II

PEMBAHASAN1. Sebutkan dan Jelaskan teori proses penuaan!

Teori Proses Menua

Definisi Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnyasehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994)

Adapun teori-teori yang membahas mengenai proses menua sebagai berikut:

a) Teori Genetic Clock

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Tiap spesies mempunyai didalam nuclei (inti sel) nya suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak diputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita itu berhenti akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang katastrofal.b) Teori motasi somaticFaktor-faktor penyebab terjadinya proses menua adalah factor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi somatic. Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur, sebaliknya menghindari terkenanya radiasi atau tercemar zat kimia yang bersifat karsinogenik atau toksik, dapat memperpanjang umur. Menurut teori ini, terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatic, akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.

c) Rusaknya system imun tubuh.

Jika mutasi somatic menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel , maka hal ini dapat menyebabkan system imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya.perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun.(Goldstein,1989)

d) Teori menua akibat metabolisme

Pentingnya metabolism sebagai factor penghambat umur panjang. Semakin tinggi metabolism seseorang maka akan menambah pertumbuhan dan menurunkan dan memperpendek umur dan sebaliknya.

e) Kerusakan akibat radikal bebas

Radikal bebas (RB) dapat terbentuk di alam bebas, dan di dalam tubuh jika fagosit pecah, dan sebagai produk sampingan didalam rantai pernapasan didalam mitokondria ( Oen, 1993). Radikal bebas dihasilkan saat terbentuk ATP sehingga radikal bebas ini akan menghancurkan sel-sel semakin lama semakin banyak maka sel-sel mati.

2. Jelaskan definisi, klasifikasi inkontinensia urine?

Definisi Inkontinensia UrinInkontinensia urin adalah pengeluaran urin tanpa disadari, dalam jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan atau sosial. Inkontinensia urin merupakan salah satu keluhan utama pada penderita lanjut usia.Klasifikasi Inkontinensia Urin Inkontinensia Urin Akut

Biasanya reversibel, terjadi secara mendadak, biasanya berkaitan dengan sakit yang sedang diderita atau masalah obat-obatan yang digunakan (iatrogenik). Inkontinensia akan membaik, bila penyakit akut yang diderita sembut atau obat penyebab dihentikan.

Penyebab inkontinensia akut :

D : delirium

I. : infection

A : atrophic vaginitis dan urethritis

P : pharmaceuticals

P : psychologic factors

E : excess urine output

R : restricted mobility

S : stool impaction Inkontinensia Urin Kronik/Menetap/Persisten

Tidak berkaitan dengan penyakit-penyakit akutataupun obat-obatan, dan inkontinensia ini berlangsung lama.

Inkontinensia Urgensi

Keadaan ini merupakan penyebab utama dari inkontinensia urin pada lanjut usia, mencapai 2/3 nya.

Inkontinensia Overflow/luapan

Inkontinensia ini paling jarang dijumpai. Dapat idiopatik, atau akibat gangguan persyarafan sacrum (neurogenic bladder).

Inkontinensia Stress

Inkontinensia ini ditandai dengan kebocoran urin pada saat aktifitas. Urin dapat keluar saat tertawa, bersin, batuk atau mengangkat benda berat. Penyebab utama nomor dua setelah inkontinensia urgensi, terutama pada wanita lanjut usia.

Inkontinensia Fungsional

Ditandai dengan keluarnya urin secara dini, akibat ketidakmampuan mencapai tempat berkemih karena gangguan fisik atau kognitif maupun macam-macam hambatan situasi/lingkungan yang lain, sebelum siap untuk berkemih.

Referensi:

Utama,Hendra.2009. Buku Ajar Boedhi-Darmojo GERIATRI (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi ke 4. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

3. Jelaskan etiologi Inkontinensia urine?

Penyebab dan tipe inkontinensia urin

Mengetahui penyebab inkontinensia urin sangat penting untuk pengelolaan yang tepat. Pertama-tama harus diusahakan membedakan apakah penyebab inkontinensia berasal dari: (Whithead, Fonda)

Kelainan urologik; misalnya radang, batu, tumor, divertikel

Kelainan neurologik; stroke, trauma pada medula spinalis, demensia dan lain-lain.

Lain-lain; misalnya hambatan mobilitas, situasi tempat berkemih yang tidak memadai/jauh dan sebagainya.

Kemudian harus diteliti lagi, apakah: (Kane dkk.; Reuben dkk.)

1. Inkonteninsia terjadi secara akut, yang hiasanya reversible, inkonteninsia yang terjadi secara akut ini, terjadi secara mendadak, biasanya berkaitan dengan sakit yang sedang diderita atau masalah obat-obatan yang sedang digunakan (iatrogenik). Inkonteninsia akan membaik, bila penyakit akut yang diderita sembuh atau obat penyebab dihentikan.

2. Inkontinensia yang menetap/kronik/persisten, tidak berkaitan dengan dengan penyakit-penyakit akut atau obat-obatan, dan inkonteninsia ini berlangsung lama.

1. Inkonteninsia Akut

Untuk memudahkan mengingat macam inkonteninsia yang akut dan biasanya reversible, antara lain dapat memanfaatkan akronim DRIP, yang merupakan kependekan dari: (Kane dkk.)

D: delirium

R: retriksi mobilitas, retensi

I: infeksi, inflamasi, impaksi fests

P: pharmasi (obat-obatan), poliuri

Penggunaan DIAPPERS juga dapat membantu sebagian besar dari penyebab inkontinensia ini.

Delirium: kesadaran yang menurun berpengaruh pada tanggapan rangsang berkemih, serta mengetahui tempat berkemih. Delirium merupakan penyebab utama dari inkontinensia bagi mereka yang dirawat di rumah sakit, bila delirium membaik, inkontinensia pulih juga.

Infeksi: infeksi saluran kemih sering berakibat inkontinensia.

Azophic vaginitis dan atrophic urethritis: pada umumnya azophic vaginitis akan disertai atrophic urethritis dan keadaan ini menyebabkan inkontinensia pada wanita.

Pharmacy: obat-obatan merupakan salah satu penyebab utama dari inkontinensia sementara, misalnya diuretika, antikolinergik, psikotropik, analgesik opioid, alfa bloker pada wanita, alfa agoeins pada pria, dan penghambat kalsium.

Phsycologic: depresi berat dengan retardasi psikomotor dapat menurunkan kemampuan atau motivasi untuk mencapai tempat berkemih.

Excess urine output: pengeluaran urin berlebihan dapet melampaui kemampuan orang usia lanjut mencapai kamar kecil. Selain obat-obat diuretika, penyebab lain yang sering misalnya pengobatan gagal jantung, gangguan metabolik seperti hiperglikemia ataupun terlalu banyak minum.

Restricted mobility: hambatan mobilitas untuk mencapai tempat berkemih.

Stool impection: impaksi feses juga merupakan penyebab tersering dari inkontinensia pada mereka yang dirawat atau immobil.

Untuk berkemih dengan baik dibutuhkan antara lain tingkat kesadaran yang baik, motivasi, mobilitas, dan keterampilan sehingga masalah-masalah di luar kandung kemih sering berakibat inkontinensia geriatrik. Penyebab-penyebab ini sering menyebabkan inkontinensia sementara menjadi, bila tidak diobati dapat menjadi inkontinensia berkelanjutan (persistent).

2. Inkontinensia yang menetap

Penyebab inkontinensia yang menetap (persisten) harus dicari, setelah penyebab inkontinensia sementara yang sudah diobati dan disingkirkan. Secara umum penyebab inkontinensia yang menetap adalah akibat:

Aktivitas detrusor berlebihan

Dapat menyebabkan kontraksi yang tidak terkendali dari kantung kemih dan berakibat keluarnya urin.

Aktivitas detrusor yang menurun

Gangguan persyarafan sacrum. Ditandai dengan sering berkemih terutama pada malam hari dan jumlahnya sedikit-sedikit.

Kegagalan urethra

Sering dialami oleh wanita. Ditandai dengan kebocoran urin pada saat aktivitas.

Obstruksi urethra

Pembesaran kelenjar prostat, striktura uretra, kanker prostat adalah penyebab yang biasa didapatkan dari inkotinensia pada pria lanjut usia. Dapat tampak urin menetes setelah berkemih.4. Jelaskan faktor-faktor resiko jatuh baik intrinsik maupun ekstrinsik!

FAKTOR RISIKO INSTRINSIK

Sinkop, drop attacks, dan dizziness merupakan penyebab jatuh pada orangusia lanjut sering disebut-sebut. Beberapa penyebab sinkop pada orang usia lanjut yang perlu dikenali antara lain repon vasovagal, gangguan kardiovaskular, gangguan neurologi akut, emboli paru, dan gangguan metabolik.

Drop attacks merupakan kelemahan tungkai bawah mendadak yang menyebabkan jatuh tanpa kehilangan kesadaran. Kondisi tersebut seringkali dikaitkan dengan insufisiensi vertebrobasiler yang dipicu oleh perubahan posisi kepala.

Dizziness atau rasa tidak stabil merupakan keluhan yang sering diutarakan oleh orang usia lanjut yang mengalami jatuh. Pasien yang mengeluh rasaringan di kepala harus dievaluasi secermat mungkin akan adanya hipotensi postural atau deplesi volume intravaskular. Di sisi lain, vertigo merupakan gejala yang lebih spesifik walaupn merupakan pemicu jatuh yang lebih jarang. Kondisi ini dikaitkan dengan kelainan pada telingan bagian dalam seperti labirinitis, penyakit meniere, dan benign paroxysmal positional vertigo. Iskemia dan infark vertebrobasiler, serta infark serebelum juga dapat menyebabkan vertigo.

Kebanyakan pasien usia lanjut dengan gejala dizziness merasa cemas, depresi, sangat takut jatuh,sehingga evaluasi gejala meraka menjadi sulit. Beberapa pasien, terutama pada mereka dengan gejala kearah vertigo, memerlukan pemeriksaan otologi, termasuk uji auditori, yang dapat membedakan lebih jelas antara gejala akibat gangguan telinga dalam atau adanya keterlibatan sistem saraf pusat..

Berbagai penyakit, terutama penyakit kardiovaskular dan dapat berkaitan dengan jatuh. Sinkop dapat merupakan gejala stenosis aorta dan merupakan indikasi perlunya evaluasi pasien akan adanya stenosis aorta yang memerlukan penggantian katup. Beberapa pasien memiliki baroreseptor karotis yang sensitif dan rentan mengalami sinkop karena refleks tonus vagal yang meningkat akibat batuk, mengedan, atau berkemih sehingga terjadi bradikardia atau hipotensi.

Stroke akut dapat menyebabkan jatuh atau memberikan gejala jatuh. TIA sirkulasi anterior dapat menyebabkan kelemahan unilateral dan memicu jatuh. TIA sirkulasi posterior (vertebrobasiler) mungkin juga dapat mengakibatkan vertigo, namun perlu disertai dengan satu atau lebih gejala lain seperti disartria, ataksia, kelemahan tungkai, dan berkurangnya lapangan pandang. Insufiensi vertebrobasiler seringkali disebut sebegai penyebab drop attacks; kompresi mekanik arteri vertebralis oleh osteofit spina vertebra servikal manakala kepala diputar disebutkan pula sebagai penyebab ketidakstabilan dan jatuh.

Penyakit lain pada otak dan sistem saraf pusat dapat pula menyebabkan jatuh. Penyakit parkinsos dan hidrosefalus tekanan normal menyebabkan gangguan gaya berjalan yang menyebabkan

FAKTOR RISIKO EKSTRINSIK

Faktor risiko ekstrinsik merupakan faktor-faktor yang berada di lingkungan yang memudahkan orang usia lanjut mengalami jatuh. Berbagai faktor tersebut antara lain lampu ruangan yang kurang terang, lantai yang licin, basah, atau tidak rata,furnitur yang terlalu rendah atau tinggi, tangga yang tidak aman, kamar mandi dengan bak mandi terlalu rendah atau tinggi dan tak memiliki alat bantu untuk berpegangan, tali atau kabel yang berserakan di lantai, karper yang terlibat, dan benda-benda di lantai yang membuat seseorang terantuk.

Obat-obatan juga menjadi penyebab jatuh pada orang usia lanjut. Misalnya obat diuretika yang dikonsumsi menyebabkan seseorang barulang kali harus ke kamar kecil untuk buang air kecil atau efek mengantuk dari obat sedatif sehingga seseorang menjadi kurang waspada saat berjalan.Referensi :

Utama,Hendra.2009. Buku Ajar Boedhi-Darmojo GERIATRI (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi ke 4. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.5. Jelaskan etiologi jatuh pada usia lanjut!

1. Kecelakaan : merupakan penyebab jatuh yang utama ( 30 50% kasus jatuh lansia ) Murni kecelakaan misalnya terpeleset, tersandung Gabungan antara lingkungan yang jelek dengan kelainan-kelainan akibat proses menua misalnya karena mata kurang awas, benda-benda yang ada dirumah tertabrak, lalu jatuh.2. Nyeri kepala dan atau vertigo

3. Hipotensi orthostatic :

Hypovolemia / curah jantung rendah

Disfungsi otonom

Penurunan kembalinya darah vena ke jantung

Terlalu lama berbaring

Pengaruh obat-obat hipotensi

Hipotemsi sesudah makan

4. Obat-obatan

Diuretik / antihipertensi Antidepresan trisiklik Sedative Antipsikotik Obat-obat hipoglikemik Alcohol 5. Proses penyakit yang spesifik

Penyakit-penyakit akut seperti :

Kardiovaskuler : - Aritmia

Stenosis aorta

Sinkope sinus carotis

Neurologi : - TIA

Stroke

Serangan kejang

Parkinson

Kompresi sara spinal karena spondylosis

Penyakit cerebellum

Idiopatik ( tak jelas sebabnya )

Sinkope : kehilangan kesadaran secara tiba-tiba

Drop attack ( serangan roboh )

Penurunan darah ke otak secara tiba tiba

Terbakar matahari

Referensi :

Darmojo, budhi. 2010. Buku Ajar Geriatri. Ilmu Kesehatan Usia Lanjut hal 178. Jakarta: Balai Penerbit FKUI 6. Jelaskan faktor resiko inkontinensia urine?

Faktor Resiko Inkontinensia Urin1). Usia

Prevalensi inkontinensia meningkat bertahap selama masa dewasa muda. Puncak yang lebar tampak pada usia pertengahan dan kemudian setelah usia 65 tahun.

2). Ras

Wanita dengan indeks masa tubuh lebih tinggi akan cenderung lebih banyak

mengalami inkontinensia urin

3). Obesitas

Beberapa menunjukkan bahwa peningkatanbody mas index(BMI) merupakan faktor resiko independen inkontinensia urin. Secara teoritis peningkatan tekanan intra abdominal yang bersamaan dengan peningkatan BMI menghasilkan tekanan intravesikal yang secara proporsional lebih tinggi. Tekanan yang lebih tinggi ini menimbulkanurethral clossing pressuredan menjurus pada inkontinensia urin.

4). Menopause

Pada masa menopause, produksi hormon estrogen berkurang. Estrogen mempengaruhi fungsi ureter, uretra, serta kandung kemih. Penurunan hormon ini disebabkan oleh proses penuaan pada ovarium. Penurunan estrogen diduga ikut berperan dalam perubahan struktur dan fungsi pada dinding uretra dan kandung kemih yang dapat menyebabkan berbagai keluhan seperti inkontinensia, peningkatan frekuensi berkemih, nokturia, dan kesulitan berkemih lainnya. Selain itu, pengeruh estrogen menyebabkan terjadinya kelemahan pada otot-otot pengontrol proses berkemih.

5). Kelahiran dan kehamilan

Faktor kehamilan dan persalinan ;

- Efek kehamilan pada inkontinensia urin tampaknya bukan sekedar proses

mekanik inkontinensia urin pada perempuan hamil dapat terjadi dari awal

kehamilan hingga masa nifas, jadi tidak berhubungan dengan penekanan

kandung kemih oleh uterus.

- Prevalensi inkontinensia urin meningkat selama kehamilan dan beberapa

minggu setelah persalinan.

- Tingginya usia, paritas dan berat badan bayi tampaknya berhubungan

dengan inkontinensia urin

6). HisterektomiIstilah histerektomi berasal dari bahasa latin histeria yang berarti kandungan, rahim, atau uterus, dan ectomi yang berarti memotong. Jadihisterektomi adalah suatu prosedur pembedahan mengangkat rahim yang dilakukan oleh ahli kandungan

Histerektomi merupakan proses pembedahan untuk mengangkat uterus. Jenis histerektomi dibedakan menjadi 3 yaitu: histerektomi subtotal, histerektomi total, dan salpingoooforektomi bilateral. Histerektomi subtotal adalah proses pembedahan untuk mengangkat bagian uterus. Histerektomi total adalah proses pembedahan untuk mengangkat uterus dan serviks. Sementara salpingoooforektomibilateral adalah proses pembedahan untuk mengangkat tuba fallopi dan ovarium secara bilateral, atau kedua sisi. Jenis histerektomi ini dilakukan dengan indikasi malignan, jadi jika seorang individu mengalamikanker maka tindakan histerektomi yang dilakukan yaitu histerektomi total, dan salpingoooforektomi. Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari histerektomi salah satumya adalah trauma saraf. Trauma saraf ini dapat menyebabkan kehilangan sementara tonus kandung kemih atau atoni kandung kemih.

Selain itu terdapat pula konsumsi obat-obat dapat mengakibatkan inkontinensia urin. Obat-obatan yang apabila dikonsumsi dalam jangka panjang dapat membuat seseorang terkena inkontinensia, obat tersebut antara lain :

1.Obat hipertensi

Obat hipertensi jenis alpha-blocker seperti doxazosi mesylate,prazosin hidroklorida, terazosin hydrochloride beresiko mengalami inkontinensia karena obat tersebut tidak hanya bekerja untuk menurunkan tekanan darah dengan merelaksasikan dinding pembuluh darah tetapi juga merelaksasikan otot vesika urinary sehingga memungkinkan urin keluar tanpa sengaja ketika bersin, batuk, atau tertawa.

2.Antidepresan

Golongan obat ini menghambat neurotransmitter seperti nortriptylene, amitriptyline, desipramine,benztropine, haloperidol dan risperidone yang dapat mempengaruhi elastisitas kandung kemih sehingga urin terus memasuki kandung kemih, yang menyebabkan inkontinensia.3.Dekongestan dan antihistaminObat dengan kandungan zat aktif seperti pseudoefedrin, diphenhydramine dapat memicu kontraksi sfingter uretra, menyebabkan retensi urin, yang pada wanita sering disertai dengan inkontinensia overflow mendadak.7. Jelaskan alur diagnosis kasus pada skenario!Langkah langkah untuk menegakkan diagnosis pada pasien

a. Anamnesis Identitas Pasien

Keluhan Utama

Sejak Kapan keluhan dirasakan Adakah rasa nyeri saat berkemih Adakah urine keluar tanpa disadari misalnya saat batuk, mengedan atau rasa ingin kencing yang terus-terus Sering ngompol waktu tidur atau tidak Gejala-gejala lain yang berkaitan Riwayat Penyakit-penyakit selama ini: DM, hipertensi, ISK, hematuri Operasi sebelumnya Obat-obat yang sering dikonsumsi Kebiasaan hidup, makan dan minum : kopi, teh manis, alkohol, dll Kehidupan seksual Bowel habit ( sering konstipasi, mengedan b. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum dan tanda vital

Inspeksi genitalia eksterna

Palpasi Abdomen : ada tumor atau tidak, buli-buli teraba/tidak Rectal Toucher : meraba hipertrofi prostat, menentukan kekuatan tonus sfingter dan otot dasar panggul

Pemeriksaan neurologis Reflex ani Reflex bulbocavernosis Pemeriksaan meatus urethra sementara batuk/ mengedan waktu buli-buli sementara penuh (Cough stress test) .c. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium : Urinalisis untuk mengetahui adanya infeksi atau tidak, hematuri, pyuria. b. Darah : Gula darah , Fungsi ginjal.

c. Mengukur urin sisa post miksi : USG atau langsung dengan kateter

d. Urodynamic evaluation / uroflow : menilai kekuatan otot detrusor

e. urethro cystoscopi ( melihat keadaan buli-buli dan urethra.Pendekatan diagnosis inkontinensia urin

Secara sistematis dengan cara anamnesis, pemeriksaan fisik dan kemudian dengan pemeriksaan penunjang dicari faktor-faktor inkontinensia. Dalam anamnesis juga dievaluasi mengenai pola asupan cairan pasien, obat-obatan yang diminum (diuretik, psikotropik, antikolinergik), penyakit-penyakit tertentu (diabetes mellitus, strok, demensia, dsb) dan gejala yang berkaitan dengan saluran urin (disuria, gangguan berkemih).

Semua waktu berkemih dan jumlah urin, serta kejadian inkontinensia urin perlu dicatat selama 2-7 hari. Catatan ini dapat memberikan kunci diagnostik yang berharga. Sebagai contoh, inkontinensia yang terjadi hanya antara jam 8.00 sampai siang hari mungkin disebabkan oleh diuretik yang diminum pagi hari.

Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan abdomen, rectum, dan genital untuk mencari adanya pembesaran kandung kemih atau prostat atau gangguan saraf sacrum. Pada pasien usia yang sudah renta/rapuh perlu diperhatikan status mobilitas dan status mentalnya karena berkaitan dengan terjadinya inkontinensia urin. Terabanya kandung kemih pada pemeriksaan fisik mungkin menunjukkan adanya inkontinensia overflow akibat dari obstruksi kandung kemih atau tidak berkontraksinya kandung kemih. Sistokel yang besar menunjukkan adanya inkontinensia stress, hipestesia perianal menunjukkan inkontinensia overflow akibat denervasi sakral. Adanya parkinsonisme atau riwayat strok mengarahkan kemungkinan suatu inkontinensia urgensi akibat ketidakstabilan kandung kemih.

Pendekatan berikut mungkin relative tidak invasif, akurat, hemat biaya dan ditoleransi dengan baik. Tahap pertama adalah mengidentifikasi adanya inkontinensia urin tipe overflow (sisa air kemih lebih atau sama dengan 450 ml), bila sesuai secara klinis, pasien dapat dirujuk keahliurologi dan dapat dikateterisasi. Untuk 90-95% pasien sisanya tergantung jenis kelamin pasien. Karena obstruksi jarang terjadi pada pasien wanita, diagnosis banding umumnya antara inkontinensia stress atau over aktivitas detrusor. Kebocoran akibat stress atau tekanan harus dicari selama pemeriksaan dengan mengajukan pertanyaan kepada pasien, bila pasien usila wanita tersebut merasakan bahwa kandung kemihnya penuh, diminta untuk beristirahat dan batuk dengan kuat segera sehingga kebocoran dapat segera diamati. Tidak hanya kebocoran yang teratur pada saat dilakukan stress maneuvers merupakan bukti yang kuat bahwa bukan suatu inkontinensia stress.

Pada pria, inkontinensia urin tipe stress jarang dijumpai. Masalah yang biasanya dijumpai adalah membedakan overaktivitas detrusor dengan obstruksi. Tahapan berikutnya adalah mencari kemungkinan adanya hidronefrosis pada pria dengan sisa urin melebihi 200 ml, dan merujuknya atau mengosongkan kandung kemih (dekompresi). Bila hidronefrosis tidak dijumpai namun terdapat obstruksi, pasien tetap dirujuk untuk menjalani kemungkinan tindakan pembedahan. Untuk yang lain, pada pasien-pasien dengan gejala inkontinensia urgensi diduga karena overaktivitas detrusor dapat diberi pengobatan. Obat-obat untuk merelaksasi kandung kemih seyogyanya dihindari pada pasien dengan sisa urin 150 ml atau lebih. Pendekatan yang sama juga disarankan pada pasien dengan gangguan kognitif yang dapat diamati secara dekat. Pasien usila pria tanpa inkontinensia urgensi yang gagal dengan terapi empiris, dan yang terganggu fungsi kognitifnya harus dirujuk.

A. Pemeriksaan Status Fungsional

Dilakukan observasi atau pencarian terhadap :

1. Fungsi gait dan keseimbangan : observasi pasien ketika bangkit dari duduk dikursi, ketika berjalan, ketika membelok atau berputar badan, ketika mau duduk dibawah

2. Mobilitas : dapat berjalan sendiri tanpa bantuan, menggunakan alat bantu, memakai kursi roda atau dibantu3. Aktifitas kehidupan sehari-hari : mandi, berpakaian, berpergian, kontinens

B. Pemeriksaan Status Kognitif

Pada pasien geriatri, peran dari aspek selain fisik justru terlihat lebih menonjol terutama saat mereka sakit. Faal kognitif yang paling sering terganggu pada pasien geriatri yang dirawat inap karena penyakit akut anataralain memori segera dan jangka pendek, persepsi, proses pikir, dan fungsi eksekutif, gangguan tersebut dapat menyulitkan dokter dalam pengambilan data anamnesis, demikian pula dalam pengobatan dan tindak lanjut adanya gangguan kognitif tentu akan mempengaruhi kepatuhan dan kemampuan pasien untuk melaksanakan program yang telah direncanakan sehingga pada akhirnya pengelolaan secara keseluruhan akan terganggu juga.

Gangguan faal kognitif bisa ditemukan pada derajat ringan (mild cognitive impairment / MCI dan vascular cognitive impairment/NCI) maupun yang lebih berat (demensia ringan sedang dan berat) hal tersebut tentunya memerlukan pendekatan diagnosis dan terapeutik tersendiri. Penipisan adanya ganguan faal kognitif secara objektif antaralain dapat dilakukan dengan pemeriksaan neuropsikioatri sepertiAbbreviated Mental Test, TheMini-Mental State Exmination (MMSE), The Global Deterioration Scale (GDS), dan The Cinical Dementia Ratings (CDR).C. Pemeriksaan Status Gizi

Masalah gizi merupakan masalah lain yang mutlak harusdikaji pada seorang pasien geriatri. Gangguan nutrisi akan mempengaruhi statusimun dan keadaan umum pasien. Adanya gangguan nutrisi seringkali terabaikan mengingat gejala awal seperti rendahnya asupan makanan disangka sebagi kondisi normal yang akan terjadi pada pasien geriatri. Sampai kondisi status gizi turun menjadi gizi buruk baru tersadarbahwa memang ada masalah di bidang gizi. Pada saat tersebut biasanya sudah terlambat atau setidaknya akan amatsulit menyusun program untuk mengobati status gizi buruk.

Pengkajian status nutrisi dapatdilakukan dengan anamnesis gizi (anamnesis asupan), pemeriksaan antropometrik, maupun biokimiawi. Dari anamnesis harus dapat dinilai berapa kilometer energi, berapa gramprotein, dan berapa gram lemak yang rata rata dikonsumsi pasien. Juga perlu dievaluasi berapa gram serat dan mililitercairan yang dikonsumsi. Jumlah vitamin dan mineralbiasanya dilihat secara lebih spesifiksehingga memerlukan perangkat instrumen lain dengan bantuan seorang ahli gizi. Pemeriksaan antropometrik yang lazim dilakukan adalah pengukuran indeks massatubuh dengan memperhatikan perubahan tinggi tubuh dibandingkan saat usia dewasa muda. Rumus tinggi lutut yang disesuaikan dengan ras Asia dapat dipakai untukdikalkulasi tinggi badan orang usia lanjut. Referensi: Darmojo, R. Boedhi. 2008. Geriatri Edisi 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUISetiadi S, Pramantara IDP. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I ed V. Jakarta: Interna Publishing

8. Jelaskan penatalaksanaan inkontinensia urine!

Penatalaksanaan Inkontinensia Urine

Penatalaksanaan inkontinensia dengan menggunakan tindakan non farmakologis dapat dilakukan dengan cara terapi perilaku, pengaturan makanan dan minuman, bladder training, penguatan otot panggul.

Perilaku Asupan Minuman

Mengubah jenis makanan dan minuman dapat membantu seperti membatasi minuman yang mengandung kafein dan alcohol. Kafein dapat mengiritasi kandung kemih dan meningkatkan frekuensi berkemih yang akan memperburuk inkontinensia.

Bladder Training

Bladder training merupakan latihan kandung kemih sebagai salah satu upaya mengembalikan fungsi kandung kemih yang mengalami gangguan. Orzeck dan Ouslander mengatakan bahwa bladder training merupakan upaya mengembalikan pola buang air kecil dengan menghambat atau merangsang keinginan buang air kecil.

Bladder training merupakan tindakan yang bermanfaat dalam mengurangi frekuensi dari inkontinensia. Bladder training banyak digunakan untuk menangani inkontinensia urin di komunitas. Latihan ini sangat efektif dan memiliki efek samping yang minimal dalam menangani masalah inkontinensia urin. Dengan bladder training diharapkan pola kebiasaan disfungsional, memperbaiki kemampuan untuk menekan urgensi dapat diubah dan secara bertahap akan meningkatkan kapasitas kandung kemih dan memperpanjang interval berkemih.

Terdapat tiga macam metode bladder training, yaitu kegel exercises(latihan pengencangan atau penguatan otot-otot dasar panggul), delay urination (menunda berkemih), dan scheduled bathroom trips (jadwal berkemih). Latihan kegel (kegel exercises) merupakan aktivitas fisik yang tersusun dalam suatu program yang dilakukan secara berulang-ulang guna meningkatkan kebugaran tubuh.

Latihan kegel dapat meningkatkan mobilitas kandung kemih dan bermanfaat dalam menurunkan gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urin. Latihan otot dasar panggul dapat membantu memperkuat otot dasar panggul untuk memperkuat penutupan uretra dan secara refleks menghambat kontraksi kandung kemih.

Metode bladder training dengan jadwal berkemih dapat dilakukan dengan cara membuat jadwal berkemih setiap bangun pagi, setiap dua jam pada siang dan sore hari, setiap empat jam pada malam hari dan sebelum tidur malam. Memberikan cairan sesuai kebutuhan 30 menit sebelum waktu berkemih, membatasi minum (150-200 cc) setelah makan malam.

Kemudian secara bertahap periode waktu berkemih dapat ditambah. Dibutuhkan kerjasama dengan keluarga untuk keberhasilan metode ini. Bladder training dapat dilakukan dengan latihan menahan kencing (menunda untuk berkemih). Pada pasien yang terpasang keteter, bladder training dapat dilakukan dengan mengklem atau mengikat aliran urin ke urin bag. Bladder training dilakukan sebelum kateterisasi diberhentikan. Tindakan ini dapat dilakukan dengan menjepit kateter urin dengan klem kemudian jepitannya dilepas setiap beberapa jam sekali. Kateter di klem selama 20 menit dan kemudian dilepas. Tindakan menjepit kateter ini memungkinkan kandung kemih terisi urin dan otot detrusor berkontraksi sedangkan pelepasan klem memungkinkan kandung kemih untuk mengosongkan isinya.

Tujuan dilakukan bladder training adalah:

a. Membantu klien mendapat pola berkemih rutin.

b. Mengembangkan tonus otot kandung kemih sehingga dapat mencegah inkontinensia.

c. Memperpanjang interval waktu berkemih.

d. Meningkatkan kapasitas kandung kemih.

e. Melatih kandung kemih untuk mengeluarkan urine secara periodic

f. Mengontrol factor-faktor yang mungkin meningkatkan jumlah episode inkontinensia.

Penatalaksanaan inkontinensia dengan menggunakan tindakan farmakologis dengan menggunakan obat-obatan seperti dicylomine, flavoxate, propanteine, dan imipramine.

Dicyclomine adalah antikolinergik.Ia bekerja dengan menghalangi bahan kimia dalam otot polos lambung dan usus, menyebabkan mereka untuk relax dan mengurangi kram.

dicyclomine 20mg

Flavoxate ialah relaksan otot polos, digunakan untuk mengobati gejala kandung kemih seperti sering buang air kecil pada malam hari, nyeri kandung kemih, dan inkontinensia urine (kebocoran urine) obat ini menyebabkan rasa kantuk

flavoxate 100mg

Penatalaksanaan inkonetinensia dengan menggunakan tindakan pembedahan, biasanya dilakukan pada penderita inkonetinensia tipe urgensi dan stress. Dengan catatan apabila kedua cara terapi di atas sudah dilakukan dan tidak berhasil. Terapi ini dilakukan dengan pembedahan untuk menghilangkan retensi pada urin.

Referensi:

Buku Ajar Geriatri UI Ed ke-4

www.drugs.comwww.mims.com

9. Sebutkan obat-obatan yang dapat mempengaruhi inkontinensia urin!Penyebab inkontinensia disingkat dengan akronim DRIP, yang merupakan kependekan dari (Kane dkk. dalam Pranarka, 2000):

D: Delirium

R: Retriksi, mobilitas, retensi

I: Infeksi, inflamasi, impaksi feses

P: Pharmacy (obat-obatan), poliuri

Obat-obatan merupakan salah satu penyebab utama dari inkonintesia, misalnya diuretika, antikolinergik, psikotropik, analgesik opioid, alfa bloker, alfa agonis, dan penghambat kalsium.

Obat-obatan yang dapat menyebabkan atau memperburuk inkontinensia urin

Jenis obatContohEfek

Alpha agonistsNasal decongestants containing pseudoephedrineMengencangkan sfingter kandung kemih; Dapat menyebabkan urin tertahan di kandung kemih dan kebocoran tidak terkendali urin dalam jumlah kecil (inkontinensia overflow)

Alpha blockersDoxazosin, prazosin,tamsulosin, terazosinMengendurkan sfingter kandung kemih dan uretra; Dapat menyebabkan inkontinensia saat batuk, tegang, bersin, mengangkat benda berat, atau menempatkan tekanan lainnya di perut (stress inkontinensia)

AntidepressantsAmitriptyline, desipramine, nortriptylineMengganggu kontraksi kandung kemih dan memperburuk konstipasi; Dapat menyebabkan urin tertahan dalam kandung kemih dan inkontinensia overflow

AntihistaminesChlorpheniramine, diphenhydramineMengganggu kontraksi kandung kemih dan memperburuk konstipasi; Dapat menyebabkan urin tertahan dalam kandung kemih dan inkontinensia overflow

AntipsychoticsHaloperidol, risperidone thioridazine,thiothixeneDapat memperlambat mobilitas dan menyebabkan dorongan mendadak untuk buang air kecil diikuti dengan keluarnya urin yang tidak terkendali

Calcium channel blockersDiltiazem, verapamilMengganggu kontraksi kandung kemih dan memperburuk konstipasi; Dapat menyebabkan urin tertahan dalam kandung kemih dan inkontinensia overflow

DiureticsFurosemide, thiazidesMeningkatkan buang air kecil dengan meningkatkan produksi urin

OpioidsMorphineMengganggu kontraksi kandung kemih dan memperburuk konstipasi; Dapat menyebabkan urin tertahan dalam kandung kemih dan inkontinensia overflow

SedativesDiazepam, flurazepamDapat memperlambat mobilitas dan memperburuk inkontinensia

Referensi:

Boedhi-Darmojo dan Hadi Martono. 2013. Buku Ajar Geriatri Kesehatan Usia Lanjut Ed. 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Mark H. Beers,Thomas V. Jones, M.D. 2005. The Merck Manual of Health and Aging. Ballantine Books.10. Jelaskan hubungan stroke dengan inkontinensia urin?

Stroke di definisikan sebagai suatu manifestasi klinik gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit neurologik (WHO,1971).Inkontinensia urine dapat berasal dari kelainan neurologik misalnya stroke, dimana saat seseorang yang menderita stroke dapat mengalami inkontinensia urine. Pada skenario pasien pernah memiliki riwayat stroke, dimana stroke dapat menyebabkan defisit neurologis bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat) jika diketahui letak lesi di medula spinalis maka pasien tersebut tidak dapat membawa informasi tentang isi kandung kemih ke medula spinalis. Sehingga pasien tidak dapat merasakan sensasi kapan ia akan berkemih dan jika adanya gangguan di lobus frontalis akan menyebabkan seseorang pasien stroke sulit untuk menunda berkemih. Stroke dapat menyebabkan gangguan pada pusat-pusat di korteks di lobus frontalis. dimana dapat terjadi kerusakan fungsi kognitif, fungsi kognitif ini merupakan kemampuan seseorang untuk menerima , mengolah,menyimpan dan menggunakan kembali semua masukan sensorik secara baik. Fungsi kognitif terdiri dari unsur-unsur : memperhatikan (atensi), mengingat (memori), mengerti pembicaraan/berkomunikasi (bahasa), bergerak (motorik) dan merencanakan/melaksanakan keputusan (eksekutif). Pada penderita stroke kadang-kadang kontrol sfingter urinarius eksternal hilang dan berkurang,maka pasien akan mudah mengompol atau urin pasien dapat keluar spontan tanpa dapat dikontrol.

Referensi :

Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persarafan. Salemba Medika : Jakarta.

Utama,Hendra.2009. Buku Ajar Boedhi-Darmojo GERIATRI (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi ke 4. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.(QS. ar-Rum [30] : 54)DAFTAR PUSTAKA1. Darmojo, R. Boedhi. 2011. Geriatri Edisi 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

2. Lauralee, Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC

3. Sudoyo, Aru, dkk, 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V, Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta.

4. Kasper, Dennis L., dkk, 2005, Harrisons Principle of Interna Medicine 16th Edition,Mc-Graw Hill New York.

5. Martono, Hadi, dkk, 2009, Buku Ajar GERIATRI (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Balai Penerbit , Jakarta

6. Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persarafan. Salemba Medika : Jakarta.

7. Utama,Hendra.2009. Buku Ajar Boedhi-Darmojo GERIATRI (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi ke 4. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

8. Darmojo, budhi. 2010. Buku Ajar Geriatri. Ilmu Kesehatan Usia Lanjut hal 178. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

9. www.drugs.com10. www.mims.com

11. Boedhi-Darmojo dan Hadi Martono. 2013. Buku Ajar Geriatri Kesehatan Usia Lanjut Ed. 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

12. Mark H. Beers,Thomas V. Jones, M.D. 2005. The Merck Manual of Health and Aging. Ballantine Books.24