laporan lidah buaya (vetsin)

16
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lidah Buaya (Aloe vera; Latin : Aloe barbadensis Milleer L.) adalah sejenis tumbuhan yang sudah dikenal sejak ribuan tahun silam dan digunakan sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan untuk perawatan kulit. Di Kalimantan Barat khususnya kota Pontianak, lidah buaya merupakan salah satu komoditas unggulan daerah untuk dikembangkan secara komersial. Sebagai salah satu komoditas unggulan yang ada di kota Pontianak, maka tanaman Aloe vera harus mendapat perhatian khusus dalam pembudidayaannya. Aloe vera juga memerlukan nutrisi yang cukup sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, salah satunya dengan pemberian pupuk. Pupuk kimia atau pupuk buatan pabrik banyak dimanfaatkan para petani atau pecinta tanaman untuk menyuburkan tanah. Pupuk-pupuk buatan ini memang berguna menyuburkan dan meningkatkan hasil produksi tanaman, namun disamping itu juga memiliki dampak yang tidak baik bagi lingkungan. Pupuk-pupuk buatan tersebut diantaranya Urea, KCl, Za, Tsp-36, dan sebagainya banyak mengandung bahan kimia berbahaya. Oleh karena itu diperlukan suatu alternatif lain untuk mendapatkan pupuk yang murah dan sehat. MSG (Monosodium Glutamat) atau biasa disebut vetsin, selain sebagai penyedap rasa, bahan ini juga dapat dijadikan pupuk alternatif. MSG ini dapat dijadikan sebagai pupuk pada tanaman, karena didalamnya mengandung zat-zat yang dibutuhkan tanaman dan dapat membuat tanaman semakin subur. Oleh karena 1

Upload: fransiscadaisa

Post on 29-Nov-2015

2.221 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Lidah buaya diberi vetsin

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Lidah Buaya (Vetsin)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lidah Buaya (Aloe vera; Latin: Aloe barbadensis Milleer L.) adalah sejenis tumbuhan

yang sudah dikenal sejak ribuan tahun silam dan digunakan sebagai penyubur rambut,

penyembuh luka, dan untuk perawatan kulit. Di Kalimantan Barat khususnya kota Pontianak,

lidah buaya merupakan salah satu komoditas unggulan daerah untuk dikembangkan secara

komersial. Sebagai salah satu komoditas unggulan yang ada di kota Pontianak, maka tanaman

Aloe vera harus mendapat perhatian khusus dalam pembudidayaannya.

Aloe vera juga memerlukan nutrisi yang cukup sehingga dapat tumbuh dan

berkembang dengan baik, salah satunya dengan pemberian pupuk. Pupuk kimia atau pupuk

buatan pabrik banyak dimanfaatkan para petani atau pecinta tanaman untuk menyuburkan

tanah. Pupuk-pupuk buatan ini memang berguna menyuburkan dan meningkatkan hasil

produksi tanaman, namun disamping itu juga memiliki dampak yang tidak baik bagi

lingkungan. Pupuk-pupuk buatan tersebut diantaranya Urea, KCl, Za, Tsp-36, dan sebagainya

banyak mengandung bahan kimia berbahaya. Oleh karena itu diperlukan suatu alternatif lain

untuk mendapatkan pupuk yang murah dan sehat.

MSG (Monosodium Glutamat) atau biasa disebut vetsin, selain sebagai penyedap rasa,

bahan ini juga dapat dijadikan pupuk alternatif. MSG ini dapat dijadikan sebagai pupuk pada

tanaman, karena didalamnya mengandung zat-zat yang dibutuhkan tanaman dan dapat

membuat tanaman semakin subur. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis menggunakan

Vetsin dalam pembudidayaan Lidah buaya sebagai pupuk alternatif.

1.2 Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah:

Untuk mengetahui manfaat Vetsin sebagai alternatif baru pengganti pupuk urea bagi

tanaman Lidah buaya.

Untuk mengetahui zat-zat yang terkandung dalam vetsin yang dapat mempengaruhi

pertumbuhan Lidah buaya.

1

Page 2: Laporan Lidah Buaya (Vetsin)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lidah buaya

2.1.1 Taksonomi Aloe vera

Dalam taksonomi tumbuhan, Lidah buaya (Aloe vera L.) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Bangsa : Liliaes

Suku : Liliceae

Marga : Aloe

Jenis : Aloe vera L.

Gambar 2.1 Aloe vera

2

Page 3: Laporan Lidah Buaya (Vetsin)

2.1.2 Mengenal Tanaman Lidah Buaya

Lidah buaya (Aloe vera) bukan tanaman yang asing bagi kita. Hal ini terlihat dari

banyaknya orang yang sudah menanam dan memakainya. Bentuk batang tanaman ini pendek

dengan daun seperti tombak. Daun berdiri tegak dan dipinggirnya berbaris duri yang tidak

begitu tajam. Letak daun bersap-sap rapat, melingkar, serta mempunyai daun yang berwarna

hijau berlapis lilin dan di dalamnya terdapat daging daun yang tebal berwarna bening.

Lidah buaya hampir menyerupai kaktus dan merupakan tanaman jenis tahunan,

keistimewaan dari sifatnya yang patut dikagumi adalah kemampuannya yang bertahan hidup

di daerah kering pada musim kemarau, yakni dengan cara menutup stomatanya rapat-rapat.

Hal itu dilakukan untuk menghindari kehilangan air ditubuhnya. Di dunia farmasi, lidah

buaya lebih dikenal dengan nama Aloe vera Linn. Tanaman hortikultura ini keberadaannya

telah dikenal sejak lama, bahkan ibu-ibu sering menanam dipekarangan atau di pot-pot

sebagai penghias rumah.

2.1.3 Sejarah Singkat Lidah Buaya

Tanaman Lidah buaya sudah dikenal sejak ribuan tahun yang silam. Biasanya

digunakan sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, perawatan kulit. Tanaman ini

bermanfaat sebagai bahan baku industri farmasi dan kosmetik. Disamping itu, juga sebagai

bahan pembuatan makanan dan minuman kesehatan. Menurut catatan seorang ahli bumi

berkebangsaan Arab bernama Idris, Lidah buaya merupakan produk dari pulau Socotra di

Yunani dan sudah dikenal sejak abad ke-4 SM. Lidah buaya merupakan tanaman asli Afrika,

tepatnya Ethiofhia, yang termasuk golongan Liliaceae.

Tanaman Lidah buaya diduga berasal dari kepulauan Canary disebelah barat Afrika.

Telah dikenal sebagai obat dan kosmetika sejak berabad-abad silam. Hal ini tercatat dalam

Egyptian Book of Remedies. Didalam buku itu dikisahkan bahwa pada zaman Cleopatra,

Lidah buaya dimanfaatkan untuk bahan baku kosmetika dan perawatan kulit. Pemakaiannya

di bidang farmasi pertama kali dilakukan oleh orang-orang Samaria sekitar tahun 1750 SM.

Gambar berwarna Lidah buaya tertua dan catatannya dibuat di Turki pada tahuan 1552 SM.

Gambar tersebut saat ini masih tersimpan di Universitas Jerman, Leipzig. Catatannya berisi

variasi tanaman Lidah buaya sebagai bahan baku obat dan kosmetika untuk memperbaiki

kulit. Beberapa sumber menyatakan bahwa Lidah buaya masuk ke Indonesia dibawa oleh

petani keturunan cina pada abad ke-17. Pemanfaatan tanaman ini di Indonesia masih sedikit,

terbatas sebagai tanaman hias di pekarangan rumah dan digunakan kosmetika sebagai

penyubur rambut. Pada tahun 1990 petani di Kalimantan Barat mulai mengusahakan tanaman

Lidah buaya secara komersial yang diolah menjadi minuman Lidah buaya.

3

Page 4: Laporan Lidah Buaya (Vetsin)

2.1.4 Morfologi

Lidah buaya termasuk suku Liliaceae. Liliaceae diperkirakan meliputi 4.000 jenis

tumbuhan, terbagi dalam 240 marga, dan dikelompokkan lagi menjadi lebih kurang 12 anak

suku. Daerah distribusinya meliputi seluruh dunia. Lidah buaya sendiri mempunyai lebih dari

350 jenis tanaman.

Tanaman Lidah buaya termasuk semak rendah, tergolong tanaman yang bersifat

sukulen, dan menyukai hidup di tempat kering. Batang tanaman pendek, mempunyai daun

yang bersap-sap melingkar (roset), panjang daun 40-90 cm, lebar 6-13 cm, dengan ketebalan

lebih kurang 2,5 cm di pangkal daun, serta bunga berbentuk lonceng.

a) Batang

Batang tanaman Lidah buaya berserat atau berkayu. Pada umumnya sangat pendek dan

hampir tidak terlihat karena tertutup oleh daun yang rapat dan sebagian terbenam dalam

tanah. Namun, ada juga beberapa spesies yang berbentuk pohon dengan ketinggian 3-5

M. spesies ini dapat dijumpai digurun Afrika Utara dan Amerika. Melalui batang ini akan

tumbuh tunas yang akan menjadi anakan ( sucker).

b) Daun

Seperti halnya tanaman berkeping satu lainnya, daun lidah buaya berbentuk tombak

dengan helaian memanjang. Daunnya berdaging tebal, tidak bertulang, berwarna hijau

keabu-abuan dan mempunyai lapisan lilin dipermukaan; serta bersifat sukulen, yakni

mengandung air,getah,atau lender yang mendominasi daun. Bagian atas daun rata dan

bagian bawahnya membulat (cembung).

c) Bunga

Bunga Lidah buaya berbentuk terompet atau tabung kecil sepanjang 2-3cm, berwarna

kuning sampai oranye, tersusun sedikit berjuntai melingkari ujung tangkai yang

menjulang ke atas sepanjang sekitar 50-100cm.

d) Akar

Lidah buaya mempunyai system perakaran yang pendek dengan akar serabut yang

panjangnya bisa mencapai 30-40 cm.

2.1.5 Syarat tumbuh

1. Iklim

Tanaman Lidah buaya tahan terhadap segala unsur iklim, yaitu suhu, curah hujan dan

sinar matahari. Tanaman ini juga tahan kekeringan, dapat menyimpan air pada daunnya

yang tebal, mulut daunnya tertutup rapat sehingga dapat mengurangi penguapan pada

4

Page 5: Laporan Lidah Buaya (Vetsin)

musim kering. Di daerah yang bersuhu antara 280C – 300C tanaman ini dapat tumbuh

dengan baik.

2. Ketinggian tempat

Lidah buaya dapat tumbuh mulai dari daerah dataran rendah sampai daerah

pegunungan. Di dataran tinggi tanaman ini dapat menghasilkan bunga.

3. Tanah

Tanah yang dikehendaki Lidah buaya adalah tanah subur, kaya bahan organic, dan

gembur. Kesuburan tanah pada lapisan olah sedalam 30 cm sangat diperlukan karena

akarnya pendek. Di Kalimantan Barat, tanaman tumbuh baik di daerah bertanah gambut

yang pH-nya rendah. Pemberian pupuk kandang dan abu menyebabkan tanaman

memberikan hasil yang cukup baik. meskipun demikian, pH ideal untuk tanaman lidah

buaya adalah 5,5 – 6. Tanah yang terlalu asam dapat mengakibatkan tanaman Lidah buaya

keracunan logam berat sehingga menghambat pertumbuhan tanaman Lidah buaya.

2.2 Monosodium Glutamat (MSG)

Gambar 2.2.1 Vetsin

Monosodium glutamat yang sering disebut vetsin adalah garam sodium dari asam

glutamat. Asam glutamat adalah suatu asam amino yang merupakan salah satu komponen

penting yang dibutuhkan tubuh. MSG dibuat dari tetes sampingan tebu (molasses) yang

merupakan hasil sampingan gilingan tebu. MSG ditemukan oleh Profesor Ikeda,

berkebangsaan Jepang pada tahun 1970. MSG mudah larut dalam air. MSG mudah

bersenyawa dengan asam amino lainnya yang akan membentuk protein.

2.3 Pupuk

Pupuk merupakan bahan yang digunakan untuk menyuburkan tanaman. Pupuk yang

baik harus memiliki kandungan unsur-unsur C, H, O, N, P, K, Na, Ca, dan Mg. Unsur-unsur

ini merupakan unsur/zat hara yang sangat dibutuhkan tanaman. Zat hara ini diambil tumbuhan

5

Page 6: Laporan Lidah Buaya (Vetsin)

dari udara, air dan tanah. Pupuk dibedakan menjadi dua, yakni pupuk organik atau pupuk

alam dan pupuk buatan.

2.3.1 Pupuk organik

Pupuk organik atau pupuk alam berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan ternak atau

sampah. Pupuk organik dibagi menjadi 3 jenis yakni:

1. Pupuk kandang yaitu pupuk yang berasal dari kotoran hewan ternak.

2. Pupuk hijau yaitu pupuk yang berasal dari tanaman yang dimasukkan ke dalam tanah

untuk menambah bahan organik dan unsur hara tanaman.

3. Pupuk kompos yaitu pupuk yang dibuat dengan cara melapapukkan sampah sisa-sisa

tanaman yang dicampur kotoran hewan.

Pupuk organik dapat menyuburkan dan menggemburkan tanah, mengandung lebih

banyak jenis unsur dan penggunaaanya tidak menimbulkan efek samping. Pupuk buatan

adalah pupuk yang dibuat oleh manusia dari zat-zat anorganik. Pupuk buatan ini contohnya

yakni pupuk Urea, ZA, TSP, ZK, NPK dan masih banyak lagi. Penggunaan pupuk buatan

secara berlebihan dapat menimbulkan polusi air dan tanah yang akibatnya mengganggu

lingkungan hidup.

6

Page 7: Laporan Lidah Buaya (Vetsin)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

1. Tanaman Aloe vera

2. Media tanaman

3. Vetsin (micin)

4. Sendok plastik

3.2 Langkah kerja

1. Bagi tanaman Aloe vera menjadi dua kelompok, yaitu tanaman Aloe vera yang

dijadikan variabel kontrol dan tanaman Aloe vera yang dijadikan variabel bebas.

2. Kelompok variabel kontrol terdiri dari satu tanaman dimana tanaman tersebut tidak

diberi vetsin.

3. Kelompok variabel bebas terdiri dari tiga tanaman dimana setiap tanaman diberikan

takaran vetsin yang berbeda-beda. Tanaman pertama diberikan 1/3 sendok vetsin,

tanaman kedua diberikan 2/3 sendok vetsin dan tanaman ketiga diberikan 1 sendok

vetsin.

4. Tanaman Aloe vera yang merupakan variabel kontrol di siram dengan air biasa setiap

minggu tanpa diberi vetsin, sedangkan tanaman Aloe vera yang merupakan variabel

bebas di siram dengan air biasa setiap minggu dan di beri vetsin satu bulan sekali.

5. Amati perkembangan tanaman Aloe vera tersebut setiap satu minggu sekali.

7

Page 8: Laporan Lidah Buaya (Vetsin)

BAB 4

PEMBAHASAN

Penulis menyediakan 4 tanaman Aloe vera kemudian tanaman tersebut dibagi

menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok tanaman Aloe vera yang di

siram air biasa setiap minggunya tanpa diberi vetsin (variabel kontrol). Kelompok kedua

adalah kelompok tanaman Aloe vera yang disiram air biasa setiap minggunya dengan diberi

vetsin setiap 1 bulan sekali.

Tanaman Aloe vera tersebut disiram dengan air biasa setiap minggu secara teratur.

Setiap minggunya dilakukan pengamatan tentang perkembangan tanaman Aloe vera.

Pengamatan tersebut meliputi; tinggi tanaman, lebar daun, jumlah daun, keadaan media dan

perkembangan lainnya. Berikut adalah hasil pengamatan terhadap tanaman Aloe vera:

Awal Penanaman

Gambar 4.1 Variabel kontrol Gambar 4.2 Varibel bebas I

Gambar 4.3 Variabel bebas II Gambar 4.4 Variabel bebas III

8

Page 9: Laporan Lidah Buaya (Vetsin)

Akhir Penanaman

Gambar 4.5 Variabel Kontrol Gambar 4.6 Variabel Bebas I

Gambar 4.7 Variabel Bebas II Gambar 4.8 Variabel Bebas III

Berdasarkan tabel hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa tanaman pada variabel

kontrol tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan (pertumbuhannya biasa saja) dibanding

dengan variabel bebas yang pertumbuhannya lebih bervariasi.

Pada variabel bebas 1, pertumbuhannya di minggu-minggu awal terlihat lumayan

cepat namun setelah beberapa minggu kemudian pertumbuhannya mulai menurun hal ini

mungkin disebabkan karena faktor cuaca.

Pada variabel bebas 2, pertumbuhan tanamannya hampir tidak berbeda jauh dengan

tanaman pada variabel bebas 1. Namun pada tanaman varibel bebas 2, pertumbuhannya lebih

menurun dibanding dengan tanaman pada variabel bebas 1.

Pada variabel bebas 3, pertumbuhan tanamannya juga lumayan baik. Bahkan beberapa

minggu setelah ditanam, tanaman tersebut hanpir menghasilkan bunga. Namun, mungkin

karena faktor cuaca atau pemberian vetsin yang terlalu banyak menyebabkan pertumbuhan

tanaman tidak stabil dan tidak jadi menghasilkan bunga.

9

Page 10: Laporan Lidah Buaya (Vetsin)

Kesimpulan:

Pemberian vitsin yang terlalu banyak tidak terlalu berpengaruh pada pertumbuhan

lidah buaya. Hal ini mungkin dikarenakan vitsin hanya dapat memicu pertumbuhan bunga

pada tanaman bunga pada umumnya, sehingga pertumbuhan lidah buaya tidak terlalu terlihat

perubahannya dan cenderung tidak subur.

10

Page 11: Laporan Lidah Buaya (Vetsin)

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pemberian Vetsin yang terlalu banyak tidak terlalu berpengaruh pada pertumbuhan

Lidah buaya. Hal ini mungkin dikarenakan Vetsin hanya dapat memicu pertumbuhan

bunga pada tanaman bunga pada umumnya, sehingga pertumbuhan Lidah buaya tidak

terlalu terlihat perubahannya dan cenderung tidak subur.

Vetsin yang ada di pasaran memiliki kandungan kimia yang dapat menyuburkan

tanaman, yaitu Natrium (Na).

5.2 Saran

Di harapkan kita dapat beralih menggunakan pupuk dari vetsin karena lebih

ekonomis, bersih dan ramah lingkungan. Namun, pemberian vetsin tidak hanya menjadi

faktor utama agar tanaman menjadi subur, cuaca dan lain sebagainya dapat

mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang kurang baik. Untuk itu kita harus rajin

merawat dan memperhatikan tanaman kita.

11

Page 12: Laporan Lidah Buaya (Vetsin)

Daftar pustaka

Anonim. 2011. http://meynyeng.wordpress.com/2010/06/03/monosodium-glutamat-sebagai-

pupuk-alternatif-tanaman-aglaonema/. Diakses pada 17 Januari 2011

Anonim. 2011. http://artikel-omahijo.blogspot.com/2008/03/vetsin-pupuk.html. Diakses pada

17 Januari 2011

SP Purnawati, Irni. 2002. Khasiat dan manfaat lidah buaya. PT. Agromedia Pustaka.

12